Anda di halaman 1dari 25

Sinopsis novel salah asuhan

Hanafi adalah seorang amak pribumi yang berasal dari Solok. Ibu hanafi adalah seorang janda, yang suaminya
sudah meninggal semenjak hanafi masih kecil. Ibu hanafi sangat menyayanginya.     Meskipun sudah menjanda,
ibunya berkeinginan untuk memandaikan anaknya. Ibunya mengirim Hanafi ke Betawi untuk bersekolah di HBS.
Ibunya selalu berusaha keras untuk selalu memenuhi segala biaya Hanafi. Selama bersekolah di Betawi, Hanafi
dititipkan kepada keluarga Belanda. Sehingga pergaulan Hanafi tidak lepas daro orang-orang Belanda. Setelah
lulus sekolah di HBS, pergaulannya juga tidak lepas dari orang-orang Eropa, karena ia bekerja di Kantor BB
sebagai asisten residen di Solok. Meskipun Hanafi seorang pribumi asli, tingkah lakunya serta gaya hidupnya
sudah berubah menjadi kebarat-baratan. Bahkan terkadang tingkah lakunya melebihi orang Belanda asli.    
Selama ia bergaul dengan orang-orang eropa dan setiap hari bersekolah di HBS, Hanafi dekat dengan gadis
eropa yang bernama Corrie. Dalam kesehariannya Hanafi dan Corrie memanglah sangat dekat, hubungan
keduanya seperti kakak dengan adiknya. Mereka sering jalan-jalan berdua, main tenis bahkan duduk-duduk
sambil menikmati segelas teh pun juga berdua.    Karena hubungan mereka sangat amat dekat, maka Hanafi
pun menganggap pertemanan itu dianggap lain. Hanafi sayang kepada Corrie, namun perasaan itu bukan
sekedar hanya rasa sayang seorang kakak kepada adiknya, melainkan rasa sayang sebagai pacar. Setiap hari
Hanafi selalu bertemu dengan Corrie meskipun hanya sebentar saja. Sikap Corrie kepada Hanaffi juga masih
nampak seperti biasanya. Hingga akhirnya Hanafi memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya kepada
Corrie. Namun ketika Hanafi mengungkapkan isi hatinya, Corrie tidak langsung memberi jawaban kepada
Hanafi, melainkan segera berpamitan pulang dengan alasan yang tidak jelas. Keesokan harinya, Corrie pergi
meninggalkan Solok menuju Betawi. Maka dikirimkan surat kepada Hanafi, yang isinya penolakan secara halus
mengenai pernyataan Hanafi pada tempo hari. Corrie merasa sangat tidak mungkin menerima Hanafi, karena
perbedaan budaya antara bangsa melayu dengan bangsa eropa. Selain itu Corrie juga ditentang oleh ayahnya
jika menikah dengan orang melayu. Karena penolakan tersebut, Hanafi jatuh sakit selama beberapa hari.    
Selama dia sakit, Hanafi hanya dirawat oleh ibunya, dan selama itu pula Hanafi sering mendapat nasihat dari
ibunya. Ibunya menasihati dan membujuk Hanafi agar menikah dengan Rapiah, yaitu anak mamaknya. Karena
pada saat Hanafi bersekolah di HBS, mamaknyalah yang mencukupi kebutuhan Hanafi. Mendengar bujukan
Ibunya, Hanafi sangat amat marah, karena Hanafi sungguh tidak mengetahui siapakah Rapiah itu dan Hanafi
hanya suka kepada Corrie, yang telah menolak cintanya. Maka Ibu Hanafi menjelaskan bahwa Rapiah adalah
anak mamak, Sultan Batuah. Perjodohan itu dikarenakan Ibu Hanafi berhutang budi kepada Sultan Batuah.
Setelah mendapat bujukan dari Ibunya, akhirnya Hanafi menerima perjodohan itu, meskipun dengan sangat
terpaksa. Dua tahun sudah usia pernikahan Hanafi dan Rupiah, dan mereka dikaruniai seorang anak laki-laki
yang bernama Syafei. Pernikahan yang tidak didasari dengan rasa cinta itu membuat rumah tangga mereka
tidak pernah tentram. Setiap hari Hanafi selalu memaki-maki istrinya karena hal yang sepele. Namun Rapiah
hanya diam dan tidak pernah melawan semua perlakuan suaminya.     Hal itulah yang membuat Ibu Hanafi
kagum kepada Rapiah, hingga suatu hari Hanafi murka kepada Ibunya. Dengan tidak sengaja Ibunya
menyumpahi Hanafi. Tiba-tiba anjing gila mengigit pergelangan Hanafi hingga Hanafi harus berobat ke Betawi.
Sampai di Betawi Hanafi bertabrakan dengan seorang gadis eropa, yang tidak lain adalah Corrie. Dengan amat
senang mereka berdua menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan berdua menggunakan sepeda angin. Sudah
satu minggu Hanafi meninggalkan Solok, setelah itu Hanafi mencari kerja di Kantor BB sebagai commies.
Meskipun gaji awal cukup kecil, namun hanafi sangat senang.    Karena dia dapat bertemu dengan Corrie setiap
hari. Hanafi berusaha keras untuk mendapatkan Corrie, hingga hanafi rela berubah kewarganegaraan menjadi
Eropa. Setelah itu, Hanafi memohon kepada Corrie untuk menerima ajakan pertunangannya. Karena rasa ibanya
kepada Hanafi, Corrie terpaksa menermanya. Meskipun Corrie harus menerima resiko, yaitu dijauhi oleh teman-
teman eropanya, Pesta pertunangan mereka dilakukan dikediaman rumah teman Belandanya, namun tuan
rumah nampak tidak begitu suka dengan pertunangan itu. Karena dia tidak suka bergaul dengan orang Belanda
berkulit sawo matang.    Meskipun Rapiah dan Ibunya tahu jika Hanafi akan menikah Corrie, namun Rapiah tetap
menunggu kedatangan Hanafi. Karena Ibu Hanafi sangat sayang kepada Rapiah, bahkan sayangnya melebihi
rasa sayangnya kepada Hanafi. Hanafi dan Corrie sudah menjadi suami istri, maka tinggalah mereka dalam satu
rumah. Namun seiring berjalannya waktu, rumah tangga Hanafi dan Corrie sudah tidak tentram lagi. Karena sifat
Hanafi yang keterlaluan, sampai menuduh Corrie berzina dengan orang lain. Karena kehidupannya yang dalam
kondisi tidak jelas, Bangsa Eropa maupun Bangsa Melayu sudah tidak mau mengakui Hanafi, karena
keangkuhan dan kesombongannya.     Pada akhirnya Corrie pergi ke Semarang untuk menghindari Hanafi.
Namun pada suatu hari, Hanafi menerima surat yang memberi tahukan bahwa Corrie berada di Semarang.
Setelah beberapa hari, Hanafi nekat pergi ke Semarang untuk mencari Corrie dirumah seorang pengusaha anak-
anak yatim. Namun sampai disana justru berita buruk yang diterima oleh Hanafi. Bahwa Corrie masuk rumah
sakit karena sakit keras, yaitu kolera. Hingga akhirnya nyawa Corrie ridak dapat ditolong lagi. Setelah kepergian
Corrie, Hanafi pulang ke Solok untuk menemui Ibunya. Setelah beberapa hari Hanafi sampai di Solok, ia jatuh
sakit karena menelan 6 butir sublimat, yang menyebabkan Hanafi terus muntah darah dan akhrinya merenggut
nyawanya. (Sinopsis Novel "Salah Asuhan" karya Abdul Muis)

Read more at: http://blogku--inspirasiku.blogspot.co.id/2011/10/sinopsis-novel-salah-asuhan-karya-abdul.html


© 2011 by BlogKu InspirasiKU Under Common Share Alike Atribution
Hanafi adalah pemuda pribumi asal Minangkabau. Sesungguhnya, ia termasuk orang yang sangat
beruntung dapat bersekolah di Betawi sampai tamat HBS. Ibunya yang sudah janda, memang
berusaha agar anaknya tidak segan-segan menitipkan Hanafi pada keluarga Belanda walaupun
utnuk pembiayaannya ia harus meminta bantuan mamaknya, Sutan Batuah. Setamat HBS, Hanafi
kembali ke Solok dan bekerja sebagai klerek di kantor Asisten Residen Solok. Tak lama kemudian,
ia diangkat menjadi komis (lihat halaman 27).

Pendidikan dan pergaulan yang serba Belanda, memungkikan Hanafi berhubungan erat dengan
Corrie De Busse, gadis Indo-Perancis. Hanafi kini merasa telah bebas dari kungkungan tradisi dan
adat negerinya. Sikap, pemikiran dan cara hidupnya juga sudah kebarat-baratan. Tidaklah heran
jika hubungannya dengan Corrie ditafsirkan lain oleh Hanafi karena ia kini sudah bukan lagi
sebagai orang “inlander” (bangsa pribumi yang di jajah oleh Belanda). Oleh karena itu, ketika
Corrie datang ke Solok dalam rangka mengisi liburan sekolahnya, bukan main senangnya hati
Hanafi. Ia dapat berjumpa kembali dengan sahabat dekatnya.

