Anda di halaman 1dari 20

0

ANALISIS STRUKTURAL PADA TIGA KUMPULAN PUISI


KARYA CHAIRIL ANWAR

ARTIKEL ILMIAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah Pengantar Kritik Sastra
yang dibina oleh Dr. Muakibatul Hasanah, M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 6:


Achmad Fatchur Rizqi (180211604580)
Yustia Riska Azzahra (180211604527)
Zakaria Kreswantono (180211604624)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SASTRA
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
NOVEMBER 2019
1

ANALISIS STRUKTURAL PADA TIGA KUMPULAN PUISI


KARYA CHAIRIL ANWAR

Oleh: Achmad Fatchur Rizqi, Yustia Riska Azzahra, dan Zakaria Kreswanto
Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang

ABSTRAK

Karya sastra khususnya puisi merupakan sistem tanda yang


mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa atau dapat
disebut sebagai struktur ketandaan yang kompleks. Oleh karena itu,
untuk memahami karya sastra puisi, perlulah dianalisis secara
struktural. Analisis struktural puisi merupakan analisis terhadap unsur-
unsur dan fungsinya dalam struktur puisi serta penguraian bahwa tiap
unsur tersebut mempunyai makna dan berkaitan dengan unsur-unsur
lainnya. Tujuan dari kajian ini adalah untuk membongkar dan
memaparkan dengan cermat, teliti, dan merenik keterkaitan dan
keterjalinan semua unsur dalam lima puisi karya Chairil Anwar
sehingga akan menghasilkan makna seutuhnya. Metode yang
digunakan untuk menganalisis tiga kumpulan puisi Chairil Anwar ini
dibagi menjadi lima tahapan, yaitu (1) pengumpulan data, (2) membaca
ketiga buku kumpulan puisi, (3) memilih lima puisi untuk dianalisis, (4)
menganalisis secara struktural, dan (5) menyajikan hasil analisis.
Dengan adanya analisis struktural, maka makna dari karya sastra akan
dapat diketahui serta dapat dipahami atau dinilai sebagai karya seni
yang memiliki nilai estetika seutuhnya.

Kata kunci: analisis strukural, Charil Anwar, karya sastra, puisi

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puisi dianggap sebagai karya sastra yang berstruktur. Struktur tersebut
mempunyai arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang
bersistem, dan setiap unsur-unsurnya terjadi timbal balik dan saling berhubungan.
Menurut Pradopo (2010:119), struktur ini terlihat dari adanya rangkaian kesatuan
yang meliputi tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide
pengaturan diri sendiri (self regulation).
Analisis struktural merupakan tugas prioritas atau tugas pendahuluan. Sebab
karya sastra mempunyai kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari karya itu
sendiri. Analisis struktural yang digunakan, akan menghasilkan gambaran yang
jelas terhadap diksi, citraan, bahasa kias (majas), sarana retorika, nilai bunyi,
persajakan, narasi, emosi, dan ide yang digunakan dalam menulis puisi. Analisis
puisi dalam kritik sastra berguna untuk pengembangan serta pembinaan ilmu
sastra (teori sastra). Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis struktural puisi
merupakan analisis terhadap unsur-unsur dan fungsinya dalam struktur puisi serta
2

penguraian bahwa tiap unsur tersebut mempunyai makna dan berkaitan dengan
unsur-unsur lainnya.
Penyair Indonesia yang banyak melahirkan karya puisi yang dapat dianalisis
secara struktural adalah Chairil Anwar. Chairil Anwar adalah seorang penyair
kelahiran Medan. Puisi-puisinya dapat membuat para pembaca terpesona dan
melihat sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terlihat menggunakan mata
telanjang dengan sudut pandang yang berbeda. Melalui kepribadian dan puisinya,
Chairil memberikan sumbangan terhadap pembentukan bangsa Indonesia. Ia turut
mempertahankan cita-cita mulia bangsa dalam bentuk hubungan yang paling
dalam yaitu puisi. Chairil bahkan dijuluki sebagai Si Binatang Jalang dari
karyanya yang fenomenal berjudul “Aku”. Selain itu, Chairil juga dikenal sebagai
penyair yang hidup dan matinya tidak dapat dilepaskan dari puisi Indonesia
modern. Ia menjadi pelopor Angkatan ‘45 dan berjasa dalam pembaharuan puisi
di Indonesia.
Nama angkatan ’45 sebenarnya baru terkenal mulai tahun 1949 pada saat
Rosihan Anwar melansir istilah angkatan ’45 pada suatu uraiannya dalam majalah
Siasat tanggal 9 Januari 1949 (Sulistyorini, 2012:56). Puisi yang lahir pada
angkatan ’45 memiliki karakteristik (1) bentuk bebas, (2) isinya bersifat realistis,
(3) bahasa yang digunakan sederhana, serta (4) bertema tentang perjuangan
kemerdekaan. Hal ini dapat dijumpai pada puisi-puisi fenomenal karya Chairil
Anwar sebagai pelopor berdirinya angkatan ‘45 yang terdapat dalam buku
kumpulan puisi berjudul Deru Campur Debu berisi 27 puisi, Kerikil Tajam berisi
38 puisi, dan Aku Ini Binatang Jalang berisi 83. Dari ketiga kumpulan puisi
tersebut dipilih lima puisi yang berjudul Aku, Sia-sia, Penerimaan, Doa, dan
Kesabaran. Alasan memilih lima puisi tersebut berdasarkan kriteria memiliki
struktur bentuk puisi yang berbeda dengan yang lain, yang sesuai dengan kriteria
yang layak dianalisis secara struktural dan akan dibahas pada bagian pembahasan
artikel ini.

