Karya sastra adalah karya seni yang berbicara tentang masaalah hidup dan
kehidupan, tentang manusia dan kemanusiaan yang menggunakan bahasa sebagai
medium. Salah satu karya sastra yang paling estetik dan kaya makna adalah puisi. Puisi
merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya
makna, pemadatan segala unsur kekuatan Bahasa serta berisikan ungkapan pikiran dan
perasan penyair.
Setelah lulus pada tahun 1987 dari IKIP (sekarang Universitas) Sanata Dharma
Yokyakarta. Kemudian Jokpin mengajar di almamaternya dan sambil membantu di
majalah basis. Pada 1992 Joko Pinurbo bergabung dengan kelompok Gramedia sebagai
editor, selain menulis dan menyunting naskah, mengajar dan berceramah ia juga ikut
mengelola majalah Mata Baca dan jurnal puisi. Puisi-puisi joko pinurbo terbit di
berbagai surat kabar, majalah/jurnal dan antologi/buku. Sering diundang baca puisi
diberbagai tempat, termasuk di beberapa forum/festival sastra antar bangsa.
Pada tahun 1999 Joko Pinurbo mulai produktivitas menulis sajak, namanya
mulai terkenal sebagai penyair. Joko Pinurbo menerbitkan buku puisi pertamanya
berjudul Celana, buku puisi pertamanya yang berjudul Celana mendapatkan
penghargaan Hadiah Sastra Lontar 2001. Sejak itu buku-buku puisi joko pinurbo
bermuculan, ia telah menerbitkan sejumlah buku kumpulan puisi dan memperoleh
berbagai penghargaan, diantaranya ialah: Di Bawah Kibaran Sarung (2001),
PacarKecilku (2002), Telepon Genggam (2003), Kekasihku (2005), Kepada Cium
(2007), Tahilalat (2012), Baju Bulan-Seuntai Puisi Pilihan (2013), Bulu Mata (2014),
Surat Kopi (2014), Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016), Malam Ini Aku Akan
Tidur Di Matamu (2016), Buku Latihan Tidur (2017), dan buku Novel pertamanya
yang berjudul Srimenanti (2019). Penghargaan yang telah diterimanya: Penghargaan
Buku Puisi Pusat Kesenian Jakarta (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra
Pilihan Tempo (2001), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002), khatulistiwa Literary
Award (2005), South East Asian (SEA) Write Award (2014).
Kutipan Pokok Pikiran Joko Pinurbo Dalam Novel Srimenanti
Novel Srimenanti ini lahir dari puisi Sapardi Djoko Darmono yaitu puisi “Pada
Suatu Pagi Hari”. Didalam novel tersebut dituturkan oleh dua tokoh, bercerita lewat
sudut pandang orang pertama secara bergantian, kedua tokoh menggunakan kata ganti
“saya” penutur pertama seorang penyair yang bisa kita ketahui tak lain adalah dia
sendiri yaitu Joko Pinurbo alias Jokpin. Kemudian penutur kedua yaitu seorang
perempuan muda yang pandai melukis yang bernama Srimenanti. Kemudian jalan
cerita pada novel ini, dari awal sampai akhir kita akan sangat jarang menemukan
konflik dan klimaks dalam novel ini semua itu samar-samar tidak seperti novel pada
umumnya, narasinya mengalir datar, yang sangat terlihat jelas adalah puisi. Dalam
novel, penggalan puisi yang mewakili kondisi ataupun perasan tokoh dalam cerita.
Cerita Novel Srimenanti ini dikembangkan dari cerpen-cerpen yang sudah dulu
diterbitkan. Seperti cerpen yang berjudul “Laki-Laki Tampa Celana” Yang
mengisahkan tentang pertemuannya dengan seorang perempuan dan sesosok hantu
laki-laki tampa celana yang mengeluarkan darah diujung kelaminnya yang selalu
datang dan pergi seenaknya. Kemudian dari cerpen “Ayat Kopi” yang mengisahkan
tentang baris puisi yang dapat mempengaruhi pikiran warga dan dianggap ajaran yang
menyesatkan karena semua warga menganggap baris puisi “Rayakanlah setiap rizki
dengan kopi agar bahagia hidupmu nanti” sebagai suatu ayat yang harus dilakukan.
Kemudian ada juga dalam Novel tersebut cerpen “Sebotol Hujan Untuk Sapardi” yang
mengisi cerita Novel Srimenanti. Kata-kata yang sederhana dan banyak berbicara
tentang hal yang remeh dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita temui seperti,
kamar mandi, celana, daster, anjing, tiang listrik hingga kopi dan bahasa yang
sederhana sedikit nakal dan banyak imajinasi, membuat pembaca mudah menemukan
isi dalam novel tersebut. Kemudian dalam novel Srimenanti, Joko Pinurbo memuat
beberapa nama tokoh yang ada di dunia nyata yaitu, nama-nama seniman yang ada di
tanah air dan mereka dijadikan sebagai tokoh-tokoh pendukung kejenakan dan
kepuitisan novel tersebut. Nama–nama berikut diantaranya adalah Nasirun, yusi,
Hanafi, Semo, Beni, Aan, Butet, Djaduk, Faisal, Sapardi dan masih banyak lagi nama-
nama tokoh dalam novel tersebut.
