Ada seorang anak lelaki yang bernama Hanafi.Ia adalah seorang pribumi asli Melayu
yang berasal dari Solok,Sumatera Barat. Hanafi sudah ditinggal oleh ayahnya sejak ia masih
kecil. Sejak kecil dia tinggal bersama ibunya bernama Mariam, yang berusaha gigih untuk
memenuhi kelayakan hidup anaknya.
Ketika Hanafi sudah beranjak kanak-kanak.Ia dikirim oleh ibunya ke luar Sumatera
yaitu tepatnya ke Betawi untuk mengenyam pendidikan di HBS. Semua biaya pendidikan
Hanafi ditanggung oleh ibunya seorang diri.Selama ia sekolah di HBS, Hanafi dititipkan pada
keluarga Belanda.Sehingga dia selalu bergaul dengan kalangan Belanda.Ditambah lagi
setelah ia tamat di HBS, ia bekerja di kantor departemen residen BB tempanya orang-orng
Belanda.Jadi secara tidak langsung ia sudah mengikuti budaya orang-orang Eropa.khususnya
Belanda. Dari lingkungan itulah, dia benci dan tak ingin menjadi orang Timur atau orang
Bumiputera.Walaupun ia sendiri adalah orang Bumiputera.Akan tetapi, ia lebih suka
berkebangsaan Belanda,menjadi bagian orang-orang Eropa.
Pada saat dia sekolah di HBS, Hanafi bersahabat dengan seorang gadis Eropa yang
sama-sama menetap di Solok.Gadis tersebut bernama Corrie du Bussee. Corrie merupakan
gadis percampuran antara darah Eropa dari ayahnya Tuan du Bussee dan ibunya yang asli
orang Bumiputera. Ibu Corrie sudah meninggal sejak ia kecil,dan ia hanya tinggal bersama
ayahnya orang Prancis yang sudah pensiun dari jabatan arsitek.Di masa tua, ayah Corrie
hanya bertapa di rumahnya, tanpa bergaul dengan orang diluarnya,namun ayah Corrie tetap
memiliki budi luhur ketika hendak ada tamu di rumahnya.
Semakin hari tali persahabatan Hanafi dengan Corrie anaknya Tuan du Bussee
semakin terjalin erat.Ketika mereka sama-sama pulang ke Solok, mereka sering bersama-
sama hanya untuk bersenda gurau atau bersenang-senang.Namun rasa persahabatan dan
persaudaraan Hanafi kepada Corrie berubah menjadi rasa cinta selayaknya pemuda yang
jatuh hati pada seorang gadis yang berparas cantik,terpelajar,dan berdarah Eropa seperti
kriteria yang ia inginkan.Hanafi sering bertamu ke rumah Corrie, namun ayahnya tidak suka
jika sampai putri kesayangannya suka dan terlebih lagi menikah dengan seorang bumiputera
yang akan membawa kehinaan bagi anaknya orang Barat karena berhubungan dengan orang
Timur.
Semakin sering Corrie dan Hanafi bertemu, Hanafi semakin yakin bahwa perasaannya
pada Corrie adalah cinta.Hanafi tidak mampu lagi membendung rasa tersebut. Pada sebuah
pertemuan di rumah Hanafi,ia membulatkan keputusan untuk mengutarakan perasaannya
kepada Corrie, namun Corrie malah marah karena tanpa seizinnya, Hanafi berani melakukan
hal yang tidak sopan terhadapnya.Karena kemarahannya terhadap Hanafi, Corrie
memutuskan untuk meninggalkan Hanafi di Solok.Ia pun pergi ke Betawi melanjutkan
pendidikannya dengan meninggalkan sebuah surat perpisahan untuk Hanafi.
Setelah Hanafi ditinggal oleh Corrie, ia menjadi sakit-sakitan selama beberapa
minggu.Mariam sebagai seorang ibu yangmencemaskan anaknya.Ia berniat mencarikan
perempuan lain yang lebih baik dari Corrie.Gadis yang ingin dijodohkan ibunya dalah
Rapiah,seorang gadis Bumiputera Solok bak permata yang belum digosok.Akhirnya dengan
berbagai nasihat dari ibunya,Hanafi mau menikah dengan Rapiah dengan berbagai
syarat.Syarat yang diajukan Hanafi selalu berkenaan dengan tradisi minangkabau yang tak
perlu diikutsertakan dalam adat pernikahannya.
Dua tahun sudah Hanafi menjalani rumah tangganya dengan Sapiah.Ia memperoleh
anak yang diberi nama Syafei.Selama dua tahun,Hanafi selalu bertindak kekerasan dan
emosional terhadap ibunya,dia selalu menyalahkan ibunya terhadap pernikahan paksa
tersebut.Bahkan Hanafi juga membentak-bentak Ibunya, menghina ibunya, dan
memperlakukan ibunya sebagai orang lain.Sehingga ia menjadi anak yang durhaka terhadap
ibunya.Rapiah juga turut menjadi korban.Setiap harinya cucuran air mata selalu jatuh dari
pelupuk mata Rapiah.Ia sungguh diperlakukan dengan kekerasan, dihina, direndahkan, dan
selalu diperbandingkan dengan Corrie yang sempurna dalam segala hal.Sampai pada suatu
ketika,Hanafi pergi meninggalkan ibunya, istrinya serta anaknya selama dua minggu.Hanafi
pergi ke Betawi untuk berobat karena digigit oleh anjing gila ketika ia berdebat dengan
ibunya.
Di sisi lain, Rapiah selalu setia menunggu suaminya mengirim surat untuk sekedar
memberi kabar atau pulang dari Betawi.Namun setelah sekian hari menunggu, secara terang-
terangan Hanafi mengirim surat perceraian untuk Rapiah.Dengan berat hati,Rapiah harus
menerima itu semua dengan lapang dada.Ibu Hanafi juga merasa sedih karena kelakuan
anaknya yang durhaka dan tidak punya perasaan.Mereka akhirnya memutuskan untuk pindah
dari Solok ke Koto Anau.
Setelah dua tahun Hanafi dan Corrie menjalani hidup bersama.Ternyata mereka
menjalani rumah tangga yang tidak harmonis dan penuh pertengkaran.Tiap harinya Corrie
mendapat perlakuan yang kasar dari Hanafi.Hanafi selalu memarahi dan menyalahkan Corrie
istrinya.Akhirnya mereka bercerai karena kesalahpahaman Hanafi yang tak terbukti.Hanafi
menutup Corrie berselingkuh karena didapatinya Corrie memakai perhiasaan baru.Corrie
pergi meninggalkan rumah mereka dan tinggal di tempat penginapan.Namun setelah Corrie
pergi meninggalkan rumah, Hanafi sadar akan kesalahannya dan mencari tahu keberadaan
Corrie.Namun Corrie pergi dan bekerja pada sebuah tempat Yatin Piatu di Semarang.Ia
dibawa oleh Nyonya Van Dammen ke Semarang untuk menghindar dari Hanafi.
Hanafi terus mencari-cari Corrie dan selama itulah hidup Hanafi menderita karena
juga dia berhenti dari pekerjaannya.Akhirnya Hanafi menemukan Corrie di Semarang.Disana
dia mendapat berita dari Nyonya Van Dammen, bahwa Corrie menderita Kolera dan hidupnya
tidak lama lagi.Dengan segera, Hanafi bergegas untuk bertemu Corrie di rumah sakit, dan
pada hari itulah Corrie meninggalkan Hanafi untuk selama-lamanya.
1. Tema
a. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh
sentral (protagonis atau antagonis). Tokoh andalan dalam novel ini adalah Corrie, Ibunya
Hanafi, dan Rafiah.
b. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam
peristiwa cerita. Tokoh tambahannya adalah Tuan du Busse dan Piet.
c. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar
cerita saja. Tokoh latarannya adalah Tuan dan nyonya Brom (administatur afdelingsbank),
nyonya Bergan (guru sekolah), minah (teman Corrie), dokter, dukun, dan Suze (sahabat
Hanafi, nona kantor pos).
Penokohan
Watak tokoh Hanafi, Corrie, ibunya dan Rafiah disajikan dengan metode analitis langsung
atau diskursif yaitu memaparkan watak tokoh secara langsung.
1. Hanafi : tokoh seorang anak laki-laki yang keras kepala, sombong, terlalu membanggakan
budaya Barat, dan mengimitasi bangsa Belanda.
2. Corrie: merupakan gadis bependidikan yang mudah bergaul, tetapi tidak mau bergaul dengan
orang Bumiputra, kecuali dengan Hanafi dan orang-orang yang serupa tabiat seperti
mamanya yang pandai berbudi, yang sopan santun, dan yang mau bergaul dengan orang
Eropa (h. 20).
3. Ibu Hanafi : seorang ibu yang sangat sabar dalam mendidika anaknya yang beringas dan
tidak ada kesopan santunannya itu. Padahal pada mulanya yang diharapkan ibunya itu Hanafi
menjadi anak yang berpedidikan yang pandai, dan dapat melebihi kaum keluarganya dari
kampong (h. 24).
4. Rafiah : selain pandai memasak, menjahit, dan , merenda. Rafiah juga berperangai baik, hati
tulus, dan sabar (h. 66).
d. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan roman Salah Asuhan adalah sudut pandang orang
ketiga yang serba tahu di dalam cerita tersebut, contohnya ada kalimat seperti ini: “ itulah
yang hendak diselesaikan oleh orang tua, waktu ia memberani-beranikan hati pula bertukar
pikiran dengan si anak yang durhaka itu” (h. 33).
e. Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang
melalui karyanya. Sebagaimana tema amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu terdapat
pada kutipan kalimat di bawah ini:
1. Amanat ibu Hanafi terhadapnya yaitu tidaklah ia akan berasa, bahwa dirinya sudah
diperganduh-ganduhkan buat membayar utangmu pada ayahnya, karena secara adat
Minangkabau yang diketahuinya ialah engkau yang harus menerima pusaka ayahnya, dan
bukanlah dia, yang akan diketahuinya pula ialah bahwa engkau sudah menunjukkan murah
hatimu, suka menerima dia yang bodoh serta hina menjadi istrimu. Pada hemat ibu,
perkawinan yang secara itulah yang akan menyenangkan hidupmu, teristimewa karena
ketinggian hatimu. Pantang kelintasan, pantang ketindihan oleh kata. Asal engkau pandai
membalas budi dengan budi, selamatlah engkau seumur hidupmu (h. 69-70).
2. Amanat ibu Hanafi terhadapnya yaitu menjelaskan bahwa benar kata orang tua-tua, jika kail
panjang sejengkal jangan lautan hendak diduga (h. 64).
Amanat dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu terdapat pada kutipan kalimat di bawah
ini:
1. Nasehat dari ayahnya, pendeknya yakinlah ia, bahwa secara pergaulan hidup dan perasaan
sesama manusia sekarang, akan lebih melaratnya kawin campuran itu, daripada manfaatnya
(h. 50).
2. Nasehat ayahnya kepada Corrie pada kalimat kutipan: “Corrie! Anakku! Dengarlah baik-
baik. Tadi sudah papa katakana perasaan papa, tapi di dalam hal yang sangatn penting ini
buat kehidupan, wajiblah pula kita kemukakan pikiran yang sehat (h. 19).
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasanya seperti ciri Balai Pustaka yang menggunakan gaya bahasanya seragam
(klise), banyak mempergunakan perumpamaan, peribahasa, dan pepatah di bawah ini:
1. Dari kecil Hanafi sudah disekolahkan di Betawi, yaitu tidak dinantikan tamatnya bersekolah
Belanda di Solok, melainkan dipindahkan ke ibu kota itu, karena kata ibunya ia tidak hendak
kepalang menyekolahkan anak tunggal yang sudah kehilangan ayah itu. Sebab ibunya ada di
dalam berkecukupan, dapatlah ia menumpangkan Hanafi di rumah orang Belanda yang parut-
parut (h. 24)
2. “sudah lama benar ibu hendak berhandai-handai dengan engkau, tapi kulihat engkau ada
dalam kesempitan saja. Saat ini, sedang air mukamu jernih, keningmu licin, bolehlah ibu
menuturkan niatku itu, supaya jangan menjadi duri dalam daging kesudahannya” (h. 26).
3. Sejinak-jinaknya ayam, jika anaknya didekati manusia buaslah ia, hilanglah rasa takutnya
kepada yang mendekati anaknya itu (h. 65).