B. Landasan Teori
Karya sastra disebut sebagai hasil ciptaan yang bersifat otonom karena
memiliki dunianya sendiri dan tidak mengacu pada karya sastra yang lain.
Berdasarkan pengertian tersebut, karya sastra merupakan struktur yang tersusun
dari lapis-lapis norma yang saling berjalinan. Di samping itu, karya sastra juga
merupakan struktur makna atau stuktur yang bermakna. Oleh karena itu,
mengkritik atau menganalisis karya sastra adalah usaha menangkap makna dan
memberi makna kepada teks sastra (Culler, 1977). Hal ini mengingat bahwa karya
sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan
medium bahasa, sistem tanda tingkat pertama. Karya sastra merupakan struktur
ketandaan yang kompleks. Oleh karena itu, untuk memahami karya sastra,
perlulah karya sastra dianalisis secara struktural. Teeuw (1983: 61) menyatakan
bahwa analisis struktural merupakan prioritas pertama sebelum yang lainnya,
3

tanpa analisis itu kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya
sastra itu sendiri tidak tertangkap.
Analisis struktural bertujuan membongkar dan memaparkan dengan cermat,
teliti, dan merenik keterkaitan dan keterjalinan semua unsur karya sastra yang
bersama-sama menghasilkan makna seutuhnya (Geuw, 1984: 135). Menurut
Teeuw (1983) analisis struktural bertujuan membongkar dan memaparkan dengan
cermat, mendetail, dan mendalam mengenai keterkaitan semua aspek karya sastra
yang bersama-sama membangun, dan menghasilkan makna karya tersebut dalam
tujuannya menginterpretasikan totalitas makna. Dengan adanya analisis struktural,
termasuk analisis lapis norma maka makna dari karya sastra akan dapat diketahui
serta dapat dipahami atau dinilai sebagai karya seni yang memiliki nilai estetika.
Metode dalam analisis struktural pada tiga kumpulan puisi karya Chairil
Anwar dibagi menjadi lima tahapan. Tahap pertama, pengumpulan data. Data-data
yang diambil sebagai objek analisis struktural berasal dari media tiga buku
kumpulan puisi karya Chairil Anwar, yaitu Deru Campur Debu, Aku Ini Binatang
Jalang, Kerikil Tajam. Tahap kedua, membaca tiga kumpulan puisi karya Chairil
Anwar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui isi puisi pada tiga kumpulan puisi
tersebut. Tahap ketiga, memilih lima puisi dari tiga kumpulan puisi yang cocok
untuk dianalisis secara struktural berdasarkan karakteristik analisis struktural.
Karakteristik puisi yang dipilih meliputi (1) memiliki dunianya sendiri (berdiri
sendiri), (2) memiliki keserasian komponen yang membentuk keseluruhan
struktur, (3) puisi mengandung isi yang dapat dianalisis secara objektif dan dapat
dikaji setiap unsur yang ada di dalamnya. Tahap keempat, yaitu menganalisis puisi
secara struktural dan menemukan unsur-unsur pembangun puisi yang terdapat
pada dunia puisi yang akan dianalisis. Tahap kelima, menyajikan hasil analisis
dalam wujud tabel analisis puisi.
BAB 2. PEMBAHASAN
HASIL ANALISIS

1) Struktur Bentuk
a. Bunyi
Kreasi penulisan sastra tidak dapat dilepaskan dari penggunaan bahasa dengan
berbagai bentuk manipulasinya berupa unsur kebahasaan. Unsur kebahasaan
tersebut meliputi bunyi, kata, kalimat, maupun hubungan dalam satuan lain yang
lebih besar (Aminuddin, 1995: 125). Dalam puisi, bunyi berfungsi untuk
memperdalam ucapan, menimbulkan bayangan angan yang jelas,dan suasana yang
khusus (Pradopo, 1997: 22). Penggunaan bunyi dalam karya sastra khususnya
puisi memiliki beberapa ciri, antara lain: (1) rima yaitu persamaan bunyi di akhir
larik, (2) asonansi yaitu perulangan bunyi vokal di akhir kata, (3) konsonansi yaitu
perulangan bunyi konsonan di akhir kata, (4) aliterasi yaitu perulangan bunyi
konsonan di awal kata, awal atau tengah larik, dan vokal sama atau beda, (5)
onomatope yaitu kata-kata dari tiruan bunyi atau suara di alam, (6) efoni yaitu
4

kombinasi-kombinasi bunyi yang merdu, riang, dan ringan, (7) kakofoni yaitu
kombinasi bunyi yang tidak merdu, parau, sedih, dan suasana tertekan (k, p, t, s).
b. Diksi
Diksi adalah pilihan dan penggunaan kata yang memperkuat keindahan dan
kedalaman makna serta pesan puisi. Diksi atau pilihan kata memiliki pernanan
yang penting dalam mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra.
Seoarang penyair harus memahami secara baik masalah kata dan maknanya, serta
mampu memperluas dan mengaktifkan kosakata, mampu memilih kata yang tepat
dan sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dalam pembahasan diksi puisi, juga
berkaitan dengan makna konotatif dan makna denotatif (kata konkrit dan kata
khusus), kata simbol, dan kata arkaik.
c. Citraan (Imaji)
Citraan atau imaji yang dimaksud dalam analisis puisi adalah kekuatan puisi
dalam memunculkan daya imajinasi pembacanya. Istilah lain yang berkaitan
dengan imaji adalah pencitraan. Terdapat beberapa citraan atau imaji, diantaranya
ialah citraan visual (penglihatan), citraan auditif (efek suara), citraan taktil (efek
rasa, bau, cecap, dan kulit).
d. Majas
Majas merupakan penggunaan bahasa yang dibentuk dengan menggunakan
atau membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dengan kata lain, majas
menggunakan perbandingan sebagai bahan baku atau sarana pembentukanmya.
e. Sarana retorika
Sarana retorika merupakan salah satu unsur pembangun puisi yang digunakan
penyair sebagai alat untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan gagasan kepada
pembaca atau pendengar. Kedudukannya untuk mendukung makna dari sebuah
puisi. Menurut (Pradopo: 2005), pada umumnya sarana retorika menimbulkan
ketegangan puitis karena pembaca harus memikirkan efek apa yang ditimbulkan
dan dimaksudkan oleh penyairnya. Dalam puisi sarana retorika berupa rangkaian
kata-kata, frasa, atau kalimat yang akan merangsang pikiran.
2) Struktur Batin
a. Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah
satunya dalam membuat suatu tulisan atau karya sastra. Tema bisa berupa
persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, serta tradisi atau adat
istiadat yang erat dengan masalah kehidupan. Tema tersebut tersirat dalam
keseluruhan isi puisi, persoalan-persoalan yang diungkapkan itu merupakan
penggambaran suasana batin atau berupa respon penyair terhadap kenyataan sosial
budaya sehingga puisi merupakan sarana protes ataupun simpati penyair.
b. Nada dan Suasana
Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut atau akibat
psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca. Nada dan suasana dalam
5

