(PAVING BLOCK)
Anggota Kelompok 10 :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang berjudul “Bata Beton”.
Makalah ini berisikan tentang berbagai informasi terkait Bata Beton atau yang
lebih khususnya membahas Membahas mengenai “Pengertian, Bentuk dan
Dimensi, Penggunaan, Syarat Mutu, Klasifikasi, Keuntungan, Kelemahan,
Perawatan, Metode Pembuatan, Proses Pembuatan, Bahan Penyusun, serta
Pengujian Bata Beton”. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang Bata Beton. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................. 3
BAB III.............................................................................................................. 33
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bata beton adalah salah satu bahan bangunan yang banyak digunakan dalam
pembangunan konstruksi saat ini. Bata beton merupakan bahan bangunan yang
terbuat dari campuran semen, air, dan agregat (pasir, kerikil, atau pecahan batu)
yang dicetak dan diaduk menjadi bentuk bata. Bata beton digunakan sebagai bahan
konstruksi untuk dinding, kolom, balok, lantai, dan atap. Bata beton memiliki
beberapa keunggulan, di antaranya adalah tahan terhadap api, kekuatan yang tinggi,
serta mudah dalam penggunaannya.
Makalah tentang bata beton ini akan membahas tentang penggunaan bata beton
dalam konstruksi, klasifikasi bata beton, proses pembuatan bata beton, serta aplikasi
bata beton pada bangunan. Selain itu, makalah juga akan membahas tentang
keuntungan dan kelemahan bata beton serta cara merawatnya agar tetap awet dan
tahan lama.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari apa yang dimaksud dengan bata beton.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari bentuk dan dimensi dari bata beton.
3. Untuk mengetahui dan mempelajari kegunaan bata beton dalam konstruksi.
4. Untuk mengetahui dan mempelajari apa saja syarat mutu untuk bata beton.
5. Untuk mengetahui dan mempelajari pembagian atau klasifikasi bata beton.
6. Untuk mengetahui dan mempelajari apa saja kelebihan dari bata beton.
7. Untuk mengetahui dan mempelajari apa saja kekurangan dari bata beton.
8. Untuk mengetahui dan mempelajari cara perawatan bata beton.
9. Untuk mengetahui dan mempelajari metode dalam pembuatan bata beton.
10. Untuk mengetahui dan mempelajari proses pembuatan bata beton.
11. Untuk mengetahui dan mempelajari apa saja yang termasuk dalam bahan
penyusun bata beton.
12. Untuk mengetahui dan mempelajari pengujian bata beton.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bata beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen, air, dan
agregat (pasir, kerikil, atau pecahan batu) yang dicetak dan diaduk menjadi bentuk
bata. Bata beton digunakan sebagai bahan konstruksi untuk dinding, kolom, balok,
lantai, dan atap.
Menurut beberapa ahli, berikut ini adalah pengertian bata beton secara detail :
1) Menurut Ikramuddin dan Masyhuri, bata beton adalah bahan bangunan buatan
manusia yang terdiri dari campuran semen, air, dan agregat kasar seperti
kerikil atau pecahan batu, serta agregat halus seperti pasir. Bahan-bahan ini
dicampur dan dicetak dalam bentuk bata dengan dimensi dan bentuk yang
berbeda-beda untuk digunakan dalam konstruksi bangunan.
2) Menurut Nurdiansyah dan Syafri, bata beton adalah material bangunan yang
dibuat dari campuran semen, pasir, dan kerikil atau pecahan batu yang dicetak
menjadi bentuk bata. Bata beton biasanya memiliki dimensi standar yang
mudah diaplikasikan pada konstruksi bangunan.
3) Menurut Sutanto dan Agustina, bata beton adalah bahan bangunan yang
terbuat dari campuran semen, air, dan agregat kasar serta halus yang dicetak
dan diaduk menjadi bentuk bata. Bata beton memiliki sifat yang kuat, tahan
terhadap cuaca, tahan terhadap api, dan memiliki ketahanan terhadap tekanan
yang tinggi.
3
lain seperti agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi, dan aditif, serta memiliki
berat jenis kering maksimal 1.800 kg/m3.
Dari pernyataan beberapa para ahli dan dari SNI di atas, kita dapat menyimpulkan
bahwa bata beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen, air,
agregat kasar, maupun agregat halus, bahan pengisi, serta bahan aditif sesuai
takaran yang telah ditentukan yang dicetak dan diaduk menjadi bentuk bata. Bata
beton biasanya digunakan sebagai bahan konstruksi untuk dinding, kolom, jalan,
balok, dan atap karena memiliki sifat yang kuat dan tahan terhadap api, cuaca,
kelembaban, dan tekanan yang tinggi.
