Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TEKNOLOGI BAHAN I BETON

Disusun oleh :
Edwindhi Nurmanza 115060101111027
Cita Ahmat Panji Saputra 115060100111008
Fakultas Teknik-Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga makalah yang berjudul “Beton” ini dapat terselesaikan. Berbagai sumber telah penulis
ambil sebagai bahan dalam pembuatan makalah ini. Penulis berharap makalah beton ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis juga menyadari bahwa buku tugas besar ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki kesalahan dalam penyusunannya.
Wassalam
Penulis

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai
dalam pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam pelaksanaannya
membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi. Namun selain keuntungan yang
dimilikinya beton juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan tarik yang rendah,
daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang bervariatif. Karena kekurangan yang dimiliknya
maka diperluakan pengetahuan yang cukup luas,antara lain mengenai sifat bahan dasarnya, cara
pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan tambahnya agar dapat meningkatkan fungsi beton
itu sendiri menjadi lebih maksimal.
Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi oleh keseragaman bahan
dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya dilapangan, umumnya beton yang disuplai oleh
perusahaan pembuatan beton (ready mix) telah terjamin keseragaman bahan dasarnya. Untuk
mendapatkan kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang disyaratkan maka pelaksanakan
pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur. Yang dimaksud dengan
kualitas beton seperti yang disyaratkan disini adalah kuat tekan beton pada umur ke-28 hari. Oleh
karena sebab-sebab diatas maka diperlukan adanya kontrol kualitas yang dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya output yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan sedini mungkin.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pekerjaan konstruksi di lapangan akan menjadi lebih
optimal. Hal ini disebabkan karena pelaksana dapat memeriksa kuat tekan beton terhadap
persyaratan yang ada tanpa perlu menunggu waktu 28 hari dan memutuskan melakukan kegiatan
selanjutnya berdasar hasil tersebut. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi kerja dari suatu kontraktor
dengan signifikan yang tentu saja berimbas terhadap peningkatan keuntungan yang didapatkan.
Selain itu, karena output yang dihasilkan lebih akurat maka quality control dan quality assurance
terhadap pekerjaan beton menjadi semakin meningkat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah tentang “Beton” adalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
Teknologi Bahan I, untuk mengetahui tentang sifat-sifat dari beton, untuk mengetahui cara
pembuatan beton yang baik, cara perawatan beton yang benar, agar

kita mengetahui mutu beton yang baik dalam struktur bangunan, serta penggunaan dalam bidang
teknik sipil.
1.3 Kegunaan Teoritis dan Praktis
Didalam menyusun makalah ini, penulis berharap nantinya makalah ini dapat
berguna bagi para pembacanya baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penulis berharap
makalah ini dapat berguna bagi siapa saja, terutama yang bergelut di dalam bidang engineering.
Secara praktis, penulis berharap makalah ini dapat berguna dan memberikan pengetahuan kepada
para pembaca tentang beton.
1.4 Metode Penulisan
Di dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan dua metode penulisan,
antara lain: Metode deskriptif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan ini bertujuan
untuk memberikan gambaran tentang beton, untuk mengetahui cara pembuatan beton yang baik,
cara pemeliharaan beton, agar kita mengetahui criteria / mutu beton yang baik dalam struktur
bangunan, penggunaan dalam bidang teknik sipil, serta sifat-sifatnya. Penelitian kepustakaan, yakni
penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan keterangan dari buku-buku, internet dan bahan
lainnya/sumber lainnya yang ada hubungannya dengan beton.
1.5 Rumusan Masalah
1. Apa saja sifat-sifat dari beton ?
2. Bagaimana cara pembuatan beton yang baik?
3. Apa saja kriteria beton yang bermutu baik untuk digunakan dalam struktur
bangunan?
4. Bagaimana cara pemeliharaan beton agar tahan lama?
5. Apa saja penggunaan dari beton dalam bidang teknik sipil?

2.1 Beton
BAB II PEMBAHASAN
Beton adalah suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu
campuran yaitu semen, pasir, kerikil dan air untuk membuat campuran tersebut menjadi keras
dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan dimensi struktur yang diinginkan. Kumpulan material
tersebut terdiri dari agregat yang halus dan kasar. Semen dan air berinteraksi secara kimiawi untuk
mengikat partikel-partikel agregat tersebut menjadi suatu massa padat.
Pada umumnya beton terdiri dari ± 15 % semen, ± 8 % air, ± 3 % udara, selebihnya pasir dan kerikil.
Campuran tersebut setelah mengeras mempunyai sifat yang berbeda-beda, tergantung pada cara
pembuatannya. Perbandingan campuran, cara pencampuran, cara mengangkut, cara mencetak, cara
memadatkan, dan sebagainya akan mempengaruhi sifat-sifat beton.
Sifat beton meliputi: mudah diaduk, disalurkan, dicor, didapatkan dan diselesaikan, tanpa
menimbulkan pemisahan bahan susunan pada adukan dan mutu beton yang disyaratkan oleh
konstruksi tetap dipenuhi.
Material beton mempunyai beberapa keunggulan teknis jika dibanding dengan material konstruksi
lainnya. Bahan baku pembuatan beton, seperti semen, pasir dan koral atau batu pecah, sangat
mudah diperoleh.
Keunggulan lain yang dimiliki beton dibandingkan dengan material lainnya adalah mempunyai kuat
tekan dan stabilitas volume yang baik dan biaya perawatannya relatif lebih murah. Selain itu,
material beton lebih tahan terhadap pengaruh lingkungan, tidak mudah terbakar, dan lebih tahan
terhadap suhu tinggi, sehingga banyak digunakan sebagai pelindung struktur baja terhadap
pengaruh kebakaran pada bangunan gedung.
Sifat dan karakter mekanik beton secara umum :
1. Beton sangat baik menahan gaya tekan (high compressive strength), tetapi tidak begitu pada gaya
tarik (low tensile strength). Bahkan kekuatan gaya tarik beton hanya sekitar

10% dari kekuatan gaya tekannya.


2. Beton tidak mampu menahan gaya tegangan (tension) yang tinggi, karena elastisitasnya yang
rendah.
3. Konduktivitas termal beton relatif rendah.
Dalam keadaan yang mengeras, beton bagaikan batu karang dengan kekuatan tinggi.
Dalam keadaan segar, beton dapat diberi bermacam bentuk, sehingga dapat digunakan untuk
membentuk seni arsitektur atau semata-mata untuk tujuan dekoratif. Beton juga akan memberikan
hasil akhir yang bagus jika pengolahan akhir dilakukan dengan cara khusus umpamanya diekspose
agregatnya (agregat yang mempunyai bentuk yang bertekstur seni tinggi diletakkan di bagian luar,
sehingga nampak jelas pada permukaan betonnya).
Faktor – faktor yang membuat beton banyak digunakan karena memiliki keunggulan –
keunggulannya antara lain :
1. Kemudahan pengolahannya.
2. Material yang mudah didapat.
3. Kekuatan tekan tinggi.
4. Daya tahan yang tinggi terhadap api dan cuaca merupakan bukti dari kelebihannya.
Selain memiliki kunggulan-keunggulan seperti disebutkan di atas, beton juga memiliki
kekurangan seperti berikut:
1. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah
2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi 3. Berat (bobotnya besar)
4. Daya pantul suara yang besar.
Sebagian besar bahan pembuat beton adalah bahan lokal (kecuali semen portland atau bahan
tambah kimia), sehingga sangat menguntungkan secara ekomoni. Namun pembuatan beton akan
menjadi mahal jika perencana tidak memahami karakteristik bahan-bahan penyusun beton yang
harus disesuaikan dengan perilaku struktur yang akan dibuat.

2.1.1 Adukan Beton


Beton yang berasal dari pengadukan bahan-bahan penyusun agregat kasar dan agregat halus
kemudian diikat dengan semen yang bereaksi dengan air sebagai bahan perekat, harus dicampur
dan diaduk dengan benar dan merata agar dapat dicapai mutu beton yang baik. Pada umumnya
pengadukan bahan beton dilakukan menggunakan mesin pengaduk kecuali jika hanya untuk
mendapatkan beton mutu rendah pengadukan dapat dilakukan tanpa menggunakan mesin
pengaduk. Kekentalan adukan beton harus diawasi dan dikendalikan dengan cara memeriksa
kemerosotan (slump) pada setiap adukan beton baru.
Nilai slump digunakan sebagai petunjuk ketepatan jumlah pemakaian air dalam hubungannya
dengan faktor air semen yang ingin dicapai. Waktu pengadukan lamanya tergantung pada kapasitas
isi mesin pengaduk, jumlah adukan, jenis serta susunan butir bahan penyusun, dan slump beton,
pada umumnya tidak kurang dari 1,50 menit dimulai semenjak pengadukan, dan hasil umumnya
menunjukkan susunan dan warna merata. Sesuai dengan tingkat mutu beton yang dihasilkan
memberikan:
1. Keenceran dan kekentalan adukan yang mmungkinkan pengerjaan beton (penuangan, perataan,
pemadatan) dengan mudah kedalam adukan tanpa menimbulkan kemungkinan terjadinya
segregation atau pemisahan agregat.
2. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air, korosif, dan lain-lain)
3. Memenuhi uji kuat yang hendak dipakai.
2.1.2 Pengujian Pada Beton 2.1.2.1 Kuat Tekan
Kuat tekan beton mengidentifikasi mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi tinggkat kekuatan
struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kekuatan beton
dinotasikan sebagai berikut :
f’c = fck =
fc = f’cr =
S=
Kekuatan tekan beton yang disyaratkan (Mpa).
Kekuatan tekan beton yang didapatkan dari hasil uji coba kubus 150 mm atau dari silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm (MPa).
Kekuatan tarik dari hasil uji belah silinder beton (MPa).
Kekuatan tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, sebagai dasar pemilihan perancangan campuran
beton.
Deviasi standar (s) (MPa).

Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan suatu kuat tekan rata- rata yang
disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi, beton yang telah dirancang campurannya harus
diproduksi sedemikian rupa sehingga memperkecil frekuensi terjadinya beton dengan kuat tekan
yang lebih rendah dari f ’c seperti yang telah disyaratkan. Kriteria penerima beton tersebut harus
pula sesuai dengan standar yang berlaku. Menurut Standar Nasional Indonesia, kuat tekan harus
memenuhi 0,85 f ’c untuk kuat tekan rata-rata dua silinder dan memenuhi f ’c +0,82 s untuk rata
empat buah benda uji yang berpasangan. Jika tidak memenuhi, maka di uji mengikuti ketentuan
selanjutnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton. Ada empat bagian utama yang
mempengaruhi mutu dari kekuatan beton :
 Proporsi bahan-bahan penyusunnya.
 Metode perancangan.
 Perawatan.
 Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh
lingkungan setempat.
Kekuatan tekan f 'c ditentukan dengan silinder standar (berukuran 6 inci x 12 inci) yang dirawat di
bawah kondisi standar laboratorium pada kecepatan pembebasan tertentu, pada umur 28 hari.
Spesifikasi standar yang dipakai di Amerika Serikat biasanya diambil dari ASTM C-39. Perlu di pahami
bahwa kekuatan beton struktur aktual dapat saja tidak sama dengan kekuatan silinder karena
perbedaan pemadatan dan kondisi perawatan.
Pengujian kuat tekan beton dilakukan menggunakan alat Mesin Kompresor (Compressor Mechine)
dengan rumus :
f’c=F/a
dengan:
f’c = Kuat tekan (N/cm2)
F = Gaya Tekan (N)
A = Luas bidang permukaan (cm2)
Dalam pengujian ini juga ada luas permukaan cetakan yang berbentuk silinder dengan rumus: Luas
permukaan (A) = π r2

