Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH LOMBA BETON NASIONAL

CIVIL IN PROGRESSIVE 2020

PEMBUATAN BETON MUTU TINGGI DENGAN MENGGANTI


SEBAGIAN SEMEN MENGGUNAKAN FLY ASH DAN ABU SEKAM
PADI

Disusun Oleh :

CEMENTOS

Nama Anggota Kelompok :

Hafidz Revaldi Nata (Ketua Tim)


Kinda Leng Jiu (Anggota 1)
Muhammad Rizky Azhari J.I (Anggota 2)

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul : Pembuatan Beton Mutu Tinggi dengan


Mengganti Sebagian Semen Menggunakan Fly Ash dan Abu Sekam Padi
2. Nama Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Samarinda
3. Nama Tim : Cementos
4. Anggota Tim
a) Nama Lengkap : Hafidz Revaldi Nata
NIM : 17643005
Tahun Angkatan : 2017
b) Nama Lengkap : Kinda Leng Jiu
NIM : 18643052
Tahun Angkatan : 2018
c) Nama Lengkap : M. Rizky Azhari J.I
NIM : 19643035
Tahun Angkatan : 2019
5. Dosan Pembimbing
a) Nama Lengkap dan Gelar : Dr.Ir.Tumingan, MT
b) NIP : 19660712 199203 1 003

Samarinda, 21 Februari 2020

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Ketua Jurusan Teknik Sipil

Dr.Ir.Tumingan, MTMT
Dr. Ir. Tumingan, Rafian Tistro, ST,
NIP :MT
19660712 199203 1 003

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmatNya kami dapat menyelesaikan Makalah Lomba Beton
Nasional. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah
SAW beserta keluarganya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memanfaatkan arang sebagai tambahan material dalam pembuatan beton yang
bernilai ekonomis, ramah lingkungan, dan bermutu tinggi dengan judul
“Pembuatan Beton Mutu Tinggi dengan Mengganti Sebagian Semen
Menggunakan Fly ash dan Abu Sekam Padi”

Dengan membuat makalah ini kami mengharapkan dapat menginspirasi


semua orang yang berkaitan dengan dunia konstruksi agar dapat menerapkan
pengaplikasiannya dilapangan.

Selanjutnya, kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing


kami yang membantu kami selama proses pelaksaan lomba beton. Kami
memohon maaf sebesar-besarnya atas segala kekurangan pada makalah ini.

Harapan kami, semoga makalah ini, dapat menambah refrensi pembaca


mengenai beton dengan tambahan material fly ash dan abu sekam padi bisa
melanjutkan penelitian ini hingga mencapai hasil yang memuaskan.

Hormat Kami,

CEMENTOS

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan..........................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................iii
Daftar Isi...........................................................................................................iv
Bab I. Pendahuluan........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Manfaat..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................2
Bab II. Tinjauan Pustaka...............................................................................3
2.1 Pengertian Beton...............................................................................3
2.2 Material Penyusun Beton..................................................................3
Bab III. Metode Pembuatan..........................................................................11
3.1 Waktu Pelaksanaan................................................................................11
3.2 Instrumen Pelaksanaan...........................................................................12
3.3 Tahap Perencanaan Mix Design............................................................13
3.4 Tahap Pembuatan...................................................................................13
3.5 Tahap Perawatan....................................................................................14
Bab IV. Hasil dan Pembahasan.....................................................................15
4.1 Data Pengujian Material.........................................................................15
4.2 Mix Design.............................................................................................19
4.3 Hasil Uji.................................................................................................19
4.4 Pembahasan............................................................................................19
Bab V. Penutup...............................................................................................20
5.1 Kesimpulan.................................................................................................20
5.2 Saran...........................................................................................................20
Daftar Pustaka
Lampiran

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Perkembangan dunia konstruksi khususnya di Indonesia ikut mendorong


bertambahnya penggunaan beton sebagai material perkuatan struktur. Bentuk
paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat
mineral (kerikil dan pasir), semen, dan air. Kekakuan, keawetan, dan sifat
beton yang lain tergantung pada sifat bahan-bahan dasar, nilai perbandingan
bahan-bahannya, cara pengadukan, maupun cara pengerjaan. Komposisi
pembuatan beton umumnya memanfaatkan bahan-bahan yang berasal dari
alam maka secara tidak langsung kita telah melakukan eksploitasi alam secara
terus-menerus. Eksploitasi alam secara terus-menerus akan berdampak pada
kerusakan alam dan lingkungan. Era modern yang semakin canggih mampu
menghasilkan penemuan-penemuan baru yang berdasarkan pada berbagai riset
dan penelitian. Khususnya dalam bidang teknik sipil, berbagai penemuan dapat
memajukan kegiatan pembangunan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan
sebuah bangunan struktur yang kuat, awet, hemat biaya, dan mampu
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia.