Di awal buku novel Srimenanti Joko Pinurbo menulis bahwa ia berterima kasih
kepada Sapardi Djoko Darmono kerena puisinya “Pada Suatu Pagi Hari” telah
menyebabkan ia melahirkan buku Srimenanti. Joko Pinurbo merupakan sastrawan
yang mengagumi seorang Sapardi Djoko Damono, maka tidah heran jika novel
Srimenenti dilahirkan dari puisinya Sapardi Djoko Darmono. Jadi pokok pemikiran
seorang penyair dapat terpengaruhi oleh pemikiran penyair lain yang dikaguminya.
Seperti novel Srimenanti pemikiran Joko Pinurbo terpengaruhi puisi Sapardi Djoko
Darmono “Pada Suatu Pagi Hari”.
“Nah, saya berhenti lama di sajak Sapardi Djoko Darmono “Pada Suatu Pagi
Hari” sajak yang selalu saya kang eni, padahal sajak tersebut hanya
mengungkapkan sebuah ingin.
Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis
Sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin
Pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar
Ia bias berjalan sendiri saja sambila menangis dan tak
Ada orang bertanya kenapa.
Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk
Memecahkan cermin membakar tempat tidur. Ia hanya
Ingin menangis lirih saja sambal berjalan sendiri dalam
Hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.
Intuinsi saya mengatakan, perempuan yang berpapasan dengan saya dilorng
sepi pagi tadi berasal dari sajak itu” (Pinurbo, 2019:2).
Puisi di atas merupakan kutipan dari novel Srimenanti yang menggambarkan
rangkaian cerita dan latar belakang peristiwa pada novel Srimenanti. Joko Pinurbo
menulis novel Srimenanti sesuai dengan pokok pikiran yang ada pada puisi “Pada
Suatu Pagi Hari” yaitu tentang seorang perempuan yang bernama Srimenanti yang
mengalami kesedihan atau trauma dari suatu peristiwa yang pernah dialaminya. Tetapi
srimenanti ingin menutupi kesedihannya agar tidak ada orang yang tau dan srimenanti
selalu berusaha untuk menyembuhkan dan melupakan luka atau kesedihan yang ada
dihatinya karena kejadian yang pernah dialami.
Karena Joko Pinurbo adalah seorang penulis puisi atau penyaira jadi sangat
terlihat di novel Srimenanti, harkat puisi diangkat setinggi mungkin, puisi di ibaratkan
mantra, yang bisa mengusir hantu seperti pada kutipan berikut:
” saya memberinya cara yang lebih sederhana. Saya minta, bila eltece datang
lagi, dia segera membungkuk, lalu mengucapkan baris puisi tubuhku
kenengan yang sedang menyembuhkan lukanya sendiri” (Pinurbo, 2019:55)
Dapat terlihat jelas dalam kutipan diatas yang terdapat pada novel Srimenanti
bahwa puisi dijadikan sebagai manta untuk mengusir hantu, tokoh aku memberikan
mantra puisi kepada Subagus agar tidak diganggu oleh hantu eltece.
Kemudian dalam novel tersebut juga menjadikan puisi sebagai virus atau ayat-
ayat yang dapat mempengaruhi anak muda dan meresahkan warga karena puisi yang
dibuat penyair.
“saya bingung ajaran sesat mana yang telah saya sebarkan. Komandan
pemuda setampat mengajuakan sobekan kertas bertulis rayakanlah setiap rizki
dengan ngopi agar bahagia hidupmu nanti” (Pinurbo, 2019:80)
Dari kutipan diatas terlihat bahwa penyair menjadikan puisi sebagai ayat yang
diamalkan oleh setiap orang, dalam novel tersebut penyair dituduh menyebarkan ajaran
sesat kerena puisi yang telah dibuat dapat mempengaruhi warga mereka setiap hari
meminum kopi untuk merayakan rezeki yang mereka dapat.
Dan ada juga dalam novel srimenanti penyair menyamakan membaca puisi
sama seperti beribadah. Mungkin Joko Pinurbo ingin mengkritik orang-orang yang
menggunakan ayat-ayat suci demi kepentingan politik. Seperti pada kutipan berikut:
” Kali ini saya memerlukan mandi dan berhias sebelum melukis. Dari mandi
yang sunyi, saya masuk keruang kecantikan. Saya berdandan sembari
menunaikan ibadah puisi” (Pinurbo, 2019:106)
Kutipan diatas menunjukan bahwa puisi dijadikan seperti ibadah, pada novel
tersebut srimenanti sebelum melukis ia terlebih dahulu melakukan mandi dan berhias
kemudian berdandan sembari menunaikan ibadah puisi.