Namun, toleransi dimensi bata beton juga diatur dalam SNI, yaitu:
• Toleransi panjang bata beton: ± 3 mm
• Toleransi lebar bata beton: ± 2 mm
• Toleransi tinggi bata beton: ± 1 mm
4
Toleransi ini memungkinkan adanya perbedaan kecil dalam dimensi bata
beton yang diproduksi, sehingga masih memenuhi standar kualitas dan dapat
dipasang secara rapi dalam struktur bangunan.
3) Selain itu, SNI juga mengatur ketebalan dinding yang dapat dibuat dari bata
beton, yaitu:
• Ketebalan dinding minimal: 150 mm atau sekitar 6 inci
• Ketebalan dinding maksimal: 250 mm atau sekitar 10 inci
Ketebalan dinding yang dianjurkan untuk setiap aplikasi harus ditentukan
berdasarkan persyaratan teknis proyek dan konsultasi dengan ahli konstruksi.
Bata beton adalah salah satu bahan bangunan yang banyak digunakan dalam
konstruksi karena memiliki kekuatan dan ketahanan yang baik, serta relatif lebih
murah dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya. Penggunaan bata beton
dalam konstruksi sangat luas dan dapat digunakan untuk berbagai jenis bangunan,
seperti rumah, gedung, jembatan, dan sebagainya. Berikut adalah beberapa
penggunaan bata beton dalam konstruksi:
1) Dinding: Bata beton sering digunakan sebagai bahan utama untuk pembuatan
dinding karena kekuatannya yang baik. Dinding bata beton sangat tahan
terhadap guncangan dan goncangan, sehingga sangat cocok untuk bangunan
yang memerlukan keamanan dan ketahanan yang tinggi.
2) Lantai: Bata beton juga dapat digunakan untuk pembuatan lantai karena
kekuatannya yang baik dan tahan lama. Bata beton umumnya digunakan untuk
lantai yang memerlukan ketahanan dan keamanan yang tinggi, seperti lantai
gudang atau pabrik.
3) Pondasi: Bata beton dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan pondasi.
Pondasi yang dibuat dari bata beton sangat kuat dan tahan lama, sehingga
5
sangat cocok untuk bangunan yang berat atau bangunan yang akan dibangun
di atas tanah yang lembek.
4) Jembatan: Bata beton juga dapat digunakan untuk pembuatan jembatan. Bata
beton yang digunakan untuk pembuatan jembatan harus memenuhi
persyaratan ketahanan dan keamanan yang sangat tinggi, sehingga biasanya
digunakan bata beton khusus yang dirancang khusus untuk konstruksi
jembatan.
5) Kolom dan balok: Bata beton dapat digunakan sebagai bahan untuk
pembuatan kolom dan balok. Kolom dan balok yang dibuat dari bata beton
sangat kuat dan tahan lama, sehingga sangat cocok untuk bangunan yang
memerlukan kekuatan yang tinggi.
Standar mutu yang harus dipenuhi bata beton menurut adalah sebagai berikut
ini:
1) Bata beton harus mempunyai permukaan yang rata, tidak terdapat retak-retak
dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan
kekuatan jari tangan.
2) Bata beton harus mempunyai sifat-sifat fisis mutu menurut SNI 04-2008-F
seperti berikut ini:
6
Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji
hancur, dibagi dengan luas bidang tekan nyata dari benda uji termasuk luas
lubang serta cekungan tepi
Syarat mutu bata beton di Indonesia diatur oleh Standar Nasional Indonesia
(SNI) 15-2094-2000 tentang "Bata Beton". Berikut adalah syarat mutu bata beton
berdasarkan SNI tersebut:
1) Kekuatan Tekan: Kekuatan tekan minimum bata beton harus mencapai 10
MPa (megapascal). Kekuatan tekan diuji pada umur 28 hari setelah
pembuatan bata beton.
2) Penyerapan Air: Penyerapan air maksimum bata beton adalah 20% dari berat
kering bata beton. Penyerapan air diuji pada umur 28 hari setelah pembuatan
bata beton.
7
3) Kebutuhan Air: Kebutuhan air bata beton harus sesuai dengan standar. Rasio
air-campuran bahan harus dijaga dalam kisaran 0,4 - 0,45.
4) Ukuran: Ukuran bata beton harus sesuai dengan standar dan presisi. Ukuran
bata beton adalah 390 x 190 x 190 mm atau 390 x 90 x 190 mm.
5) Bobot: Bobot bata beton harus dalam kisaran 2,5 kg hingga 3,5 kg per bata.
6) Ketahanan terhadap Pembebanan Lateral: Bata beton harus mampu menahan
beban lateral hingga 0,15 MPa.
7) Ketahanan terhadap Api: Bata beton harus memiliki ketahanan terhadap api
dengan rating kelas A atau B1. Rating ini menunjukkan kemampuan bata
beton untuk tidak mudah terbakar atau tidak mudah memperparah
kebakaran.