dengan ;
A = Luas Permukaan Cetakan (cm2) r = Tinggi cetakan silinder (cm)
2.1.2.2 Penyerapan Air (Water Absorbtion)
Penyerapan air (water absorbtion) merupakan salah satu parameter yang sangat penting untuk
memprediksi dan mengetahui kekuatan dan kualitas beton polimer yang dihasilkan. Beton polimer
yang berkualitas baik memiliki daya serap air yang kecil dimana jumlah pori-pori pada permukaan
sedikit dan rapat. Pengukuran penyerapan air (water absorbtion) menggunakan rumus:
Water Absorbtion (%) = mb  mk x100% mk
dengan:
WA = Penyerapan air (%)
mb = Massa basah sampel setelah direndam (gram) mk = Massa kering sampel setelah direndam
(gram)
2.1.2.3 Porositas
Porositas dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume lubanglubang kosong
yang dimiliki oleh zat padat (volume kosong) dengan jumlah dari volume zat padat yang di tempati
oleh zat padat.
Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari suatu rongga
yang ada dalam material tersebut. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0 %
sampai dengan 90 % tergantung dari jenis dan aplikasi material tersebut. Ada dua jenis porositas
yaitu porositas tertutup dan porositas terbuka. Porositas tertutup pada umunya sulit untuk
ditentukan pori tersebut merupakan rongga yang terjebak didalam padatan dan serta tidak ada
akses ke permukaan luar, sedangkan porositas terbuka masih ada akses ke permukaan luar,
walaupun rongga tersebut ada ditengah-tengah padatan. Porositas suatu bahan pada umumnya
dinyatakan sebagai porositas terbuka dengan rumus :

Porositas= mb  mk x 1 x100% Vb air


dengan:
P = Porositas (%)
mb = Massa basah sampel setelah direndam (gram)
mk = Massa kering sampel setelah direndam (gram) Vb = Volume benda uji (cm3)
ρair = Massa jenis air (gr/cm3)
Dalam pengujian ini juga di dapat kan volume benda uji berbentuk silinder dengan rumus:
V o l u m e b e n d a u j i = 4 d 2 L 2.2 Agregat
Agregat menempati 65-80% volum total dari beton, sifat-sifatnya sangat mempengaruhi kualitas
beton. Agregat yang baik seharusnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Keras dan kuat
2. Bersih
3. Tahan lama
4. Masa jenis tinggi
5. Butir bulat
6. Distribusi ukuran butir yang cocok.
Agregat dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau pemecahan massa batuan
induk yang lebih besar. Oleh karena itu, sifat agregat tergantung dari sifat batuan induk. Sifat- sifat
tersebut diantaranya, komposisi kimia dan mineral, klasifikasi petrografik, berat jenis,

kekerasan (hardness), kekuatan, stabilitas fisika dan kimia, struktur pori, warna dan lain-lain. Namun,
ada juga sifat agregat yang tidak bergantung dari sifat batuan induk, yaitu ukuran dan bentuk
partikel, tekstur dan absorbsi permukaan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan
(artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat
kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat kasar dan agregat halus berbeda antara disiplin ilmu
yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat
halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregat
kasar adalah batuan yang ukuran butirannya lebih besar dari 4.80 mm (4.75 mm). Agregat dengan
ukuran lebih besar dari 4.80 – 40 mm disebut kerikil beton yang lebih dari 40 mm disebut kerikil
kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm. Agregat
yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk
pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong atau bendungan, dan lainnya. Agregat
halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak dan
lainnya.
2.2.1 Agregat Kasar
Jenis agregat kasar yang umum adalah :
1. Batu Pecah Alami : Bahan ini di dapat dari cadas atau batu pecah alami yang digali.batu ini dapat
berasal dari gunung api, jenis sedimen, atau jenis metamorf. Meskipun dapat menghasilkan
kekuatan yang tinggi terhadap beton, batu pecah kurang memberikan kemudahan pengerjaan dan
pengecoran dibandingkan dengan jenis agregat kasar lainnya.
2. Kerikil Alami : Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun dasar sungai
oleh air sungai yang mengalir. Kerikil memberikan kekuatan yang lebih rendah dari pada batu pecah,
tetapi memberikan kemudahan pengerjaan yang lebih tinggi.
3. Agregat Kasar Buatan : Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk beton
berbobot ringan. Biasanya merupakan hasil dari proses lain seperti blast-furnace dan lain-lain.

4.
Agregat untuk Perlindungan Nuklir dan Berbobot Berat : Dengan adanya tuntutan yang spesifik pada
zaman atau sekarang ini, juga untuk pelindung dari radiasi nuklir sebagai akibat dari semakin
banyaknya pembangkit atom dan stasium tenaga nuklir, maka perlu adanya beton yang dapat
melindungi dari sinar x, sinar gamma, dan neutron.
2.2.2 Agregat Halus
Agregat halus atau pasir adalah material yang dapat lolos dari saringan nomor 4, yaitu saringan yang
setiap 1 inchi panjang mempunyai 4 lubang. Material yang kasar dari ukuran ini digolongkan sebagai
agregat yang kasar atau koral.
Ukurannya bervariasi antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan Standar Amerika. Agregat halus yang
baik harus bebas organik, lempung, partikel, yang lebih kecil dari saringan No.100, atau bahan-bahan
lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai
gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analisis saringan dari ASTM ( American Society of
Testing and Materials ).
Tabel 2.2 Syarat Mutu Kekuatan Agregat Sesuai SII.0052-08
Kekerasan dengan bejana Rudelloff, bagian hancur menembus ayakan 2 mm, persen % maksimum
Kelas dan mutu Beton
Kekerasan dengan bejana geser Los Angelos, bagian hancur menembus ayakan 1,7 mm,% maks.
Fraksi butir 9,5-19 mm
Fraksi butir 19 – 30 mm
1234
Beton kelas I dan mutu 22-30 24-32 40-50 B0 dan B1
Beton kelas II dan mutu K- 14-22 16-24 27-40 125,K-175 dan K-225
Beton kelas III dan mutu > K-225 atau beton pratekan
Kurang dari 14
Kurang dari 16
Kurang dari 27

2.3 Semen
Semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis),
dengan batu gips sebagai bahan tambahan. Bahan baku pembuatan semen adalah bahan-bahan
yang mengandung kapur, silika, alumina, oksida besi, dan oksida-oksida lainnya.
Fungsi utama semen adalah sebagai perekat.Bahan-bahan semen terdiri dari batu kapur (gamping)
yang mengandung senyawa: Calsium Oksida (CaO), lempung atau tanah liat (clay) adalah bahan alam
yang mengandung senyawa: Silika Oksida (SiO2), Aluminium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan
Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai
meleleh, sebagian untuk membentuk klinker. Klinker kemudian dihancurkan dan ditambah dengan
gips (gypsum).
Semen dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu semen hidraulik dan semen nonhidraulik. Semen
hidraulik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh semen
hidraulik antara lain kapur hidraulik, semen pozollan, semen terak, semen alam, semen
portland,semen alumina dan semen expansif. Contoh lainnya adalah semen portland putih, semen
warna, dan semen-semen untuk keperluan khusus. Sedangkan semen non-hidraulik adalah semen
yang tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh
utama dari semen nonhidraulik adalah kapur.
2.3.1 Semen Portland
Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton.
Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan sebagai semen hidraulik yang dihasilkan
dengan menggiling kliner yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu
atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan
utamanya.
Ditinjau dari penggunaannya, menurut ASTM Semen Portland dapat dibedakan menjadi lima tipe :
a. Tipe I ( Semen penggunaan umum )
Sifat dari semen portland tipe I yaitu MgO dan SO3 hilang pada saat pembakaran. Kehalusan dan
kekuatannya secara berturut-turut juga ditentukan. Secara umum mempunyai sifat-sifat umum dari
semen. Digunakan secara luas sebagai semen untuk teknik