Semen merupakan salah satu faktor penting dalam pembuatan beton


karena semen bereaksi dengan air menjadi pasta pengikat agregat. Sifat
porositas beton dipengaruhi oleh gradasi agregat dan kehalusan butir semen.
Keterbatasan tingkat kehalusan butir semen menjadi persoalan utama dalam
menghasilkan beton mutu tinggi, jika ditinjau dari segi porositas. Untuk
mengatasi hal ini, berbagai penelitian dilakukan untuk mencari alternatif
penggunaan semen sebagai material pembentuk beton. Material-material yang
diuji memiliki sifat kimiawi yang sama dengan semen.

Pada praktik kali ini kami menggunakan bahan tambah berupa fly ash
(abu terbang) dan abu sekam padi. Fly ash merupakan sisa hasil pembakaran
batubara pada pembangkit listrik. Sekam padi merupakan kulit pembungkus
butiran beras, dimna kulit padi akan terpisah dan menjadi limbah buangan.

1
Penggunaan material fly ash dan abu sekam padi sebagai material pembentuk
beton didasari pada sifat material ini yang memiliki kemiripan dengan sifat
semen. Kemiripan sifat ini dapat ditinjau dari dua sifat utama, yaitu sifak fisik
dan kimiawi. Secara fisik, material fly ash memiliki kemiripan dengan semen
dalam hal kehalusan butir-butirnya.

1. 2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat meningkatkan kuat tekan pada beton dengan fly ash ( abu terbang )
dan abu sekam padi sebagai pencampur pada beton.
2. Dapat membuat beton yang bernilai ekonomis, ramah lingkungan,
berkualitas dan ketahanan tinggi.

1.3 Manfaat

1. Mengubah limbah sekam padi dan fly ash menjadi bahan yang berguna
dengan memanfaatkannya menjadi bahan ganti beberapa % semen
dalam pembuatan beton mutu tinggi.
2. Mengurangi biaya pembuatan beton, tetapi tetap mempertahankan mutu
atau kualitas beton.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Beton


Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan
untuk bangunan gedung, jembatan, jalan dan lain. Beton merupakan satu kesatuan
yang homogen. Beton dihasilkan dengan cara mencampur agregat halus (pasir),
agregat kasar (kerikil),atau jenis agregat lain dan air, dengan semen portlandatau
semen hidrolik lain, dan bisa dengan bahan tambah pada perbandingan tertentu,
sampai menjadi saru kesatuan yang homogen. Campuran tersebut akan mengeras
seprti batuan. Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara semen
dengan air.
Beton yang sudah mngeras dapat juga dikatakan sebagaibatuan tiruan,
dengan rongga-rongga antara butisn ysng besar (agregat kasar atau batu pecah),
dan diisi oleh batuan kecil (agregat halus atau pasir), adan pori-pori antara agregat
halus diisi oleh semen dan air (pasta semen). Pasta semen berfungsi sebagai
perekat atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga buiran-butiran saling
terikat dengan kuat dan kemudian terbentuklah satu kesataun yang padat dan
tahan lama.

2.2 Material Penyusun Beton


1. Semen
Semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidraulis dengan gips sebagai bahan tambahan.
Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah
persentase 4 komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis semen
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Standar industri di Amerika (ASTM)
maupun di Indonesia (SNI) mengenal 5 jenis semen, yaitu :
 Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus.

3
 Jenis II, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
 Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannnya menuntut
persyaratan Kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.
 Jenis IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya menuntut
panas hidrasi yang rendah.
 Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat yang sangat baik.

