PEMBUATAN BETON
KELOMPOK 8
I GEDE WAHYU WIRA DIARSA 1504106057
IDA BAGUS GEDE PANGESTU 1504105069
AYU AGUNG MAS PERMATASARI 1504105070
AGUS WANDA JULIARTAWAN 1504105074
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Umum..............................................................................................................................1
1.4 Tujuan..............................................................................................................................2
1.5 Manfaat............................................................................................................................3
1.6 Metode.............................................................................................................................3
BAB III................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................12
3.1 Simpulan....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian umum
beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat
semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun
perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang
khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat. Agregat adalah butiran
mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton.
Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara
alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat
juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui pengertian dari beton
2. Untuk mengetahui sifat-sifat beton
3. Untuk mengetahui bahan-bahan penyusun beton
4. Untuk mengetahui pengertian dari agregat
5. Untuk mengetahui Philosofi Pengunaan Material Di Dalam Campuran Beton
6. Untuk mengetahui Komposisi dan Pencampuran Beton
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam pengertian umum beton
berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen
bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih
bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.
Kebaikan dan keburukan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah sebagai
berikut.
Kebaikan Beton
Kekurangan Beton
1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi
baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint)
untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan
beton.
3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga perlu
dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang
membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail secara seksama agar
setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur
tahan gempa.
Kuat Tarik
Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu umurnya masih muda, dan
berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya tidak diperhitungkan di dalam perencanaan beton.
Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air
dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan beton konstruksi jalan raya dan
lapangan terbang.
Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan regangan beton
biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan beton.
Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-menerus menurut
waktu dibawah beban yang dipikul.
Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan pembebanan.
Kelecakan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh kemudahan dalam
pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan finishing. Atau workability adalah
besarnya kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh.
Segi Penggunaan
Ditinjau dari penggunaanya, menurut ASTM (American Society for Testing and Material)
semen portland dapat dibedakan menjadi lima.
1) Jenis I
Semen portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis semen portland untuk
penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus. Misalnya untuk
pembuatan trotoar, pasangan bata, dan sebagainya. Semen ini merupakan semen yang paling
banyak digunakan yaitu 80-90% dari produksi semen portland.
2) Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan
keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis ini biasanya digunakan pada
bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa, pelabuhan,jembatan besar, bendungan,
bangunan-bangunan lepas pantai, saluran-saluran air buangan dan sebagainya. Jenis ini juga
dapat digunakan untuk bangunan-bangunan drainase di tempat yang memiliki konsentrasi sulfat
agak tinggi.
3) Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early –strength-portland-cement). Semen
jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk
pembuatan beton pracetak, perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu segera digunakan
atau yang acuannya perlu segera dilepas serta pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).
4) Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land cement) jenis ini
merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidarasi serendah-
rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi (penyebab retak), maka pada semen
jenis ini senyawa C3S dan C3A dikurangi. Selain itu, semen jenis ini kekuatannya tumbuh
lambat. Semen jenis ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan sebagai berikut:
- Konstruksi DAM
- Basement
- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.
5) Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini merupakan jenis khusus
yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-banguan yang kena sulfat, seperti di
tanah atau air yang kadar I alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan lebih lambat daripada semen
biasa.
3. agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan.
Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang bukan
volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.
b. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus, atau
karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh agregat buatan:
1) klinker dan breeze
pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya mengeras dan
berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan bahan residu yang
kurang keras dan kurang baik pembakarannya, sehingga mengandung lebih banyak bahan yang
mudah terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan
kelembapan. Makin banyak bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit tenaga dimana ketel uap
dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak dipergunakan untuk memproduksi
blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan tembok interior lainnya.
2) agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang
tanah liat dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan unytuk membuat bahan
berpori yang ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan sampai suhu
sekitar 1000 0C – 2000 0C.
3) cooke breeze
cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang kurang
sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di negara-negara
Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali arang, kadang mencapai 75 %.
Kandungan arang yang banyak tadi akan menghambat pengerasan semen sehingga dalam
pemakaiannya perlu mendapat perhatian.
4) Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar. Tanah liat
kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale dibakar mendadak dalam dapur
berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan
bongkahan-bongkahan tanah yang mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan
diayak hingga mencapai susunan butir yang diperlukan.
5) Lelite
lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-senyawa karbon.
Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal pada
suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di
bawah (dasar) dapur berupa lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari
lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya untuk
mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan
untuk unsur bangunan guna menghambat suara dan panas.
Adukan Beton direncanakan sedemikian rupa sehingga beton yang dihasilkan dapat dengan mudah dikerjakan
dengan biaya yang serendah mungkin tentu saja.
Beton harus mempunyai workabilitas yang tinggi, memiliki sifat kohesi yang tinggi saat dalam kondisi plastis
(belum mengeras), sehingga beton yang dihasilkan cukup kuat dan tahan lama.
Adukan (campuran) beton harus mempertimbangkan lingkungan di mana beton tersebut akan berdiri, misalnya
di lingkungan tepi laut, atau beban-beban yang berat, atau kondisi cuaca yang ekstrim.
PROPORSIONAL
Reminder: Beton adalah campuran antara semen, agregat kasar dan halus, air, dan zat aditif.
Komposisi yang berbeda-beda di antara bahan baku beton mempengaruhi sifat beton yang dihasilkan pada
akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur dalam satuan berat. Pengukuran berdasarkan volume juga sebenarnya
bisa, dan lebih banyak dilakukan pada konstruksi skala kecil, misalnya rumah tinggal.
