Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton (concrete) merupakan salah satu bahan bangunan yang masih
banyak dipakai dalam pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan
kemudahan dalam pelaksanaannya membuat beton semakin tak tergantikan dalam
dunia konstruksi. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak
dikembangkan dalam teknologi bahan konstruksi. Beton merupakan campuran
antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat
kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat
(SNI 03-2847-2002, pasal 3.12, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung). Beton memiliki keunggulan pada kuat tekan yang baik
sehingga beton digunakan sebagai pembentuk struktur utama konstruksi dan
peningkatan kualitas beton akan terus-menerus dilakukan dalam berbagai
penelitian.
Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi
oleh keseragaman bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya di
lapangan, umumnya beton yang disuplai oleh perusahaan pembuatan beton (ready
mix) telah terjamin keseragaman bahan dasarnya. Untuk mendapatkan kualitas
dan keseragaman beton sesuai seperti yang disyaratkan maka pelaksanakan
pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur. Yang
dimaksud dengan kualitas beton seperti yang disyaratkan disini adalah kuat tekan
beton pada umur ke-28 hari. Oleh karena sebab-sebab di atas maka diperlukan
adanya kontrol kualitas yang dapat mengetahui kemungkinan terjadinya output
yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan sedini mungkin. Output yang tidak
sesuai syarat atau yang menghasilkan beton dengan kualitas yang tidak sesuai
prasyarat, akan mempengaruhi ketahanan dari bangunan yang akan dibangun.
Sebagai contoh bangunan yang mudah ambruk atau rusak akibat gempa yang

1
tidak terlalu keras guncangannya. Setelah diteliti penyebabnya adalah kualitas
bahan yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan.
Oleh karena itu, saya tertarik untuk mengangkat permasalahan ini
sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh kualitas beton (concrete)
terhadap ketahanan bangunan. Disamping itu, diharapkan pula dengan adanya
karangan ilmiah ini, para pembaca, terutama yang berada di bidang konstruksi
memahami kualitas-kualitas dari beton sehingga pekerjaan konstruksi dapat
dilaksanakan lebih optimal.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam karangan ilmiah ini
sebagai berikut:
1. Apakah kualitas beton mempengaruhi ketahanan dari suatu bangunan?
2. Bagaimanakah kualitas beton yang baik dan sesuai SNI?
3. Apa saja hal yang mempengaruhi kualitas dari beton tersebut?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari karangan ilmiah ini sebagai berikut:
1. Memahami pengaruh kualitas beton terhadap ketahanan dari suatu
bangunan.
2. Mengetahui kualitas beton yang baik dan sesuai SNI.
3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas beton.

1.4 Manfaat
Manfaat dari karangan ilmiah ini yaitu:
1. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan penulis mengenai kualitas beton dan
pengaruhnya terhadap ketahanan bangunan.
2. Bagi praktisi teknik sipil
Dengan adanya karangan ilmiah ini, diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang kualitas beton sesuai yang disyaratkan serta
memahami pengaruh dari kualitas beton terhadap ketahanan bangunan

2
sehingga pekerjaan konstruksi dapat dilaksanakan lebih optimal serta
memperkecil angka kerusakan atau kegagalan suatu bangunan.
3. Bagi mahasiswa
Sebagai literatur dalam pelaksanaan penelitian-penelitian lanjutan yang
berkaitan di bidang ini, sekaligus dapat menambah wawasan mengenai
kualitas beton dan pengaruhnya terhadap ketahanan bangunan.
4. Bagi masyarakat
Dengan adanya karangan ilmiah ini, diharapkan dapat menambah
pengetahuan masyarakat mengenai kualitas beton dan pengaruhnya
terhadap ketahanan bangunan sehingga masyarakat mampu
menentukan beton yang dapat digunakan apabila akan membangun
suatu bangunan.

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Adapun metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
karangan ilmiah ini adalah dengan metode studi pustaka yaitu mengumpulkan
seluruh data-data yang terkait dengan kualitas beton dan pengaruhnya terhadap
ketahanan bangunan melalui berbagai sumber seperti buku, jurnal, internet, dan
literatur lainnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Beton


Perkembangan dunia konstruksi di Indonesia saat ini sangat berdampak
pada bertambahnya penggunaan beton sebagai material dalam perkuatan struktur.
Selain itu teknologi pada beton juga selalu mengalami perkembangan yang lebih
dinamis. Pengertian beton sendiri adalah merupakan campuran yang homogen
antara semen, air dan agregat. Karakteristik beton yaitu mempunyai tegangan
hancur tekan yang tinggi serta tegangan hancur tarik yang rendah.
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan
tambah (admixture atau additive). Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan
utama dalam pembuatan struktur. Selain karena kemudahan dalam mendapatkan
material penyusunnya, hal itu juga disebabkan oleh penggunaan tenaga yang
cukup besar sehingga dapat mengurangi masalah penyedian lapangan kerja. Hal
yang menjadi pertimbangan pada proses produksinya berupa kekuatan tekan yang
tinggi dan kemudahan pengerjaannya, serta kelangsungan proses pengadaan beton
(Tri Mulyono, 2003).
Pengaplikasian material beton untuk konstruksi bangunan, jembatan, dan
jalan raya khususnya perkerasan kaku (rigid pavement) telah banyak dilakukan.
Beton yang dihasilkan tersebut harus memenuhi kekuatan sesuai yang ditentukan
dalam perencanaan. Sifat-sifat dan karakteristik material penyusun beton akan
mempengaruhi kinerja dari beton yang dibuat. Kinerja beton ini harus disesuaikan
dengan kategori bangunan yang dibuat, yang harus memenuhi kriteria konstruksi,
kekuatan tekan dan keawetan.atau durabilitas. Secara umum beton dibedakan
kedalam 2 kelompok, yaitu:
a. Beton berdasarkan kelas dan mutu beton.
Kelas dan mutu beton ini, dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu:
1. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktutral.
Untuk pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan

4
mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan
sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu
kelas I dinyatakan dengan B0.
2. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi
dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K 175, dan K 225. Pada mutu B1,
pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu bahan-
bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan.
3. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang
lebih tinggi dari K 225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan
harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan
adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani
oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton
secara kontinu.
b. Berdasarkan jenisnya, beton dibagi menjadi 6 jenis, yaitu:
1. Beton ringan
Beton ringan merupakan beton yang dibuat dengan bobot yang lebih
ringan dibandingkan dengan bobot beton normal. Agregat yang digunakan
untuk memproduksi beton ringan pun merupakan agregat ringan juga.
Agregat yang digunakan umumnya merupakan hasil dari pembakaran shale,
lempung, slates, residu slag, residu batu bara dan banyak lagi hasil
pembakaran vulkanik. Berat jenis agregat ringan sekitar 1900 kg/m 3 atau
berdasarkan kepentingan penggunaan strukturnya berkisar antara 1440–
1850 kg/m 3, dengan kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2
Mpa.
2. Beton normal
Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai
agregat halus dan split sebagai agregat kasar sehingga mempunyai berat
jenis beton antara 2200 kg/m 3 –2400 kg/m 3 dengan kuat tekan sekitar 15–
40 Mpa.

5
3. Beton berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memiliki
berat isi lebih besar dari beton normal atau lebih dari 2400 kg/m3. Untuk
menghasilkan beton berat digunakan agregat yang mempunyai berat jenis
yang besar.
4. Beton massa (mass concrete)
Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton
yang besar dan masif, misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi, dan
jembatan.
5. Ferro-Cement
Ferro-Cement adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan
cara memberikan suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai
pemberi kekuatan tarik dan daktil pada mortar semen.
6. Beton serat (fibre concrete)
Beton serat (fibre concrete) adalah bahan komposit yang terdiri dari
beton dan bahan lain berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah
retak-retak sehingga menjadikan beton lebih daktil daripada beton normal.

2.2. Komposisi Beton


Beton umumnya tersusun dari tiga bahan penyusun utama yaitu semen,
agragat, dan air. Jika diperlukan bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan
unuk mengubah sifat-sifat tertentu dari beton. Komposisi beton yang akan dibuat
pada penelitian ini terdiri dua jenis perlakuan dimana pertama dibuat perancangan
beton normal dan kedua dibuat perancangan dengan pengantian agregat kasar
dengan menggunakan cangkang kelapa sawit. Komposisi beton normal sendir
terdiri dari semen portland, batu pecah (split), pasir dan air sedangkan komposisi
pengantinya terdiri dari semen portland, cangkang sawit, pasir dan air sebagai
campuran yang akan direncanakan pada perancangan pembuatan beton.