sipil dan konstruksi arsitektur misalnya pembangunan jalan, bangunan beton bertulang, jembatan
dan lain-lain.
b. Tipe II ( Semen pengeras pada panas sedang )
Semen Portland tipe II mempunyai C3S kurang dari 50% dan C3A kurang dari 8%. Kalor hidrasi 70 kal
atau kurang (7 hari) dan 80 kal atau kurang (28 hari) pada kondisi sedang. Peningkatan dari kekuatan
jangka panjang diinginkan. Seca-ra umum dipakai untuk mencegah serangan sulfat dan lingkungan
sistem drainase dengan kadar konsentrat tinggi didalam tanah.
c. Tipe III ( Semen berkekuatan tinggi awal )
Semen portland tipe III mengandung C3S maksimum. Kekuatan awal (1 hari dan 3 hari) diintensifkan,
ditentukan untuk mempunyai kekuatan di atas 40 kg/cm2 selama penekanan 1 hari dan di atas 90
kg/cm2 selama penekanan 3 hari. Kegunaannya yaitu untuk menggantikan semen penggunaan
umum untuk pekerjaan yang mendesak. Cocok untuk pekerjaan dimusim dingin. Biasanya dipakai
untuk konstruksi bangunan, pekerjaan pembuatan jalan, dan produk semen.
d. Tipe IV ( Semen jenis rendah )
Pada semen Portland tipe IV, kalor hidrasi lebih rendah l0 kal dari pada semen pengeras pada panas
sedang, ditentukan dibawah 60 kal (7hari) dan diba-wah 70 kal yaitu 28 hari (ASTM).Memberikan
kalor hidrasi minimum seperti semen untuk pekerjaan bendungan. Kegunaannya yaitu digunakan
pada struktur-struktur dam dan bangunan masif. Dimana panas yang terjadi sewaktu hidrasi
merupakan faktor penentu bagi kebutuhan beton/mortar.
e. Tipe V ( Semen tahan sulfat )
Semen portland tipe V mempunyai C3S dibawah 50% dan C3A dibawah 50% (ASTM). Diusahakan
agar kadar C3A minimum untuk memperbesar ketaha-nan terhadap sulfat. Biasanya dipakai untuk
pekerjaan beton dalam tanah yang mengandung banyak sulfat dan yang berhubungan dengan air
tanah dan pelapisan dari saluran air dalam terowongan.
2.3.1.1 Semen Portland Tipe I
Semen portland tipe I adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan
beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan sebagai semen

hidraulik yang dihasilkan dengan menggiling kliner yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang
umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling
bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen Portland dibuat dari serbuk halus kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium dan
aluminium silkat. Bahan baku utama dalam pemnuatan semen Portland adalah sebagai berikut :

Kapur (CaO) – dari batu kapur Silika (SiO2) – dari lempung Alumina (Al2O3) – dari lempung
(60 – 65 %) (17 – 25 %) (3 – 8 %)
Untuk Penelitian ini digunakan semen Portland Tipe I yang diproduksi oleh PT.Semen Padang,
Sumatera Barat. Semen ini dibuat dengan standart ASTM C-150 untuk semen portland.
2.3.2 Semen Portland Pozzolan
Pozzolan merupakan bahan yang mengandung silica atau senyawanya dan alumina, yang tidak
memiliki sifat mengikat seperti semen, tetapi dalam bentuk yang halus adanya air dapat menjadi
suatu massa padat yang tidak larut dalam air.
Semen pozzolan adalah bahan pengikat hidrolis yang terbuat dari hasil penggilingan pozzolan dan
kapur padam sesuai dengan ukuran halus dan homogen yang mempunyai sifat semen dan
memenuhi standar yang diperlukan.
Kegunaan semen Portland pozzolan :
1. Sebagai pengganti semen Portland.
2. Bahan komponen bangunan struktur ringan seperti lantai, dinding dan saluran air.
3. Material untuk bangunan rumah sangat sederhana di perkotaan dan pedesaan.
4. Material untuk jalan lingkungan pedesaan.
5. Mempertinggi kualitas beton.

Semen portland pozzolan merupakan campuran dari semen portland biasa dengan serbuk halus
trass atau pozzolan, atau benda-benda yang bersifat pozzolan (misalnya abu terbang, fly ash).
Kadarnya adalah antara 10% - 30% dari berat.
2.3.3 Faktor Air Semen (FAS)
Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi FAS, semakin rendah mutu kekuatan beton. Namum
demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu brarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi.
Ada batas-batas dalam hal ini. Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam
pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya menyebabkan mutu
beton menurun. Umumnya nilai FAS minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0,65. Rata-
rata ketebalan lapisan yang memisahkan antar partikel dalam beton sangat tergantung pada faktor
air semen yang digunakan dan kehalusan butir semennya.
2.4 Air
Air sebagai bahan pencampur smen berperan sebagai bahan perekat, sehinnga penambahan air
dalam pembuatan spesi beton merupakan unsur yang sangat penting. Peranan air sebagai bahan
perekat terjadi melalui reaksi hidrasi, yaitu semen dan air akan membentuk pasta semen dan
mengikat fragmen-fragmen agregat.
Secara umum, air yang dapat diminum cocok digunakan sebagai air pencampur, sebab telah
memenuhi persyaratan teknis sebagai air pencampur. Air yang digunakan dalam pembuatan beton
pra-tekan dan beton yang akan ditanami logam alumunium (termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan. Untuk
perlindungan terhadap korosi, konsentrasi ion klorida maksimum yang terdapat dalam beton yang
telah mengeras pada umur 28 hari yang dihasilkan dari bahan campuran termasuk air, agregat,
bahan bersemen dan bahan campuran tambahan tidak boleh melampaui nilai batas yang diberikan
pada Tabel 2.4:

Tabel 2.4 Batas Maksimum Ion Klorida


Jenis beton Batas (%)
Beton pra-tekan 0,06 Beton bertulang yang selamanya berhubungan dengan klorida 0,15
Beton bertulang yang selamanya kering atau terlindung dari 1,00 Basah 0,30 Konstruksi beton
bertulang lainnya
2.3 Cara Pembuatan Beton
Karakteristik dan sipat beton sangat tergantung dari design campuran dan kwalitas bahan-bahan
penyusunnya, setiap tahapan dalam prosen produksi beton dilapangan memegang peranan penting
dalam menghasilkan beton yang berkwalitas.
1. Penempatan dan penyimpanan material
Pasir & Split
Kesalahan penempatan dan penyimpanan material, dapat menyebabkan menurunnya kwalitas
beton. Penempatan pasir dan split (koral) harus sedemikian rupa jangan sampai tercampur oleh
bahan-bahan lain. Penggunaan landasan untuk stok material sangat dianjurkan agar dapat
mencegah terbawanya tanah saat pengambilan barang.
Semen
Dijaga agar tidak lembab, disimpan didalam ruangan atau gudang dan dibawahnya di beri landasan
agar uap lantai tidak langsung mengenai semen, karna apabila uap mengenai semen, mengakibatkan
kwalitas semen menurun dan sebagian akan mengeras, berubah menjadi butiran butiran kasar.
2. Persiapan dan Proses Pencampuran.
Untuk menghasilkan beton dengan kwalitas yang seragam, bahan- bahan
penyusun beton harus disiapkan dan ditakar dengan teliti karna akan mempengaruhi homogenitas
campuran, pencampuran dapat dilakukan dengan cara manual atau mekanis, pencampuran manual
yaitu menggunakan tenaga manusia dengan peralatan cangkul dan skop, disarankan untuk
pekerjaan volume beton yang besar sebaiknya dilakukan dengan

