Anda di halaman 1dari 21

DASAR PERENCANAAN AGREGAT SEBAGAI DASAR

PEMBUATAN BETON

KELOMPOK 8
I GEDE WAHYU WIRA DIARSA 1504106057
IDA BAGUS GEDE PANGESTU 1504105069
AYU AGUNG MAS PERMATASARI 1504105070
AGUS WANDA JULIARTAWAN 1504105074

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN
2016 / 2017
Kata Pengantar
Puji syukur Saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis ini. Karya Tulis ini disusun
dengan maksud untuk dapat memambah ilmuu bagi orang yang membaca Karya ini.
Penulisan karya ilmiah ini berisi pembahasan tentang Trase jalan dan lengkung peralihan.
Di mana dalam pengertian Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan
air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam
pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral
kemudian diikat semen bercampur air
Dengan selesainya karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Orang Tua, Keluarga, Saudara-saudara.
2. Dosen Bidang Study.
Namun kami menyadari bahwa hasil yang sederhana ini masih banyak kekurangaan.
Kritik dan saran dari semua pembaca yang sifatnya konstruktif sangatlah saya hargai dan
butuhkan, guna kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhirnya saya sebagai penulis berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah sedikit pengetahuan yang kita
miliki.
Jimbaran, 10 Oktober 2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................iii

BAB I....................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................1

1.1 Umum..............................................................................................................................1

1.2 Latar Belakang................................................................................................................1

1.3 Rumusan Masalah...........................................................................................................2

1.4 Tujuan..............................................................................................................................2

1.4.1 Tujuan Umum...............................................................................................................2

1.4.2 Tujuan Khusus..............................................................................................................2

1.5 Manfaat............................................................................................................................3

1.6 Metode.............................................................................................................................3

2.1 Pengertian Trase Jalan.....................................................................................................4

2.2 Prinsip Perancangan Trase Jalan.....................................................................................4

2.3 Contoh Perancangan Trase Jalan Tugas Perancangan Geometrik...................................7

2.4 Klasifikasi Menurut Medan Jalan....................................................................................7

2.5 Gaya Sentrifugal..........................................................................................................8

2.6 Lengkung Peralihan.....................................................................................................9

2.7 Contoh/rumus dalam menentukan panjang Lengkung Peralihan..................................10

BAB III................................................................................................................................12

PENUTUP...........................................................................................................................12

3.1 Simpulan....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian umum
beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat
semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun
perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang
khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat. Agregat adalah butiran
mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton.
Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara
alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat
juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Beton?
2. Apa saja sifat-sifat beton?
3. Apa saja bahan-bahan penyusun beton?
4. Apa pengertian dari agregat?
5. Bagaimana Philosofi Pengunaan Material Di Dalam Campuran Beton?
6. Bagaimana Komposisi dan Pencampuran Beton?

Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui pengertian dari beton
2. Untuk mengetahui sifat-sifat beton
3. Untuk mengetahui bahan-bahan penyusun beton
4. Untuk mengetahui pengertian dari agregat
5. Untuk mengetahui Philosofi Pengunaan Material Di Dalam Campuran Beton
6. Untuk mengetahui Komposisi dan Pencampuran Beton

1.2.2 Tujuan Khusus


Dimana penulis dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini untuk tambahan nilai dan
melengkapi tugas di bidang study Teknik Bahan.
1.3 Metode
Di mana penulis dalam pembuatan karya ilmiah ini menggunakan metode study pustaka,
dengan memakai acuan buku maupun dengan membaca artikel melalu internet dan dapat
menuangkannya di karya ilmiah ini.
BAB II
Pembahasan

1.1 Pengertian Beton

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam pengertian umum beton
berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen
bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih
bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.
Kebaikan dan keburukan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah sebagai
berikut.
 Kebaikan Beton

1) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.


2) Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan
atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
3) Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai keinginan.
4) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul beban yang berat.
5) Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun diisikan ke
dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu dapat pula dipompakan ke tempat yang
posisinya sulit.
6) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan kebakaran.

