Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BETON SEBAGAI TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


DALAM TEKNIK SIPIL
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Yushinta Eka Farida, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Zafa Adila Rahman 231230000694

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

i
MAKALAH
BETON SEBAGAI TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
DALAM TEKNIK SIPIL
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Yushinta Eka Farida, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Zafa Adila Rahman 231230000694

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Makalah ini merupakan makalah yang membahas materi Beton sebagai


Teknologi bahan konstruksi. Saya selaku penulis makalah ini mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak terutama kepada Ibu Yushinta Eka Farida, S.Pd.,
M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberi
kelapangan dalam pembuatan makalah. Oleh sebab itu saya sangat berharap
pembaca dapat memberi kritik dan sarannya tentang makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi mahasiswa, pembaca maupun peserta didik.

Jepara, 18 Desember 2023

Zafa Adila Rahman

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
2.1 Pengertian Beton ..................................................................................... 3
2.2 Sifat-Sifat Beton ...................................................................................... 5
2.3 Komponen Penyusun Beton .................................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal
bangunan. Tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang
merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur,
ketan atau lainya. Alhasil, berdirilah fenomenal seperti Candi Borobudor atau
Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda
menggunakan ketan.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu.
Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini
awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama
kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk
Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya
Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan
pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas
dimanfaatkan dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains
material yaitu suatu cabang ilmu yan meliputi pengembangan dan penerapan
pengetahuan yang mengkaitkan komposisi, struktur dan pemrosesan material
dengan sifat-sifat kegunaannya.semen termasuk material yang sangat akrab
dalam kehidupan kita sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul permasalahan yang perlu
dibahas sebagai berikut:
a. Apa pengertian dari Beton?
b. Bagaimana Sifat-sifat Beton?
c. Apa saja komponen-komponen penyusun beton?

1
1.3 Tujuan Makalah
Adapun maksud dan tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:
a. untuk mengetahui definisi dari beton.
b. untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki dari beton.
c. untuk mengetahui komponen yang dapat digunakan di dalam Pembuatan
beton.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Beton


Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum
digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lain lain. Beton
merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton adalah campuran antara semen,
agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran
tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian umum beton berarti
campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat
semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air,
maupun perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum
pada penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan
dicampur secara tepat. ¹
Beton yang banyak dipakai pada saat ini yaitu beton normal. Beton normal
ialah beton yang mempunyai berat isi 2200–2500 kg/m³ dengan menggunakan
agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah. Beton normal dengan kualitas
yang baik yaitu beton yang mampu menahan kuat desak/hancur yang diberi
beban berupa tekanan dengan dipengaruhi oleh bahan-bahan pembentuk,
kemudahan pengerjaan (workability), faktor air semen (F.A.S) dan zat
tambahan (admixture). ²
Ditinjau dari sudut estetika, beton hanya membutuhkan sedikit
pemeliharaan. Kekuatan, keawetan dan sifat beton tergantung pada bahan-
bahan dasar, nilai perbandingan bahan-bahannya, cara pemadatan, dan cara
perawatan selama proses pengerasan.

¹ SNI T-15-1990-03. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.


Bandung. LPMB.
² Mochammad Qomaruddin. Teknologi Bahan Konstruksi. Jepara. UNISNU
Pers. 2019. Hlm 35

3
Luasnya pemakaian beton disebabkan karena terbuat dari baha-bahan yang
umumnya mudah diperoleh, serta mudah diolah sehingga menjadikan beton
mempunyai sifat yang dituntut sesuai keadaan situasi pemakaian tertentu. Beton
yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama dan kedap air.
A. Kebaikan Beton
1) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
2) Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan
terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
3) Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan
ukuran sesuai keinginan.
4) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu
memikul beban yang berat.
5) Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak
maupun diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain
itu dapat pula dipompakan ke tempat yang posisinya sulit.
6) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan
tahan kebakaran.
B. Kekurangan Beton
1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi
(expansion joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat
bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan
suhu, sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-
retak akibat perubahan suhu.
4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak
beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail
secara seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan
menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

4
2.2 Sifat-Sifat Beton
Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka
pengetahuan tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang
telah mengeras perlu diketahui. Berikut ini merupakan sifat-sifat beton yaitu:
A. Kuat Hancur
Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2),
atau lebih tergantung pada perbandingan air-semen serta tingkat
pemadatannya. Kuat hancur dari beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor,
selain oleh perbandingan air-semen dan tingkat pemadatannya. Faktor-
faktor penting lainnya sebagai berikut:
1) Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat
batas beton.
2) Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan
menunjukan bahwa penggunaan agregat akan menghasilkan beton,
dengan kuat desak maupun tarik yang lebih besar dari penggunaan krikil
halus dari sungai.
3) Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40%
dapat terjadi bila pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan
adalah hal yang sangat penting oada pekerjaan lapangan dan pembuatan
benda uji.
4) Suhu, Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur beton akan tetap rendah
untuk waktu yang lama.
5) Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah
dengan umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada
jenis semen.

³ Allen, Edward. Dasar-dasar Konstruksi Bangunan Bahan-bahan dan


Metodenya. Jakarta. Erlangga. 2005. Hlm 156-157

5
B. Durability (Keawetan)
Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang
direncanakan tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan.
Dalam hal ini perlu pembatasan nialii faktor air semen maksimum maupun
pembatasan dosis semen minimum yang digunakan sesuai dengan kondisi
lingkungan.
C. Kuat Tarik
Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu
umurnya masih muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya
tidak diperhitungkan di dalam perencanaan beton. Kuat tarik merupakan
bagian penting di dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan
suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan beton konstruksi jalan
raya dan lapangan terbang.
1) Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton
dengan regangan beton biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat
tekan beton.
2) Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi
terus-menerus menurut waktu dibawah beban yang dipikul.
3) Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan
pembebanan. ⁴

⁴ Allen, Edward. Dasar-dasar Konstruksi Bangunan Bahan-bahan dan


Metodenya. Jakarta. Erlangga. 2005. Hlm 160-162

6
2.3 Komponen Penyusun Beton
Berikut ini penjelasan mengenai bahan-bahan pembentuk beton. Adapun
material-material penyusun beton adalah sebagai berikut:
A. Semen Portland
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting
dalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral
yang dapat mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah
pengadukan selesai dan memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.
Fungsi utama semen adalah untuk merekatkan butiran-butiran agregat
agar terjadi suatu massa yang kompak atau padat. Selain itu juga untuk
mengisi ronggarongga diantara butiran agregat. Walaupun semen hanya
mengisi 10% saja dari volume beton, namun kerena merupakan bahan yang
aktif maka perlu dipelajari maupun dikontrol secara ilmiah.
Semen Portland yang dipakai harus memenuhi syarat (SII 0013-81)
dibagi menjadi 5 type yaitu adalah sebagai berikut:
1) Semen Portland Type I
Fungsi semen portland type I digunakan untuk keperluan
konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan khusus terhadap
panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan
air yang mengandung sulfat 0, 0% – 0, 10 % dan dapat digunakan untuk
bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan
jalan, struktur rel, dan lain-lain.
2) Semen PortLand type II
Fungsi semen portland type II digunakan untuk konstruksi
bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan sulfat ( Pada
lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0, 10 – 0, 20 % )
dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan
dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan
landasan jembatan.

7
3) Semen Portland type III
Fungsi semen portland type III digunakan untuk konstruksi
bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase
permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan
beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam
air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.
4) Semen Portland type IV
Fungsi Semen Portland type IV digunakan untuk keperluan
konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus
diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat
kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen
seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi
besar yang mana kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan
selama proses curing merupakan faktor kritis.
5) Semen Portland type V
Fungsi semen portland type V dipakai untuk konstruksi bangunan-
bangunan pada tanah/ air yang mengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan
sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi
dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan
pembangkit tenaga nuklir.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland.
Semen portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri
dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips
sebagai tambahan. ⁵

⁵ Rosman Ir, Ahmad. Bahan Bangunan Sebagai Dasar Pengetahuan. Jakarta.


Bangun Cipta. 2007. Hlm 73-74

8
B. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber
daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui
proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat
juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar. ⁶
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai
hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir
maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.

⁶ Mochammad Qomaruddin. Teknologi Bahan Konstruksi. Jepara. UNISNU


Pers. 2019. Hlm 39

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini, beton adalah campuran
antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan
campuran tambahan yang membentuk massa padat. Beton yang banyak dipakai
pada saat ini yaitu beton normal kualitas yang baik. Beton memiliki sifat-sifat
diantaranya yaitu Kuat Hancur Beton, kedua yaitu Durability (Keawetan) dan
yang terakhir yaitu Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan
retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu. Selanjutnya komponen
penyusun beton ada dua yaitu Semen dan Agregat.

3.2 Saran
Sebelum melakukan suatu pembangunan, beton sangat berpengaruh
terhadap kuat tidaknya suatu struktur bangunan maka dari itu kita sebagai
mahasiswa Teknik sipil perlu mengetahui sifat-sifat dan beton yang baik untuk
digunakan dalam suatu struktur seperti apa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Allen, Edward. 2005. Dasar-dasar Konstruksi Bangunan Bahan-bahan dan


Metodenya. Jakarta. Erlangga.
Mochammad Qomaruddin. 2019. Teknologi Bahan Konstruksi. Jepara. UNISNU
Pers.
Rosman Ir, Ahmad. 2007. Bahan Bangunan Sebagai Dasar Pengetahuan. Jakarta.
Bangun Cipta.
SNI T-15-1990-03. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
Bandung. LPMB.

11

Anda mungkin juga menyukai