Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEKNOLOGI BETON

PENGGUANAAN BETON DALAM PENINGKATAN JALAN RAYA


PROVINSI

Disusun oleh :

AKHMAD RIDHO SUGARA (2203010097)

Dosen pengampu : Mukti Agung Wiwowo, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

TAHUN AJARAN 2022/2023

LOKASI PENELITIAN :

JALAN RAYA PROVINSI PURBALINGGA – KLAMPOK


BANJARNEGARA
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayahnya, sehingga penyusun mampu menyelesaikan makalah mengenai
“Penggunaan Beton Dalam Peningkatan Jalan Raya Provinsi” yang mana dijadikan sebagai
pemenuhan salah satu tugas Mata Kuliah Teknologi Beton. Dengan besar harapan kami,
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang memerlukannya.

Demikian pula dengan makalah ini, dengan sepenuhnya, penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, semua bentuk kritik dan saran yang
membantu sangat kami harapkan dan tentu saja akan kami terima dengan senang hati sebagai
bentuk evaluasi dalam penulisan makalah yang lebih baik dikemudian hari.

Dalam penyusunan makalah, tentu tak lepas dari pengarahan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
terkait khususnya Dosen yang Pengampu Mata Kuliah Teknologi Beton, yang telah
memberikan dukungan moral dan juga bimbingannya terhadap kami.

2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………4

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………...5

1.3 Tujuan Penelitian .…………………………………………………...5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Beton …………………………………………………….6

2.2 Sifat dan Jenis Beton ……………………………….………………..6

2.3 Kekuatan Beton ……………………………………………………...8

2.4 Klasifikasi Jalan Raya ...……………………………………………..9

2.5 Pengertian Jalan Beton ..…………………………………………….10

BAB III HASIL PENELITIAN

3.1 Aplikasi Beton pada Konstruksi Jalan Raya ......……………………12

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Beton sebagai perkerasan jalan ….……13

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………...14

4.2 Saran …………………………………………………………………….....15

SUMBER DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………...15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan raya adalah salah satu prasarana transportasi untuk mendukung perpindahan
barang dan orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dan salah satu prasarana yang
sangat dibutuhkan dalam menunjang pembangunan pada masa sekarang ini. Jalan
dengan kondisi baik merupakan bagian yang sangat vital dari infrastruktur. Beberapa
bagian-bagian dari Jalan adalah merupakan komponen-komponen yang saling
mendukung satu sama lain, seperti : lahan di samping jalan, land scape jalan, saluran
samping, saluran bawah tanah, bahu, median, badan jalan, perkerasan dan assesoris jalan.
Perkerasan jalan adalah suatu bagian yang sangat penting dalam perencanaan jalan
raya, dan pada umumnya perkerasan terdiri dari: pondasi bawah yang langsung bertumbuh
pada dasar tanah, pondasi dan lapis permukaan dan jenis perkerasan yang dipilih sangat
mempengaruhi kinerja jalan tersebut dalam pengoperasiannya. Jenis perkerasan kaku
(Rigid Pavement) merupakan alternatif perkerasan di Indonesia sekarang ini banyak
digunakan, karena cukup kuat dan tahan lebih lama dibanding perkerasan lentur.
Perkerasan lentur (Flexible Pavement) saat ini sudah mulai banyak ditinggalkan
terutama untuk Jalan Nasional atau Jalan Tol yang hampir seluruhnya dibuat jalan
beton. Hal tersebut disebabkan jalur kendaraan dengan heavy loaded dan frekuensi tinggi
banyak terdapat pada Jalan Nasional, Arteri maupun Jalan Tol. Kenaikan beban pada
kendaraan yang melintasi permukaan jalan, pembebanan kendaraan yang berulang juga
menimbulkan kerusakan jalan.
Oleh karena itu, semestinya dalam perencanaan jalan hendaknya direncanakan dengan
benar agar jalan tersebut menghasilkan jalan yang kuat dan tahan terhadap peningkatan
volume lalu lintas dan iklim selama masih dalam umur rencana dengan
tetap melakukan pemeliharaan perkerasan jalan baik rutin maupun berkala.

4
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini, beton mempunyai kecenderungan mendapatkan


hasil yang kurang sempurna seperti permukaan aus dan retak. Pencapaian yang kurang
sempurna tersebut dapat disebabkan adanya faktor risiko pada bahan penyusun beton,
pencampuran bahan, pelaksanaan pengecoran dan perawatan beton, dapat juga dipengaruhi
oleh pengendalian selama pelaksanaan. Untuk itu diperlukan kajian antara risiko,
pengendalian dan kualitas dalam usaha memperoleh kualitas beton yang baik dan sesuai
spesifikasi.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :


1. Mengetahui perbedaan antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku
2. Menganalisa hubungan antara penggunaan agregat dengan kualitas beton
3. Menganalisa perkembangan penggunaan jalan beton saat ini
4. Menentukan kelebihan dan kekurangan jalan menggunakan perkerasan kaku

5
BAB II
PEMBAHASAN

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Beton

Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari
kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen
Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.

Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya,
beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengrekatkan
komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan
untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyeberangan,
struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok. Nama
lama untuk beton adalah batu cair. Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru
hasil modifikasi, seperti beton ringan, beton semprot (eng: shotcrete), beton fiber, beton
berkekuatan tinggi, beton berkekuatan sangat tinggi, beton mampat sendiri (eng: self
compacted concrete) dll. Saat ini beton merupakan bahan bangunan yang paling banyak dipakai
di dunia.

2.2 Sifat dan Jenis Beton

A. Sifat-sifat Beton
Meskipun jenis beton masa kini sangat beragam, akan tetapi secara umum, beton memiliki
sifat-sifat sebagai berikut :

 Memiliki kuat tekan tinggi


 Memiliki kuat tarik lemah
 Kualitasnya tergantung pada kualitas semen dan agregat pembuatnya
 Beton bisa kehilangan kekuatan hingga 40% jika pengeringan diadakan sebelum
waktu yang tepat
 Sifat pengerasan beton bertambah seiring pertambahan suhu
 Kekuatan beton bertambah seiring dengan bertambah umurnya

Dari semua sifat di atas, beton masih menjadi andalan bahan bangunan yang dipakai saat ini.
Mulai dari konstruksi ringan seperti rumah tempat tinggal hingga pembuatan gedung-gedung
tinggi, beton tetap menjadi pilihan utamanya. Maka penting dalam pemilihan bahan utama
beton seperti agregat dan semen agar kualitas beton sempurna.

B. Jenis-Jenis Beton Pada Konstruksi Saat Ini

Dalam perkembangan teknologi konstruksi, ditemukan beton-beton baru yang


multiguna.Hal ini menjawab kebutuhan pekerja konstruksi untuk menghasilkan bangunan
lebihbaik dengan budget lebih hemat. Seperti halnya beton ringan, beton semprot, beton fiber,
beton berkekuatan tinggi dan beton berkekuatan sangat tinggi.Bukan hanya itu, masih banyak
ragam beton yang ada dalam konstruksi.

Berikut ini akan disebutkan beberapa jenis beton yang ada saat ini. Semuanya akan berbeda
berdasarkan bahan pembuatnya dan kegunaannya yang spesifik. Berikut inilah ragam beton
yang paling banyak dipakai dalam konstruksi masa kini :

6
1. Beton hampa
Beton ini cukup unik. Untuk membuatnya maka kita harus menyedot air pengencer
adukanbeton memakai vacuum khusus. Hal ini yang membuat beton tersebut dinamakanbeton
hampa. Keistimewaannya ialah kekuatan beton tinggi dengan air sisa yangbereaksi dengan
semen.

Aplikasi beton ini banyak dipakai dalam konstruksi berat. Contohnya adalah
pembuatangedung-gedung pencakar langit dengan kualitas beton yang sangat baik.

2. Beton bertulang
Beton bertulang memakai tulangan baja untuk memperkuat struktur konstruksi. Aplikasinya
diperuntukkan sebagai pelat lantai, kolom bangunan, hingga jembatan. Sifat beton bertulang
cenderung kuat terhadap gaya tekan. Meskipun demikian beton ini lemah dengan gaya tarik.

3. Beton prategang
Beton ini hampir sama dengan beton prategang. Perbedaannya iaah pada tulangan baja dalam
beton. Beton prategang, baja harus melalui proses penegangan terlebih dulu agar beton mampu
menahan lenturan yang besar dan tak mudah retak. Pemakaiannya dalam konstruksi banyak
dipakai untuk bangunan dengan bentang lebar.

3. Beton mortar
Beton ini berasal dari bahan campuran mortar, pasir, dan air. Jenis mortar yang dipakai ialah
dari semen, kapur maupun lumpur yang kemudian diberi tulangan baja untuk memberikan
kekuatan tarik yang baik.

4. Beton ringan
Jenis beton ini memiliki bobot yang ringan. Pembuatannya memakai zat aditif yang
membentuk gelembung-gelembung udara dalam beton yang membuat beton memiliki bobot
ringan. Karenanya, beton ringan dipakai untuk pembuatan dinding non struktur.

5. Beton non pasir


Jika selama ini beton biasa memakai pasir sebagai agregat ringan, maka dalam beton non pasir,
tidak memakai material tersebut. Bahan pembuatanya adalah kerikil, semen, dan air. Beton ini
memiliki rongga-rongga yang membuat beton memiliki bobot ringan.

Beton non pasir dipakai dalam banyak kebutuhan konstruksi. Contohnya adalah bata beton,
dinding sederhana, kolom, struktur ringan, dan buis beton.

6. Beton pracetak
Beton ini mudah ditemui dipasaran dan bahan bangunan. Pemakaiannya sangat umum dalam
masyarakat Indonesia. Sedangkan pembuatannya ialah dengan cetakan di pabrik pabrik
pembuatan beton. Dengan adanya beton pracetak maka bisa membantu konstruksi-konstruksi
yang mmiliki lahan sempit sehingga pasokan beton didatangkan dari pabrik.

7. Beton serat
Jenis beton serat memakai serta tambahan dalam adukan betonnya. Jenis serat cukup banyak,
diantaranya ada yang memakai asbestos, plastik, kawat baja hingga beraneka macam tumbuhan
sebagai bahan pengisi. Serat-serat ini akan berguna agar konstruksi tak mudah retak.Itulah
beberapa jenis beton yang dimanfaatkan dalam konstruksi. Beberapa diantaranya dipakai pula
dalam masyarakat untuk konstruksi kecil, seperti dalam renovasi rumah dan pembuatan
jalan-jalan kampung.

7
2.3 Kekuatan Beton

Beton polos memiliki kekuatan tekan yang tinggi dibandingkan dengan kekuatan

tariknya. Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan

benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin

tekan. Kuat tarik beton biasanya 8%-15% dari kuat tekan beton. Kuat tarik adalah suatu sifat

yang penting yang mempengaruhi perambatan dan ukuran dari retak di dalam struktur. Sebuah

balok yang diberi beban akan mengalami deformasi, oleh sebab itu timbul momen-momen

lentur sebagai perlawanan dari material yang membentuk balok tersebut terhadap beban luar.

Kuat tarik lentur adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada dua perletakan untuk

menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji, yang diberikan padanya, sampai

benda uji patah dan dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas. Tujuan dari

penelitian ini adalah, membandingkan hubungan antara kuat tarik lentur beton dan kuat tekan

beton. Pada penelitian dilakukan perawatan selama 28 hari dengan benda uji yang digunakan

adalah balok 100x100x400 mm sebanyak 32 buah untuk pengujian kuat tarik lentur dan

silinder 10/20 mm sebanyak 20 buah untuk pengujian kuat tekan. Variasi kuat tekan yang

digunakan yaitu 20,25,30 dan 35 MPa. Hasil pengujian menyatakan bahwa nilai kuat tarik

lentur pada beton mengalami kenaikan yaitu semakin besar nilai kuat tekan maka nilai kuat

tarik lentur yang dihasilkan semakin besar pula. Pada penelitian ini nilai fr/ berkisar 0,81

sampai 0,83.

8
2.4 Klasifikasi Jalan Raya

a) Jalan Nasional

Jalan Nasional adalah jalan yang dikelola oleh Kementerian PUPR yang meliputi 4
kelompok yakni jalan arteri primer, jalan kolektor primer (penghubung antar-ibu kota
provinsi), jalan tol (bebas hambatan), dan jalan strategis nasional. Jalan nasional ditandai
dengan kode K1. Secara kasat mata, masyarakat bisa mengenali status jalan nasional lewat
dua cara. Pertama lewat papan penunjuk jalan yang biasanya dipasang di jalan yang
mencantumkan status jalan tersebut. Cara kedua yakni dengan mengenali jenis marka jalan.
Marka jalan ini diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 67 Tahun 2018 tentang
Marka Jalan.

b) Jalan Provinsi

Merujuk pada PP Nomor 34 Tahun 2006, jalan provinsi adalah jalan kolektor yang
menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten atau kota dalam satu provinsi
tersebut (K2). Selain itu, jalan provinsi juga bisa berupa jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar-ibu kota kabupaten/kota (K3). Jalan provinsi lainnya yakni jalan
strategis provinsi. Khusus untuk wilayah DKI Jakarta, seluruh ruas jalan, kecuali jalan
nasional, adalah berstatus jalan provinsi. Selain dari papan petunjuk jalan, jalan provinsi juga
bisa dikenali dari marka jalan yang hanya berwarna putih (tanpa warna kuning).
Di beberapa titik, lebar jalan provinsi juga sama dengan jalan nasional. Pengelola dan
penanggung jawab jalan provinsi adalah gubernur atau pejabat lain yang ditunjuk.

b) Jalan Kabupaten

Menurut PP Nomor 34 Tahun 2006, jalan kabupaten adalah jalan yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa,
antaribukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antardesa. Jalan kabupaten juga
bisa berupa jalan sekunder yang tidak masuk sebagai jalan provinsi dan jalan strategis
kabupaten, lalu penghubung antar-pusat kegiatan lokal.Kode jalan ini ditandai dengan K4.
Pengelola dan penanggung jawab jalan kabupaten adalah pemerintah daerah kabupaten, baik
oleh bupati maupun pejabat yang ditunjuk.
9
Ciri warna marka jalan kabupaten sama dengan jalan provinsi yakni hanya berwarna
membujur putih saja, baik terputus maupun garis tanpa putus. Namun biasanya, jalan
kabupaten memiliki ukuran lebar yang lebih kecil dari jalan provinsi dan hanya
menghubungkan antar-kecamatan. Selain itu, seringkali ditemui jalan kabupaten adalah yang
biasanya hanya berupa jalan aspal atau beton saja tanpa adanya marka jalan (polos).

2.4 Pengertian Jalan Beton

Jalan Beton

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat
(slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas
tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi
karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis
permukaan.

Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari
kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan
perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis
pondasi dan lapis permukaan.

Penggunaan perkerasan beton sebagai jalan raya dan jalan lingkungan dapat menjadi
pilihan yang baik untuk suatu wilayah. Untuk perkerasan beton umumnya dibuat dengan tebal
minimal 20 cm menggunakan beton bermutu tinggi (minimal beton K-300) agar tahan aus
terhadap roda lalu lintas, memiliki ketahanan yang baik terhadap pelapukan akibat cuaca, serta
tidak memerlukan pemeliharaan yang terlalu sering.

10
BAB III
HASIL PENELITIAN

3.1 Aplikasi Beton pada Konstruksi Jalan Raya

Pada perkerasan beton, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton.
Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi
keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah kadar air pamadatan, kepadatan dan permukaan kadar air selama masa
pelayanan. Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton adalah bukan merupakan bagian
utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi sebagai berikut:
 Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar
 Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan,retakan dan tepi-tepi pelat
 Memberi dukungan yang lebih baik dan seragam pada pelat
 Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan
Pelat beton mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban pada bidang
yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya.
Beberapa pertimbangan mengenai waktu/kapan perlu perkerasan kaku bisa dipakai adalah
sebagai berikut:
a) Bila persentasi lalu lintas berat relatif besar
b) Variasi dari daya dukung tanah besar
c) Pilihan konstruksi tidak bertahap
d) Pertimbangan ketersediaan biaya

Kasus obyek studi untuk penulisan makalah ini adalah Peningkatan Jalan Raya Provinsi
Purbalingga – Klampok Banjarnegara yang berada pada Provinsi Jawa Tengah.

Gambar 1. Peningkatan Jalan Raya Provinsi Purbalingga – Klampok Banjarnegara.

11
Pentingnya Perawatan Beton (Curing)

Curing atau perawatan beton dilakukan saat beton sudah mulai mengeras yang bertujuan
untuk menjaga agar beton tidak cepat kehilangan air dan sebagai tindakan menjaga
kelembaban/suhu beton sehingga beton dapat mencapai mutu beton yang diinginkan.
Pelaksanaan perawatan beton dilakukan setelah beton mengalami atau memasuki fase
hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah bekisting beton dilakukan
bongkaran dengan durasi tertentu yang dimaksudkan untuk memastikan terjaganya kondisi
yang diperlukan untuk proses reaksi senyawa kimia yang terkandung dalam campuran beton.
Proses curing pada beton memainkan peran penting pada pengembangan kekuatan dan daya
tahan beton. Proses curing ini meliputi pemeliharaan kelembaban dan kondisi suhu, baik dalam
beton maupun di permukaan beton dalam periode waktu tertentu.

A. TUJUAN PERAWATAN BETON

 Menjaga beton dari kehilangan air semen yang banyak pada saat-saat setting time
concrete.
 Menjaga perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar.
 Stabilitas dari dimensi struktur.
 Mendapatkan kekuatan beton yang tinggi.
 Menjaga beton dari kehilangan air akibat penguapan pada hari-hari pertama
 Menjaga keretakan.

B. METODE PERAWATAN BETON

Terdapat berbagai macam metode curing beton yang umum dilakukan baik dengan
pembasahaan sederhana, penguapan dan menggunakan membran. Pemilihan cara yang tepat
dalam melakukan pemeliharaan beton merupakan hal yang harus diperhatikan karena sangat
berpengaruh terhadap biaya yang akan dikeluarkan.

1. Perawatan Dengan Pembasahan

a. Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab (dilakukan pada beton uji).
b. Menaruh beton segar dalam genangan air (dilakukan pada beton uji).
c. Menyelimuti permukaan beton dengan air.
d. Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
e. Menyirami permukaan beton secara continue.
f. Melapisi permukaan beton dengan material khusus (Curing Compound)

2. Perawatan Dengan Penguapan / Steam


Sebelum perawatan dengan penguapan dilaksanakan, beton harus dipertahankan terlebih
dahulu dan berada pada suhu 10°-30°C selama beberapa jam. Perawatan dengan penguapan
berguna pada daerah yang mempunyai musim dingin. Perawatan ini harus diikuti dengan
perawatan dengan pembahasan setelah lebih dari 24 jam, minimal selama umur 7 hari, agar
kekuatan tekan dapat tercapai sesuai dengan rencana pada umur 28 hari. Perawatan dengan
penguapan dilakukan dengan 2 cara yaitu :

 Perawatan dengan tekanan yang rendah berlangsung selama 10-12 jam dengan
tekanan berkisar antara 40°-55°C
 Perawatan dengan tekanan tinggi berlangsung selama 10-16 jam dengan tekanan pada
suhu 65°-95°C, dengan suhu akhir 40°-55°C.

12
3. Perawatan Dengan Membran
Membran yang digunakan untuk perawatan beton ini merupakan penghalang fisik untuk
menghalangi penguapan air. Bahan yang digunakan harus kering dalam waktu 4 jam (sesuai
final setting time), dan membentuk selembar film yang continue, melekat dan tidak beracun,
tidak selip, bebas dari lubang-lubang halus dan tidak membahayakan beton. Lembaran plastik
atau lembaran lain yang kedap air dapat digunakan dengan sangat efesien. Perawatan dengan
menggunakan membran sangat berguna untuk perawatan pada lapisan perkerasan beton (rigid
pavement). Cara ini harus dilaksanakan sesegera mungkin setelah waktu pengikatan beton.
Perawatan dengan cara ini dapat juga dilakukan setelah atau sebelum perawatan dengan
pembahasan.

3.1 Kelebihan dan Kekurangan Beton Sebagai Perkerasan Jalan

A. Kelebihan jalan beton :

 Dapat menahan beban kendaraan yang berat.


 Tahan terhadap genangan air dan banjir.
 Biaya perawatan lebih murah dibanding jalan aspal.
 Dapat digunakan pada struktur tanah lemah/ekpansif yang CBR-nya rendah tanpa
perbaikan struktur tanahnya terlebih dahulu.
 Pengadaan material lebih mudah didapat.
 Direkomendasikan untuk jalan yang mempunyai tanah dasar yang jelek, dan jalan yang
lalu lintas kendaraan beratnya cukup tinggi.

B. Kekurangan jalan beton :


Kualitas jalan beton sangat tergantung pada proses pelaksanaannya, misalnya pengeringan
yang terlalu cepat dapat menimbulkan keretakan jalan, untuk mengatasi hal ini dapat
menambahkan zat kimia pada campuran beton atau dengan menutup beton pasca pengecoran
dengan kain basah untuk memperlambat proses pengeringan.

 Untuk penggunaan pada jalan raya dengan kapasitas berat kendaraan yang tinggi, maka
biaya konstruksi jalan beton lebih mahal dibanding jalan aspal, namun lebih murah pada
masa perawatan. Biaya Pembangunan jalan beton di Kabupaten Grobogan sepanjang 1
Km dengan lebar badan jalan 4 Meter, full rigid membutuhkan dana sekitar 2,5 Milyar.
 Kehalusan dan gelombang jalan sangat ditentukan pada saat proses pengecoran
sehingga diperlukan pengawasan yang ketat.
 Proses perbaikan jalan dengan cara menumpang pada konstruksi jalan beton yang lama,
sehingga menaikan ketinggian elevasi jalan, sehingga terkadang elevasi jalan lebih
tinggi dibanding rumah disampingnya.
 Warna beton membuat suasana jalan menjadi keras dan gersang sehingga menimbulkan
efek kehati-hatian bagi pengendara diatasnya.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Beton atau bisa disebut batu cair adalah sebuah bahan bangunan komposit yang
terbuat dari kombinasi aggregat dan pengikat semen.
2. Beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi,
mengrekatkan komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material
seperti batu.
3. Beton digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan,
jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen
dalam bata atau tembok blok.
4. Sifat dasar beton itu memiliki kuat tekan tinggi, memiliki kuat tarik lemah,
kualitasnya tergantung pada kualitas semen dan agregat pembuatnya.
5. Dalam perkembangan teknologi konstruksi, ditemukan beton-beton baru yang
multiguna. Semuanya akan berbeda berdasarkan bahan pembuatnya dan
kegunaannya yang spesifik.
6. Beton polos memiliki kekuatan tekan yang tinggi dibandingkan dengan kekuatan
tariknya. Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang
dihasilkan oleh mesin tekan.
7. Klasifikasi jalan raya bisa dibagi menjadi tiga yaitu jalan nasional, jalan provinsi, dan
jalan kabupaten/kota.
8. Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas
plat beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah di atas tanah dasar.
9. Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton adalah bukan merupakan bagian utama
yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi sebagai
mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.
10. Curing atau perawatan beton dilakukan saat beton sudah mulai mengeras yang
bertujuan untuk menjaga agar beton tidak cepat kehilangan air dan sebagai tindakan
menjaga kelembaban/suhu beton sehingga beton dapat mencapai mutu beton yang
diinginkan.
11. Kelebihan dan kekurangan beton tergantung pada proses pelaksanaan, material
penyusun, dan proses perawatannya.

14
4.1 SARAN

1. Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur, pekerjaan


penulangan beton harus di perhitungkan dengan matang, karena jika tidak kualitas beton
menurun.
2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan peraturan dan
pedoman – pedoman standar dalam perencanaan struktur, sehingga bangunan yang
dihasilkan nantinya selalu memenuh persyaratan yang terbaru yang ada ( up to date )
seperti dalam hal peraturan perencanaan struktur tahan gempa, standar perencanaan
struktur beton, harga matrial terbaru dan sebagainya.
3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan berpedoman
pada faktor kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pengalaman tenaga
kerja serta segi ekonomisnya.

SUMBER – SUMBER :

https://id.wikipedia.org/wiki/Beton

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/8808

https://www.hilongeotextile.com/tujuan-dan-metode-perawatan-beton-curing/

https://www.pariton.co.id/news/mengenal-sifat-kelebihan-hingga-jenis-beton-masa-ki
ni/

https://money.kompas.com/read/2021/02/02/061200526/cara-mudah-membedakan-stat
us-jalan-nasional-provinsi-dan-kabupaten?page=all.

https://bappeda.grobogan.go.id/data/bidang-praswilek/65-perbandingan-kontruksi-jala
n-beton-aspal-dan-paving

15

Anda mungkin juga menyukai