PENGUJIAN BAHAN II
Oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya
dan tepat pada waktunya. Laporan ini merupakan aplikasi dari hal praktek yang telah
dilakukan di lapangan dan di laboratorium yang dituangkan dalam bentuk tulisan guna untuk
menjelaskan langkah-langkah, bahan, cara kerja serta semua yang berkaitan dengan pengujian
bahan II.
Ucapan terimakasih tidak lupa penulis ucapkan kepada dosen pembimbing praktikum ini yang
telah membimbing penulis dalam masa praktikum dan sampai dalam penyelesaian laporan ini.
Dan juga kepada teman teman yang telah bekerja sama dengan baik selama proses praktikum
berlangsung.
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan praktikum ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan, hal ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan penulis, oleh karena itu kritik dan
sarannya sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini di masa yang akan
datang.semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 BETON
2.1.1 Beton
Beton adalah material komposit yang rumit. Beton dapat dibuat dengan mudah bahkan
oleh mereka yang tidak punya pengertian sama sekali tentang teknologi beton, tetapi
pengertian yang salah dari kesederhanaan ini sering menghasilkan persoalan pada produk,
antara lain reputasi jelek dari beton sebagai material bangunan.Sebagai material komposit,
sifat beton sangat tergantung pada sifat unsur masing – masing serta interaksi mereka.Ada
3 sistem umum yang melibatkan semen, yaitu pasta semen, mortar dan beton.
Semen + Air → Pasta Semen
Semen + Air + Agregat halus, misalnya pasir → Mortar
Semen + Air + Agregat halus + Agregat kasar, misalnya kerikil → Beton
Ketiga system tersebut dapat pula dipandang sebagai model komposit dengan 2 fase,
yaitu fase matriks dan fase terurai. Kadang kala beton masih ditambah lagi dengan bahan
kimiapembantu (admixture) untuk mengubah sifat – sifatnya ketika masih berupa beton
segar (fresh concrete) atau beton keras.
Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tariknya kecil.Oleh karena
itu untuk struktur bangunan, beton selalu dikombinasikan dengan tulangan baja untuk
memperoleh kinerja yang tinggi. Beton ditambah dengan tulangan baja menjadi beton
bertulang (reinforced concrete) dan jika ditambah lagi dengan baja prategang akan menjadi
beton pra tekan (prestressed concrete).
Reinforced concrete = concrete + reinforced steel
Prestressed concrete = reinforced concrete + prestressed steel
Pada beton yang baik, setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar.
demikian pula halnya dengan ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. jadi
kualitas pasta atau mortar menentukan kualitas beton. Semen adalah unsur kunci
dalam beton, meskipun jumlahnya 7 – 15 % dari campuran. Beton dengan jumlah
semen yang sedikit (sampai 7 %) disebut beton kurus (lean concrete), sedangkan
beton dengan jumlah semen yang banyak (sampai 15 %) disebut beton gemuk (rich
concrete).
Sifat masing – masing bahan juga berbeda dalam hal perilaku beton segar maupun
pada saat sudah mengeras, selain faktor biaya yang perlu diperhatikan. Di lain pihak,
secara volumetric beton diisi oleh agregat sebanyak 61 – 76 %. Jadi agregat juga
mempunyai peran yang sama pentingnya sebagai material pengisi beton.
Keunggulan Beton
Dari pemakaiannya yang begitu luas maka dapat diduga sejak dini bahwa struktur
beton mempunyai banyak keunggulan dibanding materi struktur yang lain.
Secara lebih rinci sifatnya demikian :
a. Ketersediaan (availability) material dasar.
Agregat dan air pada umumnya bias didapat dari lokasi setempat. Semen pada
umumnya juga dapat dibuat di daerah setempat, bila tersedia. Dengan demikian,
biaya pembuatan relative lebih murah karena semua bahan bisa didapat di dalam
negeri, bahkan bisa setempat. Bahan termahal adalah semen, yang bisa diproduksi
dalam negeri.
Tidak demikian halnya dengan struktur baja, karena harus dibuat di pabrik, apalagi
kalau masih harus import. Pengangkutan menjadi masalah tersendiri bila proyek
berada di tempat yang sulit untuk dijangkau, sementara beton akan lebih mudah
karena masing –masing material bisa diangkut sendiri.
Ada masalah lain dengan struktur kayu, meski problemanya tidak seberat struktur
baja, namun penggunaannya secara massal akan menyebabkan masalah lingkungan,
sebagai salah satu penyebab utama kerusakan hutan.
b. Kemudahan untuk digunakan (versatility)
Pengangkutan bahan mudah, karena masing – masing bisa diangkut secara terpisah.
Beton bisa dipakai untuk berbagai struktur, seperti bendungan, pondasi, jalan,
landasan Bandar udara, pipa, perlindungan dari radiasi, insulator panas. Beton ringan
bisa dipakai untuk blok dan panel. Beton arsitektural bisa untuk keperluan dekoratif.
Beton bertulang bisa dipakai untuk berbagai struktur yang lebih berat, seperti
jembatan, gedung, tendon air, bangunan maritime, instalasi militer dengan beban
kejut besar, landasan pacu pesawat terbang, kapal dan sebagainya.
Di samping segala keunggulan di atas, beton sebagai struktur juga mempunyai beberapa
kelemahan yang perlu dipertimbangkan.
Berat beton sendiri yang besar, sekitar 2400 kg/m³.
Kekuatan tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar.
Beton cenderung untuk retak, karena semennya hidraulis. Baja tulangan bisa
berkarat, meskipun tidak terekspos separah struktur baja.
Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaannya di lapangan. Beton yang baik
maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan campuran yang sama.
Struktur beton sulit untuk dipindahkan. Pemakaian kembali atau daur ulang sulit dan
tidak ekonomis. Dalam hal ini struktur baja lebih unggul, misalnya tinggal melepas
sambungan saja.
Meskipun demikian terdapat beberapa cara untuk memperbaikinya sebagai berikut :
Untuk elemen structural : membuat beton mutu tinggi, beton pratekan, atau
keduanya, sedangkan untuk elemen non structural dapat memakai beton ringan.
Memakai beton bertulang atau beton pratekan.
Melakukan perawatan (curing) yang baik untuk mencegah terjadinya retak, memakai
beton pratekan, atau memakai bahan tambahan yang mengembang (expansive
admixture).
Mempelajari teknologi beton dan melakukan pengawasan dan control kualitas yang
baik. Bila perlu bisa memakai beton jadi (ready mix) atau beton pracetak.
Beberapa elemen struktur dibuat pracetak (precast) sehingga dapat dilepas per
elemen seperti baja. Kemungkinan untuk melakukan beton recycle sedang
dioptimalkan.
2.1.2 Nilai Slump Beton
Nilai slump adalah nilai yang diperoleh dari hasil uji slum dengan cara beton segar
diisikan ke dalam suatu corong baja berupa kerucut terpancung, kemudian bejana ditarik
ke atas sehingga beton segar meleleh ke bawah. Besar penurunan permukaan beton segar
diukur dan disebut nilai slump. Semakin besar nilai slump, maka beton segar makin encer
dan ini berarti semakin mudah untuk dikerjakan. Penetapan nilai slump dilakukan dengan
mempertimbangkan factor-faktor berikut :
1. Cara pengangkutan adukan beton
2. Cara penuangan adukan beton
3. Cara pemadatan beton segar
4. Jenis struktur yang dibuat
Cara pengangkutan adukan beton dengan aliran dalam pipa yang dipompa dengan
tekanan membutuhkan nilai slump yang besa, adapun pemadatan adukan dengan alat getar
(triller) dapat dilakukan dengan nilai slump yang sedikit lebih kecil.
Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan di dalam pelaksanaan pengecoran beton,
diantaranya adalah :
1. Faktor Kekuatan
Yang dalam hal ini merupakan kekuatan tekan karakteristik dari beton itu sendiri
(fc’).Kekuatan tekan karakteristik adalah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah besar
hasil-hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan beton yang kurang
dari itu terbatas sampai 5 % saja.( Peraturan beton bertulang Indonesia 197 N.I.-2).
Faktor kekuatan ini berkorelasi dengan umur dari beton tersebut.
2. Faktor Kelecakan/Workability
Ini merupakan factor yang terkait dengan kemudahan di dalam pelaksanaan
pekerjaan.Salah satu parameter yang bisa dilihat terkait dengan hal ini adalah nilai
slump. Slump adalah nilai jatuhnya beton, diukur dari permukaan atas cast kerucut
terpancung.Berdasarakan ( ACI Comitte 211), Nilai slump yang disarankan untuk
berbagai jenis pengerjaan konstruksi:
Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Maks Min
Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak bertulang 12,5 50
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan konstruksi di bawah tanah 90 25
Pelat (lantai), balok, kolom dan dinding 150 75
Jalan Beton Bertulang 75 50
Pembetonan Masal 75 25
2.2 KAYU
2.2.1 Kadar air kayu
Kadar air adalah banyaknya air atau presentase air yang dikandung oleh sepotong
kayu terhadap berat kering kayu tersebut. Kemampuan kayu untuk menghisap atau
mengeluarkan zat atau cairan tergantung pada suhu dan kelembaban udara sekeliling.
Standar yang ditentukan untuk menentukan kadar air dengan mengeringkan kayu dalam
oven pada suhu 100-105°C hingga kayu mencapai berat yang tetap.Pada kondisi ini
kandungan air masih 1%.Sifat fisika kayu dipengaruhi oleh perubahan kadar air kayu.
Kadar air kayu rata – rata adalah 15 %.
Kemampuan kayu untuk menghisap atau mengeluarkan air tegantung pada suhu dan
kelembapan udara disekelilingnya. Sehingga banyaknya air dalam kayu selalu berubah-
rubah menurut keadaan udara atau atmosfer disekelilingnya.Kayu memiliki kandungan air
lebih banyak pada kayu muda atau hijau yang akan mengalami penyusutan yang besar
dibandingkan dengan kayu tua. Air terdapat pada seluruh dinding sel dan dinding kayu
jika seluruh se3 kosong dan dinding sel jenuh air maka kondisi ini disebut titik jenuh serat,
biasanya kadar air berafda antara 23-27%karna sifat hidrokopis semua kayu berusaha
untuk mencapai kadar air yang seimbang.Kayu adalah bagian-bagian dari tumbuhan yang
bersifat higrokopis artinya kayu mempunyai daya tarik terhadp air, baik dalam bentuk uap
atau cair,masuk dan keluarnya air dari kayu membuat kayu basah atau kering, akibatnya
kayu akan mengembang dan menyusut.
Kadar air maximum
Jika air berhubungan dengan kayu, baik kayu segar maupun dalam pemakaian. Maka
sesudah dinding sel jenuh dengan reongga sel akan berisi air bebas. Kadar air
maximum akan tercapai bila semua rongga dalam dinding sel dan rongga sel telah
jenuh dengan air.
Banyaknya air daolam kayu pada titik kejenuhan ditentukan oleh :
a. Volume rongga dalam kayui yang tidak sdioisi oleh zat dinding sel dan
zat ekstraktif.
b. Berat jenis kayu berdasarkan berat dan volume masing-masing dalam keadaan
kering oven.
1,5−Bj
Kadar air max (%) : ×100 %
1,5× Bj
Kadar air keseimbangan
Jika kayu diletakkan pada suatu atmosfer pada kelembapan terentu, pada akhirnya
akan mencapai suatu kadar air yang tetap, ini disebut kadar air keseimbangan. Kadar
air keseimbangan tergantunga pada lembab nisbi dan suhu dari udara disekelilingnya.
Kadar air kayu ada 2 yaitu :
a. Air Bebasyaitu air yang terdapat pada rongga sel, paling mudah dan paling
cepat keluar yangdisebabkan oleh sifat dan bentuk kayu.
b. Air Terikatyaitu air yang terdapat di dalam dinding sel kayu,yang mana air
jenis ini sangat sulit untuk dilepaskan.
Bila kadar air bebas telah keluar dan masih ada air terikat, maka dikatakan telah
mempunyai titik jenuh.
Ada 5 tingkat kelembaban kayu, yaitu :
Kadar air 0 %
Berat kering berarti tidak ada air didalam sel maupun didalam rongga.
Kadar air 0 % - 25 %
Air terdapat didalam dinding sel dan dalam serat sel tidak jenuh air, kondisi ini
penting untuk konstruksi.
Kadar air 25 % - 30 %
Merupakan suatu keadaan kayu dimana serat tidak jenuh dan tidak ada air dalam
rongga kayu, kondisi ini disebut titik jenuh serat ( timber saturatet point).
Kadar air 30 % - 70 %
Merupakan keadaan dimana serat jenuh air dan rongganya terisi oleh air, kondisi ini
biasanya terjadi pada kayu yang baru ditebang yang disebut juga dengan green timber.
Keadaan air lebih besar dari 70 %
Bearti serat jenuh air dan rongga terisi air, tergantung dari jenis kayu.Kondisi ini
diperoleh setelah lama kayu disimpan didalam air.
Pengaruh kadar air pada kayu :
1. Pengembangan dan penyusutan kayu pada batas maximum
2. Semakin kecil ikadar air kayu semakin kuat kayu
3. Kayu tidak akan mengalami kerusakan yang berarti jika kadar air yang dikandungnya
< 20%
4. Jika melakukan pengawetan kayu akan jelas dengan cara memfernis kayu, mencat
atau membekukan nlapisan penahan kayu akan lebih efektif jika dilaksanakan pada
kadar air yang tepat.
BAB III
PEMBAHASAN
JADWAL PELAKSANAAN
Hari / Tanggal : 22 November – 3 Desember
Waktu : 08.00 – 14.00 WITA
Tempat : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Politeknik Negeri Kupang
Dimana :
M =Kadar air kayu , dalam %
2. Volume ditentukan dengan mencelup dalam air.
Cara ini dilakukan untuk benda uji berbentuk teratur atau tidak teratur volumenya,
sukar diukur dengan alat ukur(caliper).
a. Timbang benda uji dengan keadaan kadar air aslinya, dengan ketelitian ± 2 %
misalnya B gram.
b. Tentukanlah kadar dari contoh yang sama dengan membuat benda uji kadar air dan
lakukan penentuan seperti cara uji no.1 (menentukan kadar air kayu).
c. Pengukuran volume benda uji.
Cara 1
Letakan benda uji di dalam bejana yang telah diketahui volumenya, lalu dimasukan air
secukupnya sehingga penuh atau sampai pada batas garis ukur tertentu.Baca volume
yang terisi air penuh atau pada garis ukur tadi, misalnya P cm 3.Kemudian keluarkan
benda uji dari bejana, lalu ukur volume air yang terdapat dalm bejana V1 cm3.Agar
benda uji tidak mengapung dalam air, pada waktu pengisin air ke dalam bejana benda uji
ditentukan memakai kawat baja.
Volume benda uji (V-V1) cm3.
Cara 2
Tabung atau gelas ukur diisi air sampai batas garis skala volume tertentu.Baca volume
air dalam tabung/gelas ukur, misalnya P cm3.Celupkan benda uji ke dalam air di dalam
tabung ukur sehingga seluruh permukaannya tenggelam.Agar tidak mengapung tekan
benda uji dengan kawat baja yang kecil, kemudian baca volumenya pada skala misalnya
V1 cm3.
Volume pada benda uji = (V1-V) cm3
Agar benda uji tidak menyerap air yang ada di dalam tabung, maka bila benda uji
kering perlu dicelukan dalam air sebentar sebelum dimasukan ke dalam tabung/gelas
ukur.
Perhitungan.
B
Hitung berat jenis kayu dengan rumu : Berat jenis kayu=
V
Dimana :
B=Berat benda uji , gram
3
V =Volume benda uji ,cm
3.2.7 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA
Berat Meranti Putih=77,4 gram
Berat Meranti Merah=92,1 gram
1. Meranti Putih Rapih
Berat Jenis Pada Kadar asli
p=4,94 cm
l=5,26 cm
t=4,98 cm
B
Berat Jenis=
p . l. t
77,4 gram
Berat Jenis= 3
(4,94 ×5,26 × 4,98) cm
Berat Jenis=0,60 gram/cm3
Berat Jenis Kering Oven
Kadar air=50,9 %
B
Berat Jenis=
( 1+
M
100 )
p . l .t
77,4 gram
Berat Jenis=
(1+ 50,9
100 )
(4,94 ×5,26 × 4,98)cm
3
3
Berat Jenis=0,396 gram/cm
2. Meranti Merah Rapih
Berat Jenis Pada Kadar asli
p=4,22 cm
l=5,23 cm
t=4,24 cm
B
Berat Jenis=
p . l. t
92,1 gram
Berat Jenis= 3
(4,22 ×5,23 × 4,24) cm
3
Berat Jenis=0,98 gram/cm
Berat Jenis Kering Oven
Kadar air=43,3 %
B
Berat Jenis=
( 1+
M
100 )
p . l .t
77,4 gram
Berat Jenis=
(1+ 43,3
100 )
(4,22 ×5,23 ×4,24 )cm 3
3
Berat Jenis=0,6868 gram/cm
3. Meranti Putih
Berat =66,8 gram
V 2−V 1=150 ml
B
Berat Jenis=
V
66,8 gram
Berat Jenis=
150 ml
3
Berat Jenis=0,445 gram/cm
4. Meranti Batu
Berat =128,3 gram
V 2−V 1=150 ml
B
Berat Jenis=
V
128,3 gram
Berat Jenis=
150 ml
3
Berat Jenis=0,85 gram/cm
3.3 PENGUJIAN KUAT TEKAN SEJAJAR SERAT
3.3.1 Tujuan Praktikum
a. Tujuan Umum
Dapat menentukan keteguhan tekan sejajar serat berbagai jenis kayu serta
menentukan kelas kuat kayu berdasarkan nilai kuat tekan sejajar serat kayu.
b. Tujuan Khusus
1. Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian keteguhan tekan sejajar serat
kayu.
2. Terampil mengunakan peralatan pengujian keteguhan tekan sejajar serat kayu
dengan baik dan benar
3. Dapat melakukan pencatatan dan analisa data pengujian keteguhan tekan sejajar
serat kayu.
4. Dapat menyimpulkan besarnya nilai keteguhan tekan sejajar serat kayu yang diuji
berdasarkan standar yang diacu
3.3.2 Referensi
1. SNI 03-3400-1994
2. PPKI NI 5-1961
3. Modul Pengujian Bahan II
3.3.3 Peralatan dan Bahan yang digunakan
a. Peralatan
1) Mesin Penekan (kapasitas 20 ton)
2) Alat pengukur defoemasi dengan ketelitian 0.002
3) Alat pengukur panjang, mistar/Jangka sorong
4) Timbangan Digital Kapasitas 3000 gr dgn ketelitian 0.001 gr
5) Oven pengering yang dapat diatur suhu tetap 100 + 2° C
6) Alat tulis, blanko isian pengamatan, dan alat hitung
b. Bahan
1) Kayu dengan ukuran 5 x 5 x 20 cm sebanyak 4 buah.
3.3.4 Prosedur Pelaksanaan
1. Persiaokan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Timbang bnda uji sebagai berat awal,(A gr).
3. Perletakan benda uji
4. Benda uji dletakkan ditengah-tengah dan diantara 2 plat penekan mesin tekan
sedemikian rupa sehingga arah bekerja beban tekan sejajar dengan arah tekan kayu.
5. Pemberian beban tekan dan deformasi
6. Mesin dijalankan dan beban diberikan secara teratur,serta kecepatan gerak menekan
sebesar 0,008/cm pada benda uji.(disini panjang benda uji = 20 cm),maka kecepatan
gerak = 0,008 x 20 cm = 0,16 cm setiap menit.Deformasi yang terjadi pada benda uji
dicatat pada kurva secara teratur.Alat pengukur deformasi diletakan ditengah-trngah
arah panjang benda uji yang standar adalah panjang benda uji.Alat pengukur benda uji
yang standar adalah Compresometer.Bila alat ini tidak ada maka dapat diukur
deformasi terbesar tekan.Pada pengujain tekan,beban diberikan terus menerus secara
teratur sampai tercapai deformasi sebesar 15 cm atau sampai benda uji retak / pecah
dan tidak mampu lagi menahan beban.
7. Amati pola retak yang terjadi pada benda uji.
8. Menenyukan kadar air,denagn mengoven benda uji selama 24 jam dan timbang (B
gram),kemusian hitung kuat tekan pada mesin.
3.3.5 Perhitungan dan Analisa Data
1. Balok I
p=15,10 cm
l=4,26 cm
t=4,23 cm
A=p . l .t
A=15,10× 4,26 × 4,23 cm 3
3
A=272,098 cm
P=36 KN =36.000 N
P
Kuat tekan tegak lurus serat =
A
36.000 N
Kuat tekan tegak lurus serat = 3
272,098 cm
Kuat tekan tegak lurus serat =132,31 N /cm 3
2. Balok II
p=15,02 cm
l=4,24 cm
t=4,26 cm
A=p . l .t
3
A=15,02× 4,24 × 4,26 cm
3
A=271,297 cm
P=42 KN =42.000 N
P
Kuat tekan tegak lurus serat =
A
42.000 N
Kuat tekan tegak lurus serat =
271,297 cm3
Kuat tekan tegak lurus serat =154,81 N /cm 3
3.4 PENGUJIAN SLUMP BETON
3.4.1 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah selesai praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat menentukan kekakuan
adukan semen.
b. Tujuan khusus
Setelah selesai praktikum diharapakn mahasiswa dapat :
1. Memakai alat/mengetahui alat yang dipergunakan dalam uji bahan slump test
2. Menentukan tingkat keplastisan dari bahan beton segar
3. Melihat dan mengontrol pemakaian lain dari campuran beton
3.4.2 Peralatan dan Bahan yang digunakan
a. Peralatan
1. Cetakan dari logam Tebal minimal 1,2 mm berupa kerucut terpancung (cone)
dengan diameter bagian bawah 203 mm, bagian atas 102 mm, dan tinggi 305 mm,
bagian bawah dan atas cetakan terbuka.
2. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujung di bulatkan
terbuat dari baja dan bebas dari karat
3. Mistar atau alat pengukur
4. Plat logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu campuran beton segar yang
sudah direncanakan.
3.4.3 Prosedur Pengujian
1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan;
2) Basahi cetakan dan pelat dengan kain basah;
3) Letakan diatas pelat dengan kokoh;
4) Isilah cetakan dengan beton segar dalam tigas lapis ; tiap lapis berisi kira-kira 1/3 isi
cetakan; setiap lapis di tusuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 tusukan secara
merata; tongkat harus masukan sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan; pada
lapisan pertama penusukan lapisan tepi tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan
cetakan;
5) Setelah selesai penusukan, letakan permukaan benda uji dengan tongkat dan semua sisa
benda uji yang jatuh di sekitar cetakan harus di singkirkan; kemudian cetakan diangkat
perlahan-lahan tegak lurus ke atas; seluruh pengujian mulai dari pengisian sampai
cetakan diangkat harus selesai dalam jangka waktu 2,5 menit;
6) Kemudian balikan cetakan dan letakan perlahan-lahan di samping benda uji;
7) Ukur slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi
rata-rata benda uji.
3.4.2 Perhitungan
Nilai slump = Tinggi cetakan – Tinggi benda uji
= 30 – 22 = 8 cm
Dari hasil percobaan yang telah di lakukan tentang penentuan ukuran derajat
kemudahan pengecoran adukan beton segar di dapatkan nilai slump sebesar 8 cm. Nilai
slump tersebut telah memenuhi standar tinggi slump yang telah di tentukan yaitu 7,5 – 15
cm.
3.5 PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON
3.5.1 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah selesai praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat menentukan kuat tekan
beton.
b. Tujuan khusus
Setelah selesai praktikum diharapakn mahasiswa dapat :
1. Menerangkan prosedur pemeriksaan kuat tekan beton.
2. Membuat beton sesuai dengan rancangan beton yang diinginkan.
3.5.2 Peralatan dan Bahan yang digunakan
a. Alat
1. Mesin Tekan
2. Tongkat Pemadat
3. Cetakan Beton
4. Mistar
5. Timbangan kapasitas 20 kg.
b. Kebutuhan Bahan
Adukan beton segar yang diambil langsung dari molen dengan kebutuhan bahan
pencampur :
30 cm
15 cm
Jumlah Benda Uji : 8 buah
Jenis Benda Uji Silinder : Tinggi (t) = 30 cm = 0,3 m
Diameter (d) = 15 cm = 0,15 m
Jari-jari (r) = 0,075 m
Volume Silinder : µ x r2 x t = 3,14 x 0,0752 x 0,3 m3
Total Volume : 0,000530 x 8 = 0,0424 m3
Berat Dalam 1 m3 Kebutuhan bahan
No Jenis Bahan
beton (Kg)(a) ( Volume x a x 10 % kesalahan)
1. Semen 456 10 Liter
2. Air 222 21 Kg
3. Agregat Kasar 819 38 Kg
4. Agregat Halus 849 40 Kg
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum selama 2 minggu di Laboratorium pengujian bahan Politektik
Negeri Kupang,Penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Kadar air meranti putih 50,9 % sedangkan kadar air meranti merah 43,3 %
3
2. Berat jenis meranti putih rapih 0,396 gram/cm sedangkan meranti merah rapih
0,6868 gram/cm3 . Berat jenis meranti putih biasa 0,445 gram/cm3 sedangkan meranti batu
3
0,85 gram/cm .
3. Kuat tekan sejajar serat balok I sebesar 132,31 N /cm 3sedangkan balok II 154,81 N /cm 3.
4. Adukan beton segar di dapatkan nilai slump sebesar 8 cm. Nilai slump tersebut telah
memenuhi standar tinggi slump yang telah di tentukan yaitu 7,5 – 15 cm.
5. Dari hasil pengujian di atas,kuat tekan maksimum terjadi pada hari ke 29 dengan kode
sampel B3,Berat benda uji yaitu sebesar 11,840 kg,gaya tekan yang diterima sebesar 4895
kg,dan kuat tekan yang diterima sebesar 27,25 MPa.
Sedangkan kuat tekan paling rendah pada hari ke 22 dengan kode sempel B2. Berat benda uji
yaitu sebesar 11,720 kg,gaya tekan yang diterima sebesar 2957 kg, dan kuat tekan yang
diterima sebesar 16,73 Mpa.
4.2 Saran
1. Diharapak untuk praktikum selanjutnya,dalam penimbangan materal pembuatan sempel uji
harus ditimbang dengan teliti
2. Untuk mendapatkan volume berat jenis kayu yang lebih tepat dan akurat Sebaiknya kayu
yang dijadikan sempel direndam agak lama.
3. Untuk praktikum berikutnya perlu menambahkan semangat untuk bekerja sama dalam
menjalankan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA