(RPP)
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran, peserta didik mampu:
Menilai hal yang dapat diteladani dari teks biografi baik lisan maupun tulis.
Mengungkapkan kembali hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh yang terdapat
dalam teks biografi yang dibaca secara tertulis.
B. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan (5 Menit)
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran,
memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran Struktur Teks Biografi yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya serta mengajukan
pertanyaan untuk mengingat dan menghubungkan dengan materi selanjutnya.
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah
Creativity dipelajari terkait Struktur Teks Biografi. Peserta didik kemudian diberi
kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami.
Kegiatan Penutup (5 Menit)
Peserta didik dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran.
Peserta didik dan guru menarik kesimpulan dari hasil kegiatan pembelajaran.
Guru memberikan penghargaan, misalnya pujian atau bentuk penghargaan lain yang
relevan kepada kelompok yang kinerjanya baik.
Menugaskan peserta didik untuk terus mencari informasi di mana saja yang
berkaitan dengan materi/pelajaran yang sedang atau yang akan pelajari.
Guru menyampaikan materi pembelajaran berikutnya.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan doa.
1. Lampiran Materi
BIOGRAFI
MACAM-MACAM BIOGRAFI
Biografi dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Berdasarkan sisi penulis.
2. Berdasarkan isinya.
3. Berdasarkan persoalan yang dibahas.
4. Berdasarkan penerbitnya.
Kompetensi dasar :
Mengidentifikasi isi dan sistematika surat lamaran pekerjaan yang dibaca
Indikator :
Keaktifan
Kerjasama
Rubrik:
Indikator sikap aktif dalam pembelajaran:
1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam pembelajaran
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha ambil bagian dalam pembelajaran tetapi
belum ajeg/konsisten
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam pembelajaran tetapi belum
ajeg/konsisten
4. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan tugas kelompok
secara terus menerus dan ajeg/konsisten
Raden Ajeng Kartini atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Kartini. Dia merupakan keturunan dari
keluarga yang terpandang dan lahir pada tanggal 21 April 1879. Satu hal yang diwariskan oleh
keluarganya adalah pendidikan.
Kartini pernah merasakan duduk dibangku sekolah dasar hingga ia tamat di sekolah dasar. Karakternya
yang haus akan ilmu pengetahuan, membuatnya untuk terus melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Namun, ayahnya tidak memberikan izin kepada Kartini untuk dapat melanjutkan pendidikannya.
Mengetahui sikap ayahnya, Kartini sangat sedih namun dia tidak bisa mengubah keputusan ayahnya.
Kartini tidak boleh lagi keluar rumah sampai waktunya dia menikah atau istilahnya dipingit. Untuk
menghilangkan rasa jenuhnya itu, Kartini menghabiskan waktunya untuk membaca buku ilmu
pengetahuan yang ia miliki.
Hobbinya yang suka membaca ini menjadi rutinitas harian Kartini. Bahkan, dia tidak segan untuk bertanya
kepada ayahnya bila ada hal yang ia tidak mengerti atau kurang paham.
Lambat laun, pengetahuan yang ia miliki semakin bertambah dan wawasannya pun menjadi lebih luas.
Banyak karya dan pemikiran wanita Eropa yang ia kaguminya. Terlebih kebebasan mereka untuk bisa
terus bersekolah. Rasa kagum itu sangat menginspirasinya untuk dapat memajukan wanita di Indonesia.
Dalam sudut pandangnya, wanita tidak hanya harus bisa dalam urusan belakang rumah tangga saja. Tapi
lebih dari itu, wanita juga harus bisa dan punya wawasan dan ilmu yang lebih luas lagi.
Dia pun mulai bergerak untuk mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajari baca dan menulis.
Semakin hari, Kartini semakin disibukkan dengan aktivitas membaca dan mengajarnya.
Kartini juga mempunyai banyak teman di Belanda dan sering sekali berkomunikasi dengan mereka.
Bahkan dia sempat memohon kepada Mr. J.H. Abendanon untuk dapat memberinya beasiswa untuk
bersekolah di Belanda.
Belum sempat permohonan tersebut dikabulkan, dia sudah dinikahkan dengan Adipati Rembang yang
bernama Raden Adipati Oyodiningrat.
Berdasarkan data sejarah, R.A Kartini ikut dengan suaminya ke Rembang setelah mereka menikah. Walau
begitu, cita-cita Kartini tidak padam begitu saja. Beruntung sekali ia memiliki suami yang sangat
mendukung cita-citanya.
Berkat kegigihan serta dukungan oleh sang suami, Kartini mampu mendirikan sekolah wanita di berbagai
daerah. Seperti di daerah Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Madiun, Malang, Cirebon, dan daerah yang
lainnya. Waktu itu, sekolah wanita dikenal dengan sebutan Sekolah Kartini.
Kartini adalah seorang wanita Jawa yang mempunyai pandangan melebihi zamannya pada saat itu. Meski
dia sendiri terbelenggu oleh zaman yang mengikatnya dengan adat istiadat. Pada tanggal 17 September
1904, Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun, setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya.
Dia adalah salah satu wanita yang menjadi pelopor emansipasi wanita di tanah Jawa. Surat-surat
korespondensinya dengan teman-temannya di Belanda kemudian dibukukan oleh Abendanon dengan judul
“Door Duistemis Tot Licht” atau yang biasa kita kenal sebagai “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Buku ini merupakan salah satu buku yang banyak menginspirasi wanita di Indonesia. Tidak hanya wanita
pada zamannya, namun hingga pada saat ini.
www.kherysuryawan.id
Sesuai dengan Keppres No.108 Tahun 1964, Kartini resmi diberi gelar menjadi seorang pahlawan nasional
oleh pemerintah Indonesia. Keppres ini juga menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini.
Namanya kini, diabadikan sebagai nama jalanan dibeberapa daerah di Indonesia. Tidak hanya di kota-kota
di Indonesia saja, melainkan di kota-kota di Belanda. Seperti di kota Trecht, Venlo, Amsterdam, dan
Harleem.
Dan bahkan WR. Supratman membuatkan sebuah lagu untuk mengenang jasa-jasa yang sudah dilakukan
oleh RA. Kartini. Lagunya berjudul “Ibu Kita Kartini”.
Pertanyaan :
Analisislah struktur teks biografi R.A. Kartini di atas!
Kunci Jawaban :
Orientasi
Raden Ajeng Kartini atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Kartini. Dia merupakan keturunan dari
keluarga yang terpandang dan lahir pada tanggal 21 April 1879. Satu hal yang diwariskan oleh
keluarganya adalah pendidikan.
Kartini pernah merasakan duduk dibangku sekolah dasar hingga ia tamat di sekolah dasar. Karakternya
yang haus akan ilmu pengetahuan, membuatnya untuk terus melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Namun, ayahnya tidak memberikan izin kepada Kartini untuk dapat melanjutkan pendidikannya.
Mengetahui sikap ayahnya, Kartini sangat sedih namun dia tidak bisa mengubah keputusan ayahnya.
Peristiwa dan Masalah
Kartini tidak boleh lagi keluar rumah sampai waktunya dia menikah atau istilahnya dipingit. Untuk
menghilangkan rasa jenuhnya itu, Kartini menghabiskan waktunya untuk membaca buku ilmu
pengetahuan yang ia miliki.
Hobbinya yang suka membaca ini menjadi rutinitas harian Kartini. Bahkan, dia tidak segan untuk bertanya
kepada ayahnya bila ada hal yang ia tidak mengerti atau kurang paham.
Lambat laun, pengetahuan yang ia miliki semakin bertambah dan wawasannya pun menjadi lebih luas.
Peristiwa dan Masalah
Banyak karya dan pemikiran wanita Eropa yang ia kaguminya. Terlebih kebebasan mereka untuk bisa
terus bersekolah. Rasa kagum itu sangat menginspirasinya untuk dapat memajukan wanita di Indonesia.
Dalam sudut pandangnya, wanita tidak hanya harus bisa dalam urusan belakang rumah tangga saja. Tapi
lebih dari itu, wanita juga harus bisa dan punya wawasan dan ilmu yang lebih luas lagi.
Dia pun mulai bergerak untuk mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajari baca dan menulis.
Semakin hari, Kartini semakin disibukkan dengan aktivitas membaca dan mengajarnya.
Peristiwa dan Masalah
Kartini juga mempunyai banyak teman di Belanda dan sering sekali berkomunikasi dengan mereka.
Bahkan dia sempat memohon kepada Mr. J.H. Abendanon untuk dapat memberinya beasiswa untuk
bersekolah di Belanda.
Belum sempat permohonan tersebut dikabulkan, dia sudah dinikahkan dengan Adipati Rembang yang
bernama Raden Adipati Oyodiningrat.
Berdasarkan data sejarah, R.A Kartini ikut dengan suaminya ke Rembang setelah mereka menikah. Walau
begitu, cita-cita Kartini tidak padam begitu saja. Beruntung sekali ia memiliki suami yang sangat
mendukung cita-citanya.
www.kherysuryawan.id
Berkat kegigihan serta dukungan oleh sang suami, Kartini mampu mendirikan sekolah wanita di berbagai
daerah. Seperti di daerah Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Madiun, Malang, Cirebon, dan daerah yang
lainnya. Waktu itu, sekolah wanita dikenal dengan sebutan Sekolah Kartini.
Peristiwa dan Masalah
Kartini adalah seorang wanita Jawa yang mempunyai pandangan melebihi zamannya pada saat itu. Meski
dia sendiri terbelenggu oleh zaman yang mengikatnya dengan adat istiadat. Pada tanggal 17 September
1904, Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun, setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya.
Dia adalah salah satu wanita yang menjadi pelopor emansipasi wanita di tanah Jawa. Surat-surat
korespondensinya dengan teman-temannya di Belanda kemudian dibukukan oleh Abendanon dengan judul
“Door Duistemis Tot Licht” atau yang biasa kita kenal sebagai “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Buku ini merupakan salah satu buku yang banyak menginspirasi wanita di Indonesia. Tidak hanya wanita
pada zamannya, namun hingga pada saat ini.
Reorientasi
Sesuai dengan Keppres No.108 Tahun 1964, Kartini resmi diberi gelar menjadi seorang pahlawan nasional
oleh pemerintah Indonesia. Keppres ini juga menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini.
Namanya kini, diabadikan sebagai nama jalanan dibeberapa daerah di Indonesia. Tidak hanya di kota-kota
di Indonesia saja, melainkan di kota-kota di Belanda. Seperti di kota Trecht, Venlo, Amsterdam, dan
Harleem.
Dan bahkan WR. Supratman membuatkan sebuah lagu untuk mengenang jasa-jasa yang sudah dilakukan
oleh RA. Kartini. Lagunya berjudul “Ibu Kita Kartini”.
Dewi Sartika
Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi daerah Sunda, Nyi Raden Rajapermas dengan Raden
Somanagara. Walaupun bertentangan dengan adat waktu itu, ayah ibunya bersih keras untuk
menyekolahkan Dewi Sartika di sakola Belanda.
Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika di asuh oleh pamannya yang pada saat itu menjadi patih di
Cicalengka. Oleh pamannya, ia mendapatkan pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda.
Sedangkan wawasan kebudayaan barat ia dabatkan dari seorang Nyonya Asisten Residen berkebangsaan
Belanda.
Dari kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidikan dan kegigihan yang dimilikinya untuk
dapat meraih kesuksesan. Sambil bermain di belakang gedung kepatihan, ia sering melakukan kegiatan-
kegiatan yang pernah ia dapat di sakola.
Yaitu belajar membaca, belajar menulis, belajar bahasan Belanda, bersama anak-anak pembantu di
Kepatihan. Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannnya sebagai media untuk
mereka belajar bersama.
Waktu itu, Dewi Sartika baru berusia sekitar sepuluh tahun. Ketika Cicalengka digemparkan oleh
kemampuan baca tulis dan beberapa kalimat yang diucapkan oleh anak-anak pembantu dengan
menggunakan bahasa Belanda.
Hal itu membuat masyarakat menjadi heboh, karena pada saat itu belum ada anak-anak yang memiliki
kemampuan untuk berbahasa Belanda.
Setelah beranjak Remaja, Dewi Sartika kembali lagi kepada ibunya di Bandung. Jiwanya yang telah
tumbuh menjadi dewasa semakin membawanya untuk dapat mewujudkan cita-citanya.
www.kherysuryawan.id
Hal ini di dorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara, yang memang mempunyai keinginan yang
sama dengan Dewi Sartika. Tetapi, meski keinginan yang sama dengan pamannya, tidak menjadikan cita-
cita tersebut dapat terwujud dengan mudah.
Karena pada saat itu terdapat adat yang mengekang kaum wanita. Hal itulah yang membuat pamannya
mengalami kesulitan dan khawatir terhadap Dewi Sartika.
Namun karena kegigihan dan perjuangannya, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan
mendapatkan izin untuk mendirikan sekolah untuk perempuan.
Sejak tahun 1902, Dewi Sartika sudah dapat merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di sebuah
ruangan kecil, tepatnya di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan
beberapa anggota keluarganya yang perempuan.
Merendam memasak, membaca, menulis, jahit-menjahit menjadi materi pelajaran pada saat itu.
Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A Martanagara pada tanggal 16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka
sebuah Sakola Istri yang merupakan sekolah perempuan pertama se- Hindia Belanda.
Tenaga pengajarnya ada 3 orang, yaitu Dewi Sartika sendiri dan dibantu oleh dua saudaranya, Nyi Poerwa
dan Nyi. Oewid, Murid-muridnya pada saat itu terdiri dari 20 orang.
Setahun kemudian tepatnya pada tahun 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga kemudian pindah ke
Jalan Ciguriang, Kebon Cau. Lokasi ini dibeli oleh Dewi Sartika dengan uang tabungannya sendiri. Serta
bantuan dana dari Bupati Bandung.
Lulusan pertama keluar pada tahun 1909, bahasa Sunda lebih memenuhi syarat kelengkapan sekolah
formal.
Pada tahun-tahun berikutnya, dibeberapa wilayah di Pasundan bermunculan beberapa sakola Istri,
terutama sekolah yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang mempunyai cita-cita yang sama
dengan Dewi Sartika.
Pada tahun 1912 sudah berdiri sembilan sakola Istri di kota-kota Kabupaten Se-Pasundan. Memasuki usia
yang ke sepuluh, nama sekolah ini diganti menjadi Sakola Keutamaan Istri.
Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang lainnya yang belum memiliki Sakola Keutamaan Istri hanya
tinggal di tiga tempat. Semangat ini sampai menyebrang ke Bukit Tinggi, dimana Sakola Keutamaan Istri
di dirikan oleh Encik Rama Saleh.
Seluruh wilayah Pasundan lengkap mempunyai Sakola Keutamaan Istri di tiap daerahnya pada tahun
1920. Ditambah lagi beberapa yang berdiri di kota Kewedanaan.
Pada bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang berusia 25
tahun itu, yang kemudian berganti nama lagi menjadi “Sakola Raden Dewi”. Atas jasa dalam bidang
pendidikan, Dewi Sartika dianugrahi bintang jasa oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Dewi Sartika meninggal pada tanggal 11 September 947 di Tasikmalaya dan dimakamkan di Cigagadon
Desa Rahayu, Kecamatan Cineam. Tiga tahun kemudian dia dimakamkan kembali di kompleks
pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Kabupaten Bandung.
Sudah sepantasnya kita sebagai generasi muda harus mengenang jasa Dewi Sartika. Semangat dan jasanya
dalam memperjuangkan pendidikan untuk kaum wanita tidak sepantasnya kita lupakan begitu saja.
Semoga dengan apa yang telah dilakukannya, wanita-wanita di Indonesia dapat memperoleh pendidikan
yang lebih baik lagi untuk masa depan yang lebih cerah.
Itulah pembahasan singkat mengenai pengertian teks biografi, unsur kebahasaan teks biografi, ciri ciri teks
biografi, struktur teks biografi, jenis jenis teks biografi, dan contoh teks biografi singkat beserta
strukturnya. Semoga dengan artikel ini kamu dapat lebih memahami apa itu teks biografi.
www.kherysuryawan.id
Pertanyaan :
Analisislah karakter unggul dari biografi Dewi Sartika, kemudian jabarkan dalam bentuk teks eksposisi!
Karakter Unggul Tokoh Keteladanan tokoh
www.kherysuryawan.id
4. Pedoman Penskoran/Penilaian
Skor
Aspek Penilaian Maksima
l
Ketepatan menentukan struktur 50
Kelengkapan menemukan karakter unggul tokoh 30
Kebahasaan 20
Total 100
www.kherysuryawan.id