Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dalam setiap perencanaan konstruksi-konstruksi dari beton selalu


ditetapkan dahulu mutu betonnya. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan
pada mutu beton yang telah ditentukan. Mutu beton ini akhirnya menentukan
ukuran daripada balok, kolom, plat, maupun dinding beton. Sudah tentu
perhitungan dengan mutu beton yang lebih rendah akan menghasilkan ukuran
balok-balok, kolom-kolom, plat-plat, dan dinding beton yang lebih besar bila
dibandingkan dengan hasil perhitungan dari mutu beton yang lebih tinggi.
Kualitas beton sangat bergantung pada bahan-bahan penyusunnya. Maka dari
itu apabila campuran beton tidak sesuai dengan spesifikasi yang ada, dapat
menimbulkan kerusakan pada beton (Supriyadi, 2013). Pada laporan studi kasus
ini masalah yang akan dibahas adalah campuran beton yang ditambahkan air
pada pengecoran pondasi Pile Cap pada segmen F proyek Stadion Parasamya
Tomohon. Dampak dari campuran beton yang ditambahkan air adalah turunnya
mutu yang sebenarnya dari beton yang diikuti dengan berkurangnya kuat tekan
dari beton tersebut.

Menurut Hoedajanto (2017), kualitas konstruksi yang dihasilkan di lapangan


selain dipengaruhi oleh tepat tidaknya spesifikasi bahan, juga sangat dipengaruhi
oleh metode pelaksanaannya. Bila ada hal yang kurang tepat pada pelaksanaan,
tanda-tanda khusus, seperti keretakan dan lain-lain, akan langsung terlihat pada
konstruksi beton yang dihasilkan.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan serta manfaat yang didapat dari penulisan studi kasus mengenai
campuran beton yang ditambahkan air ini antara lain :

1. Untuk memahami syarat-syarat campuran beton yang benar serta mengetahui


metode yang tepat untuk melakukan pekerjaan campuran beton.
2

2. Agar bisa mencegah terjadinya kesalahan yang sama terjadi di masa yang
akan datang dengan metode penanggulangan yang tepat.
1.3. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang terjadi pada proyek Stadion Parasamya khususnya pekerjaan
Pile Cap yaitu :
1. Campuran beton yang ditambah air pada pekerjaan pengecoran segmen F.
2. Bekisting yang tidak mampu menahan beban campuran beton.
3. Perancah tidak mampu menahan beban tulangan.
Sehingga dalam penulisan laporan ini, penulis hanya membatasi pembahasan
tentang campuran beton yang ditambah air pada pekerjaan pengecoran segmen F.
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan laporan studi kasus ini maka diperlukan
sistematika penulisan dengan adanya sistematika penulisan maka penulisan dapat
lebih terarah. Dalam laporan ini sistematika penulisannya disusun sebagai
berikut:
 BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat, pembatasan masalah,
metodologi penulisan dan sistematika penulisan.
 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi mengenai uraian-uraian yang disajikan berdasarkan studi pustaka dari
berbagai referensi dan literarur untuk digunakan dalam pembahasan.
 BAB III PEMBAHASAN
Berisi penjelasan tentang identifikasi masalah sesuai dengan permasalahan
yang dibahas, batasan masalah, dan pemecahan masalah yang terjadi.
Laporan hasil-hasil yang dicapai dari permasalahan yang timbul secara
khusus dibahas pada setiap komponen-komponen permasalahan yang terjadi
di lapangan.
 BAB IV PENUTUP
Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari hasil
permasalahan yang di dapat.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teoritis
2.1.1 Sejarah Beton
Perkembangan dunia konstruksi di Indonesia ikut mendorong bertambahnya
penggunaan beton sebagai material perkuatan struktur. Selain itu, teknologi beton
selalu mengalami perkembangan yang lebih dinamis (Mulyono, 2004).
Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi
aggregatdan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen
Portland, yang terdiri dari agregat mineral (kerikil dan pasir), semen dan air. Beton
mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi
padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya
bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk
membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, pondasi, jalan, jembatan, dan semen
dalam bata.
Berdasarkan beratnya, beton diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu beton normal
(normal-weight concrete), beton ringan (light-weight concrete) dan Beton berat
(heavy-weight concrete). Beton yang termasuk normal-weight concrete umumnya
adalah beton dengan berat sekitar 2400 kg/m3, untuk lightweight concrete dengan
berat kurang dari 1800 kg/m3, dan untuk heavy weight concrete dengan berat lebih
besar dari 3200 kg/m3 (Brook K., 1979).

2.1.2 Definisi Campuran Beton

Beton merupakan Campuran antara semen Portland, air, dan agregat (dan
kadang-kadang bahan tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia
tambahan, serat, sampai bahan buangan non kimia) pada perbandingan tertentu.
Bahan penyusun beton meliputi air, semen, agregat kasar dan agregat halus dan
bahan tambah, dimana setiap bahan penyusun mempunyai fungsi dan pengaruh yang
4

berbeda-beda. Sifat yang penting pada beton adalah kuat tekan, bila kuat tekan tinggi
maka sifat-sifat yang lain pada umumnya juga baik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kuat beton terdiri dari kualitas bahan penyusun, nilai faktor air
semen,gradasi agregat, ukuran maksimum agregat,cara pengerjaan (pencampuran,
pengangkutan, pemadatan, dan perawatan) serta umur beton (Asroni, 2010).

2.1.3 Sifat Beton Segar


Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh mana mempengaruhi pemilihan
peralatan dan material yang dibutuhkan dalam pengerjaan dan pemadatan beton. Ada
dua hal yang harus dipenuhi dalam pembuatan beton yaitu;
1. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang
mengeras seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan beton.
2. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton
dalam kondisi plastis atau kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding dan
segregation.

Gambar 2.1 Beton segar


Campuran beton direncanakan berdasarkan asumsi adanya hubungan antara
sifat-sifat komposisi campuran dan sifat-sifat beton setelah mengeras. Dengan
demikian,pengetahuan tentang sifat beton merupakan hal penting dalam upaya
menghasilkan beton yang berkualitas baik setelah mengeras. Istilah kemudahan
pengerjaan beton masih memberikan pengertian umum dan untuk dapat
memahami sifat ini lebih jauh. Kemudahan pengerjaan pada pekerjaan beton
didefinisikan sebagai kemudahan untuk dikerjakan, dituangkan, dan dipadatkan
serta dibentuk dalam acuan. Kemudahan pengerjaan ini diindikasikan melalui
pengujian slump. Maka sifat-sifat yang lebih spesifik, yaitu:
5

a. Sifat kemampuan untuk dipadatkan (compactibility)


b. Sifat kemampuan untuk dialirkan (mobility)
c. Sifat kemampuan untuk tetap bertahan seragam (stability)
Keseluruhan sifat yang dibutuhkan untuk suatu campuran beton kualitas
tinggi, sering dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Van Noel,
1979).

a. Sifat kemudahan dipadatkan dan dialirkan


Kedua sifat ini memiliki kaitan erat antara yang yang satu dengan
yang lainnya dan dapat dikatakan bahwa campuran yang mudah dialirkan
akan mudah pula dipadatkan. Ternyata untuk dapat memahami mengenai
masalah aliran campuran beton, prinsip-prinsip yang terdapat didalam ilmu
tentang sifat aliran air tidak dapat diterapkan pada campuran beton. Ini
disebabkan karena ilmu tentang aliran air didasarkan pada masa yang
mempunyai partikel yang seragam.
Salah satu sifat yang dapat menggambarkan kedua sifat tersebut adalah sifat
kekentalan campuran, walaupun kekentalan ini tidak identik sepenuhnya
dengan sifat-sifat kemudahan untuk dialirkan. Untuk mengukur sifat
kemudahan pengerjaan dapat dilakukan pengujian slump.
b. Sifat dapat bertahan seragam
Sifat ini merupakan kebutuhan lain agar beton dapat dihasilkan
mencapai kekuatan optimal dan kualitas yang baik. Bertahan disini ialah tidak
terjadi perubahan terhadap keseragaman campuran akibat terjadinya
pemisahan butiran agregat dengan pasta semen selama proses pengangkutan,
pengecoran, dan pemadatan. Campuran yang tidak stabil dapat ditandai
dengan terpisahnya air dengan benda padat serta timbulnya pemisahan
agregat kasar dari pastanya karena terlalu banyak air.
 Pemisahan agregat kasar dari campuran (segregasi)
Pemisahan ini terjadi bila adanya kohesi dan air yang berlebihan dari adukan
beton sehingga tidak mampu menahan butiran agregat untuk tetap
mengambang. Beton tidak mungkin dapat dipadatkan apabila terjadi
pemisahan agregat dari adukannya, dan apabila ini terjadi kualitas beton
ditempat tersebut kurang baik.
6

 Pemisahan air dari campuran


Dapat terjadi akibat proses pengendapan butiran semen yang mengambang.
Proses ini terjadi setelah proses pengecoran dalam bekisting selesai. Bleeding
dapat di amati dengan terbentuknya lapisan air yang tergenang dipermukaan
beton. Pada campuran beton normal dengan kekentalan agak tinggi , proses
ini secara bertahap dengan merembesnya air keseluruh permukaan beton.

 Penguapan dan susut plastis


Penguapan dapat mengganggu sifat kemudahan pengerjan campuran beton,
karena campuran beton dengan segera kehilangan keplastisannya sebelum
proses pemadatan dapat dilakukan secara sempurna. Penguapan menjadi
permasalahan bila tingkat kecepatan melebihi kecepatan bleeding.
a. Kepadatan Beton
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik, yang harus diperhatikan adalah
kepadatan beton. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan beton antara
lain:
a) Gradasi agregat
Gradasi agregat mempengaruhi kepadatan beton serta kuat tekan
beton. Agregat kasar yang tidat pecah biasanya licin menghasilkan
beton yang mempunyai kuat tekan yang relative rendah dibandingkan
dengan beton yang memakai batu pecah.
b) Proporsi campuran
Yang dimaksud adalah proporsi volume dari bermacam-macam bahan
plihan campuran beton yang mempengaruhi workabilitas.
c) Kadar air
Faktor kepadatan dikaitkan dengan kadar air beton. Kadar air dalam
volume campuran adalah penting untuk menentukan w/c yang sekecil
mungkin sehingga pori-pori beton semakin kecil.

b. Pemadatan Beton
Pemadatan dapat dilakukan pada beton dalam keadaan segar dan dalam
keadaan segar dan dalam keadaan setting awal. Tujuan pemadatan pada beton dalam
keadaan segar adalah:
7

 Untuk mengurangi rongga-rongga udara dalam beton, dapat dilakukan


dengan penekanan awal(initial pressure) sebelum beton mengeras.
 Untuk mendapatkan kepadatan beton yang optimal.Pemadatan beton dapat
dilakukan menggunakan batang penumbuk baja dengan menusukkan pada
beton, menggunakan alat getarmekanis (vibrator), menggunakan mesin getar
dan mesin sentrifuga, juga dapat memberikan tekanan awal pada beton segar.