Hanafi mulai merasakan tumbuhnya perasaan asmara. Sikap Corrie terhadapnya juga dianggap
sebagai gayung bersambut kata terjawab. Maka, betapa terkejutnya Hanafi ketika ia membaca
surat dari Corrie. Corrir mengingatkan bahwa perkawinan campuran bukan hanya tidak lazim
untuk ukuran waktu itu, tetapi juga akan mendatangkan berbagai masalah. “Timur tinggal timur,
Barat tinggal Barat, tak akan dapat ditumbuni jurang yang membatasi kedua bahagian itu” (lihat
halaman 59). Perasaan Corrie sendiri sebenarnya mengatakan lain. Namun, mengingat dirinya
yang Indo—dan dengan sendirinya prilaki dan sikap hidupnya juga berpijak pada kebudayaan
barat—serta Hanafi yang pribumi, yang tidak akan begitu saja dapat melepaskan akar budaya
leluhurnya.

Dalam surat Corrie selanjutnya, ia meminta agar Hanafi mau memutuskan pertallian
hubnungannya itu. Surat itu membuat Hafani patah semangat. Ia pun kemudian sakit. Ibunya
berusaha menghibur agar anak satu-satunya itu, sehat kembali. Di saat itu pula ibunya
menyarankan agar Hanafi bersedia menikah dengan Rapiah, anak mamaknya. Sutan Batuah.
Ibunya menerangkan bahwa segala biaya selama ia bersekolah di Betawi tidak lain karena berkat
uluran tangan mamaknya, Sutan Batuah. Hanafi dapat mengerti dan ia menerima Rapiah sebagai
istrinya.

Kehidupan rumah tangga Hanafi dan Rapiah, rupanya tak berjalan mulus. Hanafi tidak merasa
bahagia, meskipun dari hasil perkawinannya dengan Rapiah, mereka dikaruniai seorang anak laki-
laki yang bernama Syafei. Hanafi beranggapan bahwa penyebabnya adalah Rapiah. Rapiah
kemudian menjadi tempat segala kemarahan Hanafi. Meskipun Rapiah diperlakukan begitu oleh
Hanafi, Rapiah tetap bersabar.

Suatu ketika, setelah mendamprat Rapiah, ia duduk termenung seorang diri di kebun. Ibunya
menghampiri anaknya dan berusaha menyadarkan kembali kelakukan anaknya yang sudah lewat
batas itu. Namun, Hanafi justru menanggapinya dengan cara cemooh. Di saat yang sama, tiba-
tiba seekor anjing gila menggigit tangan Hanafi.

Dokter segera memeriksa gititan anjing gila pada tangan Hanafi. Dokter menyarankan agar Hanafi
berobat ke Betawi. Anjuran dokter itu sangat menyenangkan hatinya. Sebab, bagaimanapun,
kepergiannya ke Betawi itu sekaligus memberi kesempatan kepada untuk bertemu dengan Corrie.

Suatu peristiwa yang sangat kebetulan terjadi. Dalam suatu kecelakaan yang dialami Corrie, Hanfi
yang sedang berada di Betawi, justru menjadi penolong Corrie. Pertemuan itu sangat
menggembirakan keduanya. Corrie yang sudah ditinggal ayahnya, mulai menyadari bahwa
sebenarnya bahwa ia memerlukan sahabat. Pertemuan itu telah membuat Hanafi mengambil suatu
keputusan. Ia bermaksud tetap tinggal di Betawi, Untuk itu, ia telah pula mengurus kepindahan
pekerjaannya. Setelah itu, ia mengurus surat persamaan hak sebagai bangsa Eropa. Dengan
demikian, terbukalah jalan untuk segera menceraikan Rapiah, sekaligus meluruskan jalan baginya
untuk mengawini Corrie.

Semua rencana Hanafi berjalan lancar. Namun, kini justru Corrie yang menghadapi berbagai
persoalan. Tekadnya untuk menikah dengan Hanafi mendapat antipati dari teman-teman
sebangsanya. Akhirnya, dengan cara diam-diam mereka melangsungkan pernikahan.
Sementara itu, Rapiah yang resmi dicerai lewat surat yang dikirim Hanafi, tetap tinggal di Solok
bersama anaknya, Syafei, dan ibu Hanafi.

Adapun kehidupan rumah tangga Hanafi dan Corrie tidaklah seindah yang mereka bayangkan.
Teman-teman mereka yang mengetahui perkawinan itu, mulai menjauhi. Di satu pihak
menggapnya Hanafi besar kepala dan angkuh, tidak menghargai bangsanya sendiri. Di lain pikah,
ia menganggap Corrie telah menjauhkan diri dari pergaulan dan kehidupan Barat. Jadi, keduanya
tidak lagi mempunyai status yang jelas, tidak ke Barat tidak juga ke Timur. Inilah awal
malapetaka dalam kehidupan rumah tangga mereka.

Kehidupan rumah tangga mereka kini terasa bagai bara api nera dunia. Corrie yang semua supel
dan lincah, kini menjadi nyonya pendiam. Kemudian Hanafi, kembali menjadi suami yang kasar
dan bengis, bahkan Hanafi selalu diluputi perasaan curiga dan selalu berprasangka buruk, lebih-
lebih lagi Corrie sering dikunjungi Tante Lien, soerang mucikari.

Puncak bara api itu pun terjadi. Tanda diselidiki terlebih dahulu, Hanafi telah menuduh istrinya
berbuat serong, tentu sajaa, Corrie tidak mau dituduh dan diperlakukan sekehendak hati
suaminya. Maka, dengan ketepatan hati, Corrie minta diceraikan. “Sekarang kita bercerai, buat
seumur hidup…. Bagiku tidak menjadi kepentingan, karena aku tidak sudi menjadi istri lagi dan
habis perkara” (lihat halaman 183). Setelah itu, Corrie meninggalkan Betawi dan berangkat ke
Semarang. Ia bekerja di sebuah panti asuhan.

Segala kejadian itu membuat Hanafi menyadari bahwa sebenarnya istrinya tidak bersalah. Ia
menyesal dan mencora menyusul Corrie. Namun, sia-sia. Corrie tetap pada pendiriannya.
Perasaan berdosa makin menambah beban penderitaan Hanafi, ditambah lagi, teman-temannya
makin menjauhi. Hanfi dipandang sebagai seorang suami yang kejam dan tidak bertanggung
jawab. Dalam keadaan demikian, barulah ia menyesal sejadi-jadinya. Ia juga ingat kepada ibu,
istri, dan anaknya di Solok.

Akibat tekanan batin yang berkelanjutan, Hanafi jatuh sakit. Pada saat itu datang seorang
temannya yang mengatakan tentang pandangan orang terhadapnya. Ia sadar dan menyesal. Ia
kembali bermaksud minta maaf kepada Corrie dan mengajaknya rujuk kembali. Ia pergi ke
Semarang, namun rupanya, pertemuamnnya dengan Corrie di Semarangan merupakan pertemuan
terkahir. Corrie terserang penyakit kolera yang kronis. Sebelum mengehembuskan nafasnya yang
terakhir, Corrie bersedia memaafkan kesalahan Hanafi. Perasaan menyesal dan berdosa tetap
membuat Hanafi sangat menderita. Batinnya goncang, ia pun jatuh sakit.

Setelah sembuh Hanafi bermaksud pulang ke kampungnya. Ia ingin minta maaf kepada ibunya
dan Rapiah, istrinya. Di samping itu ia juga ingin melihat keadaan anaknya sekarang. Ia berharap
agar anaknua kelak tidak mengikuti jejak ayahnya yang sesat. Dengan kebulatan hatinya,
berangkatlah Hanafi kembali tanah kelahirannya.

Catatan penting
• Novel pertama Abdul Muis ini secara tematik tidak lagi mempermasalahkan adat kolot yang
sering sudah tidak sejalan lagi dengan kemajuan zaman, melainkan jelas hendak mempetanyakan
kawin campur antar bangsa. Dilihat dari perkembangannya sejak Siti Nurbaya, tampak jelas
adanya pergeseran tema, persoalannya tidak lagi kawin adat, kawin antarsuku, tetapi kawin
antarbangsa. Ternyata persoalannnya tidak sederhana, ia menyangkut perbedaan adat istiadat,
tradisi, agama, budaya, serta sikap hidup yang tidak mudah ditinggalkan.
• Pada tahun 1969, novel ini memperoleh Hadiah Tahunan Pemerintah, bersama tiga novel
lainnya, yaitu Siti Nurbaya, Belenggu, dan Atheis.
• Pada tahun 1972 novel ini diankat ke layar perak.
• Pada tahun 1988 novel ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Cina, dan merupakan novel
terlaris di Tiongkok dan sudah diterjemahkan ke dalam bahas Jepang.

Referensi:

Eneste, Pamusuk. 1988. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta: Djambatan


Maman S. Mahayana, dkk. Tentang ulasan novel Indonesia modern.
Judul novel: Salah Asuhan

Penulis: Abdul Muis

Penerbit: Balai Pustaka

Cetakan: I, 1928

Setting cerita: Padang dan Betawi (Jakarta)

[caption id="attachment_74079" align="alignleft" width="224" caption="Salah Asuhan


(Sumber: novelnostalgia.blogspot.com)"][/caption] Bukan sembarang roman. Inilah yang
tergambar dari novel Salah Asuhan. Novel tersebut banyak mendapatkan perhatian dari
kalangan sastrawan. Bahkan, Salah Asuhan merupakan salah satu novel terbesar Indonesia
pada abad ke-20. Nilai budaya dan pesan edukasi melekat kuat pada Salah Asuhan.