cara mekanis. Pencampuran mekanis yaitu dengan cara mixer (mollen), utnuk mendapatkan
campuran yang baik diperlukan minimal 50 kali putaran mixer atau tidak kurang dari 1 menit untuk
volume pengecoran 1 m3.
Kekentalan adukan beton , harus disesuiakan dengan cara transportasi, cara pemadatan, jenis
konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan dari tulangan. Kekentalan tersebut bergantung pada
berbagai hal. Jumlah dan jenis semen, nilai factor air semen, jenis dan susunan butir dari agregat
serta bahan pembantu lain.
Untuk mencegah penggunaan beton terlalu encer atau padat, ambil nilai slump minimum 5 cm dan
maksimum 15 cm.
3. Pemadatan
Dilakukan sesaat setelah beton dituangkan, dengan tujuan untuk meminimalkan
jumlah rongga yang terbentuk didalam beton sehingga beton mempunyai kekuatan yang tinggi. Dan
menambah kekedapan air.
4. Perawatan beton
Sipat-sipat beton seperti kekuatan dan daya tahan akan bertambah dengan
perkembangan umur beton, perkembangan ini akan sangat cepat pada umur awal dan berlangsung
terus namun dalam kecepatan yang makin melambat. Hilangnya air yang terlalu cepat akan
mengakibatkan lambatnya perkembangan mutu beton, dan juga volume beton menyusut
mengakibatkan timbulnya tegangan tarik pada permukaan yang mongering, jika tegangan tarik ini
terjadi sebelum beton mencapai kekuatan yang memadai maka akan timbul retak pada beton,
disarankan sebelum beton mencapai umur dari setelah beton agak mongering sebaiknya di tutupi
dengan karung/zak yang basah,digenangi air selama 2 minggu. Beton akan mencapai kekuatan
maksimal yaitu pada umur 21 hari. Bila dikehendaki umur beton lebih cepat dapat menggunakan
bahan campuran yang dikususkan untuk mempercepat umur beton.
2.5 Cara Perawatan Beton
Campuran beton bertulang yang baru mengalami proses pengecoran, biasanya suhu yang adal di
dalam beton sangat panas. Jadi kemungkinan terjadi kerusakan apabila tidak dilakukan perawatan
adalah mungkin terjadi.
Sehabis di cor, beton dalam waktu pengikatan dan pengerasan harus mendapat perawatan baik,
supaya mutu beton yang diharapkan dapat tercapai. Selama 24 jam sesudah selesai di cor, beton
harus dilindungi terhadap pengaruh hujan lebat, air mengalir, dan getaran.

Waktu ikatan campuran yang mangalami waktu puncak adalah 3 jam setelah pengecoran. Pada
waktu waktu tersebut usahakan beton tetap dalam keadaan yang stabil.
Cara perawatan beton sehabis di cor adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencegah pengeringan bidang bidang beton selama paling sedikit 2 minggu beton haris di
basahi terus menerus, antara lain dengan menutupinya dengan karung basah. Atau dapat juga
dengan dibuatkan tanggulan tanggulan untuk genangan air.
2. Pasa proses tersebut (2 minggu) hindarkan beton dari proses pengangkutan benda benda berat
(angkutan truk / mobil) , karena waktu tersebut beton baru berproses untuk mencapai kekuatan
maksimal.
3. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi (steem). Uap bertekanan tinggi tinggi / pemanasan
dapat mempersingkat waktu untuk proses pengerasan.Tetapi cara ini harus disetujui oleh pengawas
ahli.
2.4 Fungsi Beton
Beton memiliki karakteristik yang unik yaitu memiliki kekuatan yang baik dibanding dengan material
yang lain. Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang teknik sipil manfaat dari beton antara lain:
1. Sebagai penopang jalan di flyover
2. Sebagai struktur bangunan gedung bertingkat
3. Sebagai struktur penopang jembatan

3.1 Kesimpulan
BAB III PENUTUP
Pengenalan atas sifat-sifat fisik dan mekanik akan sangat membantu dalam menentukan jenis-jenis
mutu beton untuk tujuan pengunaan tertentu. Diharapkan dengan memahami sifat- sifat beton dan
jenis-jenis mutu beton, cara pembuatan, pemeliharaan, standar dalam struktur bangunan untuk
penggunaan tertentu khususnya dalam bidang teknik sipil akan semakin membantu dalam
pembangunan dibidang teknik sipil
3.2 Saran
Untuk menghindari kegagalan struktur beton, seperti keruntuhan yang diakibatkan oleh gempa yang
akhir ini sering terjadi. Maka kualitas beton perlu direncanakan mengikuti standart, agar bisa
diperoleh suatu struktur kolom sesuai dengan yang disyaratkan, maka perlu mempergunakan mutu
beton yang lebih tinggi. Mutu beton yang lebih tidak hanya memperoleh suatu struktur kolom beton
bertulang yang kuat, tetapi juga menghasilkan suatu struktur kolom yang sangat efisien.

DAFTAR PUSTAKA
digilib.its.ac.id
repository.usu.ac.id www.ryarif.com www.wonosari.com

Anda mungkin juga menyukai