puisi saling berhubungan karena nada puisis menimbulkan suasana terhadap


pembacanya.
c. Amanat
Amanat merupakan suatu pesan yang ingin disampaikan penyair dalam
puisinya. Pesan-pesan tersebut dihadirkan dalam ungkapan yang tersembunyi.
Amanat ini dirumuskan sendiri oleh pembaca dan amanat itu akan selaras dengan
tema puisi tersebut.

A. Puisi “Do’a”

1) Struktur Bentuk
a. Bunyi
Bunyi yang digunakan dalam puisi Do’a ini sangatlah bervariasi diantaranya
sebagai berikut: (1) Aliterasi: pada larik ke tiga aku masih menyebut namaMu,
terjadi perulangan bunyi konsonan /m/ di awal kata, pada larik ke empat biar
susah sungguh, terjadi perulangan bunyi konsonan /s/ di awal kata, dan pada
larik ke tujuh tinggal kerdip lilin di kelam sunyi terjadi perulangan bunyi
konsonan /k/ pada awal kata, (2) konsonansi: pada larik ke empat dan ke lima
biar susah sungguh, mengingat Kau penuh seluruh terjadi perulangan bunyi
konsonan /h/ di akhir kata, (3) asonansi: pada larik ke dua belas aku
mengembara di negeri asing terjadi perulangan bunyi vokal /i/ di akhir kata.
b. Diksi
Diksi yang digunakan pada puisi Do’a ini terdiri dari (1) kata khusus yaitu
Tuhanku, termangu, cayaMu, kerdip, sunyi, remuk, negeri, (2) kata konkrit
yaitu lilin, (3) kata konotasi yaitu dipintuMu aku mengetuk.
c. Majas
6

Terdapat tiga majas yang digunakan dalam puisi Doa karya Chairil Anwar
yaitu majas metafora, personifikasi, dan hiperbola sebagai berikut. Pada bait
tiga cayaMu panas suci; tinggal kerdip lilin dikelam sunyi. Pada kalimat
cayaMu panas suci merupakan majas metafora karena membandingkan
sebuah cahaya dengan sesuatu yang di anggap suci secara tidak langsung.
Kemudian pada kalimat kerdip lilin, merupakan majas personifikasi karena
pada kalimat tersebut lilin dianggap dapat melakukan kegiatan kerdip atau
mengerdip seperti halnya mata manusia. Pada bait lima Aku hilang bentuk;
Remuk. Merupakan majas hiperbola yaitu majas yang terkesan melebih-
lebihkan. Pada bait terakhir Di pintuMu aku mengetuk, merupakan majas
metafora karena penggunaan kata pintu dan mengetuk saling berkaitan. Pintu
merupakan majas metafora untuk ampunan dan lindungan. Sedangkan,
mengetuk adalah suatu bentuk permohonan. Kata pintu dan mengetuk
dianggap sebagai majas metafora karena membandingkan pintu (ampunan)
dan mengetuk (memohon) tanpa menggunakan kata pembanding (seperti dan
bagai) atau secara tidak langsung.
d. Citraan
Citraan yang digunakan terdiri dari (1) empat citraan visual (penglihatan)
yaitu dalam termangu, tinggal kerdip lilin dikelam sunyi, aku hilang bentuk;
remuk, dipintuMu aku mengetuk, (2) lima citraan auditif (efek suara) yaitu
Tuhanku yang diulang sebanyak empat kali, dan aku masih menyebut
namaMu, (3) satu citraan taktil (efek rasa, bau, cecap, kulit) yaitu cayaMu
panas suci.
e. Sarana Retorika
Sarana retorika yang digunakan pada puisi Do’a ini yaitu repetisi. Repetisi
adalah pengulangan kata atau frasa dalam larik yang berbeda. Pengulangan
tersebut terjadi pada kata Tuhanku yang di ulang sebanyak empat kali dalam
larik yang berbeda.
2) Struktur Batin
a. Tema
Dalam puisi tersebut menggambarkan tokoh Aku yang sedang berada dalam
situasi kebingungan, dan merasakan kesunyian dalam dirinya. Ia merasa
sedang ada pada titik lemah dalam keimanan seperti kutipan dalam puisi
tinggal kerdip lilin. Jadi dapat disimpulkan bahwa tema dalam puisi Do’a ini
adalah tentang ketuhanan, yaitu hubungan seorang hamba dengan Tuhan-nya.
b. Nada dan Suasana
Suasana atau feeling penyair dalam puisi Do’a tersebut tampak pada pilihan
kata yang dapat menggambarkan keadaan penyairnya. Misalnya penggunaan
kata remuk, hilang bentuk, dan asing yang menunjukkan suasana
kebingungan. Selain itu, penggunaan kata kelam sunyi menunjukkan suasana
dan nada kesedihan yang mendalam, serta mengharukan, namun dibalik
kesedihan tersebut penyair tetap mempunyai keyakinan terhadap pertolongan
7

Tuhan sehingga ia tetap berusaha mengetuk pintu Tuhan seperti pada kutipan
puisi berikut Di pintuMu aku mengetuk.
c. Amanat
Amanat yang terkandung dalam puisi Do’a karya Chairil Anwar yaitu kita
harus selalu mengingat Tuhan dalam setiap keadaan baik susah maupun
senang, dan ketika kita mengalami kesulitan serta ujian kita harus meminta
dan memohon pertolongan kepada Tuhan agar diberi kemudahan dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut.

B. Puisi “Kesabaran”

1) Struktur Bentuk
a. Bunyi
Bunyi yang digunakan dalam puisi Kesabaran ini sangatlah bervariasi
diantaranya sebagai berikut: (1) Aliterasi: pada larik ke dua Orang ngomong,
anjing nggonggong terjadi perulangan bunyi konsonan /n/ di awal kata, pada
larik ke lima di sebelahnya api dan abu terjadi perulangan bunyi vokal /a/ di
awal kata, pada larik ke delapan Suaraku hilang, tenaga terbang terjadi
perulangan bunyi konsonan /t/ di awal kata, pada larik ke sepuluh Ini dunia
enggan di sapa terjadi perulangan bunyi konsonan /d/ di awal kata, pada larik
ke dua belas Dan hidup bukan hidup lagi terjadi perulangan bunyi
konsonan /h/ di awal kata, pada larik ke tiga belas Kuulangi yang dulu
kembali terjadi perulangan bunyi konsonan /k/ di awal kata, pada larik ke
empat belas Sambil bertutup telinga, berpicing mata terjadi perulangan bunyi
konsonan /b/ di awal kata, pada larik terakhir Menunggu reda yang mesti tiba
terjadi perulangan bunyi konsonan /m/ di awal kata, (2) konsonansi: pada larik
8

ke dua dan delapan Orang ngomong, anjing nggonggong; Suaraku hilang,


tenaga terbang terjadi perulangan bunyi konsonan /ng/ di akhir kata. (3)
asonansi: pada larik ke sembilan, empat belas dan lima belas Ini dunia enggan
di sapa; Sambil bertutup telinga, dan berpicing mata; Menunggu reda yang
mesti tiba terjadi perulangan bunyi vokal /a/ di akhir kata.
b. Diksi
Diksi yang digunakan pada puisi Kesabaran ini terdiri dari (1) kata khusus
yaitu tidur, dunia, kelam, di hantam, suara, bicara, hilang, tenaga, terbang,
keras, membeku, hidup, bertutup, berpicing, menunggu, reda, dan tiba, (2)
kata konkrit yaitu anjing, batu, api, abu, air kali, telinga, mata.
c. Majas
Majas yang digunakan dalam puisi Kesabaran ini adalah majas personifikasi.
Majas personifikasi merupakan majas yang melekatkan sifat-sifat manusiawi
pada sesuatu benda atau benda hidup yang bukan manusia (hewan, tumbuhan),
sehingga seolah-olah dapat bersikap layaknya manusia. Seperti pada larik ke
enam Di sebelahnya api dan abu. Seakan-akan menggambarkan dua orang
yangs sedang duduk bersebelahan, padahal pada kenyataannya api dan abu
tidak dapat melakukan kegiatan duduk seperti yang dilakukan oleh manusia.
Selain itu, terdapat pula majas personifikasi animali pada larik ke delapan
Suaraku hilang, tenaga terbang, menggambarkan tenaga yang seakan-akan
seperti hewan yang dapat melakukan kegiatan terbang, misalnya burung.
d. Citraan
Citraan yang digunakan terdiri dari (1) empat citraan visual (penglihatan)
yaitu Dunia jauh mengabur, Di sebelahnya api dan abu, keras membeku air
kali, sambil bertutup telinga, berpicing mata, (2) empat citraan auditif (efek
suara) yaitu Orang ngomong, anjing ngonggong, Dihantam suara bertalu-
talu, Aku hendak bicara, Suaraku hilang, tenaga terbang.
e. Sarana Retorika
Sarana retorika yang digunakan pada puisi Kesabaran ini yaitu enumerasi.
Enumerasi merupakan sarana retorika yang berupa pemecahan suatu hal atau
keadaan menjadi beberapa bagian dengan tujuan agar hal atau keadaan itu
lebih jelas dan nyata bagi pembaca atau pendengar (merinci). Seperti pada bait
pertama dari larik empat sampai ke enam sebagai berikut.
Kelam mendinding batu
Dihantam suara bertalu-talu
Di sebelahnya api dan abu
2) Struktur Batin
a. Tema
Tema yang diangkat dari puisi Kesabaran karya Chairil Anwar ini adalah
tentang Kesabaran. Baik kesabaran dalam segi menghadapi masalah dan
persoalan kehidupan, maupun kesabaran dalam menghadapi sikap dan
perilaku orang lain yang buruk atau kurang baik.
b. Nada dan Suasana
9

Nada dalam puisi Kesabaran ini adalah tentang kelugasan penyair dalam
menyampaikan dam mengemukakan pengalamannya dalam bersabar, sehingga
tidak terkesan menggurui. Hal ini disebabkan kesabaran merupakan sesuatu
yang ada dalam diri setiap manusia dan setiap manusia pasti memiliki
kesabaran nya masing-masing dalam menghadapi suatu hal. Selain itu, puisi
ini juga memberikan suasana yang tenang dan menggambarkan perasaan
penyair yang cukup kuat, dimana ia tidak banyak berkomentar dan ambil
pusing tentang hal-hal yang membuat ia sakit hati, ia hanya bersabar dan
meyakini bahwa setiap cobaan yang datang akan berlalu seiring dengan
berjalannya waktu.
c. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi Kesabaran ini adalah
tentang kesabaran. Dimana kita sebagai manusia harus memiliki sikap sabar
dalam menghadapi masalah dan persoalan kehidupan, sebab setiap masalah
pasti akan menemukan jalan keluarnya, dan badai pasti akan segera berlalu.
Selain itu, kita juga harus bersabar terhadap tindakan serta perilaku buruk dari
orang lain yang ingin menjatuhkan kita.

C. Puisi “Sia-sia”

1) Struktur Bentuk
a. Bunyi
Pada puisi Sia-sia ini menggunakan tiga bentuk bunyi, yaitu aliterasi,
asonansi, dan konsonansi. Penggunaan bunyi aliterasi terlihat pada larik satu,
10

tiga, empat, dan duabelas. Aliterasi /k/ pada larik ke satu “penghabisan kali
itu kau datang”, aliterasi /m/ pada larik ke tiga dan suabelas “mawar merah
dan melati putih/ Ah! Hatiku yang tak mau memberi”, dan aliterasi /d/ pada
larik ke empat “darah dan suci”. Penggunaan bunyi asonansi juga banyak di
pakai pada puisi ini yang terlihat pada larik ke lima, tujuh, sembilan, sepuluh
dan sebelas. Asonansi /u/ digunakan pada larik ke lima, tujuh dan sebelas yaitu
“kau tebarkan depanku/lalu kita sama termanggu/Ah! Hatiku yang tak mau
memberi”, asonansi /a/ digunakan pada larik ke tujuh, sembilan, dan sepuluh,
yaitu lalu “kita sama termanggu/ cinta? Kita berdua tak mengerti/ sebari kita
bersama. Tak hampir-menghampiri”, dan asonansi /i/ digunakan pada larik ke
sepuluh, yaitu “sebari kita bersama. Tak hampir-menghampiri”. Penggunaan
bunyi konsonansi digunakan pada larik ke dua yaitu membawa kembang
berkarang.
b. Diksi
Pada puisi Sia-sia ini menggunakan dua diksi yaitu kata konkret dan kata
khusus. Kata konkret yang ada dalam puisi Sia-sia, yaitu “kembang, datang,
pandang, mawar merah, melati putih, darah, sepi, dan hatiku”. Kata khusus
yang digunakan dalam puisi ini yaitu “tebarkan dan mampus”.
c. Citraan
Citraaan yang digunakan dalam puisi Sia-sia ini terdiri dari citraan visual,
citraan auditif, dan citraan taktil. Citraan visual pada “penghabisan kala itu
kau datang/membawa kembang berkarang/kau tebarkan depanku/serta
pandang yang memastikan: untukmu” dari kata-kata tersebut pembaca bisa
membayangkanya dan seras dapat melihat apa yang sedang dilakukan dalam
puisi tersebut. Citraan auditif pada “saling bertanya: apakah ini? Cinta? Kita
bersua tak mengerti”, pada kata saling bertanya pasti diperlukanya
pengucapan yang harus dilontarkan dan pasti akan diterima oleh indra
pendengaran. Citraan taktil yang berhubungan dengan indra peraba pada puisi
ini ada pada “mampus kau dikoyak-koyak sepi”, menimulkan rasa dikoyak
atau dicabik yang pasti akan berdampak luka pada suatu yang dikoyak.
d. Majas
Majas yang ada pada puisi ini adalah majas personifikasi yang tampak pada
larik ke duabelas yaitu “mampus kau dikoyak-koyak sepi”. Dapat dimasukkan
ke dalam majas personifikasi karena benda mati seakan menjaddi makhluk
hidup. Sepi pada puisi tersebut digambarkan seperti makhluk hidup yang
mampu mengoyak-koyak sesuatu selayknya makhluk hidup.
e. Sarana retorika
Sarana retorika yang digunakan pada puisi Sia-sia ini adalah sarana retorika
paradoks yang terlihat pada “sebari kita bersama. Tak hampir-menghampiri”.
“Sebari kita bersama,” menunjukkan pada saat kondisi dua orang yang
bersama pada suatu tempat yang seharunya bertatap muka dan bertemu satu
sama lain sedangkan selanjutnya ditambahi “tak hampir-menghampiri” yang
merupakan kebalikan dari kebersamaan pada puisi tersebut.
11

2) Struktur Batin
a. Tema
Tema puisi Sia-sia ini tentang percintaan. Digambarkan jelas tema percintaan
pada kata cinta di larik ke sembilan “Cinta? Kita berdua tak mengerti”.
b. Nada dan suasana
Nada pada puisi ini menunjukkan perasaan cinta. Pada bait pertama
digambarkan pada suatu hari seorang perempuan datang membawa kembang
karangan mawar merah dan melati putih yang mewakili darah dan suci. Darah
yang mengalir disekucur tubuh dan kesuciaanya siap diberikan pada lelaki
yang dipastikannya dengan pandang yang hanya untuknya. Suasana
kebingungan dan keputusan yang tak mau memberi dari penyair memberikn
kegundahan hati yang dikoyak-koyak sepi. Dalam bait ke dua, keduanya ragu
dengan perasaannya masing-masing. Diakhiri dengan keputusan hati yang tak
mau memberi.
c. Amanat
Kegoyahan hati pada saat tibanya cinta itu pasti. Dalam hidup pada umumnya
rasa cinta dijalin dengan sebuah hubungan kebersamaan yang mendalam,
sedangkan dalam puisi ini datang seorang perempuan yang siap
mempersembahkan segalanya untuknya, tapi kala hati masih ragu untuk
memberi menyebabkan sakit yang berlebih. Hati-hati dalam menyikapi hati.

D. Puisi “Penerimaan”

1) Struktur bentuk
a. Bunyi
Bunyi puisi yang ada dalam puisi Penerimaan antara lain ada aliterasi,
asonansi, dan konsonansi. Aliterasi yang digunakan yaitu aliterasi /k/ pada
larik ke satu, empat, dan tujuh seperti “jika kau mau, kuterima kau
12

kembali/kutahu kau bukan yang dulu lagi/jika kau mau, kuterima kau
kembali”. Asonansi terlihat pada larik ke satu, empat, lima, tujuh, dan
delapan. Asonansi /a/ ada pada larik ke satu dan tujuh yaitu “jika kau mau,
kuterima kau kembali/jika kau mau, kuterima kau kembali”, asonansi /u/ pada
larik ke satu, empat, dan tujuh yaitu “jika kau mau, kuterima kau
kembali/kutahu kau bukan yang dulu lagi/jika kau mau, kuterima kau
kembali” dan asonansi /i/ pada larik ke lima dan delapan yaitu “bak kembang
sari sudah terbagi/tapi untukku sendiri”. Konsonansi yang digunakan adalah
konsonansi /n/ pada larik ke enam dan sembilan yaitu “jangan tunduk!
Tentang aku dengan berani/sedang dengan cermin aku enggan berbagi”.
b. Diksi
Diksi yang digunakan pada puisi Penerimaan adalah kata konkret dan kata
khusus. Kata konkret yaitu “hati, sendiri, kembang, dan cermin”. Kata khusus
yang ada yaitu “kembali, tunduk,dan kembali”.
c. Majas
Majas yang digunakan adalah majas simile dan personifikasi. Majas simile
digunakan pasa larik ke lima “bak kembang sai sudah terbagi” yang unsur
pembandingnya dituliskan jelas pada kata “bak” yang kata lainya adalah bagai
atau seperti dan lainya. Majas personifikasi yang digunakan terlihat pada larik
terakhir “sedang dengan cermin aku enggan berbagi” cermin di sini dibuat
seakan dia seorang manusia yang penyairnya pun enggan berbagi denganya.
d. Citraan
Citraan yang digunakan pada puisi ini adalah citraan visual dan citraan
perasaan. Citraan visual pada larik ke tiga dan enam yaitu “aku masih tetap
sendiri/jangan tunduk tentang aku dengan berani” dan citraan perasaan pada
larik ke lima yaitu “kutahu kau bukan yang dulu lagi/bak kembang sari sudah
terbagi”.
e. Sarana retorika
Sarana retorika yang digunakan adalah sarana retorika enumerasi. Enumerasi
menjelaskan suatu hal dengan lebih terperinci untuk menguatkan penjelasan
atau keadaan, itu terlihat pada “kutahu kau bukan yang dulu lagi/bak
kembang sari sudah terbagi”.
2) Struktur batin
a. Tema
Tema puisi penerimaan ini tentang percintaan. Itu digambarkan pada seluruh
bagian puisi yang menyatakan sebuah perasaan penyair yang masih berharap
dengan seseorang.
b. Nada dan suasana
Nada yang digunakan pada puisi ini adalah perasaan cemas dan ketegasan,
cemas dengan perasaannya yang membrikan kesempatan untuk wanita yang ia
cintai dan tegas dengan memberi hanya dua pilihan iya atau tidak. Suasana
yang digambarkan tentang harapan penyair terhadap perasaannya yang masih
ada pada seorang perempuan.
c. Amanat
13

Dalam urusan cinta kita harus bersikap tegas.

E. Puisi “Aku”

1) Struktur Bentuk
a. Bunyi
Irama yang digunakan oleh Chairil hampir ada pada setiap bait puisi. Ada
beberapa perulangan bunyi asosiasi. Keunikannya, semua bunyi asonansi yang
muncul berupa asonansi /u/. Hal ini dapat dilihat pada larik-larik berikut.
“Kalau sampai waktuku” (Asonansi /u/)
“‘Ku tak mau seorang ‘kan merayu” (Asonansi /u/)
“Tak perlu sedu sedan itu” (Asonansi /u/)
“Biar peluru menembus kulitku” (Asonansi /u/)
“Aku mau hidup seribu tahun lagi” (Asonansi /u/)
Perulangan bunyi /u/ tersebut bukanlah hal yang disengaja. Chairil bermaksud
ingin meluapkan semangatnya melalui bunyi /u/. Seperti pada larik terakhir
bahwa semangat juangnya ingin terus hidup dan tidak terkikis oleh zaman.
Dalam puisi tersebut, juga nampak perulangan bunyi konsonan /ng/ yang
dapat dilihat pada larik-larik berikut.
“Aku ini binatang jalang” (Konsonan /ng/)
“Aku tetap meradang menerjang” (Konsonan /ng/)
Pada dua larik di atas dapat diketahui bahwa perulangan bunyi /ng/ seperti ini
menunjukkan bahwa pilihan kata yang digunakan Chairil benar-benar
diperhatikan. Selain itu, terdapat pula aliterasi yang berulang. Aliterasi yang
digunakan Chairil pada puisi tersebut dapat dilihat pada larik berikut.
“’Ku mau tak seorang ‘kan merayu” (Aliterasi /k/)
“Tak perlu sedu sedan itu” (Aliterasi /s/)
14

“Aku tetap meradang menerjang” (Aliterasi /m/)


“Hingga hilang pedih peri” (Aliterasi /h/ dan /p/)
“Dan aku akan lebih tidak perduli” (Aliterasi /a/)
Dari analisis bunyi di atas, dapat diketahui bahwa puisi berjudul “Aku” karya
Chairil Anwar ini menggunakan pilihan kata yang baik. Banyak perulangan
bunyi yang terkandung dalam setiap bait. Sehingga akan muncul keindahan
bentuk puisi. Maka al ini semakin menambah estetika puisi itu sendiri.
b. Diksi
Pemilihan diksi yang digunakan oleh Chairil adalah kata yang mudah
dipahami namun mempunyai rasa semangat juang yang kuat. Tidak banyak
menggunakan kata konotatif, tapi lebih ke kata denotatif. Kata denotative yang
digunakan kebanyakan kata khusus, seperti kata waktu, sedu sedan, pedih
peri. Kata konkret yang terdapat dalam puisi ini yaitu peluru, kulit, dan luka.
Pada salah satu larik puisi terdapat kata simbolik yaitu pada kutipan “Aku ini
binatang jalang”. Kata jalang di sini merupakan kata yang jarang digunakan
oleh masyarakat umumnya, bahkan oleh para penyair. Sehingga dapat disebut
sebagai kata arkaik.

c. Majas
Tidak banyak majas yang digunakan digunakan Chairil. Dia lebih
menampakkan makna daripada struktur kebahasaan dalam puisinya. Chairil
menggunakan majas metafora untuk menggambarkan semangatnya, seperti
pada larik “Aku ini binatang jalang”. Selain itu, juga terdapat majas hiperbola
pada dua larik puisi tersebut, yaitu “Aku tetap meradang menerjang” dan
“Aku mau hidup seribu tahun lagi”.
d. Citraan
Dalam puisi ini, banyak terdapat imaji taktil (rasa) yang menunjukkan bahwa
penyair ingin menumbuhkan pembayangan seolah pembaca turut merasakan
apa yang diciptakan oleh penyair. Hal ini dapat dilihat pada tiga larik berikut.
“Biar peluru menembus kulitku”
“Luka dan bisa kubawa berlari”
“Hingga hilang pedih peri”
Citraan auditif dapat dilihat pada dua larik puisi tersebut, yaitu “’Ku tak mau
seorang ‘kan merayu” dan “Aku tetap meradang menerjang”.
e. Sarana retorika
Penyair menggunakan sarana retorika (gaya bahasa) yang tidak banyak,
namun memiliki makna yang dalam. Sarana retorika yang muncul berupa
tautologi, yang mana pada salah satu bait, penyair ingin menyampaikan satu
gagasan tetapi diperkuat dengan beberapa larik. Hal ini dapat dilihat pada bait
berikut.
“Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
15

Luka dan bisa kubawa berlari”


2) Struktur Batin
a. Tema
Tema pada puisi “Aku” karya Chairil Anwar adalah menggambarkan
kegigihan dan semangat perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu
penjajahan, dan semangat hidup seseorang yang ingin selalu memperjuangkan
haknya tanpa merugikan orang lain, walaupun banyak rintangan yang ia
hadapi.
b. Nada dan suasana
Penulis menggambarkan nada-nada yang berwibawa, tegas, lugas dan jelas
dalam penyampaian puisi ini, karena banyak bait-bait puisi tersebut
menggandung kata perjuangan. Dan menggunanakan nada yang syahdu di bait
yang terkesan sedikit sedih. Suasana yang terdapat dalam puisi tersebut adalah
suasana yang penuh perjuangan, optimis dan kekuatan emosi yang cukup
tinggi tetapi ada beberapa suasana yang berubah menjadi sedih karena dalam
puisi tersebut menceritakan ada beberapa orang yang tak mengaangap
perjuangannya si tokoh.
c. Amanat
Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur
meskipun rintangan menghadang. Manusia harus berani mengakui keburukan
dirinya, tidak hanya menonjolkan kelebihannya saja. Manusia harus
mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan
semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya.

SIMPULAN
Berdasarkan paparan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa puisi
dianggap sebagai karya sastra yang berstruktur. Struktur tersebut mempunyai arti
bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, dan setiap
unsur-unsurnya terjadi timbal balik dan saling berhubungan. Analisis struktural
yang digunakan, akan menghasilkan gambaran yang jelas terhadap diksi, citraan,
bahasa kias (majas), sarana retorika, nilai bunyi, persajakan, narasi, emosi, dan ide
yang digunakan dalam menulis puisi. Analisis puisi dalam kritik sastra berguna
untuk pengembangan serta pembinaan ilmu sastra (teori sastra). Jadi dapat
disimpulkan bahwa analisis struktural puisi merupakan analisis terhadap unsur-
unsur dan fungsinya dalam struktur puisi serta penguraian bahwa tiap unsur
tersebut mempunyai makna dan berkaitan dengan unsur-unsur lainnya. Dari
pemaparan analisis struktural tersebut dipilih tiga kumpulan puisi karya Chairil
Anwar yaitu Deru Campur Debu, Kerikil Tajam, dan Aku Bukan Binatang Jalang
memiliki karakteristik yang cocok untuk dianalisis menggunakan analisis
struktural. Dimana pada tiga kumpulan tersebut dipilih lima puisi yang berjudul
Aku, Sia-sia, Penerimaan, Do’a, dan Kesabaran dengan karakteristik sebagai
berikut: (1) memiliki dunianya sendiri (berdiri sendiri), (2) memiliki keserasian
16

komponen yang membentuk keseluruhan struktur, (3) puisi mengandung isi yang
dapat dianalisis secara objektif dan dapat dikaji setiap unsur yang ada di
dalamnya.
17

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Biru.


Culler, Jonathan. 1977. Structuralist Poetics: Structuralism, Linguistics and the
Study of Literature. London: Routledge & Kegan Paul.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Beberapa Teori Sastra, Metode kritik dan
Penereapanya. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Riswandi, Bode dan Titin Kusmini. 2018. Kamar Prosa. Tasikmalaya: Langgam
Pustaka.
Sulistyorini, Dwi dan Ida Lestari. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Sastra
Indonesia Modern. Malang: Misykat.
Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menulis Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya.
18

STRUKUR BENTUK
PUISI
PUISI Bunyi Diksi STRUKUR BENTUK
Majas Citraan Sarana Retorika
AKU B Bunyi I Diksi U Majas …Citraan U Sarana Retorika
KESABARAN
Kalau sampai waktuku K. khu Aud
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu Al /k/, Aso /u/
Aku tak bisa tidur K. Khu
Tidak juga kau
Orang ngomong, anjing ngonggong Al /n/ dan kons /ng/. K. Konk Aud
Tak perlu sedu sedan itu Al /s/, Aso /u/ K. khu Vis
Dunia jauh mengabur PUISI K. Konk STRUKUR BENTUK Vis
Kelam mendinding batu PUISI . K. Konk Diksi STRUKTUR BENTUK
Aku ini binatang jalang Kons /ng/ Bunyi K. sim Majas
Metafora VisCitraan Sarana Retorika
Dihantam
DOA suara bertalu-talu K. Khu Aud enumerasi
Dari kumpulan yang terbuang Bunyi
Di sebelahnya a pi dan a bu al /a/. K. Konk Diksi Majas
Person VisCitraan Sarana Retorika
Tuhank
SIA-SIA
Biar peluru u menembus kulitku Aso /u/ K.
K. Khu
konk Aud
Vis, tak
Aku
dalamhendak
termangubicara K. Khu Vis
Vis
Aku tetap m eradang m enerjang Ali /m/, Kons /ng/ K. khu Aud, vis
Suaraku
aku hila ngkali
, t enaga t erba ng Kons/k//a//ng/ dan al /t/ K.
K. Khu Person animali Aud
Lukamasih
Penghabisan
dan bis menyebut
a kubaw anama-Mu
itu kau datang
berlari Al
Aso/m/.
Ali K. Khu
khu Aud
Vis
Vis, tak Tautologi
Sudah!
Membawa Tidak jadi apa-apa!
kembang berkarang Kons /ng/ K. Konk Vis
Ini
biardunia
Mawarsusah enggan dandisapa,
sungguh
merah melati ambil
putih perduli Aso/s/
Al
Ali /a/,
/m/ dan/i/kons /h/. K.
K. Khu
Konk Vis
Aud
Berlari
Keras membeku
mengingat
Darah Kau air
penuh
sucipedih peri kaliseluruh Kons /h/. K.
K. Khu
Khu dan K. Konk Vis
Hinggadan hilang Ali /d/ /p/
Al /h/, Konk
K. khu Tak
Kau hidup
Dan tebarkan bukan
depankuhidup lagi Al /h//u/dan kons /p/
Aso K.
K. khu
Khu Vis mesodiposis
cayaMu
Serta
Dan aku panas
pandang suc
yang
akan lebih i tidak
memastikan:
perduli untukmu. Al /a/, Kons /n/ K. Khu Metaf Vis, tak
Vis
Kuulangi yanglilin
tinggal k erdip duludikelam
kembalisunyi Al
Al /k/.
/k/ dan Aso /i/. rima aabb K. Konk, K. Konk Person
Sambil
Lalu kitabertutup telinga , berpicing mata Al /b//u/dan aso /a/. K. Konk Aud,
Vis vis
Aku ma u sama
hidup termannggu
seribu tahun lagi! Aso
Aso /u/ /a/ K. kono Hiperbola
Menunggu
Tuhanku
Saling reda yang
bertanya: apakah ini? mesti tiba Al /m/ dan aso /a/. K. khu
K. Khu Aud
Tema
Tema Kita berdua tak mengerti
Cinta? Menceritakan
Kegigihan dankehidupan
semangat sosial penyair
perjuangan Asoyang/a/ kemungkinan besar berusaha sabar dalam menghadapi orang lain. Aud
aku hilang bentuk Hiper
remu
Sebar k K. Khu Vis
Nada idan
Nada kita Suasana
dan bersama . TakKelugasan
Suasana hampir-menghampir
Berwibawa, penyair i
dalam
tegas, lugas, dan Aso /i/penyampaian
mengemukakan
jelas dalam /a/
pengalamannya, tidak
puisi. penuh perjuangan, optimis dan kekuatan emosi yang Paradoks
bersikap menggurui.
Suasananya cukup tinggi.
Tuhanku
Ah! Hatiku yang tak mau memberi Ali /m/ dan aso /u/ K. Khu
Konk Aud
Amanat
Mampus Hadapi
Amanat kau dikoyak-koyak sepi segala
Manusia harus sesuatu dan cobaan
tegar, kokoh, dengan sikap
terus berjuang, sabar.
pantang mundur meskipun
K. rintangan
Khu menghadang.
Person tak
aku mengembara di negeri asing Pebruari 1943 Aso /i/. K. Konk

Tuhanku
Tema Percintaan K. Khu Aud Repetisi
di pintuMu aku mengetuk K. Kono Metaf Vis
aku tidak
Nada danbisa berpaling
Suasana Menuangkan perasaan bingung pada apa yang sedang terjadi padanya, suasana penyair pada saat itu bingung dengan situasi yang dialaminya yang
menemukan sesosok perempuan yang siap memberikan segalanya untuknya. Tapi ia bingung dengan hati yang enggan memberi.
Tema Ketuhanan, yaitu hubungan antara hamba dan Tuhan-Nya.
Amanat Kegoyahan hati pada saat cinta tiba itu pasti.
Nada dan Suasana Sedih. Menggambarkan suasana yang menyedihkan dan mengharukan.

Amanat Menyadari terhadap apa yang diperbuat dari kesalahan dengan memohon ampunan kepada Tuhan.
STRUKTUR BENTUK
PUISI
Bunyi Diksi Citraan Majas Sarana Retorika
PENERIMAAN

Jika kau mau, kuterima kau kembali Aso /u/ /a/, ali /k/ K. Khu
Dengan sepenuh hati K. Konk

Aku masih tetap sendiri k. khu Vis

K utahu k au bukan yang dulu lagi Ali /k/, aso /u/ enumerasi
Bak kembang sari sudah terbagi Aso /i/ K. Konk simile Tak

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani Kons /n/ K. Khu Vis, aud

Jika kau mau, kuterima kau kembali Ali /k/, aso /a/ /u/ K. Khu
Tapi untukku sendiri Aso /i/ K. Khu
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi Kons /n/ K. Konk Person
Maret 1945

Tema Percintaan
Perasaan harap-harap cemas dan ketegasan. Lelaki masih berharap pada perempuan tetapi ia tahu bahwa si perempuan sudah dengan yang lain dan
Nada dan Suasana
ingin mengetahui jawaban yang pasti atas tawaran yang telah ia berikan
Amanat Dalam urusan cinta, kita juga harus bersikap tegas.

Anda mungkin juga menyukai