BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan serta manfaat yang didapat dari penulisan studi kasus mengenai
campuran beton yang ditambahkan air ini antara lain :
2. Agar bisa mencegah terjadinya kesalahan yang sama terjadi di masa yang
akan datang dengan metode penanggulangan yang tepat.
1.3. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang terjadi pada proyek Stadion Parasamya khususnya pekerjaan
Pile Cap yaitu :
1. Campuran beton yang ditambah air pada pekerjaan pengecoran segmen F.
2. Bekisting yang tidak mampu menahan beban campuran beton.
3. Perancah tidak mampu menahan beban tulangan.
Sehingga dalam penulisan laporan ini, penulis hanya membatasi pembahasan
tentang campuran beton yang ditambah air pada pekerjaan pengecoran segmen F.
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan laporan studi kasus ini maka diperlukan
sistematika penulisan dengan adanya sistematika penulisan maka penulisan dapat
lebih terarah. Dalam laporan ini sistematika penulisannya disusun sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat, pembatasan masalah,
metodologi penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi mengenai uraian-uraian yang disajikan berdasarkan studi pustaka dari
berbagai referensi dan literarur untuk digunakan dalam pembahasan.
BAB III PEMBAHASAN
Berisi penjelasan tentang identifikasi masalah sesuai dengan permasalahan
yang dibahas, batasan masalah, dan pemecahan masalah yang terjadi.
Laporan hasil-hasil yang dicapai dari permasalahan yang timbul secara
khusus dibahas pada setiap komponen-komponen permasalahan yang terjadi
di lapangan.
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari hasil
permasalahan yang di dapat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teoritis
2.1.1 Sejarah Beton
Perkembangan dunia konstruksi di Indonesia ikut mendorong bertambahnya
penggunaan beton sebagai material perkuatan struktur. Selain itu, teknologi beton
selalu mengalami perkembangan yang lebih dinamis (Mulyono, 2004).
Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi
aggregatdan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen
Portland, yang terdiri dari agregat mineral (kerikil dan pasir), semen dan air. Beton
mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi
padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya
bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk
membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, pondasi, jalan, jembatan, dan semen
dalam bata.
Berdasarkan beratnya, beton diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu beton normal
(normal-weight concrete), beton ringan (light-weight concrete) dan Beton berat
(heavy-weight concrete). Beton yang termasuk normal-weight concrete umumnya
adalah beton dengan berat sekitar 2400 kg/m3, untuk lightweight concrete dengan
berat kurang dari 1800 kg/m3, dan untuk heavy weight concrete dengan berat lebih
besar dari 3200 kg/m3 (Brook K., 1979).
Beton merupakan Campuran antara semen Portland, air, dan agregat (dan
kadang-kadang bahan tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia
tambahan, serat, sampai bahan buangan non kimia) pada perbandingan tertentu.
Bahan penyusun beton meliputi air, semen, agregat kasar dan agregat halus dan
bahan tambah, dimana setiap bahan penyusun mempunyai fungsi dan pengaruh yang
4
berbeda-beda. Sifat yang penting pada beton adalah kuat tekan, bila kuat tekan tinggi
maka sifat-sifat yang lain pada umumnya juga baik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kuat beton terdiri dari kualitas bahan penyusun, nilai faktor air
semen,gradasi agregat, ukuran maksimum agregat,cara pengerjaan (pencampuran,
pengangkutan, pemadatan, dan perawatan) serta umur beton (Asroni, 2010).
b. Pemadatan Beton
Pemadatan dapat dilakukan pada beton dalam keadaan segar dan dalam
keadaan segar dan dalam keadaan setting awal. Tujuan pemadatan pada beton dalam
keadaan segar adalah:
7
digunakan harus mempunyai kualitas yang baik dan memenuhi syarat yang telah
ditentukan sehingga menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan yang tinggi.
a. Semen
Semen berfungsi sebagai bahan pengikat adukan betonsegardan juga sebagai
bahan pengisi.Semen merupakan bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang
dihasilkan dengan cara menghasilkan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-
silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan gips sebagai bahan tambah. Ada dua
macam semen, yaitu:
a. Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras jika bereaksi dengan air,
tahan terhadap air (water resistence) dan stabil didalam air setelah mengeras.
b. Semen non-hidraulis adalah semen yang dapat mengerastetapi tidak stabil di
dalam air, akan tetapi mengeras diudara.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengikatan semen antar lain:
a. Kehalusan semen, semakin halus butiran semen maka semakin cepat waktu
pengikatannya.
b. Jumlah air, waktu pengikatanakan semakin cepat dengan semakin sedikitnya air.
Sesuai dengan tujuan penggunaannya, semen portland dibagi menjadi beberapa
type, yaitu:
1. Semen Portland Type I (Ordinary Portland Cement)
Merupakan semen portland yang digunakan dalam penggunaan umum yang
tidak memerlukan persyaratan khusus yang disyaratkan pada jenis lain.
Contoh pemakaian: gedung, jalan raya, dan jembatan.
2. Semen Portland Type II (Moderate Sulphate Resisstance Cement)
Merupakan semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang.
3. Semen Portland Type III (High Early Strenght Cement)
Merupakan semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan awal tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
Contoh pemakaian: jalan layang dan landasan lapangan udara.
4. Semen Portland Type IV (Low Heat Hydration)
Merupakan semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap panas hidrasi rendah. Contoh pemakaian:
bendungan, bangunan dengan massa besar.
9
Semen Portland adalah bahan ikat yang mengandung silika amorf, yang
apabila dicampur dengan kapur akan membentuk benda padat yang keras. Bahan
yang mengandung portland adalah teras, semen merah, abu terbang, dan bubukan
terak tanur tinggi. Portland sendiri adalah bahan yang mengandung silisium atau
alumunium, yang tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dan dapat
bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta membentuk senyawa-
senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen (Tri Mulyono, 2004).
b. Air
Air merupakan material yang sangat penting dalam campuran beton dan
harganya paling murah. Dalam pembuatan beton, air yang digunakan harus bersih
dan bebas dari campuran bahan yang berbahaya seperti minyak, tumbuhan, dan
kandungan lain. Air mempunyai pengaruh penting terhadap kekuatan dan
kemudahan dalam pelaksanaan beton karena kelebihan air dapat menurunkan
kekuatan beton dan dapat mengakibatkan beton menjadi bleeding, yang mana air
bersama semen akan bergerak keatas permukaan adukan beton segar yang baru saja
dituangkan.Perbandingan antara jumlah air dengan semen harus dipertahankan
karena kekuatan beton dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor air semen dan
kepadatan.
Penggunaan banyaknya air dapat dinyatakan dalam suatu berat atau satuan
volume. Dalam praktik yang normal, air biasa diukur dengan satuan volume yaitu
liter. Kuantitas (jumlah) air yang akan dipergunakan untuk beton dengan mutu
tertentu harus dihitung setelah melalui kelembaban (kadar air) dari agregat halus dan
agregat kasar. Kadar air dari agregat akan mengurangi jumlah air yang diperlukan
untuk campuran beton. Sebaliknya, kadang-kadang agregat dapat menyerap air dari
campuran beton. Dalam hal ini, maka perlu ditemukan cara untuk mengatasi
penyerapan tersebut yaitu dengan meningkatkan jumlah air yang perlu ditambahkan
dalam campuran beton.
Jadi, air yang dipergunakan untuk campuran beton dapat berasal dari :
1. Air yang diserap dalam agregat, yang membuat agregat dalam keadaan jenuh
c. Agregat halus
Agregat sebagai bahan pengisi yang memberikan sifat kaku dan stabilitas
dimensi dari beton. Agregat halus sebaiknya berbentuk bulat dan halus dikarenakan
untuk mengurangi kebutuhan air. Agregat halus yang pipih akan membutuhkan air
yang lebih banyak dikarenakan luas permukaan agregat (surface area) akan lebih
besar.Gradasi agregat halus sebaiknya sesuai dengan spesifikasi ASTM C-33, yaitu:
a. Mempunyai butiran yang halus.
b. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%.
c. Tidak mengandung zat organik lebih dari 0,5%. Untuk beton mutu tinggi
dianjurkan dengan modulus kehalusan 3,0 atau lebih.
d. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama)
Susunan besar butir agregat halus lebih penting daripada susunan besar butir
agregat kasar, karena agregat halus bersama dengan semen dan air membentuk
12
mortar yang akan melekatkan dan mengisi rongga-rongga antar butiran agregat kasar
sehingga beton yang dihasilkan permukaannya menjadi rata.