 Kekurangan Beton

1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi
baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint)
untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan
beton.
3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga perlu
dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang
membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail secara seksama agar
setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur
tahan gempa.

2.2 Sifat-Sifat Beton


Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan tentang sifat-
sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang telah mengeras perlu diketahui. Sifat-sifat
tersebut antara lain.
 Kuat Hancur
Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau lebih tergantung
pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya. Kuat hancur dari beton dipengaruhi
oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-semen dan tingkat pemadatannya. Faktor-
faktor penting lainnya yaitu:
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas beton.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukan bahwa penggunaan
agregat akan menghasilkan beton, dengan kuat desak maupun tarik yang lebih besar dari
penggunaan krikil halus dari sungai.
3. Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi bila
pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat penting oada
pekerjaan lapangan dan pembuatan benda uji.
4. Suhu , Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya suhu.
Pada titik beku kuat hancur beton akan tetap rendah untuk waktu yang lama.
5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah dengan umurnya.
Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.
6.
 Durability (Keawetan)
Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang direncanakan tanpa terjadi
korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam hal ini perlu pembatasan nialii faktor air
semen maksimum maupun pembatasan dosis semen minimum yang digunakan sesuai dengan
kondisi lingkungan.

 Kuat Tarik
Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu umurnya masih muda, dan
berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya tidak diperhitungkan di dalam perencanaan beton.
Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air
dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan beton konstruksi jalan raya dan
lapangan terbang.
 Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan regangan beton
biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan beton.
 Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-menerus menurut
waktu dibawah beban yang dipikul.
 Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan pembebanan.
 Kelecakan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh kemudahan dalam
pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan finishing. Atau workability adalah
besarnya kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh.

2.3 Bahan-Bahan Penyusun Beton


1) Semen
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau larutan garam.
Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
a) semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari
bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu
dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini
berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
b) semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan
untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini
dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
c) oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses
pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
d) mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash).
Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang
mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam
berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga
menjadi lebih keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen portland adalah
bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan clinker
(bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips
sebagai tambahan.
Pada umumnya semen portland yang digunakan adalah jenis semen portland biasa (ordinary
cement portland), yaitu semen portland yang digunakan untuk tujuan umum. jenis semen
portland dapat dibagi menurut beberapa segi yaitu: Segi kebutuhan khusus dan Segi Penggunaan
 Segi kebutuhan khusus
Sesuai kebutuhan penggunaannya, ada jenis semen yang memiliki tujuan penggunaan khusus
seperti berikut.
1) Semen portland yang cepat mengeras (rapid hardening portland cement),semen jenis ini
umumnya memiliki kadar C3S (tricalsium silika) atau C3A yang tinggi . dalam standar semen
ASTM, semen jenis ini termasuk semen Portland type III.
2) semen Portland tahan sulfat sedang dan semen Portland tahan sulfat,semen ini mempunyai
bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen biasa, karena kadar tricalsium aluminate rendah.
Kadar maksimum untuk semen tahan sulfat sedang adalah 8% dan untuk semen tahan sulfat
adalah maksimum 5%. Semen ini tahan terhadap sulfat, namun berarti tidak tahan terhadap asam
sulfat. Yang dimaksud sulfat disini adalah garam sulfat yang larut, misalnya air laut, rawa, dan
sebagainya, dimana kadar sulfatnya lebih dari 1%. Semen ini termasuk semen portland type II A
dan type V.
3) semen Portland Pozzolanic, semen ini merupakan campuran dari semen biasa (85-60 %)
dengan bubuk halus trass atau pozzolan (15-40%), atau benda-benda yang bersifat pozzolan
(seperti abu volkanis, abu bahan bakar, tanah liat bakar, atau fly ash). Penggunaan adalah pada
bangunan yang mendapat gangguan garam sulfat atau panas rendah. Bila bahan yang
dicampurkan terak dapur tinggi, disebut semen portland terak dapur tinggi.
4) semen Portland panas rendah (Low Heat Cement), Semen jenis ini memiliki kadar C3S
maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7 %. Semen ini memiliki derajat pengersan yang
lambat dan panas yang dihasilkannya lebih rendah dibandingkan dengan semen lain.
Penggunaannya terutama terbatas pada turap penahan tanah gravitasi, bendungan besar, dan
konstruksi beton pejal di mana suhu massa beton naik. Semen ini dalam standar ASTM termasuk
semen portland type IV.
5) masonry Cement ,Semen jenis ini adalah semen portland yang dicampur dengan bubuk batu
atau batuan kapur sampai ± 50 %. Penggunaan semen jenis ini adalah untuk aduk pasangan.
6) Semen Portland putih, Semen ini adalah semen portland dimana bahan-bahan dasarnya
mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe203 pada semen ini dibatasi maksimum 0,5%,
karena senyawa besi tersebut menimbulkan warna tua pada semen. Semen ini mempunyai sifat
yang biasa dengan semen portland biasa. Proses pembuatan semen ini memerlukan ketelitian
tinggi dan bahan dasarnya mahal oleh karena itu, harga semen putih lenih mahal daripada semen
biasa, kira-kira satu sampai empat kali smen portland biasa.