Bahkan, menurut saya, nilai-nilai yang terkandung novel Salah Asuhan masih relevan pada
kehidupan zaman sekarang. Abdul Muis cukup jeli menangkap fenomena pada saat itu (1920-
an). Nilai-nilai kearifan lokal dikemas menjadi satu dalam sebuah sindiran halus terhadap
pribumi yang ”latah” hidup ala ke-Barat-Barat-an.

Cerita diawali oleh kisah Hanafi, tokoh utama dalam Salah Asuhan. Singkatnya, sang ibunda
menginginkan Hanafi menjadi anak yang pandai. Karena itu, dia disekolahkan di HBS
(Hoogere Burger School) di Betawi (sebutan Jakarta kala itu). Meski janda, ibunda Hanafi
bertekad kuat agar si anak bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Soal biaya
pendidikan, ibu Hanafi meminta bantuan kepada mamaknya, Sutan Batuah.

Selama bersekolah di HBS, Hanafi dititipkan pada keluarga Belanda. Otomatis, Hanafi
dididik secara Belanda dan bergaul dengan orang-orang bule Eropa, terutama Belanda.
Setamat dari HBS, kehidupan Hanafi belum terlepas dari lingkungan orang-orang Eropa.
Pasalnya, dia bekerja di kantor asisten residen di Solok, Sumatera Barat.

Hanafi sangat bangga menjadi orang ”Belanda”. Bahkan, perilakunya lebih Londo ketimbang
orang Londo itu sendiri, meski orang ia pribumi asli.

Dalam pergaulannya dengan orang Belanda, Hanafi jatuh cinta kepada Corrie, gadis
keturunan Indo Prancis-Belanda. Namun, cinta Hanafi bertepuk sebelah tangan. Kendati
begitu, Hanafi tak putus asa. Ia terus berusaha mendapatkan cintanya. Untuk menghindari
Hanafi, Corrie akhirnya pindah ke Betawi. Lewat surat, ia meminta Hanafi melupakannya.
Hanafi sangat kecewa. Cintanya pupus.

Ia pun jatuh sakit. Dalam keadaan tersebut, sang ibunda memberikan petuah dan nasihat. Si
ibu juga meminta Hanafi menikahi gadis pribumi, yakni Rafiah. Ia merupakan pilihan sang
ibunda. Hanafi menerima tawaran itu. Namun, semuanya atas dasar sakit hati lantaran
cintanya ditolak Corrie. Pelampiasan saja.
Pernikahan Hanafi dan Rafiah tak berjalan mulus. Mereka sering bertengkar. Bahkan, tiada
hari tanpa perang mulut. Tak jarang, Hanafi sering menyakiti Rafiah dengan kekerasan fisik.
Hal itu terus berlangsung hingga anak mereka, Syafe’i, lahir. Kendati sering disakiti, Rafiah
tetap tegar dan setia kepada Hanafi serta membesarkan Syafe’i dengan baik.

Suatu saat, Hanafi digigit anjing gila sehingga dia harus berobat ke Betawi (Jakarta). Di kota
tersebut, di bersua kembali dengan Corrie. Cinta lama Hanafi bersemi kembali. Dia berusaha
keras untuk mendapatkan Corrie. Untuk mencapai tujuannya, Hanafi mengurus surat dan
dokumen guna mendapatkan hak sebagai warga Belanda. Dia lalu meminta wanita cantik itu
untuk bertunangan dengannya.

Karena iba, Corrie akhirnya bersedia. Pesta pertunangan itu dihelat di rumah teman Corrie.
Sementara itu, ibunda Hanafi dan Rafiah masih tetap menunggu kedatangan Hanafi. Rafiah
bahkan masih setia dan mencintai suaminya meski tahu bahwa Hanafi bakal menikahi Corrie.
Rafiah juga memaafkan segala tindakan kekerasan oleh Hanafi.

Sementara itu, setelah menikah, rumah tangga Corrie dan Hanafi tidak bahagia. Mereka juga
hidup dalam kondisi membingungkan. Bangsa Eropa tidak mengakui mereka. Orang-orang
Indonesia juga tak mengakui mereka karena kesombongan Hanafi.

Di tengah rentetan masalah, Hanafi menjadi sangat pencemburu. Suatu hari, Corrie
kedatangan Tante Lien, seorang mucikari. Hanafi sangat murka. Dia menuduh Corrie berbuat
serong. Lama-kelamaan Corrie tak tahan, dia menuntut cerai. Dia lantas pergi ke Semarang
dan menjadi pengurus sebuah panti asuhan di sana.

Hanafi limbung, dia menyadari kesalahannya dan menjemput Corrie ke Semarang. Corrie
menolak. Hanafi lalu pulang ke Betawi dengan perasaan hancur. Dia jatuh sakit. Setelah
sembuh, dia pergi ke Semarang lagi. Sesampai di sana, dia menjumpai Corrie dalam keadaan
kritis karena terserang kolera. Tak lama kemudian, dia meninggal. Sebelum ajal menjemput,
Corrie memaafkan Hanafi.

Kematian Corrie kian menambah kesedihan Hanafi. Dia menyesali perbuatannya kepada
Corrie dan Rafiah. Dia lantas pulang ke kampung halaman di Padang. Dia ingin melihat
anaknya, Syafe’i. Hanafi berharap agar sang anak tak meniru sifat bapaknya. Sesampai di
Padang, Hanafi tak berani menemui Rafiah. Ketika itu, Hanafi melihat sang ibunda, Rafiah,
dan Syafe’i sedang bergembira di sebuah pasar malam. Hanafi menatap mereka dengan hati
hancur. Dia teringat dosa-dosanya kepada mereka. Hanafi lalu memutuskan untuk
meninggalkan Padang dan bunuh diri.

***

Salah Asuhan merupakan kebalikan dari Siti Nurbaya. Jika cerita Siti Nurbaya berakhir


bahagia, Salah Asuhan harus menerima kenyataan: sad ending. Kendati demikian, Salah
Asuhan tetap layak mendapatkan apresiasi. Bagaimanapun, si penulis (Abdul Muis) hendak
menggambarkan situasi pada zaman penjajahan Londo tersebut. Sebuah pesan kearifan lokal
disampaikan dan dikemas dengan apik oleh Muis.
Yakni, budaya luar (Barat) tidak selalu baik dan cocok untuk diikuti. Apalagi bila itu disikapi
dengan kebanggaan terhadap budaya asing. Lebih Londo ketimbang Londo itu sendiri. Saya
masih melihat relevansinya kini. Yakni, banyak orang Indonesia yang lebih bangga
menggunakan bahasa asing (baca: Inggris) ketimbang bahasa Indonesia. Banyak plang
berkosakata asing. Bahkan, ada pemimpin yang sering mengucapkan kosakata Inggris dalam
pidato kenegaraan (sumber dari Kompas, Jawa Pos, dll). Kendati tidak larangan untuk itu,
sebagian kalangan mengingatkan akan pentingnya tetap menjaga nilai kearifan lokal.

Saya sendiri menyadari bahwa hal-hal berbau Barat tidak selalu baik untuk dilakukan. Paling
tidak itulah yang sedikitnya bisa saya rasakan. Misalnya, ngopi di Starsbuck atau makan di
restoran cepat saji seperti KFC dan McD. Selain tak bagus bagi kesehatan jika dilakukan
secara terus-menerus, kebiasaan tersebut berbahaya buat kantong (bisa bikin tekor!). Masih
lebih baik minum air putih dan makan tempe, bukan? Pakai batik Pekalongan pun tak kalah
membanggakan dibandingkan mengenakan produk asing merek Louis Vuitton.

Di sisi lain, Salah Asuhan menyisipkan pesan kepada para orang tua untuk memberikan
perhatian lebih saat menyekolahkan anaknya ke luar (baik luar kecamatan, kabupaten,
provinsi, maupun negeri). Sebagaimana diketahui, gaya hidup zaman sekarang tak ubahnya
zaman Hanafi dalam cerita Salah Asuhan. Jika tak kuat dengan hedonisme dan glamorisme,
sengsaraisme bakal mengintai!

Anda percaya itu? Kalau saya, dengan segala hormat, saya memercayainya.

Blues City, 8 November 201


analisis novel Salah Asuhan

                                    ANALISIS NOVEL SALAAH ASUHAN

                                                           
BAB 1
                                                DUA ORANG SAHABAT 
Analisis unsur  intrinsik
A.    Tema: Persahabatan jadi cinta.
B.     Alur: alur yang digunakan adalah alur maju.
C.     Latar: sore hari, tempat bermain tenis.
D.    Tokoh/ penokohan: 
         Hanafi: tegar dan penuh kelucuan.
         Corrie: kalem, tidak mudah marah.
         Nyonya Brom: tokoh pembantu.
         Tuan Brom: tooh pembantu.
E.     Amanat:
Unsur Ekstrinsik
A.    Nilai social
Pada cerita ini yang berjudul dua orang sahabat kehidupan sosialnya:
         Pergaulan antara laki-laki dan perempuan tanpa melihat perbedaan adat istiadat.
         Penduduk solok ketempat bermain tenis. Tua,muda,gadis dan nyonya, bangsa barat dan
timur bercampurgaulah.
         Pergaulan bebas yang tiada batasnya, yang melonggarkan pergaulan laki-laki dan
perempuan.
Sinopsis: Pada bab ini diceritakan tentang persahabatan Hanafi, pemuda asli bumiputera
dengan corrie gadis belanda.

