Anda di halaman 1dari 15

BEBERAPA POKOK PIKIRAN JOKO PINURBO DALAM NOVEL

SRIMENANTI DAN PUISINYA


MOH S ABD WARIDS
1631311015
Pengarang dan karyanya

Karya sastra adalah karya seni yang berbicara tentang masaalah hidup dan
kehidupan, tentang manusia dan kemanusiaan yang menggunakan bahasa sebagai
medium. Salah satu karya sastra yang paling estetik dan kaya makna adalah puisi. Puisi
merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya
makna, pemadatan segala unsur kekuatan Bahasa serta berisikan ungkapan pikiran dan
perasan penyair.

Joko Pinurbo yang lebih familiar dengan sebutan JOKPIN lahir di


Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat, 11 Mei 1962. Ayahnya bernama Sumardi
pengajar sekolah dasar swasta di Pelabuhan Raru dan ibunya bernama Ngasilah, ibu
rumah tangga biasa. Joko pinurbo anak sulung dari empat laki-laki dan satu perempuan.
Tetapi sekarang iya bertempat tinggal di Yogyakarta. Adapun riwayat pendidikan
seorang penyair Joko Pinurbo yaitu, mengenyan pendidikan di SD Mandiri Yuana
Warung Kiara tahun (1973) dan melanjutkan pendidikan di SMP Sanjaya Badadan,
Seleman (1976), kemudian melanjutkan lagi pendididikannya Seminari St Petrus
Kanisius Martoyudan, Magalang (1981) dan Jokpin menyelesaikan pendidikan
terakhirnya di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Sanata Dharma (sekarang
Universitas Sanata Dharma) Yogyakarta (1987).

Awal mula Joko Pinurbo tertarik dengan kegemarannya berpuisi ditekuninya


sejak di sekolah Menengah Atas atau SMA, di saat itu iya berumur 15 tahun. Salah satu
penyebab ketertarikannya dengan sastra mungkin karena Joko pinurbo banyak
membaca karya-karya sastra. Karena pada saat itu di asrama Joko Pinurbo banyak
tersedia buku-buku bacaan sastra Indonesia maupun sastra terjemahan dari berbagai
negara ke Bahasa Indonesia. Pada tahun 1986 terbit buku antologi puisi Tugu, berisi
karya 32 penyair yogya, Joko Pinurbo termasuk di dalamnya. Kemudian pada tahun
yang sama joko pinurbo mempunyai buku kumpulan puisi Sketsa selamat malam dan
parade kambing. Kedua buku tersebut berbentuk stensilan. Setahun kemudian
JokoPinurbo menamatkan kuliahnya.

Setelah lulus pada tahun 1987 dari IKIP (sekarang Universitas) Sanata Dharma
Yokyakarta. Kemudian Jokpin mengajar di almamaternya dan sambil membantu di
majalah basis. Pada 1992 Joko Pinurbo bergabung dengan kelompok Gramedia sebagai
editor, selain menulis dan menyunting naskah, mengajar dan berceramah ia juga ikut
mengelola majalah Mata Baca dan jurnal puisi. Puisi-puisi joko pinurbo terbit di
berbagai surat kabar, majalah/jurnal dan antologi/buku. Sering diundang baca puisi
diberbagai tempat, termasuk di beberapa forum/festival sastra antar bangsa.

Pada tahun 1999 Joko Pinurbo mulai produktivitas menulis sajak, namanya
mulai terkenal sebagai penyair. Joko Pinurbo menerbitkan buku puisi pertamanya
berjudul Celana, buku puisi pertamanya yang berjudul Celana mendapatkan
penghargaan Hadiah Sastra Lontar 2001. Sejak itu buku-buku puisi joko pinurbo
bermuculan, ia telah menerbitkan sejumlah buku kumpulan puisi dan memperoleh
berbagai penghargaan, diantaranya ialah: Di Bawah Kibaran Sarung (2001),
PacarKecilku (2002), Telepon Genggam (2003), Kekasihku (2005), Kepada Cium
(2007), Tahilalat (2012), Baju Bulan-Seuntai Puisi Pilihan (2013), Bulu Mata (2014),
Surat Kopi (2014), Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016), Malam Ini Aku Akan
Tidur Di Matamu (2016), Buku Latihan Tidur (2017), dan buku Novel pertamanya
yang berjudul Srimenanti (2019). Penghargaan yang telah diterimanya: Penghargaan
Buku Puisi Pusat Kesenian Jakarta (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra
Pilihan Tempo (2001), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002), khatulistiwa Literary
Award (2005), South East Asian (SEA) Write Award (2014).
Kutipan Pokok Pikiran Joko Pinurbo Dalam Novel Srimenanti

Joko Pinurbo alias jokpin menulis novel pertamanya yaitu “Srimenanti”


diterbitkan oleh Gramedia pada April 2019. Karena Joko Pinurbo seorang penulis puisi
setiap hari memilih kata-kata terbaik di setiap bait, kebisaan itu juga terbawa saat
menulis novel. Novel Srimenanti yang ditulis Joko Pinurbo sangat pendek sekali hanya
berjumlah 138 halaman.

Novel Srimenanti ini lahir dari puisi Sapardi Djoko Darmono yaitu puisi “Pada
Suatu Pagi Hari”. Didalam novel tersebut dituturkan oleh dua tokoh, bercerita lewat
sudut pandang orang pertama secara bergantian, kedua tokoh menggunakan kata ganti
“saya” penutur pertama seorang penyair yang bisa kita ketahui tak lain adalah dia
sendiri yaitu Joko Pinurbo alias Jokpin. Kemudian penutur kedua yaitu seorang
perempuan muda yang pandai melukis yang bernama Srimenanti. Kemudian jalan
cerita pada novel ini, dari awal sampai akhir kita akan sangat jarang menemukan
konflik dan klimaks dalam novel ini semua itu samar-samar tidak seperti novel pada
umumnya, narasinya mengalir datar, yang sangat terlihat jelas adalah puisi. Dalam
novel, penggalan puisi yang mewakili kondisi ataupun perasan tokoh dalam cerita.

Cerita Novel Srimenanti ini dikembangkan dari cerpen-cerpen yang sudah dulu
diterbitkan. Seperti cerpen yang berjudul “Laki-Laki Tampa Celana” Yang
mengisahkan tentang pertemuannya dengan seorang perempuan dan sesosok hantu
laki-laki tampa celana yang mengeluarkan darah diujung kelaminnya yang selalu
datang dan pergi seenaknya. Kemudian dari cerpen “Ayat Kopi” yang mengisahkan
tentang baris puisi yang dapat mempengaruhi pikiran warga dan dianggap ajaran yang
menyesatkan karena semua warga menganggap baris puisi “Rayakanlah setiap rizki
dengan kopi agar bahagia hidupmu nanti” sebagai suatu ayat yang harus dilakukan.
Kemudian ada juga dalam Novel tersebut cerpen “Sebotol Hujan Untuk Sapardi” yang
mengisi cerita Novel Srimenanti. Kata-kata yang sederhana dan banyak berbicara
tentang hal yang remeh dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita temui seperti,
kamar mandi, celana, daster, anjing, tiang listrik hingga kopi dan bahasa yang
sederhana sedikit nakal dan banyak imajinasi, membuat pembaca mudah menemukan
isi dalam novel tersebut. Kemudian dalam novel Srimenanti, Joko Pinurbo memuat
beberapa nama tokoh yang ada di dunia nyata yaitu, nama-nama seniman yang ada di
tanah air dan mereka dijadikan sebagai tokoh-tokoh pendukung kejenakan dan
kepuitisan novel tersebut. Nama–nama berikut diantaranya adalah Nasirun, yusi,
Hanafi, Semo, Beni, Aan, Butet, Djaduk, Faisal, Sapardi dan masih banyak lagi nama-
nama tokoh dalam novel tersebut.

Di awal buku novel Srimenanti Joko Pinurbo menulis bahwa ia berterima kasih
kepada Sapardi Djoko Darmono kerena puisinya “Pada Suatu Pagi Hari” telah
menyebabkan ia melahirkan buku Srimenanti. Joko Pinurbo merupakan sastrawan
yang mengagumi seorang Sapardi Djoko Damono, maka tidah heran jika novel
Srimenenti dilahirkan dari puisinya Sapardi Djoko Darmono. Jadi pokok pemikiran
seorang penyair dapat terpengaruhi oleh pemikiran penyair lain yang dikaguminya.
Seperti novel Srimenanti pemikiran Joko Pinurbo terpengaruhi puisi Sapardi Djoko
Darmono “Pada Suatu Pagi Hari”.

“Nah, saya berhenti lama di sajak Sapardi Djoko Darmono “Pada Suatu Pagi
Hari” sajak yang selalu saya kang eni, padahal sajak tersebut hanya
mengungkapkan sebuah ingin.
Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis
Sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin
Pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar
Ia bias berjalan sendiri saja sambila menangis dan tak
Ada orang bertanya kenapa.
Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk
Memecahkan cermin membakar tempat tidur. Ia hanya
Ingin menangis lirih saja sambal berjalan sendiri dalam
Hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.
Intuinsi saya mengatakan, perempuan yang berpapasan dengan saya dilorng
sepi pagi tadi berasal dari sajak itu” (Pinurbo, 2019:2).
Puisi di atas merupakan kutipan dari novel Srimenanti yang menggambarkan
rangkaian cerita dan latar belakang peristiwa pada novel Srimenanti. Joko Pinurbo
menulis novel Srimenanti sesuai dengan pokok pikiran yang ada pada puisi “Pada
Suatu Pagi Hari” yaitu tentang seorang perempuan yang bernama Srimenanti yang
mengalami kesedihan atau trauma dari suatu peristiwa yang pernah dialaminya. Tetapi
srimenanti ingin menutupi kesedihannya agar tidak ada orang yang tau dan srimenanti
selalu berusaha untuk menyembuhkan dan melupakan luka atau kesedihan yang ada
dihatinya karena kejadian yang pernah dialami.

Karena Joko Pinurbo adalah seorang penulis puisi atau penyaira jadi sangat
terlihat di novel Srimenanti, harkat puisi diangkat setinggi mungkin, puisi di ibaratkan
mantra, yang bisa mengusir hantu seperti pada kutipan berikut:

” saya memberinya cara yang lebih sederhana. Saya minta, bila eltece datang
lagi, dia segera membungkuk, lalu mengucapkan baris puisi tubuhku
kenengan yang sedang menyembuhkan lukanya sendiri” (Pinurbo, 2019:55)
Dapat terlihat jelas dalam kutipan diatas yang terdapat pada novel Srimenanti
bahwa puisi dijadikan sebagai manta untuk mengusir hantu, tokoh aku memberikan
mantra puisi kepada Subagus agar tidak diganggu oleh hantu eltece.

Kemudian dalam novel tersebut juga menjadikan puisi sebagai virus atau ayat-
ayat yang dapat mempengaruhi anak muda dan meresahkan warga karena puisi yang
dibuat penyair.

“saya bingung ajaran sesat mana yang telah saya sebarkan. Komandan
pemuda setampat mengajuakan sobekan kertas bertulis rayakanlah setiap rizki
dengan ngopi agar bahagia hidupmu nanti” (Pinurbo, 2019:80)
Dari kutipan diatas terlihat bahwa penyair menjadikan puisi sebagai ayat yang
diamalkan oleh setiap orang, dalam novel tersebut penyair dituduh menyebarkan ajaran
sesat kerena puisi yang telah dibuat dapat mempengaruhi warga mereka setiap hari
meminum kopi untuk merayakan rezeki yang mereka dapat.

Dan ada juga dalam novel srimenanti penyair menyamakan membaca puisi
sama seperti beribadah. Mungkin Joko Pinurbo ingin mengkritik orang-orang yang
menggunakan ayat-ayat suci demi kepentingan politik. Seperti pada kutipan berikut:

” Kali ini saya memerlukan mandi dan berhias sebelum melukis. Dari mandi
yang sunyi, saya masuk keruang kecantikan. Saya berdandan sembari
menunaikan ibadah puisi” (Pinurbo, 2019:106)
Kutipan diatas menunjukan bahwa puisi dijadikan seperti ibadah, pada novel
tersebut srimenanti sebelum melukis ia terlebih dahulu melakukan mandi dan berhias
kemudian berdandan sembari menunaikan ibadah puisi.