 Segi Penggunaan
Ditinjau dari penggunaanya, menurut ASTM (American Society for Testing and Material)
semen portland dapat dibedakan menjadi lima.
1) Jenis I
Semen portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis semen portland untuk
penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus. Misalnya untuk
pembuatan trotoar, pasangan bata, dan sebagainya. Semen ini merupakan semen yang paling
banyak digunakan yaitu 80-90% dari produksi semen portland.
2) Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan
keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis ini biasanya digunakan pada
bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa, pelabuhan,jembatan besar, bendungan,
bangunan-bangunan lepas pantai, saluran-saluran air buangan dan sebagainya. Jenis ini juga
dapat digunakan untuk bangunan-bangunan drainase di tempat yang memiliki konsentrasi sulfat
agak tinggi.
3) Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early –strength-portland-cement). Semen
jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk
pembuatan beton pracetak, perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu segera digunakan
atau yang acuannya perlu segera dilepas serta pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).
4) Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land cement) jenis ini
merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidarasi serendah-
rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi (penyebab retak), maka pada semen
jenis ini senyawa C3S dan C3A dikurangi. Selain itu, semen jenis ini kekuatannya tumbuh
lambat. Semen jenis ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan sebagai berikut:
- Konstruksi DAM
- Basement
- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.
5) Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini merupakan jenis khusus
yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-banguan yang kena sulfat, seperti di
tanah atau air yang kadar I alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan lebih lambat daripada semen
biasa.

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :


a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan
kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses
ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
b) Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan
bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
c) proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
d) proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen.
e) proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi yang
dibutuhkan untuk pembuatan semen).
f) proses pendinginan terak.
g) proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu
mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur
trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali,
fosfor, dan kapur bebas.

2.4 Pengertian Agregat


Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar
(aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan
ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau
agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari
batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran
butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud
pemakaian.

Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;