6
2.2.1 Semen Portland
Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak
digunakan dalam perkejaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen
portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan
menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya
mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Semen merupakan
bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik
disektor konstruksi sipil. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton
harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang
diberikan. Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang
komposisi utamanya adalah kalsium dan almunium silikat. Penambahan air
pada mineral ini menghasilakan suatu pasta yang jika mengering akan
mempunyai kekuatan seperti batu. Berat jenis yang dihasilkan berkisar
antara 3.12 dan 3.16 dan berat volume sekitar 1500 kg/cm 3. Bahan utama
pembentuk semen portland adalah kapur (CaO), silica (SiO3), alumina
(A12O3), sedikit magnesia (MgO), dan terkadang sedikit alkali. Utuk dapat
mengkontrol komposisinya, terkadang ditambah oksida besi, sedangkan
gypsum (CaSO4.2H2O) ditambahakn untuk mengatur waktu ikat semen.

2.2.2 Batu Pecah (split)


Batu pecah merupakan hasil pengolahan batu dengan stone crusher.
Butiran yang dihasilkan berbentuk tajam sehingga dapat memperkuat
mortar. Batu pecah ini paling sering digunakan dalam pekerjaan struktural.
Ukuran yang dikenal dalam pekerjaan beton adalah ukuran 10/20 dan 20/30.
Fungsi utama dari batu pecah sendiri adalah sebagai bahan penyusun pada
campuran beton yang dicampur dengan pasir, semen dan air.

7
2.2.3 Pasir
Pasir yang digunakan dalam campuran beton jika dilihat dari
sumbernya dapat berasal dari sungai ataupun galian tambang (quarry).
Agregat berasal dari tanah galian, yaitu tanah yang dibuka lapisan
penutupnya (pre-striping), biasanya berbentuk tajam, bersudut, berpori dan
bebas dari kandungan garam. Pasir kasar alami biasanya dapat memenuhi
syarat gradasi zona I dari British Standard (B.S), tetapi mineral halusnya
berukuran lebih kecil dari 0,3 mm tidak cukup banyak. Pasir yang masuk
pada zona II dan zona III dapat juga ditemukan dalam pasir alami, tetapi
biasanya banyak mengandung silt dan tanah liat. Pengaruh material terhadap
kekuatan beton bila beton dibuat dengan campuran agregat yang terdiri dari
60% agregat kuat dan 40% agregat lemah. Perbandingan kekuatan agregat
juga menentukan kekuatan tekan beton yang akan dibuat.

2.2.4 Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk pemicu proses kimiawi
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan pekerjaan beton.
Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran
beton. Perbandingan air dengan semen merupakan suatu hal yang amat
penting, yang biasanya disebut faktor air semen (FAS). Air yang berlebihan
dapat menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai,
sedangkan air yang terlalu sedikit menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai
seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri. Air
digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, zat organil, atau bahan lainnya yang dapat merusak
beton atau tulangan.

2.3. Sifat dan Karakteristik Beton sebagai Bahan Bangunan


a. Kelas dan Mutu Beton
Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971, beton untuk
konstruksi beton bertulang dibagi dalam tiga kelas dan enam mutu standar.
Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non-strukturil,

8
dinyatakan dengan mutu beton B0. Beton kelas II adalah beton untuk
pekerjaan-pekerjaan strukturil secara umum, terdiri dari beton mutu: B1,
K125, K175 dan K225. Beton kelas III adalah beton untuk
pekerjaanpekerjaan strukturil dimana dipakai mutu beton dengan kekuatan
tekan karakteristik yang lebih tinggi dari 225 kg/cm2.

b. Kuat Tekan Beton


Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima
gaya tekan per satuan luas, dan dinyatakan dengan Mpa atau N/mm2 atau
kg/cm2. Walaupun dalam beton terdapat tegangan tarik yang sangat kecil,
diasumsikan bahwa semua tegangan tekan didukung oleh beton tersebut.
Penentuan kuat tekan dapat dilakukan dengan alat uji tekan dan benda uji
berbentuk silinder atau kubus pada umur benda uji 28 hari. Kuat tekan beton
ditetapkan oleh perencana struktur untuk dipakai dalam perencanaan struktur
beton. Untuk semua mutu beton selain B0 dan B1, komposisi campuran
beton harus direncanakan atau dipilih sedemikian rupa hingga menghasilkan
kekuatan tekan karakteristik (’bk) yang disyaratkan untuk mutu beton yang
bersangkutan. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia nomor 03-2847-
2002, beton harus dirancang sedemikian hingga menghasilkan kuat tekan
sesuai dengan aturan-aturan dalam tata cara tersebut dan tidak boleh kurang
daripada 17,5 Mpa.

c. Faktor Air Semen


Faktor air semen (FAS) adalah perbandingan antara berat air dan
berat semen. Dengan FAS senilai 0,40 telah cukup untuk mempengaruhi
seluruh semen berhidrasi membentuk batuan yang keras. FAS ditentukan
dengan rumus:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
F.A.S =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛

Misalkan: - Ditentukan F.A.S = 0,40;


- Semen yang digunakan beratnya = 350 kg/m3 ;
Maka banyaknya air = 350 x 0,40 = 140 l/m3

9
FAS yang rendah (kadar air sedikit) menyebabkan air di antara
bagian-bagian semen sedikit, sehingga jarak antara butiran-butiran semen
pendek. Akibatnya batuan-semen lebih cepat mencapai kepadatan dan
kekuatan awal yang lebih tinggi, sehingga kekuatan akhir beton menjadi
lebih rendah (berkurang). Demikian pula FAS yang lebih tinggi dapat
menyebabkan beton lebih berporipori, sehingga kekuatan dan masa pakai
beton berkurang. Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, dalam
pelaksanaan beton dengan campuran yang direncanakan, jumlah semen
minimum dan nilai FAS maksimum yang dipakai harus disesuaikan dengan
keadaan sekelilingnya.

d. Kekentalan Adukan Beton


Kekentalan (konsentrasi) adukan beton harus disesuaikan dengan
cara pengankutan, cara pemadatan, jenis konstruksi dan kerapatan dari
tulangan. Kekentalan tersebut tergantung pada jumlah dan jenis semen, nilai
faktor air semen, jenis dan susunan butir agregat, serta penggunaan bahan-
bahan pembantu. Pemeriksaan kekentalan adukan beton dapat dilakukan
dengan slump. Batas-batas kekentalan yang dianjurkan dalam Peraturan
Beton Bertulang Indonesia 1971 ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Slump (cm)
Uraian
Maksimum Minimum

Dinding, pelat fondasi dan fondasi telapak 12,5 5,0


bertulang

Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan 9,0 2,5


konstruksi di bawah tanah

Pelat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5

7,5 5,0
Pengerasan jalan

Pembetonan massal 7,5 2,5

Tabel 1.1. Nilai-nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton.

10
e. Komposisi Adukan Beton
Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, untuk beton
mutu Bo dapat dipakai setiap campuran yang lazim dipakai untuk pekerjaan-
pekerjaan nonstrukturril, dengan syarat bahwa perbandingan jumlah pasir
dan kerikil (atau batu pecah) terhadap jumlah semen, tidak boleh melampaui
8 : 1. Untuk beton mutu B1 dan K125 harus dipakai campuran nominal
semen, pasir dan kerikil (atau batu pecah) dalam perbandingan isi 1 : 2 : 3
atau 1 : 1½ : 2½. Untuk beton mutu K175 dan mutu-mutu lainnya yang lebih
tinggi, harus dipakai campuran beton yang direncanakan. Yang diartikan
dengan campuran beton yang direncanakan adalah campuran yang dapat
dibuktikan dengan data otentik dari pengalaman-pengalaman pelaksanaan
beton di waktu yang lalu atau dengan data dari percobaan-percobaan
pendahuluan, bahwa kekuatan karakteristik yang disyaratkan dapat tercapai.

f. Rangkak dan Susut Rangkak (creep)


Rangkak dan susut rangkak adalah penambahan regangan terhadap
waktu akibat adanya beban yang bekerja. Rangkak timbul dengan intensitas
yang semakin berkurang setelah selang waktu tertentu dan kemudian
berakhir setelah beberapa tahun. Nilai rangkak untuk beton mutu tinggi akan
lebih kecil dibandingkan dengan beton mutu rendah. Umumnya, rangkak
tidak mengakibatkan dampak langsung terhadap kekuatan struktur, tetapi
akan mengakibatkan redistribusi tegangan pada beban yang bekerja dan
kemudian mengakibatkan terjadinya lendutan (deflection). Susut adalah
perubahan volume yang tidak berhubungan dengan beban. Proses susut pada
beton akan menimbulkan deformasi yang umumnya akan bersifat menambah
deformasi rangkak. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya rangkak dan
susut:
─ Sifat bahan dasar beton (komposisi dan kehalusan semen, kualitas
adukan, dan kandungan mineral dalam agregat).
─ Rasio air terhadap jumlah semen
─ Suhu pada saat pengerasan
─ Kelembaban nisbi pada saat proses penggunaan

11
─ Umur beton pada saat beban bekerja
─ Nilai slump
─ Lama pembebanan
─ Nilai tegangan
─ Nilai rasio permukaan komponen struktur

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Kepadatan Beton


Faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan beton antara lain:
a. Gradasi agregat
Gradasi agregat ialah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini
bervariasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade),
gradasi menerus (continous grade), dan gradasi seragam (uniform grade).
Untuk mengetahui gradasi tersebut dilakukan pengujian melalui analisa
ayak. Gradasi agregat mempengaruhi kepadatan beton serta kuat tekan
beton. Agregat kasar yang tidak pecah/krikil alami biasanya licin dan bulat
akan menghasilkan beton dengan kuat tekan yang rendah dibandingkan
dengan beton yang memakai batu pecah.

b. Proporsi campuran
Proporsi campuran adalah proporsi volume dari bermacam-macam
bahan pilihan dari campuran beton yang memakai batu pecah. Rencana
kekuatan beton didasarkan pada hubungan antara kuat tekan dengan faktor
air semen. Pemilihan proporsi campuran beton harus memenuhi syarat
atau ketentuanketentuan sebagai berikut:
1. Untuk beton dengan kuat tekan f’c lebih dari 20 MPa, proporsi
campuran percobaan harus didasarkan pada campuran berat (weight
batching).
2. Untuk beton dengan kuat tekan f’c hingga 20 MPa, proporsi campuran
percobaan boleh didasarkan pada campuran volume (volume batching).

12
c. Kadar air
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu
agregat. Kadar air sendiri dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai
berikut:
 Kadar air kering tungku;
 Kadar air kering udara;
 Kadar air jenuh kering permukaan;
 Kondisi basah.

Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai
yaitu kering tungku.

2.5. Pentingnya Kualitas dan Mutu Beton terhadap Bangunan


Pentingnya peranan konstruksi beton menuntut suatu kualitas beton yang
memadai. Penelitian-penelitian telah banyak dilakukan untuk memperoleh suatu
penemuan alternatif penggunaan konstruksi beton dalam berbagai bidang secara
tepat dan efisien, sehingga akan diperoleh mutu beton yang lebih baik. Kualitas
beton yang baik tentunya akan berpengaruh pada kualitas bangunan yang
dibangun. Beton merupakan unsur yang sangat penting mengingat fungsinya
sebagai salah satu pembentuk struktur yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat. Keadaan ini dapat dimaklumi, karena sistem konstruksi beton
mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan bahan lain. Keunggulan
beton sebagai bahan konstruksi antara lain mempunyai kuat tekan yang tinggi,
dapat mengikuti bentuk bangunan secara bebas, tahan terhadap api dan biaya
perawatan yang relatif murah. Kelebihan dari beton akan semakin didukung jika
kualitas beton yang digunakan sesuai dengan yang disyaratkan dan
penggunaannya juga sesuai dengan fungsi dari masing-masing kelas beton. Jika
kita melakukan pembuatan beton secara baik dan benar. Maka beton yang
dihasilkan adalah baik pula. Karekateristik beton yang baik adalah:
1. Homogen, artinya semua bahan tercampur dengan baik dan tidak mengalami
segregasi (pemisahan bahan-bahan penyusun).
2. Strenght, artinya sebuah beton mempunyai kekuatan seperti yang kita
rencanakan. Kelebihan maupun kekurangan keuatan menunjukkan bahwa

13
ada kesalahan yang kita lakukan. Baik pada pemilihan bahan, pengaturan
komposisi, pencampuran maupun perawatan beton.
3. Durable, keawetan beton juga minimal sesuai dengan apa yang
direncanakan. Biasanya beton mempunyai daya awet hingga 40-50 tahun.
Setidaknya beton yang sudah berumur 40 tahun sudah diganti. Karena
kekuatannya akan menurun secara perlahan yang dikhawatirkan akan
mempengaruhi pembagian beban terhadap struktur bangunan.
4. Economic, harga yang ekonomis bukan berarti harganya murah. Ekonomis
berarti pelaksanaan dan pemakaian beton memenuhi standar efisiensi dan
efektivitas pekerjaan. Kebanyakan akan menyangkut masalah biaya. Jadi
wajar jika beton mempunyai harga yang lebih murah dibanding bahan
konstruksi lainnya.

Beton-beton yang tidak memenuhi karakteristik maupun syarat-syarat


beton yang baik dapat menyebabkan menurunnya kualitas dari suatu bangunan.
Kualitas bangunan yang dimaksud adalah bangunan yang memiliki ketahanan
yang tinggi terhadap berbagai gangguan atau beban seperti beban hidup, beban
angin, terutama beban gempa. Kualitas beton yang tidak baik akan menyebabkan
beton tersebut mudah rapuh atau hancur sehingga bangunan yang telah dibangun
oleh beton yang berkualitas tidak baik tersebut menjadi roboh. Hal tersebut
tentunya sangat merugikan terutama dari segi materiil. Maka sangatlah penting
untuk para kontraktor memperhatikan kualitas beton yang akan digunakan pada
pembangunan suatu bangunan baik rumah tinggal, hotel, prasarana lain seperti
jalan, jembatan, dan sebagainya. Selain beton, bahan-bahan bangunan yang lain
juga penting untuk diperhatikan kualitas dan mutunya agar bangunan yang
dibangun sesuai dengan ketentuan bangunan yang ada sehingga tidak mudah
runtuh atau roboh.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas
dan mutu beton sangat mempengaruhi ketahanan dari suatu bangunan. Beton yang
memiliki mutu sesuai syarat dapat digunakan untuk membangun suatu bangunan
yang tahan terhadap berbagai gangguan atau beban terutama beban gempa.
Penggunaan beton sesuai dengan jenis atau kelasnya juga harus diperhatikan
karena masing-masing jenis atau kelas beton memiliki mutu yang berbeda sesuai
dengan fungsinya masing-masing.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Praktisi sipil, kontraktor, atau profesi lain di bidang konstruksi sebaiknya
memperhatikan kualitas dan mutu beton yang akan digunakan karena hal
tersebut sangat mempengaruhi ketahanan bangunan yang dibangun.
2. Perlu diadakan penelitian atau pengkajian lebih lanjut mengenai kualitas
dan mutu beton yang baik yang dapat digunakan bagi pembangunan agar
kegiatan konstruksi dapat berjalan lebih optimal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Pujo dan Rachmat Purwono. 2013. Pengendalian Mutu Beton. Surabaya:
ITSPress

Arafah, Muhammad. 2012. Memahami Bahan Bangunan. Sulawesi Barat: Dinas


Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Mamuju

Mulyono, Ir. Tri. 2013. Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit Andi

Bahar, Ir. Suardi dkk. 2015. Pedoman Pekerjaan Beton. Jakarta: PT. Wijaya
Karya

Tjokrodimuljo, Ir. Kardiyono. 2013. Teknologi Beton. Yogyakarta: Teknik Sipil


Universitas Gadjah Mada

Dian Ariestadi. 2016. Teknik Struktur Bangunan Jilid 2. Jakarta: Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Hafiz, Indra dan Septiawan. 2012. Tinjauan Pustaka tentang Beton. Tersedia
pada:http://eprints.polsri.ac.id/1220/3/M.Ali%20Indra%20Hafiz%20dan%
20Septiawan%20-Bab%202-word.pdf. Diakses pada: 20 Desember 2017

Fardheny, Arie Febry. 2015. Kendali Mutu Beton di Lapangan. Tersedia pada:
https://www.slideshare.net/marolop007/99160197-kendalimutubeton.
Diakses pada: 20 Desember 2017

Hartono, Ricky Evan. 2017. Faktor Pengaruh Kualitas Mutu Beton. Tersedia
pada: https://www.scribd.com/document/361300074/Faktor-Pengaruh-
Kualitas-Mutu-Beton-pdf. Diakses pada: 20 Desember 2017

16

Anda mungkin juga menyukai