                                                            BAB 2
                                                AYAH DENGAN ANAK
Unsur Intrinsik
A.    Tema: Kekeluargaan
B.     Tokoh;corrie, Simin, ayahnya corrie
C.     Penokohan:
         Corrie: sombong,egois
         Simin: baik, penurut.
         Ayah corrie: baik dan bijaksana.
D.Alur: alur yang digunakan adalah alur maju.
E.Amanat: kawin campur itu banyak rintangannya, oleh karena itu butuh banyak
pertimbangan.
F. Sudut pandang: dalam novel ini pengarang bertindak sebagai orang ketiga yaitu
menceritakan kehidupan tokoh-tokoh pada novel tersebut.

Unsur ekstrinsik
a)      Latar belakang penciptaan karya sastra berasal dari luar diri pengarang, karena pada novel ini
pengarang hanya sebagai sudut pandang orang ketiga.
b)      Pengarang menciptakan novel ini karena berdasarkan kehidupan social masyarakat pada
masa itu yang melupakan adat istiadatnya.

Sinopsis:
            “Ayah Dengan Anak”. Dalam bab ini diceritakan bahwa corrie meminta pendapat
ayahnya mengenai perkawinan campuran antara bangsa barat dan bangsa timur.

           
                                                BAB 3
BUKAN BUNDA SALAH MENGANDUNG
Unsur intrinsik
A.    Tema: anak durhaka
B.     Alur: alur yang digunakan alur maju
C.     Latar:
         Dirumah
         Dikantor
D.    Tokoh/penokohan:
         Hanafi: tegas dan sombonmg.
         Ibu Hanafi: baik dan sabar.
E.     Amanat: kesakitan dan kepiluan ditanggung oleh seorang ibu agar anaknya berubah menjadi
anak yang baik, maka jangan sia-siakan semua itu, hargailah ibu kita.

Unsur Ekstrinsik:
1.      Nilai social: Pergaulan dengan orang belanda
2.      Nilai social: dulu hidup hanafiu sangat susah bersama ibunya, tetapi karena rasa saying ia
menyerahkan anaknya kepada keluarga belanda.

                                    BAB 4
DALAM KEBIMBANGAN
Unsur Intrinsik
A.    Tema: persahabatan
B.     Tokoh: Corrie,ayah corrie
C.     Penokohan:
         Corrie: cengeng, cepat melamun
         Ayah corrie: sabar
D.    Alur: alur yang digunakan adalah alur maju.
E.     Amanat: anak muda seharusnya jangan selalu melamun, lebih baik kita melakukan sesuatu
yang berguna.
Unsur ekstrinsik
            Pengarang menciptakan novel ini karena berdasarkan kehidupan social masyarakat
pada masa itu.
Sinopsis:
            “ Dalam kebimbangan” dalam bab ini diceritakan bahwa corrie merasa bimbang akan
perasaannya kepada Hanafi.
                                                                                                                                                       
                                                                                                                                                       
                                            BAB 5
                                                DALAM GELOMBANG PERASAAN
Unsur Intrinsik
A.    Tema: mengutarakan perasaan cinta.
B.     Tokoh: corrie, hanafi.
C.     Penokohan:
         Corrie; tidak sabar
         Hanafi: penyabar
D.    Latar:
         Latar tempat: di rumah, solok tebang.
         Latar suasana: gembira.
         Latar waktu: sore hari
E.     Alur: alur yang digunakan alur maju.
F.      Amanat: jangan pernah melakukan sesuatu yang bersifat negative jika status perkawinannya
belum jelas.
Unsur Ekstrinsik:
Pengarang menciptakan novel ini karena berdasarkan kehidupan social masyarakat pada masa
itu.

                                                            BAB 6
                                    TERBANG MEMBUMBUNG KE LANGIT HIJAU
Unsur intrinsic
A.    Tema: Kesalahan dan penyasalan
B.     Alur: alur yang digunakan adalah alur maju.
C.     Latar: Pagi dan malam hari di rumah corrie dan hanafi.
D.    Tokoh/penokohan:
         Corrie: kalem.
         Hanafi: durhaka.
E.     Amanat: Jangan pernah melakukan perbuatan tanpa ada kesepakatan antara kedua pihak,
sehingga tidak terjadilah suatu penyesalan

Unsur Ekstrinsik
Kehidupan social:
         Pergaulan antara laki-laki dan perempuan.
         Adanya suatu perbedaan budaya sehingga tidak dapat mempersatukan sejoli karena pada
cerita ini corrie tidak akan menerima Hanafi, karena Hanafi adalah darah melayu.Kecuali
hanafi memutuskan darah dari melayu dan meninggalkan ibunya.
SINOPSIS:
Dalam bab ini corrie memutuskan untuk meninggalkan solok, karena ia tak mau bertemu
Hanafi  yang telah meraba-raba seluruh tubuhnya karena corrie sudah menganggap Hanafi
sebagai sahabatnya.

                                                BAB 7
                                    IBU DENGAN ANAK
Unsur Intrinsik
A.Tema: Kerja keras seorang ibu
       B. Alur: alur yang digunakan adalah alur maju.
C .Latar:
         Latar tempat: pagi dan m,alam hari dirumah hanafi.
         Latar suasana: penuh kebimbangan.
D.Tokoh/penokohan:
         Hanafi: tegar
         Ibu hanafi: penuh pengorbanan, kutipannya” Siang malam orang tua itu menunggu anaknya
di tempat tidur”
F.      Amanat: Jangan sia-siakan kasih saying yang diberikan seorang ibu kepada anaknya.

Unsur Ekstrinsik
         Kehidupan social: Pergaulan orang barat dan orang timur, sungguh sama, tidaK menyukai
hubungan suami istri tanpa ada status.
         Nilai agama: anak yang durhaka kepada ibunya itu akan berdosa. Jika anak durhaka kepada
ibunya, sudahb pasti ibu itu akan mengampuni anaknya.
Sinopsis:
            Dalam bab ini diceritakan bahwa setelah Hanafi sedikit melunak. Kini  dia sedikit
mendengarkan perkataan  ibunya. Kemudian, ibunya hendak menyuruh Hanafi untuk
menikah dengan Rapiah, saudara sepupunya.Dengan terpaksa Hanafi menuruti perkataan
ibunya.

                                    BAB 8
 ISTRI PEMBERIAN IBU
            Unsur Intrinsik
A.Tema: Kawin  paksa
B: Alur yang digunakan adalah alur maju
C.Tokoh/penokohan:
         Hanafi, sombong,kutipannya”pakaian mempelai secara masih dilazimkan sekarang di
negrinya, yaitu pakaian secara zaman dahulu.
         Ibu Hanafi,wataknya sabar, kutipannya”memukul-mukul dada di depan anak terpelajar itu”.
         Rapiah, wataknya sabar, kutipannya”segala kewajiban suami diturutinya”, “Rapiah tunduk
dan menangis”.
D.    Latar:
         Latar tempat: dirumah,kutipannya”sesampai dirumah pengantiperempuan”
         Latar suasana: Sedih, kutipannya”Leifde, sympatie, oppofering, dan lain-lain lagi perkataan
yang menyeramkan bulu tengkuk ibunya”
         Latar waktu: siang hari, kutipannya”beberapa hari sebelum peralatan”.
E.     Sudut pandang: sudut pandang yang digunakan pengarang adalah sudut pandang orang
ketiga.
F.      Amanat: Jangan memaksakan suatu pernikahan yang tidak pernah diinginkanoleh
pengantintersebut, karena akhirnya akan saling menyiksa keduanya.

Unsur Ekstrinsik
         Nilai social:  didalam peralatan orang Minangkaba, bukan keluarga karib pada pengantin
yang membuat gaduh lebih dahulu, melainkan orang lain.
         Nilai moral: sedang pekerjaan yang disangka tidak mengganggu kesenangan orang lain daan
itupun boleh jadi melanggar kesopanan.

SINOPSIS:
            Dalam bab ini diceritakan bahwa Hanafi menikah dengan Rapiah, karena Hanafi tidak
mencintai Rapiah, maka setelah menikah tindakan Hanafi semakin menjadi-jadi. Bahkan ia
selalu memperlakukan Rapiah sebagai babunya, bahkan ia juga tidak memperdulikan
anaknya yang bernama Syafei.

                                                BAB 9
DURHAKA KEPADA IBU
            Unsur Intrinsik
A.    Tema: anak yang tidak tahu balas budi.
B.     Alur: alur yang digunakan adalah alur maju mundur. Kutipannya” Sebagai dalam mimpi,
tergambarlah segala temasa dahulu di muka kenang-kenanggannya”.
C.     Tokoh/penokohan:
         Hanafi: sombong, kutipannya” Buyung, kemanakah engkau?”..
Kasar, kutipannya”Hai buyung, antarkan anak itu dahulu kebelakang”.
         Rapiah: Sabar, kutipannya” Rapiah sedang meramas kelapa dan sambil melihat dengan sabar
serta air mata yang jernih kepada suaminya”
Penurut, kutipannya” Hamba disuruh ke took untuk membeli gula”.
         Ibu Hanafi: Sabar, kutipannya” Orang tua itu mengumpulkan segala kesabaran”.
D.    Latar:
         Latar waktu: sore hari, kutipannya” Matahari sudah rendah, sebentar lagi tentu dia akan
bersembunyi dari pemandangan”. “Pada petang itu mereka sedang bersenda gurau.
         Latar tempat: Didalam kebun, kutipannya” mereka sedang duduk bersenda gurau didalam
kebun hanafi.. Di dapur, kutipannya” di dapur ibunya sedang memasak dengan Rapiah”.
         Latar suasana: Sedih, kutipannya” Rapiah sedang meramas kelapa sambil melihat dengan
sabar serta air mata yang jernih”.
         Sudut pandang: sudut pandang yang digunakan pengarang adalah sudut pandang orang
ketiga.
E.     Amanat: Janganlah berlaku kasar kepada ibu yang sudah susah payah mengandung,
melahirkan, dan membesarkan kita dengan penuh kasih saying.

  Unsur Ekstrinsik
         Pengarang menciptakan novel ini karena berdasarkan kehidupan social masyarakat pada
masa itu.
SINOPSIS
            Dalam bab ini diceritakan bahwa ibu Hanafi mengingatkan Hanafi  akan perilakunya
yang kejam dengan Rapiah. Namun Hanafi justru menentang nasihat ibunya. Tidak berapa
lama  kemudian, Hanafi di gigit oleh seekor anjing gila, kemudian ia dibawa ke rumah sakit
di solok.
                                                BAB 10
                                    BERTEMU KEMBALI
  Unsur Intrinsik
A.Tema: Pertemuan dua orang yang saling mencintai.
B. Alur: alur yang digunakan adalah alur maju mundur.
C.Tokoh/penokohan:
         Hanafi, wataknya penurut, kutipannya” Setiap petang pukul setengah lima suka
menjemputnya ke salemba”.
         Corrie, wataknya lugu,manja, kutipannya” karena hidup terperintah dan kemerdekaan yang
dibatas-batas itu sudah lama menjemukannya”.
         Tuan Asisten Residen, wataknya penurut.
D. Latar;
         Latar waktu: malam hari, kutipannya” pada suatu malam pulanglahia mengambil gambir
itu”.
         Latar tempat:
  Solok, kutipannya”corrie berkemas berangkat ke solok”.
  Sekolah, kutipannya” jika ia bpleh melakukan sesuka hatinya ia akan dikeluarkan dari
sekolahnya.
  Di asrama, kutipannya” engkau tidak merdeka, melainkan terikat kepada aturan asrama”.
E.Sudut pandang: sudut pandang yang digunakan pengarang adalah sudut pandang orang
ketiga.
F. Amanat: Jangan selalu merenungi masa lalu, yang harus dipikirkan adalah masa depan.

  Unsur Ekstrinsik.
         Latar belakang penciptaan karya sastra berasal dari luar diri pengarang.
         Pengarang menciptakan novel ini karena berdasarkan kehidupan social masyarakat pada
masa itu.
  Sinopsis: Dalam bab ini diceritakan bahwa selama di betawi, Haanafi bertemu kembali dengan
corrie yang saat itu masih tinggal di asrama belanda hingga berumur 21 tahun.

BAB 11
PERTEMUAN JODOH
  Unsur Intrinsik
A.    Tema: Penyesalan
B.     Alur: alur yang digunakan adalah alur maju
C.     Tokoh/penokohan:
         Corrie: manja,kutipannya” ohh, kata corrie dengan mengeluh”.
         Hanafi: pemarah, kutipannya”Buat setahun saja belum akan putus mufakat nyiyik mamak
serta penghulu besar batuah”.
D.    Latar:
  Latar tempat:
  Betawi, kutipannya” yang akan menghambat jalannya ke Betawi dan  tetap menjadi keberatan
besar buat tetap menjadi istriku.
  Salemba, kutipannya” maka kedua anak itu menaiki kendaraannya masing-masing, lalu
menuju ke salemba.
  Solok, kutipannya” waktu esoknya ia hendak berkunjung ke rumah Hanafi.
  Latar waktu:
  Siang hari, kutipannya” hari minggu mereka pergi mandi ke laut”.
  Sore hari, kutipannya” Pada petang kamis malam jumat, Hanafi sudah datang ke asrama”.
E.     Amanat: Jangan memaksakan suatu pernikahan yang tidak pernah diinginkan pengantin.

  Unsur Ekstrinsik.
  Nilai social: aturan di Minangkabau lebih berhak mamak-mamaknya daripada ayahnya.
  Sinopsis: Dalam bab ini menceritakan bahwa Hanafi sudah dipersamakan haknya dengan
orang eropa. Ia pun berniat untuk tidak akan kembali ke Solok. Di betawi, ia kembali
menjalin hubungannya dengan corrie.

                                                BAB 12
ISTRI PEMBERIAN IBUNYA
  Unsur Intrinsik
1.      Tema: Kesabaran seorang istri.
2.      Alur: alur yang digunakan adalah alur .
3.      Latar:
  Latar tempat:
         Di rumah, kutipannya” di rumah hanafi di solok, sunyi senyap keadaannya”.
         Di kantor pos.
  Latar waktu:
         Siang dan malam hari, kutipannya” siang malam pintu di muka tidak di buka”.
         Pagi hari, kutipannya” dari pagi pun hatinya sudah tidak senang”.
         Malam hari, kutipannya” hamper setiap malam aku bermimpi yang buruk-buruk saja”.
  Latar suasana:
         Sedih, kutipannya” sedang air matanya, menghilir dan berderai-derai jatuh ke tanah”.
“Entah apa sebabnya, tetapi dalam seminggu ini hatiku sudah tidak senang lagi”.
4.Tokoh /penokohan:
  Rapiah, wataknya penyabar, kutipannya” Rapiah dengan sesak napas dan menghisak-hisak”.
Kuat, kutipannya” dadanya sendiri menyerkap saja apa yang dirasainya”.
  Ibu Hanafi, wataknya penyabar, kutipannya” ibu hanafi pun turut mengeluh”. Penyayang,
kutipannya” ia menghibur hati menantunya dan
4.      Sudut pandang: sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga.
5.      Amanat: Jangan melakukan perjodohan, jika memang kedua belah pihak tidak saling
mencintai.
  Sinopsis: dalam bab ini di ceritakan bahwa Hanafimenceraikan Rapiah melalui surat. Namun
rapiah tetap sabar dan tetap tinggal bersama ibu hanafi”.

BAB 13
MELEPASKAN KONGKONGAN
  Unsur intrinsic:
1.      Tema: Perceraian.
2.      Alur: alur yang digunakan adalah alur maju.
3.      Latar:
  Latar tempat: di kantor pos, kutipannya”kantor pos belum di buka”. Di rumah, kutipannya”
akhirnya sampailah mereka di rumah”.
  Latar waktu: pagi hari, kutipannya” jam yang baru menunjukan setengah delapan kurang lima
menit.
  Latar suasana: Sedih, kutipannya” sejurus lamanya kedua perempuan itu berpandang-
pandangan dengan tidak berkata sepata jua. Hanya air mata mereka saja yang jatuh
bercucuran..
4.      Tokoh/penokohan:
  Rapiah: sabar, kutipannya” surat keputusan, hanya dengan mengeluh”.
Tabah, kutipannya” rapiah tidak kuat menahan air mata yang sudah tergenang pula”.
Pasrah, kutipannya” ibu, jika sungguh- sungguh ibu mengambil aku pengganti Hanafi,
bawalah aku kemana kehendak ibu”.
  Ibu hanafi:penyayang, kutipannya:Kita bertiga, syafei,engkau dan ibu tidak bercerai-cerai”.
5.      Amanat: Harus selau sabar dalam menghadapi segala macam tantangan hidu, dan jangan lupa
berdoa kepada Tuhan,agare segala permasalahan yang kita hadapi bias di atasi.
  Sinopsis:  Dalam bab ini menceritakan bahwa di ulang tahun corrie yang ke 21,hanafi
memberikan cincin dan meminta corrie menjadi istrinya.

BAB 14
HIDUP BERSUKARIA
  Unsur Intrinsik
1.Tema: Keluarga bahagia.
2.Alur: alur yang digunakan adalah alur maju.
3.Latar:
  Latar tempat: Gang pasar baru, kutipannya” di gang pasar baru  itu ia menyewa sebuah
pavilyun”. Kantor weeskamer, kutipannya” kantor weeskamer sendiri masih suka
menerimanya”.
Jakarta. Kutipannya” mereka berrputar-putar kota Jakarta mengendarai kereta angin”.
  Latar waktu: sore hari, kutipannya” setiap petang, Hanafi yang sudah mendapat angkatan tetap
dikantor Binnenlandsch”.” Hanafi datang minum the petang hari ke rumah corrie”.
  Latar suasana:bahagia, kutipannya” corrie merebutnya meletakkannya ke tempat yang jauh,
sambil berkata dengan tersenyum.
4.Tokoh/penokohan:
  Hanafi, wataknya sombong, kutipannya” maka bersimpuhlah dia di muka kursi”
  Corrie,wataknya penurut, kutipannya” corrie menyapu-nyapu kepala Hanafi dengan tapak
tangannya”.
5.sudut pandang: sudut pandang yang di gunakan adalah sudut pandang orang ketiga.
6.  Amanat: jangan menyombongkan diri apabila mendapatkan gelar.
  Unsur ekstrinsik.
Pengarang menciptakan novel ini karena berdasarkan kehidupan social masyarakat pada masa
itu yang melupakan adat istiadatnya.

                                    `                      

BAB  15
SETELAH MENJADI SUAMI ISTRI

  INTRINSIK
1.Tema: Penyesalan yang berujung kebahagian dengan tantangan.

2.Tokoh dan penokohan:.

  -Hanafi : baik,sopan,ramah,penyayang         
  -corrie,sopan,sabar,penyayang.
3.Aluratau plot:alurmaju
4.Latartempat:lapangan tenis,dijalan raya,.
  Waktu:Siangharidanmalamhari.
  Suasana: senang Dn sedih,tegang,
5.Amanat:jangan menganggap rendah budaya orang lain.

  EKSTRINSIK
Faktor sosial:
Hanafi dianggap telah berkhianatterhadapadat-istiadatnyadengan
berpindahkebangsaanmenjadibangsabarat.Corrie pun ikutmenangungakibat yang
telahdilakukanolehHanafi,
Iatidaklagiditerimadalamkeluargabesarnyadandikucilkandaripergaulanbangsanya.
  SINOPSIS
Dalam bab ini di ceritakan bahwa Hanafi dan Corrie telah resmi menjadi pasangan  suami
istri. Namun kehidupan mereka menjadi semakin buruk.Mereka dikucilkan oleh masyarakat,
dijauhkan dari pergaulan, dan tidak mempunyai sahabat.

BAB  16

BAB  17
BERCERAI

  INTRINSIK

1.Tema:mencari pengalaman baru

2.Tokohdanpenokohan:.

  Hanafi:baik ,sopan,ramah.tapi sedikit pemarah.


  Corrie,sopan,sabar,penyayang,ramah dan tetap tabah.
  Dag tante lian.baik ,perhatian,suka memberikan ceramah.
  Mina.jahat.suka membuat emosi orang lain.
3.Aluratau plot:alurmaju
4.Latartempat:rumah dan kantor.
  Waktu:Siangharidanmalamhari.
  Suasana:sedih,tegang,kacau dalam urusan rumah tangga mereka,karna perbedaan pendapat.

5.Amanat: jangan menuduh orang tanpa ada alas an yang jelas.


  EKSTRINSIK
Faktor social budaya.
Lama waktuberjalan,
Hanafitidaktahandengansituasiitu, meskipuntemannyabersikapbaikpadanyatetapiprilakuistrin
yajelasmenunjukanpenolakanakankehadiranHanafi di tengahkeluargamereka.
Olehkarenahalitu, Hanafi berniatuntukpindahketempat lain.
Namun diabingungharuskemana.Semenjak diamemutuskanuntuk berceraidenganRapiah ,dan
memilihmenikahiCorrie, keluargamerekasecara
drastisdikucilkandaripergaulanbangsabarat.Orang-orang
dikampunghalamanyatidak maulagimenerima Hanafi.Hanafidianggap telahberkhianatterhada
padat-istiadatnyadengan berpindahkebangsaanmenjadibangsabarat.Corrie pun
ikutmenangungakibat yang telahdilakukanolehHanafi,
iatidaklagiditerimadalamkeluargabesarnyadandikucilkandaripergaulanbangsanya.
  SINOPSIS
Dalam bab ini Hanafi memergoki corrie yang kembali bercakap-cakapdengan Ny.Lien.
Hanafipun kembali menuduh corrie.Mendengar tuduhan suaminya, corrie merasa sangat sakit
hati kemudian memutuskan untuk bercerai.

BAB  18
MENEMPUH KEHIDUPAN BARU

  INTRINSIK

1.Tema: membawa karir dalam kehancuran dan cinta yang mau  bersemi kembali.

2.Tokoh dan penokohan:.

  Hanafi:baik ,sopan,ramah,penyayang
  corrie,sopan,sabar,penyayang dan lebih tabah
  Sopir mobil.penurut
  Tuan Direktur.sabar ,tetap prefesional.
  Tante Lien,pembeci orang lain,suka memfitnah.
  Tuan chef.tetap profesional.
  Nyonya Pension.baik.tdak dendam.
  Hanafi,baik tapi sedikit pemarah dan cepat emosi pada bab ini,tetapi hatinya berniat baik dan
tidak jahat.
3.Alur atau plot: alur maju  dan mundur.
4.Latartempat:Rumah, kantor dan jalan raya.
  Waktu:Siang hari dan malam hari.
  Suasana:senang dan sedih,tegang,penuh dengan gelisa karna fitnah yang menyebar di orang
lain.

  EKSTRINSIK
         Faktor sosial budaya
Dua tahun sudah terlampaui, setelah kejadian hal-ikhwal yang diceritakan di atas. Bagi
keluarga di Sumatera Barat, Hanafi sudah dipandang keluar dari kaum.Ia sudah menjadi
‘orlando’, sudah ‘bernyonya’, sedang sepucuk pun surat tak ada yang datang daripadanya,
sekedar menandakan bahwa ia masih hidup bagi kaumnya.Dari narasi tersebut simunculkan
sebuah permasalahan karena Hanafi lama tak memberi kabar pada keluarganya di kampung,
Hanafi dinggap sudah keluar dari bangsa timur. Karena ia telah menganti kebangsaanya
menjadi bangsa barat,  Hanafi merasa dirinya telah masuk ke dalam golongan orang barat.
Dia merasa mendapat pergaulan yang baik dari mereka setelah ia merubah kebangsaanya.
Namun hal itu sia-sia karena semua teman temanya tak mengangap perubahan itu danmulai
menjuahinya. Hal itu terlihat saat teman temanya selesai bermain tenis, tak seorangpun mau
menyapanya, seolah-olah mereka ingin menunjukkan kebencianya pada Hanafi karena ia
seorang anak Bumi Putera.
  SINOPSIS
Setelah bercerai dengan Hanafi, corrie kemudian melamar pekerjaan diberbagai
tempat.Namun mereka selalu mengucilkan corrie karena tuduhan Hanafi telah menyebar
jauh. Akhirnya Corrie pun pindah ke semarang menjadi  pegawai pada panti asuhan.

BAB  19
MERTUA DAN MENANTU

INTRINSIK

1.Tema:membuat kehancuran dalam rumah tangga dengan menghasut demi keuntungan


individual.

2.Tokoh dan penokohan:.


           
  corrie,sopan,sabar,penyayang dan lebih tabah.
  Rapiah.jahat ,suka menghasuk,membuat masalah dan isu sembarangan tentang Corrie.
  hanafi,baik tapi sedikit pemarah dan cepat emosi pada bab ini,tetapi hatinya berniat baik dan
tidak jahat.
  Ibu Hanafi.baik perhatian suka mengaajarkan yang baik.
3.Alur atau plot: alur maju  dan mundur.
4.Latartempat:Rumah.
  Waktu:Siang hari dan malam hari.
  Suasana:senang dan sedih,tegang.
5.Amanat: jjangan selalu meratapi masa lalu.

  EKSTRINSIK
Faktor sosial budaya
Dengan keadaan seperti itu, Corrie merasa begitutertekan dan tidak nyaman dengan
keadaanya yang sekarang.Hanafi merasa bersalah telah meminta Corrie menjadi
isterinya.Namun mereka tetap ingin memperbaiki keadaan, merubahnya seperti suasana
sebelumnya.Tapi seberapa besar usaha mereka untuk menyatukanya, tetap saja mereka tidak
dapat menerima kehadiran Corrie dan Hanafi.
  SINOPSIS
Rapiah hidup bersama ibu hanafi dan juga syafei anaknya. Di lubuk hati Rapiah, ia masih
mengharapkan Hanafi meski telah menyadari bahwa itu adalah hala yang tidak mungkin.

BAB  20
DARI YANG GELAP KEPADA YANG TERANG

  INTRINSIK

1.Tema:penyesalan dan membandingkan 2 cinta.

2.Tokoh dan penokohan:.


           
  corrie,sopan,sabar,penyayang dan lebih tabah ,tidak menyimpan dendam.
  Rapiah.jahat ,suka menghasuk,membuat masalah dan isu sembarangan tentang Corrie.
  hanafi,baik taat pada keluarga dan mulai sadar akan kelakuanya.
  Ibu Hanafi.baik perhatian suka mengajarkan yang baik.
  Piet,baik,memberi motivasi,mengajarkan jalan kebenaran dan jalan harus dipilih.
3.Alur atau plot: alur maju  dan mundur.
4.Latartempat:Rumah.
  Waktu:Siang hari dan malam hari.
  Suasana:  senang dan sedih,tegang.
5.Amanat: Sebelum melakukan sesuatu hendaklah berpikir terlebih dahulu agar tidak
menyesal kemudian.

  EKSTRINSIK
1.Faktor social:
            Pengarang menciptakan novel ini berdasarkan kehidupan social masyarakat pada
zaman itu.
  SINOPSIS
Dalam bab ini diceritakan bahwa Hanafi tersadar  bahwa tuduhannya terhadap corrie adalah
salah.Kini ia bergantian menjadi yang dikucilkan atas perlakuannya terhadap istrinya.Ia
mencarai tumpangan hidup kemana-mana, akhirnya ada seorang sahabat Hanafi yang
bersedia memberikan tumpangan kepada Hanafi meskipun dengan berat hati.

BAB  21
TALI PERCINTAAN

  INTRINSIK

1.Tema:penyesalan dan pahitnya keilangan cinta sejati.

2.Tokoh dan penokohan:.


           
  corrie,sopan,sabar,penyayang dan lebih tabah ,tidak menyimpan dendam.
  Rapiah.mulai menjadi istri yang baik dan ramah ,dan mulai sadar akan kejahatannya kepada
corrie.
  Hanafi,baik taat pada keluarga dan mulai sadar akan kelakuanya
  Nyonya van Dammen.baik
  Supir.penurut
  suster.baik suka menolong dan memberikan perawatan ke pada orang yang
membutuhkanbantuannya dan cepat merasa ibah
3.Alur atau plot: alur maju  dan mundur.
4.Latartempat:Rumah sakit, jalan raya kota semarang .
  Waktu:Siang hari dan malam hari.
  Suasana:senang dan sangat sedih.

  EKSTRINSIK
Faktor sosial budaya
Sebenarnya bagi Corrie sudah terbuka waktu yang baik buat memberi keterangan,
karena suaminya sudah mulai bertanya.Tapi hatinya semakin panas. Serambut pun tak ada
lagi cintanya kepada Hanafi pada saat itu; sukalah ia bercerai seumur hidup. Dan pada
hematnya, inilah pangkal perceraian yang sebaik-baiknya.Setelah peristiwa yang
menegangkan itu telah selesai, Corrie memutuskan untuk meninggalkan rumah untuk
menempuh kehidupan barunya ia menginap disebuah kontrakan. Namun dimanapun Corrie
beradatetap tidak ada seorangpun yang mau bersahabat dengannya.Semenjak keputusanya
menikah dengan orang pribumi memang berbagai kalangan menentangnya hingga ketika
mereka bercerai perlakuan masyarakat terhadapnya tetap sama, merek tetap tidak mau
menerima kehadiran Corrie ditengah-tengah mereka.
  SINOPSIS
Hanafi merasa bersalah kepada corrie, semalaman hanafi tidak tidur memikirkan corrie.
Keesokan harinya, hanafi pergi ke semarang untuk menemui corrie dirumah tumpangan
corrie. Namun corrie tengah dirawat di rumah sakit karena penyajit cholera yang
dideritanya.Akhirnya corrie meninggal dunia.

BAB  22
BERTAMBAH SEMPITALAM RASANYA

INTRINSIK

1.Tema:penyesalanakan kehilangan seseorang yang kita cintai

2.Tokohdanpenokohan:.
           
  Hanafi,baik taat pada keluarga dan mulai sadar akan kelakuanya
  Nyonya van Dammen.baik  suka membantu orang lain.
  Tuan administratur.suka menolong dan perhatian,ramah.
3.Aluratau plot:alurmaju dan mundur.
4.Latartempat:Rumah sakit,kota semarang,kuburan,stasiun.
  Waktu:Siangharidanmalamhari.
  Suasana: sedih.
EKSTRINSIK
Faktor sosial budaya
Lain Corrielain pula Hanafi.
KetikaHanafimemulaiuntukmenempuhkehidupanbaru datanglahseorangsahabatbernama Pitt,
iamenasehatiHanafi.
DiatelahmenyadarakanHanafiakankesalahanyaselamaini.Misalnyasikapdurhakapadaibunya,si
kapnya yang telahmenyianyiakanRapiah, sikapnya yang menuduhCorrieberzina.
Akhirnyadiam memutuskanpergi mencarikeberadaanCorrie ke
Semarang.HanafiinginmemintamaafpadaCorrie,
namunsaatitu diketahuibahwa Corrie sedangmenderita sakitkerasdandirawatdirumahsakit,
danbetapaterpukulnyahatiHanafi, saatitu dia harusmenerimakematianCorrie.

BAB  23
SETINGGI-TINGGI MELAMBUNG

INTRINSIK

1.Tema:penyesalanakan kehilangan seseorang yang kita cintai

2.Tokohdanpenokohan:.
           
  Hanafi,baik mulai sadar akan kelakuanya,dan terus merasa bersalah
  Piet.baik ,suka mengajarkan hal yang baik.
  Syafei.pintar.
3.Aluratau plot:alurmaju dan mundur.
4.Latartempat:betawi,restoran,jalan raya,kapal laut,
  Waktu:Siangharidanmalamhari.
  Suasana: sedih,ramai.
EKSTRINSIK
         Faktor sosial budaya
Lain Corrielain pula Hanafi.
KetikaHanafimemulaiuntukmenempuhkehidupanbaru datanglahseorangsahabatbernama Pitt,
iamenasehatiHanafi.
DiatelahmenyadarkanHanafiakankesalahanyaselamaini.Misalnyasikapdurhakapadaibunya,sik
apnya yang telahmenyianyiakanRapiah, sikapnya yang menuduhCorrieberzina.
Akhirnyadiamemutuskanpergi mencarikeberadaanCorrie ke
Semarang.HanafiinginmemintamaafpadaCorrie,
namunsaatitu diketahuibahwa Corrie sedangmenderita sakitkerasdandirawatdirumahsakit,
danbetapaterpukulnyahatiHanafi, saatitu dia harusmenerimakematianCorrie.

BAB  25
MEMBAYAR UTANG

INTRINSIK

1.Tema:penyesalan hanya dapat dihapukan dengan batas ahirnya kehidupan.

2.Tokoh dan penokohan:.


           
  Hanafi,baik ,dan terus merasa bersalah sedikit tidak waras.
  Ibu hanafi.sabar ,baik dan tabah,penyayang.
  Dokter:Baik memberikan ceramah,tentang jalan kebenaran dan yang harus dipilaih.
  Para Dukun-dukun.membantu atua berniat menolong.
3.Alur atau plot: alur maju  dan mundur.
4.Latartempat:Rumah.Kota Anau,kampung,
  Waktu:Siang hari dan malam hari.
  Suasana: sedih,ramai.
EKSTRINSIK
.Faktor sosial
Dalam sakitnya Hanafi tersadar akan kesalahan yang ia lakukan pada Ibu dan Rapiah
juga penyesalannya kepada Corrie. Setelah melalui perjalanan yang panjang, sampailah ia
dikampung halamanya. Betapa terkejutnya hati rapiah dan ibu melihat Hanafi berdiri di
hadapanya. Walaupun masayarakat sekitar enggan menerima kehadiran Hanafi, namun
dengan besar hati Ibu dan Rapiah begitu  terbuka menyambutnya. Hari demi hari Hanafi
hanya termenung. Dalam renungannya ia mengingat semua kesalahnnya terdahulu. Dengan
bimbang hati mendekatlah ibunya kekepalanya, lalu Hanafi berkata denagan
suara lemah- lembut.

  Keunggulan novel:
      Novel ini menceritakan peraturan adat istiadat yang membuat kita sadar akan pentingnya hal
tersebut.
      Menceritakan kelakuan seorang anak terhadap orang tuanya yang selalu kasar, sehingga pada
akhirnya anak itu akan sadar. Itu membuat kita menjadi belajar untuk tidak melawan orang
tua kita, karena apa yang diberikan orang tua kita adalah yang terbaik untuk kita.
      Novel ini juga menceritakan tentang seorang istri  yang sabar menghadapi suaminya dimana
dia tahu bahwa suaminya tidak mencintai dirinya karena pernikahan yang diatur orang
tua.Disini kita belajar menjadi istri yang tetap mencintai suaminya walau itu menyakitkan.
  Kelemahan novel:
      Terlalu banyak bahasa yang mengandung pengertian dari bahasa lain seperti bahasa belanda.
      Novel ini membuat seorang pembaca menjadi bosan, dikarenakan cerita terlalu menjelaskan
perjalanan mereka secara mendetail dimana itu membuat orang jenuh karena hal tersebut
membuang-buang waktu pembacanya.

Nilai Sosial Dalam Roman Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis Oleh
Khusnul Lusita Pendahuluan Karya sastra lahir karena adanya keinginan
pengarang untuk mengungkapkan ekspresi sebagai manusia yang memliki
suatu ide, gagasan, dengan cara berimajinasi dan social budaya yang
nyata. Karya sastra lahir dari suatu ekspresi atau pengalaman yang dimilki
oleh setiap manusia, Lewat hasil karya sastra pengarang dapat
mengungkapkan ekspresi, ide-ide, pengalaman batin kepada orang lain,
bahkan pengarang terkadang menceritakan kehidupan realitanya sendiri.
Roman merupakan karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya
menurut watak dan isi jiwa masing-masing, menyuguhkan tokoh-tokoh, dan
merangkaikan. Salah Asuhan adalah tonggak sastra kontemporer pada
zamannya memliki tema aneh, dan barang kali dianggap lancang pada
saat itu Bagaimana mungkin seorang Hanafi yang hanya pribumi, yang
notabene adalah kelas rendah untuk pandangan “kelas” yang diterapkan di
Hindia Belanda bisa mencintai dan menikah dengan perempuan Belanda?,
Dengan mengetengahkan tokoh Hanafi dalam roman Salah Asuhan,Abdoel
Moeis mengkritik sikap dan tingkah laku kaum borjuis yang kebarat-baratan
dan lupa daratan.Dalam roman tersebut soal adat masih disinggung-
singgung nya,bahkan dikritiknya tajam sekali. Roman Salah Asuhan begitu
erat dengan gejala kolonialisme, Pertentangan antara Budaya Barat dan
Budaya Timur. Didalam Roman ini menggambarkan bahwa budaya barat
kedudukannya lebih tinggi dari budaya timur. Dalam Salah Asuhan itu
terekam secara jelas jejak kolonial bangsa Barat terhadap bangsa
Indonesia, terutama masalah bahasa dan identitas bangsa. seperti yang
tertulis dalam kutipan ini, “Perbedaan itu sungguh ada, Corrie, dan
sungguh besar sekali. Sebabnya tiada lain, karena penyakit “
Kesombongan bangsa” itu juga. Orang Barat datang ke mari, dengan
pengetahuan dan perasaan bahwa ialah yang dipertuan bagi orang disini.
Jika ia datang di negeri ini dengan tidak membawa nyonya sebangsa
dengan dia, tidak dipandang terlalu hina, bila ia mengambil ‘nyai’ dari sini.
Jika nyai itu beranak, pada pemandangan orang Barat itu sudahlah ia
berjasa besar tentang memperbaiki bangsa dan darah di sini. Tapi lain
sekali keadaannya pada pertimbangan orang Barat itu, kalau seseorang
nyonya barat sampai bersuami, bahkan beeranak dengan orang sini.
Terlebih dahulu nyonya itu dipandang seolah menghinakan dirinya sebagai
bangsa barat dan dikatakan ‘sudah membuang diri’ kepada orang sini. Di
dalam undang-undang negeri ia pun segera dikeluarkan dari hak orang
Eropa. Itu saja sudah tidak dengan sepatutnya, istimewa pula bila
diketahui, bahwa seorang bangsa bumi putra yang minta dipersamakan
haknya dengan Eropa. Selama-lamanya tidak boleh menghilangkan lagi
hak itu dan kembali lagi menjadi bumiputra pula, karena tidaklah ,ada
sesuatu fasal didalam undang-undang, yang boleh menggugurkan haknya
sebagai bangsa Eropa. Tapi seseorang permepuan bangsa Eropa, yang
kawin dengan orang Bumiputra, selama ditangan suaminya itu, akan
kehilangan haknya sebagai orang Eropa. Terlebih hina kedudukannya
didalam pergaulan bangsa Eropa sendiri. Jika nyonya itu sampai beranak,
dipandang bahwa ia turut mengurangi derajat bangsa Eropa. Terasalah
oehmu, Corrie, perbedaan antara kedua perkawinan itu?”(salah asuhan hal
15) Dari kutipan diatas kita bisa mencermati bahwa seorang bangsa bumi
putra yang minta haknya tidak akan bisa disamakan dengan bangsa Eropa.
Salah satu karya sastra yang dikenal mengandung unsur postkolonial
adalah Salah Asuhan karya Abdoel Moeis. Istilah postkolonialitas
menunjukkan adanya tanda-tanda terjadinya kolonialisme dalam sastra,
Biasanya roman yang menggunakan pendekatan postcolonial lebih
menceritakan sesuai latar belakang yang terjadi di zaman penjajahan.
Kajian Pustaka Roman merupakan sebuah karya sastra yang dituangkan
oleh pengarang melalui media tulis yaitu karya sastra. Roman adalah prosa
fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan atau pengalaman
yang disajikan dengan menggunakan media bahasa. Menurut Aminudin
(1991: 66). Roman juga bisa diartikan yaitu karangan prosa yang
menceritakan sesorang yang latar belakang, serta tahapan dan rangkaian
cerita tertentu dengan cara berimajinasi. Pada hakikatnya postcolonial
berasal dari kata post+ kolonial + isme. Secara etimologis poskolonial
berasal dari kata ‘post’ dan kolonial, sedangkan kata kolonial itu sendiri
berasal dari kata coloni, bahasa Romawi, yang berarti tanah pertanian atau
pemukiman. Jadi, secara etimologis kolonial tidak mengandung arti
penjajahan, penguasaan, pendudukan, dan konotasi ekploitasi lainnya.
Pada umunya teori postcolonial tidak begitu merujuk pada suatu Negara,
melainkan merujuk kondisi pada waktu masa penjajah. Secara umum
masyarakat beranggapan bahwa istilah postkolonial telah diartikan sebagai
masa sebelum merdeka atau bisa juga disebut masa penjajahan. Tetapi
pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pengarang karya sastra tetap
masih berkarya, kebanyakan pengarang yang muncul dimasa penjajahan
banyak membuat karya sastra yang bertema percintaan seperti Abdoel
Moeis menciptakan karya sastra yang berjudul Salah Asuhan. Dalam
roman Salah Asuhan ini Abdoel Moeis menggambarkan percintaan
seorang gadis Belanda dengan seorang laki-laki Bumiputra. Didalam
roman tersebut Abdoel Moeis sebagai penulisnya tak lagi mempersalahkan
persoalan adat, tetapi ia menyuguhkan masalah yang lebih besar dari itu
seperti perkawinan campur bangsa, yang didalam perkawinan tersebut
harus melewati hambatan yang begitu besar seperti pertentangan adat
budaya bangsa barat dan bangsa timur. Pembahasan Akibat dari
kolonialisme (penjajahan) di Indonesia yang berlangsung selama 350
tahun, telah menggoreskan luka dibenak hati bangsa Indonesia. Dalam hal
ini masyarakat Indonesia tidak hanya terluka secara fisik, namun juga batin
pun ikut terluka, Apabila kita berusaha untuk menyadarinya lebih dalam,
dampak kolonialisme pun telah merasuk ke dalam bahwa sadar kita.
Dalam masa penjajahan Belanda Abdoel Moies mengarang sebuah
Roman yang berjudul Salah Asuhan, Dalam Roman tersebut Abdoel Moies
menceritakan akan gejala yang tampak akibat adanya kolonialisme di
Bangsa Indonesia. Roman Salah Asuhan tersebut nampak jelas akan
dampak yang dibawa akibat masa penjajahan Belanda. Gejala tersebut
nampak pada tokoh Hanafi yang diceritakan dalam Roman Salah Asuhan.
Tokoh Hanafi adalah seorang Minang yang jatuh cinta kepada Corrie du
Busse, gadis keturunan Perancis. Sebagai seorang pribumi, tentu akan
membawa banyak masalah jika memiliki hubungan khusus dengan warga
Eropa yang waktu itu adalah bangsa penjajah. Hal itu pun berat bagi Corrie
sebagai bangsa Eropa karena kaum pribumi dianggap tidak sederajat
dengan mereka. Dia berpendidikan tinggi dan berpandangan kebarat-
baratan. Hanafi menempuh pendidikan HBS di negeri Solok. Hanafi
berasal dari keluarga sekolah, Hanafi termasuk beruntung dapat
menempuh pendidikan di HBS sekolah anak Belanda. Selama Hanafi
sekolah di HBS. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya
sendiri. Hanafi dijodohkan Ibunya dengan seorang gadis yang beranama
Rapiah, tetapi dalam pernikahannnya tidak pernah ada rasa cinta di
anatara mereka berdua, dalam pernikahannya rapiah dan hanafi di karuniai
seorang yang bernama Syafei, tetapi pernikahan mereka tidaklah
berlangsung begitu lama, Setelah meninggalnya ayah Corie, Hanafi
menikah dengan Corrie,akan tetapi pernikahan mereka terasa hambar, dan
Corrie dituduh berzina, akhirnya Corrie memutuskan untuk pergi. Nilai
sosial yang terkandung dalam Roman Salah Asuhan ini yaitu : Dari sisi
tokoh Hanafi, Hanafi merasa dirinya sudah menjadi bagian dari bangsa
Barat, meski hanya dengan modal penggunaan bahasa yang sama. Dia
tidak lagi menghargai adat bangsa Melayu yang merupakan leluhurnya.
Dia merasa bangga bisa berbahasa Belanda. Hanafi menganggap orang
yang bisa berbahasa Belanda dianggap kedudukannya lebih tinggi. seperti
yang tertulis dalam kutipan ini: “ Baiklah, Bu! Selesaikan oleh ibu. Padaku
tak ada kehendak, tak ada cita-cita. Hanya patutlah ibu menjaga supaya
jangan berubah aturan dahulu, bukan kitalah yang datang, melainkan dia.
Perlu di jaga serupa itu, buat masa yang akan datang. Sebab perempu

Anda mungkin juga menyukai