 Ditinjau dari asalnya
a. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil penghancurannya. Jenis
batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Jenis batu endapan atau metamorph juga
dapat dipakai meskipun kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah
butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena
perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.
1. kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam dari batuan
induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus air atau angin,
dan mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air
berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya pula jenis
agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya untuk
beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh
terhadap sifat beton yang dibuat agregat tersebut.
2. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku yang kompak.
Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena luas bidang
permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu
dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit
lebih banyak daripada beton dengan menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton
dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada permukaan batu
pecah lebih baik daripada butiran yang halus. Macam-macam batu yang cocok digunakan untuk
agregat beton yaitu:
a) Batu kapur adalah hasil sedimentasi yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat.
Semakin keras dan padat jenis batu kapur ini semakin cocok untuk pembuatan beton.
b) Batu api. Meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan porphyries. Granit adalah keras ulet dan
padat sehingga merupakan agregat yang baik untuk beton. Basalt merupakan batu api yang
menyerupai granit, tetapi struktur butirnya lebih halus karena pendinginan yang cepat pada
proses pembentukannya. Dolerit mempunyai struktur butir kristal yang halus dan mengandung
felspar banyak. Beberapa dolerit bilamana digunakan untuk beton dapat menyebabkan retak-
retak dan menggangggu penggunaannya. Diketahi bahwa batu ini mengembang dan menyusut
sesuai dengan kelembaban.
c) Sandstone. Sandstone bervariasi mulai dari yang paling keras dengan komposisi butiran yang
berdekatan , sampai yang lebih lunak dengan butiran yang lebih lepas, seperti batu tulis yang
berpasir, dimana adanya tanah liat menyebabkannya menjadi lunak, gampang pecah dan daya
serapnya tinggi.
d) Batu tulis biasanya agregat yang tidak baik , lunak, lemah, dan berlapis dan daya serapnya
tinggi. Selain itu bentuknya yang pipih menyebabkan partikel-partikel ini sulit dipadatkan di
dalam beton.
e) Batuan metamorforsa, bervariasi dalam karakternya. Marmer dan quartzites biasanya pejal,
padat, serta cukup ulet dan kuat.

3. agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan.
Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang bukan
volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.

b. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus, atau
karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh agregat buatan:
1) klinker dan breeze
pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya mengeras dan
berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan bahan residu yang
kurang keras dan kurang baik pembakarannya, sehingga mengandung lebih banyak bahan yang
mudah terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan
kelembapan. Makin banyak bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit tenaga dimana ketel uap
dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak dipergunakan untuk memproduksi
blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan tembok interior lainnya.
2) agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang
tanah liat dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan unytuk membuat bahan
berpori yang ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan sampai suhu
sekitar 1000 0C – 2000 0C.
3) cooke breeze
cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang kurang
sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di negara-negara
Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali arang, kadang mencapai 75 %.
Kandungan arang yang banyak tadi akan menghambat pengerasan semen sehingga dalam
pemakaiannya perlu mendapat perhatian.
4) Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar. Tanah liat
kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale dibakar mendadak dalam dapur
berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan
bongkahan-bongkahan tanah yang mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan
diayak hingga mencapai susunan butir yang diperlukan.
5) Lelite
lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-senyawa karbon.
Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal pada
suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di
bawah (dasar) dapur berupa lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari
lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya untuk
mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan
untuk unsur bangunan guna menghambat suara dan panas.

 Ditinjau dari berat jenisnya


Ditinjau dari berat jenisnya, agregat dibedakan menjadi tiga macam.
1. Agregat Ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan biasanya digunakan
untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan untuk beton struktural atau blok
dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya
ringan dan fondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami maupun
buatan. Beberapa contoh agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.
2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7. agregat ini
berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang dihasilkan memiki berat
jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya dinamakan beton
normal
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya magnetik
(Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga memiliki berat jenis
tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi sinar X.

 Ditinjau dari Bentuknya


Ditinjau dari bentuknya, agregat dapat dibedakan atas agregat bulat, bersudut, pipih, dan
memanjang.
A. Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai rongga udara
minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta semen untuk menghasilkan adukan
beton yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan
raya. Agregat berbentuk bulat sebagian mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada
agregat bulat, yaitu berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan pasta
semen lebih banyak untuk mendapatkan beton segar yang baik (dapat dikerjakan).
B. Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan permukaannya kasar. Termasuk
jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki
rongga yang lebih besar, yaitu antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya baik sehingga
membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis ini baik untuk membuat beton mutu tinggi
maupun lapis perkerasan jalan.
C. Pipih
Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan tertebal pada
butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari batu-batuan yang berlapis.
D. Memanjang (Lonjong)
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang dan terlebar
lebih dari 3.

 Ditinjau dari tekstur permukaan


1) Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam, obsidian.
2) Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan, permukaan tampak
kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini: basalt, felsite, batu kapur, dan sebagainya.
3) Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang butiran-butirannya sangat
halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan sebagainya.
4) Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan adanya butir-butir
bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.
5) Agregat berpori dan berongga.

3. Air dan Bahan Campuran


Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air yang dipakai untuk
mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang digunakan adalah air yang bersih,
tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton.
Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai
campuran beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set
semen dan kekuatan tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang
dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat
dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena mengandung garam yang
dapat menyebabkan baja berkarat.
Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat beton yang lemah
dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok: yang pertama ialah bahwa
volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada pengadukan beton dan yang ditambahkan
tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan campuran dan yang kedua disebut zat
campuran.
Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik
tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan penambah.
Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu zat pembawa dan
zat untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk memperbaiki kemampuan
pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam
golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk pendispersi dipergunakan untuk mencegah tersetnya
partikel dalam semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah.
Garam kondensat tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan zat
pendispersi.

2.5 Philosofi Pengunaan Material Di Dalam Campuran Beton :


1. Kandungan semen
Semakin banyak semen yang akan anda gunakan, maka akan dihasilkan beton yang kuat dan
baik. Penggunaan semen berbanding lurus dengan kekuatan beton.
2. Kandungan Air
Semakin banyak air yang anda gunakan, maka beton yang anda hasilkan semakin jelek.
Walaupun didalam pengerjaan beton jika air yang anda gunakan banyak beton semakin mudah
dikerjakan dan pekerjaan menjadi lebih ringan.
“Kuncinya gunakan air sesedikit mungkin, hanya agar campuran beton anda bisa dikerjakan
(bisa diangkut, dicor, dipadatkan dan difinishing)”
3. Campuran Air dan Semen atau Fakor Air Semen (biasa disingkat FAS)
Semakin tinggi pernabdingan campuran air dan semen maka beton malah semakin jelek. Untuk
meningkatkan mutu beton maka anda harus mengurangi perbandingan air dan semen.
Faktor air dan semen adalah perbandingan antara berat air dibandingkan dengan berat semen
Jika air kita simbuklan dengan W, dan semen kita simbulkan dengan C maka rumusnya adalah
sbb”
FAS= W / C
Dimana berat jenis air adalah 1 kg/liter, dan berat jenis semen adalah 3150 kg/m3(disyaratkan
ASTM)
Berikut ini sedikit acuan dalam merencanakan campuran air dan semen (bukan karya sendiri kok,
Cuma menukil)
Keterangan gambar :
a. Rasio antara air dan semen (1) gambar paling pojok kanan tangan anda (artinya jika anda
mencampur air 40 liter/40 kg maka semennya 40 kg, bukan berarti beton anda tiap kubik butuh
40 kg semen lho hanya permisalan saja) akan menghasilkan beton dengan kekuatan (kuat tekan)
10 Mpa. Kalau 10 Mpa maaf saja mas, belum layak kita gunakan untuk struktur rumah anda.
Jangan sekali-kali anda gunakan untuk komponen struktur rumah anda dengan perbandingan ini.
b.Rasio air dan semen 0.75 (artinya jika anda mencampur air 30 liter/30 kg maka semennya 40
kg, bukan berati beton anda tiap kubik butuh 40 kg semen lho, hanya permisalan saja) Akan
menghasilkan beton dengan kuat tekan 20 Mpa, lha kalau beton anda 20 Mpa masih boleh lah
digunakan, kalau bisa dinaikan sedikit jadi 22.5 Mpa atau 25 Mpa
c.Rasio air dan semen 0.5 (artinya jika anda mencampur air 20 liter/20 kg maka semennya 40
kg, bukan berati beton anda tiap kubik butuh 40 kg semen lho, hanya permisalan saja) Akan
menghasilkan beton dengan kuat tekan 35 Mpa, kalau beton dengan kuat tekan 35 Mpa ini jika
digunakan untuk rumah anda bagus lah, tapi boros semen. Kalau boros semen maka juga akan
boros uang.
Dalam merencankan faktor air semen jika tidak tersedia data penelitian boleh kok dengan table
yang sudah ada (kira-kira begitulah kata SNI 03-2834-2000 pada pasal 4.2.3.2 tentang pemilihan
faktor air semen)lihat gambar di bawah.
4.Agregat (Pasir dan koral)
Campuran yang terlalu banyak pasir walapun akan menjadikan beton halus akan tetapi
kekuatannya sedikit berkurang, jika dibandingkan dengan campuran yang normal. Kekuatan
akan semakin menurun jika ketika pencampuran menggunakan molen terlalu lama. Sebaliknya
jika beton terdiri dari koral yang banyak, beton akan menjadi kasar akan tetapi kekuatanya
mejadi lebih baik jika dibandingkan dengan beton yang menggunakan pasirnya lebih banyak.
2.6 Komposisi dan Pencampuran Beton

Adukan Beton direncanakan sedemikian rupa sehingga beton yang dihasilkan dapat dengan mudah dikerjakan
dengan biaya yang serendah mungkin tentu saja.
Beton harus mempunyai workabilitas yang tinggi, memiliki sifat kohesi yang tinggi saat dalam kondisi plastis
(belum mengeras), sehingga beton yang dihasilkan cukup kuat dan tahan lama.
Adukan (campuran) beton harus mempertimbangkan lingkungan di mana beton tersebut akan berdiri, misalnya
di lingkungan tepi laut, atau beban-beban yang berat, atau kondisi cuaca yang ekstrim.

PROPORSIONAL
Reminder: Beton adalah campuran antara semen, agregat kasar dan halus, air, dan zat aditif.

Komposisi yang berbeda-beda di antara bahan baku beton mempengaruhi sifat beton yang dihasilkan pada
akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur dalam satuan berat. Pengukuran berdasarkan volume juga sebenarnya
bisa, dan lebih banyak dilakukan pada konstruksi skala kecil, misalnya rumah tinggal.

SEMEN
Jika kadar semen dinaikkan, maka kekuatan dan durabilitas beton juga akan meningkat. Semen (bersama
dengan air) akan membentuk pasta yang akan mengikat agregat mulai dari yang paling besar (kasar) sampai
yang paling halus.

AIR
Sebaliknya, penambahan air justru akan mengurangi kekuatan beton. Air cukup digunakan untuk melarutkan
semen. Air juga yang membuat adukan menjadi kohesif, dan mudah dikerjakan (workable).

RASIO AIR-SEMEN
Biasa disebut dengan w/c ratio alias water to cement ratio. Jika w/c ratio semakin besar, kekuatan dan daya
tahan beton menjadi berkurang. Pada lingkungan tertentu, rasio air-semen ini dibatasi maksimal 0.40-0.50
tergantung sifat korosif atau kadar sulfat yang ada di lingkungan tersebut.
AGREGAT

Jika agregat halus terlalu banyak, maka adukannya akan terlihat “sticky“, encer, “lunak”, seperti tidak punya
kekuatan. Dan setelah pemadatan, bagian atas adukan akan cenderung “kosong” alias tidak ada agregat.

Sebaliknya, jika agregat kasar terlalu banyak, adukannya akan terlihat kasar, berbatu, kelihatan getas (rapuh).
Agregat ini akan muncul di permukaan setelah dipadatkan.

PENCAMPURAN
Beton harus dicampur dan diaduk dengan baik sehingga sement, air, agregat, dan zat tambahan bisa tersebar
merata di dalam adukan.

Beton biasanya dicampur dengan menggunakan mesin. Ada yang dicampur di lapangan (site) ada juga yang
sudah dicampur sebelum dibawa ke lapangan, atau istilahnya ready-mix.

Untuk beton ready-mix, takarannya sudah diukur di batch plant, kemudian dicampur dan dimasukkan ke dalam
truk. Selama perjalanan drum beton tersebut terus diputar agar beton tidak mengalami setting di dalam drum.
Kan aneh kalau misalnya kena macet trus betonnya sudah mengeras di dalam drum. Kadang, di dalam
perjalanan, bisa jadi karena lama di jalan, cuaca panas, atau kelamaan diputar, temperatur di dalam drum
meningkat sehingga air menguap. Kondisi ini kadang “diakali” dengan memasukkan bongkahan es balok yang
besar ke dalam drum, sehingga kadar air bisa tetap dipertahankan. Hmm.. kalo ditambah sedotan, drum truk itu
bisa kita beri label “Jus Beton Segar”..