8) Kekuatan Geser: Kekuatan geser minimum bata beton adalah 0,5 MPa.
9) Ketahanan Terhadap Efek Siklik: Bata beton harus dapat menahan pengaruh
beban siklik yang diuji dengan metode uji siklik beban terhadap bata beton
yang diikuti dengan pengukuran modulus elastisitas.
10) Ketahanan Terhadap Suhu Rendah: Bata beton harus mampu bertahan pada
suhu rendah dan tidak retak atau pecah.
11) Durabilitas: Bata beton harus tahan lama dan tidak mudah rapuh atau rusak
akibat pengaruh cuaca atau lingkungan.
Syarat mutu bata beton berdasarkan SNI ini penting untuk dipenuhi agar bata
beton yang diproduksi dapat digunakan dengan aman dan memberikan kualitas
bangunan yang baik.
8
1) Klasifikasi berdasarkan kekuatan
SNI (Standar Nasional Indonesia) 15-2094-2000 memberikan klasifikasi
bata beton berdasarkan kuat tekan minimum yang dihasilkan oleh bata beton
tersebut. Kuat tekan minimum yang ditentukan berdasarkan uji kuat tekan bata
beton yang dilakukan di laboratorium dan diukur dalam satuan megapascal.
Berikut klasifikasi bata beton menurut SNI berdasarkan kekuatan tekan:
a) Mutu Kelas A dengan kekuatan tekan minimal 5,0 Mpa – 7,5 Mpa: cocok
untuk dinding rumah atau bangunan non-struktural.
b) Mutu Kelas B dengan kekuatan tekan minimal 7,5 Mpa - 10 MPa: cocok
untuk dinding dan struktur bangunan ringan.
c) Mutu Kelas C dengan kekuatan tekan minimal 10,0 Mpa - 15 MPa: cocok
untuk dinding dan struktur bangunan sedang hingga berat.
d) Mutu Kelas D dengan kekuatan tekan minimal 15,0 Mpa - 20 MPa: cocok
untuk struktur bangunan bertingkat tinggi dan dinding penahan tanah.
e) Mutu Kelas Khusu dengan kekuatan tekan minimal 20 MPa atau lebih:
cocok untuk struktur bangunan khusus seperti jembatan, bendungan, dan
lain sebagainya.
2) Kelas Dimensi
Kelas dimensi bata beton ditentukan berdasarkan ukuran bata beton. Bata
beton dikelompokkan ke dalam tiga kelas dimensi, yaitu:
a) Kelas I: dimensi panjang 290 mm, lebar 90 mm, dan tinggi 140 mm
b) Kelas II: dimensi panjang 190 mm, lebar 90 mm, dan tinggi 140 mm
c) Kelas III: dimensi panjang 190 mm, lebar 140 mm, dan tinggi 90 mm
3) Kelas Keausan
Kelas keausan bata beton ditentukan berdasarkan kemampuan bata beton
untuk menahan abrasi dan korosi. Bata beton dikelompokkan ke dalam tiga
kelas keausan, yaitu:
a) Kelas K-125: untuk kondisi yang tidak terkena abrasi dan korosi
b) Kelas K-175: untuk kondisi yang terkena abrasi ringan atau korosi ringan
c) Kelas K-225: untuk kondisi yang terkena abrasi berat atau korosi berat
9
4) Kelas Bentuknya
Berdasarkan bentuk penampangnya atau keberadaan lubang atau rongga di
dalamnya, bata beton dibedakan menjadi dua jenis :
Bata beton berlubang adalah bata beton yang dibuat dari bahan perekat
hidrolis atau sejenisnya ditambah dengan agregat dan air dengan atau tanpa
bahan pembantu lainnya dan mempunyai luas penampang lubang lebih dari
25% luas penampang batanya dan volume lubang lebih dari 25% volume
batanya.
• Kelebihan : Beratnya ringan dibandingkan bata beton pejal sehingga
mudah dalam proses instalasi dan transportasi. Bata beton berlubang
juga efektif dalam mengisolasi suara dan panas karena terdapat rongga
di dalamnya.
• Kekurangan : Kekuatannya lebih rendah daripada bata beton pejal. Bata
beton berlubang membutuhkan banyak mortar saat proses instalasi dan
dapat menampung banyak air jika tidak diisolasi dengan baik.
10
Bata beton pejal adalah bata beton yang mempunyai luas penampang pejal
65% atau lebih dari luas penampang seluruhnya dan mempunyai volume pejal
lebih dari 65 % volume seluruhnya.
• Kelebihan : Kekuatannya lebih tingga daripada bata beton berlubang dan
dapat menahan beban yang lebih berat
• Kekurangan : Beratnya lebih berat dibandingkan bata beton berlubang
sehingga dalam proses instalasi sedikit memerlukan usaha dan biaya
transportasi yang lebih mahal. Bata beton pejal kurang efektif terhadap
panas dan suara.
5) Kelas Penggunaan
Bata beton juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kegunaannya, yaitu:
a) Bata beton dinding: Bata beton yang digunakan untuk membuat dinding
pada bangunan. Bata beton dinding biasanya memiliki dimensi 10 cm x
20 cm x 40 cm atau 7,5 cm x 15 cm x 30 cm.
b) Bata beton ringan: Bata beton yang memiliki bobot ringan karena
menggunakan bahan tambahan seperti bahan pengembang dan pengisi
udara. Bata beton ringan biasanya digunakan untuk membuat dinding,
partisi, atau plafon.
c) Bata beton paving: Bata beton yang digunakan untuk membuat jalan atau
trotoar. Bata beton paving biasanya memiliki dimensi 10 cm x 20 cm x 6
cm.
d) Bata beton talang: Bata beton yang digunakan untuk membuat saluran air
atau talang pada atap bangunan. Bata beton talang biasanya memiliki
dimensi 10 cm x 20 cm x 20 cm.
Berikut ini adalah beberapa kelebihan bata beton dari bahan material bangunan
lainnya menurut SNI:
11
1) Tahan lama: Bata beton memiliki kekuatan dan ketahanan yang tinggi
terhadap cuaca, air, api, dan serangan hama, sehingga umur pemakaian bata
beton relatif lebih lama dibandingkan dengan bata-bata konvensional.
2) Stabilitas dimensi: Bata beton memiliki dimensi yang stabil dan tidak mudah
berubah-ubah, sehingga penggunaannya dapat memberikan ketepatan dalam
pembangunan dan hasil yang rapi.
3) Kekuatan Tinggi: Bata beton memiliki kekuatan tekan yang tinggi dan
kemampuan untuk menahan beban yang besar, sehingga dapat digunakan
untuk membangun struktur bangunan yang kokoh dan stabil.
4) Kemudahan dalam pemasangan: Bata beton mudah dipasang dan dirangkai,
sehingga dapat mempercepat waktu pembangunan dan menghemat biaya
tenaga kerja.
5) Lingkungan yang sehat: Bata beton tidak terbuat dari bahan-bahan organik,
sehingga tidak mudah terkena serangan hama dan tidak memicu
pertumbuhan jamur atau bakteri pada permukaannya.
6) Harga yang terjangkau: Bata beton memiliki harga yang lebih terjangkau
dibandingkan dengan bata-bata konvensional, sehingga dapat menghemat
biaya pembangunan.
7) Efisiensi energi: Bata beton memiliki kemampuan isolasi termal dan akustik
yang baik, sehingga dapat menghemat energi dalam penggunaan pendingin
dan pemanas pada bangunan yang menggunakan bata beton.
Dengan kelebihan-kelebihan di atas, bata beton dapat menjadi pilihan yang tepat
dalam pembangunan bangunan, karena selain memberikan kekuatan dan ketahanan
yang tinggi, juga dapat memberikan efisiensi dalam segi waktu, biaya, dan energi.
12
2.7 Kekurangan Bata Beton
Berikut ini adalah beberapa kelemahan bata beton yang perlu diperhatikan :
1) Bobot yang berat: Bata beton memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan
dengan bata-bata konvensional, sehingga penggunaannya membutuhkan
perencanaan yang lebih teliti dalam hal konstruksi dan pondasi.
2) Sifat porositas: Bata beton memiliki sifat porositas yang membuatnya rentan
terhadap perembesan air dan kelembaban, sehingga perlu dilakukan
perawatan dan perlindungan agar tidak terjadi kerusakan atau timbulnya
jamur pada permukaannya.
3) Ketersediaan: Bata beton tidak selalu tersedia di setiap daerah, sehingga
sulit untuk mendapatkannya terutama di daerah pedesaan atau terpencil.
4) Penggunaan bahan tambahan: Untuk memperkuat kekuatan bata beton,
biasanya ditambahkan bahan tambahan seperti baja ringan, pasir, atau kayu,
yang memerlukan biaya tambahan dan memperpanjang waktu
pembangunan.
5) Sifat kebersihan: Bata beton mudah menempel kotoran dan debu, sehingga
membutuhkan perawatan dan pembersihan yang lebih intensif.
Perawatan bata beton merupakan hal yang penting untuk menjaga kualitas dan
kekuatan dari bata beton itu sendiri. Berikut adalah beberapa cara perawatan bata
beton menurut SNI:
13
1) Penyimpanan: Bata beton yang baru diproduksi harus disimpan di tempat
yang kering dan terlindungi dari sinar matahari langsung agar tidak terjadi
penyusutan yang tidak merata pada bata beton.