SEMEN
Jika kadar semen dinaikkan, maka kekuatan dan durabilitas beton juga akan meningkat. Semen (bersama
dengan air) akan membentuk pasta yang akan mengikat agregat mulai dari yang paling besar (kasar) sampai
yang paling halus.
AIR
Sebaliknya, penambahan air justru akan mengurangi kekuatan beton. Air cukup digunakan untuk melarutkan
semen. Air juga yang membuat adukan menjadi kohesif, dan mudah dikerjakan (workable).
RASIO AIR-SEMEN
Biasa disebut dengan w/c ratio alias water to cement ratio. Jika w/c ratio semakin besar, kekuatan dan daya
tahan beton menjadi berkurang. Pada lingkungan tertentu, rasio air-semen ini dibatasi maksimal 0.40-0.50
tergantung sifat korosif atau kadar sulfat yang ada di lingkungan tersebut.
AGREGAT
Jika agregat halus terlalu banyak, maka adukannya akan terlihat “sticky“, encer, “lunak”, seperti tidak punya
kekuatan. Dan setelah pemadatan, bagian atas adukan akan cenderung “kosong” alias tidak ada agregat.
Sebaliknya, jika agregat kasar terlalu banyak, adukannya akan terlihat kasar, berbatu, kelihatan getas (rapuh).
Agregat ini akan muncul di permukaan setelah dipadatkan.
PENCAMPURAN
Beton harus dicampur dan diaduk dengan baik sehingga sement, air, agregat, dan zat tambahan bisa tersebar
merata di dalam adukan.
Beton biasanya dicampur dengan menggunakan mesin. Ada yang dicampur di lapangan (site) ada juga yang
sudah dicampur sebelum dibawa ke lapangan, atau istilahnya ready-mix.
Untuk beton ready-mix, takarannya sudah diukur di batch plant, kemudian dicampur dan dimasukkan ke dalam
truk. Selama perjalanan drum beton tersebut terus diputar agar beton tidak mengalami setting di dalam drum.
Kan aneh kalau misalnya kena macet trus betonnya sudah mengeras di dalam drum. Kadang, di dalam
perjalanan, bisa jadi karena lama di jalan, cuaca panas, atau kelamaan diputar, temperatur di dalam drum
meningkat sehingga air menguap. Kondisi ini kadang “diakali” dengan memasukkan bongkahan es balok yang
besar ke dalam drum, sehingga kadar air bisa tetap dipertahankan. Hmm.. kalo ditambah sedotan, drum truk itu
bisa kita beri label “Jus Beton Segar”..
Sementara beton yang dicampur dilapangan biasanya menggunakan mesin yang dinamakanMOLEN (mirip-
mirip nama sejenis gorengan pisang). Sewaktu mencampur di lapangan, agregat terlebih dahulu dimasukkan ke
dalam tong (molen), kemudian diikuti oleh pasir dan terakhir semen. Semuanya dalam takaran tertentu sesuai
dengan mutu beton yang diinginkan.
Ukuran takaran biasanya dinyatakan dalam satuan berat, sementara sekop tidak bisa mengukur berat. Jangan
sampai rasio adukan 1:2:3 diartikan sebagai 1 sekop semen, 2 sekop pasir dan 3 sekop kerikil (agregat). Tentu
saja hasil (mutu) yang diperoleh akan berbeda
Ketika semua bahan (kecuali air) sudah masuk, moleh diputar sehingga semua bahan tercampur. Katanya sih,
kalau sudah tidak ada pasir yang terlihat secara kasat mata, berarti adukannya itu sudah merata. Saat itulah
dilakukan penambahan air sedikit demi sedikit.
Molen punya kapasitas (volume). Mencampur terlalu penuh juga tidak efektif karena proses pencampurannya
akan memakan waktu yang lebih lama. Sebaiknya molen diisi secukupnya dulu, kemudian jika sudah jadi,
seluruh isi molen dituang ke wadah sementara sebelum diangkut atau dicor ke bekisting. Sewaktu adukan
beton diangkut (dicor), molen bisa bekerja lagi untuk membuat adukan berikutnya. Begitu adukan pertama
sudah dituang semua, molen pun sudah selesai membuat adukan kedua, jadi tidak ada delay ketika molen
bekerja.
Nah, untuk skala yang sangat kecil, beton boleh dicampur dengan menggunakan sekop. Harus dilakukan di
tempat yang datar dan bersih (maksudnya bebas dari ranting, daun, sampah, dan material pengganggu lainnya).
Kerikil, pasir, dan semen diaduk/dicampur dulu, kemudian dibuat seperti gundukan, dan di puncaknya digali
dibuat seperti danau untuk menampung air. Jika adukan dicampur di wadah yang sisi-sisinya tertutup sehingga
air bisa dibendung, nggak usah repot-repot bikin gundukan, langsung saja tuang air ke wadah tersebut.
Sebagai penutup, kami akan berikan tabel komposisi berat semen, pasir, dan kerikil, serta volume air yang
dibutuhkan untuk membuat 1 m3 beton dengan mutu tertentu.
Mutu Beton Semen (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (liter) w/c ratio
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton tersebut pun
memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana
telah diuraikan pada bagian pembahasan.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping mempunyai
kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan,
dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam pembuatan
beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar
(aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan
ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau
agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari
batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran
butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud
pemakaian.
Daftar Pustaka
http://rumahdangriya.blogspot.co.id/2011/07/perencanaan-campuran-beton-atau.html
http://duniatekniksipil.web.id/1152/dasar-dasar-beton-4-komposisi-dan-pemcampuran-beton/
http://tosimasipil.blogspot.co.id/2013/07/teknologi-bahan-konstruksi.html
https://proyeksipil.blogspot.co.id/2012/11/bahan-dan-material-yang-dipakai-untuk.html