Pemakaian agregat halus yang terlalu sedikit akan mengakibatkan:
1. Terjadi segregasi, karena agregat kasar dengan mudah saling memisahkan
diri akibat mortar yang tidak dapat mengisi rongga-rongga antara butiran
agregat kasar dengan baik.
2. Campuran akan kekurangan pasir, yang disebut under sanded.
3. Adukan beton akan menjadi sulit untuk dikerjakan sehingga dapat
menimbulkan sarang kerikil.
4. Finishingakan menghasilkan beton dengan permukaan kasar.
5. Beton yang dihasilkan menjadi tidak awet.
Jika pemakaian agregat halus terlalu banyak maka akan mengakibatkan :
1. Campuran menjadi tidak ekonomis.
2. Diperlukan banyak semen untuk mencapai kekuatan yang sama yang
dihasilkan oleh campuran dengan perbandingan optimum antara agregat halus
dan agregat kasar.
3. Campuran akan kelebihan pasir, yang disebut over sanded.
4. Beton yang dihasilkan menunjukkan gejala rangkak dan susut yang lebih
besar.
1. Pasir galian.Pasir ini diperoleh lansung dari permukaan tanah atau dengan
cara menggali. Bentuk pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas
dari kandungan garam walaupun biasanya harus dibersihkan dari kotoran
tanah dengan jalan dicuci terlebih dahulu.
2. Pasir sungai.
Pasir ini diperoleh lansung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir
halus, bulat-bulat akibat proses gesekan. Daya lekatan antar butiran agak
kurang karena bentuk butiran yang bulat.
3. Pasir laut.
Pasir laut adalah pasir yang diambil dari pantai. Butir-butirnya halus dan
bulat karena gesekan. Pasir ini merupakan pasir yangjelek karena
mengandung banyak garam. Garam ini menyerap kandungan air dari udara
dan mengakibatkan pasir selalu agak basah serta menyebabkan
pengembangan volume bila dipakai pada bangunan. Selain dari garam ini
mengakibatkan korosi terhadap struktur beton, oleh karena itu pasir laut
sebaiknya tidak dipakai.
d. Agregat kasar
Langkah awal untuk mempersiapkan agregat kasar berupa batu pecah
adalah dengan memisahkan butiran agregat berdasarkan ukuran butiran,
dilakukan dengan pengayakan dengan menggunakan saringan. Setelah
pemisahan butiran agregat kasar selesai, batu pecah dicuci untuk membuang
kotoran yang melekat pada agregat agar dapat meningkatkan kualitas agregat.
14
beton menurun. Oleh sebab itu ada suatu nilai faktor air semen optimum yang
menghasilkan kuat desak maksimum. Umumnya nilai factor air semen minimum
untuk beton normal sekitar 0,4 dan maksimum 0,65 (Tri Mulyono, 2003).
dan dinding yang mendukungnya minimal 4 jam, tetapi yang terbaik adalah
24 jam.
f) Pengecoran berlapis:setiap lapisnya dibatasi maksimal setebal 50 cm dengan
satu kali operasi (ketebalannya tergantung dari tipe konstruksi, ukuran
bekisting dan jumlah tulangan)dan harus dipadatkan terlebih dahulu sebelum
pengecoran lapisan selanjutnya untuk mencegah terjadinya lubang-lubang
(sarang lebah). Lapisan selanjutnya segera harus dituang sebelum lapisan
sebelumnya mengalami pengikatan awal. Hindarkan terjadinya over vibrate
saat pemadatan lapisan,karena akan menyebabkan segregasi dan permukaan
yang lemah.
g) Tinggi jatuh maksimum:Jika menggunakan concrete pump, pengecoran
langsung dari mixer truck, menggunakan cerobong ataupun kereta dorong,
pastikan bahwa beton segar dituang secara vertikal dengan ketinggian
maksimum pengecoran adalah 1,5 m untuk mencegah terjadinya lubang-
lubang pada beton yang dihasilkan.
Kekuatan beton yang sebenarnya tidak sama dengan kekuatan yang diukur saat
pengujian dilakukan. Kuat tekan ini sendiri dipengaruhi oleh:
1. Efek dari jenis dan jumlah semen
Semakin banyak jumlah semen yang terdapat dalam campuran, maka kuat
tekan beton akan semakin tinggi.
2. Efek dari agregat
o Kekuatan beton meningkat seiring peningkatan dari modulus
kehalusan dari agregat halus, yang menggambarkan ukuran dari
agregatnya.
o Agregat kasar dengan tekstur permukaannya yang kasar serta bersudut
seperti granit dan kapur dapat meningkatkan kekuatan beton sampai
20% disbanding dengan menggunakan batu kali dengan rasio air-
semen yang sama.
3. Efek dari rasio air-semen
perbandingan antara berat air dan semen dalam campuran beton. Kekuatan
optimum dapat dicapai bila air pada campuran cukup untuk proses hidrasi,
namun ketika kadar air meningkat,dengan jumlah semen yang tetap, maka
rongga yang ada semakin besar dan kuat tekannya akan menurun.
4. Pengaruh rongga udara (void)
Peningkatan kandungan air akan meningkatkan void dalam beton sehingga
daya tahan, impermeabilitas dan kuat tekan menjadi berkurang.
5. Keuntungan dari curing
Beton memiliki kekuatan yang semakin besar seiring dengan waktu dan
curing yang baik. Curing yang baik dapat menjaga kelembaban suhu serta
mengontrol hidrasi dari beton.
Tujuan dari pengujian kuat tekan beton adalah untuk mengetahui jumlah
kekuatan beton dan kelayakan beton untuk digunakan.
Gambar 2.13 Pengujian Kuat Tekan Beton
BAB III
23
PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi Masalah
Permasalahan yang terjadi pada proyek Stadion Parasamya khususnya pekerjaan
Pile Cap yaitu pada saat perencanaan awal campuran beton sudah dilakukan
pengujian slump, dan campuran beton sudah masuk syarat pada saat pengujian
slump. Sehingga beton layak digunakan pada pekerjaan di lapangan. Namun pada
pelaksanaan pengecoran di lapangan campuran beton ditambah air kembali.
Sehingga dapat mengurangi kekuatan dari beton yang sebenarnya. Maka dari itu
sesuai dengan judul laporan studi kasus ini, penulis akan membahas tentang
“Identifikasi Campuran Beton yang ditambahkan air pada pekerjaan pengecoran Pile
Cap segmen F”.
berkurang. Pada
lingkungan
tertentu, rasio air
semen harus
dibatasi tergantung
sifat korosif atau
kadar sulfat yang
ada dilingkungan
tersebut.
Pada campuran Jika agregat halus
beton, volume terlalu banyak,
agregat kasar maka adukannya
sering kali akan terlihat encer
berlebihan. seperti tidak punya
Sehingga pihak kekuatan. Dan
pelaksana sering setelah pemadatan,
ditegur oleh bagian atas adukan
Agregat kasar dan konsultan/direksi. akan terlihat
halus kosong atau tidak
ada agregat.
Sebaliknya, jika
agregat kasar
terlalu banyak,
adukannya akan
terlihat kasar dan
berbatu. Agregat
ini akan muncul
dipermukaan
setelah dipadatkan.
Penambahan air pada campuran beton tidak boleh berlebihan dan harus sesuai
dengan standard yang sudah di tentukan pada SNI-03-2834-2000 yaitu jika dalam
kasus ini adalah beton mutu K175 maka air yang di perlukan adalah 25 % dari
campuran. Apabila tidak sesuai, maka akan mengakibatkan mutu beton yang rendah,
sehingga akan berpengaruh pada kekuatan bangunan yang dikerjakan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA