Anda di halaman 1dari 3

Nama : Irham Husna Adianto

NIM : 2101418082
Rombel : 3 PBSID 2018
Mata Kuliah : Kritik Sastra

POKOK-POKOK GAGASAN

 Joko Pinurbo (Jokpin) layak dibicarakan sebagai penyair penting yang mungkin bisa
diletakkan dalam wacana pasca-Afrizal Malna. Penempatan ini memiliki latar
belakang dalam proses kreatif, pencapaian estetika, dan pembicaraan dari tukang
kritik puisi Indonesia mutakhir.
 Mengingat kembali lirik mengantarkan pembaca puisi Indonesia modern pada sosok-
sosok penyair yang tekun menempuh alur lirik: Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko
Damono, dan Abdul Hadi W.M. 
 Perpuisian lirik Indonesia bisa dibicarakan dengan mengacu rumusan puisi Sapardi
Djoko Damono (1983) yang mungkin masih layak dijadikan sebagai anutan besar
lirik: “Kata-kata adalah segala-galanya dalam puisi.
 Rujukan atas dukaMu abadi adalah pembacaan terhadap buku puisi awal sapardi
Djoko Damono dengan judul sama yang terbit awal pada tahun 1969.
 Ayu Utami (2005) menjadi pembicara penting untuk mengetahui perbandingan,
pengaruh, dan penelusuran puisi-puisi Joko Pinurbo yang dirrelasikan dengan penyair
Chairil Anwar dan Goenawan Mohamad: “Dalam banyak hal, Goenawan Mohamad
mempengaruhi Joko.
 Keterpengaruhan Joko Pinurbo sudah dinyatakan terbuka sejak tahun 1997 dalam
sebuah esai “Puisi di Tengah Wacana Kekuasaan” (Horison, No. 11, Th XXXII,
September 1997).
 Pembicaraan lain yang ingin memberi deskripsi berbeda terbaca dalam pelbagai
tulisan yang mencari hubungan dan pengaruh puisi mbeling dalam puisi-puisi Joko
Pinurbo.
 Keunikan puisi-puisi Joko Pinurbo adalah bercerita dengan gamblang dengan
aforisma yang mengejutkan.
 Humor (komedi) dalam perpuisian yang dihadirkan dalam puisi-puisi Yudhis layak
menjadi referensi penting untuk pembacaan genre itu dalam perpuisian Indonesia
mutakhir.
 Kerja kreatif Yudhis dalam menulis puisi dikuatkan dengan usulannya terhadap
keungkinan adanya sastra dangdut yang ikut meramaikan perdebatan sastra
kontekstual tahun 1980-an.
 H.B. Jassin dalam esai “Beberapa Penyair di Depan Forum” (1976) memberikan
penilaian yang menempatkan Yudhis dalam posisi penting ketika membicarakan
hubungan dan pengaruh puisi mbeling.
 Puisi “Sajak Sikat Gigi” tercatat sebagai puisi penting dalam imajinasi humor
perpuisian Indonesia modern.
 Kejutan puisi Yudhis itu berulang dengan imaji lain dan kekuatan lain dalam puisi-
puisi Joko Pinurbo.
 Persamaan yang terbaca dari “Sajak Sikat Gigi” dan “Celana, 1” adalah kekuatan
humor (komedi) dari diksi dan narasi yang ditentukan penyair.
 Jokpin membuat strategi teks puisi yang berbeda dengan menghadirkan kekuatan
komedi dan tragedi.
 Tragedi bisa terasa dalam puisi Yudhis “Biarin!” yang membuat dikotomi-dikotomi
dengan kritik dan emosional.
 Puisi itu hadir dengan konsistensi berbeda dari “Sajak Sikat Gigi”. Perbedaan-
perbedaan intensitas dan konsistensi Yudhis bisa terbaca pada puisi-puisi lain.
 Yudhis pada fase awal dengan kentara ingin menjauh dari lirik. Ikhtiar itu kurang bisa
terbukti karena puisi-puisi yang terhimpum dalam buku Sajak Sikat Gigi dominan
dengan pengaruh konvensi-konvensi lirik.
 Ikhtiar bergeser dari lirik meski “gagal” yang dilakukan Yudhis berbeda dengan kasus
Jokpin. Puisi-puisi Jokpin awal terasa ada pengaruh lirik dan pada fase lanjutan
mengalami pergeseran yang jauh dari lirik.
 Pada masa awal penulisan puisi Joko Pinurbo masih menunjukkan kecenderungan
menulis puisi-puisi lirik.
 Pengaruh lirik makin terasa dalam puisi-puisi yang ditulis Joko Pinurbo pada tahun
1980-an sampai awal 1990-an.
 Penerbitan buku puisi Celana (1999) menjadi babak penting dalam proses kreatif Joko
Pinurbo.
 Keunikan puisi-puisi Joko Pinurbo adalah narasi yang mengungkapkan kompleksitas
tragedi yang dialami manusia dalam kehidupannya.

JENIS PENDEKATAN

Menurut saya, jenis pendekatan yang digunakan dalam sebuah tulisan kritik karya
Bandung Mawardi berjudul "Humor Yang Politis, Humor Yang Tragis (Mengingat
Yudhis, Menikmati Jokpin)" adalah pendekatan ekspresif. Berdasarkan pada bahan ajar
yang sudah saya pelajari pendekatan ekpresif adalah pendekatan yang menganggap sastra
sebagai curahan perasaan atau ekspresi pengarang. Melalui pendekatan ini, kritik atau
penilaian sastra menimbang karya dengan menghubungkannya pada keadaan pikiran,
perasaan, visi, dan pengalaman penulis yang secara sadar ataupun tidak telah
membukakan dirinya dalam karya tersebut (Pradopo, 2007:193). Penjabaran lebih lanjut
adalah sebagai berikut ini.

 Jawaban yang mungkin ekplisit mengenai pengaruh perpuisian Joko Pinurbo bisa
dibaca dalam puisi Jokpin yang berjudul “Selamat Malam Jakarta” (1997). Puisi
ini dengan terbuka mengisahkan suatu peristiwa penyair yang sadar atas kata.
Inilah kutipan pendek dari puisi “Selamat Malam Jakarta”:

Aku mencari Alwy, Beny, Hendry di warung kopi.


Semuanya sedang bobo di atas tumpukan puisi.

Maka ngumpet saja aku di kamar mandi,


membaca dukaMu abadi.

Aku ingin cepat pulang ke Yogya,


menemui kata-kata yang sering kukhianati isinya.

Anda mungkin juga menyukai