Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH BATA BETON

(PAVING BLOCK)

Mata Kuliah : Ilmu Bahan Bangunan


Dosen Pengampu : Ibu Rima Sri A., ST., MT.

Anggota Kelompok 10 :

Bagas Fawturosi (K1522018)


Narendra Hidayah (K1522060)

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang berjudul “Bata Beton”.

Makalah ini berisikan tentang berbagai informasi terkait Bata Beton atau yang
lebih khususnya membahas Membahas mengenai “Pengertian, Bentuk dan
Dimensi, Penggunaan, Syarat Mutu, Klasifikasi, Keuntungan, Kelemahan,
Perawatan, Metode Pembuatan, Proses Pembuatan, Bahan Penyusun, serta
Pengujian Bata Beton”. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang Bata Beton. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Surakarta, 8 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I .................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................. 3

2.1 Pengertian Bata Beton............................................................................ 3

2.2 Bentuk dan Dimensi Bata Beton ............................................................ 4

2.3 Penggunaan Bata Beton dalam Konstruksi ............................................. 5

2.4 Syarat Mutu Bata Beton ......................................................................... 6

2.5 Klasifikasi Bata Beton ........................................................................... 8

2.6 Kelebihan Bata Beton .......................................................................... 11

2.7 Kekurangan Bata Beton ....................................................................... 13

2.8 Perawatan Bata beton........................................................................... 13

2.9 Metode Pembuatan Bata Beton ............................................................ 15

2.10 Proses Pembuatan Bata beton............................................................... 17

2.11 Bahan Penyusun Bata Beton ................................................................ 18

2.12 Pengujian Bata Beton........................................................................... 24

BAB III.............................................................................................................. 33

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 34

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bata beton adalah salah satu bahan bangunan yang banyak digunakan dalam
pembangunan konstruksi saat ini. Bata beton merupakan bahan bangunan yang
terbuat dari campuran semen, air, dan agregat (pasir, kerikil, atau pecahan batu)
yang dicetak dan diaduk menjadi bentuk bata. Bata beton digunakan sebagai bahan
konstruksi untuk dinding, kolom, balok, lantai, dan atap. Bata beton memiliki
beberapa keunggulan, di antaranya adalah tahan terhadap api, kekuatan yang tinggi,
serta mudah dalam penggunaannya.

Dalam perkembangannya, bata beton telah mengalami berbagai perbaikan


untuk meningkatkan kualitasnya. Beberapa perbaikan yang dilakukan antara lain
adalah penambahan bahan tambahan, seperti serat kaca atau serat baja, untuk
meningkatkan kekuatan dan ketahanan bata beton terhadap gempa atau getaran.
Selain itu, bata beton juga telah dikembangkan menjadi berbagai ukuran dan bentuk
yang sesuai dengan kebutuhan konstruksi.

Makalah tentang bata beton ini akan membahas tentang penggunaan bata beton
dalam konstruksi, klasifikasi bata beton, proses pembuatan bata beton, serta aplikasi
bata beton pada bangunan. Selain itu, makalah juga akan membahas tentang
keuntungan dan kelemahan bata beton serta cara merawatnya agar tetap awet dan
tahan lama.

Dengan adanya makalah tentang bata beton, diharapkan dapat memberikan


pengetahuan dan informasi yang berguna bagi pembaca yang ingin mengetahui
lebih dalam tentang bata beton sebagai salah satu bahan bangunan yang umum
digunakan saat ini.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bata beton?


2. Bagaimana bentuk dan dimensi dari bata beton?
3. Apa saja kegunaan bata beton dalam Kontruksi?
4. Apa syarat mutu untuk bata beton?
5. Bagaimana pembagian atau klasifikasi bata beton?
6. Mengapa bata beton sangat direkomendasikan?
7. Apa saja kekurangan bata beton?
8. Bagaimana cara perawatan bata beton agar tahan lama?
9. Metode apa saja yang digunakan untuk membuat bata beton?
10. Bagaimana proses-proses pembuatan bata beton?
11. Apa saja yang termasuk dalam bahan penyusun bata beton?
12. Bagaimana cara untuk pengujian bata beton?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan mempelajari apa yang dimaksud dengan bata beton.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari bentuk dan dimensi dari bata beton.
3. Untuk mengetahui dan mempelajari kegunaan bata beton dalam konstruksi.
4. Untuk mengetahui dan mempelajari apa saja syarat mutu untuk bata beton.
5. Untuk mengetahui dan mempelajari pembagian atau klasifikasi bata beton.
6. Untuk mengetahui dan mempelajari apa saja kelebihan dari bata beton.
7. Untuk mengetahui dan mempelajari apa saja kekurangan dari bata beton.
8. Untuk mengetahui dan mempelajari cara perawatan bata beton.
9. Untuk mengetahui dan mempelajari metode dalam pembuatan bata beton.
10. Untuk mengetahui dan mempelajari proses pembuatan bata beton.
11. Untuk mengetahui dan mempelajari apa saja yang termasuk dalam bahan
penyusun bata beton.
12. Untuk mengetahui dan mempelajari pengujian bata beton.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bata Beton

Bata beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen, air, dan
agregat (pasir, kerikil, atau pecahan batu) yang dicetak dan diaduk menjadi bentuk
bata. Bata beton digunakan sebagai bahan konstruksi untuk dinding, kolom, balok,
lantai, dan atap.

Menurut beberapa ahli, berikut ini adalah pengertian bata beton secara detail :
1) Menurut Ikramuddin dan Masyhuri, bata beton adalah bahan bangunan buatan
manusia yang terdiri dari campuran semen, air, dan agregat kasar seperti
kerikil atau pecahan batu, serta agregat halus seperti pasir. Bahan-bahan ini
dicampur dan dicetak dalam bentuk bata dengan dimensi dan bentuk yang
berbeda-beda untuk digunakan dalam konstruksi bangunan.
2) Menurut Nurdiansyah dan Syafri, bata beton adalah material bangunan yang
dibuat dari campuran semen, pasir, dan kerikil atau pecahan batu yang dicetak
menjadi bentuk bata. Bata beton biasanya memiliki dimensi standar yang
mudah diaplikasikan pada konstruksi bangunan.
3) Menurut Sutanto dan Agustina, bata beton adalah bahan bangunan yang
terbuat dari campuran semen, air, dan agregat kasar serta halus yang dicetak
dan diaduk menjadi bentuk bata. Bata beton memiliki sifat yang kuat, tahan
terhadap cuaca, tahan terhadap api, dan memiliki ketahanan terhadap tekanan
yang tinggi.

Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang "Bata Beton", bata beton memiliki


pengertian sebagai berikut. Bata beton adalah produk bangunan berbentuk segi
empat dengan permukaan halus dan rata, terbuat dari campuran bahan-bahan yang
direkatkan dengan semen sebagai pengikat utama dan ditambahkan bahan-bahan

3
lain seperti agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi, dan aditif, serta memiliki
berat jenis kering maksimal 1.800 kg/m3.

Dari pernyataan beberapa para ahli dan dari SNI di atas, kita dapat menyimpulkan
bahwa bata beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen, air,
agregat kasar, maupun agregat halus, bahan pengisi, serta bahan aditif sesuai
takaran yang telah ditentukan yang dicetak dan diaduk menjadi bentuk bata. Bata
beton biasanya digunakan sebagai bahan konstruksi untuk dinding, kolom, jalan,
balok, dan atap karena memiliki sifat yang kuat dan tahan terhadap api, cuaca,
kelembaban, dan tekanan yang tinggi.

2.2 Bentuk dan Dimensi Bata Beton

Berdasarkan SNI 15-2094-2000, bata beton di Indonesia memiliki bentuk dan


dimensi standar sebagai berikut:

1) Bentuk bata beton


Bata beton di Indonesia tersedia dalam bentuk kotak dengan empat sisi datar
dan tepi-tepi yang tajam. Ada dua jenis bata beton yang diakui oleh SNI, yaitu:
• Bata beton biasa: Bata beton dengan permukaan kasar dan warna abu-abu.
• Bata beton halus: Bata beton dengan permukaan halus dan warna abu-abu.

2) Dimensi bata beton


Berdasarkan SNI, dimensi bata beton yang diakui adalah sebagai berikut:
• Panjang bata beton: 390 mm atau sekitar 15,4 inci
• Lebar bata beton: 190 mm atau sekitar 7,5 inci
• Tinggi bata beton: 90 mm atau sekitar 3,5 inci

Namun, toleransi dimensi bata beton juga diatur dalam SNI, yaitu:
• Toleransi panjang bata beton: ± 3 mm
• Toleransi lebar bata beton: ± 2 mm
• Toleransi tinggi bata beton: ± 1 mm

4
Toleransi ini memungkinkan adanya perbedaan kecil dalam dimensi bata
beton yang diproduksi, sehingga masih memenuhi standar kualitas dan dapat
dipasang secara rapi dalam struktur bangunan.

3) Selain itu, SNI juga mengatur ketebalan dinding yang dapat dibuat dari bata
beton, yaitu:
• Ketebalan dinding minimal: 150 mm atau sekitar 6 inci
• Ketebalan dinding maksimal: 250 mm atau sekitar 10 inci
Ketebalan dinding yang dianjurkan untuk setiap aplikasi harus ditentukan
berdasarkan persyaratan teknis proyek dan konsultasi dengan ahli konstruksi.

2.3 Penggunaan Bata Beton dalam Konstruksi

Bata beton adalah salah satu bahan bangunan yang banyak digunakan dalam
konstruksi karena memiliki kekuatan dan ketahanan yang baik, serta relatif lebih
murah dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya. Penggunaan bata beton
dalam konstruksi sangat luas dan dapat digunakan untuk berbagai jenis bangunan,
seperti rumah, gedung, jembatan, dan sebagainya. Berikut adalah beberapa
penggunaan bata beton dalam konstruksi:

1) Dinding: Bata beton sering digunakan sebagai bahan utama untuk pembuatan
dinding karena kekuatannya yang baik. Dinding bata beton sangat tahan
terhadap guncangan dan goncangan, sehingga sangat cocok untuk bangunan
yang memerlukan keamanan dan ketahanan yang tinggi.
2) Lantai: Bata beton juga dapat digunakan untuk pembuatan lantai karena
kekuatannya yang baik dan tahan lama. Bata beton umumnya digunakan untuk
lantai yang memerlukan ketahanan dan keamanan yang tinggi, seperti lantai
gudang atau pabrik.
3) Pondasi: Bata beton dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan pondasi.
Pondasi yang dibuat dari bata beton sangat kuat dan tahan lama, sehingga

5
sangat cocok untuk bangunan yang berat atau bangunan yang akan dibangun
di atas tanah yang lembek.
4) Jembatan: Bata beton juga dapat digunakan untuk pembuatan jembatan. Bata
beton yang digunakan untuk pembuatan jembatan harus memenuhi
persyaratan ketahanan dan keamanan yang sangat tinggi, sehingga biasanya
digunakan bata beton khusus yang dirancang khusus untuk konstruksi
jembatan.
5) Kolom dan balok: Bata beton dapat digunakan sebagai bahan untuk
pembuatan kolom dan balok. Kolom dan balok yang dibuat dari bata beton
sangat kuat dan tahan lama, sehingga sangat cocok untuk bangunan yang
memerlukan kekuatan yang tinggi.

Penggunaan bata beton dalam konstruksi sangat bervariasi tergantung dari


kebutuhan dan kondisi bangunan yang akan dibangun. Namun, sebelum
menggunakan bata beton dalam konstruksi, perlu memastikan bahwa bata beton
yang digunakan memenuhi standar mutu yang ditentukan dan sesuai dengan
spesifikasi teknis yang dibutuhkan.

2.4 Syarat Mutu Bata Beton

Standar mutu yang harus dipenuhi bata beton menurut adalah sebagai berikut
ini:

1) Bata beton harus mempunyai permukaan yang rata, tidak terdapat retak-retak
dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan
kekuatan jari tangan.
2) Bata beton harus mempunyai sifat-sifat fisis mutu menurut SNI 04-2008-F
seperti berikut ini:

6
Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji
hancur, dibagi dengan luas bidang tekan nyata dari benda uji termasuk luas
lubang serta cekungan tepi

3) Syarat ukuran dan toleransi menurut SK SNI S-04-2008-F sebagai berikut :

Syarat mutu bata beton di Indonesia diatur oleh Standar Nasional Indonesia
(SNI) 15-2094-2000 tentang "Bata Beton". Berikut adalah syarat mutu bata beton
berdasarkan SNI tersebut:
1) Kekuatan Tekan: Kekuatan tekan minimum bata beton harus mencapai 10
MPa (megapascal). Kekuatan tekan diuji pada umur 28 hari setelah
pembuatan bata beton.
2) Penyerapan Air: Penyerapan air maksimum bata beton adalah 20% dari berat
kering bata beton. Penyerapan air diuji pada umur 28 hari setelah pembuatan
bata beton.

7
3) Kebutuhan Air: Kebutuhan air bata beton harus sesuai dengan standar. Rasio
air-campuran bahan harus dijaga dalam kisaran 0,4 - 0,45.
4) Ukuran: Ukuran bata beton harus sesuai dengan standar dan presisi. Ukuran
bata beton adalah 390 x 190 x 190 mm atau 390 x 90 x 190 mm.
5) Bobot: Bobot bata beton harus dalam kisaran 2,5 kg hingga 3,5 kg per bata.
6) Ketahanan terhadap Pembebanan Lateral: Bata beton harus mampu menahan
beban lateral hingga 0,15 MPa.
7) Ketahanan terhadap Api: Bata beton harus memiliki ketahanan terhadap api
dengan rating kelas A atau B1. Rating ini menunjukkan kemampuan bata
beton untuk tidak mudah terbakar atau tidak mudah memperparah
kebakaran.
8) Kekuatan Geser: Kekuatan geser minimum bata beton adalah 0,5 MPa.
9) Ketahanan Terhadap Efek Siklik: Bata beton harus dapat menahan pengaruh
beban siklik yang diuji dengan metode uji siklik beban terhadap bata beton
yang diikuti dengan pengukuran modulus elastisitas.
10) Ketahanan Terhadap Suhu Rendah: Bata beton harus mampu bertahan pada
suhu rendah dan tidak retak atau pecah.
11) Durabilitas: Bata beton harus tahan lama dan tidak mudah rapuh atau rusak
akibat pengaruh cuaca atau lingkungan.

Syarat mutu bata beton berdasarkan SNI ini penting untuk dipenuhi agar bata
beton yang diproduksi dapat digunakan dengan aman dan memberikan kualitas
bangunan yang baik.

2.5 Klasifikasi Bata Beton

SNI (Standar Nasional Indonesia) 15-2094-2000 mengatur spesifikasi teknis


untuk bata beton. Klasifikasi bata beton menurut SNI dibagi menjadi beberapa kelas
berdasarkan kuat tekan, dimensi, bentuk, dan kegunaan. Berikut adalah penjelasan
detail mengenai klasifikasi bata beton menurut SNI:

8
1) Klasifikasi berdasarkan kekuatan
SNI (Standar Nasional Indonesia) 15-2094-2000 memberikan klasifikasi
bata beton berdasarkan kuat tekan minimum yang dihasilkan oleh bata beton
tersebut. Kuat tekan minimum yang ditentukan berdasarkan uji kuat tekan bata
beton yang dilakukan di laboratorium dan diukur dalam satuan megapascal.
Berikut klasifikasi bata beton menurut SNI berdasarkan kekuatan tekan:
a) Mutu Kelas A dengan kekuatan tekan minimal 5,0 Mpa – 7,5 Mpa: cocok
untuk dinding rumah atau bangunan non-struktural.
b) Mutu Kelas B dengan kekuatan tekan minimal 7,5 Mpa - 10 MPa: cocok
untuk dinding dan struktur bangunan ringan.
c) Mutu Kelas C dengan kekuatan tekan minimal 10,0 Mpa - 15 MPa: cocok
untuk dinding dan struktur bangunan sedang hingga berat.
d) Mutu Kelas D dengan kekuatan tekan minimal 15,0 Mpa - 20 MPa: cocok
untuk struktur bangunan bertingkat tinggi dan dinding penahan tanah.
e) Mutu Kelas Khusu dengan kekuatan tekan minimal 20 MPa atau lebih:
cocok untuk struktur bangunan khusus seperti jembatan, bendungan, dan
lain sebagainya.

2) Kelas Dimensi
Kelas dimensi bata beton ditentukan berdasarkan ukuran bata beton. Bata
beton dikelompokkan ke dalam tiga kelas dimensi, yaitu:
a) Kelas I: dimensi panjang 290 mm, lebar 90 mm, dan tinggi 140 mm
b) Kelas II: dimensi panjang 190 mm, lebar 90 mm, dan tinggi 140 mm
c) Kelas III: dimensi panjang 190 mm, lebar 140 mm, dan tinggi 90 mm

3) Kelas Keausan
Kelas keausan bata beton ditentukan berdasarkan kemampuan bata beton
untuk menahan abrasi dan korosi. Bata beton dikelompokkan ke dalam tiga
kelas keausan, yaitu:
a) Kelas K-125: untuk kondisi yang tidak terkena abrasi dan korosi
b) Kelas K-175: untuk kondisi yang terkena abrasi ringan atau korosi ringan
c) Kelas K-225: untuk kondisi yang terkena abrasi berat atau korosi berat
9
4) Kelas Bentuknya
Berdasarkan bentuk penampangnya atau keberadaan lubang atau rongga di
dalamnya, bata beton dibedakan menjadi dua jenis :

a) Bata Beton Berlubang

Bata beton berlubang adalah bata beton yang dibuat dari bahan perekat
hidrolis atau sejenisnya ditambah dengan agregat dan air dengan atau tanpa
bahan pembantu lainnya dan mempunyai luas penampang lubang lebih dari
25% luas penampang batanya dan volume lubang lebih dari 25% volume
batanya.
• Kelebihan : Beratnya ringan dibandingkan bata beton pejal sehingga
mudah dalam proses instalasi dan transportasi. Bata beton berlubang
juga efektif dalam mengisolasi suara dan panas karena terdapat rongga
di dalamnya.
• Kekurangan : Kekuatannya lebih rendah daripada bata beton pejal. Bata
beton berlubang membutuhkan banyak mortar saat proses instalasi dan
dapat menampung banyak air jika tidak diisolasi dengan baik.

b) Bata Beton Pejal (Padat)

10
Bata beton pejal adalah bata beton yang mempunyai luas penampang pejal
65% atau lebih dari luas penampang seluruhnya dan mempunyai volume pejal
lebih dari 65 % volume seluruhnya.
• Kelebihan : Kekuatannya lebih tingga daripada bata beton berlubang dan
dapat menahan beban yang lebih berat
• Kekurangan : Beratnya lebih berat dibandingkan bata beton berlubang
sehingga dalam proses instalasi sedikit memerlukan usaha dan biaya
transportasi yang lebih mahal. Bata beton pejal kurang efektif terhadap
panas dan suara.

5) Kelas Penggunaan
Bata beton juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kegunaannya, yaitu:
a) Bata beton dinding: Bata beton yang digunakan untuk membuat dinding
pada bangunan. Bata beton dinding biasanya memiliki dimensi 10 cm x
20 cm x 40 cm atau 7,5 cm x 15 cm x 30 cm.
b) Bata beton ringan: Bata beton yang memiliki bobot ringan karena
menggunakan bahan tambahan seperti bahan pengembang dan pengisi
udara. Bata beton ringan biasanya digunakan untuk membuat dinding,
partisi, atau plafon.
c) Bata beton paving: Bata beton yang digunakan untuk membuat jalan atau
trotoar. Bata beton paving biasanya memiliki dimensi 10 cm x 20 cm x 6
cm.
d) Bata beton talang: Bata beton yang digunakan untuk membuat saluran air
atau talang pada atap bangunan. Bata beton talang biasanya memiliki
dimensi 10 cm x 20 cm x 20 cm.

2.6 Kelebihan Bata Beton

Berikut ini adalah beberapa kelebihan bata beton dari bahan material bangunan
lainnya menurut SNI:

11
1) Tahan lama: Bata beton memiliki kekuatan dan ketahanan yang tinggi
terhadap cuaca, air, api, dan serangan hama, sehingga umur pemakaian bata
beton relatif lebih lama dibandingkan dengan bata-bata konvensional.
2) Stabilitas dimensi: Bata beton memiliki dimensi yang stabil dan tidak mudah
berubah-ubah, sehingga penggunaannya dapat memberikan ketepatan dalam
pembangunan dan hasil yang rapi.
3) Kekuatan Tinggi: Bata beton memiliki kekuatan tekan yang tinggi dan
kemampuan untuk menahan beban yang besar, sehingga dapat digunakan
untuk membangun struktur bangunan yang kokoh dan stabil.
4) Kemudahan dalam pemasangan: Bata beton mudah dipasang dan dirangkai,
sehingga dapat mempercepat waktu pembangunan dan menghemat biaya
tenaga kerja.
5) Lingkungan yang sehat: Bata beton tidak terbuat dari bahan-bahan organik,
sehingga tidak mudah terkena serangan hama dan tidak memicu
pertumbuhan jamur atau bakteri pada permukaannya.
6) Harga yang terjangkau: Bata beton memiliki harga yang lebih terjangkau
dibandingkan dengan bata-bata konvensional, sehingga dapat menghemat
biaya pembangunan.
7) Efisiensi energi: Bata beton memiliki kemampuan isolasi termal dan akustik
yang baik, sehingga dapat menghemat energi dalam penggunaan pendingin
dan pemanas pada bangunan yang menggunakan bata beton.

Dengan kelebihan-kelebihan di atas, bata beton dapat menjadi pilihan yang tepat
dalam pembangunan bangunan, karena selain memberikan kekuatan dan ketahanan
yang tinggi, juga dapat memberikan efisiensi dalam segi waktu, biaya, dan energi.

12
2.7 Kekurangan Bata Beton

Berikut ini adalah beberapa kelemahan bata beton yang perlu diperhatikan :
1) Bobot yang berat: Bata beton memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan
dengan bata-bata konvensional, sehingga penggunaannya membutuhkan
perencanaan yang lebih teliti dalam hal konstruksi dan pondasi.
2) Sifat porositas: Bata beton memiliki sifat porositas yang membuatnya rentan
terhadap perembesan air dan kelembaban, sehingga perlu dilakukan
perawatan dan perlindungan agar tidak terjadi kerusakan atau timbulnya
jamur pada permukaannya.
3) Ketersediaan: Bata beton tidak selalu tersedia di setiap daerah, sehingga
sulit untuk mendapatkannya terutama di daerah pedesaan atau terpencil.
4) Penggunaan bahan tambahan: Untuk memperkuat kekuatan bata beton,
biasanya ditambahkan bahan tambahan seperti baja ringan, pasir, atau kayu,
yang memerlukan biaya tambahan dan memperpanjang waktu
pembangunan.
5) Sifat kebersihan: Bata beton mudah menempel kotoran dan debu, sehingga
membutuhkan perawatan dan pembersihan yang lebih intensif.

Meskipun memiliki kelemahan-kelemahan di atas, kelebihan-kelebihan bata


beton masih jauh lebih banyak dan mengungguli kelemahan-kelemahan tersebut.
Oleh karena itu, bata beton masih menjadi pilihan yang umum digunakan dalam
pembangunan bangunan modern.

2.8 Perawatan Bata beton

Perawatan bata beton merupakan hal yang penting untuk menjaga kualitas dan
kekuatan dari bata beton itu sendiri. Berikut adalah beberapa cara perawatan bata
beton menurut SNI:

13
1) Penyimpanan: Bata beton yang baru diproduksi harus disimpan di tempat
yang kering dan terlindungi dari sinar matahari langsung agar tidak terjadi
penyusutan yang tidak merata pada bata beton.
2) Pengangkutan: Bata beton harus ditransportasikan dengan hati-hati agar
tidak pecah atau retak. Selain itu, bata beton harus diangkut dengan
kendaraan yang memiliki peredam kejut yang baik.
3) Pemasangan: Bata beton harus dipasang dengan benar dan diikat dengan
bahan ikat yang kuat seperti mortar atau plester. Pada saat pemasangan, perlu
memperhatikan penggunaan alat dan teknik yang tepat agar tidak merusak
atau menggores permukaan bata beton.
4) Perawatan selama proses pengeringan: Bata beton yang baru dipasang perlu
dirawat dengan cara membungkusnya dengan kain basah atau mengaliri air
secara teratur selama beberapa hari untuk mencegah kekeringan yang terlalu
cepat dan menyebabkan retak pada bata beton.
5) Perawatan rutin: Setelah proses pemasangan selesai, bata beton perlu dirawat
dengan membersihkannya dari kotoran dan debu secara rutin. Selain itu,
perlu menjaga kelembaban pada bata beton agar tidak cepat kering dan retak.
6) Perawatan pada musim hujan: Pada musim hujan, perlu memperhatikan
drainase agar air tidak menggenang dan merusak bata beton. Selain itu, perlu
memperhatikan kelembaban pada bata beton agar tidak terlalu basah dan
memicu tumbuhnya jamur atau lumut.
7) Perawatan pada musim kemarau: Pada musim kemarau, perlu menjaga
kelembaban pada bata beton dengan cara mengalirkan air atau
menyemprotkan air pada bata beton secara teratur.

Dengan melakukan perawatan yang baik dan sesuai dengan standar yang
ditentukan, bata beton dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama dan menjaga
kualitas serta kekuatannya.

14
2.9 Metode Pembuatan Bata Beton

Cara pembuatan bata beton yang biasanya dapat diklasifikasikan menjadi dua
metode, yaitu sebagai berikut ini :

1) Metode Konvensional
Pembuatan paving block dengan menggunakan alat tradisional dengan beban
pemadatan yang berpengaruh terhadap tenaga orang yang mengerjakannya.
Metode ini banyak digunakan sebagai industri rumahan oleh masyarakat karena
alatnya yang sederhana serta proses pembuatannya yang mudah sehingga dapat
dikerjakan oleh siapapun. Semakin kuat tenaga orang tersebut maka semakin
padat dan kuat bata beton yang akan dihasilkan.

Metode ini akan mengakibatkan pekerja cepat kelelahan karena proses


pemadatan dilakukan dengan menghantamkan alat pemadat pada adukan yang
berada dalam cetakan. Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan
oleh masyarakat kita dan lebih dikenal dengan metode gablokan. Pembuatan
bata beton cara konvensional dilakukan dengan menggunakan alat gablokan
dengan beban pemadatan yang berpengaruh terhadap tenaga orang yang
mengerjakan. ( www.dikti.depdiknas.go.id ).
Prinsip kerja metode konvensional

2) Metode Mekanis
Metode mekanis ini masyarakat biasa menyebutnya dengan metode press.
Metode ini masih jarang digunakan karena pembuatan bata beton membutuhkan
alat mesin (compression aparatus) dengan harga yang relatif tinggi, sehingga
metode mekanis ini biasanya digunakan oleh pabrik dengan skala industri

15
sedang atau besar. Pembuatan bata beton cara mekanis dilakukan dengan
menggunakan mesin (compression aparatus), antara lain:

Prinsip kerja metode mekanis

Dari kedua metode diatas, terdapat kelebihan dan kekurangan dari tiap metode
yang dapat dilihat pada dibawah ini.

Metode Keuntungan Kerugian

1. Dapat dilakukan oleh 1. Kuat tekan umumnya


pemodal kecil rendah

Konvensional 2. Alat cetak relatif murah 2. Dalam sekali cetak saja

3. Dapat dilakukan siapa saja 3. Tidak dapat diproduksi


dan di mana saja masal

1. Kuat tekan relatif stabil 1. Hanya dapat dilakukan


sesuai mix design pemodal besar

2. Dalam sekali cetak, lebih 2. Alat cetak relatif mahal


Mekanis
dari satu paving tergantung
jumlah alat cetak 3. Tidak dapat dilakukan di
sembarang tempat
3. Dapat diproduksi masal

16
2.10 Proses Pembuatan Bata beton

Proses pembuatan bata beton melalui beberapa tahapan yang berutan, yaitu:

1) Persiapan bahan: Semua bahan yang akan digunakan harus dipersiapkan


terlebih dahulu. Pasir dan batu-batuan harus diayak untuk memisahkan
kotoran dan partikel yang terlalu kecil. Semen harus disimpan di tempat yang
kering dan tidak terkena air. Air harus bersih dan bebas dari kotoran dan
bahan kimia.
2) Pencampuran: Semua bahan yang telah dipersiapkan kemudian dicampurkan
dalam jumlah yang tepat. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan
mesin pencampur atau dengan cara manual. Campuran harus homogen dan
tidak ada bagian yang kering atau basah.
3) Pengecoran: Setelah adonan bata beton selesai dicampur, maka selanjutnya
adonan dituangkan ke dalam cetakan yang telah dipersiapkan. Cetakan bata
beton dapat berupa cetakan manual atau mesin otomatis. Setelah adonan
dituangkan ke dalam cetakan, maka cetakan harus dipadatkan dengan alat
pemadat untuk memastikan adonan bata beton terisi dengan baik.
4) Pengeringan: Setelah cetakan dipadatkan, bata beton harus dibiarkan
mengering dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari tergantung pada
suhu dan kelembaban udara. Pada tahap ini, bata beton masih dalam keadaan
basah dan mudah rapuh. Oleh karena itu, bata beton harus dikeringkan secara
perlahan agar tidak pecah atau retak.
5) Pemotongan: Setelah bata beton kering, bata beton dapat dipotong
menggunakan mesin pemotong bata. Pemotongan dilakukan untuk
memisahkan bata beton satu sama lain sehingga dapat digunakan untuk
konstruksi.
6) Pengepakan: Setelah bata beton dipotong, bata beton kemudian dikemas dan
disimpan di gudang untuk penggunaan selanjutnya.
7) Proses pembuatan bata beton harus dilakukan dengan teliti dan sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan untuk memastikan bata

17
2.11 Bahan Penyusun Bata Beton

Mutu dan kualitas bata beton yang baik ditentukan melalui bahan dasar maupun
bahan tambahan yang baik, proses pembuatan yang benar dan peralatan yang baik.
Pada umumnya bahan-bahan dasar bata beton adalah semen, pasir, kerikil, air, serta
beberapa bahan tambahan dalam campuran yang dibuat dalam proprosi yang sudah
ditentukan agar bata beton memiliki mutu dan kualitas yang leih baik. Bahan-bahan
yang digunakan dalam pembuatan bata beton adalah sebagai berikut :

1) Semen Portland
Semen merupakan bahan penyusun utama paving block. Arti kata semen
adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif maupun kohesif, yaitu bahan
pengikat. Menurut Standar Industri Indonesia, SNI 0013-1981, definisi semen
portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis
bersama bahan-bahan yang biasa digunakan, yaitu gypsum (Nugraha dan
Antoni, 2007).

Beton mulai ditinggalkan orang seiring dengan mundurnya kerajaan


Romawi. Baru sekitar tahun 1790, J. Smeaton dari Inggris menemukan bahwa
kapur yang mengandung lempung dan dibakar akan mengeras di dalam air.
Bahan ini mirip dengan semen yang dibuat oleh bangsa Romawi. Penyelidikan
lebih lanjut yang mengarah pada kepentingan komersial dilakukan oleh J.
Parker pada masa yang sama. Bahan tersebut mulai digunakan sekitar awal abad
ke-19 di Inggris dan kemudian di Prancis. Karya konstruksi sipil pertama
dikerjakan pada tahun 1816 di Souillac, Prancis berupa jembatan yang dibuat
dengan beton tak bertulang. Nama semen portland (Portland Cement) diusulkan
oleh Joseph Aspdin pada 1824 karena campuran air, pasir, dan batu-batuan yang
bersifat pozzolan dan berbentuk bubuk ini pertama kali diolah di Pula Portland,
dekat pantai Dorset, Inggris. Semen Portland pertama kali diproduksi di pabrik
oleh David Saylor di Coplay Pennyslvania, Amerika Serikat pada tahun 1875.

18
Sejat saat itu, semen portland berkembang dan terus dibuat sesuai dengan
kebutuhan (Mulyono, 2004).

Fungsi semen ialah untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu
massa yang kompak atau padat. Selain itu juga untuk mengisi rongga-rongga
di antara butiran agregat (Tjokrodimuljo, 1992). Semen portland dibuat dari
serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium dan
alumunium silikat. Penambahan air pada mineral ini menghasilkan suatu pasta
yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti batu. Bahan utama
pembentuk semen portland adalah kapur (CaO), silika (SiO3), alumina
(Al2O3), sedikit magnesia (MgO), dan terkadang sedikit alkali. Untuk
mengontrol komposisinya, terkadang ditambah kanoksida besi, sedangkan
gipsum (CaSO4.2H2O) ditambahkan untuk mengatur waktu ikat semen
(Mulyono, 2004).

Komposisi Umum Oksida Semen Portland

Menurut Mulyono (2004), secara garis besar ada 4 (empat) senyawa kimia
utama yang menyusun semen portland, yaitu sebagai berikut.

a. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C3S.


Senyawa C3S jika terkena air akan cepat bereaksi dan menghasilkan panas.
Panas tersebut akan mempengaruhi kecepatan mengeras sebelum hari ke-14.

b. Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C2S.

19
Senyawa C2S lebih lambat bereaksi dengan air dan hanya berpengaruh
terhadap semen setelah umur 7 hari. Senyawa C2S memberikan ketahanan
terhadap serangan kimia (chemical attack) dan mempengaruhi susut terhadap
pengaruh panas akibat lingkungan.

c. Trikalsium Aluminat (3CaO. Al2O3) yang disingkat menjadi C3A.


Senyawa C3A bereaksi secara exothermic dan beraksi sangat cepat pada 24
jam pertama. C3A bereaksi dengan air yang jumlahnya sekitar 40% dari
beratnya. Karena persentasinya dalam semen yang kecil sekitar (10%), maka
pengaruhnya pada jumlah air untuk reaksi menjadi kecil. Unsur ini sangat
berpengaruh pada nilai panas hidrasi tertinggi, baik pada saat awal maupun pada
saat pengerasan berikutnya yang sangat panjang.

d. Tetrakalsium aluminoferit (4CaO. Al2O3. Fe2O3) yang disingkat menjadi


C4AF.
Senyawa C4AF kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen
atau beton sehingga kontribusinya dalam peningkatan kekuatan kecil. Melihat
sifat yang berbeda dari masing-masing komponen ini kita dapat membuat
bermacam jenis semen hanya dengan mengubah kadar masing-masing
komponennya. Misalnya kita ingin mendapatkan semen yang mempunyai
kekuatan awal yang tinggi maka kita perlu menambah kadar C3S dan
mengurangi kadar C2S.

ASTM (American Standard for Testing Material) menentukan komposisi


semen berbagai tipe sebagaimana tampak pada Tabel berikut ini.
Jenis-jenis Semen Portland Dengan Sifat-sifatnya

20
2) Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak
70% volume mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan
pengisi, akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat
mortar/betonnya, sehingga pemilihan agragat merupakan suwatu bagian penting
dalam pembuatan mortar/beton.(Muldoko, 2011).

Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan adalah


dengan didasarkan pada ukuran butir-butirnya. Agregat yang mempunyai ukuran
butir-butir besar disebut dengan agregat kasar, sedangkan agregat yang berbutir
kecil disebut agregat halus, Sebagai batas antara ukuran butir yang kasar dan
yang halus tampaknya belum ada nilai yang pasti, masih berbeda antara satu
disiplin ilmudengan disiplin ilmu yang lain dan mungkin juga dari satu daerah
dengan daerah yang lain.

Dalam bidang teknologi beton nilai batas tersebut umumnya adalah 4,75 mm
atau 4,80 mm. Agregat yang butir-butirnya lebih besar dari 4,80 mm disebut
agregat kasar dan agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 4,80 mm disebut
agregat halus. Secara umum, agregat kasar sering disebut sebagai kerikil,
kericak, batu pecah atau split adapun agregat halus disebut pasir, baik berupa
pasir alami yang diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian atau dari hasil
pemecahan batu. Agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 1,20 mm kadang-
kadang disebut pasir

3) Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton, dalam pembuatan beton air
diperlukan untuk :
• Bereaksi dengan semen portland.
• Menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat, agar dapat mudah
dikerjakan (diaduk, dituang, dan dipadatkan).Untuk bereaksi dengan semen
portland, air yang diperlukan hanya sekitar 25-30% saja dari berat semen,

21
namun dalam kenyataanya jika nilai faktor air semen (berat air dibagi barat
semen) kurang dari 0,35 adukan beton akan sulit dikerjakan sehingga
umumnya nilai faktor air semen lebih dari 0,40 (Jokodimulyo, 2011)

Air sebagai bahan bangunan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai


berikut (Standar SK SNI S-04-2008 F,Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A) :
• Air harus bersih.
• Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda melayang, yang dapat
dilihat secara visual. benda-benda tersuspensi ini tidak boleh lebih dari 2
gram/ liter.
• Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
• Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram /liter.
• Tidak mengandung senyawa sulfat (sebagai SO 3 ) lebih dari 1gram/liter

Air harus terbebas dari zat-zat yang membahayakan beton, dimana pengaruh
zat tersebut antara lain :
• Pengaruh adanya garam-garam, timah, seng, tembaga dan timah hitam
dengan jumlah cukup besar pada air adukan akan menyebabkan
pengurangan kekuatan beton.
• Pengaruh adanya seng klorida dapat memperlambat ikatan awal beton
sehingga beton belum memiliki kekuatan yang cukup dalam umur 2-3 hari.
• Pengaruh adanya sodium karbonat dan pontasoium dapat menyebabkan
ikatan awal sangat cepat dan dalam konsentrasi yang besar akan
mengurangi kekuatan beton.
• Pengaruh air laut yang umumnya mengandung 3,5 % larutan garam, sekitar
78 persennya adalah sodium klorida dan 15 persennya adalah magnesium
sulfat akan dapat mengurangi kekuatan beton sampai 20 % dan dapat
memperbesar resiko terhadap korosi tulangannya.
• Pengaruh adanya kandungan gula ynag mungkin juga terdapat dalam air.
Bila kandungan itu kurang dari 0,05 persen berat air tampaknya tidak
berpengaruh terhadap kekuatanya beton. Namun dalam jumlah yang lebih
22
banyak dapat memperlambat ikatan awal dan kekuatan beton dapat
berkurang.
• Pengaruh adanya ganggang yang mungkin terdapat dalam air atau pada
permukaan butir-butir agregat, bila tercampur dalam adukan akan
mengurangi rekatan antara permukaan butir agregat dan pasta.

4) Bahan Tambahan dalam pencampuran


Bahan tambah adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran
beton pada saat atau selama pencampuran berlangsung. Fungsi bahan ini adalah
untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan
tertentu, atau untuk menghemat biaya. (Mulyono, 2004)

Bahan tambahan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas bata beton.


Beberapa bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan bata beton
antara lain:
• Fly ash: Fly ash merupakan limbah dari pembakaran batubara. Bahan
tambahan ini digunakan sebagai pengganti sebagian atau seluruh semen
dalam campuran adonan bata beton. Penggunaan fly ash dapat
meningkatkan ketahanan bata beton terhadap kelembaban dan bahan kimia
seperti garam dan asam.
• Bottom ash: Bottom ash juga merupakan limbah dari pembakaran batubara.
Bahan tambahan ini digunakan sebagai pengganti pasir dalam campuran
adonan bata beton. Penggunaan bottom ash dapat meningkatkan ketahanan
bata beton terhadap air dan kelembaban.
• Silika fume: Silika fume merupakan limbah dari produksi silikon dan dapat
digunakan sebagai pengganti sebagian atau seluruh semen dalam campuran
adonan bata beton. Penggunaan silika fume dapat meningkatkan kekuatan
bata beton dan mengurangi porositasnya.
• Pozzolan: Pozzolan adalah bahan tambahan alami seperti abu vulkanik atau
batu kapur yang digunakan sebagai pengganti sebagian atau seluruh semen
dalam campuran adonan bata beton. Penggunaan pozzolan dapat
meningkatkan kekuatan bata beton dan memperbaiki sifat-sifat fisiknya.
23
• Serat: Serat dari bahan sintetis atau alami dapat ditambahkan ke dalam
campuran adonan bata beton untuk meningkatkan kekuatan dan
ketahanannya terhadap tekanan, guncangan, dan retakan.
• Bahan pengisi: Bahan pengisi seperti foam dan bahan organik dapat
digunakan untuk mengurangi berat bata beton dan meningkatkan
ketebalannya.
• Pigmen: Pigmen dapat ditambahkan ke dalam campuran adonan bata beton
untuk memberikan warna dan estetika yang lebih baik pada bata beton.

Penggunaan bahan tambahan dapat meningkatkan kualitas bata beton.


Namun, penggunaan bahan tambahan harus sesuai dengan standar dan aturan
yang berlaku untuk menghindari dampak negatif pada kualitas dan keamanan
bata beton.

2.12 Pengujian Bata Beton

Bata beton termasuk bahan penyusun dinding yang bersifat non-struktural.


Meskipun bersifat non-struktural, tetapi bata beton juga harus mengikuti standar
kekuatan dan batas toleransi yang dapat dipenuhi karena dalam mutu tertentu bata
beton juga berperan sebagai memikul beban dalam sebuah konstruksi. Pengujian
bertujuan untuk menganalisis sifat fisik dan sifat mekanik bata beton. Terdapat
standar yang telah diatur untuk sebuah penggunaan bata beton dan pembuatan bata
beton, dimana bata beton harus memiliki ketahanan terhadap berbagai pengaruh
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tertuang dalam Standar Nasional
Indonesia 03-0691-1996

1) Pengujian sifat fisik

a. Porositas
Porositas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui pori-pori
(porositas) yang terdapat pada sampel. Porositas merupakan satuan yang
menyatakan keporositasan suatu material. Presentase porositas dapat diketahui
24
berdasarkan daya serap bahan terhadap air, yaitu pebandingan volum air yang
diserap dengan volum total sampel. Secara matematis hal ini dapat dirumuskan
sebagai berikut (Sembiring, 1994):

Di mana :
mb = massa basah (gr) ρair = massa jenis (gr/cm3)
mk = massa kering (gr) Vt = volum total sampel (cm3)

b. Densitas
Densitas adalah pengukuran massa setiap volum benda. Semakin tinggi
densitas (massa jenis) suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumnya. Densitas rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan
total volumnya. Sebuah benda yang memiliki densitas lebih tinggi akan
memiliki volum yang lebih rendah dari pada benda bermassa sama yang
memiliki densitas lebih rendah. Densitas (massa jenis) berfungsi untuk
menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat
yang sama berapapun massanya dan berapapun volumenya akan memiliki
densitas yang sama pula, oleh sebab itu dikatakan bahwa massa jenis atau
densitas merupakan ciri khas (sidik jari) suatu zat. Untuk menghitung besarnya
densitas dipergunakan persamaan matematis berikut (Gurning, 1994):

Di mana :
ρ = densitas (gr/cm3)
m = massa (gr)
v = volume (cm3)
25
c. Penyerapan Air
Penyerapan air bata beton merupakan persentase berat air yang mampu
diserap melalui pori-pori oleh bata beton. Hasil ini bisa didapatkan dengan
membandingkan berat bata beton kering dan bata beton basah (setelah direndam
air). Berat bata beton kering didapatkan dari pengovenan benda uji pada suhu
100±5ºC dalam waktu 24 jam. Untuk memperoleh nilai penyerapan air pada
bata beton dapat menggunakan Persamaan berikut ini.

Menurut SNI 03-0691-1996 mutu bata beton ditinjau dari daya serap air
dibagi menjadi 4 bagian, seperti pada tabel dibawah ini:

2) Pengujian sifat mekanik

a. Kuat Tekan
Kuat tekan bata beton adalah nilai beban yang mampu ditahan dalam suatu
luasan bidang bata beton hingga bata beton tersebut hancur. Pada umumnya
kekuatan utama bata beton ditinjau dari kuat tekannya. Prosedur pengujian kuat
tekan bara beton dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

26
Pada SNI 03-0691-1996 kuat tekan bata beton dapat dihitung menggunakan
Persamaan berikut ini.

Dengan :
σ = kuat tekan (N/𝑚𝑚2 )
P = beban tekan (N)
A = luas bidang tekan (𝑚𝑚2 )

Menurut Tjokrodimuljo (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi kuat


tekan paving block diantaranya:

o Faktor air semen


Faktor air semen (Fas) adalah perbandingan berat Antara air dengan semen
dalam suatu campuran beton. Dalam pencampuran terdapat nilai fas yang
optimum, terlalu sedikit (kecil) nilai fas-nya berakibat semen bereaksi kurang
sempurna sehingga daya ikatnya menjadi berkurang. Kurang sempurnanya
reaksi maupun kurang padatnya adukan beton mengakibatkan beton yang
terjadi lemah dan berongga sehingga berakibat kekuatan beton berkurang.
Sedangkan jika nilai fas yang berlebihan bisa mengakibatkan sulit dalam
pencetakan paving block, berkurangnya ketahanan abrasi, kekuatan tarik dan
tekan. Fas yang umum digunakan ialah 0,35 dari berat semen.

o Umur beton

27
Umur beton berbanding lurus dengan kuat tekan beton. Berdasarkan
penelitian umur beton untuk mencapai kuat desak maksimumnya adalah 28 hari,
namun umur ini dapat bervariasi (lebih atau kurang dari 28 hari) yang
disebabkan oleh jenis material atau bahan tambah dari suatu campuran.
Kecepatan bertambahnya kekuatan beton juga dipengaruhi oleh faktor air
semen dan suhu perawatan. Semakin tinggi faktor air semen semakin lambat
kenaikan kekuatan betonnya, dan semakin tinggi suhu perawatan semakin cepat
kenaikan kekuatan betonnya.

o Jumlah semen
Semen berfungsi sebagai bahan ikat antar agregat yang terdapat dalam suatu
campuran. Semen ditambah air bereaksi menjadi pasta, semakin sidikit pasta
maka berakibat banyak rongga antar agregat sehingga daya ikatnya menjadi
berkurang. Hal ini berakibat kuat tekan beton menjadi rendah.

o Jenis semen
Semen Portland dalam pembuatan beton terdiri dari beberapa jenis. Masing-
masing jenis semen Portland mempunyai sifat tertentu, misalnya cepat
mengeras dan sebagainya, sehingga mempengaruhi pula terhadap kuat tekan
betonnya.

o Sifat agregat
Agregat terdiri dari agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil).
Beberapa sifat agregat yang mempengaruhi kekuatan beton adalah sebagai
berikut:

1. Kekerasan permukaan, karena permukaan agregat yang kasar dan tidak


licin membuat rekatan antara permukaan agregat dan pasta semen lebih kuat
dari pada permukaan agregat yang halus dan licin.

2. Bentuk agregat, karena bentuk agregat yang bersudut misalnya pada batu
pecah, membuat butir-butir agregat itu sendiri yang mengunci dan sulit
digeserkan, berbeda dengan batu kerikil yang bulat. Oleh karena itu, beton
yang dibuat dari batu pecah lebih kuat dari pada kerikil.

28
3. Kuat tekan agregat, karena sekitar 70% volume beton terisi oleh agregat,
sehingga kuat tekan beton didominasi oleh kuat tekan agregat. Jika agregat
yang dipakai mempunyai kuat tekan rendah maka akan diperoleh beton yang
kuat tekannya rendah.

b. Keausan
Keausan adalah hilangnya sejumlah lapisan permukaan material karena
adanya gesekan antara permukaan padatan dengan benda lain. Definisi gesekan
itu sendiri adalah gaya tahan yang menahan gerakan antara 2 permukaan solid
yang bersentuhan maupun solid dengan liquid (Octoviawan, 2010). Untuk
memperoleh nilai keausan paving block menggunakan Persamaan berikut ini.

c. Kuat Tarik Belah


Metode pengujian kuat tarik belah bata beton merupakan pemberian beban
tekan sepanjang bidang melebar bata beton sampai batas keruntuhan.
Pembebanan ini menimbulkan tegangan tarik pada bidang datar yang diberi
beban. Keruntuhan tarik terjadi akibat dari keruntuhan tekan karena area beban
dalam keadaan tekan triaksial, sehingga memungkinkan mendapatkan tegangan
tekan lebih tinggi daripada kekuatan tekan uniaksial.

Prosedur pengujian kuat tarik belah bata beton dapat dilihat pada Gambar di
bawah ini

29
Keterangan :
1 = potongan pelat baja dengan tebal a (4±5) mm; lebar b (15±5) mm dan
minimal 10 mm lebih panjang dari panjang bidang keruntuhan
2 = benda uji paving block
3 = balok melintang pembebanan

Perhitungan kuat tarik belah bata beton dihitung berdasarkan BS EN 1338


dalam Purwanto dan Priastiwi (2008) pada Persamaan berikut ini.

Dengan :
T = kuat tarik belah paving block (N/mm2 )
P = beban maksimal (N)
S = luas bidang keruntuhan tarik belah (mm2 )
k = faktor koreksi

30
d. Kuat Patah
Kekuatan patah sering disebut Modulus of Rapture (MOR) yang
menyatakan ukuran ketahanan terhadap tekanan mekanis panas (thermal stress).
Pengukuran kekuatan patah (bening strength) sampel keramik digunakan
dengan metode titik tumpu (triple point bending), nilai kekuatan patah dapat
ditentukan dengan standar ASTM C.733 – 79 melalui persamaan berikut
(Kaston sijabat, 2007) :

e. Kuat Impak
Material mungkin mempunyai kekuatan tarik tinggi tetai tidak tahan
terhadap beban kejut. Untuk menentukannya perlu dilakukan uji ketahanan
impak. Ketahanan impak biasanya diukur dengan uji impak liot atau charpy
terhadap benda uji bertakik atau tanpa takik. Pada pengujian ini beban
diayunkan dari ketinggian tertentu dan mengenai benda uji, kemudian diukur
energy disipasi pada patahan. Pengujian ini bermanfaat untuk memperlihatkan
31
penurunan keuletan dan kekuatan impak material. Ketangguhan patahan (KC)
suatu paduan dianggap lebih tepat dan lebih penting, karena berbagai faduan
mengandung retak halus yang mulai merambat apabila menerima beban kritis
tertentu. KC mendefinisikan kombinasi kritis antara tegangan dan panjang
retak. (K.J.BISHOP, R.E.smallman).

f. Kekerasan
Kekerasan dapat didefinisikan sebagai ketahanan bahan terhadap penetrasi
pada permukaannya. Cara pengukuran kekerasab dapat ditetapkan dengan
deformasi yang berbeda, yaitu kekerasan Brinnel, Rochwell, Vickers,aitu yang
disebut Static Hardness Tests. Dynamic Hardness Tests contohnya Shore
Scleroscope, pendulum Hardness, Couldburst Tests, Equotip Hardness. Alat uji
kekerasan yang sering digunakan adalah Brinnel Hardness, Rockwell dan
Vickers. Ketiga alat uji ini menggunakan indentor yang bentuknya berupa bola
kecil, pyramid, atau tirus. Identor berfungsi sebagai pembuat jejak pada logam
(sampel) dengan pembebanan tertentu, nilai kekerasan diperoleh setelah
diameter jejak diukur. Kekerasan (Hv) suatu bahan dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan dalam makalah ini, dapat


disimpulkan bahwa bata beton merupakan bahan bangunan yang populer dan
banyak digunakan dalam industri konstruksi. Bata beton dibuat dari campuran
semen, air, dan agregat seperti pasir atau kerikil, yang kemudian dicetak menjadi
bentuk yang diinginkan dan dikeringkan.

Kelebihan bata beton antara lain kekuatan, daya tahan terhadap cuaca dan
kelembapan, serta biaya produksi yang relatif rendah dibandingkan dengan bahan
bangunan lainnya. Namun, bata beton juga memiliki kekurangan seperti berat, sulit
dipotong, dan kurang ramah lingkungan.
Bata beton digunakan dalam berbagai aplikasi dalam industri konstruksi, termasuk
sebagai bahan bangunan untuk dinding, lantai, atap, dan bahkan sebagai bagian dari
pondasi bangunan.

Contoh kasus penggunaan bata beton yang efektif adalah dalam pembangunan
gedung tinggi dan jembatan.
Di masa depan, perkembangan teknologi dan inovasi dalam produksi bata beton
dapat membantu mengatasi beberapa kekurangan bahan ini dan memperluas
penggunaannya dalam industri konstruksi. Namun, perlu juga diperhatikan untuk
mempertimbangkan dampak lingkungan dari penggunaan bata beton dan mencari
cara untuk membuatnya lebih ramah lingkungan.

Dalam kesimpulannya, bata beton merupakan bahan bangunan yang penting


dalam industri konstruksi, namun juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang
perlu dipertimbangkan. Dengan meningkatkan teknologi produksi dan
memperhatikan dampak lingkungan, penggunaan bata beton dapat terus
ditingkatkan dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi masyarakat.

33
DAFTAR PUSTAKA

1794 CHAPTER II.pdf . (2023, Maret 3). Diambil kembali dari Eprints UnDip:
http://eprints.undip.ac.id/33843/6/1794_CHAPTER_II.pdf

BAB I.pdf . (2023, Maret 3). Diambil kembali dari Eprints UMS:
http://eprints.ums.ac.id/57229/4/BAB%20I.pdf

BAB II FINAL FIX.pdf . (2023, Maret 3). Diambil kembali dari Eprints Polsri:
http://eprints.polsri.ac.id/1567/3/BAB%20II%20FINAL%20FIX.pdf

Badan Standarisasi Nasional. 1996. Bata Beton (Paving Block) – SNI 03-0691-
1996. Jakarta. (t.thn.).

Definisi Paving Block atau Conblock . (2023, Maret 3). Diambil kembali dari
Asiacon Blog: https://asiacon.co.id/blog/definisi-paving-block-atau-
conblock

Hakas Prayuda, H. N. (2023, Maret 3). Analisis Sifat Fisik dan Mekanik Bata Beton
di Yogyakarta. Diambil kembali dari Neliti ID:
https://www.neliti.com/id/publications/270358/analisis-sifat-fisik-dan-
mekanik-bata-beton-di-yogyakarta

Prasetyo, R. (2023, Maret 3). BAB II RAGIL PRASETYO H TS 2713-2.pdf. Diambil


kembali dari Repository UMP:
https://repository.ump.ac.id/4721/3/BAB%20II_RAGIL%20PRASETYO
%20H_TS%2713-2.pdf

Tjokrodimuljo, K. 1996. Teknologi Beton. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

34

Anda mungkin juga menyukai