PENDAHULUAN
1
tidak terlalu keras guncangannya. Setelah diteliti penyebabnya adalah kualitas
bahan yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan.
Oleh karena itu, saya tertarik untuk mengangkat permasalahan ini
sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh kualitas beton (concrete)
terhadap ketahanan bangunan. Disamping itu, diharapkan pula dengan adanya
karangan ilmiah ini, para pembaca, terutama yang berada di bidang konstruksi
memahami kualitas-kualitas dari beton sehingga pekerjaan konstruksi dapat
dilaksanakan lebih optimal.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari karangan ilmiah ini sebagai berikut:
1. Memahami pengaruh kualitas beton terhadap ketahanan dari suatu
bangunan.
2. Mengetahui kualitas beton yang baik dan sesuai SNI.
3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas beton.
1.4 Manfaat
Manfaat dari karangan ilmiah ini yaitu:
1. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan penulis mengenai kualitas beton dan
pengaruhnya terhadap ketahanan bangunan.
2. Bagi praktisi teknik sipil
Dengan adanya karangan ilmiah ini, diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang kualitas beton sesuai yang disyaratkan serta
memahami pengaruh dari kualitas beton terhadap ketahanan bangunan
2
sehingga pekerjaan konstruksi dapat dilaksanakan lebih optimal serta
memperkecil angka kerusakan atau kegagalan suatu bangunan.
3. Bagi mahasiswa
Sebagai literatur dalam pelaksanaan penelitian-penelitian lanjutan yang
berkaitan di bidang ini, sekaligus dapat menambah wawasan mengenai
kualitas beton dan pengaruhnya terhadap ketahanan bangunan.
4. Bagi masyarakat
Dengan adanya karangan ilmiah ini, diharapkan dapat menambah
pengetahuan masyarakat mengenai kualitas beton dan pengaruhnya
terhadap ketahanan bangunan sehingga masyarakat mampu
menentukan beton yang dapat digunakan apabila akan membangun
suatu bangunan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan
sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu
kelas I dinyatakan dengan B0.
2. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi
dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K 175, dan K 225. Pada mutu B1,
pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu bahan-
bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan.
3. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang
lebih tinggi dari K 225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan
harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan
adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani
oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton
secara kontinu.
b. Berdasarkan jenisnya, beton dibagi menjadi 6 jenis, yaitu:
1. Beton ringan
Beton ringan merupakan beton yang dibuat dengan bobot yang lebih
ringan dibandingkan dengan bobot beton normal. Agregat yang digunakan
untuk memproduksi beton ringan pun merupakan agregat ringan juga.
Agregat yang digunakan umumnya merupakan hasil dari pembakaran shale,
lempung, slates, residu slag, residu batu bara dan banyak lagi hasil
pembakaran vulkanik. Berat jenis agregat ringan sekitar 1900 kg/m 3 atau
berdasarkan kepentingan penggunaan strukturnya berkisar antara 1440–
1850 kg/m 3, dengan kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2
Mpa.
2. Beton normal
Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai
agregat halus dan split sebagai agregat kasar sehingga mempunyai berat
jenis beton antara 2200 kg/m 3 –2400 kg/m 3 dengan kuat tekan sekitar 15–
40 Mpa.
5
3. Beton berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memiliki
berat isi lebih besar dari beton normal atau lebih dari 2400 kg/m3. Untuk
menghasilkan beton berat digunakan agregat yang mempunyai berat jenis
yang besar.
4. Beton massa (mass concrete)
Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton
yang besar dan masif, misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi, dan
jembatan.
5. Ferro-Cement
Ferro-Cement adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan
cara memberikan suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai
pemberi kekuatan tarik dan daktil pada mortar semen.
6. Beton serat (fibre concrete)
Beton serat (fibre concrete) adalah bahan komposit yang terdiri dari
beton dan bahan lain berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah
retak-retak sehingga menjadikan beton lebih daktil daripada beton normal.
6
2.2.1 Semen Portland
Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak
digunakan dalam perkejaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen
portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan
menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya
mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Semen merupakan
bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik
disektor konstruksi sipil. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton
harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang
diberikan. Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang
komposisi utamanya adalah kalsium dan almunium silikat. Penambahan air
pada mineral ini menghasilakan suatu pasta yang jika mengering akan
mempunyai kekuatan seperti batu. Berat jenis yang dihasilkan berkisar
antara 3.12 dan 3.16 dan berat volume sekitar 1500 kg/cm 3. Bahan utama
pembentuk semen portland adalah kapur (CaO), silica (SiO3), alumina
(A12O3), sedikit magnesia (MgO), dan terkadang sedikit alkali. Utuk dapat
mengkontrol komposisinya, terkadang ditambah oksida besi, sedangkan
gypsum (CaSO4.2H2O) ditambahakn untuk mengatur waktu ikat semen.
7
2.2.3 Pasir
Pasir yang digunakan dalam campuran beton jika dilihat dari
sumbernya dapat berasal dari sungai ataupun galian tambang (quarry).
Agregat berasal dari tanah galian, yaitu tanah yang dibuka lapisan
penutupnya (pre-striping), biasanya berbentuk tajam, bersudut, berpori dan
bebas dari kandungan garam. Pasir kasar alami biasanya dapat memenuhi
syarat gradasi zona I dari British Standard (B.S), tetapi mineral halusnya
berukuran lebih kecil dari 0,3 mm tidak cukup banyak. Pasir yang masuk
pada zona II dan zona III dapat juga ditemukan dalam pasir alami, tetapi
biasanya banyak mengandung silt dan tanah liat. Pengaruh material terhadap
kekuatan beton bila beton dibuat dengan campuran agregat yang terdiri dari
60% agregat kuat dan 40% agregat lemah. Perbandingan kekuatan agregat
juga menentukan kekuatan tekan beton yang akan dibuat.
2.2.4 Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk pemicu proses kimiawi
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan pekerjaan beton.
Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran
beton. Perbandingan air dengan semen merupakan suatu hal yang amat
penting, yang biasanya disebut faktor air semen (FAS). Air yang berlebihan
dapat menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai,
sedangkan air yang terlalu sedikit menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai
seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri. Air
digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, zat organil, atau bahan lainnya yang dapat merusak
beton atau tulangan.
8
dinyatakan dengan mutu beton B0. Beton kelas II adalah beton untuk
pekerjaan-pekerjaan strukturil secara umum, terdiri dari beton mutu: B1,
K125, K175 dan K225. Beton kelas III adalah beton untuk
pekerjaanpekerjaan strukturil dimana dipakai mutu beton dengan kekuatan
tekan karakteristik yang lebih tinggi dari 225 kg/cm2.
9
FAS yang rendah (kadar air sedikit) menyebabkan air di antara
bagian-bagian semen sedikit, sehingga jarak antara butiran-butiran semen
pendek. Akibatnya batuan-semen lebih cepat mencapai kepadatan dan
kekuatan awal yang lebih tinggi, sehingga kekuatan akhir beton menjadi
lebih rendah (berkurang). Demikian pula FAS yang lebih tinggi dapat
menyebabkan beton lebih berporipori, sehingga kekuatan dan masa pakai
beton berkurang. Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, dalam
pelaksanaan beton dengan campuran yang direncanakan, jumlah semen
minimum dan nilai FAS maksimum yang dipakai harus disesuaikan dengan
keadaan sekelilingnya.
7,5 5,0
Pengerasan jalan
10
e. Komposisi Adukan Beton
Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, untuk beton
mutu Bo dapat dipakai setiap campuran yang lazim dipakai untuk pekerjaan-
pekerjaan nonstrukturril, dengan syarat bahwa perbandingan jumlah pasir
dan kerikil (atau batu pecah) terhadap jumlah semen, tidak boleh melampaui
8 : 1. Untuk beton mutu B1 dan K125 harus dipakai campuran nominal
semen, pasir dan kerikil (atau batu pecah) dalam perbandingan isi 1 : 2 : 3
atau 1 : 1½ : 2½. Untuk beton mutu K175 dan mutu-mutu lainnya yang lebih
tinggi, harus dipakai campuran beton yang direncanakan. Yang diartikan
dengan campuran beton yang direncanakan adalah campuran yang dapat
dibuktikan dengan data otentik dari pengalaman-pengalaman pelaksanaan
beton di waktu yang lalu atau dengan data dari percobaan-percobaan
pendahuluan, bahwa kekuatan karakteristik yang disyaratkan dapat tercapai.
11
─ Umur beton pada saat beban bekerja
─ Nilai slump
─ Lama pembebanan
─ Nilai tegangan
─ Nilai rasio permukaan komponen struktur
b. Proporsi campuran
Proporsi campuran adalah proporsi volume dari bermacam-macam
bahan pilihan dari campuran beton yang memakai batu pecah. Rencana
kekuatan beton didasarkan pada hubungan antara kuat tekan dengan faktor
air semen. Pemilihan proporsi campuran beton harus memenuhi syarat
atau ketentuanketentuan sebagai berikut:
1. Untuk beton dengan kuat tekan f’c lebih dari 20 MPa, proporsi
campuran percobaan harus didasarkan pada campuran berat (weight
batching).
2. Untuk beton dengan kuat tekan f’c hingga 20 MPa, proporsi campuran
percobaan boleh didasarkan pada campuran volume (volume batching).
12
c. Kadar air
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu
agregat. Kadar air sendiri dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai
berikut:
Kadar air kering tungku;
Kadar air kering udara;
Kadar air jenuh kering permukaan;
Kondisi basah.
Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai
yaitu kering tungku.
13
ada kesalahan yang kita lakukan. Baik pada pemilihan bahan, pengaturan
komposisi, pencampuran maupun perawatan beton.
3. Durable, keawetan beton juga minimal sesuai dengan apa yang
direncanakan. Biasanya beton mempunyai daya awet hingga 40-50 tahun.
Setidaknya beton yang sudah berumur 40 tahun sudah diganti. Karena
kekuatannya akan menurun secara perlahan yang dikhawatirkan akan
mempengaruhi pembagian beban terhadap struktur bangunan.
4. Economic, harga yang ekonomis bukan berarti harganya murah. Ekonomis
berarti pelaksanaan dan pemakaian beton memenuhi standar efisiensi dan
efektivitas pekerjaan. Kebanyakan akan menyangkut masalah biaya. Jadi
wajar jika beton mempunyai harga yang lebih murah dibanding bahan
konstruksi lainnya.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas
dan mutu beton sangat mempengaruhi ketahanan dari suatu bangunan. Beton yang
memiliki mutu sesuai syarat dapat digunakan untuk membangun suatu bangunan
yang tahan terhadap berbagai gangguan atau beban terutama beban gempa.
Penggunaan beton sesuai dengan jenis atau kelasnya juga harus diperhatikan
karena masing-masing jenis atau kelas beton memiliki mutu yang berbeda sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Praktisi sipil, kontraktor, atau profesi lain di bidang konstruksi sebaiknya
memperhatikan kualitas dan mutu beton yang akan digunakan karena hal
tersebut sangat mempengaruhi ketahanan bangunan yang dibangun.
2. Perlu diadakan penelitian atau pengkajian lebih lanjut mengenai kualitas
dan mutu beton yang baik yang dapat digunakan bagi pembangunan agar
kegiatan konstruksi dapat berjalan lebih optimal.
15
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Pujo dan Rachmat Purwono. 2013. Pengendalian Mutu Beton. Surabaya:
ITSPress
Bahar, Ir. Suardi dkk. 2015. Pedoman Pekerjaan Beton. Jakarta: PT. Wijaya
Karya
Hafiz, Indra dan Septiawan. 2012. Tinjauan Pustaka tentang Beton. Tersedia
pada:http://eprints.polsri.ac.id/1220/3/M.Ali%20Indra%20Hafiz%20dan%
20Septiawan%20-Bab%202-word.pdf. Diakses pada: 20 Desember 2017
Fardheny, Arie Febry. 2015. Kendali Mutu Beton di Lapangan. Tersedia pada:
https://www.slideshare.net/marolop007/99160197-kendalimutubeton.
Diakses pada: 20 Desember 2017
Hartono, Ricky Evan. 2017. Faktor Pengaruh Kualitas Mutu Beton. Tersedia
pada: https://www.scribd.com/document/361300074/Faktor-Pengaruh-
Kualitas-Mutu-Beton-pdf. Diakses pada: 20 Desember 2017
16