2) Pengangkutan: Bata beton harus ditransportasikan dengan hati-hati agar
tidak pecah atau retak. Selain itu, bata beton harus diangkut dengan
kendaraan yang memiliki peredam kejut yang baik.
3) Pemasangan: Bata beton harus dipasang dengan benar dan diikat dengan
bahan ikat yang kuat seperti mortar atau plester. Pada saat pemasangan, perlu
memperhatikan penggunaan alat dan teknik yang tepat agar tidak merusak
atau menggores permukaan bata beton.
4) Perawatan selama proses pengeringan: Bata beton yang baru dipasang perlu
dirawat dengan cara membungkusnya dengan kain basah atau mengaliri air
secara teratur selama beberapa hari untuk mencegah kekeringan yang terlalu
cepat dan menyebabkan retak pada bata beton.
5) Perawatan rutin: Setelah proses pemasangan selesai, bata beton perlu dirawat
dengan membersihkannya dari kotoran dan debu secara rutin. Selain itu,
perlu menjaga kelembaban pada bata beton agar tidak cepat kering dan retak.
6) Perawatan pada musim hujan: Pada musim hujan, perlu memperhatikan
drainase agar air tidak menggenang dan merusak bata beton. Selain itu, perlu
memperhatikan kelembaban pada bata beton agar tidak terlalu basah dan
memicu tumbuhnya jamur atau lumut.
7) Perawatan pada musim kemarau: Pada musim kemarau, perlu menjaga
kelembaban pada bata beton dengan cara mengalirkan air atau
menyemprotkan air pada bata beton secara teratur.
Dengan melakukan perawatan yang baik dan sesuai dengan standar yang
ditentukan, bata beton dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama dan menjaga
kualitas serta kekuatannya.
14
2.9 Metode Pembuatan Bata Beton
Cara pembuatan bata beton yang biasanya dapat diklasifikasikan menjadi dua
metode, yaitu sebagai berikut ini :
1) Metode Konvensional
Pembuatan paving block dengan menggunakan alat tradisional dengan beban
pemadatan yang berpengaruh terhadap tenaga orang yang mengerjakannya.
Metode ini banyak digunakan sebagai industri rumahan oleh masyarakat karena
alatnya yang sederhana serta proses pembuatannya yang mudah sehingga dapat
dikerjakan oleh siapapun. Semakin kuat tenaga orang tersebut maka semakin
padat dan kuat bata beton yang akan dihasilkan.
2) Metode Mekanis
Metode mekanis ini masyarakat biasa menyebutnya dengan metode press.
Metode ini masih jarang digunakan karena pembuatan bata beton membutuhkan
alat mesin (compression aparatus) dengan harga yang relatif tinggi, sehingga
metode mekanis ini biasanya digunakan oleh pabrik dengan skala industri
15
sedang atau besar. Pembuatan bata beton cara mekanis dilakukan dengan
menggunakan mesin (compression aparatus), antara lain:
Dari kedua metode diatas, terdapat kelebihan dan kekurangan dari tiap metode
yang dapat dilihat pada dibawah ini.
16
2.10 Proses Pembuatan Bata beton
Proses pembuatan bata beton melalui beberapa tahapan yang berutan, yaitu:
17
2.11 Bahan Penyusun Bata Beton
Mutu dan kualitas bata beton yang baik ditentukan melalui bahan dasar maupun
bahan tambahan yang baik, proses pembuatan yang benar dan peralatan yang baik.
Pada umumnya bahan-bahan dasar bata beton adalah semen, pasir, kerikil, air, serta
beberapa bahan tambahan dalam campuran yang dibuat dalam proprosi yang sudah
ditentukan agar bata beton memiliki mutu dan kualitas yang leih baik. Bahan-bahan
yang digunakan dalam pembuatan bata beton adalah sebagai berikut :
1) Semen Portland
Semen merupakan bahan penyusun utama paving block. Arti kata semen
adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif maupun kohesif, yaitu bahan
pengikat. Menurut Standar Industri Indonesia, SNI 0013-1981, definisi semen
portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis
bersama bahan-bahan yang biasa digunakan, yaitu gypsum (Nugraha dan
Antoni, 2007).
18
Sejat saat itu, semen portland berkembang dan terus dibuat sesuai dengan
kebutuhan (Mulyono, 2004).
Fungsi semen ialah untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu
massa yang kompak atau padat. Selain itu juga untuk mengisi rongga-rongga
di antara butiran agregat (Tjokrodimuljo, 1992). Semen portland dibuat dari
serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium dan
alumunium silikat. Penambahan air pada mineral ini menghasilkan suatu pasta
yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti batu. Bahan utama
pembentuk semen portland adalah kapur (CaO), silika (SiO3), alumina
(Al2O3), sedikit magnesia (MgO), dan terkadang sedikit alkali. Untuk
mengontrol komposisinya, terkadang ditambah kanoksida besi, sedangkan
gipsum (CaSO4.2H2O) ditambahkan untuk mengatur waktu ikat semen
(Mulyono, 2004).
Menurut Mulyono (2004), secara garis besar ada 4 (empat) senyawa kimia
utama yang menyusun semen portland, yaitu sebagai berikut.
19
Senyawa C2S lebih lambat bereaksi dengan air dan hanya berpengaruh
terhadap semen setelah umur 7 hari. Senyawa C2S memberikan ketahanan
terhadap serangan kimia (chemical attack) dan mempengaruhi susut terhadap
pengaruh panas akibat lingkungan.
20
2) Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak
70% volume mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan
pengisi, akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat
mortar/betonnya, sehingga pemilihan agragat merupakan suwatu bagian penting
dalam pembuatan mortar/beton.(Muldoko, 2011).
Dalam bidang teknologi beton nilai batas tersebut umumnya adalah 4,75 mm
atau 4,80 mm. Agregat yang butir-butirnya lebih besar dari 4,80 mm disebut
agregat kasar dan agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 4,80 mm disebut
agregat halus. Secara umum, agregat kasar sering disebut sebagai kerikil,
kericak, batu pecah atau split adapun agregat halus disebut pasir, baik berupa
pasir alami yang diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian atau dari hasil
pemecahan batu. Agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 1,20 mm kadang-
kadang disebut pasir
3) Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton, dalam pembuatan beton air
diperlukan untuk :
• Bereaksi dengan semen portland.
• Menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat, agar dapat mudah
dikerjakan (diaduk, dituang, dan dipadatkan).Untuk bereaksi dengan semen
portland, air yang diperlukan hanya sekitar 25-30% saja dari berat semen,
21
namun dalam kenyataanya jika nilai faktor air semen (berat air dibagi barat
semen) kurang dari 0,35 adukan beton akan sulit dikerjakan sehingga
umumnya nilai faktor air semen lebih dari 0,40 (Jokodimulyo, 2011)
Air harus terbebas dari zat-zat yang membahayakan beton, dimana pengaruh
zat tersebut antara lain :
• Pengaruh adanya garam-garam, timah, seng, tembaga dan timah hitam
dengan jumlah cukup besar pada air adukan akan menyebabkan
pengurangan kekuatan beton.
• Pengaruh adanya seng klorida dapat memperlambat ikatan awal beton
sehingga beton belum memiliki kekuatan yang cukup dalam umur 2-3 hari.
• Pengaruh adanya sodium karbonat dan pontasoium dapat menyebabkan
ikatan awal sangat cepat dan dalam konsentrasi yang besar akan
mengurangi kekuatan beton.
• Pengaruh air laut yang umumnya mengandung 3,5 % larutan garam, sekitar
78 persennya adalah sodium klorida dan 15 persennya adalah magnesium
sulfat akan dapat mengurangi kekuatan beton sampai 20 % dan dapat
memperbesar resiko terhadap korosi tulangannya.
• Pengaruh adanya kandungan gula ynag mungkin juga terdapat dalam air.
Bila kandungan itu kurang dari 0,05 persen berat air tampaknya tidak
berpengaruh terhadap kekuatanya beton. Namun dalam jumlah yang lebih
22
banyak dapat memperlambat ikatan awal dan kekuatan beton dapat
berkurang.
• Pengaruh adanya ganggang yang mungkin terdapat dalam air atau pada
permukaan butir-butir agregat, bila tercampur dalam adukan akan
mengurangi rekatan antara permukaan butir agregat dan pasta.
a. Porositas
Porositas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui pori-pori
(porositas) yang terdapat pada sampel. Porositas merupakan satuan yang
menyatakan keporositasan suatu material. Presentase porositas dapat diketahui
24
berdasarkan daya serap bahan terhadap air, yaitu pebandingan volum air yang
diserap dengan volum total sampel. Secara matematis hal ini dapat dirumuskan
sebagai berikut (Sembiring, 1994):
Di mana :
mb = massa basah (gr) ρair = massa jenis (gr/cm3)
mk = massa kering (gr) Vt = volum total sampel (cm3)
b. Densitas
Densitas adalah pengukuran massa setiap volum benda. Semakin tinggi
densitas (massa jenis) suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumnya. Densitas rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan
total volumnya. Sebuah benda yang memiliki densitas lebih tinggi akan
memiliki volum yang lebih rendah dari pada benda bermassa sama yang
memiliki densitas lebih rendah. Densitas (massa jenis) berfungsi untuk
menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat
yang sama berapapun massanya dan berapapun volumenya akan memiliki
densitas yang sama pula, oleh sebab itu dikatakan bahwa massa jenis atau
densitas merupakan ciri khas (sidik jari) suatu zat. Untuk menghitung besarnya
densitas dipergunakan persamaan matematis berikut (Gurning, 1994):
Di mana :
ρ = densitas (gr/cm3)
m = massa (gr)
v = volume (cm3)
25
c. Penyerapan Air
Penyerapan air bata beton merupakan persentase berat air yang mampu
diserap melalui pori-pori oleh bata beton. Hasil ini bisa didapatkan dengan
membandingkan berat bata beton kering dan bata beton basah (setelah direndam
air). Berat bata beton kering didapatkan dari pengovenan benda uji pada suhu
100±5ºC dalam waktu 24 jam. Untuk memperoleh nilai penyerapan air pada
bata beton dapat menggunakan Persamaan berikut ini.
Menurut SNI 03-0691-1996 mutu bata beton ditinjau dari daya serap air
dibagi menjadi 4 bagian, seperti pada tabel dibawah ini:
a. Kuat Tekan
Kuat tekan bata beton adalah nilai beban yang mampu ditahan dalam suatu
luasan bidang bata beton hingga bata beton tersebut hancur. Pada umumnya
kekuatan utama bata beton ditinjau dari kuat tekannya. Prosedur pengujian kuat
tekan bara beton dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
26
Pada SNI 03-0691-1996 kuat tekan bata beton dapat dihitung menggunakan
Persamaan berikut ini.
Dengan :
σ = kuat tekan (N/𝑚𝑚2 )
P = beban tekan (N)
A = luas bidang tekan (𝑚𝑚2 )
o Umur beton
27
Umur beton berbanding lurus dengan kuat tekan beton. Berdasarkan
penelitian umur beton untuk mencapai kuat desak maksimumnya adalah 28 hari,
namun umur ini dapat bervariasi (lebih atau kurang dari 28 hari) yang
disebabkan oleh jenis material atau bahan tambah dari suatu campuran.
Kecepatan bertambahnya kekuatan beton juga dipengaruhi oleh faktor air
semen dan suhu perawatan. Semakin tinggi faktor air semen semakin lambat
kenaikan kekuatan betonnya, dan semakin tinggi suhu perawatan semakin cepat
kenaikan kekuatan betonnya.
o Jumlah semen
Semen berfungsi sebagai bahan ikat antar agregat yang terdapat dalam suatu
campuran. Semen ditambah air bereaksi menjadi pasta, semakin sidikit pasta
maka berakibat banyak rongga antar agregat sehingga daya ikatnya menjadi
berkurang. Hal ini berakibat kuat tekan beton menjadi rendah.
o Jenis semen
Semen Portland dalam pembuatan beton terdiri dari beberapa jenis. Masing-
masing jenis semen Portland mempunyai sifat tertentu, misalnya cepat
mengeras dan sebagainya, sehingga mempengaruhi pula terhadap kuat tekan
betonnya.
o Sifat agregat
Agregat terdiri dari agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil).
Beberapa sifat agregat yang mempengaruhi kekuatan beton adalah sebagai
berikut:
2. Bentuk agregat, karena bentuk agregat yang bersudut misalnya pada batu
pecah, membuat butir-butir agregat itu sendiri yang mengunci dan sulit
digeserkan, berbeda dengan batu kerikil yang bulat. Oleh karena itu, beton
yang dibuat dari batu pecah lebih kuat dari pada kerikil.
28
3. Kuat tekan agregat, karena sekitar 70% volume beton terisi oleh agregat,
sehingga kuat tekan beton didominasi oleh kuat tekan agregat. Jika agregat
yang dipakai mempunyai kuat tekan rendah maka akan diperoleh beton yang
kuat tekannya rendah.
b. Keausan
Keausan adalah hilangnya sejumlah lapisan permukaan material karena
adanya gesekan antara permukaan padatan dengan benda lain. Definisi gesekan
itu sendiri adalah gaya tahan yang menahan gerakan antara 2 permukaan solid
yang bersentuhan maupun solid dengan liquid (Octoviawan, 2010). Untuk
memperoleh nilai keausan paving block menggunakan Persamaan berikut ini.
Prosedur pengujian kuat tarik belah bata beton dapat dilihat pada Gambar di
bawah ini
29
Keterangan :
1 = potongan pelat baja dengan tebal a (4±5) mm; lebar b (15±5) mm dan
minimal 10 mm lebih panjang dari panjang bidang keruntuhan
2 = benda uji paving block
3 = balok melintang pembebanan
Dengan :
T = kuat tarik belah paving block (N/mm2 )
P = beban maksimal (N)
S = luas bidang keruntuhan tarik belah (mm2 )
k = faktor koreksi
30
d. Kuat Patah
Kekuatan patah sering disebut Modulus of Rapture (MOR) yang
menyatakan ukuran ketahanan terhadap tekanan mekanis panas (thermal stress).
Pengukuran kekuatan patah (bening strength) sampel keramik digunakan
dengan metode titik tumpu (triple point bending), nilai kekuatan patah dapat
ditentukan dengan standar ASTM C.733 – 79 melalui persamaan berikut
(Kaston sijabat, 2007) :
e. Kuat Impak
Material mungkin mempunyai kekuatan tarik tinggi tetai tidak tahan
terhadap beban kejut. Untuk menentukannya perlu dilakukan uji ketahanan
impak. Ketahanan impak biasanya diukur dengan uji impak liot atau charpy
terhadap benda uji bertakik atau tanpa takik. Pada pengujian ini beban
diayunkan dari ketinggian tertentu dan mengenai benda uji, kemudian diukur
energy disipasi pada patahan. Pengujian ini bermanfaat untuk memperlihatkan
31
penurunan keuletan dan kekuatan impak material. Ketangguhan patahan (KC)
suatu paduan dianggap lebih tepat dan lebih penting, karena berbagai faduan
mengandung retak halus yang mulai merambat apabila menerima beban kritis
tertentu. KC mendefinisikan kombinasi kritis antara tegangan dan panjang
retak. (K.J.BISHOP, R.E.smallman).
f. Kekerasan
Kekerasan dapat didefinisikan sebagai ketahanan bahan terhadap penetrasi
pada permukaannya. Cara pengukuran kekerasab dapat ditetapkan dengan
deformasi yang berbeda, yaitu kekerasan Brinnel, Rochwell, Vickers,aitu yang
disebut Static Hardness Tests. Dynamic Hardness Tests contohnya Shore
Scleroscope, pendulum Hardness, Couldburst Tests, Equotip Hardness. Alat uji
kekerasan yang sering digunakan adalah Brinnel Hardness, Rockwell dan
Vickers. Ketiga alat uji ini menggunakan indentor yang bentuknya berupa bola
kecil, pyramid, atau tirus. Identor berfungsi sebagai pembuat jejak pada logam
(sampel) dengan pembebanan tertentu, nilai kekerasan diperoleh setelah
diameter jejak diukur. Kekerasan (Hv) suatu bahan dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelebihan bata beton antara lain kekuatan, daya tahan terhadap cuaca dan
kelembapan, serta biaya produksi yang relatif rendah dibandingkan dengan bahan
bangunan lainnya. Namun, bata beton juga memiliki kekurangan seperti berat, sulit
dipotong, dan kurang ramah lingkungan.
Bata beton digunakan dalam berbagai aplikasi dalam industri konstruksi, termasuk
sebagai bahan bangunan untuk dinding, lantai, atap, dan bahkan sebagai bagian dari
pondasi bangunan.
Contoh kasus penggunaan bata beton yang efektif adalah dalam pembangunan
gedung tinggi dan jembatan.
Di masa depan, perkembangan teknologi dan inovasi dalam produksi bata beton
dapat membantu mengatasi beberapa kekurangan bahan ini dan memperluas
penggunaannya dalam industri konstruksi. Namun, perlu juga diperhatikan untuk
mempertimbangkan dampak lingkungan dari penggunaan bata beton dan mencari
cara untuk membuatnya lebih ramah lingkungan.
33
DAFTAR PUSTAKA
1794 CHAPTER II.pdf . (2023, Maret 3). Diambil kembali dari Eprints UnDip:
http://eprints.undip.ac.id/33843/6/1794_CHAPTER_II.pdf
BAB I.pdf . (2023, Maret 3). Diambil kembali dari Eprints UMS:
http://eprints.ums.ac.id/57229/4/BAB%20I.pdf
BAB II FINAL FIX.pdf . (2023, Maret 3). Diambil kembali dari Eprints Polsri:
http://eprints.polsri.ac.id/1567/3/BAB%20II%20FINAL%20FIX.pdf
Badan Standarisasi Nasional. 1996. Bata Beton (Paving Block) – SNI 03-0691-
1996. Jakarta. (t.thn.).
Definisi Paving Block atau Conblock . (2023, Maret 3). Diambil kembali dari
Asiacon Blog: https://asiacon.co.id/blog/definisi-paving-block-atau-
conblock
Hakas Prayuda, H. N. (2023, Maret 3). Analisis Sifat Fisik dan Mekanik Bata Beton
di Yogyakarta. Diambil kembali dari Neliti ID:
https://www.neliti.com/id/publications/270358/analisis-sifat-fisik-dan-
mekanik-bata-beton-di-yogyakarta
34