2. Air
Air mempunyai fungsi sebagai media pencampur material lainnya, dimana
penambahan air ini sangat menentukan nilai kekuatan campuran semen.
Sebagaimana grafik dibawah:

Jika jumlah air terlalu besar maka akan menghalangi proses pengikatan. Jika
jumlah air terlalu sedikit maka reaksi semen dan air tidak selesai.
 Persyaratan Air
Persyaratan Air untuk campuran beton (SNI 03-6861.1-2002) :
a. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung
lainnya yang dapat dilihat secara visual
b. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan merusak beton
(asam-asam, zat organik dsb) lebih dari 15 gram/liter.
d. Kandungan khlorida (Cl) < 0,50 gram/liter, dan senyawa sulfat < 1
gram/liter sebagai SO3

4
e. Bila dibandingkaan dengan kekuatan tekan adukan beton yang
menggunakan air suling, maka penurunan kekuatan beton yang
menggunakan air yang diperiksa tidak lebih dari 10%
f. Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat diatas, air tidak boleh
mengandung klorida lebih dari 0,05 gram/liter.

 Sifat-Sifat Air
a. Air cenderung bergerak kepermukaan (bersama-sama/membawa butiran
semen) adukan beton segar (bleeding) yang kemudian menjadi buih dan
membentuk suatu lapisan tipis/selaput tipis yang disebut laitance. Lapisan
ini akan mengurangi lekatan antara lapis-lapis beton dan merupakan
bidang sambung yang lemah.
b. Air cenderung mengalir keluar (bersama-sama/membawa butiran semen)
bila cetakan kurang rapat, yang menyebabkan terjadinya sarang-sarang
kerikil.
c. Kandungan kimia dan atau organik dalam air mempengaruhi kualitas
beton : Air laut mengandung 3,50% larutan garam (sodium klorida dan
magnesium sulfat) yang dapat mengurangi kekuatan beton sampai 20%.
d. Adanya garam ini dan menyebabkan baja-tulangan atau baja-prategang
terkorosi, maka air laut tidak boleh dipergunakan untuk campuran beton
yang menggunakan baja-tulangan/baja-prategang.
e. Air yang mengandung gula > 0,05%, memperlambat ikatan awal dan
menurunkan kekuatan beton.

3. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat pemecah batu. Agregat ini berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang
meliputi pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine Sand). Untuk beton
penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai
agregat halus. Agregat Halus adalah agregat sebagai bahan pengisi yang
memberikan sifat kaku dan stabilitas dimensi dari beton. Agregat halus

5
sebaiknya berbentuk bulat dan halus dikarenakan untuk mengurangi kebutuhan
air. Agregat halus yang pipih akan membutuhkan air yang lebih banyak
dikarenakan luas permukaan agregat (surface area) akan lebih besar.

 Ketentuan Agregat Halus


Menurut PBI, agregat halus memenuhi syarat:
a. Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan
bersifat kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur,
seperti terik matahari hujan, dan lain-lain.
b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat
kering, apabila kadar lumpur lebih besar dari 5%, maka agregat halus
harus dicuci bila ingin dipakai untuk campuran beton atau bisa juga
digunakan langsung tetapi kekuatan beton berkurang 5 %.
c. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik (zat hidup)
terlalu banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari
ABRAMS-HARDER dengan larutan NaOH 3%.
d. Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Fine Sand antara 2,2–3,2.
e. Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Sand antara 3,2–
4,5.
f. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam besarnya.
Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan tersebut juga dapat
dipakai, asal saja kekuatan tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari
tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama, tetapi
dicuci terlebih dahulu dalam larutan NaOH 3% yang kemudian dicuci
bersih dengan air pada umur yang sama.
Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam dan
apabila diayak dengan ayakan susunan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Sisa diatas ayakan 4 mm minimum beratnya 2%.
b. Sisa diatas ayakan 1mm minimum beratnya 10%.
c. Sisa diatas ayakan 0,025 beratnya berkisar antara 80% sampai 95%.

6
Tabel 1. Gradasi Gregat Halus

4. Agregat Kasar
Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
industri pemecah batu, dengan butirannya berukuran antara 4,76 mm — 150
mm.
 Ketentuan Agregat Kasar
Ketentuan agregat kasar antara lain:
a. Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak
berpori. Aggregat kasar yang butirannya pipih hanya dapat
dipakai jika jumlah butir-butir pipihnya tidak melampaui 20%
berat agregat seluruhnya.
b. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
dalam berat keringnya. Bila melampaui harus dicuci.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak
beton, seperti zat yang relatif alkali.
d. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu
pecah.
e. Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji
Rudeloff dengan beban uji 20 ton.
f. Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang
tembaga maksimum 5%.

7
g. Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Aggregate
antara 6–7,5.
Adapun kualitas agregat kasar yang dapat menghasilkan beton mutu
tinggi
adalah:
a. Agregat kasar harus merupakan butiran keras dan tidak berpori.
Agregat kasar tidak boleh hancur karena adanya pengaruh cuaca.
Sifat keras diperlukan agar diperoleh beton yang keras pula, sifat
tidak berpori untuk menghasilkan beton yang tidak mudah tembus
oleh air.
b. Agregat kasar harus bersih dari unsur organik.

 Jenis Agregat Kasar


a. Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah
alami yang digali.
b. Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari
pengikisan tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang
mengalir.
c. Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa
digunakan untuk beton berbobot ringan.
d. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat kasar
yang diklasifikasi disini misalnya baja pecah, barit, magnatit dan
limonit.

Tabel 2. Gradasi Agregat Kasar

8
5. Bahan Tambah
Bahan tambah yaitu bahan selain unsur pokok pada beton (air, semen dan
agregat) yang ditambahkan pada adukan beton, baik sebelum, segera atau selama
pengadukan beton dengan tujuan mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton
sewaktu masih dalam keadaaan segar atau setelah mengeras. Fungsi-fungsi
bahan tambah antara lain: mempercepat pengerasan, menambah kelecakan
(workability) beton segar, menambah kuat tekan beton, meningkatkan daktilitas
atau mengurangi sifat getas beton, mengurangi retak-retak pengerasan dan
sebagainya.
Bahan tambah diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit dengan
pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang berakibat memperburuk sifat
beton (Tjokodimuljo, 1996).  Bahan tambah menurut maksud penggunaannnya
dibagi menjadi dua golongan yaitu admixtures dan additives.

 Tujuan Menggunakan Bahan Tambah\


a. Memodifikasi beton segar,mortar dan grouting :
 Menambah sifat mudah pengerjaan tanpa menambah kandungan air.
 Menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal campuran
beton.
 Mengurangi atau mencegah penurunan atau perubahan volume.
 Mengurangi segregasi.
 Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan
beton segar.
 Mengurangi kehilangan nilai slump.

b. Memodifikasi beton keras,mortar dan grouting


 Menghambat dan mengurangi panas selama proses pengerasan awal
(beton muda).
 Mempercepat laja pengembangan kekuatan beton pada umur muda.
 Menembah kekuatan beton.
 Menambah sifat keawetan beton,ketahanan dari gangguan luar
termasuk serangan garam-garam sulfat.

9
 Mengurangi kapilaritas air.
 Mengurangi sifat permeabilizas.
 Mengontrol pengembangan  yang disebabkan oleh reaksi álcali dari
álcali termasuk álcali dalam agregat.
 Mengasilkan struktur beton yang baik.
 Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.

 Jenis Bahan Tambah yang Digunakan


a. Fly Ash (Abu Terbang)
Abu terbang (fly ash) adalah material yang berasal dari sisa
pembakaran batu bara yang tidak terpakai. Pembakaran batu bara
kebayakan digunakan pada pembangkit listrik tenaga uap. Material ini
mempunyai kadar bahan semen yang tinggi dan mempunyai sifat
ponzzolanik. Kandungan fly ash sebagian besar terdiri dari silikat
dioksida (SiO2), Aluminium (Al2O3), besi (Fe2O3),dan kalsium (CaO)
serta magnesium, potasium, sodium, titanium, dan sulfur dalam jumlah
yang lebih sedikit. Menurut ASTM C618-86, terdapat dua jenis abu
terbang, kelas F dan C. Kelas F dihasilkan dari hasil pembakaran batu
bara jenis antrasit dan bituminous, sedangkan kelas C dari batu bara
jenis lignite dan subituminous. Kelas C memiliki kadar kapur yang
tinggi. Abu terbang (fly ash) dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis
( ACI manual of concrete practice 1993part 1 226.3R-3).
b. Abu Sekam Padi
Sekam padi merupakan lapisan keras yang membungkus butir
gabah, terdiri atas dua belahan yang disebut lemma dan palea yang
saling bertautan. Pada proses penggilingan gabah, sekam akan terpisah
dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan.
Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, dan
energi. Abu hasil pebakaran antara 16-23% dengan kandungan silika
sebesar 95%.

10
BAB III
METODE PEMBUATAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


 Pelaksanaan pemilihan agregat halus dan agregat kasar dilaksanakan pada
:
Tanggal : 1 Februari 2020 s.d 4 Februari 2020
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Samarinda
 Pelaksanaan pembuatan rancang campuran (Mix Design) dan benda uji
silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dilaksanakan pada :
Tanggal : 5 Februari 2020 s.d 9 Februari 2015
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Samarinda.
 Pelaksanaan perawatan dan pengujian benda uji pada hari ke 3 hari:
Tanggal : 9 Februari 2020 s.d 12 Februari 2020
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Samarinda.

11
3.2 Instrumen Pelaksanaan
Secara garis besar alur proses penelitian dilaksanakan dilaboratorium dan
dapat dilihat pada flowchart berikut ini :

M u la i K a jia n P u s ta k a

S tu d i P e n d a h u lu a n :
- L a ta r b e la k a n g
- P e rm a sa la h a n
- T u ju a n

P e m ilih an d a n
P e n g a d a a n A g re g a t

Pengujian kuat
tekan umur 7 hari
dan 28 hari

Hasil pengujian dan


pembahasan

Gambar 1. Flowchart Penelitian

12
3.3 Tahap Perencanaan Mix Design
Dalam tahapan perencanaan mix design diperoleh komposisi untuk 2
Cilinder sebagai berikut:
Kebutuhan Bahan
Semen 6.73 Kg
Batu 1/2 6.78 Kg
Chipping 7.24 Kg
P. Palu 9.42 Kg
Fly Ash 0.13 Kg
Sekam 0.20 Kg
Air buat sekam
0.50 Kg
dan fly ash
Air 2.42 Kg
Tabel 3. Kebutuhan Bahan
3.4 Tahap Pembuatan
Pelakasanaan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yakni :
a) Pengadaan material, material yang digunakan pada beton mutu tinggi
adalah :
1. Semen Tonasa jenis Portland Composit Cement (PCC).
2. Agregat halus berupa pasir Palu berasal dari sungai yang ada diaerah
Palu.
3. Agregat kasar berupa batu pecah yang berasal dari Palu.
4. Bahan tambah :
 Fly ash berasal dari PT. Sumalindo Lestari Jaya.
 Abu sekam padi berasal dari Penggilingan padi yang ada di desa
Karang Tunggal kecamatan Tenggarong Seberang.
b) Pemeriksaan karakteristik agregat halus dan agregat kasar di
Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda
c) Pembuatan rancangan campuran (Mix Beton), benda uji silinder
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, perawatan benda uji dan pengujian
kuat tekan beton di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Samarinda

13
3.5 Tahap Perawatan
Perawatan beton dilakukan di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Samarinda. Perawatan dilakukan dengan cara melakukan
perendamam pada beton (benda uji) sebelum dilakukan uji kuat tekan selama
7 hari dan 28 hari.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengujian Material

a. Berat Jenis Agregat b. Berat Volume Agregat


1. Agregat Kasar (Batu Chipping): 1. Agregat Kasar (Batu Chipping):
 Berat Jenis Semu = 2.887  Metode Tusuk = 1.541 gr/cm³
 Berat Jenis SSD = 2.845  Metode Goyang = 1.525 gr/cm³
 Berat Jenis Bulk = 2.823  Metode Lepas = 1.459 gr/cm³
 Penyerapan = 0.781%  Rata-rata = 1.508 gr/cm³
 Berat jenis Efektif = 2.855
2. Agregat Kasar (Batu 1/2):
2. Agregat Kasar (Batu 1/2):  Metode Tusuk = 1.574 gr/cm³
 Berat Jenis Semu = 2.885  Metode Goyang = 1.607 gr/cm³
 Berat Jenis SSD = 2.828  Metode Lepas = 1.508 gr/cm³
 Berat Jenis Bulk = 2.798  Rata-rata = 1.563 gr/cm³
 Penyerapan = 1.071%
3. Agregat Halus (Pasir Palu):
 Berat jenis Efektif = 2.841
 Metode Tusuk = 1.738 gr/cm³
 Metode Goyang = 1.770 gr/cm³
3. Agregat Halus (Pasir Palu):
 Metode Lepas = 1.607 gr/cm³
 Berat Jenis Semu = 2.653
 Rata-rata = 1.705 gr/cm³
 Berat Jenis SSD = 2.632
 Berat Jenis Bulk = 2.618
 Penyerapan = 0.503%
 Berat jenis Efektif = 2.636

15
c. Kadar Air Agregat d. Abrasi Agregat
1. Agregat Kasar (Batu Chipping): 1. Agregat Kasar (Batu 1/2):
= 0.301 % Menggunakan Metode B dengan
11 bola:
2. Agregat Kasar (Batu 1/2): Berat Awal = 5000 kg
= 0.725 % Berat Setelah Abrasi = 3805.5 kg
Berat yang Hilang = 1194.5 kg
3. Agregat Halus (Pasir Palu): Keasuan = 23.89 %
= 0.840 %

e. Analisa Saringan
1. Agregat Kasar (Chipping)

Ukuran Berat Tertahan % Tertahan % Lolos


No No. saringan % Tertahan
Saringan (gram) Komulatif Komulatif

1 1 1/2" 37.5 0 0.000 0.000 100.000


2 1" 25 0 0.000 0.000 100.000
3 3/4" 19 0 0.000 0.000 100.000
4 1/2" 12.5 0 0.000 0.000 100.000
5 3/8" 9.5 25 1.667 1.667 98.333
6 4 4.75 1402.5 93.500 95.167 4.833
7 8 2.36 70 4.667 99.833 0.167
8 Pan 0 2.5 0.167 100.000 0.000
Jumlah 1500 100

ANALISA SARINGAN AGREGAT


KASAR CHIPPING
0,100
0,080
0,060
% Lolos

0,040
0,020
0,000
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Ukuran Saringan (mm)

16
2. Agregat Kasar (Batu 1/2)

No. Ukuran Berat Tertahan % Tertahan % Lolos


No % Tertahan
Saringan Saringan (gram) Komulatif Komulatif
100
1 1 1/2" 38 0 0.000 0.000 100.000
2 1" 25 0 0.000 0.000 100.000
3 3/4" 19 0 0.000 0.000 100.000
4 1/2" 12.5 1052.5 52.625 52.625 47.375
5 3/8" 9.5 707 35.350 87.975 12.025
6 4 4.75 238.5 11.925 99.900 0.100
7 8 2.36 0 0.000 99.900 0.100
8 Pan 0 2 0.100 100.000 0.000
Jumlah 2000 100.000

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR


BATU 1/2
0,100
0,080
0,060
% Lolos

0,040
0,020
0,000
0 2 4 6 8 1 0 12 1 4 16 18 20 22 24
Ukuran Saringa (mm)

3. Agregat Halus (Pasir Palu)

Ukuran Berat Tertahan % Tertahan % Lolos


No No. saringan % Tertahan
Saringan gram Komulatif Komulatif
100
1 No.4 4.75 0 0.000 0.000 100.000
2 No.8 2.36 82.5 8.250 8.250 91.750
3 No.16 1.18 78.5 7.850 16.100 83.900
4 No.30 0.6 250.5 25.050 41.150 58.850
6 No.50 0.3 385 38.500 79.650 20.350
7 No.100 0.15 155.5 15.550 95.200 4.800
8 No.200 0.075 34 3.400 98.600 1.400
9 pan 0 14 1.400 100.000 0.000
Jumlah 1000 100.000

ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4


No. Batas Batas Batas Batas Batas Batas Batas Batas
saringan Atas bawah Atas bawah Atas bawah Atas bawah

No.4 100 100 100 100 100 100 100 100


No.8 100 90 100 90 100 90 100 95
No.16 95 60 100 75 100 85 100 95
No.30 70 30 90 55 100 75 100 90
No.7 34 15 59 35 79 60 100 80
No.50 20 5 30 8 40 12 50 15
No.100 10 0 10 0 10 0 15 0
No.200 0 0 0 0 0 0 0 0

17
Pasir Palu yang diuji analisa saringan masuk dalam zona 1.

f. Gradasi Gabungan

% Lolos % Gabungan
Spesifikasi 20 mm
Komulatif P. Palu Kasar 1/1 Kasar 1/2 total
P. Palu Kasar 1/1 Kasar 1/2 40.0% 31.0% 29.00% (%) Batas Atas Batas bawah
12 13 14 15 16 17 18 19 20
100.000 100.000 100.000 0.000 0.000 0.000 100.000 100 100
100.000 100.000 100.000 40.000 31.000 29.000 100.000 100 100
100.000 100.000 100.000 40.000 31.000 29.000 100.000 100 100
100.000 100.000 47.375 40.000 31.000 13.739 84.739 88 82
100.000 98.333 12.025 40.000 30.483 3.487 73.971 75 63
100.000 4.833 0.100 40.000 1.498 0.029 41.527 48 41.5
91.750 0.167 0.100 36.700 0.052 0.029 36.781 41 36
83.900 0.167 0.100 33.560 0.052 0.029 33.641 35 29
58.850 0.167 0.100 23.540 0.052 0.029 23.621 28 21
20.350 0.167 0.100 8.140 0.052 0.029 8.221 12.5 6
4.800 0.167 0.100 1.920 0.052 0.029 2.001 3 0
1.400 0.167 0.100 0.560 0.052 0.029 0.641 0 0
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0 0

18
4.2 Job Mix Agregat Beton K-450

NO Uraian Perhitungan Nilai Satuan


1 Kuat Tekan Karakteristik Ditetapkan 450 kg/cm²
Nilai K Ditetapkan 1.64
2 Deviasi Standar Diketahui/diperkirakan 60 kg/cm²
3 Nilai Tambah (margin) Dihitung 98.4 kg/cm²
Kuat tekan Rata-rata yang 45.5172
4 Dihitung 548.4 kg/cm²
diinginkan
5 Jenis/type Semen Ditetapkan Pcc type 1 Tiga Roda -
6 Jenis Agregat halus Ditetapkan pasir palu alami -
7 Jenis agregat kasar Ditetapkan batu pecah ex palu -
8 Faktor air semen Tebel/grafik 0.43 -
9 Faktor air semen maksimum - - -
10 Slump Ditetapkan/tabel 60-180 mm
11 Besar butir agregat maksimum Ditetapkan 20 mm
12 Jumlah air pengaduk bebas Tabel (suhu 30 °c) 210 kg/m³
13 Jumlah semen Dihitung 488.372 kg/m³
14 Jumlah semen maximum Ditetapkan 488.372 kg/m³
15 Susunan butir agregat halus Grafik analisa ayak Zone II -
16 Jumlah butir agregat halus grafik 40% -
17 Berat jenis agregat ssd gabungan Diketahui/dihitung 2.755 gram
18 Berat volume beton segar Dihitung 2400 kg/m³
19 kadar agregat Dihitung 1701.63 kg/m³
20 Kadar agregat halus 40% 680.65 kg/m³
21 Kadar agregat kasar 1/2 29% 493.47 kg/m³
22 Kadar agregat kasar Chipping 31% 527.50 kg/m³

Agregat Kasar Agregat Kasar


No Jumlah masing-masing bahan Semen Air Agregat halus
1/2 Chipping
1 m3 beton (kg) sebelum
1 488.372 210 680.65 493.47 527.50
dikoreksi
koreksi data 2.294 -1.707 -2.532
2 1 m3 beton (kg) setelah koreksi 488.372 211.946 682.945 491.765 524.973
3 Perbandingan berat 1 0.434 1.398 1.007 1.075
4 Bobot isi material (kg/lt) 1.250 1 1.715 1.615 1.604
5 1 m3 beton (liter) 390.698 211.946 398.219 304.498 327.290
6 Perbandingan volume 1 0.542 1.019 0.779 0.838
7 Perbandingan 1 zak semen 50 kg 40 17.359 55.936 40.278 42.998
Kebutuhan bahan sampel ukuran
8 6.73 2.92 9.42 6.78 7.24
T = 30 cm dan D = 15 cm (kg)

Kebutuhan Bahan
Semen 6.73 Kg
Batu 1/2 6.78 Kg
Chipping 7.24 Kg
P. Palu 9.42 Kg
Fly Ash 0.13 Kg
Sekam 0.20 Kg
Air buat sekam
0.50 Kg
dan fly ash
Air 2.42 Kg

4.3 Hasil Uji Beton


Berat Beton = 12.2 kg
Bacaan Dial = 330 kn
Slump = 8.5 cm
Kuat Tekan = 27.19 Mpa(Estimasi 28 Hari dari pengujian beton usia 7 hari)

19
4.4 Pembahasan Serta Pemanfaatan dari Inovasi Beton yang telah dibuat
Pada pembuatan sampel beton mutu tinggi dengan rencana awal
Mix Design Beton K-450 atau 37 Mpa, dengan memanfaatkan Sekam Padi
dan Fly Ash sebagai bahan pengganti beberapa % kebutuhan semen dalam
Mix Design, dimana persentasenya adalah 3% Sekam padi dan 2% Fly
Ash. Dari Hasil Uji kuat tekan diperoleh mutu beton sebesar 27.19 Mpa.
Dengan Memanfaatkan Sekam Padi dan Fly Ash akan mengurangi
limbah terbuang percuma dan menurunkan biaya pembuatan beton.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian kuat tekan beton mutu tinggi diperoleh nilai
kuat tekan 27.19 Mpa, yang sebelumnya direncanakan sebesar 37 Mpa
dengan menggunakan bahan pengganti semen berupa Abu Sekam Padi
dan Fly Ash.
Selisih antara mutu beton rencana dan yang diperoleh adalah 9.81
Mpa, hal ini kemungkinan disebabkan oleh besarnya penyerapan air Abu
Sekam Padi dan Fly Ash, sehingga air yang seharusnya membantu proses
hidrasi semen tersrap kedalam Abu Sekam Padi dan Fly Ash.

5.2 Saran
Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh beberapa saran agar
kedepannya dapat lebih dikembangkan lagi, berikut saran yang dapat
diberikan:
1. Sebaiknya dilakukan lebih banyak Trial dalam persentase
penggunaan Abu Sekam Padi dan Fly Ash agar diketahui nilai %
optimum yang dapat digunakan sebagai bahan ganti semen dalam
Mix Design beton yang akan dibuat.
2. Melakukan pengujian nilai penyerapan air Abu Sekam Padi dan
Fly Ash agar dapat diketahui kebutuhan air yang tepat untuk
pembuatan beton yang akan di buat.

20
Daftar Pustaka

Tjokorodimuljo Kardiyono,. Teknologi Beton. Penerbit Nafiri Yogyakarta,


2004
Neville, Adam M. 1995. Properties of Concrete. Harlow,Essex : Longman.

Pramono, Didiek; Suryadi HS. 1998. Bahan Konstruksi Teknik, Penerbit


Universitas Gunadarma, Jakarta.

Rahmadiyanto, Candra ; Samekto, Wuryati. 2001. Teknologi Beton,


Kanisius, Jakarta.

Andriyanta, Ridwan dkk. 2011. Laporan Mix Design dan Pengujian


Beton https://www.academia.edu/3342349/laporan_beton Yogyakarta.

Astanto, Triono Budi. 2001. Konstruksi beton bertulang Yogyakarta Kasinius.

Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Arif: Yogyakarta.

SNI 03-1968-1990, 1990. Metode Pengujian Tentang Analisis SaringanAgregat


Halus Dan Agregat Kasar, Departemen Pekerjaan Umum.
SNI 03-1970-1990, 1990. Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Air
Agregat Kasar, Departemen Pekerjaan Umum.
SNI 03-1971-1990, 1990. Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Air
Agregat Halus. Departemen Pekerjaan Umum.
SNI 03-1972-2008, 2008. Metode Pengujian Slump Beton, Departemen Pekerjaan
Umum.
SNI 03-1974-1990, 1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, Departemen
Pekerjaan Umum.
SNI 03-2493-1991, 1991. Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Los
Angeles, Departemen Pekerjaan Umum.
SNI 03-4810-1998, 1998. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium, Departemen Pekerjaan Umum.
SNI 03-2834-2000 Tata Cara Pembuatan Campuran Beton Normal. Bandung:
BSN.

Anda mungkin juga menyukai