Dengan demikian dapat disimpulkan dari kutipan-kutipan diatas kepenyairan


Joko Pinurbo sangat mempengaruhi isi yang ada di dalam novel tersebut, harkat puisi
di angkat setinggi mungkin dan puisi dijadikan sebagai panduan hidup yang sangat
berpengaruh dalam cerita seperti, puisi bisa dijadikan mentra pengusir hantu, puisi
dijadikan ayat yang dapat menyesatkan orang dan puisi juga dapat di jadikan suatu
ibadah. Jadi dalam novel Srimenanti Joko Pinurbo lebih sering memainkan bait-bait
puisi untuk mengisi jalannya cerita seperti kondisi atau perasan tokoh dalam cerita.

Selanjutnya dalam novel Srimenanti Joko Pinurbo ingin mengingatkan kita


kembali tentang peristiwa penculikan aktivis dan seniman yang diculik dan disiksa
pada pemerintahan orde baru. Penghilangan orang secara paksa atau penculikan aktivis
terjadi menjelang pelaksanan pemilu. Selama periode 1997-1998, setidaknya ada
puluhan aktivis menghilang, ada yang sudah ditemukan meninggal dan ada juga yang
hingga hari ini tidak di ketahui entah dimana, kekerasan yang dilakukan rezim orde
baru masih meninggalkan luka bagi keluarga orang-orang yang diculik kala itu. Joko
Pinurbo menuangkan semua itu kedalam novel Srimenanti yang dapat kita lihat dari
kutipan berikut:
“Pada saat dinihari, saat terhuyung-huyungke kamar mandi untuk buang sakit,
saya dicegat sosok laki-laki tampa celana alias eltece dengan darah mengental
diujung kelaminnya. Saya segera membungkuk dan mengucapkan yang fana
adalah waktu, kita abadi. Saya pandang wajahnya yang memelas. Ia menatap
saya dengan heran. Setelah mengucapkan terima kasih, Nona, ia pun
menghilang”
“saat itulah samar-samar terbayang sosok ayah saya yang pada suatu malam,
saat pulang dari bermain teater, dijemput beberapa orang tidak dikenal dan
sejak itu saya tidak pernah lagi melihatnaya. Saya kurang mengerti apa yang
sesungguhnya terjadi. Di kemudian hari saya banyak mendengar cerita tentang
para aktivis dan seniman yang diculik, disiksa dan bahkan konon ada yang
dikareti kemaluannya” (Pinurbo, 2019:5)
kutipan novel diatas dapat digambarkan bahwa penulis ingin mengingat
kondisi pada masa lalu, kondisi dimana penculikan aktivis dan seniman terjadi, banyak
korban yang diculik, disiksa bahkan kemaluannya dikareti dan ada juga yang dibunuh.
Mungkin Joko Pinurbo ingin mengingatkan kita kembali atas peristiwa masa lalu, saat
kita membaca novel Srimenanti. Selain kondisi masa lalu yang mempengaruhi
pemikiran seseorang dalam membuat karya sastra, kondisi politik dan agama juga
dapat mempengaruhi dalam pembuatan suatu karya sasrta.

“Hari-hari ini kegemaran bermain label kembali merajalela dan banyak orang
lupa atau tidak menyadari bahayanya. Situasai kian runyam jika perang label
sudah membawa-bawa agama” (Pinurbo, 2019:77)
Dari kutipan novel diatas dapat digambarkan bahwa penulis ingin
mengingatkan kepada kita tentang kondisi politik sekarang, dimana seringkali urusan
politik yang dihubung-hubungkan dengan agama. Ketika seseorang ingin memperoleh
kekuasan politik dengan menggunakan agama sebagai alat untuk mendapatkan
kekuasaan politik tersebut, sehingga banyak orang lupa akan bahaya yang akan terjadi.

“Menur barusaja cerita, temannya putus hubungan dengan calon lakinya gara-
gara urusan pemilu. Saya juga punya teman yang kehilangan teman kerena
cek-cok soal ideologi” (Pinurbo, 2019:77)
Kemudian dari kutipan novel diatas penulis atau Joko Pinurbo menggambarkan
dampak yang terjadi akibat politik sekarang. “Apa yang dipersatukan oleh cinta
ternyata bisa diceraikan oleh politik”. Itu bahaya yang tidak disadari oleh banyak orang,
mereka lebih suka menuruti ambisi politik sampai-sampai menjual banyak harta benda
mereka demi berpolitik.

POKOK PIKIRAN PENULIS NOVEL SRIMENENTI

Dapat penulis simpulkan dari buku novel Srimenanti yang telah penulis baca,
bahwa seorang Joko Pinurbo dalam menulis karya sastra yang diciptakannya seperti
novel Srimenanti, banyak menggunakan kata-kata yang sederhana dan banyak
berbicara tentang hal yang remeh dalam kehidupan sehari-hari, dan bahasa yang
sederhana sedikit nakal dan banyak berimajinasi sehingga membuat pembaca mudah
menemukan isi dalam novel tersebut.

Joko Pinurbo menulis novel Srimenanti sesuai dengan pokok pikiran yang ada
pada puisi Sapardi Djoko Darmono “Pada Suatu Pagi Hari”, yaitu tentang seorang
perempuan yang bernama Srimenanti yang mengalami kesedihan atau trauma dari
suatu peristiwa yang pernah dialaminya. Oleh karena itu, jadi pokok pemikiran seorang
penyair dapat terpengaruhi oleh pemikiran penyair lain yang dikaguminya, kemudian
kepenyairan Joko Pinurbo sangat mempengaruhi isi yang ada di dalam novel tersebut,
sehingga harkat puisi di angkat setinggi mungkin dan puisi dijadikan sebagai panduan
hidup yang sangat berpengaruh dalam cerita, jadi pokok pikiran Joko pinurbo dalam
novel srimenanti sangat dipengaruhi oleh latar belakang profesinya sebagai penyair.

Selain profesi yang mempengaruhi pokok pikiran, kondisi sosial politik dan
agama juga mempengaruhi pemikiran Joko Pinurbo dalam membuat novel Srimenanti.
Seperti kondisi politik di masa sekarang, Joko Pinurbo menuliskannya dalam novel
Srimenanti yaitu tentang urusan politik yang sering di menghubung-hubungkan dengan
agama. Ketika seseorang ingin memperoleh kekuasan politik dengan menggunakan
agama sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan politik tersebut, sehingga Mereka
lebih suka menuruti ambisi politik sampai-sampai menjual banyak harta benda mereka
demi berpolitik.
Dan kondisi atau peristiwa masa lalu juga dapat menjadi pokok pikiran Joko
pinurbo dalam membuat karya seperti dalam novel Srimenanti, Joko Pinurbo ingin
mengingatkan kita kembali tentang peristiwa penculikan aktivis dan seniman yang
terjadi, banyak korban yang diculik, disiksa bahkan kemaluannya dikareti dan ada juga
yang dibunuh, setidaknya ada puluhan aktivis menghilang, ada yang sudah ditemukan
meninggal dan ada juga yang hingga hari ini tidak di ketahui entah dimana, kekerasan
yang masih meninggalkan luka bagi keluarga orang-orang yang diculik kala itu.

Pokok Pikiran Puisi Joko Pinurbo

Dalam buku “Malam Ini Aku Akan Tidur Di Matamu” merupakan salah satu
antologi puisi karya Joko Pinurbo, dalam antologi puisi tersebut terdapat 79 judul puisi
yang dikemas dalam 125 halaman dan merupakan kumpulan sajak-sajak yang pernah
ditulis dan diterbitkan pada tahun 1999 hingga 2012. Dalam buku “Malam Ini Aku
Akan Tidur Di Matamu” banyak mengangkat tema tentang kritik sosial atau kehidupan
sosial.

Kondisi sosial mempunyai peranan penting dalam pembuatan suatu karya


sastra, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik kondisi sosial masyarakat
maupun kondisi sosial politik. Dalam hal ini sikap penyair terhadap lingkungan
masyarakat sekitar ataupun zaman pada saat sastra itu diciptakan. Joko Pinurbo selaku
seorang sastrawan telah banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial dalam penciptaan
puisinya. Seperti tampak pada salah satu karyanya dalam puisi berikut:
BAJU BARU
Hari ini bapak gajian.
Gaji bapak naik sedikit,
harga-harga naik banyak.
Bapak belikan aku baju,
hadiah naik kelas.
Bajuku bagus, bagus bajuku,
bergambar presiden naik becak,
tukang becaknya mirip bapak.
Presidennya tertawa,
tukang becakknya pura-pura tertawa.
Presidennya berteriak “Merdeka!”
tukang becaknyaberteriak “Merdeka!”
Seminggu dipakai terus,
bajuku dicuci ibu.
Ibu bingung, habis dicuci
bajuku rusak gambarnya.
Becaknya masih,
tukang becaknya masih,
Tapi presidennya entah kemana.
2011 (Pinurbo, 2016:118)

Puisi “Baju Baru” di atas menceritakan tentang seorang bapak yang


mendapatkan gaji rendah karena harga kebutuhan pokok sedang naik. Baju baru yang
dibelikan bapak bergambar seorang presiden sedang naik becak. Tukang becaknya
diartikan sebagai rakyat kecil. Presidennya tertawa bahagia namun rakyatnya belum
tentu bahagia, presidennya merasa merdeka namun rakyatnya belum tentu merasa
merdeka. Hingga akhirnya rakyatnya tetap pada keadaan yang sama sedangkan
presidenya tidak peduli dengan keadaan rakyatnya.
Puisi di atas menggambarkan sikap penyair terhadap persitiwa sosial yang
sedang terjadi di Indonesia pada saat itu. Indonesia sedang mengalami masalah dalam
ekonomi ketika para karyawan ataupun buruh merasakan kenaikan gaji namun
kenaikan harga kebutuhan pokok lebih tinggi. Akhirnya disangkut pautkan dengan
kekuasaan presiden yang sudah membuatnya bahagia dan hidup merdeka dimana peran
presiden disaat rakyatnya yang hidup sengsara di tengah negara yang sudah merdeka.
Pada tahun 2011 Joko Pinurbo merupakan salah satu peyair terkenal di
Indonesia. Joko Pinurbo pada saat itu berumur 49 tahun. Joko Pinurbo lahir di
Sukabumi, Jawa Barat 11 Mei 1962. Joko Pinurbo menempuh pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di IKIP Sanata Darma Yogyakarta tahun 1987. Pada puisi Baju Baru
ciptaannya ini dia menempatkan diri sebagai rakyat kecil. Tema puisi yang diketahui
adalah perbedaan antara keadaan rakyat dan presidennya. Dalam puisi tersebut,
menunjukkan sindiran kepada seorang presiden karena tidak bisa menyelesaikan
masalah ekonomi yang sedang terjadi pada saat itu. Masalah ekonomi membuat rakyat
kecil hidup sengsara di negara yang katanya sudah merdeka. Di sini penyair menyindir
presiden tentang dimana perannya sebagai kepala negara dalam mengatasi masalah-
masalah yang terjadi pada negaranya. Perasaan yang tergambar di dalamnya, yakni
penyair ingin mengungkapkan rasa kekecewaanya terhadap keadan di negera Indonesia
yang sudah merdeka namun banyak rakyat Indonesia yang masih hidup sengsara. Joko
Pinurbo memang terkenal dengan karya-karya puisinya yang suka menyindir. Hal ini
menunjukkan bahwa Joko Pinurbo merasa bersimpati pada rakyat kecil.
Karya-karya puisi Joko Pinurbo memang berbeda dengan penyair-penyair lain
ia banyak mengunakan objek sederhana yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari seperti pada buku antologi puisi “Malam Ini Aku Akan Tidur Di Matamu”
mengunakan objek yang unik seperti Tukang cukur, Ranjang, Pasar, Taman dan lain-
lain objek tersebut sangat menarik, dan juga Joko Pinurbo menulis puisi dengan gaya
naratif dan banyak humor atau canda dalam puisinya sehingga dapat memancing
perhatian pembaca untuk mengeksplorasi lebih luas karya-karyanya. Dengan objek-
objek sederhana justru Joko Pinurbo lebih berkembang dan disukai banyak orang,
mengolah peristiwa sehari-hari yang sederhana menjadi ciri khas puisi Joko Pinurbo.
Tetapi didalam kesederhanaan puisinya sebetulnya banyak makna yang terkandung di
dalamnya yang bisa digali lebih mendalam.

Seperti pada puisi “bercukur sebelum tidur” dapat kita lihat dari judul puisi
tersebut, pengalaman seseorang yang melakukan kegiatan bercukur sebelum tidur yang
sebenarnya merupakan rutinitas yang dapat kita lakukan kapan saja dan dimana saja.
Akan tetapi Joko Pinurbo ingin menggambarkan proses “bercukur sebelum tidur”
sebagai hubungan antara manusia dengan lingkungan alam sekitar.
Bercukur Sebelum Tidur

Bercukur sebelum tidur,


membilang hari-hari yang hancur,
membuang mimpi-mimpi yang gugur,
memangkas semua yang ranggas dan uzur,
semoga segala rambut segala jembut
bisa lebih rimbun dan subur.
Lalu datang musim
dalam curah angin
menumpahkan air ke seluruh daratan,
ke gunung-gunung murung
dan lembah-lembah lelah
di seantero badan.
Jantungku meluap, penuh.
Sungai menggelontor, hujan menggerejai
di sektor-sektor irigasi di agrodarahku.
Malam penuh traktor, petani mencangku
di hektar-hektar dagingku.
Tubuhku hutan yang dikemas
menjadi kawasan mega industri
di mana segala cemas segala resah
diolah di sentra-sentra produksi.
Tubuhku ibu kota kesunyian yang diburu investor
dari berbagai penjuru.
Tubuhku daerah lama yang ditemukan kembali,
daerah baru yang terberkati.
Lalu tubuhku bukan siapa-siapa lagi.
Tubuhku negeri yang belum diberi nama,
dan kuberi saja nama dengan sebuah ngilu
saat bercukur sebelum tidur.
1999 (Pinurbo, 2016:45)

Puisi diatas menggambarkan bahwa Joko Pinurbo seorang sastrawan yang


mampu membuat puisi dari hal-hal yang sederhana seperti “bercukur sebelum tidur”
kegiatan yang sebenarnya merupakan suatu rutinitas yang bisa dilakukan oleh semua
orang kapan saja dan dimana saja, kegiatan yang kita lakukan dalam keseharian oleh
Joko Pinurbo dapat dijadikan puisi yang bermakna.
Dari puisi “bercukur sebelum tidur” Joko Pinurbo ingin menyampaikan
kepeduliannya terhadap lingkungan alam sekitarnya, karena kemajuan perkembangan
industri namun kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Seperti perkembangan
suatu wilayah maupun penduduk yang sebelumnya berada di tataran terbelakang entah
dari segi pembangunan atau ekonomi, kemudiam wilayah tersebut tersentuh proyek
pembangunan oleh suatu pihak menjadikan sebuah wilayah yang berkembang pesat,
namun disisi lain dirasakan sangat merugikan lingkungan alam dan masyarakat sendiri.
Dalam hal ini penulis yaitu Joko Pinurbo merupakan seseorang yang sangat
memperdulikan lingkungan, dalam puisi “bercukur sebelum tidur” ingin
menyampaikan rasa marah, kecewa dan bahkan sakit hati sebab merasa dianiaya oleh
pembangunan sektor industri yang berkembang. Karean dalam puisi “bercukur
sebelum tidur” Joko Pinurbo menggunakan “tubuh” sebagai metafora tentang keadaan
alam dan lingkungan. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa pokok pikiran Joko
Pinurbo dalam membuat karya seperti puisi yaitu tentang pemikiran mengenai
lingkungan alam sekitar yang dijadikan sebuah karya untuk di sampaikan kepada
masyarakat.
Dalam antolog buku puisi “Malam Ini Aku Akan Tidur Di Matamu” terdapat
salah satu puisi dimana Joko Pinurbo mengungkapkan rasa duka yang mendalam atas
kematian Gus Dur dan juga rasa kagum akan sosok Gus Dur, kemudian Joko Pinurbo
menuangkan perasaan atau pemikirannya melalui sebuah puisi yang berjudul
“Durrahman”

DURRAHMAN

Mengenakan kemeja dan celana pendek putih,


Durrahman berdiri sendirian di beranda istana.
Dua ekor burung gereja hinggap di kedua bahunya,
bercericit dan menari riang.
Senja melangkah tegap, memberinya salam hormat,
kemudian berderap ke dalam matanya yang hangat dan terang.
Di depan mikrofon Durrahman mengucapkan pidato singkatnya:
“Hai umatku tercinta, dalam diriku ada seorang presiden
yang telah kuperintahkan untuk turun tahta
sebab tubuhku terlalu lapang baginya.
Hal-hal yang menyangkut pemberhentiannya
akan kuselesaikan sekarang juga.”

Dua ekor burung gereja menjerit nyaring di atas bahunya.


Durrahman berjalan mundur ke dalam istana.
Dikecupnya telapak tangannya, lalu dilambai-lambaikannya
ke arah ribuan orang yang mengelu-elukannya dari seberang.

Selamat jalan, Gus. Selamat jalan, Dur.


Dalam dirimu ada seorang pujangga yang tak pernah binasa.
Hatimu suaka bagi segala umat yang ingin membangun kembali
puing-puing cinta, ibukota bagi kaum yang teraniaya.
Ketika kakiku masih terbenam di persimpangan,
kakimu sudah melangkah jauh di masa depan.

2010 (Pinurbo, 2016:118)


Berdasarkan puisi diatas terlihat bahwa seorang Joko Pinurbo menempatkan
dirinya sebagai masarakat yang merasakan kehilangan dan duka yang amat mendalam
atas meninggalnya mantan presiden keempat negara indonesia yaitu Gus Dur,
kemudian dapat kita lihat dari puisi “Durrahman” ada dua peristiwa sosial sekaligus
yang ingin di sampaikan oleh Joko Pinurbo melalui satu puisi. Yang pertama yaitu
peristiwa pelengseran Gus Dur sebagai presiden dan peristiwa meninggalnya Gus Dur
pada tanggal 30 Desember 2009. Pada saat itu semua masyarakat indonesia berduka
atas meninggalnya Gus Dur. Dapat kita lihat dari puisi diatas betapa sedihnya Joko
Pinurbo atas meninggalnya Gus Dur karena Gus Dur adalah sosok yang sangat
dikaguminya yang terkenal sebagai seorang presiden yang sangat luar biasa dan hebat.
Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan dari karya-karya sastra Joko Pinurbo
puisi maaupun prosa yang penulis baca, bahwa seorang Joko Pinurbo dalam menulis
karya sastra banyak menggunakan kata yang sederhana yang dapat kita temui dalam
kehidupan sehari-hari dan juga bahasa yang digunakan sedikit nakal atau humor dan
banyak berimajinasi, akan tetapi humor yang terdapat dalam karya Joko Pinurbo bukan
sekedar humor saja tapi memiliki banyak makna-makna yang sangat mendalam yang
ingin di sampaikan, Joko Pinurbo merupakan seorang kritikus, ia mengkritik melalui
sebuah karya sastra. Yang mempengaruhi pokok pikiran Joko Pinurbo dalam membuat
karya sastra antara lain, kondisi lingkungan, sosial masyarakat maupun politik,
latarbelakang profesi, kemudian pemikiran pengarang dapat juga terpengaruh oleh
pemikiran pengarang lain yang di kagumi atau seseorang yang di kagumi, dan juga
kondisi masa lalu pengarang juga dapat mempengaruhi pokok pikiran dalam membuat
sebuah karya sastra puisi maupun prosa.

DAFTAR PUSTAKA

Pinurbo, Joko. 2016. Malam Ini Aku Akan Tidur Di Matamu. Jakarta: Grasindo

Pinurbo, Joko. 2019. Srimenanti. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai