Anda di halaman 1dari 17

PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI BAHAN PENGGANTI AGREGAT

HALUS PADA BETON

Disusun untuk Memenuhi Tugas Besar

Mata Kuliah : Ilmu Bahan Bangunan

Dosen : Anisah, M.T

Disusun Oleh :

• Yolanda Yuan Depa :1503621005


• Savira Widya Putri :1503621001
• Inge Veronica : 1503621007
• Zahratul Miska : 1503621012
• Cintiawati :1503621006

SESI 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Ibu Anisah, M.T selaku dosen pada mata kuliah Ilmu Bahan Bangunan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ilmu Bahan
Bangunan bagi para pembaca dan penulis juga untuk memenuhi tugas besar.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anisah, M.T, selaku dosen mata
kuliah Ilmu Bahan Bangunan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 8 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3

BAB I .............................................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4

BAB II ............................................................................................................................ 5

2.1 Definisi Beton ................................................................................................... 5

2.2 Definisi Styrofoam ............................................................................................ 5

2.3 Definisi Beton Styrofoam ................................................................................. 6

2.4 Proses Pengujian Material Beton Menggunakan Styrofoam ............................ 6

2.5 Pengujian Kuat Tekan ....................................................................................... 8

2.6 Pengujian Kuat tarik belah ................................................................................ 8

2.7 Modulus Elastisitas ........................................................................................... 9

2.8 Sifat Fisik Beton................................................................................................ 9

2.9 Sifat Mekanik Beton ......................................................................................... 9

2.10 Pengaplikasian Inovasi.................................................................................... 11

BAB III ......................................................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 16

Daftar Pustaka............................................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sudah lama diterapkan secara luas
oleh masyarakat karena memiliki keunggulan yaitu kekuatan yang baik, tahan dengan
api, tahan terhadap perubahan cuaca, serta relative mudah dalam pengerjaan. Tetapi
beton memiliki kelemahan, yaitu berat jenisnya yang mencapai 2400 kg/m3, sehingga
beban mati pada suatu struktur menjadi besar. oleh sebab itu, teknologi beton selalu
dituntut untuk mengembangkan invasinya guna menjawab tantangan akan kebutuhan,
seperti beton yang ramah lingkungan dan berta masa jenisnya yang rendah (beton
ringan). Beton ringan memiliki berat pada umumnya adalah 1900kg/m3.
Salah satu bahan alternative yang dapat digunakan sebagai bahan campuran
beton adalah limbah Styrofoam sebab memiliki berat jenis yang rendah. Dan dengan
dijadikannya Styrofoam sebagai bahan pengganti agregat harus, maka diharapkan berat
beton akan menjadi lebih ringan, serta nilai guna Styrofoam akan bertambah, namun
hal ini juga akan berpengaruh pada kekuatan beton tersebut
Oleh karena itu tujuan makalah yang kami buat adalah untuk mendapatkan sifat
fisik dan mekanik beton sebagai bahan pengganti agregat halus pada campuran beton.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Beton

Menurut KBBI beton merupakan campuran dari semen, kerikil, ddan pasir yang
diaduk dengan air untuk tiang rumah, pilar, dinding, dan sebagainya. Terkadang satu
atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk mengahsilkan beton dengan karakteristik
tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu
pengerasan. Dapat dikatakan bahwa beton dibentuk oleh perkerasan campuran antara
semen, air, dan agregat kasar (kerikil), dan agregat halus (pasir). Terkadang
ditambahkan dengan campuran bahan lain (admixture) untuk memperbaiki kuatitas
beton (Ala, 2017).

Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen, air, agregat (kasar dan
halus) dengan atau tanpa bahan tambahan tertentu. Materialpembentuk beton tersebut
dicampur merata dengan komposisi tertentu menghasilkan suatu campuran yang plastis
sehingga dapat dituang dan dicetak untuk dibentuk sesuai dengan keinginan.

2.2 Definisi Styrofoam

Styrofoam atau yang bisa disebut dengan plastik busa merupakan bahan plastik
yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang terbuat dari butiran dengan kerapatan
rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antara butiran yang berisi udara
yang tidak dapat menghantar panas sehingga hal ini membuatnya menjadi isulator panas
yang baik. Bahan dasar Styrofoam adalah polisterin yaitu suatu plastik yang sangat
ringan, kaku, tembus cahaya, dan murah namun sangat rapuh. Sebenarnya Styrofoam
merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical untuk
polystyrene foam. Oleh pembuatnya styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai
bahan insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan makanan.

5
2.3 Definisi Beton Styrofoam

Beton Styrofoam merupakan jenis beton yang ringan, terbuat dari campuran
semen, agregat kasar, dan Styrofoam serta mmepunyai berat jenis sekitar 600 kg/m3.
Pada pembuatannya Styrofoam digunakan sebagai salah satu bahan pengganti agegat
halus untuk beton. Styrofoam merupakan hasil pengolahan dari polysterene.

Polysterene merupakan bahan termoplastik yang didapatkan dari pengolahan


minya mentah. Secara kimia polysterene ditulis sebagai CH2CH (C6H5). Polysterene
memiliki sifat yang transparan, embut, ringan, elastis, mempunyai nilai susutan yang
kecil, mudah untuk diwarnai, dan mudah dibentuk. Ditinjau dari segi mekanis dan suhu
polysterene merupakan bahan yang baik, namun bersifat agak rapuh dan lunak apabila
berada pada suhu dibawah 100oC. berat jenis polysterene dapat mencapai 1050 kg/m3,
dengan kuat tarik sampai 40 MN/m2, modulus lentur sebesar 3 GN/m2, dan angka
poissin mencapai 0,33.

2.4 Proses Pengujian Material Beton Menggunakan Styrofoam

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan beton dengan menggunakan


styrofoam adalah sebagai berikut:

1) Batu pecah sebagai agregat kasar


2) Pasir dan styrofoam sebagai agregat halus.
3) Semen portland
4) Air

6
Alat – alat yang di gunakan

1) Saringan atau ayakan

2) Timbangan digital

3) Alat uji slump

4) Mixer concrate

5) Mesin kuat tekan beton

6) Cetakan

Langkah-langkah pembuatan beton menggunakan styrofoam adalah sebagai


berikut:

1) Bersihkan alat-alat yang akan digunakan


2) Bahan-bahan yang akan digunakan dipersiapkan sesuai dengan ketentuan
dan ditimbang sesuai dengan proporsi yang sudah direncanakan.
Perbandingan campuran yang digunakan adalah 1:2:2 (semen : agregat
halus : agregat kasar)
3) Untuk styrofoam yang akan digunakan diparut menggunakan parutan
berdiameter 2 mm sehingga bentuknya menyerupai seperti pasir
4) Siapkan molen yang bagian dalamnya sudah dilembabkan dan
pencampuran siap dimulai
5) Mula-mula tuangkan batu pecah, pasir, semen portland, dan styrofoam.
Jika keempat bahan tersebut sudah tercampur merata kemudian
dilanjutkan dengan penambahan air
6) Setelah tercampur merata, adukan beton dituangkan ke dalam talam dan
dilakukan pengukuran nilai slump
7) Setelah diperoleh nilai slump yang diharapkan maka selanjutnya adalah
memasukan beton ke dalam cetakan
8) Buka cetakan setelah kurang lebih 24 jam

7
Adapun jenis pemeriksaan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Berat jenis dan penyerapan air
2. Berat isi
3. Analisa ayak
4. Kadar lumpur
5. Kadar air

Setelah benda uji mencapai umur yang telah ditentukan, beton diambil dari
tempat perendaman dan dikeringkan. Setelah beton kering, dilakukan pengujian kuat
tekan, kuat tarik, dan modulus elastisitas menggunakan mesin tekan.

2.5 Pengujian Kuat Tekan

Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari
dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder berdiameter 15 cmdan tinggi 30 cm.
Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan pada umur 28 hari, dapat disimpulkan bahwa
kuat tekan beton mengalami penurunan pada variasi styrofoam 10% terhadap variasi
styrofoam 0. Kuat tekan pada beton dengan variasi styrofoam20% mengalami kenaikan
terhadap variasi styrofoam 0%. Kuat tekan beton tertinggi diperoleh oleh beton dengan
variasi styrofoam 30 % dengan nilai kuat tekan beton rata-rata yaitu 15.909 N/mm2

2.6 Pengujian Kuat tarik belah

Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 28 hari dengan menggunakan benda
uji berbentuk silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Berdasarkan hasil pengujian
kuat tarik belah pada umur 28 hari, dapat disimpulkan bahwa kuat tarik beton
mengalami peningkatan pada variasi styrofoam 10%, 20% dan 30%% terhadap variasi
styrofoam 0%. Kuat tarik belah beton tertinggi diperoleh oleh beton dengan variasi
Styrofoam 30 % dengan nilai kuat tarik belah beton ratarata yaitu 1.136 N/mm2.

8
2.7 Modulus Elastisitas

Pengujian modulus elastisitas dilakukan dengan menggunakan benda uji silinder


yang sama dengan pengujian kuat tekan pada umur 28 hari. Dari grafik Modulus
Elastisitas dapat disimpulkan bahwa nilai modulus elastisitas eksperimen dan nilai
modulus elastisitas teoritis mengalami penurunan pada variasi 10% terhadap variasi
0%. Sedangkan variasi 20% dan 30% mengalami peningkatan terhadap variasi 0%.
Modulus elastisitas tertinggi diperoleh oleh beton dengan variasi styrofoam 30 %
dengan nilai modulus elastisitas beton rata-rata yaitu 17316.538 N/mm2 untuk modulus
elastisitas eksperimen dan 14712.99 N/mm² untuk modulus elastisitas teoritis.

2.8 Sifat Fisik Beton

1. Nilai slump beton variasi Styrofoam 10% mengalami peningkatan.


2. Nilai slump beton variasi Styrofoam 20% dan 30% mengalami penurunan.
3. Berat isi beton segar variasi Styrofoam 10% mengalami penurunan.
4. Berat isi beton segar variasi Styrofoam 20% dan 30% mengalami
peningkatanm
5. Waktu ikat awal untuk beton segar variasi Styrofoam 10% mengalami
perlambatan.
6. Waktu ikat awal beton segar variasi Styrofoam 20% dan 30% mengalami
percepatan.

2.9 Sifat Mekanik Beton

Sifat mekanik bahan adalah hubungan antara respons bahan terhadap beban yang
bekerja. Sifat mekanik bahan terkait dengan kekuatan bahan (kuat tekan,kuat tarik,kuat
lentur),kekerasan bahan,dan uji tarik bahan. Kuat tekan beban adalah besarnya beban
per satuan luas yang menyebabkan benda uji hancur bila dibebani dengan gaya tekan
tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat lentur beton adalah balok beton yang
diletakkan pada dua perletakkan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu
benda uji, sehingga benda uji patah dinyatakan dalam mega pascal (MPa) gaya tiap
satuan luas.

9
Pada dasarnya Styrofoam merupakan bahan yang membutuhkan waktu yang
lama untuk mengurai dalam tanah,dan dilihat dari kondisi lingkungan terdapat
banyaknya sampah rumah tangga dari Styrofoam. Sehingga perlu adanya gerakan untuk
pemanfaatan Styrofoam dalam dunia kontruksi, khususnya dalam pembuatan beton.
Styrofoam pada dasarnya memiliki berat volume sebesar 13 kg/m3s ampai 15 kg/m3,
sehingga dalam pembuatan beton cukup ringan. Sedangkan berat volume beton normal
adalha 2200 – 2500 kg/m3. Pembuatan beton pada dasarnya terdiri dari bahan agregat
kasar, agregat halus, semen,dan air. Bahan tersebut dibuat dengan takaran yang
seimbang sehingga nantinya akan menjadi beton yang memiliki ketahanan yang
kuat,dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Pembuatan beton yang terlalu dominan menggunakan Styrofoam akan


berpengaruh terhadap berat volume pada beton menjadi semakin kecil. Untuk mencapai
volume beton yang sama, berat Styrofoam lebih besar dibanding berat mortar. Beton
yang terbuat dari campuran Styrofoam pasti memiliki kuat tekan dan kuat lentur pula,
namun sangat berbeda kekuatannya jika dibandingkan dengan beton normal yang
menggunakan agregat kasar (batu kerikil). Dalam pengujiannya, pembuatan beton
menggunakan bahan semen,air dan Styrofoam.

Pembuatan beton dalam pengujian ini menggunakan kadar semen dan air yang
seimbang,sedangkan penggunakan Styrofoam dibagi beberapa presentase yaitu
Styrofoam dengan presentase 3%,3.5%,dan 4%. Dalam perhitungan kuat tekan beton
dapat dihitung dengan membagi berat beban dengan luas penampang beton. Pembuatan
beton dengan kadar Styrofoam 3% akan menghasilkan rata-rata kuat tekan beton
sebesar 1,982 MPa. Kadar Styrofoam 3,5% menghasilkan kuat tekan sebesar 1,367
MPa, sedangkan kadar Styrofoam 4% menghasilkan kuat tekan beton sebesar 1,218
MPa. Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin banyaknya kadar
Styrofoam pada beton, semakin kecil pula kuat tekan yang dimiliki beton,dan berat
volume beton yang bekurang. Beton normal yang dalam umur 7 hari memiliki kuat
tekan yang lebih besar dibanding beton dengan campuran Styrofoam.

Selanjutnya uji kuat lentur pada beton Styrofoam dengan kadar yang sama
dengan uji kuat tekan. Untuk menghitung kuat lentur beton dengan menghitung beban

10
lentur maksimum dikalikan panjang bentang dibagi dengan lebar beton dikali
tebal/tinggi beton. Hasil pengujian menunjukkan kadar Styrofoam 3% menghasilkan
kuat lentur sebesar 1,080 MPa dengan berat volume sebesar 867 kg/m3. Untuk kadar
Styrofoam 3,5% menghasilkan kuat lentur sebesar 0,960 MPa dan berat volumenya
sebesar 799 kg/m3. Selanjutnya kadar Styrofoam dengan kadar 4% menghasilkan kuat
lentur sebesar 0,840 MPa,dan berat volume sebesar 705 kg/m3. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin besar kadar Styrofoam dalam beton semakin kecil pula
kuat lenturnya, dan semakin kecil berat volumenya akan menghasilkan semakin lebih
lebih kecil pula hasil kuat lenturnya. Pengujian kuat tarik beton Styrofoam dengan kadar
Styrofoam 3% sebesar 0,297 MPa dengan berat volume 805 kg/m3. Kadar Styrofoam
3,5% menghasilkan kuat tarik sebesar 0,263 MPa dengan berat volume sebesar 732
kg/m3, serta kadar Styrofoam 4% menghasilkan kuat tarik sebesar 0,255 MPa dan berat
volume sebesar 720 kg/m3. Dapat simpulkan bahwa semakin besar kadar Styrofoam
dalam betom semakin kecil pula berat volume dan kuat tariknya.

2.10 Pengaplikasian Inovasi

Beton merupakan material yang terbuat dari campuran semen dengan berbagai
jenis bahan seperti bahan kimia khusus pencampur, air, agregat kasar (krikil), agregat
halus dan semen. Beton sering digunakan untuk membuat berbagai jenis bangunan
seperti jalanan, jembatan, pondasi gedung dan lainnya. Berikut pengaplikasiannya :

1. Pembuatan Struktur Konstruksi dinding dengan Beton

11
Gambar. Dinding Beton

Pemilihan penggunaan beton ringan sebagai pengganti bata konvensional untuk


pasangan dinding pada suatu proyek konstruksi dikarenakan beton ringan merupakan
bahan baku berkualitas tinggi yang dapat memberikan kemudahan pengerjaan, kerapian
serta kecepatan dalam proses pelaksanaan di proyek. Kebutuhan beton ringan dalam
jumlah banyak dapat lebih mudah untuk dipenuhi daripada bata konvensional. Bentuk
dan ketepatan dimensi dari beton ringan ini menyebabkan tebal spesi dan plesteran lebih
tipis daripada bata konvensional, sehingga proses pelaksanaan menjadi mudah dan tidak
membutuhkan waktu yang lama. Lamanya waktu pengerjaan juga mempengaruhi
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membiayai upah pekerja.

Hasil analisis pada pengamatan mengenai pembuatan beton ringan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

• Beton ringan styrofoam lebih mudah diperoleh karena jumlah produksi yang
cukup banyak dalam sehari dibandingkan dengan bata konvensional yang harus
menunggu proses pembuatan yang cukup lama.
• Beton ringan lebih ramah lingkungan, karena bahan – bahan yang digunakan
merupakan bahan yang tidak bermanfaat untuk lingkungan seperti sytrofoam,
sedangkan tanah yang digunakan pada pembuatan bata konvensional merupakan tanah
yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian.

• Dari Dari hasil pengujian, didapatkan nilai slump terbesarterdapat pada variasi
10% sebesar 175 mm, semakin banyak jumlah/persentase styrofoam yang dicampurkan
kedalam campuran beton maka semakin besar berat isi beton segar yang dihasilkan dan
Kuat tekan beton tertinggi diperoleh oleh beton dengan variasi styrofoam 30 % dengan
nilai kuat tekan beton rata-rata yaitu 15.909 N/mm2 .

2. Pembuatan perkerasan jalan dari beton

12
Gambar. Perkerasan Kaku (Beton) di Purwodadi – Surakarta

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri
atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga
tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering
disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton
di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.

Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar
dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda
dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi
bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.

Untuk kekuatan beton ringan Styrofoam dalam pembuatan perkerasan jalan tidak
bisa dilewati kendaraan kendaraan besar, karena Modulus elastisitas tertinggi diperoleh
oleh beton dengan variasi styrofoam 30 % dengan nilai modulus elastisitas beton rata-
rata yaitu 17316.538 N/mm2 untuk modulus elastisitas eksperimen dan 14712.99
N/mm² untuk modulus elastisitas teoritis. Dan Kuat tekan beton tertinggi diperoleh oleh
beton dengan variasi styrofoam 30 % dengan nilai kuat tekan beton rata-rata yaitu
15.909 N/mm2 .

3. Pembuatan Pondasi Gedung

13
Gambar . Pondasi Gedung

Sebagai salah satu material yang sering digunakan untuk membuat konstruksi
bangunan, Sesuai dengan namanya, material ini merupakan jenis beton yang lebih
ringan dan Anda dapat mengatur berat material ini sesuai kebutuhan.

Pemilihan beton ringan dalam pembuatan gedung. Antara lain : mengurangi


beban mati bangunan yang akhirnya mengurangi gaya geser dasar gempa, mengurangi
biaya transportasi, struktur pondasi lebih ringan, dapat digunakan dalam beton
prategang bangunan tingkat tinggi, membantu daur ulang buang industri, ketahanan
yang baik terhadap beku, serta bisa menahan panas. Jadi suhu di dalam rumah lebih
konstan kalau kita memakai beton ringan. beton ringan mudah diaplikasikan
diantaranya pada kontruksi dinding partisi dan dinding panel dalam struktur portal
bangunan, produksi bangunan precast dan rumah murah, pengisi pada pelat lantai dan
pelat atap, insulasi panas pada atap, insulasi pipa air, menutup elemen untuk tujuan
arsitektur, proteksi pada apai dan korosi. (sar)

2.11 Kelebihan beton berbahan dasar styrofoam pengganti agrgegat halus

● Balok mudah dibentuk.


● meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai.
● Dapat mempermudah proses konstruksi.
● Bobotnya yang ringan.
● cepat dalam pengerjaannya.
14
2.12 Kekurangan beton berbahan dasar styrofoam pengganti agrgegat
halus

● memakan waste yang cukup besar.


● Perekat yang digunakan harus disesuaikan
● Nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas
● Harganya cenderung lebih mahal dari bata konvesional.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis teoritis dan pengujian yang dilakukan padat ditarik suatu
kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai kuat tekan beton pada umur 28 hari mengalami penurunan pada variasi
Styrofoam 10%.
2. Nilai kuat tekan beton pada variasi Styrofoam 20% dan 30% mengalami
peningkatan.
3. Nilai kuat tarik beton pada umur 28 hari mengalami peningkatan pada variasi
Styrofoam 10%, 20%, dan 30%.
4. Nilai Modulus Elastisitas beton pada umur 28 hari mengalami peningkatan
pada variasi Styrofoam 10%.
5. Nilai Modulus Elastisitas beton pada variasi Styrofoam 20% dan 30%
mengalami penurunan.
6. Beton yang kadar Styrofoam sebesar 3%, 3.5%,dan 4% bisa dikategorikan
sebagai beton ringan nonstruktural

16
Daftar Pustaka

Danindra, dkk. 2021. Pemanfaatan Styrofoam Sebagai Pengganti Sebagian Agregat Halus
Beton FAS 0,4. Construction and Material Journal, Vol. 3, No. 1.

Khairul. 2018. Beton Ringan Dengan Menggunakan Limbah Styrofoam. PORTAL: Jurnal
Teknik Sipil, Vol. 10, No. 1.

Purnama, D. D., & Wicaksono, B. 2021. Sifat Mekanis Beton Dengan Styrofoam. Fondasi:
Jurnal Teknik Sipil, 10(1), 42-48.

17

Anda mungkin juga menyukai