BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Deskripsi :Mata kuliah ini membahas pengenalan jenis – jenis bahan bangunan yang digunakan
untuk konstruksi bangunan sipil (gedung dan air), termasuk pengenalan sifat – sifat mekanik,
fisik dan kimia dari setiap jenis bahan bangunan tersebut.
Manfaat Mata kuliah : Mahasiswa memiliki dasar pengetahuan bahan bangunan untuk aplikasi
selanjutnya di bidang konstruksi. Pengenalan sifat – sifat mekanik, fisik dan kimia akan
membantu mahasiswa untuk dapat melakukan perancangan atau perencanaan campuran
beton, material perkerasan jalan, perencanaan struktur rangka baja, kayu dan bambu,
disamping memahami proses pembuatan dan penggunaan bahan semen, mortar maupun
keramik. Selain itu mahasiswa akan dapat mengetahui factor – factor penyebab dari cacat
konstruksi atau kegagalan konstruksi dari suatu bangunan sipil.
Tujuan Instruksional Umum :Pada akhir mata kuliah bahan bangunan ini mahasiswa
diharapkan dapat mengenal dan memahami sifat – sifat mekanik, fisik dan kimia bahan
bangunan agregat, semen, mortar, keramik, kayu, bambu, baja dan beton, dengan demikian
mahasiswa memiliki dasar dalam melakukan perancangan campuran dan proses pembuatan
beberapa jenis bahan bangunan.
1
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
BAB 1
BATUAN DAN AGREGAT
Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengenal
asal mula batuan, dan jenis batuan menurut asal pembentukannya kemudian aplikasi batuan
sebagai bahan bangunan, jenis – jenis agregat, penggolongan agregat dan kegunaan agregat
sebagai komponen utama dalam beberapa bahan bangunan seperti beton, lapisan perkerasan
aspal dan mortar.
Gambaran Umum Materi :Agregat yang digunakansebagai bahan bangunanberasal dari
berbagai jenis batuan yang ada di alam. Batuan terbentuk dalam berbagai cara, dan
digolongkan ke dalam 3 jenis berdasarkan proses pembentukannya di alam. Agregat
merupakan bahan pengisi yang berperan utama sebagai penentu kekuatan dan sifat beberapa
jenis bahan bangunan seperti mortar, beton dan perkerasan aspal.Materi kuliah dimulai dengan
pengenalan jenis – jenis agregat berdasarkan ukuran butiran, asal pembuatannya dan bobot
butiran.Dilanjutkan dengan perhitungan volumetrik agregat dan sifat – sifat fisik agregat.
Relevansi Mata Kuliah :Pada bab ini mahasiswa diharapkan menguasai pengertian dan
penggolongan batuan berdasarkan proses pembentukannya kemudian dapat membedakan
agregat berdasarkan ukuran butiran, asal agregat dan bobot agregat. Dasar – dasar
pengetahuan tersebut merupakan prasyarat yang harus dikuasai oleh mahasiswa agar dapat
melakukan perancangan campuran (beton, lapisan perkerasan jalan, mortar dll). Ketika
pengetahuan ini diterapkan di lapangan maka mahasiswa mampu merencanakan sekaligus
mengawasi proses pengerjaan konstruksi yang melibatkan agregat sebagai salah satu bahan
penyusunnya agar sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
1.1. Batuan
Batuan adalah material yang mengandung zat mineral, berbentuk padat maupun
tidakyang merupakan bagian dari lapisan kerak bumi.Jika terdiri dari satu jenis mineral disebut
monomineralic dan jika lebih satu jenis mineral disebut aggregate of mineral spesies.
Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan berbagai jenis
batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan membentuk jenis batuan yang
berbeda pula. Pembekuan magma akan membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan
sedimen bisa terbentuk karena berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau
disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta proses penguapan/
evaporasi. Letusan gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan piroklastik. Batuan metamorf
terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah terbentuk lebih dahulu kemudian mengalami
peningkatan temperature atau tekanan yang cukup tinggi, namun peningkatan temperature itu
sendiri maksimal di bawah temperature magma.
2
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Batuan (Rocks) adalah bahan padat bentukan alam yang umumnya tersusun oleh kumpulan
atau kombinasi dari satu macam mineral atau lebih.
JENIS BATUAN (ROCKS)
Batuan yang dibentuk oleh berbagai jenis dan susunan mineral dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
batuan beku (igneous rocks), batuan endapan (sedimentary rocks), dan batuan malihan
(metamorphic rocks).
Batuan Beku (Igneous Rocks)
Batuan yang terbentuk dari proses pembekuan/pengkristalan magma dalam perjalanannya
menuju permukaan bumi, termasuk hasil aktivitas gunungapi.
Batuan beku dalam = batuan plutonik, batuan yg membeku jauh di bawah permukaan
bumi, contoh: granit
Batuan beku korok/gang = batuan intrusif / hipabisal, batuan yg membeku sebelum
sampai ke permukaan bumi, contoh: granit porfir
Batuan beku luar/leleran = batuan ekstrusif / efusif, batuan yg membeku di permukaan
bumi, contoh: batuan vulkanis
3
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Batuan sedimen organik = batuan yg berasal dari endapan bahan organis (binatang &
tumbuhan), contoh: batugamping, batubara, batu gambut, diatomit
Batuan sedimen kimiawi = batuan endapan akibat proses kimiawi, contoh: evaporit,
travertin, anhidrit, halit, batu gips
Batuan sedimen piroklastik = batuan endapan hasil erupsi gunungapi berupa abu/debu,
contoh: tufa
1.2. Agregat
A gregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran beton atau mortar. Agregat ini kira – kira menempati sebanyak 70 % volume
mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan pengisi, akan tetapi
agregat sangat berpengaruh terhadap sifat – sifat beton/mortarnya, sehingga pemilihan
agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar/beton.
Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan ialah dengan didasarkan
pada ukuran butir – butirnya.Agregat yang berbutir kecil disebut agregat halus. Sebagai batas
antara ukuran butir yang kasar dan yang halus tampaknya belum ada nilai yang pasti masih
berbeda antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain dan mungkin juga dari satu
daerah dengan daerah lainnya. Dalam bidang teknologi beton nilai batas tersebut umumnya
ialah 4.75 mm atau 4.80 mm. agregat yang butir – butirnya lebih besar dari 4.80 mm disebut
agregat kasar dan agregat yang butirannya lebih kecil 4.80 mm disebut agregat halus. Secara
umum agregat kasar sering disebut sebagai kerikil, kericak, batu pecah atau split adapun
4
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh langsung dari sungai atau
tanah galian atau dari hasil pemecahan batu. Agregat yang butirannya lebih kecil dari 1.20 mm
kadang – kadang disebut pasir halus, sedangkan butir – butir yang lebih kecil dari 0.075 mm
disebut silt dan yang lebih kecil dari 0.002 mm disebut clay.
Dalam praktek agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm.
b. Kerikil, untuk butiran antara 5 mm dan 40 mm.
c. Pasir untuk butiran antara 0.15 mm dan 5 mm.
Agregat harus mempunyai bentuk yang baik (bulat atau mendekati kubus), bersih, keras,
kuat dan gradasinya baik.Agregat harus pula mempunyai kestabilan kimiawi dan dalam hal – hal
tertentu harus tahun aus dan tahan cuaca.
5
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Agregat pecahan batu (kerikil maupun pasir) diperoleh dengan memecah batu menjadi
butiran sebesar yang diinginkan dengan cara meledakkan, memecah, mengayak dan
seterusnya.
Dari kronologinya, agregat alami maupun yang hasil pemecahan, dapat dibagi menjadi
beberapa jenis agregat yang memiliki sifat – sifat berbeda.
Batu pecah. Batu pecah (split) merupakan butir – butir hasil pemecahan batu. Permukaan
butirannya biasanya lebih kasar dan bersudut tajam.
Pecahan bata/genteng.Agregat ini merupakan hasil pemecahan bata/genteng.Bahan ini
harus bebas dari kotoran dan tidak mengandung kotoran yang mengurangi mutu beton. Mutu
tanah liat dapat berbeda dan cara pembakaran (suhu) juga berbeda, sehingga mutu bahan ini
juga berbeda – beda.
Pecahan bata/genteng dari bata/genteng yang baik akan menghasilkan agregat yang baik
pula, sehingga memenuhi syarat untuk beton, akan tetapi jika untuk beton bertulang sebaiknya
kuat tekan batanya tidak kurang dari 30 MPa. Beton dari agregat pecahan bata/genteng ini
biasanya lebih ringan.Sifat kekedapan airnya kurang baik.Ketahanan ausnya juga rendah
sehingga tidak baik untuk beton yang memerlukan ketahanan aus tinggi.
Tanah liat bakar. Tanah liat dengan kadar air tertentu dibuat berbutir sekitar 5 sampai 20
mm, kemudian dibakar. Hasil pembakaran berbentuk bola yang keras dan ringan serta
berpori.Serapan airnya berkisar antara 8 sampai 20 %. Beton dengan agregat ini beratnya lebih
rendah daripada beton dari agregat normal, yaitu sekitar 1900 kg/m³ (beton dengan agregat
normal beratnya sekitar 2300 kg/m³.
Herculite atau haydite.Agregat ini adalah hasil pembuatan dari tanah shale yang
dimasukkan dalam tungku putar pada suhu 1200°c selama 10 – 15 menit. Gas yang ada dalam
shale mengembang membentuk jutaan sel kecil (pori udara) dalam massa yang keras. Sel – sel
kecil tersebut dikelilingi oleh selaput tipis kedap air yang kuat. Agregat ini mempunyai berat
jenis 1.15 dan daya serap air sekitar 16% (Loka Perintisan Bahan Bangunan, Balitbang PU, 1991,
Cilacap). Agregat ini dapat dipakai untuk menggantikan dalam pembuatan beton. Berat jenis
betonnya sekitar 2/3 beton biasa, tetapi kuat tekannya hampir sama (pada jumlah semen yang
sama). Beton ini mempunyai ketahanan tinggi terhadap panas sehingga biasanya digunakan
untuk dinding penahan panas, lapisan tahan api pada baja struktur dan untuk struktur beton
yang permukaannya terkena panas tinggi. Beton ini juga mempunyai sifat meredam suara yang
baik.
Abu terbang (sintered fly-ash aggregate). Agregat ini ialah hasil dari pemanasan abu
terbang (pada pembakaran batu bara) sampai meleleh dan mengeras lagi yang membentuk
butir – butir seperti kerikil.
Terak dingin.ialah hasil sampingan dari pembakaran bijih besi pada tanur tinggi, yang
didinginkan pelan – pelan di udara terbuka. Pemilihan terak dingin secara cermat dapat
menghasilkan beton yang baik dan mungkin malahan lebih baik daripada beton dengan agregat
alami biasa.
Benda padat buangan/limbah.Kemungkinan pemakaian benda padat limbah untuk dipakai
sebagai pengganti agregat dalam pembuatan beton yang pada masa – masa terakhir ini sering
dibicarakan dan tampak meningkat kebutuhannya, sebenarnya bukanlah suatu konsep yang
baru. Misalnya pemakaian abu terbang (fly ash), blast furnace slag dan robekan – robekan
kaleng bekas yang dipakai sebagai serat dalam beton, juga barang – barang bekas bongkaran
6
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
bangunan, maupun barang – barang sampah dari kantor dan rumah, misalnya kertas, gelas,
plastic, dsb.
Sebelum barang – barang bekas/buangan tersebut dipakai, maka perlu dipertimbangkan
(diteliti) dulu terhadap hal – hal sebagai berikut :
a. Tinjauan ekonomi, apakah tidak lebih mahal daripada agregat biasa,
b. Tinjauan sifat teknis, apakah secara teknis dapat dipakai.
Barang buangan/limbah, kadang – kadang memerlukan biaya yang tidak sedikit jika harus
dipilih/dipisahkan dari bahan yang lain atau dari kotoran yang melekat. Pada pecahan kaca,
butir – butirnya cenderung pipih dan permukaannya licin, sehingga kurang merekat dengan
pastanya.
Agregat normal ialah agregat yang berat jenisnya antara 2.5 sampai 2.7. Agregat ini
biasanya berasal dari agregat granit, basalt, kuarsa dan sebagainya. Beton yang
dihasilkan mempunyai berat jenis sekitar 2.3.Betonnya disebut beton normal.
Agregat berat mempunyai berat jenis lebih dari 2.8, misalnya magnetic (Fe 3O4), barytes
(BaSO4) atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga memiliki berat jenis yang tinggi
(sampai 5), yang efektif sebagai dinding pelindung / perisai radiasi sinar X.
Agregat ringan mempunyai berat jenis kurang dari 2.0 yang biasanya dibuat untuk
beton ringan.Berat beton ringan kurang dari 1800 kg/m 3. Beton ringan biasanya dipakai
untuk elemen non-struktural, akan tetapi mungkin pula untuk elemen struktur ringan.
7
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Kebaikannya ialah berat sendiri yang rendah sehingga struktur pendukungnya dan
pondasinya lebih kecil. Agregat ringan dapat diperoleh secara alami maupun buatan,
misalnya :
a. Agregat ringan alami misalnya : diatomite, pumice, volcanic cinder.
b. Agregat ringan buatan misalnya : tanah bakar (bloated clay), abu terbang (sintered
fly ash), busa terak tanur tinggi (foamed blast furnace slag).
Beberapa istilah yang perlu diketahui akibat hal itu antara lain :
Porositas : P = (Vp/ Vt) x 100%
Dari rumus – rumus tersebut maka didapat hubungan antara nilai kepadatan dan porositas,
yaitu :
K = 100 – P
Dalam praktek umumnya nilai – nilai tersebut untuk agregat normal adalah :
a. Porositas = 35 – 40 %
b. Kepampatan = 60 – 65 %
c. Berat jenis = 2.5 – 2.7
d. Berat satuan = 1.5 – 1.8
8
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
9
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
10 300 15 42.5
4.8 250 12.5 30
2.4 250 12.5 17.5
1.2 150 7.5 10
0.6 100 5 5
0.3 50 2.5 2.5
0.15 30 1.5 1
Alas 20 1 0
Total 2000 100
Keterangan Tabel :
a. Kolom (1) : ukuran lubang ayakan
b. Kolom (2) : hasil pengayakan agregat, berat agregat yang tertinggal pada ayakan
c. Kolom (3) : hasil hitungan dari kolom (2)
d. Kolom (4) : hasil hitungan dari kolom (3)
10
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
a. Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari ¾ kali jarak bersih antar
tulangan baja.
b. Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari 1/3 kali tebal plat.
c. Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari 1/5 kali jarak terkecil
antara bidang samping cetakan.
Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka ukuran maksimum butir agregat untuk
beton bertulang umumnya sebesar 10 mm, 20 mm, atau 40 mm. Jika dimensi beton yang
dibuat relative besar (betonnya disebut beton massa) dan tidak dipakai baja tulangan, misalnya
beton untuk pondasi sumuran, pilar jembatan, tembok penahan tanah, bendungan, ukuran
maksimum agregat dapat diambil sebesar 75 mm atau 150 mm.
11
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Kesimpulan : agregat campuran mempunyai prosentase volume rongga yang lebih kecil.
Volume total pasir + volume total kerikil ≠ volume total campuran
Berat pasir + berat kerikil = berat campuran
Volume butir pasir + volume kerikil = volume butir campuran
12
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
menurunkan kelecakan beton. Jadi kandungan air di dalam agregat harus diketahui. Perubahan
kadar air tidak hanya tergantung dari pengiriman, tetapi juga pengaruh dari cuaca (misalnya
hujan atau panas terik) dan lamanya penyimpanan.
Pasir yang ditumpuk dan diberi kesempatan untuk mongering selama 16 jam akan
mempunyai kadar air sekitar 5%. Dalam keadaan basah antara 7 sampai 10 %, kadang sampai
15%.Pasir yang lembab terasa agak basah, tetapi tidak meninggalkan kebasahan di
tangan.Kadar air sekitar 2% berat, pasir terasa basah dan sedikit membasahi tangan,
membentuk bola di tangan.Kadar air sekitar 4% berat, pasir yang sangat basah, airnya sampai
menetes ketika diangkut, semakin membasahi tangan dan tampak mengkilat.
Ada 4 kondisi kandungan air di dalam agregat :
a. Kering kerontang (bone dry atau oven dry – od)
Bisa didapat dengan memasukkan agregat ke dalam oven selama 24 jam pada
temperature 105 - 110°C.
b. Kering udara (air dry – ad)
Bagian luarnya kering namun bagian dalamnya masih mengandung air.Keadaan
agregat di lapangan apabila terjemur.
c. Saturated surface dry (SSD)
Ini keadaan teoritis ideal, yaitu butir di dalamnya sudah jenuh air (saturated), namun
bagian sebelah luar masih kering. Kondisi ini dipakai sebagai dasar perhitungan mix
design.
d. Lembab (moist atau wet)
Selain bagian dalam jenuh air, bagian luar juga basah.Didapat dengan merendam
agregat selama 24 jam.
Jumlah air total adalah sepuluh kali air yang ada, baik yang di dalam pori maupun yang di
luar butir. Kadar air total adalah persentase jumlah air tersebut terhadap berat agregat kering.
Kadar air bebas adalah persentase jumlah air yang di luar butir saja. Kadar air bebas dipakai
sebagai dasar untuk perencanaan campuran karena agregat dianggap dalam keadaan SSD.
13
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
14
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Adanya garam akan menyebabkan korosi pada tulangan, terutama apabila kualitas
betonnya jelek. Karena itu secara praktis pasir laut dilarang untuk digunakan sebagai campuran
beton.Ketahanan terhadap pembekuan dan pencairan adalah penting untuk beton ekspos bila
menghadapi 4 musim.
15
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Soal Tugas:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan agregat !
2. Sebutkan batasan ukuran untuk jenis agregat pasir, kerikil dan batu !
3. Sebutkan spesifikasi agregat yang memenuhi syarat sebagai elemen struktur yang memikul beban !
4. Tuliskan satuan/unit untuk mendefinisikan arti dari istilah : berat satuan, berat jenis dan kadar air !
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah agregat normal, agregat berat dan agregat ringan, dan
berikan contoh materialnya masing - masing !
6. Jelaskan cara untuk mengetahui ukuran agregat !
7. Jelaskan pengaruh tekstur permukaan butiran agregat kasar maupun agregat halus terhadap kekuatan
beton dan mortar !
8. Sebutkan contoh – contoh agregat alami dan buatan (minimal 3 contoh agregat) !
9. Sebutkan cara – cara pengujian di laboratorium untuk mengetahui kekuatan dan kekerasan agregat;
ketahanan terhadap cuaca/lingkungan; reaksi alkali-silika dan sifat termal agregat !
10. Jelaskan jenis – jenis substansi perusak pada agregat !
Daftar Pustaka
Tjokrodimuljo, K, 2004, Teknologi Beton- Buku Ajar Magister Teknologi Bahan Bangunan,
Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta
16
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
BAB 2
SEMEN
Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengetahui
asal mula ditemukannya bahan semen, perkembangan bahan semen, proses pembuatan
semen, mengenal tipe – tipe semen sesuai penggunaannya di berbagai jenis konstruksi.
Gambaran umum materi :Semenmerupakan bahan pengikat, yang diaplikasikan dalam
campuran pasta, mortar dan beton, maupun untuk bahan stabilisasi tanah. Materi kuliah
dimulai dengan definisi semen, bahan dasar semen, proses produksi semen, sifat – sifat fisik
dan kimiawi semen, dilanjutkan dengan jenis – jenis semen sesuai tujuan penggunaannya.
Relevansi Mata Kuliah :Pada bab ini mahasiswa diharapkan menguasai definisi, sifat sifat fisik
dan kimiawi semen dan penggunaan semen dalam berbagai konstruksi. Dasar – dasar
pengetahuan tersebut merupakan prasyarat yang harus dikuasai oleh mahasiswa agar dapat
melakukan perancangan campuran (beton, lapisan perkerasan jalan, mortar dll). Ketika
pengetahuan ini diterapkan di lapangan maka mahasiswa mampu merencanakan sekaligus
mengawasi proses pengerjaan konstruksi yang melibatkan semen sebagai bahan pengikat agar
sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
2.1. Definisi
Semen berasal dari kata caementum yang berarti bahan perekat yang mampumempersatukan
atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang
mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau lebih bahan sehingga menjadi suatu
bagian yang kompak atau dalam pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan
sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi bangunan.
Semen pada awalnya dikenal di mesir tahun 500 SM pada pembuatan piramida, yaitu sebagai
pengisi ruang kosong diantara celah-celah tumpukan batu.Semen yang dibuat bangsa Mesir
merupakan kalsinasi gypsum yang tidak murni, sedang kalsinasi batu kapur mulai digunakan
pada zaman Romawi. Kemudian bangsa Yunani membuat semen dengan cara mengambil tanah
vulkanik (vulcanic tuff) yang berasal dari pulau santoris yang kemudian dikenal dengan
santoriscement. Bangsa Romawi menggunakan semen yang diambil dari material vulkanik yang
ada dipegunungan vesuvius dilembah Napples yang kemudian dikenal dengan namapozzulona
cement, yang diambil dari sebuah nama kota di Italia yaitu pozzoula.Penemuan bangsa Yunani
dan Romawi ini mengalami perkembangan lebih lanjut mengenai komposisi bahan dan cara
pencampurannya, sehingga diperoleh mortar yang baik. Pada abad pertengahan, kualitas
mortar mengalami penurunan yang disebabkan oleh pembakaranlimestone kurang sempurna,
dengan tidak adanya tanah vulkanik.
Pada tahun 1756 Jhon Smeaton seorang Sarjana Inggris berhasil melakukan penyelidikan
terhadap batu kapur dengan pengujian ketahanan air.Dari hasil percobaannya disimpulkan
bahwa batu kapur lunak yang tidak murni dan mengandung tanah liat merupakan bahan
pembuat semen hidrolis yang baik.Batu kapur yang dimaksud tersebut adalah kapur hidrolis
(hydraulic lime). Kemudian oleh Vicat ditemukan bahwa sifat hidrolis akan bertambah baik jika
ditambahkan juga silika atau tanah liat yang mengandung alumina dan silika. Akhirnya Vicat
membuat kapur hidrolis dengan cara pencampuran tanah liat clay) dengan batu kapur
17
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
18
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Batu kapur meliputi semua jenis batuan karbonat yang terutama mengandung kalsium, kadang
sedikit magnesium.Marls (campuran dari tanah liat, pasir dan batu kapur dengan proporsi yang
bervariasi, sering terdapat pecahan kulit kerang) dan batuan yang berasal dari tanaman dan
binatang.Tanah liat dan shale harus ditambahkan bila alumina dan silica yang ada dalam batu
kapur masih belum memadai jumlahnya.
Fungsi semen secara umum adalah untuk merekatkan butiran-butiran agregat agar terjadi
suatu massa yang padat, juga untuk mengisi rongga antar butiran agregat. Semen hanya
mengisi ± 10% dari volume beton, dan karena merupakan bahan yang aktif maka perlu
dipelajari dan dikontrol secara ilmiah (Tjokrodimuljo, 2004).
2.4. Proses Pembuatan Semen
Semen Portland dibuat dengan melalui beberapa langkah, sehingga sangat halus dan memiliki
sifat adhesive maupun kohesif.Semen diperoleh dengan membakar secara bersamaan suatu
campuran dari calcareous (yang mengandung kalsium karbonat atau batu gamping) dan
argillaceous (yang mengandung alumina) dengan perbandingan tertentu. Secara mudahnya ,
kandungan semen Portland ialah : kapur, silica dan alumina. Ketiga bahan dasar tadi dicampur
dan dibakar dengan suhu 1550°C dan menjadi klinker.Setelah itu kemudian dikeluarkan,
didinginkan dan dihaluskan sampai halus seperti bubuk.Biasanya lalu ditambahkan gypsum atau
kalsium sulfat (CaSO4) kira – kira sampai 2 – 4 % sebagai bahan pengontrol waktu
pengikatan.Kemudian dimasukkan ke dalam kantong dengan berat tiap – tiap kantong 50 kg
atau 40 kg.
19
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Walapun komplek, namun pada dasarnya dapat disebutkankan 4 senyawa yang paling penting
keempat senyawa tersebut ialah :
Trikalsium silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2
Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3
Tetrakalsium aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3
(huruf – huruf dalam tanda kurung yang pertama hanyalah simbol dari komponen tersebut)
Dua unsur yang pertama (C3S dan C2S) biasanya merupakan 70 – 80 % dari semen sehingga
merupakan bagian yang paling dominan dalam memberikan sifat semen. Bila semen terkena
air, C3S segera mulai berhidrasi dan menghasilkan panas. Selain itu juga berpengaruh besar
terhadap pengerasan semen, terutama sebelum mencapai umur 14.sebaliknya C 2S bereaksi
dengan air lebih lambat sehingga hanya berpengaruh terhadap pengerasan semen setelah
berumur lebih dari 7 hari dan memberikan kekuatan akhir. Unsur C 2S ini juga membuat semen
tahan terhadap serangan kimia dan juga mengurangi besar susutan pengeringan. Kedua unsur
pertama ini membutuhkan air berturut – turut sekitar 24 – 21 % dari masing – masing beratnya
untuk terjadinya reaksi kimia, namun saat hidrasi C3S membebaskan kalsium hidroksida hampir
3 kali lebih banyak daripada yang dibebaskan oleh C 2S. maka dari itu, jika C3S mempunyai
persentase yang lebih tinggi akan menghasilkan proses pengerasan yang cepat pada
pembentukan kekuatan awalnya disertai suatu panas hidrasi yang tinggi. Sebaliknya persentase
C2S yang lebih tinggi menghasilkan proses pengerasan yang lambat, panas hidrasi yang sedikit
dan ketahanan terhadap serangan kimia yang lebih baik.
Unsur C3A berhidrasi secara exothermic dan bereaksi sangat cepat memberikan kekuatan
sesudah 24 jam.C3A bereaksi dengan air sebanyak kira – kira 40% beratnya, namun karena
jumlah unsur ini hanya sedikit maka pengaruhnya pada jumlah air hanya sedikit.Unsur C 3A ini
sangat berpengaruh pada panas hidrasi tertinggi, baik selama pengerasan awal maupun
pengerasan berikutnya yang panjang. Beton yang berhubungan dengan air tanah yang
mengandung larutan asam sulfat (SO4) akan mudah rusak jika semennya mengandung banyak
C3A, karena hasil hidrasi C3A mudah bereaksi dengan larutan sulfat. Di dalam beton hasil reaksi
ini menghasilkan bentuk zat kimia baru yang dinamakan etringite, volumenya lebih besar
(mengembang), sehingga membuat beton retak – retak.Oleh karena itu semen tahan sulfat
tidak boleh mengandung unsur C3A lebih dari 5 %.
Unsur C4AF kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen atau beton.
20
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
21
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
kadarC3S dan mengurangi kadar C2S. ASTM (American Standard For Testing Materials)
menentukan komposisi semen berbagai tipe sebagaimana tampak pada Tabel 2.3.
Tipe I adalah semen Portland untuk tujuan umum.Jenis ini paling banyak dirpoduksi karena
digunakan untuk hampir semua jenis konstruksi.
Tipe II adalah semen Portland modifikasi, adalah tipe tipe yang sifatnya setengat tipe IV dan
setengat tipe V (moderat).Belakangan lebih banyak diproduksi sebagai pengganti
tipe IV.
Tipe III adalah semen Portland dengan kekuatan awal tinggi.Kekuatan 28 hari umumnya dapat
dicapai dalam 1 minggu.Semen jenis ini umum dipakai ketika acuan harus
dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus dapat cepat dipakai.
Tipe IV adalah semen Portland dengan panas hidrasi rendah, yang dipakai untuk kondisi di
mana kecepatan dan jumlah panas yang timbul harus minimum.Misalnya pada
bangunan massif seperti bendungan gravitasi yang besar.pertumbuhan
kekuatannya lebih lambat dari pada semen tipe I.
Tipe V adalah semen Portland tahan sulfat, yang dipakai untuk menghadapi aksi sulfat yang
ganas.Umumnya dipakai di daerah di mana tanah atau airnya memiliki
kandungan sulfat yang tinggi.
Tabel 2.3. Jenis-jenis semen Portland dengan sifat-sifatnya
Kadar senyawa (%) Kehalusan Kuat 1 Panas
Tipe
Sifat pemakaian blaine hari hidrasi
semen C3S C2S C3A C4AF (m²/kg) (kg/cm²) (J/g)
I Umum 50 24 11 8 350 1000 330
II Modifikasi 42 33 5 13 350 900 250
III Kekuatan awal tinggi 60 13 9 8 450 2000 500
IV Panas hidrasi rendah 25 50 5 12 300 450 210
V Tahan sulfat 40 40 9 9 350 900 250
Selain jenis – jenis semen tersebut juga telah dikembangkan jenis semen Portland pozzolan
yang telah banyak ditemui di pasaran. Semen portland pozzolan adalah suatu semen hidrolis
yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen portland dengan pozzolan halus yang
diproduksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozzolan bersama-sama, atau
mencampur secara merata bubuk semen Portland dengan bubuk pozolan, atau gabungan
antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzolan 15% sampai 40% massa semen
portland pozzolan.
Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina yang tidak
mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang halus dan dengan
adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu
kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen.
Semen Portland pozzolan digolongkan menjadi 4 jenis, seperti yang dijelaskan berikut ini :
1) Jenis IP-U yaitu semen portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan
pembuatan adukan beton.
22
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
2) Jenis IP-K yaitu semen portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan
pembuatan adukan beton, serta untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi sedang.
3) Jenis P-U yaitu semen portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan beton
dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
4) Jenis P-K yaitu semen portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan beton
dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi, serta untuk tahan sulfat sedang dan panas
hidrasi rendah.
Selain semen portlan pozzolan juga dikenal adanya jenis semen putih. Semen Putih termasuk
pada semen portland, karena memiliki sifat yang sama kecuali dalam hal warna (Purwaningsih,
2006). Warna dari semen putih tergantung dari bahan baku dan proses pembuatannya. Bahan
baku yang digunakan adalah bahan baku yang bebas senyawa besi (Fe2O3), atau < 0.2 % (dari
basis Clinker) dan bebas senyawa minor lain seperti Mangan (Mn 2O3), Chrome (Cr2O3) dan
Vanadium (V2O5), suatu syarat agar produk semen yang dihasilkan benar-benar putih warnanya.
Di Indonesia semen putih diproduksi berdasarkan standar SNI 15-0129-2004.
2.5.6. Perbedaan Produk Semen
a. kehalusan butir – butir semen.
b. Komposisi kimia (detail).
c. Perkembangan kekuatan.
d. Jumlah gypsum yang ditambahkan.
2.5.7. Kehalusan
Dengan mengubah kehalusan (fineness) dari semen maka kecepatan hidrasi semen dapat
diubah. Dengan butiran partikel yang semakin halus maka reaksi hidrasi akan semakin cepat,
karena hidrasi dimulai dari permukaan butir. Pada umumnya butir semen Portland berukuran
lebih kecil dari 45 mikron (325 mesh), atau sebesar 320 m²/kg, menurut uji kehalusan Blaine.
2.5.8. Kekuatan
Kekuatan (strength) semen diuji dengan menggunakan pasir standar, yaitu pasir kuarsa dari
Bangka (dengan kadar SiO2 minimal 95% dan diameter 1.2 – 0.6 mm 8 bagian berat dan φ 0.6 –
0.42 mm 1 bagian berat). Dibentuk benda uji dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm dan diuji kuat
tekannya.
2.5.9. Cara Menyimpan Semen
Semen harus tetap kering. Udara yang lembab bisa menimbulkan bahaya yang sama dengan
bilamana semen terkena air. Semen disimpan secara kedap udara dapat bertahan untuk waktu
yang sangat lama. Dalam silo (ruang atau menara penyimpan yang kedap udara) dapat
bertahan hingga 3 bulan. Namun untuk semen yang dibungkus dalam sak kertas berlapis 3
lembar dalam kondisi baik, masih dapat berkurang kekuatannya (± 20%) setelah 4 hingga 6
minggu.Pengurangan ini disebut ignition loss atau kehilangan daya hidrasi.
Semen dalam kantung (sak) harus disimpan di dalam gudang. Jangan diterima jika kantong
sudah sobek atau terlihat lembab, sebab bisa terjadi “pengikatan udara” (air set). Tolak juga
bila terdapat bongkahan – bongkahan semen yang sulit dipecah dengan tangan.Lantai gudang
harus kering dan kedap air.Jika lantai tidak kering maka buatlah lantai dari papan yang
diletakkan di atas batu bata atau balok kayu, sehingga kantong semen tidak langsung
bersinggungan dengan tanah.Tumpukan semen tidak boleh menempel pada dinding dan jangan
23
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
menumpuk lebih dari 8 atau 10 susun.Sebaiknya diberi penutup dari lembaran plastik.Perlu
diperhatikan urutan penumpukan.Pakailah terlebih dahulu semen yang masuk dalam tumpukan
paling awal.
Menyimpan semen dalam silo yang porTabel lebih baik karena lebih murah, lebih praktis karena
tidak perlu membuka kantong, lebih hemat karena tidak ada kemungkinan semen terbuang
karena kantong pecah dan semen lebih terlindung di dalam silo. Bila semen disimpan dalam silo
lebih dari 6 bulan maka akan terbentuk lapisan keras setebal 5 cm di atas permukaan. Lapisan
ini harus dibuang dan jangan tercampur ke dalam beton.
Soal Latihan :
1. Jelaskan pengertian bahan perekat hidrolis dan non hidrolis serta berikan contohnya masing-masing !
2. Jelaskan sejarah perkembangan teknologi semen secara singkat !
3. Jelaskan secara singkat proses produksi semen di pabrik !
4. Sebutkan komponen senyawa utama dari semen dan jelaskan peranannya masing – masing !
5. Jelaskan perbedaan antara semen tipe 1, 2, 3, 4 dan 5 !
6. Sebutkan komponen apa dari semen yang berperan dalam menentukan kekuatan awal semen !
7. Sebutkan komponen apa dari semen yang berperan dalam menentukan kekuatan awal semen !
8. Apabila akan dibangun konstruksi di lingkungan air laut atau limbah, jenis semen apa yang harus
digunakan ?
9. Apa pengaruhnya terhadap berat jenis, kuat tekan dan kuat tarik mortar jika nilai faktor air semen
semakin besar ?
10. Dampak apa yang dapat ditimbulkan, apabila semen disimpan di tempat yang lembab ?
Daftar Pustaka
Tjokrodimuljo, K, 2004, Teknologi Beton- Buku Ajar Magister Teknologi Bahan Bangunan,
Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta
24
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
BAB 3
MORTAR
Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengetahui
asal mula pemanfaatan bahan mortar, perkembangan bahan mortar, jenis aplikasi mortar,
mengenal tipe – tipe mortar sesuai penggunaannya di berbagai jenis konstruksi.
Gambaran umum materi :mortar merupakan bahan bangunan yang telah lama digunakan oleh
manusia, pemanfaatannya sangatlah luas dari pasangan batu sampai dengan batako. Materi
kuliah dimulai dengan definisi mortar, bahan dasar mortar, jenis – jenis mortar dan
penggunaannya sampai dengan sifat – sifat fisik dan mekanik mortar.
Relevansi Mata Kuliah :Pada bab ini mahasiswa diharapkan menguasai definisi, sifat sifat fisik
dan mekanik mortar dan jenis – jenis serta penggunaan mortar dalam berbagai konstruksi.
Dasar – dasar pengetahuan tersebut merupakan prasyarat yang harus dikuasai oleh mahasiswa
agar dapat melakukan perancangan pasangan batu, spesi, plesteran dan batako. Ketika
pengetahuan ini diterapkan di lapangan maka mahasiswa mampu merencanakan sekaligus
mengawasi proses pengerjaan konstruksi yang menggunakan mortar sebagai bahan pengikat
agar sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
3.1. Pendahuluan
Pasangan tembok dibuat dari batu bata / batako dan mortar dengan atau tanpa grout. Mortar
adalah adukan yang bersifat plastis terbuat dari material semen, pasir dan air, digunakan untuk
mengikat / merekatkan batako menjadi satu kesatuan yang solid. Bangsa mesir kuno
menggunakan material perekat untuk pasangan batu dari bahan gypsum yang dibakar
sedangkan kapur ternyata telah digunakan lebih awal oleh masyarakat yunani sebagai bahan
mortar.
Fungsi utama dari mortar adalah untuk mengikat komponen batu/batu bata/batako pada
pasangan batu menjadi satu kesatuan yang solid.Selain itu mortar juga dapat digunakan untuk
membuat permukaan lantai dan plesteran.Sebagai suatu bahan pengikat/perekat, mortar juga
berperan untuk menentukan karakteristik kekuatan pasangan batu.Aplikasi mortar sebagai
komponen perekat dapat juga diberi sentuhan seni, misalnya dengan memberi variasi warna
dan tekstur.
Mortar adalah campuran dari bahan – bahan seperti semen, kapur, pasir dan air.Jika mortar
dibuat dengan bahan kapur, pasir dan air disebut mortar kapur (lime mortar), jika adonan
tersebut ditambahkan semen maka menjadi mortar semen – kapur atau mortar semen
sederhana. Pada umumnya, istilah mortar digunakan untuk material yang bersifat/berfungsi
sebagai pengikat, penyambung, pasangan dinding batako, pasangan batu dan pasangan blok
dari beton.
Semen, atau yang lebih dikenal dengan istilah semen Portland adalah suatu material yang
terbuat dari pembakaran campuran bahan kapur, silica, alumina dan oksida besi.Pada
umumnya, semen tipe 1 dan 2 digunakan dalam pembuatan mortar.
Istilah semen masonry merupakan semen hidrolik yang digunakan sebagai campuran dalam
pembuatan mortar untuk konstruksi pasangan batu, yang termasuk dalam istilah semen
masonry adalah semen Portland, semen Portland pozzolan, semen alami, semen slag maupun
25
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
kapur hidrolis disamping itu juga mengandung satu atau lebih bahan seperti kapur padam, batu
kapur, kapur tulis, cangkang calcerous, talc, slag atau lempung. Bahan – bahan tersebut
digunakan sebagai bahan mortar dengan atau tanpa penggunaan jenis semen lainnya ataupun
kapur padam.Mutu dan kinerja mortar yang terbuat dari semen Portland adalah lebih baik jika
dibandingkan dengan material semen masonry lainnya.Semen masonry dicampur dengan pasir
dan air untuk membuat mortar agar memenuhi spesifikasi standar.
Bagian terlemah dari konstruksi pasangan batu adalah mortar, sehingga terdapat ungkapan
lebih sedikit mortar akan lebih baik. Fungsi mortar telah dijelaskan di bagian awal.Fungsi
tersebut mencakup dua manfaat utama yaitu sebagai pengikat berbagai bahan dan membentuk
sambungan untuk mendistribusikan beban merata di seluruh permukaan. Lapisan tipis mortar
akan menjadi lebih kuat dibandingkan jika lapisannya lebih tebal disaat menerima gaya tekan.
Bata dan blok batu harus diberi sedikit tekanan ketika akan dirakit menjadi konstruksi dinding
maksudnya agar mortar dapat sempurna mengisi celah dan pori – pori sehingga tercapai daya
pengikatan maksimum.
Sebelum mortar mulai mengeras, mortar semen, belum bersifat kohesif atau belum memiliki
sifat mengikat. Mortar tidak akan melekat di permukaan komponen pasangan batu (batako
atau blok). Penambahan sedikit kapur akan membuat mortar semakin “mengembang” atau
lebih mudah dikerjakan (semakin bersifat plastis).
Catatan : penambahan kapur dalam jumlah terbatas tidak akan mengurangi kekuatan mortar
atau waktu pengerasannya (time of set).
Apabila unsur air dalam kapur padam keluar akibat proses penguapan dan disertai dengan
pengaruh karbon dioksida di lingkungan maka kapur padam tersebut akan terbentuk kembali
menjadi kalsium karbonat atau batu kapur (lime stone).
Ca(OH)2 + CO2 = CaCO3 + H2O
Ketika kapur tohor (BJ 2.3) diberi air, maka material ini akan cepat menyerap air hampir
seperempat dari beratnya. Selama material tersebut masih menyerap air maka akan disertai
dengan peningkatan suhu dan evolusi suhu. Reaksi ini diikuti dengan hancurnya bongkahan
kapur menjadi bagian yang lebih kecil hingga berupa bubuk. Dibutuhkan takaran air sekitar 2,5
– 3 kali dari volume kapur agar proses pemadaman/slaking menjadi sempurna. Volume bubuk
26
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
yang terbentuk menjadi sekitar 250 – 350 % dari volume semula. Material ini dikenal dengan
nama kapur padam.
Kapur padam adalah bubuk ringan hasil dari proses hidrasi kapur tohor di dalam tangki besar
pada unit produksi. Dimana prosesnya adalah dengan menambahkan air pada takaran
minimum yang disertai dengan aksi penggilingan dan penyaringan.ASTM mendefinisikan kapur
padam sebagai bubuk kering yang diperoleh dari memberi perlakukan pada kapur tohor untuk
memenuhi daya rekat kimiawi jika dicampur dengan air pada kondisi hidrasi.Secara mendasar
kapur padam terdiri atas kalsium hidroksida atau suatu campuran kalsium hidroksida dan
magnesium oksida atau campuran dari kedua-duanya.Berat jenisnya 2.08 pada keadaan murni.
Kapur padam untuk finishing cocok digunakan untuk aplikasi plesteran dan acian.Dua tipe kapur
padam untuk finishing yang diproduksi adalah Tipe N dan Tipe S.
Tipe N dikenal dengan kapur padam normal dan tipe S adalah kapur padam special, kapur
padam tipe N jumlah oksida tak terhidrasinya tidak terbatas sedangkan tipe S batas
maksimumnya adalah 8 %.
Kapur padam pasangan batu dapat digunakan untuk pekerjaan pasangan, dibagi dalam 4 tipe
yaitu Tipe N, S, NA dan SA.
Tipe N adalah kapur padam normal, tipe S kapur padam special, tipe NA kapur padam air
entraining dan tipe SA kapur padam air entraining special. Tipe N dan NA tidak memiliki batasan
pada oksida tak terhidrasi.Sedangkan tipe S dan SA dibatasi 8%.Disamping itu, tipe S dan SA
dikenal dari kemampuannya dalam menaikkan daya plastis awal dan bersifat menyerap air yang
tinggi.
27
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Tabel 3.1. Spesifikasi kebutuhan proporsi bahan penyusun mortar untuk pasangan batu
(ASTM C270)
Proporsi volume (material cementitious)
Kadar agregat
PC atau Semen masonry Kapur padam
Mortar Tipe (diukur pada kondisi
Semen (tipe) atau kapur
damp loose)
blended M S N dempul
Kapur M 1 - - - ¼ Tidak kurang dari 2¼
semen S 1 - - - ¼-½ dan tidak lebih dari
N 1 - - - ½ - 1¼ 3 kali volume
O 1 - - - 1¼ - 2½ terpisah dari
Semen M 1 - - 1 - material
masonry M - 1 - - - cementitious
S ½ - - 1 -
S - - 1 - -
N - - - 1 -
O - - - 1 -
28
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Persen lolos
Ukuran ayakan [No.(mm)]
Pasir alam Pasir buatan
4 (4.75) 100 100
8 (3.36) 95-100 95-100
16 (1.18) 70-100 70-100
30 (600 μm) 40-75 40-75
50 (300 μm) 10-35 20-40
100 (150 μm) 2-15 10-25
200 (75 μm) - 0-10
29
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
30
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Soal Latihan :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan mortar !
2. Apa perbedaan mendasar penggunaan bahan pasir pada mortar dan beton ?
3. Sebutkan macam-macam mortar berdasarkan penggunaannya pada konstruksi yang anda ketahui !
4. Jelaskan kelebihan penggunaan kapur padam pada mortar !
5. Jelaskan sifat – sifat mortar !
6. Jelaskan jenis pengujian laboratorium untuk mengetahui kuat tekan, kuat tarik, serapan air dan
workability mortar !
7. Jelaskan perilaku / sifat mortar pada kondisi sebelum dan sesudah mengeras !
Daftar Pustaka
Tjokrodimuljo, K, 2004, Teknologi Beton- Buku Ajar Magister Teknologi Bahan Bangunan,
Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta
31
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
BAB 4
KERAMIK
Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengetahui
asal mula ditemukannya teknologi pengolahan tanah liat menjadi bahan keramik,
perkembangan teknologi pengolahan keramik, proses pembuatan keramik, mengenal tipe –
tipe keramik sesuai penggunaannya di berbagai bidang.
Gambaran umum materi :keramik merupakan bahan yang berasal dari tanah liat yang dibakar
pada suhu tertentu, penggunaan keramik sangatlah luas dari peralatan listrik, medis sampai
dengan elemen bangunan.Materi kuliah dimulai dengan definisi keramik dan sejarahnya. Proses
pembuatan keramik, kelebihan bahan keramik, serta jenis – jenis keramik berdasarkan proses
pembuatan dan aplikasinya di berbagai bidang.
Relevansi Mata Kuliah :Pada bab ini mahasiswa diharapkan memahami definisi, sejarah serta
sifat sifat fisik dan mekanik keramik dan penggunaannya dalam berbagai bidang. Dasar – dasar
pengetahuan tersebut merupakan prasyarat yang harus dikuasai oleh mahasiswa agar dapat
mengenal jenis – jenis bahan keramik serta permasalahannya dalam aplikasi sebagai elemen
bangunan. Ketika pengetahuan ini diterapkan di lapangan maka mahasiswa mampu
merencanakan sekaligus mengawasi proses pengerjaan konstruksi yang melibatkan keramik
sebagai bahan bangunan.
32
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
33
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
rumit. Secara umum proses pembuatan komposit keramik masih sulit dan mahal, maka
penerapannya masih terbatas pada bidang kedirgantaraan ataupun pada peralatan kedokteran.
4.3. Keramik Untuk Bangunan
Keramik adalah salah satu bahan masa depan, dapat dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu keramik structural dan keramik elektronik/elektroteknik (fungsional). Biokeramik juga
dapat tergolong sebagai struktural dan atau fungsional. Sedangkan pengertian keramik yang
lebih luas dan umum adalah semua benda-benda yang terbuat dari tanah liat/lempung yang
mengalami suatu proses pengerasan dengan pembakaran suhu tinggi.
Pada keramik struktural di dalamnya termasuk nitride, karbida, alumunium
oksida/alumina.Zirconium/zirkonia yang disebut juga termomekanis karena tahan kejutan
termal dan mekanis selain ciri khas lainnya.
Rancangan – rancangan bangunan akan tampak lebih luwes, indah dan kuat jika
berlapiskan keramik. Keramik dapat memperlihatkan hasil kerja yang baik untuk dijadikan
bahan konstruksi yang unggul, karena :
1. Tahan terhadap variasi suhu sampai dengan suhu yang cukup tinggi karena porositasnya
yang terkendali,
2. Tahan terhadap bahan kimia (chloride, sulfat),
3. Tahan keausan mekanis,
4. Mempunyai daya kompresi dan tensil yang baik.
Pemakaian keramik pada dunia konstruksi masih dituntut suatu perkembangan lebih
lanjut berkaitan dengan bahan keramik untuk konstruksi, pemrosesan (pada suhu rendah),
perbaikan sifat mekanis dan dampak terhadap lingkungan.
4.4. Proses Pembuatan Keramik dan Pengolahan
Keramik terbuat dari tanah liat atau lempung yang mudah didapat dengan unsur atau
senyawa yang terkandung di dalamnya.Dengan bahan alami juga mudah dibentuk jika
kondisinya dalam keadaan lembab. Dalam proses pembakaran tersebut, tanah liat diberi glasir
sehingga akan menghasilkan keramik dengan permukaan yang cukup kuat. Alat yang dipakai
untuk pembakaran keramik adalah oven atau tungku dengan bahan bakar kayu kering, gas,
listrik atau bahkan dengan biji zaitun. Perbedaan tinggi – rendah suhu api pembakaran akan
mempengaruhi hasil akhir atau efek kekerasan keramik.
Untuk saat ini, pembakaran keramik sudah dilakukan dengan mesin, walaupun di
beberapa daerah masih membuat keramik dengan cara tradisional – dicetak dan dibakar secara
manual. Ditinjau dari segi hasil, keramik yang dibuat secara manual tidak dapat dijaga
konsistensi kualitasnya.Sementara keramik yang dihasilkan pabrik lebih terjaga secara kualitas.
Proses pembuatan keramik secara manual serupa dengan pembuatan genteng dari tanah liat.
4.5. Penggolongan Bahan Keramik
Bahan keramik dapat digolongkan atas keramik kasar, keramik halus, keramik pelapis,
serta porselen (tembikar putih).
4.5.1. Keramik Kasar (Gerabah, earthenware)
Keramik Kasar terbuat dari tanah liat (pasir kuarsa, tanah pekat, silb termasuk jenis abu
tertentu) yang dibakar pada suhu antara 1000ºC – 1400ºC.Keramik jenis ini struktur dan
teksturnya sangat rapuh, kasar dan masih berpori.Agar supaya kedap air, gerabah kasar harus
34
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
dilapisi glasir, semen atau bahan pelapis lainnya.Gerabah termasuk keramik berkualitas rendah
apabila dibandingkan dengan keramik batu (stoneware) atau porselin.Bata, genteng, paso, pot,
anglo, kendi, gentong dan sebagainya termasuk keramik jenis gerabah.Genteng telah banyak
dibuat berglasir dengan warna yang menarik sehingga menambah kekuatannya.
Kegunaan keramik kasar dalam pembangunan dapat berupa :
Pipa keramik kasar.
Bata klinker.
Ubin tanah liat.
Genting tanah liat.
4.5.2 Keramik Halus (pembakaran tunggal)
Terbuat dari tanah liat yang halus dengan campuran jerami yang digiling (tembikar
merah) atau dengan tambahan kaolin, kuarsa, feldsfar, atau bubuk magnesium – silica yang
dibakar pada suhu 1260ºC – 1330ºC. Keramik jenis ini mempunyai struktur dan tekstur halus
dan kokoh, kuat dan berat seperti batu.Keramik jenis termasuk kualitas golongan
menengah.Kegunaan keramik halus dalam pembangunan berupa perlengkapan – perlengkapan
saniter.
4.5.3 Keramik Pelapis (fayence)
Keramik fayence dari tanah liat pekat putih yang halus sekali dan yang mengandung
kaolin, feldspar, kuarsa atau bubuk magnesium – silica sehingga warnanya menjadi putih.
Setelah dicetak/dibentuk keramik fayence dikeringkan dan dilapisi glasir (tembikar) yang
mengandung banyak timah – oksid dan selama tembikar masih basah dilakukan proses
pewarnaan, kemudian dibakar pada suhu 1100°C (dengan pembakaran ganda). keramik yang
secara teknis, diproses untuk keperluan teknologi tinggi seperti peralatan mobil, listrik,
konstruksi, komputer, cerobong pesawat, kristal optik, keramik metal, keramik multi lapis,
keramik multi fungsi, komposit keramik, silikon, bioceramic, dan keramik magnit. Sifat khas dari
material keramik jenis ini disesuaikan dengan keperluan yang bersifat teknis seperti tahan
benturan, tahan gesek, tahan panas, tahan karat, tahan suhu kejut seperti isolator, bahan
pelapis dan komponen teknis lainnya.
4.5.4. Porcelain
Jenis keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat dari bahan lempung murni yang tahan
api, seperti kaolin, alumina dan silika. Oleh karena badan porselin jenis ini berwarna putih
bahkan bisa tembus cahaya, maka sering disebut keramik putih. Pada umumnya, porselin
dipijar sampai suhu 1350°C atau 1400°C, bahkan ada yang lebih tinggi lagi hingga mencapai
1500°C. Porselin yang tampaknya tipis dan rapuh sebenarnya mempunyai kekuatan karena
struktur dan teksturnya rapat serta keras seperti gelas.Oleh karena keramik ini dibakar pada
suhu tinggi maka dalam bodi porselin terjadi penggelasan atau vitrifikasi.Secara teknis keramik
jenis ini mempunyai kualitas tinggi dan bagus, disamping mempunyai daya tarik tersendiri
karena keindahan dan kelembutan khas porselin.Juga bahannya sangat peka dan cemerlang
terhadap warna-warna glasir.
4.6. Peralatan Dan Bahan
Badan keramik adalah bagian utama dalam pembuatan keramik dan bahan utamanya
biasa disebut dengan Badan keramik adalah bagian utama dalam pembuatan keramik dan
bahan utamanya biasa disebut dengan bahan mentah keramik. Contoh bahan mentah keramik
35
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Cara Pembuatan
Ada beberapan cara atau teknik pembuatan keramik, yaitu :
1. Teknik coil (lilit pilin)
2. Teknik tatap batu/pijat jari
3. Teknik slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat jari
merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat
bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris.Teknik ini sering dipakai
oleh seniman atau para penggemar keramik.
4. Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang
simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini
sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik
tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki
(kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk
yang sama seperti gentong, guci dll
5. Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang
banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan
cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan
36
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada
pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring,
cangkir, mangkok gelas dll
Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat
membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin
genteng, tegel dinding maupun hiasan dinding dengan berbagai motif seperti binatang
atau tumbuh-tumbuhan
4.7. Sifat – Sifat Bahan Keramik
4.7.1 Sifat Mekanik
Pada umumnya keramik mempunyai sifat yang baik yaitu : keras, kuat dan stabil pada
temperatur tinggi. Tetapi keramik bersifat getas dan mudah patah seperti halnya pada
porselen, ataupun keramik cina.
Kekuatan dan patahan, untuk keperluan perencanaan penting sekali mengetahui kekuatan
patah bahan yang mempunyai retakan – retakan kecil. Karena retakan akan menjurus pada
patahan.
Kekuatan dan struktur, faktor yang mempengaruhi struktur keramik dan juga kekuatannya
adalah kehalusan permukaan, volume dan bentuk dari pori, ukuran dan bentuk butir, jenis
dan bentuk fasa batas butir dan cacat yang disebabkan oleh tegangan dalam seperti
tegangan termal.
Kekerasan, adalah ukuran tahanan bahan terhadap deformasi plastis pada permukaan
bahan.
Kekuatan pada temperatur tinggi, keramik mempunyai ketahanan termal dan kestabilan
kimia serta mempunyai kemungkinan pemakaian pada temperatur tinggi sebagai bahan
teknik yang baru, yang tidak dapat dilakukan logam.
4.7.2 Sifat Termal
Semua keramik dibuat melalui pemanasan pada temperatur tinggi dan sejumlah
keramik dimanfaatkan karena sifat termalnya yang unggul, seperti tahan panas, hantaran
panas, ketahanan terhadap kejutan termal.
Sifat termal dasar keramik diantaranya adalah mempunyai :
Titik cair.
Kapasitas panas.
Pemuaian termal.
Konduksi termal.
Tegangan termal dan tahanan kejut termal.
4.7.3 Sifat Listrik dan Magnit
Keramik tidak menghantar listrik secara praktis, berguna sebagai bahan isolasi untuk
waktu yang panjang.Kebanyakan sifat dari bahan yang disebut keramik ditentukan oleh
kelakuan electron yang dimiliki atom atau ion yang membentuk bahan.
4.7.4. Sifat – Sifat Lainnya
37
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Sifat optic, hubungan antara keramik dengan cahaya sangat erat dan telah lama dipakai
pada kaca jendela, peralatan rumah tangga, bidang kesehatan dan lainnya.
Sifat kimia, kestabilan kimia dari permukaan keramik dapat dimanfaatkan secara positif.
38
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Sebagai penutup lantai. Adalah fungsi yang paling popular sebagai bahan lapis lantai baik
itu bagian dalam ataupun luar bangunan. Keramik yang digunakan sebagai pelapis/penutup
lantai umumnya memiliki permukaan yang agak kasar dan sedikit bertekstur.
Sebagai penutup dinding. Keuntungan menggunakan keramik sebagai pelapis dinding
adalah dapat memberikan kesan bersih pada dinding dan mudah dalam perawatannya.
Keramik digunakan sebagai pelapis dinding juga dapat dipergunakan di dalam atau di luar
gedung / bangunan.
Sebagai elemen estetika. Pada interior bangunan (rumah) unsur keramik dapat
diaplikasikan kedalam berbagai situasi. Tingkat fleksibilitas keramik pada bangunan (rumah)
yang cukup tinggi, akan mudah dalam mengaplikasikannya ke dalam berbagai bentuk sesuai
dengan perancangan.
Genteng keramik. Suatu unsur bangunan yang berfungsi sebagai penutup atap dan tidak
hancur jika direndam dalam air.
Pipa keramik. Pipa yang terbuat dari tanah liat dan dibakar pada suhu tinggi, sehingga jika
direndam dalam air tidak akan hancur.
Fungsi lain keramik sebagai bahan pelapis permukaan. Yaitu pelapis meja dapur, pelapis
kolam renang, jalan (trotoar, taman), ataupun sebagai hiasan eksterior bangunan asalkan
disesuaikan dengan jenis keramiknya.
39
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Kallan :
- tinggi 10 10 10
- panjang 30 30 30
- lebar 10 10 10
Pipa Keramik. Harus dapat menahan muatan uji seperti ditentukan dalam table di bawah ini
(SNI – 2002), ukuran pipa uji yang bersangkutan selama 5 menit tanpa memperlihatkan
adanya tanda – tanda retak atau cacat lainnya.
Diameter (cm) Muatan uji (kgf)
10 1.200
12,5 1.300
15 1.400
20 1.600
25 1.800
30 2.000
Ubin Keramik.
40
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
3. Penyerapan air maksimum dari ubin keramik untuk lantai adalah sebagai berikut :
Jenis ubin Tidak berglasir Berglasir
Porselin 1 2
Stoneware 5 5
Gerabah keras 0 15
4. Sisi – sisi ubin harus lurus, dikatakan lurus jika penyimpangan sisi – sisi dari garis lurus
terbentuk oleh perhubungan dua buah titik sudut yang berturut – turut tidak melebihi
ketentuan berikut ini :
kelurusan tepi (mm)
5. Kuat lentur ubin lantai keramik tidak boleh kurang dari batas yang tercantum seperti berikut
ini :
kuat lentur (kgf/cm2)
Jenis ubin Rata - rata Minimal diizinkan
Porselin 250 200
Stoneware 250 200
Gerabah keras 125 150
41
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Mozaik Keramik
Penyimpangan ukuran – ukuran mozaik keramik harus memenuhi ketentuan berikut ini :
Perbedaan ukuran sisi mozaik
Ukuran sisi (mm) Toleransi terbesar dan terkecil dalam
1 m2 (mm)
> 50 ±3 2
25 – 50 ±2 2
< 25 ±1 1
Tebal ± 0.2
42
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
3. Nat kotor
Penyebabnya adalah :
1. penggunaan bahan pembersih keramik yang berlebihan
2. kualitas bahan pengisi nat yang kurang baik
3. nat yang tidak terisi dengan sempurna
43
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
BEBERAPA CONTOH
PENGGUNAAN KERAMIK
44
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
45
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
46
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Soal Latihan :
Daftar Pustaka
Anonim, Majalah Keramik, Seri Rumah Ide, Edisi 06 I, 2006
Anonym, Majalah Lantai, Serial Lantai, 2006
Frick, H. Koesmartadi, C.H, 1999, Ilmu Bahan Bangunan, Eksploitasi, Pembuatan, Penggunaan dan
Pembuangan, Kanisius, Yogyakarta
J A, Hartono, 1992, Mengenal Keramik Canggih Cerdas dan Biokeramik, Penerbit Andi Offset Yogyakarta
47
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
BAB 5
BETON
Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengetahui
asal mula ditemukannya bahan beton, pengertian dan perkembangan bahan beton, proses
pembuatan beton, sampai dengan mengenal tipe – tipe beton sesuai penggunaannya di
berbagai jenis konstruksi.
Gambaran umum materi :Beton merupakan bahan bangunan yang telah lama digunakan oleh
manusia. Sebagai salah satu bahan yang mudah pembuatannya dan baik kekuatannya,sehingga
penggunaan beton sangatlah luas. Pengetahuan terhadap proses pembuatan, perawatan.
Relevansi Mata Kuliah :Pada bab ini mahasiswa diharapkan menguasai definisi, sifat sifat fisik
dan kimiawi semen dan penggunaan semen dalam berbagai konstruksi. Dasar – dasar
pengetahuan tersebut merupakan prasyarat yang harus dikuasai oleh mahasiswa agar dapat
melakukan pemilihan material dasar penyusun sekaligus merancang campuran beton.Ketika
pengetahuan ini diterapkan di lapangan maka mahasiswa akan memiliki kompetensi dalam
mengawasi proses pengerjaan konstruksi yang melibatkan beton sebagai elemen struktur agar
sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
48
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
pembantu (admixture) untuk mengubah sifat – sifatnya ketika masih berupa beton segar (fresh
concrete) atau beton keras.
Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tariknya kecil.Oleh karena itu
untuk struktur bangunan, beton selalu dikombinasikan dengan tulangan baja untuk
memperoleh kinerja yang tinggi. Beton ditambah dengan tulangan baja menjadi beton
bertulang (reinforced concrete) dan jika ditambah lagi dengan baja prategang akan menjadi
beton pra tekan (prestressed concrete).
Reinforced concrete = concrete + reinforced steel
Prestressed concrete = reinforced concrete + prestressed steel
5.3. Presentase Komposisi
Pada beton yang baik, setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar.demikian
pula halnya dengan ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. jadi kualitas pasta atau
mortar menentukan kualitas beton. Semen adalah unsur kunci dalam beton, meskipun
jumlahnya 7 – 15 % dari campuran.Beton dengan jumlah semen yang sedikit (sampai 7 %)
disebut beton kurus (lean concrete), sedangkan beton dengan jumlah semen yang banyak
(sampai 15 %) disebut beton gemuk (rich concrete).
Sifat masing – masing bahan juga berbeda dalam hal perilaku beton segar maupun pada
saat sudah mengeras, selain faktor biaya yang perlu diperhatikan. Di lain pihak, secara
volumetric beton diisi oleh agregat sebanyak 61 – 76 %. Jadi agregat juga mempunyai peran
yang sama pentingnya sebagai material pengisi beton.
Sebagai material komposit, keberhasilam penggunaan beton tergantung pada perencanaan
yang baik, pemilihan dan pengadaan masing – masing material yang baik, proses penanganan
dan proses produksinya.
5.4. Keunggulan Beton
Dari pemakaiannya yang begitu luas maka dapat diduga sejak dini bahwa struktur beton
mempunyai banyak keunggulan dibanding materi struktur yang lain.
Secara lebih rinci sifatnya demikian :
a. Ketersediaan (availability) material dasar.
Agregat dan air pada umumnya bias didapat dari lokasi setempat. Semen pada
umumnya juga dapat dibuat di daerah setempat, bila tersedia. Dengan demikian, biaya
pembuatan relative lebih murah karena semua bahan bisa didapat di dalam negeri,
bahkan bisa setempat. Bahan termahal adalah semen, yang bisa diproduksi dalam
negeri.
Tidak demikian halnya dengan struktur baja, karena harus dibuat di pabrik, apalagi kalau
masih harus import. Pengangkutan menjadi masalah tersendiri bila proyek berada di
tempat yang sulit untuk dijangkau, sementara beton akan lebih mudah karena masing –
masing material bisa diangkut sendiri.
Ada masalah lain dengan struktur kayu, meski problemanya tidak seberat struktur baja,
namun penggunaannya secara massal akan menyebabkan masalah lingkungan, sebagai
salah satu penyebab utama kerusakan hutan.
b. Kemudahan untuk digunakan (versatility)
Pengangkutan bahan mudah, karena masing – masing bisa diangkut secara terpisah.
49
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Beton bisa dipakai untuk berbagai struktur, seperti bendungan, pondasi, jalan, landasan
Bandar udara, pipa, perlindungan dari radiasi, insulator panas. Beton ringan bisa dipakai
untuk blok dan panel. Beton arsitektural bisa untuk keperluan dekoratif.
Beton bertulang bisa dipakai untuk berbagai struktur yang lebih berat, seperti jembatan,
gedung, tendon air, bangunan maritime, instalasi militer dengan beban kejut besar,
landasan pacu pesawat terbang, kapal dan sebagainya.
c. Kemampuan beradaptasi (adaptability)
Beton bersifat monolith sehingga tidak memerlukan sambungan seperti baja.
Beton dapat dicetak dengan bentuk dan ukuran berapapun, misalnya pada struktur
cangkang (shell) maupun bentuk – bentuk khusus 3 dimensi.
Beton dapat diproduksi dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan situasi sekitar.
Dari cara sederhana yang tidak memerlukan ahli khusus (kecuali beberapa pengawas
yang sudah mempelajari teknologi beton), sampai alat modern di pabrik yang serba
otomatis dan terkomputerisasi. Metode produksi modern memungkinkan industry
beton yang professional.
Konsumsi energy minimal per kapasitas jauh lebih rendah dari baja, bahkan lebih rendah
dari proses pembuatan batu bata.
d. Kebutuhan pemeliharaan yang minimal
Secara umum ketahanan (durability) beton cukup tinggi, lebih tahan karat, sehingga tidak
perlu dicat seperti struktur baja dan lebih tahan terhadap bahaya kebakaran.
5.5. Kelemahan Beton dan Cara Mengatasinya
Di samping segala keunggulan di atas, beton sebagai struktur juga mempunyai beberapa
kelemahan yang perlu dipertimbangkan.
a. Berat beton sendiri yang besar, sekitar 2400 kg/m³.
b. Kekuatan tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar.
c. Beton cenderung untuk retak, karena semennya hidraulis. Baja tulangan bisa berkarat,
meskipun tidak terekspos separah struktur baja.
d. Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaannya di lapangan. Beton yang baik maupun
yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan campuran yang sama.
e. Struktur beton sulit untuk dipindahkan. Pemakaian kembali atau daur ulang sulit dan tidak
ekonomis. Dalam hal ini struktur baja lebih unggul, misalnya tinggal melepas sambungan
saja.
Meskipun demikian terdapat beberapa cara untuk memperbaikinya sebagai berikut :
a. Untuk elemen structural : membuat beton mutu tinggi, beton pratekan, atau keduanya,
sedangkan untuk elemen non structural dapat memakai beton ringan.
b. Memakai beton bertulang atau beton pratekan.
c. Melakukan perawatan (curing) yang baik untuk mencegah terjadinya retak, memakai beton
pratekan, atau memakai bahan tambahan yang mengembang (expansive admixture).
d. Mempelajari teknologi beton dan melakukan pengawasan dan control kualitas yang baik.
Bila perlu bisa memakai beton jadi (ready mix) atau beton pracetak.
50
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
e. Beberapa elemen struktur dibuat pracetak (precast) sehingga dapat dilepas per elemen
seperti baja. Kemungkinan untuk melakukan beton recycle sedang dioptimalkan.
5.6. Problematika Beton
Bila dilihat secara sepintas, beton tampaknya sederhana.Namun kalau diamati dengan
lebih seksama, beton sebagai material komposit mempunyai benyak permasalahan.Bayangkan
kita ingin mengaduk sesuatu campuran yang beragam seperti cendol, padahal menginginkan
semua bahan tercampur merata dengan baik. Campuran beton tersebut tidak bisa langsung
menjadi benda kaku (set), tapi proses reaksi hidrasi air dengan semen memakan waktu. Masing
– masing unsur beratnya tidak sama sehingga yang berat seperti agregat cenderung bergerak ke
bawah sedangkan yang ringan seperti air cenderung naik ke atas.
Masing – masing unsur sendiri adalah benda yang kompleks. Semen, misalnya terdiri dari
banyak unsur.Demikian pula agregat. Ukuran, bentuk, kualitas permukaan, berat jenisnya juga
berbeda – beda. Jadi beton dapat dianggap sebagai material komposit. Sifat beton segar
sebelum dipadatkan seperti material berbutir (granular), sedangkan setelah menjadi massa
yang padat masih mungkin terjadi deformasi plastis.
Sifat beton keras juga unik sebab di satu pihak bersifat elastic tetapi di pihak lain non-
elastis. Karena pengikatnya semen hidraulis, reaksi semen dengan air sering mengakibatkan
susut selama pengeringan, sehingga beton penuh dengan cacat seperti retak – retak rambut,
bahkan sebelum menerima beban. Proses perawatan atau curing setelah beton dipadatkan
perlu diperhatikan juga agar beton dapat mencapai kekuatan maksimalnya.
Meskipun beton sudah dibuat dengan proporsi tertentu, bisa terjadi variasi dari satu
takaran ke takaran yang lain. Variasi bisa juga terjadi pada proses, mulai dari penakaran,
pengadukan, penuangan, pemadatan maupun perawatannya. Variasi juga bisa terjadi akibat
pengambilan dan pengujian contoh benda uji.Variasi bisa terfluktuasi sampai 15 % di lapangan.
Jadi dengan demikian, apakah beton adalah material bangunan yang lebih sulit bila
dibanding dengan material yang lain ? jawabannya adalah ya atau tidak. Ya, bila melihat
permasalahan di atas.Tidak, bila sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
memadai untuk menghasilkan beton yang berkualitas baik sesuai rencana, konsisten dan
seragam, yang juga ekonomis.
5.7. Beton Khusus
5.7.1. Beton Ringan
Beton normal merupakan bahan yang relative cukup berat, dengan berat jenis 2,4 atau
berat 2400 kg/m³. Untuk mengurangi beban mati suatu struktur beton atau mengurangi sifat
penghantaran panasnya maka telah banyak dipakai beton ringan.Beton disebut sebagai beton
ringan jika beratnya kurang dari 1800 kg/m³. Pada dasarnya, beton ringan diperoleh dengan
cara penambahan pori – pori udara ke dalam campuran betonnya. Oleh karena itu pembuatan
beton ringan dapat dilakukan dengan cara – cara berikut :
a. Dengan membuat gelembung – gelembung gas / udara dalam adukan semen. Dengan
demikian akan terjadi banyak pori – pori udara di dalam betonnya. Bahan tambahan
khusus (pembentuk gelembung udara dalam beton) ditambahkan ke dalam semen dan
akan timbul gelembung – gelembung udara.
b. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar dan batu apung.
Dengan demikian beton yang terjadi pun akan lebih ringan daripada beton normal.
51
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
c. Pembuatan beton tidak dengan butiran agregat halus. Dengan demikian beton ini
disebut “beton non pasir” dan hanya dibuat dari semen dan agregat kasar saja (dengan
butir maksimum agregat kasar sebesar 20 mm atau 10 mm). Beton ini mempunyai pori –
pori yang hanya berisi udara (yang semula terisi oleh butir – butir agregat).
5.7.2. Beton Kedap Air
Beton kedap air merupakan beton yang tidak dapat ditembus air (Spesifikasi Beton
Bertulang Kedap Air, SNI 03-2914-1992). Beton ini biasanya digunakan untuk bagian bangunan
beton yang berada di daerah air (selalu terkena air) atau digunakan untuk menahan air, pondasi
jembatan di sungai, dinding basement, dinding kolam renang, atap beton, dan sebagainya. Agar
beton tidak dapat dilalui air maka harus rapat (tidak ada pori – pori yang dapat dilalui air),
sehingga beberapa syarat harus dipenuhi, misalnya agregatnya harus tidak berpori, pasta
semen tidak berpori, rekatan antara pasta semen dengan permukaan agregat harus rapat dan
kuat.
Biasanya dalam pembuatan beton kedap air hal pertama yang perlu dilakukan adalah
menggunakan agregat yang tidak berpori.Agregat yang tidak berpori ditandai dengan daya
serap airnya kecil.Jika butir agregat yang tidak berpori sudahdipenuhi, maka usaha selanjutnya
adalah membuat agar pasta semen sulit dilalui oleh air. Pasta semen akan lebih kedap air nilai
factor air semennya kecil.
Karena umumnya pasta semen lebih porous daripada agregat maka pemakaian pasta
diusahakan sesedikit mungkin. Namun demikian jika terlalu sedikit maka banyak pori antar
agregat yang tidak terisi pasta. Untuk mengurangi pemakaian pasta maka diusahakan gradasi
agregat yang rapat.
5.7.3. Beton Massa
Beton massa ialah beton yang dituang dalam volume besar, yaitu perbandingan antara
volume dan luas permukaannya besar, misalnya untuk pondasi jembatan, pilar, bendungan dan
sebagainya. Biasanya dianggap beton massa jika dimensinya lebih dari 60 cm. Pada bendungan,
biasanya dibedakan antara beton massa dalam dan beton massa luar. Beton massa dalam tidak
terpengaruh cuaca (hujan dan terik matahari), adapun beton massa luar yang tebalnya sekitar
2 meter terpengaruh cuaca sehingga ada persyaratan nilai factor air semen maksimum, agar
lebih tahan cuaca.
Pada pembuatan beton massa, salah satu factor yang amat penting untuk diperhatikan
adalah perbedaan temperature bagian dalam dan luar yang terjadi akibat adanya panas hidrasi.
Pada saat penuangan adukan beton ini memang tidak nampak, namun dalam hal beberapa
waktu berikutnya panas mulai di dalam betonnya.Panas yang timbul ini membuat beton
mengembang, namun bagian luar lebih cepat menurun panasnya adapun bagian dalam lebih
lambat dan terjadilah kecenderungan timbulnya retak – ratek. Proses retak – retak ini
berlangsung bersamaan dengan proses pengerasan beton.
Pada tahap proses pengerasan tersebut, beton massa berlaku sama seperti logam besar
yang dituang (dicor) dalam suhu sekitar yang dingin. Lapisan luar mendingin dan menyusut
dahulu, sedangkan lapisan dalam masih sedikit panas yang berarti belum susut, maka terjadilah
perubahan volume, yang menimbulkan kecenderungan untuk retak.Tahap berikutnya, lapisan
bagian dalam mendingin dan menyusut, sehingga menarik lapisan luar yang sudah berhenti
menyusut.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi timbulnya retak – retak akibat
pengaruh suhu tersebut pada beton massa, yaitu :
52
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
a. Digunakan semen sesedikitnya (karena semen adalah sumber panas) dengan cara :
Ukuran butir agregat kasar yang sebesar – besarnya (sebatas yang diijinkan, yaitu 75
mm atau 150 mm), karena makin besar ukuran agregat maksimum yang dipakai
makin sedikit semen yang diperlukan.
Memakai perbandingan berat agregat halus dan agregat kasar yang paling tepat,
agar hanya diperlukan semen yang minimum walaupun kuat tekan betonnya sama.
Jika digunakan ukuran maksimum agregat kasar 75 mm maka berat pasir antara 24
sampai 36 % dari keseluruhan berat agregat halus dan agregat kasarnya. Jika
digunakan ukuran maksimum agregat kasar 150 mm maka berat agregat agregat
halusnya antara 25 – 30 % dari keseluruhan berat agregat halus dan agregat
kasarnya.
Gunakan air sesedikitnya (sebatas yang memungkinkan, hanya untuk keenceran
adukan saja dalam proses pemadatan), karena untuk memperoleh mutu beton yang
sama diperlukan factor air semen sama, berarti akan dipakai semen sedikit jika
airnya sedikit. Pemakaian air sedikit mempunyai konsekuensi adukan beton lebih
kental, sehingga sering hanya mempunyai slump 25 mm saja sehingga
pemadatannya dilakukan dengan compacted roller yang biasanya untuk
memadatkan tanah. Perbandingan antara berat air dan berat semen (factor air
semen) antara 0,5 – 0,7. Jika digunakan ukuran maksimum agregat kasar 75 mm,
maka perbandingan berat antara agregat campuran dan semen berkisar antara 6 - 9.
Jika digunakan ukuran maksimum agregat kasar 150 mm, maka perbandingan berat
antara agregat campuran dan semen berkisar antara 8 – 15.
Digunakan semen khusus yang mempunyai panas hidrasi rendah, misalnya semen
Portland tipe IV, semen Portland tipe II dan semen Portland yang dicampur dengan
pozzolan, misalnya trass, abu terbang (fly ash). Meskipun dipakai semen jenis panas
hidrasi rendah dan campurannya juga dengan jumlah air dan semen yang sedikit,
beton yang dibiarkan saja berhubungan dengan udara terbuk serta selalu disemprot
dengan air selama 3 hari pertama, suhu beton tetap masih naik sekitar 25°C selama
6 – 12 bulan. Kenaikan suhu tersebut akan lebih besar jika digunakan semen
Portland tipe I.
Tuang beton dalam blok – blok dengan ukuran terbatas :
- Tebal tiap lapis antara 40 – 60 cm
- Tiap lapis harus masih lunak ketika lapisan berikutnya disebarkan
Ukuran arah horizontal ditetapkan sedemikian rupa sehingga retak susutan dengan
blok lain di sebelahnya akan cukup lebar untuk dimasuki dengan bahan grouting, agar
antar blok menjadi satu kesatuan yang utuh. Antara 6 – 20 meter tampaknya cukup
membuat celah susutan tersebut.
Lapisan berikutnya baru boleh dituang setelah lapisan tersebut berumur 72 jam.
Tebal seluruh lapisan beton tidak boleh dituang lebih dari 10,5 meter dalam 30 hari.
Berikan aliran air dingin melalui pipa – pipa yang terpendam. Agar panas hidrasi
terdistribusi secara merata di dalam betonnya. Perbedaan temperature terbesar
dapat dijaga dengan cara menentukan jarak pipa, lama pengaliran air, temperature
air yang dimasukkan dan debit air yang dialirkan.
53
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Biasanya digunakan pipa dengan Ø 25 mm, yang dipasang berkelok – kelok seperti
huruf “S” dengan jarak as ke as sekitar 1,50 m arah horizontal. Pipa – pipa tersebut
diletakkan horizontal di atas hamparan adukan setelah adukan mencapai tebal 1,50
m. air dingin (pada temperature air sungai) dialirkan ke dalam pipa tersebut segera
setelah selesai penuangan beton. Panas beton akan berradiasi sampai lapisan
berikutnya dituang.
5.7.4. Ferosemen
Ferosemen adalah mortar semen yang diberi tulangan berupa anyaman kawat baja.
Mortar semen berfungsi sebagai massa dan kawat baja sebagai penambah kekuatan tarik dan
daktilitas. Secara lebih teliti, ferosemen dapat diartikan sebagai beton bertulang dengan bentuk
khusus, yaitu dengan tulangan lebih rapat daripada beton bertulang.Walaupun demikian
ferosemen mempunyai sifat berbeda dengan beton bertulang, terutama pada tingkat tegangan
yang sedang.Karena distribusi dari tulangan yang kecil – kecil tapi lebih merata, maka
memperkecil kemungkinan mortar untuk retak – retak. Selain itu beberapa sifat lain misalnya
ketahanan terhadap pecah, ketahanan terhadap patah lelah, sifat kedap air lebih baik.
Ferosemen merupakan mortar semen yang banyak menggunakan semen, dengan tebal
di antara 10 mm – 60 mm dengan volume tulangan sekitar 6 – 8 %, dengan bentuk tulangan
satu lapis atau lebih.Tulangan itu dapat berupa kawat silang yang dilas atau batang – batang
baja tulangan dengan diameter kecil.
5.7.5. Beton serat
Beton serat (fibre concrete) ialah bagan komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan
lain yang berupa serat. Serat pada umumnya berupa batang – batang dengan diameter antara 5
dan 500 μm (mikro meter) dan panjang sekitar 25 mm sampai 100 mm. bahan serat dapat
berupa : serat asbestos, serat tumbuh – tumbuhan (rami, bamboo, ijuk), serat plastic
(polypropylene) atau potongan kawat baja.
Dalam hal ini serat dapat dianggap sebagai agregat yang bentuknya sangat tidak
bulat.Adanya serat mengakibatkan berkurangnya sifat kemudahan dikerjakan dan mempersulit
terjadinya segregasi.Serat dalam beton itu berguna untuk mencegah adanya retak – retak,
sehingga menjadikan beton serat lebih daktail daripada beton biasa.
Jika serat yang dipakai mempunyai modulus elastisitas lebih tinggi daripada beton,
misalnya kawat baja, maka beton serat akan mempunyai kuat tekan, kuat tarik maupun
modulus elastic yang sedikit lebih tinggi daripada beton biasa. Beton serat bersifat lebih tahan
terhadap benturan dan lenturan, maka cocok dipakai pada landasan pesawat udara, jalan raya
dan lantai jembatan.
5.7.6. Beton Siklop
Beton jenis ini sama dengan beton massa, perbedaannya ialah pada beton ini digunakan
ukuran agregat yang relative besar – besar. Ukruan agregat kasar dapat sampai sebesar 20 cm,
namun proporsi agregat yang lebih besar dari biasanya ini sebaiknya tidak lebih dari 20 %
agregat seluruhnya.Beton ini digunakan pada pembuatan bendungan, pangkal jembatan,
pondasi sumuran dan lain sebagainya.
5.7.7. Beton Hampa (Vacuum Concrete)
Seperti telah diuraikan bahwa air hanya ± 0,25 kali berat semen saja yang dipakai untuk
bereaksi dengan semen, adapun sisanya untuk mengencerkan adukan beton. Beton jenis ini
diaduk dan dituang serta dipadatkan sebagaimana beton biasa, namun setelah beton tercetak
54
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
padat kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut cara vacuum. Dengan
demikian air yang tinggal hanya air yang dipakai untuk reaksi dengan semen sehingga beton
yang diperoleh sangat kuat.
Soal latihan :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan beton dan sebutkan perbedaannya dengan pasta semen dan
mortar ?
2. Sebutkan bahan utama pembuatan beton normal !
3. Jelaskan pengaruh jenis agregat, semen dan takaran air pada bahan beton !
4. Jelaskan sifat – sifat utama beton, apa perbedaannya dengan bahan baja !
5. Sebutkan berbagai jenis teknologi beton yang anda ketahui (minimal 5) !
6. Sebutkan beberapa kelemahan dari beton !
7. Jelaskan cara untuk mengatasi kelemahan dari bahan beton tersebut !
DAFTAR PUSTAKA
1. Frick, H. Koesmartadi, C.H, 1999, Ilmu Bahan Bangunan, Eksploitasi, Pembuatan, Penggunaan
dan Pembuangan, Kanisius, Yogyakarta
2. Nugraha, antoni, 2007, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta
3. Somayaji, S, 1995, Civil Engineering Materials, Prentice-Hall, Inc, New Jersey-USA
4. Surdia T MS, Prof. Ir. Met.E, Shinroku, Prof. Dr, 1987, Pengetahuan Bahan Teknik, Penerbit
Pradnya Paramita, Jakarta
5. Tjokrodimuljo, K. (2006), Teknologi Bahan Bangunan, UGM Press, Yogyakarta.
55
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
BAB 6
BAJA
Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengetahui
asal mula ditemukannya bahan baja, pengertian dan perkembangan bahan baja, proses
pembuatan baja, sampai dengan mengenal berbagai jenis baja sesuai penggunaannya sebagai
elemen konstruksi.
Gambaran umum materi :Bajamerupakan salah satu bahan logam yang telah sejak lama
digunakan untuk membuat berbagai keperluan. Baja memiliki kekuatan dan ketahanan yang
dibutuhkan sebagai elemen structural. Perkembangan teknologi pengolahan baja telah
menghasilkan berbagai jenis baja dengan spesifikasi khusus untuk aplikasi yang berbeda – beda.
Relevansi Mata Kuliah :Pada bab ini mahasiswa diharapkan menguasai definisibaja, kelebihan-
kekurangan bahan baja, jenis – jenis baja berdasarkan bahan penyusunnya dan sifat – sifat
tertentu yang dimilikinya. Dasar – dasar pengetahuan tersebut merupakan prasyarat yang
harus dikuasai oleh mahasiswa agar dapat melakukan pemilihan material baja dalam
perancangan struktur suatu konstruksi. Ketika pengetahuan ini diterapkan di lapangan maka
mahasiswa akan memiliki kompetensi dalam merencanakan struktur baja dan mengawasi
proses pekerjaan konstruksi di lapangan.
56
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Kekuatan Tinggi
Dewasa ini baja bisa diproduksi dengan berbagai kekuatan yangbisa dinyatakan dengan
kekuatan tegangan tekan lelehnya (Fy) atau olehtegangan tarik batas (Fu). Bahan baja
walaupun dari jenis yang palingrendah kekuatannya, tetap mempunyai perbandingan kekuatan
per-volumelebih tinggi bila dibandingkan dengan bahan-bahan bangunan lainnya yangumum
dipakai.Hal ini memungkinkan perencanaan sebuah konstruksi bajabisa mempunyai beban mati
yang lebih kecil untuk bentang yang lebihpanjang, sehingga.memberikan kelebihan ruang dan
volume yang dapatdimanfaatkan akibat langsingnya profil-profil yang dipakai.
Kemudahan Pemasangan
Semua bagian-bagian dari konstruksi baja bisa dipersiapkan dibengkel, sehingga satu-
satunya kegiatan yang dilakukan di lapangan ialahkegiatan pemasangan bagian-bagian
konstruksi yang telah dipersiapkan.Sebagian besar dari komponen-komponen konstruksi
mempunyai bentukstandar yang siap digunakan bisa diperoleh di toko-toko besi,
sehinggawaktu yang diperlukan untuk membuat bagian-bagian konstruksi baja yangtelah ada,
juga bisa dilakukan dengan mudah karena komponen-komponenbaja biasanya mempunyai
bentuk standar dan sifat-sifat yang tertentu, sertamudah diperoleh di mana-mana.
57
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Keseragaman
Sifat-sifat baja baik sebagai bahan bangunan maupun dalam bentukstruktur dapat
terkendali dengan baik sekali, sehingga para ahli dapatmengharapkan elemen-elemen dari
konstruksi baja ini akan berperilakusesuai dengan yang diperkirakan dalam perencanaan.
Dengan demikianbisa dihindari terdapatnya proses pemborosan yang biasanya terjadi
dalamperencanaan akibat adanya berbagai ketidakpastian.
Daktilitas
Sifat dari baja yang dapat mengalami deformasi yang besar dibawah pengaruh tegangan
tarik yang tinggi tanpa hancur atau putus disebutsifat daktilitas. Adanya sifat ini membuat
struktur baja mampu mencegahterjadinya proses robohnya bangunan secara tiba-tiba. Sifat ini
sangatmenguntungkan ditinjau dari aspek keamanan penghuni bangunan bilaterjadi suatu
goncangan yang tiba-tiba seperti misalnya pada peristiwagempa bumi.
58
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
− Tegangan leleh untuk perencanaan (f y) tidak bolehdiambil melebihi nilai yang diberikan
Tabel 6.1.
− Tegangan putus untuk perencanaan (fu) tidakboleh diambil melebihi nilai yang diberikan
Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Sifat mekanis baja struktural
Sumber: Amon dkk, 1996
Tegangan leleh
Tegangan putus Peregangan
Jenis Baja minimum, fy,
minimum, fu, MPa Minimum (%)
MPa
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
59
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Bentuk kanal dan siku cocok untukelemen-elemen kecil seperti lapisantumpuan sekunder
dan sub-elemenpada rangka segitiga.Bentukpenampang persegi, bulat, danpersegi empat yang
berlubangdihasilkan dalam batasan ukuranyang luas dan digunakan sepertihalnya pelat datar
dan batang soliddengan berbagai ketebalan.Perincian ukuran dan geometri yangdimiliki seluruh
penampang standardidaftarkan dalam tabel penampangyang dibuat oleh pabrik baja.
60
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Komponen struktur baja dapat juga dihasilkan dengan pencetakan,yang dalam kasus
yang sangat kompleks memungkinkan pembuatan bentukpenampang yang sesuai dengan
kebutuhan. Akan tetapi, teknik inibermasalah ketika digunakan untuk komponen struktur, yang
disebabkanoleh kesulitan untuk menjamin mutu cetakan yang baik dan sama dikeseluruhan
bagian.
61
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
satuan SI, penampang W18 X 97disebut sebagai W460 x 142 yang tingginya 460 mm dan
massanya 142kg/m).
Balok Standar Amerika [Gambar 6.4(b)] yang biasanya disebutbalok I memiliki sayap
(flange) yang pendek dan meruncing, serta badanyang tebal dibanding dengan profil sayap
lebar.Balok I jarang dipakaidewasa ini karena bahan yang berlebihan pada badannya dan
kekakuanlateralnya relatif kecil (akibat sayap yang pendek).
Kanal [Gambar 6.4(c)] dan siku [Gambar 6.4(d)] sering dipakai baiksecara tersendiri atau
digabungkan dengan penampang lain. Kanal misalnyaditunjukkan dengan C12 X 20,7, yang
berarti tingginya 1.2 in dan beratnya20,7 pon per kaki. Siku diidentifikasi oleh panjang kaki
(yang panjang ditulislebih dahulu) dan tebalnya, seperti, L6 X 4 X 3
Profil T struktural [Gambar 6.4(e)] dibuat dengan membelah duaprofil sayap lebar atau
balok I dan biasanya digunakan sebagai batang padarangka batang (truss). Profil T misaInya
diidentifikasi sebagai WT5 X 44,dengan 5 adalah tinggi nominal dan 44 adalah berat per kaki;
profil T inididapat dari W10 X 88,
Penampang pipa [Gambar 6.4(f)] dibedakan atas "standar", "sangatkuat", dan "dua kali
sangat kuat" sesuai dengan tebalnya dan jugadibedakan atas diameternya; misalnya, diameter
10 in-dua kali sangat kuatmenunjukkan. ukuran pipa tertentu.
Gambar 6.4.Standar Tipe Penampang Profil Baja Canai Panas (Macdonald, 2002)
62
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Banyak profil lainnya dibentuk dalam keadaan dingin (cold-formed)dari bahan plat
dengan tebal tidak lebih dari 1 in, seperti yang diperlihatkanpada Gambar 6.5 dan Gambar 6.6.
Beberapa keuntungan baja profil dinginantara lain:
− Lebih ringan
− Kekuatan dan kakuan yang tinggi
− Kemudahan pabrikasi dan produksi masal
− Kecepatan dan kemudahan pendirian
− Lebih ekonomis dalam pengangkutan dan pengelolaan
Baja profil keadaan dingin dapat diklasifikasikan menjadi:
Gambar 6.6. Beberapa Profil Lembaran – Lembaran Panel dan Dek (Schodek, 1999)
63
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Soal Latihan :
1. Apakah kelebihan penggunaan bahan baja sebagai material struktur bangunan?
2. Sebutkan sifat-sifat mekanis baja?
3. Sebutkan jenis-jenis profil baja di pasaran berdasarkan klasifikasiproses pembentukannya?
DAFTAR PUSTAKA
Ariestadi, Dian, 2008, Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK, Jakarta, Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
64
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
BAB 7
BAMBU
Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengetahui
seluk beluk tanaman bambu, kelebihan sifat – sifat teknis batang bambu, proses pengawetan
bamboo sebelum diolah, sampai dengan mengenal berbagai jenis aplikasi bamboo sebagai
bahan konstruksi.
Gambaran umum materi :Bamboo merupakan salah satu hasil hutan yang memiliki kelebihan
sifat – sifat fisik dan mekanik dibanding baja, kayu dan beton. Umur tanaman bamboo yang
pantas untuk dipanen adalah sekitar 5-6 tahun, jika dibandingkan dengan kayu yang
membutuhkan 10 tahun untuk mencapai kekuatan dan keawetan alaminya. Bamboo yang
diberi perlakuan pengawetan yang memadai akan mampu bertahan sampai ± 20 tahun.
Tanaman bamboo memiliki kemampuan konservasi lingkungan yang terbaik dibanding tanaman
hutan lainnya.Berbagai jenis teknik penyambungan dan pengolahan batang bamboo yang
berkembang memungkinkan bamboo digunakan sebagai elemen struktur yang memikul beban
berat, misalnya jembatan, struktur rangka atap dome sampai dengan konstruksi bangunan
gedung.
Relevansi Mata Kuliah :Pada bab ini mahasiswa diharapkan menguasai seluk beluk tanaman
bambu, jenis – jenis tanaman bamboo dan sifat – sifat tertentu yang dimilikinya. Dasar – dasar
pengetahuan tersebut merupakan prasyarat yang harus dikuasai oleh mahasiswa agar dapat
melakukan pemilihan material bamboo dalam aplikasi perancangan struktur. Ketika
pengetahuan ini diterapkan di lapangan maka mahasiswa akan memiliki kompetensi dalam
merencanakan suatu struktur dengan menggunakan bahan – bahan alternative.
Bambu adalah rumput berkayu berbentuk pohon atau perdu.Bambu adalah tanaman
yang termasuk ordo Gramineae, familia Bambuseae. Bambu merupakan tumbuhan berumpun,
berakar serabut yang batangnya berbentuk silinder dengan diameter bervariasi mengecil mulai
dari ujung bawah sampai ujung atas, berongga, keras dan mempunyai pertumbuhan primer
yang sangat cepat tanpa diikuti pertumbuhan sekunder, sehingga tingginya dapat mencapai 40
m. Silinder batang bambu tersebut dipisahkan oleh nodia/ruas, yaitu diafragma-diafragma yang
arahnya transversal
Berdasarkan pertumbuhannya, bambu dapat dibedakan dalam dua kelompok besar,
yaitu bambu simpodial dan bambu monopodial. Bambu simpodial (Gambar 7.1.a) tumbuh
dalam bentuk rumpun, setiap rhizome hanya akan menghasilkan satu batang bambu, bambu
muda tumbuh mengelilingi bambu yang tua. Bambu simpodial tumbuh di daerah tropis dan
subtropis, sehingga hanya jenis ini saja yang dapat dijumpai di Indonesia.Bambu monopodial
65
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
(Gambar 7.1.b.) berkembang dengan rhizome yang menerobos ke berbagai arah di bawah
tanah dan muncul ke permukaan tanah sebagai tegakan bambu yang individual.
Seribu species bambu dalam 80 genera telah ditemukan di dunia, sekitar 200 species
dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan Widjaja, 1995), sedangkan di
Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis. Tanaman bambu Indonesia ditemukan di dataran rendah
sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m dpl.
Barisan rumpun bambu seringkali dijadikan sebagai pembatas dari suatu wilayah
desa.Barisan rumpun bambu ini bertindak sebagai benteng bagi desa berasngkutan, karena
rumpun bambu yang rapat sangat sulit ditembus orang, sehingga bambu berpengaruh pada
keamanan lingkungan. Sisi positif lain dari adanya rumpun bambu, adalah mencegah terjadinya
erosi pada daerah tepian sungai. Hal ini dikarenakan akar dan batang bambu yang kuat dan
rapat mampu meningkatkan kestabilan tanah agar tidak longsor ke sungai.
Bambu dapat digunakan untuk hal yang berbeda-beda sesuai dengan umurnya:
66
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Bambu adalah material yang berbentuk tidak prismatis dengan bagian melintang
mengecil pada bagian atas, dan mempunyai jarak nodia yang tidak sama sepanjang batang. Hal
inilah yang menjadikan bentuk bambu unik dan artisrik, namun bentuk demikian membuat
aplikasi bambu sebagi struktur sulit dalam perangkainya.
a. Kulit luar
Kulit luar adalah bagian yang paling luar atau paling atas, biasanya berwarna hijau atau
hitam .Tebal kulit bambu relative seragam pada sepanjang batang yaitu kurang lebih 1mm,
sifatnya keras dan kaku.Maka dari itu bambu yang tipis akan mempunyai porsi kulit besar,
sehingga kekuatan rata-ratanya tinggi, sedangkana pada bambu tebal berlaku sebaliknya
(Morisco, 1999).
b. Bambu bagian luar
Bagian ini terletak dibawah kulit atau diantara kulit luar dan bagian tengah.Tebal bagian ini
kurang lebih 1mm, sifatnya keras dan kaku.
c. Bagian tengah
Bagian tengah terletak dibawah luar atau antara bagian luar dan bagian dalam, disebut
juga daging bambu.Tebalnya kurang lebih 2/3 dari tebal bambu, seratnya padat dan
elastis.Untuk bagian tengah yang paling bawah sifat seratnya agak kasar
d. Bagian dalam
Bagian dalam adalah bagian yang paling bawah dari tebal bambu, sering disebut pula hati
bambu.Sifat seratnya kaku dan mudah patah.
67
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Seperti halnya tebu, bambu mempunyai ruas dan buku.Pada ruas-ruas ini pula tumbuh
akar-akar sehingga pada bambu dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-
potongan setiap ruasnya, disamping tunas-tunas rimpangnya.
68
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
yang efektif. Internodia sangat berpengaruh pada perancangan bambu sebagai elemen
tarik (balok).
7.3. Jenis-Jenis Bambu
Dari ketiga belas jenis bambu, tersebut yang mudah ditemui dan aplikasinya di
Indonesia sebagai bahan konstruksi paling banyak adalah:
a. Gigantochloa Apus (Bambu apus, bambu tali)
Menurut Morisco 1999, bambu apus dapat tumbuh di dataran rendah maupun
pegunungan, dengan tinggi batang 8 – 13 m, jarak ruas 45 – 65 cm, diameter 5 – 8cm dan
tebal 3 – 15 mm. Warna kulit batang bambu apus hijau tua sampai hitam. Jenis bambu ini
69
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
kuat, liat , lurus sehingga baik untuk bahan bangunan. Disamping itu seratnya yang panjang
dan kuat akan menghasilkan anyaman yang stabil. Menurut Sulthoni (1988), karena pahit
bambu apus paling tahan terhadap serangga sekalipun tidak diwetkan.
b. Dendrocalamus Asper (Bambu petung)
Bambu ini mempunyai diameter relative besar bila dibandingkan bambu jenis lain. Bila
dibandingkan dengan diameternya , maka ruas bambu petung lebih pendek yaitu antara 40
– 60 cm, dengan diameter mencapai 20 cm, tebal 10 -15 mm, dan panjang batang 10 – 20
m. Karena itu bambu petung biasa dipakai sebagai elemen tekan (kolom) karena
kemampuan menahan tekuk tinggi.
c. Bambusa Spinosa Bluemeana (Bambu ori)
Sifat bambu ori hampir sama dengan bambu petung, yaitu kuat, keras dan berdiameter
besar, dengan jarak ruas pendek-pendek. Bagian luar bambu ori lebih halus dan licin bila
dibanding bambu lainnya (Frick, 2004). Dari hasil penelitian memperlihatakan bambu ori
mempunyai kuat tarik yang tertinggi.
d. Gigantochloa Verticillite (Bambu wulung/hitam)
Bambu wulung mempunyai rumpun yang tidak rapat, dengan warna kulit batang hitam,
hijau kehitaman, dan ungu tua, bergaris kuning muda, panjang ruas 40 – 50cm, diameter 6
– 8cm (Morisco, 1999). Karena sifatnya yang tidak liat (getas), bambu wulung banyak
dipakai sebagai bahan kerajinan.
7.4. Sifat Dasar Bambu
Pengetahuan tentang sifat dasar material merupakan informasi penting guna memberi
petunjuk tentang cara pengerjaan maupun sifat barang yang dihasilkan. Hasil pengujian sifat
fisis dan mekanis bambu telah diberikan oleh Ginoga (1977) dalam taraf pendahuluan.
Pengujian dilakukan pada bambu apus (Gigantochloa apus Kurz.) dan bambu hitam
(Gigantochloa nigrocillata Kurz.)
7.4.1. Anatomi
Struktur anatomi bambu berkaitan erat dengan sifat-sifat fisik dan mekaniknya. Menurut
Liesse (1980), bambu memiliki cici-ciri pertumbuhan primer yang sangat cepat tanpa diikuti
pertumbuhan sekunder, batangnya beruas-ruas, semua sel yang terdapat pada inter nodia
mengarah pada sumbu aksial, sedang pada nodia mengarah pada sumbu transversal. Batang
bambu terdiri atas sekitar 50% parenkim, 40% serat dan 10% sel penghubung (pembuluh dan
sieve tubes) Dransfield dan Widjaja (1995). Parenkim dan sel penghubung lebih banyak
70
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
ditemukan pada bagian dalam dari batang, sedangkan serat lebih banyak ditemukan pada
bagian luar. Sedangkan susunan serat pada ruas penghubung antar buku memiliki
kecenderungan bertambah besar dari bawah ke atas sementara parenkimnya berkurang. Serat-
serat bambu merupakan unsur-unsur penyusun jaringan sklerenkim. Serat berfungsi sebagai
faktor kekuatan bambu. Serat merupakan sel yang berdinding tebal, berbentuk memanjang dan
bagian ujungnya meruncing. Panjang serat semakin bertambah dari dinding dalam ke dinding
luar.
Perubahan dimensi bambu tidak sama dari ketiga arah struktur radial, tangensial dan
longitudinal, sehingga bambu bersifat anisotropis. Kedua jenis perubahan dimensi mempunyai
arti yang sama penting, tetapi berdasarkan pengalaman praktis yang lebih sering menggunakan
bambu dalam keadaan basah, maka pengerutan bambu menjadi perhatian yang lebih besar
dibanding pengembangannya. Angka pengerutan total untuk bambu normal berkisar antara
4,5% sampai 14% dalam arah radial, 2,1% sampai 8,5% dalam arah tangensial dan 0,1% sampai
0,2% dalam arah longitudinal (Prawirohatmojo, 1988).
Menurut Haygreen dan Bawyer (1980), sifat fisika dan mekanika kayu dipengaruhi oleh
tiga hal yaitu :
a. Volume rongga
b. Struktur sel
c. Kadar air
Liesse menyatakan bahwa secara anatomi dan kimiawi bambu dan kayu hampir sama,
oleh karena itu faktor-faktor kadar air dan berat jenis yang sangat berpengaruh pada kayu juga
berpengaruh pada sifat-sifat bambu seperti yang tercantum pada Tabel 7.2. dan Tabel 7.3.
Tabel 7.2. Sifat fisis dan mekanis bambu hitam dan bambu apus
No. Sifat Bambu hitam Bambu apus
1. Keteguhan lentur static
a. Tegangan pada batas proporsi (kg/cm2) 447 327
b. Tegangan pada batas patah (kg/cm2) 663 546
c. Modulus elastisitas (kg/cm2) 99000 101000
d. Usaha pada batas proporsi (kg/dcm3) 1,2 0,8
e. Usaha pada batas patah (kg/dm3) 3,6 3,3
2. Keteguhan tekan sejajar serat (tegangan maximum, kg/cm2) 489 504
3. Keteguhan geser (kg/cm2) 61,4 39,5
71
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Sifat mekanik adalah sifat yang berhubungan dengan kekuatan bahan dan merupakan
ukuran kemampuan suatu bahan untuk menahan gaya luar yang bekerja padanya. Sifat
mekanika bambu diketahui dari berbagai penelitian yang bertujuan untuk memanfaatkan
bambu secara maksimal sebagai struktur dan bahan bangunan. Salah satu penelitian tentang
bambu dilakukan oleh Morisco, penelitian ini didorong oleh kenyataan bahwa kuat tarik bambu
sangat tinggi, sedang dalam praktek kekuatan ini belum dimanfaatkan karena belum adanya
metoda penyambungan bambu yang dapat menghasilkan sambungan dengan kekuatan yang
memadai. Sifat mekanik bambu dipengaruhi oleh:
a. Jenis spesies
b. Umur saat ditebang
c. Kandungan air
d. Posisi batang (pangkal, tengah, ujung)
e. Posisi nodia dan internodia.
Sifat-sifat mekanik daripada bambu yang meliputi tegangan tarik, tekan, lentur dan
modulus elastisitas seperti yang terdapat pada Tabel 2.4. dan Tabel 7.5. berikut ini:
72
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Tabel 7. 5. Hasil pengujian 3 spesies bambu, Gigantochloa Apuz Kruz, Gigantochloa Verticillata
Munro, dan Dendracalamus Asper Backer
Sifat Kisaran Jumlah specimen
Kuat tarik 1180 - 2750 kg/cm² 234
Kuat lentur 785 – 1960 kg/cm² 234
Kuat tekan 499 – 588 kg/cm² 234
E tarik 87280 – 313810 kg/cm² 54
E tekan 55900 – 211820 kg/cm² 234
Batas regangan tarik 0.0037 – 0.0244 kg/cm² 54
Berat jenis 0.67 – 0.72 kg/cm² 132
Kadar lengas 10.04 – 10.81 % 117
Sumber: Siopongco dan Munandarr,1987
Tabel 7.4. dan Tabel 7.5. merekomendasikan tegangan ijin yang dapat dipakai untuk
berbagai macam bambu. Tentunya tegangan ijin yang direkomendasikan ini cenderung pada
sistem yang aman untuk pemakaian berbagai macam bambu. Dengan demikian angka-angka
tersebut jika dipakai sebagai dasar dalam perancangan, tentunya akan menghasilkan struktur
yang aman (Morisco, 1999)
73
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Sumber:Morisco,1999
Pengujian sifat mekanik yang ditujukan untuk membedakan kekuatan tarik sejajar sumbu
batang dilakukan pada bambu tanpa maupun dengan buku menunjukkan bahwa bambu tanpa
buku lebih kuat daripada bambu dengan buku. Hal ini disebakan karena pada buku ada
sebagian serat bambu yang berbelok, dan sebagian lagi tetap lurus. Karena itu buku bambu
adalah bagian terlemah terhadap gaya tarik sejajar sumbu batang. Dengan demikian
perancangan struktur bambu sebagai batang tarik harus didasarkan pada bagian buku.
Selain itu kekuatan pada bambu juga dipengaruhi oleh posisinya, bagian terkuat dari
bambu adalah kulit. Kekuatan kulit ini sangat jauh lebih tinggi daripada kekuatan bambu bagian
dalam. Sedangkan kuat tekan bambu semakin meningkat sesuai dengan umur bambu tersebut.
Tabel 7. 7. Kuat tarik dan kuat tekan rata-rata bambu pada berbagai posisi
Jenis bambu Bagian Kuat tarik Kuat tekan
(kg/cm²) (kg/cm²)
Petung Pangkal 2.278 2.769
Tengah 1.770 4.089
Ujung 2.080 5.479
Tutul Pangkal 2.394 5.319
Tengah 2.917 5.428
Ujung 4.488 4.639
Galah Pangkal 1.920 3.266
Tengah 3.350 3.992
Ujung 2.324 4.048
Tali Pangkal 1.442 2.158
Tengah 1.368 2.880
Ujung 1.735 3.354
Dendeng Pangkal 2.214 4.641
Tengah 2.513 3.609
Ujung 3.411 3.238
Sumber:Morisco,1999
74
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
1. Berat Jenis
Berat jenis bambu adalah perbandingan berat bambu terhadap berat suatu volume air
yang sama dengan volume bambu tersebut. Berat jenis dan kerapatan bambu menentukan sifat
fisika dan mekanikanya. Hal ini disebabkan nilai berat jenis dan kerapatan bambu ditentukan
oleh banyaknya zat kayu. Menurut Liese (1980) berat jenis bambu berkisar antara 0,5 – 0,9
gr/cm³.
Bambu mempunyai perbandingan kekuatan dan berat yang sangat tinggi sehingga efisien
dan efektif untuk digunakan sebagai bangunan.
2. Kandungan air
Bambu seperti halnya kayu merupakan zat higroskopis artinya mempunyai afinitas
terhadap air, baik dalam bentuk uap atau cairan. Kandungan air pada bambu akan berpengaruh
pada kekuatan bambu. Menurut Janssen (1998) kekuatan suatu bahan menurun dengan
naiknya kadar air pada bahan tersebut.
Penyerapan dan pengeluaran air yang berulang-ulang biasanya diikuti dengan retak dan
pecah pada bambu. Untuk mengatasi keadaan tersebut maka beberapa cara yang perlu
diperhatikan diantaranya adalah menyimpan bambu pada ruang yang tidak lembab, lantai
kering dan sirkulasi udara lancar.
Morisco dan Triwiyono (2000) melakukan penelitian kadar air serta berat jenis bambu
petung. Pengukuran kadar air dilakukan seharis setelah penebangan. Hasil penelitiannya
tercantum pada Tabel 7.8. berikut:
75
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
3. Kembang susut
Kembang susut bambu perlu diperhatikan agar struktur bangunan bambu tidak
mengalami perubahan bentuk dan penurunan kualitas akibat adanya penyusutan. Adanya
perubahan bentuk ini tentunya akan mengurangi nilai fungsi dari sebuah struktur bangunan,
misalnya penyusutan pada pintu dan jendela sehingga tidak bisa dibuka, retaknya kaca, dll.
76
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
kemungkinan perubahan kekuatannya dilakukan uji keteguhan tarik dan hasilnya seperti yang
tercantum pada Tabel 7.9.
Tabel 7. 9. Data derajat putih dan keteguhan tarik bambu tali (Gigantochloa apus) yang telah diputihkan
Derajat putih (%) Keteguhan tarik (kg/cm2)
Umur dan bagian bambu
Diputihkan Tak diputihkan Diputihkan Tak diputihkan
6 bulan
- ujung 67,29 43,54 90,87 102
- tengah 68,42 44,71 98,33 133
- pangkal 60,51 39,42 164 248
1 tahun
- ujung 62,94 38,77 160,27 192
- tengah 56,66 36,86 186,40 239
- pangkal 62,69 37,36 178,53 210
Sumber : Zulnely dan Dahlian (1999)
Selain pencerahan warna bambu, pada beberapa tujuan produksi kadang ditemukan
keinginan untuk menampilkan bambu dalam warna kulit alaminya. Hal ini disebabkan karena
kecenderungan kulit bambu untuk berubah warna menjadi kuning setelah melalui proses
pengeringan alami. Pengawetan mengenai warna hijau kulit bambu telah dilaksanakan pada
bambu andong (Gigantochloa verticillata Munro.) oleh Barly dan Ismanto (1998). Hasil dari
penelitian ini adalah kulit bambu cenderung untuk tetap berwarna hijau sesuai dengan warna
alaminya. Pengawetan warna hijau kulit bambu andong dengan menggunakan campuran
larutan terusi dan nikel sulfat dengan pengeringan selama 14 - 28 hari.
Salah satu kendala pemakain bambu untuk struktur bangunan adalah tingkat keawetan
bambu yang rendah sehingga masa layan bangunan pun menjadi lebih pendek dibanding
material lain seperti kayu, beton, baja, dll.
Menurut Liese (1980), bambu tanpa pengawetan hanya dapat tahan satu sampai tiga
tahun jika langsung berhubungan dengan tanah dan tidak terlindung terhadap cuaca. Bambu
yang terlindung terhadap cuaca dapat tahan empat sampai tujuh tahun. Tetapi untuk
lingkungan yang ideal, sebagai rangka, bambu dapat tahan sepuluh sampai 15 tahun. Adapun
upaya yang bisa dilakukan untuk memperpanjang masa layan bambu untuk bangunan adalah
dengan berbagai macam cara.
77
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Perencanaan yang dimaksud adalah pengaturan letak, posisi dari struktur bambú itu
sendiri, yang intinya agar bambu tidak berhubungan langsung dengan cuaca luar dan tanah,
yaitu dengan:
a. Membuat struktur bambu tidak berhubungan langsung dengan tanah, agar tidak
terpengaruh kelembaban (rumah panggung, membungkus bambu dengan beton)
b. Melindungi struktur bambu dari pengaruh langsung cuaca, misalnya dengan: membuat
tritisan lebar, memakai penutup atap yang rapat air, dll
c. Mengatur posisi batang bambu, bambu yang disusun secara vertical ternyata lebih awet
dibanding susunan bambu horizontal, karena pada susunan vertical air lebih
mudah/cepat mengalir
7.8.2. Pengawetan
Menurut Liese (1980), bambu tanpa pengawetan hanya dapat tahan satu sampai-tiga
tahun jika langsung berhubungan dengan tanah dan tidak terlindung terhadap cuaca. Bambu
yang terlindung terhadap cuaca dapat tahan empat sampai tujuh tahun. Tetapi untuk
lingkungan yang ideal, sebagai rangka, bambu dapat tahan sepuluh sampai 15 tahun.
Pengawetan bambu sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, agar zat pengawet dapat cepat
meresap dalam batang bambu.
a. Tradisional
1. Perendaman
Perendamanbambu di dalam air mengalir, tergenang, atau lumpur selama kurun waktu
3-12 bulan. Sulthoni (1988) menjelaskan bahwa perendaman bambu di dalam air (Gambar
7.3.) akan mengakibatkan proses biologis yang rnengakibatkan terjadinya fermentasi pada
pati yang terkandung di dalam bambu, sehingga hasil fermentasi ini dapat larut di dalam
air. Dengan demikian perendaman bambu di dalam air dapat menurunkan kadar pati
bambu, sehingga bambu tidak diserang kumbang bubuk
78
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
79
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Agar larutan pengawet mengalir, maka drum sebaiknya diletakkan 10 m dari tanah.
Larutan pengawet akan mengalir dalam batang bambumelalui pembuluh aliran sap (air
bambu). Penguapan kandungan air melewati daun-daun akan mengakibatkan cairan
pengawet terserap naik sampai ke ujung. Sisa bahan pengawet yang mengalir keluar pada
ujung dapat digunakan kembali. Cara pengawetan ini tidak mudah pelaksanaannya dan
keberhasilnya sulit untuk dikontrol.
Keterangan gambar :
a. Drum larutan pengawet
b. Pipa tahan tekanan
c. Katup
d. Pipa baja
e. Nosel dengan kelem
f. Penampung tetesan
Pada tahun 1997 Morisco telah melakukan penelitian untuk memodifikasi pengawetan
Boucherie, dengan cara menggantikan pompa listrik dengan tabungbertekanan yang dapat
dipompa secara manual seperti pada Gambar 7.6. berikut. Sistem pengawetan seperti ini
dinilai sangat efektif dalam mencegah serangan serangga pada bambu, karena zat
pengawet lebih meresap ke dalam kulit dan daging bambu akibat adanya tekanan yang
sangat tinggi.
80
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
81
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Pelaksanaan pengawetan terdiri atas tiga tahap, yaitu persiapan, pemasukan bahan
pengawet yang bersamaan dengan pendorongan keluar sap bambu, dan pengeringan.
Setelah larutan pengawet dimasukkan ke dalam bambu, maka akan terjadi difusi larutan
pengawet didalam batang bambu. Selanjutnya residu larutan pengawet akan keluar lewat
ujung bambu, dan ditampung dalam gelas transparan. Setelah sap bambu habis, larutan
pengawet akan mulai menetes ditandai dengan munculnya warna merah. Proses
82
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Menurut Morisco (2005), pengawet yang digunakan adalah zat yang ramah lingkungan,
sehingga tidak membahayakan kesehatan manusia dan tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan. Bahan pengawet yang telah diizinkan oleh Komisi Pestisida Departemen
Pertanian untuk diedarkan di Indonesia adalah sebagaimana yang tercantum pada Tabel
7.10. berikut:
83
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
kelembaban yang terlalu berfluktuasi akan mengakibatkan bambu menjadi pecah, kulit
mengelupas, dan kerusakan lainnya. Sebaliknya bila kondisi pengeringan yang terlalu lambat
akan menyebabkan bambu menjadi lama mengering, bulukan dan warnanya tidak cerah atau
menjadi gelap.
Pengeringan bambu dapat dilakukan secara alami (air drying), pengasapan, pengeringan
dengan energi tenaga surya (solar collector drying) atau kombinasi dengan energi tungku, dan
pengeringan dalam dapur pengering. Penelitian mengenai metode pengeringan bambu telah
dilakukan oleh Basri (1997). Basri menginformasikan bahwa dengan sistem pengasapan dan
energi tenaga surya sebaiknya dilakukan setelah kadar air bambu di bawah 50% agar kualitas
bambu tetap terjaga. Bambu yang masih sangat basah setelah dipotong sesuai ukuran yang
akan dipergunakan, dibersihkan dan ditumpuk berdiri dengan posisi saling menyilang atau
ditumpuk secara horisontal selama kurang lebih satu minggu.
Soal Latihan :
1. Sebutkan perbedaan antara bamboo yang tumbuh dengan karakteristik simpodial dan
monopodial !
2. Jelaskan kelebihan dan kelemahan bamboo sebagai bahan bangunan
3. Sebutkan jenis – jenis bamboo yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan
4. Apa yang dimaksud dengan bamboo laminasi
5. Mengapa sebelum diolah bamboo harus melewati proses pengawetan
6. Jelaskan proses pengawetan bamboo metode morisco-boucherri
DAFTAR PUSTAKA
Morisco, 2006, Materi Kuliah Bambu, MTBB-UGM, Jurusan Teknik Sipil & Struktur, UGM,
Jogjakarta.
84
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
BAB 8
KAYU
Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengenal
jenis – jenis kayu, sifat – sifat teknis kayu, proses pengolahan kayu sebelummenjadi bahan
konstruksi, sampai dengan mengenal berbagai jenis aplikasi kayu sebagai bahan konstruksi.
Gambaran umum materi : Kayu merupakan bahan bangunan yang mempunyai sifat – sifat
spesifik dan tidak bisa ditiru oleh bahan bangunan lain buatan manusia. Misalnya kayu
mempunyai sifat elastis, ulet, tahan terhadap pembebanan tegak lurus dengan serat yang
sejajar. Sifat – sifat tersebut tidak dimiliki oleh bahan bangunan lain seperti baja, beton ataupun
bahan bangunan lain yang dibuat manusia. Oleh sebab itu penggunaan kayu sangatlah luas,
misalnya pencil sampai dengan konstruksi jembatan.
Relevansi Mata Kuliah : Pada bab ini mahasiswa diharapkan mengenal jenis – jenis kayu serta
sifat – sifat teknis yang dimilikinya. Dasar – dasar pengetahuan tersebut merupakan prasyarat
yang harus dikuasai oleh mahasiswa agar dapat melakukan pemilihan material kayu dalam
aplikasi perancangan struktur. Ketika pengetahuan ini diterapkan di lapangan maka mahasiswa
akan memiliki kompetensi dalam merencanakan suatu struktur dengan menggunakan bahan –
bahan kayu sekaligus dapat melakukan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan konstruksi
kayu.
8.1. P E N D A H U L U A N
Kayu sampai sekarang masih banyak diperlukan orang. Dari segi manfaat bagi kehidupan
manusia , kayu dinilai mempunyai sifat – sifat utama yang menyebabkan kayu selalu diperlukan
manusia.
Semakin berkembangnya pembangunan secara ekologis maka akan muncul suatu
pembaharuan dibidang perancangan dimana manusia menjadi pusatnya. Kayu merupakan
sumber kekayaan alam yang tidak akan habis – habisnya, jika dikelola dengan baik. Kayu
merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang lain. Dengan kemajuan
teknologi kayu sebagai bahan mentah mudah diproses menjadi barang – barang seperti kertas,
tekstil ataupun dijadikan playwood sebagai bahan bangunan.
Kayu merupakan bahan bangunan yang mempunyai sifat – sifat spesifik dan tidak bisa
ditiru oleh bahan bangunan lain buatan manusia. Misalnya kayu mempunyai sifat elastis, ulet,
tahan terhadap pembebanan tegak lurus dengan serat yang sejajar. Sifat – sifat tersebut tidak
dimiliki oleh bahan bangunan lain seperti baja, beton ataupun bahan bangunan lain yang dibuat
manusia.
85
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
86
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
4. Dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan
kering.
8.2.3 Syarat Teknis Bahan Kayu
Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemekaian tertentu tergantung dari sifat – sifat
kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Jenis – jenis kayu yang
mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu seperti :
1. Untuk bangunan (konstruksi). Syarat teknisnya adalah kuat, keras, ukuran besar dan
mempunyai keawetan alam yang tinggi.
2. Untuk veneer (vinir) biasa. Syarat teknisnya adalah kayu bulat berdiameter besar, bulat,
bebas cacat dan beratnya sedang.
3. Untuk veneer mewah. Syarat teknisnya adalah selain syarat dari veneer biasa kayu
tersebut harus nampak dekoratifnya.
4. Untuk keperluan meubeler. Syarat teknisnya adalah berat sedang, dimensi tetap,
dekoratif, mudah dalam pengerjaan.
5. Sebagai bahan lantai (parkit). Syarat teknisnya adalah keras, daya abrasi tinggi, tahan
terhadap asam, kuat dan mudah dikerjakan.
6. Sebagai bantalan kereta api. Syarat teknisnya adalah kuat, keras, kaku dan awet.
7. Untuk peralatan olah raga. Syarat teknisnya adalah kuat, tidak mudah patah, ringan,
tekstur halus, serat halus, serat lurus dan panjang, kaku dan cukup awet.
8. Untuk keperluan alat – alat musik. Syarat teknisnya adalah tekstur halus, berserat
lurus, tidak mudah belah dan daya resonansi baik.
9. Sebagai barang kerajinan. Syarat teknisnya adalah serat lurus, keras, tekstur halus, liat,
tidak mudah patah dan berwarna gelap.
10. Untuk bahan moulding. Syarat teknisnya adalah ringan, serat lurus, tekstur halus,
mudah dalam pengerjaan, warna terang, tanpa cacat dan dekoratif.
87
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
3. Kayu bangunan untuk keperluan lain yaitu kayu bangunan yang tidak termasuk
klasifikasi butir 1 dan butir 2 di atas, tetapi dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan
penolong ataupun bangunan sementara.
8.2.5 Kekuatan Kayu
Pengelompokan kekuatan kayu berdasarkan kekuatan secara alami kayu yang mempunyai
kekuatan yang berbeda menurut jenis kayu, berdasarkan tegangan lentur mutlak, kekuatan
kayu dibagi menjadi 5 kelas yaitu :
88
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
89
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Ukuran (panjang x lebar) kayu lapis adalah :(91.5 x 213.5) cm dan (122 x 244) cm
90
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
91
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
92
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
8.3.5 Papan Serbuk Kayu – Ragi SLP (light starch – bound wood board)
Penemuan papan serbuk kayu ragi – SLP ini sangat menguntungkan manusia karena tidak
mengandung bahan perekat yang mencemari lingkungan. Pembuatan papan ini mirip dengan
pembuatan tempe atau roti. Serbuk kayu yang halus dicampur dengan ragi dan air sehingga
mengembang. Kemudian adonan tersebut dikeringkan dalam oven. Papan ini dapat digergaji,
dibor, diketam atau dilem seperti halnya pada kayu/papan, tetapi jauh lebih ringan karena
berat volumenya antara 250 – 300 kg/cm3. Jenis papan ini pada pemakaiannya sesuai untuk
dinding partisi di dalam gedung atau untuk perabot rumah tangga.
8.3.6 Papan Serat Kayu Semen – “Yumen” (wood wool cement board)
Papan serat kayu semen dibuat dari serat – serat kayu pilihan yang diawetkan dengan
menggunakan semen Portland sebagai perekat diikat menjadi papan serat kayu – semen yang
tahan terhadap api, air, jamur dan rayap. Dapat menanggulangi bising dan panas, serta dapat
dilapisi dengan plesteran biasa.
Dengan sifat – sifat fisik yang sangat menguntungkan (ringan, kuat, tahan terhadap api,
air jamur dan rayap serta mampu menanggulangi bising dan panas) papan serat kayu – semen
cocok digunakan sebagai :
a. Lapis dinding luar pada konstruksi kayu ataupun baja yang tahan api, air dan rayap.
b. Dinding pemisah ruang yang agak tipis yang mampu menanggulangi bising.
c. Langit – langit yang dapat menanggulangi bising dan panas.
d. Bekisting untuk pelat lantai dan bagian bawahnya dapat digunakan langsung sebagai
langit – langit yang tahan terhadap api dan dapat menanggulangi bising.
Ketahanan terhadap api dalam keadaan terbakar rata – rata 4 menit per 10 mm tebal papan
serat kayu – semen.
93
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
8.4.2 Kegunaan
Maksudnya pemanfaat kayu sebagai bahan bangunan ataupun lainnya mulai dari kayu
bulat (log/gelondongan) ataupun kayu yang sudah diolah industri secara mekanis sebagai
bahan bangunan, seperti moulding ataupun plywood.
Penggunaan kayu tersebut adalah untuk :
1. bangunan (rangka bangunan, atap) 11. perkapalan
2. kayu lapis 12. seni kerajinan tangan (ukiran,patung)
3. meubeler 13. vinir mewah
4. lantai (jembatan, rumah) 14. korek api
5. papan dinding 15. pulp
6. bantalan 16. alat gambar
7. kusen (pintu, jendela) 17. bahan pensil
8. bahan pembungkus 18. bahan baker (arang)
9. alat olah raga dan musik 19. obat – obatan
10. tiang listrik dan telepon 20. moulding
Sifat dan kegunaan beberapa jenis kayu seperti pada tabel di bawah ini :
BJ
Kelas
No Jenis Kayu rata - Kelas Kuat Kegunaan
Awet
rata
1 Agathis 0.40 IV III 1,2,3,7,8,9,14,15,17
2 Bakau 0.94 III I,II 1,15
3 Bengkirai 0.91 I, II, III I, II 1,2,3,4,6,11
4 Bedaru 0.84 I I 1,3,6,9,11,12
5 Belangiran 0.86 I, II, III I, II 1,3,4,6,7,11
6 Bentangor 0.78 III II, III 1,2,3,4,5,6
7 Cemara - II, III I, II 1,4,5,6,10,11,18
8 Cendana 0.84 II I, II 12,19
94
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Durian 1,2,8
9 0.64 IV, V II, III
Jelutung 2,8,12,16,17,18
10 0.40 V III, V
Kempas 1,2,4,6
11 0.95 III, IV I, II
Keruing 1,2,4,5,6,11
12 0.79 III I, II
Ketapang 1,2,3,4,5,6,7,8,11,14,20
13 - III, IV II, III
Mahoni 1,2,3,4,5,7,11,12
14 0.64 III II, III
Meranti Merah 1,2,3,4,5,8,15
15 0.55 III, IV II, IV
Meranti Putih 1,2,3,4,5,8,15
16 0.54 III, IV II, IV
Punak 1,2,3,4,5,7,11,20
17 0.74 III, IV II
Putat 1,3,4,5,6,7,11,18
18 - II, III I, II
Ramin 1,2,3,4,5,7,20
19 0.63 IV II, III
Simpur 1,2,3,4,5,11,18
21 - III, IV I, III
Sungkai 1,2,3,4,5,12,13
22 0.63 III II, III
Terentang 2,8,14,15
23 0.40 IV III, IV
Ulin/belian/kayu 1,3,4,5,13
24 1.41 I I
besi
95
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Beberapa contoh pemakaian kayu hasil olahan industri kayu yang sudah
disesuaikan dengan keperluan pemakaian.
96
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
97
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
98
FM 1-7.1.0-1-41 ed.A rev.2
BAHAN AJAR
Kurikulum
Jurusan : Teknik Sipil 2010
PNK Program Studi : D3 & D4
Matakuliah : Bahan Bangunan
Soal Latihan :
1. Sebutkan jenis – jenis kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan kayu sebagai bahan konstruksi
3. Apa yang dimaksud dengan penampang radial dan tangensial kayu
4. Mengapa kayu kelas satu tidak baik digunakan sebagai bahan kusen dan daun pintu-jendela
5. Apa yang dimaksud dengan kayu lapis ? Jelaskan jenis – jenis aplikasinya
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Metode, Spesifikasi dan Tata Cara, Bagian : 13, Kayu, Bahan Lain, Lain – Lain Edisi
Pertama, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pemukiman dan Prasarana
Wilayah, Desember 2002.
Frick H, Koesmartadi Ch, Ilmu Konstruksi Kayu, Penerbit Kanisius Yogyakarta, 1999
Anonim, Idea, Majalah Ide Rumah Kita, Mei 2006
Anonim, Majalah Pergola. 2006
Internet, Dinding Kayu, 2006
Internet, Autralian Wood Structure
99