“Hari-hari ini kegemaran bermain label kembali merajalela dan banyak orang
lupa atau tidak menyadari bahayanya. Situasai kian runyam jika perang label
sudah membawa-bawa agama” (Pinurbo, 2019:77)
Dari kutipan novel diatas dapat digambarkan bahwa penulis ingin
mengingatkan kepada kita tentang kondisi politik sekarang, dimana seringkali urusan
politik yang dihubung-hubungkan dengan agama. Ketika seseorang ingin memperoleh
kekuasan politik dengan menggunakan agama sebagai alat untuk mendapatkan
kekuasaan politik tersebut, sehingga banyak orang lupa akan bahaya yang akan terjadi.
“Menur barusaja cerita, temannya putus hubungan dengan calon lakinya gara-
gara urusan pemilu. Saya juga punya teman yang kehilangan teman kerena
cek-cok soal ideologi” (Pinurbo, 2019:77)
Kemudian dari kutipan novel diatas penulis atau Joko Pinurbo menggambarkan
dampak yang terjadi akibat politik sekarang. “Apa yang dipersatukan oleh cinta
ternyata bisa diceraikan oleh politik”. Itu bahaya yang tidak disadari oleh banyak orang,
mereka lebih suka menuruti ambisi politik sampai-sampai menjual banyak harta benda
mereka demi berpolitik.
Dapat penulis simpulkan dari buku novel Srimenanti yang telah penulis baca,
bahwa seorang Joko Pinurbo dalam menulis karya sastra yang diciptakannya seperti
novel Srimenanti, banyak menggunakan kata-kata yang sederhana dan banyak
berbicara tentang hal yang remeh dalam kehidupan sehari-hari, dan bahasa yang
sederhana sedikit nakal dan banyak berimajinasi sehingga membuat pembaca mudah
menemukan isi dalam novel tersebut.
Joko Pinurbo menulis novel Srimenanti sesuai dengan pokok pikiran yang ada
pada puisi Sapardi Djoko Darmono “Pada Suatu Pagi Hari”, yaitu tentang seorang
perempuan yang bernama Srimenanti yang mengalami kesedihan atau trauma dari
suatu peristiwa yang pernah dialaminya. Oleh karena itu, jadi pokok pemikiran seorang
penyair dapat terpengaruhi oleh pemikiran penyair lain yang dikaguminya, kemudian
kepenyairan Joko Pinurbo sangat mempengaruhi isi yang ada di dalam novel tersebut,
sehingga harkat puisi di angkat setinggi mungkin dan puisi dijadikan sebagai panduan
hidup yang sangat berpengaruh dalam cerita, jadi pokok pikiran Joko pinurbo dalam
novel srimenanti sangat dipengaruhi oleh latar belakang profesinya sebagai penyair.
Selain profesi yang mempengaruhi pokok pikiran, kondisi sosial politik dan
agama juga mempengaruhi pemikiran Joko Pinurbo dalam membuat novel Srimenanti.
Seperti kondisi politik di masa sekarang, Joko Pinurbo menuliskannya dalam novel
Srimenanti yaitu tentang urusan politik yang sering di menghubung-hubungkan dengan
agama. Ketika seseorang ingin memperoleh kekuasan politik dengan menggunakan
agama sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan politik tersebut, sehingga Mereka
lebih suka menuruti ambisi politik sampai-sampai menjual banyak harta benda mereka
demi berpolitik.
Dan kondisi atau peristiwa masa lalu juga dapat menjadi pokok pikiran Joko
pinurbo dalam membuat karya seperti dalam novel Srimenanti, Joko Pinurbo ingin
mengingatkan kita kembali tentang peristiwa penculikan aktivis dan seniman yang
terjadi, banyak korban yang diculik, disiksa bahkan kemaluannya dikareti dan ada juga
yang dibunuh, setidaknya ada puluhan aktivis menghilang, ada yang sudah ditemukan
meninggal dan ada juga yang hingga hari ini tidak di ketahui entah dimana, kekerasan
yang masih meninggalkan luka bagi keluarga orang-orang yang diculik kala itu.
Dalam buku “Malam Ini Aku Akan Tidur Di Matamu” merupakan salah satu
antologi puisi karya Joko Pinurbo, dalam antologi puisi tersebut terdapat 79 judul puisi
yang dikemas dalam 125 halaman dan merupakan kumpulan sajak-sajak yang pernah
ditulis dan diterbitkan pada tahun 1999 hingga 2012. Dalam buku “Malam Ini Aku
Akan Tidur Di Matamu” banyak mengangkat tema tentang kritik sosial atau kehidupan
sosial.
Seperti pada puisi “bercukur sebelum tidur” dapat kita lihat dari judul puisi
tersebut, pengalaman seseorang yang melakukan kegiatan bercukur sebelum tidur yang
sebenarnya merupakan rutinitas yang dapat kita lakukan kapan saja dan dimana saja.
Akan tetapi Joko Pinurbo ingin menggambarkan proses “bercukur sebelum tidur”
sebagai hubungan antara manusia dengan lingkungan alam sekitar.
Bercukur Sebelum Tidur
DURRAHMAN
DAFTAR PUSTAKA
Pinurbo, Joko. 2016. Malam Ini Aku Akan Tidur Di Matamu. Jakarta: Grasindo