Sementara beton yang dicampur dilapangan biasanya menggunakan mesin yang dinamakanMOLEN (mirip-
mirip nama sejenis gorengan pisang). Sewaktu mencampur di lapangan, agregat terlebih dahulu dimasukkan ke
dalam tong (molen), kemudian diikuti oleh pasir dan terakhir semen. Semuanya dalam takaran tertentu sesuai
dengan mutu beton yang diinginkan.

Ukuran takaran biasanya dinyatakan dalam satuan berat, sementara sekop tidak bisa mengukur berat. Jangan
sampai rasio adukan 1:2:3 diartikan sebagai 1 sekop semen, 2 sekop pasir dan 3 sekop kerikil (agregat). Tentu
saja hasil (mutu) yang diperoleh akan berbeda

Ketika semua bahan (kecuali air) sudah masuk, moleh diputar sehingga semua bahan tercampur. Katanya sih,
kalau sudah tidak ada pasir yang terlihat secara kasat mata, berarti adukannya itu sudah merata. Saat itulah
dilakukan penambahan air sedikit demi sedikit.

Molen punya kapasitas (volume). Mencampur terlalu penuh juga tidak efektif karena proses pencampurannya
akan memakan waktu yang lebih lama. Sebaiknya molen diisi secukupnya dulu, kemudian jika sudah jadi,
seluruh isi molen dituang ke wadah sementara sebelum diangkut atau dicor ke bekisting. Sewaktu adukan
beton diangkut (dicor), molen bisa bekerja lagi untuk membuat adukan berikutnya. Begitu adukan pertama
sudah dituang semua, molen pun sudah selesai membuat adukan kedua, jadi tidak ada delay ketika molen
bekerja.
Nah, untuk skala yang sangat kecil, beton boleh dicampur dengan menggunakan sekop. Harus dilakukan di
tempat yang datar dan bersih (maksudnya bebas dari ranting, daun, sampah, dan material pengganggu lainnya).
Kerikil, pasir, dan semen diaduk/dicampur dulu, kemudian dibuat seperti gundukan, dan di puncaknya digali
dibuat seperti danau untuk menampung air. Jika adukan dicampur di wadah yang sisi-sisinya tertutup sehingga
air bisa dibendung, nggak usah repot-repot bikin gundukan, langsung saja tuang air ke wadah tersebut.

Sebagai penutup, kami akan berikan tabel komposisi berat semen, pasir, dan kerikil, serta volume air yang
dibutuhkan untuk membuat 1 m3 beton dengan mutu tertentu.

Mutu Beton Semen (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (liter) w/c ratio

7.4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87

9.8 MPa (K 125) 276 828 1012 215 0.78

12.2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72

14.5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66

16.9 MPa (K 200) 352 731 1031 215 0.61

19.3 MPa (K 225) 371 698 1047 215 0.58

21.7 MPa (K 250) 384 692 1039 215 0.56

24.0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53

26.4 MPa (K 300) 413 681 1021 215 0.52

28.8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49

31.2 MPa (K 350) 448 667 1000 215 0.48


BAB I
Kesimpulan

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton tersebut pun
memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana
telah diuraikan pada bagian pembahasan.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping mempunyai
kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan,
dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam pembuatan
beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar
(aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan
ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau
agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari
batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran
butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud
pemakaian.
Daftar Pustaka

http://rumahdangriya.blogspot.co.id/2011/07/perencanaan-campuran-beton-atau.html
http://duniatekniksipil.web.id/1152/dasar-dasar-beton-4-komposisi-dan-pemcampuran-beton/
http://tosimasipil.blogspot.co.id/2013/07/teknologi-bahan-konstruksi.html
https://proyeksipil.blogspot.co.id/2012/11/bahan-dan-material-yang-dipakai-untuk.html

Anda mungkin juga menyukai