Gambar 2.2 Pemadatan beton

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan pemadatan adalah:

 Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1 sampai 2 jam


tergantung apakah ada pemakaian admixture.
 Alat pemadat tidak boleh menggetarkan pembesiannya, karena akan
menghilangkan melepaskan kuat lekat antara besi dengan beton yang baru
dicor dan memasuki taha waktu setting.
 Pemadatan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari bleeding, yaitu
naiknya air atau pasta semen ke atas permukaan betondan meninggalkan
agregat dibagian bawah.

2.1.4 Material Campuran Beton


Material yang digunakan pada campuran beton yang dipakai sebagai bahan
perkerasan jalan terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar, air dan bahan
tambah bila diperlukan. Pada campuran ini, akan digunakan kulit kerang sebagai
pengganti agregat kasar. Dalam pembuatan campuran beton, material yang
8

digunakan harus mempunyai kualitas yang baik dan memenuhi syarat yang telah
ditentukan sehingga menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan yang tinggi.
a. Semen
Semen berfungsi sebagai bahan pengikat adukan betonsegardan juga sebagai
bahan pengisi.Semen merupakan bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang
dihasilkan dengan cara menghasilkan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-
silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan gips sebagai bahan tambah. Ada dua
macam semen, yaitu:
a. Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras jika bereaksi dengan air,
tahan terhadap air (water resistence) dan stabil didalam air setelah mengeras.
b. Semen non-hidraulis adalah semen yang dapat mengerastetapi tidak stabil di
dalam air, akan tetapi mengeras diudara.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengikatan semen antar lain:
a. Kehalusan semen, semakin halus butiran semen maka semakin cepat waktu
pengikatannya.
b. Jumlah air, waktu pengikatanakan semakin cepat dengan semakin sedikitnya air.
Sesuai dengan tujuan penggunaannya, semen portland dibagi menjadi beberapa
type, yaitu:
1. Semen Portland Type I (Ordinary Portland Cement)
Merupakan semen portland yang digunakan dalam penggunaan umum yang
tidak memerlukan persyaratan khusus yang disyaratkan pada jenis lain.
Contoh pemakaian: gedung, jalan raya, dan jembatan.
2. Semen Portland Type II (Moderate Sulphate Resisstance Cement)
Merupakan semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang.
3. Semen Portland Type III (High Early Strenght Cement)
Merupakan semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan awal tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
Contoh pemakaian: jalan layang dan landasan lapangan udara.
4. Semen Portland Type IV (Low Heat Hydration)
Merupakan semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap panas hidrasi rendah. Contoh pemakaian:
bendungan, bangunan dengan massa besar.
9

5. Semen Portland Type V (High Sulphate Resisstance Cement)


Merupakan semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat. Contoh pemakaian: dermaga, bangunan
dipinggir pantai, bangunan diatas tanah berawa.

Gambar 2.3 Semen

Semen Portland adalah bahan ikat yang mengandung silika amorf, yang
apabila dicampur dengan kapur akan membentuk benda padat yang keras. Bahan
yang mengandung portland adalah teras, semen merah, abu terbang, dan bubukan
terak tanur tinggi. Portland sendiri adalah bahan yang mengandung silisium atau
alumunium, yang tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dan dapat
bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta membentuk senyawa-
senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen (Tri Mulyono, 2004).

b. Air
Air merupakan material yang sangat penting dalam campuran beton dan
harganya paling murah. Dalam pembuatan beton, air yang digunakan harus bersih
dan bebas dari campuran bahan yang berbahaya seperti minyak, tumbuhan, dan
kandungan lain. Air mempunyai pengaruh penting terhadap kekuatan dan
kemudahan dalam pelaksanaan beton karena kelebihan air dapat menurunkan
kekuatan beton dan dapat mengakibatkan beton menjadi bleeding, yang mana air
bersama semen akan bergerak keatas permukaan adukan beton segar yang baru saja
dituangkan.Perbandingan antara jumlah air dengan semen harus dipertahankan
karena kekuatan beton dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor air semen dan
kepadatan.

Fungsi air di dalam campuran beton adalah sebagai berikut:


10

1. Sebagai pelicin bagi agregat halus dan agregat kasar.


2. Bereaksi dengan semen untuk membentuk pasta semen.
3. Penting untuk mencairkan bahan / material semen ke seluruh
permukaan agregat.
4. Membasahi agregat, untuk melindungi agregat dari penyerapan air
vital yang diperlukan pada reaksi kimia.
5. Memungkinkan campuran beton mengalir ke dalam cetakan.

Penggunaan banyaknya air dapat dinyatakan dalam suatu berat atau satuan
volume. Dalam praktik yang normal, air biasa diukur dengan satuan volume yaitu
liter. Kuantitas (jumlah) air yang akan dipergunakan untuk beton dengan mutu
tertentu harus dihitung setelah melalui kelembaban (kadar air) dari agregat halus dan
agregat kasar. Kadar air dari agregat akan mengurangi jumlah air yang diperlukan
untuk campuran beton. Sebaliknya, kadang-kadang agregat dapat menyerap air dari
campuran beton. Dalam hal ini, maka perlu ditemukan cara untuk mengatasi
penyerapan tersebut yaitu dengan meningkatkan jumlah air yang perlu ditambahkan
dalam campuran beton.

Jadi, air yang dipergunakan untuk campuran beton dapat berasal dari :
1. Air yang diserap dalam agregat, yang membuat agregat dalam keadaan jenuh

– kering permukaan (saturated surface dry = SSD).


2. Air yang ditambah selama proses pencampuran (mixing). Jumlahnya
dikoreksi dengan air permukaan pada agregat dan atau tanpa air yang diserap
dalam agregat, tergantung pada pengambilan dasar perhitungan dalam
perbandingan air / semen (fas).
3. Air permukaan pada agregat. Jumlahnya bervariasi serta mempengaruhi
jumlah air total untuk campuran beton.
11

Gambar 2.4 Air

Air yang digunakan dalam campuran beton minimal memenuhi persyaratan


sebagai air minum,tetapi tidak berarti air pencampur beton harus memenuhi
persyaratan sebagai air minum. Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air
memenuhi syarat sebagai berikut (Tjokrodimuljo, 1992) :
1. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gr/liter.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik) lebih dari 15 gr/liter.
3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/liter.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/liter.

c. Agregat halus
Agregat sebagai bahan pengisi yang memberikan sifat kaku dan stabilitas
dimensi dari beton. Agregat halus sebaiknya berbentuk bulat dan halus dikarenakan
untuk mengurangi kebutuhan air. Agregat halus yang pipih akan membutuhkan air
yang lebih banyak dikarenakan luas permukaan agregat (surface area) akan lebih
besar.Gradasi agregat halus sebaiknya sesuai dengan spesifikasi ASTM C-33, yaitu:
a. Mempunyai butiran yang halus.
b. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%.
c. Tidak mengandung zat organik lebih dari 0,5%. Untuk beton mutu tinggi
dianjurkan dengan modulus kehalusan 3,0 atau lebih.
d. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama)
Susunan besar butir agregat halus lebih penting daripada susunan besar butir
agregat kasar, karena agregat halus bersama dengan semen dan air membentuk
12

mortar yang akan melekatkan dan mengisi rongga-rongga antar butiran agregat kasar
sehingga beton yang dihasilkan permukaannya menjadi rata.
Pemakaian agregat halus yang terlalu sedikit akan mengakibatkan:
1. Terjadi segregasi, karena agregat kasar dengan mudah saling memisahkan
diri akibat mortar yang tidak dapat mengisi rongga-rongga antara butiran
agregat kasar dengan baik.
2. Campuran akan kekurangan pasir, yang disebut under sanded.
3. Adukan beton akan menjadi sulit untuk dikerjakan sehingga dapat
menimbulkan sarang kerikil.
4. Finishingakan menghasilkan beton dengan permukaan kasar.
5. Beton yang dihasilkan menjadi tidak awet.
Jika pemakaian agregat halus terlalu banyak maka akan mengakibatkan :
1. Campuran menjadi tidak ekonomis.
2. Diperlukan banyak semen untuk mencapai kekuatan yang sama yang
dihasilkan oleh campuran dengan perbandingan optimum antara agregat halus
dan agregat kasar.
3. Campuran akan kelebihan pasir, yang disebut over sanded.
4. Beton yang dihasilkan menunjukkan gejala rangkak dan susut yang lebih
besar.

Gambar 2.5 Agregat Halus


Agregat halus adalah pasir alam sebagai disintegrasi alami dari batuan atau pasir
yang dihasilkan olehindustri pemecah batu dan mempunyai ukuran terbesar 4,8
13

mm. Pasir alam dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam (Kardiyono


Tjokrodimulyo, 1992), yaitu:

1. Pasir galian.Pasir ini diperoleh lansung dari permukaan tanah atau dengan
cara menggali. Bentuk pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas
dari kandungan garam walaupun biasanya harus dibersihkan dari kotoran
tanah dengan jalan dicuci terlebih dahulu.
2. Pasir sungai.
Pasir ini diperoleh lansung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir
halus, bulat-bulat akibat proses gesekan. Daya lekatan antar butiran agak
kurang karena bentuk butiran yang bulat.

3. Pasir laut.
Pasir laut adalah pasir yang diambil dari pantai. Butir-butirnya halus dan
bulat karena gesekan. Pasir ini merupakan pasir yangjelek karena
mengandung banyak garam. Garam ini menyerap kandungan air dari udara
dan mengakibatkan pasir selalu agak basah serta menyebabkan
pengembangan volume bila dipakai pada bangunan. Selain dari garam ini
mengakibatkan korosi terhadap struktur beton, oleh karena itu pasir laut
sebaiknya tidak dipakai.
d. Agregat kasar
Langkah awal untuk mempersiapkan agregat kasar berupa batu pecah
adalah dengan memisahkan butiran agregat berdasarkan ukuran butiran,
dilakukan dengan pengayakan dengan menggunakan saringan. Setelah
pemisahan butiran agregat kasar selesai, batu pecah dicuci untuk membuang
kotoran yang melekat pada agregat agar dapat meningkatkan kualitas agregat.
14

Gambar 2.6 Agregat Kasar


Adapun kualitas agregat kasar yang dapat menghasilkan beton mutu tinggi
adalah:
a) Agregat kasar harus merupakan butiran keras dan tidak berpori. Agregat
kasar tidak boleh hancur karena adanya pengaruh cuaca. Sifat keras
diperlukan agar diperoleh beton yang keras pula, sifat tidak berpori untuk
menghasilkan beton yang tidak mudah tembus oleh air.
b) Agregat kasar harus bersih dari unsur organik.
c) Agregat tidak mengandung lumpur lebih dari 10% berat kering. Lumpur yang
dimaksud adalah agregat yang melalui ayakan diameter 0,063 mm, bila
melebihi 1% berat kering maka kerikil harus dicuci terlebih dahulu.
d) Agregat mempunyai bentuk yang tajam. Dengan bentuk yang tajam maka
timbul gesekan yang lebih besar pula yang menyebabkan ikatan yang lebih
baik, selain itu dengan bentuk tajam akan memerlukan pasta semen sehingga
akan mengikat dengan lebih baik.

2.1.5 Faktor Air Semen


Faktor air semen (fas) adalah perbandingan berat air dan berat semen yang
digunakan dalam adukan beton. Faktor air semen yang tinggi dapat menyebabkan
beton yang dihasilkan mempunyai kuat tekan yang rendah dan semakin rendah faktor
air semen kuat tekan beton semakin tinggi. Namun demikian, nilai faktor air semen
yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai
faktor air semen yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu
kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang akhirnya akan menyebabkan mutu
15

beton menurun. Oleh sebab itu ada suatu nilai faktor air semen optimum yang
menghasilkan kuat desak maksimum. Umumnya nilai factor air semen minimum
untuk beton normal sekitar 0,4 dan maksimum 0,65 (Tri Mulyono, 2003).

Gambar 2.7 Perbandingan FAS dan kuat tekan (SNI 03-2834-2000).


Semakin besar factor air semen semakin rendah kuat tekan betonnya,
walaupun apabila dilihat dari rumus tersebut tampak bahwa semakin kecil faktor air
semen semakin tinggi kuat desak beton, tetapi nilai fas yang rendah akan
menyulitkan pemadatan, sehingga kekuatan beton akan rendah karena beton kurang
padat. Dapat disimpulkan bahwa hampir untuk semua tujuan beton yang mempunyai
fas minimal dan cukup untuk memberikan workability tertentu yang dibutuhkan
untuk pemadatan yang berlebihan, merupakan beton yang baik.
Pada beton mutu tinggi atau sangat tinggi, faktor air semen dapat diartikan
sebagai water to cementious ratio, yaitu rasio total berat air (termasuk air yang
terkandung dalam agregat dan pasir) terhadap berat total semen dan additive
cementious yang umumnya ditambahkan pada campuran beton mutu tinggi.

2.2 Teori-Teori Lainnya


2.2.1 Kelebihan dan Kekurngan Beton
Adapun kelebihan dari penggunaan beton yaitu:
1. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi
2. Mampu memikul beban yang berat
3. Tahan terhadap temperatur yang tinggi
16

4. Biaya pemeliharaan yang kecil

Adapun kekurangan dari penggunaan beton yaitu:


1. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah
2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi
3. Beban yang berat
4. Daya pantul suara yang besar
Beton yang Tidak Boleh Digunakan :
a) Beton yang telah mengeras sebagian/terkontaminasi bahan lain.
b) Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang setelah
pengikatan awal, kecuali bila disetujui pengawas lapangan.

2.2.2 Pedoman Umum Campuran Beton


a) Kontrol temperature:Jika memungkinkan, hindari pengecoran pada cuaca
yang panas, kering dengan kelembapan rendah atau cuaca yang terlalu dingin
dan berangin keras. Jika cuaca diprediksi akan panas, kering atau berangin,
maka subgrade/bekisting tempat beton akan diletakkan harus dibasahi agar
lembab. Pastikan setiap langkah pekerjaan telah dipersiapkan dengan baik,
karena pada kondisi cuaca seperti diatas, tidak tersedia banyak waktu untuk
pengecoran, pemadatan, finishing dan perawatan beton.
b) Segregasi:Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk
menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau akibat
pengaliran.
c) Continue-Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus
dilakukan secara menerus hingga mengisi secara penuh panel atau
penampang sampai batasnya atau sambungan yang ditetapkan.
d) Kontrol posisi:Kecepatan pengecoran harus sedemikian hingga agar beton
tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat mengisi ruang diantara
tulangan, seluruh celah dan masuk hingga ke sudut cetakan tetapi tidak
menimbulkan pergerakan besi, bekisting serta embedded material.
e) Kecepatan pengecoran:Untuk menghindari tekanan yang berlebihan pada
bekisting pada proyek-proyek besar, kecepatan pengecoran tidak lebih dari
1,2 m vertikal tiap jamnya kecuali untuk kolom. Untuk mencegah retak-retak,
interval antara pengecoran slab, balok, dan girder dengan pengecoran kolom
17

dan dinding yang mendukungnya minimal 4 jam, tetapi yang terbaik adalah
24 jam.
f) Pengecoran berlapis:setiap lapisnya dibatasi maksimal setebal 50 cm dengan
satu kali operasi (ketebalannya tergantung dari tipe konstruksi, ukuran
bekisting dan jumlah tulangan)dan harus dipadatkan terlebih dahulu sebelum
pengecoran lapisan selanjutnya untuk mencegah terjadinya lubang-lubang
(sarang lebah). Lapisan selanjutnya segera harus dituang sebelum lapisan
sebelumnya mengalami pengikatan awal. Hindarkan terjadinya over vibrate
saat pemadatan lapisan,karena akan menyebabkan segregasi dan permukaan
yang lemah.
g) Tinggi jatuh maksimum:Jika menggunakan concrete pump, pengecoran
langsung dari mixer truck, menggunakan cerobong ataupun kereta dorong,
pastikan bahwa beton segar dituang secara vertikal dengan ketinggian
maksimum pengecoran adalah 1,5 m untuk mencegah terjadinya lubang-
lubang pada beton yang dihasilkan.

2.2.3 Persyaratan-Persyaratan Beton


a. Umum:
1. Proposi campuran beton harus menghasilkan beton yang memenuhi
persyaratan berikut:
i. Kekentalan yang memungkinkan pengerjaanbeton (penuangan,
pemadatan, dan perataan) dengan mudah dapat mengisi acuan dan
menutup permukaan secara serba sama (homogen);
ii. Keawetan;
iii. Kuat tekan;
iv. Ekonomis;
2. Beton yang dibuat harus menggunakan bahan agregat normal tanpa
bahan tambah
b. Bahan:
Bahan-bahan yang digunakan dalam perencanaan harus mengikuti
persyaratan berikut:
18

1. Bila pada bagian pekerjaan konstruksi yang berbeda akan digunakan


bahan yang berbeda, maka setiap proporsi campuran yang akan
digunakan harus direncanakan secara terpisah;
2. Bahan untuk campuran coba harus mewakili bahan yang akan digunakan
dalam pekerjaan yang diusulkan.
c. Perencanaan Campuran:
Dalam perencanaan campuran beton harus dipenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Perhitungan perencanaan campuran beton harus didasarkan pada data
sifat-sifat bahan yang akan dipergunakan dalam produksi beton;
2. Susunan campuran beton yang diperoleh dari perencanaan ini harus
dibuktikan melalui campuran coba yang menunjukan bahwa proporsi
tersebut dapat memenuhi kekuatan beton yang disyaratkan.
2.2.4 Kontrol Kualitas Beton
Dalam melakukan kontrol kualitas beton ready-mix, hal yang penting adalah
melakukan kontrol volume semen pada mix-designsebab komponen semen
merupakan komponen yang paling mahal dari komposisi ready-mix.
Pada pengecoran dengan volume besar, kemungkinan terjadi adanya
kesalahan dalam keseragaman mutu yang disebabkan karena kurang
cermatnya operator instalasi berhubung banyaknya pengiriman diberbagai
tempat dengan mutu atau spesifikasi yang berbeda.
Dalam melakukan kontrol workabilitas beton sebelum dituang, maka
prosedur berikut dapat dilakukan:
a. Pastikan bahwa beton telah tercampur secara merata di dalam truk mixer
b. Ambilah contoh bahan uji secukupnya
c. Lakukan uji slump pada contoh bahan uji tersebut
d. Bilamana hasilnya memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka muatan
harus diterima. Tetapi bila hasilnya diluar batas, ambilah kembali contoh
bahan uji dari truk yang sama untuk dilakukan test slump lagi
e. Bila tidak memenuhi, maka beton harus ditolak.
a. Pengujian Slump
Percobaan Slump beton adalah suatu cara untuk mengukur kelecekan
adukan beton, yaitu kecairan/kekentalan adukan yang berguna dalam
19

pekerjaan beton. Slump merupakan besarnya nilai keruntuhan beton secara


vertikal yang diakibatkan karena beton belum memiliki batas yield stress
yang cukupuntuk menahan berat sendiri karena ikatan antar partikelnya masih
lemah sehingga tidak mampu untuk mempertahankan ikatan semulanya.
Pemeriksaan slump dimaksud untuk mengetahui konsistensi beton dan sifat
mudah dikerjakan (workability) sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan.
Syarat slump yang baik untuk digunakan yaitu 8-12 cm. Jika pada proses
pengujian slump beton sudah memenuhi syarat,maka beton bisa digunakan.
Apabila slump test beton tidak memenuhi syarat, maka beton ditolak untuk
digunakan. Karena berakibat pada kualitas dan kekuatan beton.
Langkah-langkah pengujian slump:
1. Siapkan cetakan slump test.
2. Cetakan diisi adukan beton.
3. Adukan dipadatkan 25 tusukan 1/3 lapisan.
4. Cetakan dibuka.
5. Ukur jarak penurunannya.
6. Diketahui nilai slumpnya.

Gambar 2.8 Cetakan diisi adukan beton


20

Gambar 2.9 Pemadatan adukan beton

Gambar 2.10 Mengukur jarak penurunan


b. Pengambilan Sample Kubus
Cetakan berbentuk kubus dengan ukuran 150x150x150 mm. Jumlah tumbukan
25 kali setiap 1/3 cetakan. Setelah itu diamkan selama 24 jam.
21

Gambar 2.11 Pengambilan Sample Kubus


c. Perendaman Sample Kubus
Setelah sample didiamkan selama 24 jam, maka sample dibuka dan direndam.
Beton uji ini direndam untuk umur 7, 14, 21, dan 28 hari, setelah itu dilakukan
pengujian kuat tekan beton pada setiap umur beton.

Gambar 2.12 Perendaman sample kubus

d. Pengujian Kuat Tekan Beton


Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda
uji hancur bila dibebani dengan gaya tertentu.
22

Kekuatan beton yang sebenarnya tidak sama dengan kekuatan yang diukur saat
pengujian dilakukan. Kuat tekan ini sendiri dipengaruhi oleh:
1. Efek dari jenis dan jumlah semen
Semakin banyak jumlah semen yang terdapat dalam campuran, maka kuat
tekan beton akan semakin tinggi.
2. Efek dari agregat
o Kekuatan beton meningkat seiring peningkatan dari modulus
kehalusan dari agregat halus, yang menggambarkan ukuran dari
agregatnya.
o Agregat kasar dengan tekstur permukaannya yang kasar serta bersudut
seperti granit dan kapur dapat meningkatkan kekuatan beton sampai
20% disbanding dengan menggunakan batu kali dengan rasio air-
semen yang sama.
3. Efek dari rasio air-semen
perbandingan antara berat air dan semen dalam campuran beton. Kekuatan
optimum dapat dicapai bila air pada campuran cukup untuk proses hidrasi,
namun ketika kadar air meningkat,dengan jumlah semen yang tetap, maka
rongga yang ada semakin besar dan kuat tekannya akan menurun.
4. Pengaruh rongga udara (void)
Peningkatan kandungan air akan meningkatkan void dalam beton sehingga
daya tahan, impermeabilitas dan kuat tekan menjadi berkurang.
5. Keuntungan dari curing
Beton memiliki kekuatan yang semakin besar seiring dengan waktu dan
curing yang baik. Curing yang baik dapat menjaga kelembaban suhu serta
mengontrol hidrasi dari beton.
Tujuan dari pengujian kuat tekan beton adalah untuk mengetahui jumlah
kekuatan beton dan kelayakan beton untuk digunakan.
Gambar 2.13 Pengujian Kuat Tekan Beton

BAB III
23

PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi Masalah
Permasalahan yang terjadi pada proyek Stadion Parasamya khususnya pekerjaan
Pile Cap yaitu pada saat perencanaan awal campuran beton sudah dilakukan
pengujian slump, dan campuran beton sudah masuk syarat pada saat pengujian
slump. Sehingga beton layak digunakan pada pekerjaan di lapangan. Namun pada
pelaksanaan pengecoran di lapangan campuran beton ditambah air kembali.
Sehingga dapat mengurangi kekuatan dari beton yang sebenarnya. Maka dari itu
sesuai dengan judul laporan studi kasus ini, penulis akan membahas tentang
“Identifikasi Campuran Beton yang ditambahkan air pada pekerjaan pengecoran Pile
Cap segmen F”.

Gambar 3.1 Pengecoran Pile Cap segmen F

3.2 Pemecahan Masalah

3.2.1 Kualitas Material Beton

Kualitas material adalah suatu langkah yang sangat penting dalam


pengendalian mutu beton. Kualitas beton yang tidak bagus akan
mempengaruhi kemudahan pelaksanaan maupun performa beton dalam
pemakaian.
24

Tabel 3.1 Kualitas Material Beton

Jenis Material Pelaksanaan di Syarat Material


Lapangan
Hangat jika
dipegang tangan,
tidak
menggumpal,
Semen
masih bereaksi
-
jika digenggam
dengan tangan
akan jatuh
berhamburan.
Kualitas Material Air mengandung Tidak
lumpur, sehingga mengandung
berwarna bahan organik,
kecoklatan. tidak mengandung
lumpur, tidak
mengandung
bahan kimia yang
dapat merusak
Air mutu beton, tidak
mengandung
minyak, dan tidak
mengandung
garam.

Agregat halus Pada pengujian Kadar lumpur


kadar lumpur maksimal 2 %,
dilaboratorium, tidak mengandung
didapati nilai kadar garam, tidak
lumpur 4,2 % mengandung
mineral logam
25

terutama besi (Fe),


dan tidak
mengandung
bahan organic.
Agregat kasar Keras/tidak mudah
hancur, ciri-cirinya
-
batu pecah, dan
tidak mengandung
lumpur.

Sumber : SNI 03-2834-2000

3.2.2 Volume Material Beton

Perencanaan campuran beton harus sesuai dengan ketentuan yang sudah


dibuat oleh konsultan/direksi. Volume setiap material harus diperhatikan, agar beton
memiliki workabilitas yang tinggi. Campuran beton juga harus mempertimbangkan
lingkungan dimana beton tersebut akan berdiri, misalnya pada beban-beban yang
berat, atau kondisi cuaca ekstrim.

Tabel 3.2 Volume Material Beton

Jenis Material Pelaksanaan di Syarat Material


Lapangan
26

Jika kadar semen


dinaikan, maka
kekuatan dan
durabilitas beton
Semen -
juga akan
meningkat. Semen
(bersama air) akan
membentuk pasta
yang mengikat
agregat mulai dari
yang paling kasar
sampai paling
halus.
Volume Material Pada pekerjaan Penambahan air
Beton pengecoran justru akan
dilakukan mengurangi
penambahan air kekuatan beton.
yang berlebihan. Air cukup
Sehingga pada saat digunakan untuk
pengecoran, melarutkan semen.
campuran beton Air juga yang
Air menjadi encer dan membuat adukan
mutu beton menjadi kohesif.
berkurang.

Biasa disebut w/c


ratio atau water to
cement ratio. Jika
w/c ratio semakin
besar, maka
kekuatan dan daya
tahan beton
Rasio Air Semen semakin
27

berkurang. Pada
lingkungan
tertentu, rasio air
semen harus
dibatasi tergantung
sifat korosif atau
kadar sulfat yang
ada dilingkungan
tersebut.
Pada campuran Jika agregat halus
beton, volume terlalu banyak,
agregat kasar maka adukannya
sering kali akan terlihat encer
berlebihan. seperti tidak punya
Sehingga pihak kekuatan. Dan
pelaksana sering setelah pemadatan,
ditegur oleh bagian atas adukan
Agregat kasar dan konsultan/direksi. akan terlihat
halus kosong atau tidak
ada agregat.
Sebaliknya, jika
agregat kasar
terlalu banyak,
adukannya akan
terlihat kasar dan
berbatu. Agregat
ini akan muncul
dipermukaan
setelah dipadatkan.

Sumber : SNI 03-2834-2000


28

Gambar 3.2 Agregat halus terlalu banyak

Gambar 3.3 Agregat kasar terlalu banyak

3.2.3 Penambahan Air Pada Campuran Beton

Penambahan air pada campuran beton tidak boleh berlebihan dan harus sesuai
dengan standard yang sudah di tentukan pada SNI-03-2834-2000 yaitu jika dalam
kasus ini adalah beton mutu K175 maka air yang di perlukan adalah 25 % dari
campuran. Apabila tidak sesuai, maka akan mengakibatkan mutu beton yang rendah,
sehingga akan berpengaruh pada kekuatan bangunan yang dikerjakan.

Tabel 3.3 Penambahan Air Pada Campuran Beton

Jenis Material Pelaksanaan di Syarat Material


Lapangan
Pada pekerjaan Air cenderung
pengecoran mengalir keluar,
dilakukan apabila bekisting
29

penambahan air kurang rapat dan


yang berlebihan. air terlalu banyak.
Padahal nilai slump
Air tidak boleh
sudah memenuhi
Penambahan air mengandung
syarat dan sudah
pada campuran minyak dan
disetujui oleh
beton lumpur.Air
konsultan/direksi,
berfungsi sebagai
sehingga beton siap
reaktor ( kurang
digunakan. Namun
lebih 25 % berat
pada pekerjaan
semen).Perhatikan
pengecoran sering
campuran
dilakukan
readymix, karena
penambahan air
tidak selamanya
tanpa perintah dari
konsisten (bisa
konsultan/direksi.
disebabkan faktor
kandungan air
dalam agregat),
penambahan air
bisa dilakukan
dengan ijin dari
konsultan/direksi
di lapangan.
Apabila tidak
diijinkan, jangan
sampai melakukan
penambahan air.
Karena perlu
diingat nilai slump
harus memenuhi
persyaratan, agar
kekuatan beton
tetap terjaga.
30

Sumber : SNI 03-2834-2000

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut :
1. Syarat penambahan air pada campuran beton saat pekerjaan pengecoran
tidak boleh berlebihan dan harus sesuai dengan standar yang sudah di
tentukan pada SNI-03-2834-2000 yaitu dalam kasus ini adalah beton mutu
K175 maka air yang di perlukan adalah 25 % dari campuran.
2. Langkah pencegahan masalah ini yaitu dengan memperhatikan campuran
readymix, karena tidak selamanya konsisten (bisa disebabkan faktor
kandungan air dalam agregat), penambahan air hanya bisa dilakukan dengan
ijin dari konsultan/direksi di lapangan.
3. Kualitas material sangat menentukan pihak pelaksana maupun pemilik
proyek, dikarenakan unsur kualitas material merupakan hal yang sangat
menentukan dari hasil pekerjaan yang dikerjakan, sehingga mutu dari produk
konstruksi dapat terjamin.
4. Volume setiap material beton yang sudah ditentukan dalam perencanaan
proporsi campuran harus diperhatikan.
31

4.2 Rekomendasi

Dalam pelaksanaan pekerjaan campuran beton dan pengeoran beton, kita


harus menentukan kualitas campuran beton dan pengecoran beton yang benar
sesuai dengan SNI 03-2834-2000 dalam pelaksanaan di lapangan. Maka
rekomendasinya sebagai berikut :

1. Kualitas material beton


Pemilihan material yang tepat dan memenuhi syarat dari ketentuan yang
sudah direncanakan oleh konsultan/direksi. Sehingga material yang
digunakan memiliki kualitas yang baik.
2. Volume material beton
Dalam perencanaan proporsi campuran beton, harus memperhatikan volume
setiap material. Volume material tidak boleh berubah dari perencanaan yang
sudah dibuat. Karena bisa terjadi hal-hal seperti; kekuatan beton yang
berkurang, adukan terlihat encer dan kosong, adukan terlihat kasar dan rapuh.
3. Penambahan air pada campuran beton
Penambahan air yang berlebihan sangat berpengaruh pada mutu beton yang
dihasilkan. Penambahan air dapat dilakukan apabila ada persetujuan dari
konsultan/direksi. Apabila tidak disetujui, jangan sampai melakukan
penambahan air.
32

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. (2000).Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran


Beton Normal, (SNI 03-2834-2000).Yogyakarta.
Badan Standarisasi Nasional. (2012). Tata Cara Pemilihan Campuran untuk Beton
Normal, Beton Berat, dan Beton Massa, (SNI 7656-2012). Bandung
Badan Standarisasi Nasional. (2004). Semen Portland, (SNI 15-2049-2004).
Bandung
Krisfinanto,B. (2011) Metode Campuran Beton. Bandung : Penerbit Angkasa
Sunggono. (2016). Buku Teknik Sipil. Bandung : Penerbit NOVA.
Tjokrodimuljo, K. (1992). Pedoman Material Beton. Jakarta : Penerbit Andi
Mulyono. (2004). Teknologi Beton. Jakarta : Penerbit Andi.
Brook, K.M., Murdock, L.J., Van Noel, (1979). Concrete Materials & Practice.
NYC.
Ginting, Ismirrozi, (2011). Pengaruh Kadar Air Agregat Terhadap Kuat Tekan
Beton. Jurnal Teknik Vol. 1 No. 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
Mindess, Sidney, J. Francis Young, dan David Darwin. (2003). Concrete (Second
Edition), Pearson Education Inc, Upper Saddle River New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai