Anda di halaman 1dari 58

MODUL

LABORATORIUM UJI BAHAN


UJI BAHAN BANGUNAN DAN MIX DESIGN BETON

Oleh :
LABORATORIUM UJI BETON DAN BAHAN BANGUNAN
(M. Shofi’ul Amin, S.T., M.T)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2019
PENGESAHAN

UJI BAHAN BANGUNAN DAN MIX DESAIN BETON


Mata Kuliah : Laboratorium Uji Bahan
Semester : 1 (Satu)
Dibuat : Tahun 2015 diperbarui tahun 2019

Modul ini dikeluarkan oleh Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Teknik Sipil -
Politeknik Negeri Banyuwangi (P O L I W A N G I)

Mengetahui dan Menyetujui,

Kepala Laboratorium
Program Studi Teknik Sipil Penyusun

Erna Suryani, S.T.,M.Eng M. Shofi’ul Amin, S.T.,M.T


NIP. 198401142019041003 NIP. 198605212015041002
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB 2 PENGUJIAN AGREGAT HALUS


2.1 Berat Jenis Pasir
2.2 Air Resapan Pasir
2.3 Berat Volume Pasir
2.4 Kelembaban Pasir
2.5 Analisa Saringan Pasir

BAB 3 PENGUJIAN AGREGAT KASAR/KERIKIL


3.1 Berat Jenis Kerikil
3.2 Air Resapan Kerikil
3.3 Berat Volume Kerikil
3.4 Kelembaban Kerikil
3.5 Analisa Saringan Kerikil

BAB 4 PENGUJIAN SEMEN


4.1 Berat Jenis Semen
4.2 Berat Volume Semen

BAB 5 PERENCANAAN CAMPURAN BAHAN (MIX DESIGN BETON)

LAMPIRAN. DRAF PERHITUNGAN PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON


PELAPORAN
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Umum

Material merupakan salah satu faktor utama dalam komposisi pada pembuatan
beton yang berfungsi sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil, ternyata dapat
dimanfaatkan untuk berbagai hal. Dalam teknik sipil, struktur beton sendiri
digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, balok, pelat atau pelat cangkang. Dalam
teknik sipil hidro, beton digunakan untuk bangunan air seperti bendung, bendungan,
saluran, dan drainase perkotaan. Beton juga digunakan dalam teknik sipil bidang
transportasi untuk pekerjaan rigid pavement (lapis keras permukaan yang kaku),
saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya. Jadi, beton hampir digunakan dalam
semua aspek ilmu teknik sipil. Berarti, semua bahan penyusunnya (agregat halus dan
kasar) juga harus diperhatikan kualitasnya melalui pengujian krakteristiknya.
Beton yang berfungsi sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil, ternyata
dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal. Dalam teknik sipil, struktur beton digunakan
untuk bangunan pondasi, kolom, balok, pelat atau pelat cangkang. Dalam teknik sipil
hidro, beton digunakan untuk bangunan air seperti bendung, bendungan, saluran, dan
drainase perkotaan. Beton juga digunakan dalam teknik sipil bidang transportasi
untuk pekerjaan rigid pavement(lapis keras permukaan yang kaku), saluran samping,
gorong-gorong, dan lainnya. Jadi, beton hampir digunakan dalam semua aspek ilmu
teknik sipil. Berarti, demua struktur dalam teknik sipil akan menggunakan beton,
minimal dalam pekerjaan pondasi.
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidroulik(portland semen), agregat kasar, agregat halus, air, dan bila perlu
ditambah bahan tambah (admixture atau additive). Untuk mengetahui dan
mempelajari perilaku elemen gabunga (bahan-bahan penyusun beton), kita
memerlukan pengetahuan mengenai karateristik masing-masing komponen. Nawy
(1958:8) mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi
dari material pembantuknya. Dengan demikian, masing-masing komponen tersebut
perlu dipelajari sebelum mempelajari beton secara keseluruhan. Perencana (engineer)
dapat mengembangkan pemelihan material yang layak komposisinya sehingga

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

diperoleh beton yang efisien, memenuhi kekuatan batas yang di syaratkan oleh
perencana dan memenuhi persyaratan yang dapat juga diartikan pelayanan yang
handal dengan memenuhi kriteria ekonomi.
Seiring dengan perkembangan zaman dan makin banyaknya pembangunan di
berbagai tempat, maka kita khususnya sebagai calon pakar generasi muda yang akan
berkecimpung di bidang teknik sipil, dituntut agar dapat menciptakan beton yang
efisien dan efektif. Maksudnya dalam pembuatan beton, beton yang dihasilkan harus
mempunyai sifat sesuai dan seperti dengan keadaan dan situasi pemakaiannya.
Artinya kuat tekan beton yang dihasilkan harus sama dengan jenis penggunaan yang
dibutuhkan, tidak lebih karena akan mengakibatkan pemborosan bahan dan dana
serta tidak kurang karena beton yang dihasilkan tidak memenuhi batas standar yang
dibutuhkan yang diinginkan.
Pada kenyataan sebenarnya, saat ini sudah banyak bermunculan pabrik- pabrik
beton siap pakai (ready mixed concrete), dimana pemakai beton hanya menyebutkan
spesifikasi dari beton yang diinginkan dan bahkan muncul pula pabrik beton pracetak
(precast concrete) dimana pembuat bangunan cukup memesan suatu elemen struktur
yang sudah siap pakai. Dengan demikian dapat kita ketahui semakin jelas bahwa
permintaan kebutuhan akan beton saat ini sangatlah kompleks dan memerlukan
perhitungan yang tepat untuk mencetaknya sesuai dengan permintaan.
Masalah yang dihadapi oleh seorang perencana dalam mendesign beton adalah
bagaimana merencanakan komposisi dari bahan-bahan penyusun beton tersebut agar
dapat memenuhi spesifikasi teknik yang ditentukan sesuai spesifikasi teknik baik
dalam suatu kegiatan formal, maupun dalam kontrak atau permintaan pemilik).
Bahan-bahan tersebut diolah hingga diperoleh mix design yang paling sesuai dengan
perencanaan. Oleh karena itu, dalam praktikum Rekayasa Beton ini, dibutuhkan
suatu pemahaman, perencanaan, perhitunagan mix design, dan pelaksanaan
konstruksi beton yang matang. Dengan demikian, diharapkan praktikum ini telah
memenuhi persyaratan matakuliah Rekayasa Beton, dan juga menambah wawasan
pengetahuan bagi mahasiswa yang bersangkutan.

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

1.2 Rumusan masalah

Masalah yang dihadapi dalam perencanaan pembuatan beton adalah :


1. Bagaimana merencanakan dan memilih bahan-bahan komposisi beton.
2. Bagaimana memperhitungkan komposisi beton yang akan direncanakan.
3. Bagaimana dalam pelaksanaan baik dalam pengujian material, mix design,
hingga pengetesan bahan uji.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakan dan diikutinya praktikum ini antara lain
1. Mengerti dan memahami cara dalam merencanakan dan
memperhitungkan mix design beton.
2. Mengikuti praktikum pembuatan beton sebagai syarat dalam menempuh
salah satu mata kuliah yaitu Rekayasa Beton.

1.4 Pengertian dan Istilah

Perlu diketahui pengertian-pengertian, sifat-sifat, aturan-aturan, serta standart-


standart yang akan digunakan dalam mix design nanti dengan mengutip dari berbagai
referensinsi.

 Beton
Adalah suatu campuran antara semen, air, dan agregat mineral, yang
menyebabkan terjadinya suatu hubungan yang erat antara bahan-bahan
tersebut

 Pasir
Bahan berupa butiran-butiran yang lolos pada saringan 3/8 inc, hampir
semuanya lolos saringan no. 4 (4.78 mm)

 Agregat halus
Terdiri dari pasir atau kombinasi dari bermacam-macam pasir, atau
kombinasi antara pasir dan bahan pengisi mineral (mineral filler). Agregat
halus adalah bagian dari agregat mineral yang lolos saringan No. 4 (4.76mm)

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

 Bahan pengisi (filler)


Adalah hasil dari penggilingan suatu bahan mineral berupa butiran-butiran
halus seperti serbuk, kerang, contoh silica fume, fly ash, abu sekam, slag, dan
lain-lain.

 Semen Portland
Ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang
terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis, dan gips
sebagai bahan pembantu. Merupakan bahan ikat yang penting dan banyak
dipakai dalam pembangunan fisik.

 Bahan additive
Adalah suatu bahan yang ditambahkan pada saat proses pengadukan beton
atau sebelum pengadukan dimulai untuk memperbaiki sifat beton sesuai yang
dikehendaki.

 Agregat
Adalah bahan pengisi beton (pasir, kerikil, atau batu pecah)

 Air resapan
Ialah air yang diserap oleh agregat dari kondisi kering oven untuk mencapai
SSD (% dari berat kering)

 Air kelembaban
Ialah air yang terkandung dalam agregat asli

 Workabilitas
Ialah mudah tidaknya pengerjaan beton dan biasanya diukur dengan besarnya
slump

 Slump
Ialah selisih perbedaan penurunan beton sebelum dan sesudah prisma slump
tes diangkat

 Keadaan jenuh permukaan kering

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Atau Satureted Surface Dry (SSD) adalah butir-butir agregat yang jenuh air,
artinya semua pori-pori yang tembus air terisi penuh oleh air, sedangkan
permukaannya kering

 Faktor semen
Adalah jumlah zak semen yang digunakan untuk mengisi 1 m3 beton

 Berat jenis
Adalah perbandingan dari berat isi bahan terhadap berat isi, dalam keadaan
standart tertentu maka berat air adalah 1

 Faktor air semen


Adalah perbandingan banyaknya air bebas kecuali yang terserap oleh agregat,
terhadap banyaknya semen dalam adukan beton

 Pengerjaan beton
Adalah sifat beton muda yang menentukan sifat pengejaannya dengan
kehilangan homogenitas seminimal mungkin. Beton yang mudah dikerjakan adalah
beton yang ketika dicor tidak menyebabkan timbulnya ruang-ruang udara serta
kerangka-kerangka beton, plastis, kohesif, mudah dicor, dan konsistensi baik.

1.5 Lokasi
Percobaan dan analisa agregat serta trial benda uji dilakukan di Laboratorium
Beton dan Bahan Bangunan Program Studi Teknik Sipil Politeknik Negeri
Banyuwangi.

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

BAB II
PENGUJIAN AGREGAT HALUS

2.1 BERAT JENIS PASIR (ASTM C 128-78)

a. TUJUAN
Mengukur berat jenis pasir dalam kondisi SSD

b. LANDASAN TEORI
Pasir untuk bahan bangunan bermacam-macam (pasir, besi, kwarsa, lesti,dll).
Masing-másing jenis pasir mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, pasir yang
digunakan untuk campuran beton juga tertentu dengan tingkat kekuatan yang
diinginkan. Untuk itu berat jenis pasir akan mempengaruhi kekuatan beton itu
sendiri.

c. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Picnometer 100 cc
3. Oven
4. Pasir kondisi SSD (pasir yang sudah direndam selama 24 jam)

d. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Timbang picnometer
2. Timbang pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram
3. Masukkan pasir ke dalam picnometer kemudian ditimbang
4. Picnometer yang berisi pasir diisi air sampai penuh dan dipegang miring
(diputar-putar) hingga gelembung udara keluar
5. Picnometer diisi air hingga batas kapasitas dan ditimbang beratnya
6. Picnometer kosong diisi air hingga batas kapasitas dan ditimbang beratnya

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

e. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Percobaan nomor 1 2 3
Berat picnometer + air +
pasir (W2)
Berat pasir SSD (W1)
Berat picnometer + air
(W3)

BJ pasir = W1
(W 1  W 3  W 2 )

BJ pasir rata-rata =

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

2.2 AIR RESAPAN PASIR (ASTM C-128)

a. TUJUAN
Mengukur kadar air resapan pasir

b. LANDASAN TEORI
Proses penyerapan air dalam beton sangat berpengaruh terhadap waktu
beton mengeras. Masing-masing bahan campuran beton mempunyai tingkat
resapan yang barbeda tergantung jumlah rongga udara yang terjadi.

c. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Oven
3. Pasir kondisi SSD

d. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Timbang pasir kondisi SSD
2. Masukkan oven selama 24 jam
3. Pasir dikeluarkan dan setelah dingin ditimbang.

e. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Percobaan nomor 1 2 3
Berat pasir SSD (W1)
Berat pasir (W2)
(W 1  W 2)
KAR =  100 %
W2

Catatan KAR : Kadar Air Resapan


KAR rata-rata = ................. %

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

2.3 BERAT VOLUME PASIR (ASTM C 29-78)

a. TUJUAN
Mengukur berat volume pasir baik dalam keadaan lepas maupun padat.

b. LANDASAN TEORI
Proses penyerapan air dalam beton sangat berpengaruh terhadap
waktu beton rnengeras. Masing-masing bahan campuran beton mempunyai
tingkat resapan yang berbeda tergantung jumlah rongga udara yang terjadi.

c. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Takaran berbentuk silinder dengan volume 10 liter
3. Alat perojok dan besi dengan diameter 16 mm,panjang 60 mm
4. Pasir kering.

d. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Tanpa rojokan
a. Timbang silinder dalam keadaan kering
b. Isi silinder pasir dan ratakan
c. Timbang silinder + pasir.
2. Dengan rojokan
a. Timbang silinder dalam keadaan kering
b. Isi silinder 1/3 bagian dengan pasir kemudian rojok 25 kali sampai
silider penuh, tiap-tiap bagian dirojok 25 kali selama 3 kali
c. Timbang silinder + pasir

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

e. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Dengan rojokan Tanpa rojokan
Percobaan nomor
1 2 3 4
Berat silinder (W1),
gram
Berat silinder+pasir
(W2), gram
Berat pasir (W2-W1),
gram
Volume silinder (V), cm3
(W 2  W 1)
BV =
V
Ket :
D = ……… cm
t = ………. cm
V = π × r² × t = …………………… cm³
BV Rata-rata rojokan = ………. gr/cm³
BV Rata-rata tanpa rojokan = ………. gr/cm³

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

2.4 KELEMBABAN PASIR (ASTM C 556-72)


a. TUJUAN
Mengukur kelembaban pasir dengan cara kering.

b. LANDASAN TEORI
Pengaruh kelembaban agregat pada komponen beton sangat
besar. Hal ini juga akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri dan
tingkat pengerasan beton.

c. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Oven
3. Pan
4. Pasir dalam keadaan asli.

d. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Pasir dalam keadaan asli ditimbang beratnya 250 gram
2. Pasir dimasukkan oven selama 24 jam dengan temperatur
110 ± 50
3. Keluarkan dari pasir oven, setelah dingin ditimbang beratnya.

e. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Percobaan nomor 1 2 3
Berat pasir asli (W1),
gram
Berat pasir oven (W2),
gram
(W 1  W 2)
KP =  100 %
W2

Kelembaban pasir rata-rata = ……….. %

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

2.5 ANALISA SARINGAN PASIR

a. TUJUAN
Mengukur distribusi ukuran pasir/gradasi pasir.

b. LANDASAN TEORI
Agregat merupakan komponen beton paling berperan dalam menentukan
besarnya volume beton. Pada beton biasanya terdapat 70-75 % volume agregat.
Agregat terbagi atas agregat halus umumnya terdiri dan pasir atau partikel-
partikel yang lewat saringan standar ASTM #4 atau 5 mm dan #100. Agregat
halus merupakan pengisi yang berupa pasir, variasi ukuran dan sesuatu dengan
standart analisa saringan dan ASTM.

c. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Satu set ayakan ASTM : #4, #8, #16, #30, #50, #100
2. Timbangan analitis 2600 gram
3. Alat penggetar listrik (Shieve Shaker)
4. Pasir dalam keadaan kering oven

d. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Timbang pasir sebanyak 1000 gram
2. Masukkan pasir dalam ayakan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan di atas, dan digetarkan dengan Sieve Shaker selama 10 menit
3. Pasir yang tertinggal dalam ayakan ditimbang
4. Kontrol berat pasir = 1000 gram

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

e. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Tinggal pada
Saringan % Kumulatif
saringan
Nomor mm gram % tinggal Lolos
4 4,76

8 2,38

16 1,19

30 0,59

50 0,297

100 0,149

Pan 0,00
Jumlah

% kumulatift ertinggal
Angka Kehalusan =
100

.......... .........
=  .......... .
100

Penentuan (plotting) Zona pada pasir :

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

BAB III
PENGUJIAN AGREGAT KASAR (Batu Pecah)

3.1 BERAT JENIS KERIKIL

a. TUJUAN
Mengukur berat jenis batu pecah dalam kondisi SSD.

b. LANDASAN TEORI
Batu pecah untuk bahan bangunan campuran beton sangat mempunyai
tekstur yang tajam dan keras. Jenis macam agregat kasar (batu apung, batuan
ringan, dll).
Batu pecah yang digunakan untuk campuran beton berukuran antara 2
sampai 3 cm. Berat jenis batu apung berbeda dengan berat jenis batu kali yang
diolah menjadi batu pecah, untuk itu berat jenis agregat kasar sangat
berpengaruh terhadap kekuatan beton.

c. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Alat dan bahan praktikum yang digunakan :
1. Timbangan 25 kg
2. Kontainer
3. Mounting table
4. Keranjang sample
5. Batu pecah dalam kondisi SSD
6. Air suling.

d. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Batu pecah yang telah direndam selama 24 jam diangkat kemudian dilap
satu persatu
2. Timbang batu pecah dalam kondisi SSD.
3. Timbang pula beratnya di dalam air.

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

e. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Tabel Berat Jenis Batu Pecah :

Percobaan Batu Pecah 1 2 3


Berat batu pecah di udara
(W1)
Berat batu pecah di air
(W2)
W1
Bj batu pecah =
(W1  W 2)
Bj rata-rata

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

3.2 AIR RESAPAN KERIKIL

a. TUJUAN
Mengukur kadar resapan air.

b. LANDASAN TEORI
Proses penyerapan air dalam bahan beton sangat berpengaruh terhadap
waktu untuk beton mengeras. Masing-masing bahan campuran beton
mempunyai tingkat resapan yang berbeda tergantung dan jumlah rongga udara
yang terjadi.

c. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Timbangan 25 kg
2. Oven
3. Kerikil dalam kondisi SSD

d. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Menimbang kerikil dalam kondisi SSD sebanyak 500 gram
2. Memasukkan kerikil tersebut ke dalam oven selama 24 jam
3. Mengeluarkan kerikil tersebut serta setelah dingin ditimbang beratnya.

e. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Percobaan nomor 1 2 3
Berat kerikil SSD (W1)
Berat kerikil kering oven
(W2)
W1  W 2
KAR =  100 %
W2
KAR rata-rata ................%

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

3.3 BERAT VOLUME KERIKIL

a. TUJUAN
Mengukur berat volume kerikil baik dalam keadaan lepas maupun padat.
b. LANDASAN TEORI
Berat volume beton tergantung pada berat volume bahan campuran,
berat volume agregat kasar sangat menentukan berat volume beton yang
akan dibuat dengan tingkat kekuatan yang diinginkan
c. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
Alat dan bahan praktikum yang digunakan :
1. Timbangan analitis 25 kg
2. Takaran berbentuk silinder dengan volume 15 liter
3. Alat perojok dan besi dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm
4. Kerikil kering.

d. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Tanpa rojokan
a. Menimbang silinder dalam keadaan kering
b. Menimbang kerikil beserta silinder
2. Dengan rojokan
a. Menimbang silinder dalam keadaan kering
b. Mengisi silinder 1/3 % bagian dengan kerikil kemudian dirojok 25
kali sampai silinder penuh, tiap-tiap bagian dirojok 25 kali.
e. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Percobaan Dengan rojokan Tanpa rojokan
nomor 1 2 1 2
Berat silinder
(W1) kg
Berat silinder +
kerikil (W2) kg
Volume silinder
(v) cm³

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

W 2  W1
BV =
V
BV rata-rata

Ket :
D = ………… cm
t = ………… cm
V = π × r² × t = …………….. cm³

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

3.4 KELEMBABAN KERIKIL

a. TUJUAN

Mengetahui seberapa besar air yang terkandung.

b. LANDASAN TEORI
Pengaruh kelembaban agregat pada komponen beton sangat besar,
hal ini juga akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri juga permulaan
yang akan terjadi pada saat struktur bangunan direalisasikan.

c. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Timbangan analitas 2600 gram
2. Oven
3. Pan
4. Kerikil/batu pecahan dalam keadaan asli.

d. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Kerikil dalam keadaan asli ditimbang beratnya 500 gram
2. Kerikil dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan temperatur
110 ± 5˚ C
3. Keluarkan kerikil dari oven, setelah dingin ditimbang beratnya.

e. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Tabel Kelembaban Kerikil

Percobaan nomor 1 2 3
Berat kerikil asli (W1),
gram
Berat kerikil oven (W2),
gram
(W 1  W 2)
Kk =  100 %
W2
Kk rata-rata ….………….. %
Ket : Kk = Kelembaban kerikil

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

3.5 ANALISA SARINGAN KERIKIL

a. TUJUAN
Mengukur distribusi ukuran butir atau gramadasi kerikil.

b. LANDASAN TEORI
Agregat merupakan komponen yang paling berperan dalam menentukan
besarnya beton biasanya terdapat 70-75 % volume agregat. Agregat disebut
agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi 16 mm. Sifat agregat kasar
mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya terhadap
disintegrasi beton, mempunyai gradasi baik sesuai dengan standart analisa
saringan dari ASTM.

c. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Timbangan 10 kg
2. Satu set ayakan ASTM #3,#I2, # I4#/8#4, #8,#16,#30,#50,#100.
3. Shieve shaker
4. Kerikil/ batu pecahan dalam keadaan kering oven.

d. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Kerikil sebanyak 10 kg.
2. Memasukkan kerikil dalam ayakan dengan ukuran saringan paling besar di
atas dan digetarkan selama 10 menit.
3. Menimbang masing-masing kerikil yang tertinggal dalam ayakan
4. Mengontrol berat kerikil = 10 kg

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

e. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Data pengamatan disajikan dalam tabel berikut :
Tinggal pada
Saringan % Kumulatif
saringan
Nomor mm Gram % Tinggal Lolos
3” 76
3/2” 38.1
3/4” 19.1
3/8” 9.5
4 4.75
8 2.36
16 1.18
30 0.6
50 0.3
100 0.15
Pan
Jumlah

% kumulatift ertinggal
Angka Kehalusan =
100
.....................
= = .............. %
100

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

BAB IV

PENGUJIAN SEMEN

Semen Portland atau biasanya disebut semen adalah pengikat hidrolis berupa bubuk
halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan kilnker (bahan ini terutama terdiri
dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan
tambahan.

Jika bubuk halus tersebut dicampur dengan air, dalam beberapa waktu dapat rnenjadi
keras. Campuran semen dengan air disebut dengan pasta semen. Jika pasta semen
dicampur pasir disebut mortar semen. Dan apabila mortar semen dicampur kerikil
disebut beton.

4.1 BERAT JENIS SEMEN

a. TUJUAN

Untuk mengukur berat jenis semen

b. LANDASAN TEORI

Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton adalah semen


Portland yaitu semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari atas silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidraulis bersama bahan tambahan yang biasanya digunakan gips (gypsum).

Semen Portland untuk pembuatan beton harus jenis-jenis semen


yang memenuhi syarat SIl 0013-81 “Mutu dan Cara Semen Portland”.

Semen diklasifikasikan dalam 5 jenis, yaitu:


Jenis I :semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus seperti yang dipersyaratkan pada jenis lain.
Jenis II :semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Jenis III : semen Portland yang penggunaannya memerlukan


kekuatan tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi.
Jenis IV : semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
panas hidrasi rendah.
Jenis V : semen Portland yang penggunaannya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat.

c. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Picnometer 100 cc
3. Funnel
4. Thin Box
5. Semen Portland jenis I
6. Minyak tanah.

d. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Timbang semen sebanyak 250 gram
2. Timbang picnometer 100 cc yang sudah dibersihkan
3. Masukkan semen dengan menggunakan funnel ke dalam picnometer
dan beratnya ditimbang
4. Isi picnometer dengan minyak tanah dan picnometer diputar-putar agar
gelembung udara keluar
5. Tambahkan minyak hingga batas picnometer, kemudian timbang
6. Semen dan mimyak dikeluarkan untuk dibersihkan
7. Isi minyak hingga batas picnometer dan timbang

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

e. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Percobaan nomor 1 2 3
Berat semen (W1)
Berat semen+minyak+picnometer (W2)
g
Berat picnometer+minyak(W3)
0,8 xW 1
Bj semen =
(W 1  W 2  W 3)
Catatan : 0.8 = Berat Jenis minyak tanah

Bj Semen picnometer 1 =

Bj Semen picnometer 2 =

Bj Semen picnometer 3 =

Bj Semen rata-rata =

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

4.2 BERAT VOLUME SEMEN

a. TUJUAN

Untuk mengukur berat volume semen khususnya semen GRESIK

b. LANDASAN TEORI

Berat volume beton tergantung pada berat volume bahan campuran,


berarti juga tergantung pada jenis bahan campuran. Berat volume semen pada
campuran pengisi rongga material beton mencapai volume beton, jadi dengan
semakin kecilnya rongga maka mutu beton terpenuhi.

c. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Takaran berbentuk silinder dengan volume 3 liter
3. Alat perojok besi dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm
4. Semen Portland jenis 1.

d. PROSEDUR PENGUJIAN
1. TANPA ROJOKAN
a. Silinder ditimbang dalam keadaan kering
b. Diisi semen lalu diratakan permukaannya
c. Timbang silinder beserta semen
2. DENGAN ROJOKAN
a. Silinder ditimbang dalam keadaan kering
b. Silinder diisi 1/3 bagian kemudian dirojok 25 kali hingga penuh
c. Ratakan semen dan timbang beratnya.

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

e. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Percobaan Dengan rojokan Tanpa rojokan


Nomor 1 2 1 2
Berat silinder
(W1)
Berat silinder (W1) +
semen (W2)
Berat semen
(W2-W1)
Volume silinder (V) cm³
(W 2  W 1)
BV = = kg/cm³
V

1. t = ……. cm
2. d = ……. cm
3. V = ……. cm³
BV Rata-rata rojokan = ……………..gr/cm³
BV Rata-rata tanpa rojokan =………………gr/cm³

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

MIX DESIGN BETON

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

PERENCANAAN CAMPURAN BAHAN

Perencanaan adukan beton cara inggris (“The Britist Mix Design Method“)
ini tercantum dalam ‘Design of Normal Concrete Mixes” telah menggantikan cara
“Road Note No.4” sejak tahun 1975. Di Indonesia cara ini dikenal dengan cara DOE
(‘Department of Environment’). Perencanaan dengan cara DOE ini dipakai sebagai
standart perencanaan oleh Depertemen Pekerjaan Umum di Indonesia,dan dimuat
standart SK.SNI.T-15-1990-03 dengan judul bukunya : “Tata cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal”.dalam perencanaan cara ini digunakan tabel-
tabel dan grafik-grafik.

Langkah-langkah pokok cara ini adalah :

1. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu
kuat tekan beton yang disyaratkan ditetapkan sesuai dengan persyaratan
perencanaan strukturnya dan kondisi setempat. Di Indonesia, yang dimaksud
dengan kuat tekan beton yang disyaratkan ialah kuat tekan beton dengan
kemungkinan lebih rendah dari nilai itu hanya sebesar 5% saja.

2. Penetapan nilai deviasi standart (s)


Deviasi standart ditetapkan berdasarkan singkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran betonnya. Makin baik mutu pelaksanaan makin kecil nilai deviasi
standartnya. Penetapan deviasi standart (s) ini berdasarkan pada hasil
pengalaman praktek pelaksana pada waktu yang lalu, untuk pembuatan beton
mutu yang sama dan menggunakan bahan dasar yang sama pula.

a) Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada
masa yang lalu maka persyaratannya (selain yang tersebut diatas) jumlah data
hasil uji minimum 30 buah. (satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil uji
rata-rata dari uji tekan dua silinder yang dibuat dari contoh beton yang sama
dan diuji pada umur 28 hari atau umur pengujian lain yang ditetapkan).

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Jika jumlah data hasil uji kurang dari 30 buah maka dilakukan koreksi
terhadap nilai deviasi standart dengan suatu faktor pengali, seperti tampak
pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Faktor Pengali Deviasi Standart

Jumlah data 30 25 20 15 <15

Faktor
1,0 1,03 1,08 1,16 Tidak boleh
pengali

*) untuk nilai antara dipakai interpolasi

b) Jika pelaksana tidak mempunyai catatan/ pengalaman hasil pengujian beton


pada masa lalu yang memenuhi persyaratan tersebut (temasuk data hasil uji
kurang dari 15 buah), maka nilai margin, langsung diambil sebesar 12 Mpa.
(lihat langkah 3)

Untuk memberikan gambaran bagaimana cara menilai tingkat pengendalian


mutu pekerjaan beton, disini diberikan pedoman dengan melihat tabel berikut :

Tabel 3.2. Nilai deviasi standart untuk berbagai tingkat pengendalian mutu pekerjaan

Tingkat pengendalian mutu pengerjaan SD (Mpa)

Memuaskan 2,8

Sangat baik 3,5

Baik 4,2

Cukup 5,6

Jelek 7,0

Tanpa kendali 8,4

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

3. Perhitungan nilai tambah (“margin”), (M)


Jika nilai tambah ini sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa maka langsung ke langkah
4. jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standart sd maka
dilakyukan dengan rumus berikut :

M = k. Sd

Dengan M = nilai tambah, Mpa

K = 1,64

Sd = deviasi standart, Mpa

4. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan


Kuat tekan beton rata-rata yang direncanakan diperoleh dengan rumus :

f’cr = f’c + M

Dimana : f’cr = kuat tekan rata-rata, Mpa

f’c = kuat tekan yang disyaratkan,Mpa

M = nilai tambah, Mpa

5. Penetapan jenis semen portland

Menurut PUBI 1982 di Indonesia Semen Portland dibedakan menjadi 5 jenis,


yaitu jenis I, II, III, IV, dan V. Jenis I merupakan jenis semen biasa, adapun jenis
III merupakan jenis semen yang dipakai untuk struktur yang menuntut
persyaratan kekuatan awal yang tinggi, atau dengan kata lain sering disebut
semen cepat mengeras. Pada langkah ini ditetapkan apakah dipakai semen biasa
ataukah semen yang cepat mengeras.

6. Penetapan jenis agregat

Jenis kerikil dan pasir ditetapkan, apakah berupa agregat alami (tak dipecahkan)
ataukah agregat jenis batu pecah (crushed aggregate).

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

7. Tetapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut :

a) cara pertama Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata
silinder/ kubus beton yang direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan
faktor air semen dengan melihat Gb.2 (untuk silinder) dan Gb.1 (untuk
kubus).

b) cara kedua Berdasarkan jenis semen yang dipakai, jenis agregat kasar, dan
kuat tekan rata-rata yang direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan nilai
faktor air semen dengan tabel 3.3 dan

Langkah penetapannya dilakukan dengan cara sbb :

1) Lihat tabel 3.3 dengan data jenis semen, jenis agregat kasar, bentuk benda uji
dan umur beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton
yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0,50. jenis maupun umur
beton yang direncanakan, maka dapat diperoleh kuat tekan beton seandainya
dipakai f.a.s 0,50.
2) Lihat lukislah titik A pada Gb. 1 atau 2 dengan nilai f.a.s 0,50 (sebagai absis)
dan kuat tekan beton yang diperoleh dari tabel 3.3 (sebagai ordinat). Pada
titik A tersebut kemudian dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan
dua grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya ditarik garis mendatar dari
sumbu tegak dikiri pada kuat tekan rata-rata yang dikehendaki sampai
memotong grafik baru tersebut. Dari titik potong itu kemudian ditarik garis
kebawah sampai memotong sunbu mendatar dan dapatlah dibaca nilai f.a.s
yang dicari.

8. Penetapan faktor air semen maksimum

Agar beton yang diperoleh tidak cepat rusak misalnya, maka perlu ditetapkan
nilai f.a.s maksimum dilakukan dengan tabel 3.4

Jika nilai f.a.s maksimum ini lebih rendah dari nilai f.a.s dari langkah 7, maka
nilai f.a.s maksimum ini yang dipakai untuk perhitungan selanjutnya.

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (Mpa) dengan Faktor Air Semen 0,50

Kekuatan Tekan (Mpa)


Jenis Jenis Bentuk
Umur (hari)
semen agregat benda uji
3 7 28 91

Alami 17 23 33 40
Silinder
Batu pecah 19 27 37 45
I,II,IV
Alami 20 28 40 48
Kubus
Batu pecah 23 32 45 54

Alami 21 28 38 44
Silinder
Batu pecah 25 33 44 48
III,IV
Alami 25 31 46 53
kubus
Batu pecah 30 40 53 60

Tabel 3.4 persyaratan faktor Air Semen Maksimum untuk berbagai penbetonan dan
lingkungan khusus

Jenis pembetonan f.a.s maks

Beton didalam ruang bangunan

a. keadaan keliling non korosif 0,60


b. keadaan keliling non korosif, disebabkan oleh
kondensasi atau uap korosi
0,52

Beton diluar ruang bangunan

a. tidak terlindung dari hujan dan terik matahari

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

langsung 0,55
b. terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung
0,60

Beton yangmasuk kedalam tanah

a. mengalami keadaan kering dan basah berganti- 0,55


ganti
b. mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah
0,52

Beton selalu berhubungan dengan air tawar atau payau


atau laut
0,52 – 0,75

Tabel 3.5 faktor air semen maksimum untuk beton yangberhubungan dengan air
tanah yang mengandung sulfat

Konsentrasi sulfat (SO3)

Dalam tanah

Total SO3 SO3 dalam SO3 Fas


Jenis semen
campuran dalam air maks
%
air : tanah tanah
= 2 : 1 (gr/ltr)
(gr/ltr)

< 0,2 < 1,0 0,3 Tipe I dengan atau tanpa 0,50
pozolan (15 – 40%)

Tipe I tanpa pozolan


0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2 0,55
Tipe I dengan pozolan (15 –
40%) atau semen portland

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

pozolan 0,55

Tipe II atau IV

0,5 – 1,0 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5 Tipe II atau V O,55

1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 Tipe II atau V dan lapisan 0,45
pelindung
> 2,0 > 5,6 > 5,0 0,45

Tabel 3.6 Faktor Air Semen untuk beton bertulang dalam air

Berhubungan dengan Tipe semen

Air tawar Semua tipe I – V

Tipe I + pozolan (15 – 40%)

Air payau S.P pozolan

Tipe II atau V

Air laut Tipe II atau V

9. Penetapan nilai slump

Penetapan nilai slump dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan pembuatan,


pengangkutan, penuangan, pemadatan maupun jenis strukturnya. Cara
pengangkutan adukan beton dengan aliran dalam pipa yang dipompa dengan
tekanan membutuhkan nilai slump yang besar, adapun pemadatan adukan dengan
alat getar (triller) dapat dilakukan dengan nilai slump yang agak kecil. Nilai
slump yang diinginkan dapat diperoleh dari tabel 3.7.

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Tabel 3.7 Penetapan nilai slump (cm)

Pemakaian beton max Min

Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak


12,5 5,0
bertulang

Fondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan


9,0 2,5
struktur dibawah tanah

Pelat, balok, dan dinding 15,0 7,5

Pengerasan dalam 7,5 15,0

Pembetonan masal 7,5 2,5

10. Penetapan besar butir agregat maksimum

Penetapan besar butir agragat maksimum dilakukan berdasarkan nilai terkecil


dari ketentuan-ketentuan berikut :

a. Tiga per empat kali jarak bersih minimum antar baja tulangan, atau
berkas baja tulangan atau tendon prategang atau selongsong.
b. Sepertiga kali tebal plat
c. Seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan.

11. Tetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan
ukuran maksimum agregat, jenis agregat, dan slump yang diinginkan. Lihat
tabel 3.8.

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Tabel 3.8 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (liter)

Besar Slamp
ukuran
Jenis
maksimum
batuan 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
kerikil
(mm)

Alami 150 180 205 225


10
Batu pecah 180 205 230 250

Alami 135 160 180 195


20
Batu pecah 170 190 210 225

Alami 115 140 160 175


40
Batu pecah 155 175 190 205

Dalam tabel 3.8 apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai dari jenis
yang berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan diperbaiki
dengan rumus :

A = 0,67 Ah + 0,33 Ak

Dengan :

A = jumlah air yang dibutuhkan, liter/m3

Ah = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya

Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

12. Hitung berat semen yang diperlukan

Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air (dari
langkah 11) dengan faktor air semen yang diperoleh pada langkah 7 dan 8.

13. Kebutuhan semen minimum

Kebutuhan semen minimum ditetapkan dengan tabel 3.9.

Kebutuhan semen minimum ini ditetapkan untuk menghindari beton dari


kerusakan akibat lingkungan khusus, misalnya lingkungan korosif, air payau, air
laut.

Tabel 3.9 Kebutuhan Semen Minimum untuk berbagai Pembetonan dan Lingkungan
Khusus

Semen minimum
Jenis pembetonan
(kg/m3 beton)

Beton didalam ruang bangunan :

a. Keadaan keliling non-korosif 275


b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh
325
kondensasi atau uap korosif
Beton diluar ruang bangunan :

a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari


langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung 325
Beton yang masuk kedalam tanah :

a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-


275
ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah
Beton yang selalu berhubungan dengan air

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

tawar/payau/laut 325

Lihat tabel 7.15.a

Lihat tabel 7.15.b

Tabel 3.10 Kandungan semen minimum untuk beton yang berhubungan dengan air
tanah yang mengandung sulfat

Konsentrasi sulfat Kandungan


semen
Dalam tanah
minimum
(kg/m3)
SO3 dalam SO3 ukuran
Jenis semen
campuran dalam maksimum
Total SO3
air : tanah air tanah agregat
%
= 2 : 1 (gr/ltr) (mm)
(gr/ltr)
40 20

< 0,2 < 1,0 < 0,3 Tipe I dengan atau 280 300
pozolan (15 – 40%)

Tipe I tanpa pozolan


0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2 290 330
Tipe I dengan pozolan
(15 – 40%) atau semen
portland pozolan

Tipe II atau V

Tipe II atau V 250 290

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 Tipe II atau V dan lapisan 330 370
pelindung
> 2,0 > 5,6 > 5,0 330 370

Tabel 3.11 Kandungan semen minimum untuk beton bertulang dalam air

Kandungan semen minimum

Berhubungan ukuran maksimum agregat


Tipe semen (mm)
dengan

40 20

Air tawar Semua tipe I – V 280 300

Air payau Tipe I + pozolan (15 – 40%) 340 380


atau S.P. pozolan

Tipe II atau V
290 330
Tipe II atau V
Air laut 330 370

14. Penyesuaian kebutuhan semen

Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari (12) ternyata lebih sedikit dari
pada kebutuhan semen minimum (13) maka kebutuhan semen harus dipakai yang
minimum (yang nilainya lebih besar).

15.Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen

Jika jumlah semen ada perubahan akibat langkah (14) maka nilai faktor air semen
berubah.

Dalam hai ini, dapat dilakukan dua cara berikut :

a. cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi jumlah
air dengan jumlah semen minimum.

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

b. Cara kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen


minimum dengan faktor air semen.
Catatan : cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan cara kedua
akan menaikkan jumlah air yang diperlukan.

16. Penentuan daerah gradasi agregat halus

Berdasarkan gradasinya (hasil analisis ayakan) agregat halus yang akan dipakai
dapat diklasifikasikan menjadi 4 daerah. Penentuan daerah gradasi itu didasarkan
atas grafik gradasi yang diberikan dalam tabel 3.12. dengan tabel 3.12 tersebut
agregat halus dapat dimasukkan menjadi salah satu dari empat daerah, yaitu 1, 2,
3, dan 4.

Tabel 3.12 Batas Gradasi Pasir

Lubang ayakan Persen berat yang lewat ayakan


(mm) 1 2 3 4

10 100 100 100 100

4,8 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100

2,4 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100

1,2 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100

0,6 15 – 34 34 – 59 60 – 79 80 – 100

0,3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50

0,15 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 - 15

17. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar

Nilai banding antara agregat halus dan agregat kasar diperlukan untuk
memperoleh gradasi aregat campuran yang baik. Pada langkah ini dicari nilai
banding antara berat agregat halus dan berat agregat campuran. Penetapan

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

dilakukan dengan memperhatikan besar butir maksimum agregat kasar, nilai slam,
faktor air semen, dan daerah gradasi agregat halus. Berdasarkan data tersebut dan
grafik pada Gb. 3, 4, atau 5. dapat diperoleh persentase berat agregat halus
terhadap berat agregat campuran.

18. Berat jenis agregat campuran

Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus :

P K
Bj camp = x bj agg. hls + x bj agg. ksr
100 100

Dengan :

Bj camp = berat jenis agregat campuran

Bj agg. hls = berat jenis agregat halus

Bj agg. ksr = berat jenis agregat kasar

P = persentase agregat halus terhadap agregat campuran

K = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran

Berat jenis agregat halus dan agregat kasar diperoleh dari hasil pemeriksaan
laboraturium, namun jika tidak ada dapat diambil sebesar 2,60 untuk agregat tak
pecah/alami dan 2,70 untuk agregat pecahan.

19. Penentuan berat jenis beton

Dengan data berat jenis agregat campuran dari langkah (18) dan kebutuhan air
tiap meter kubik betonnya maka dengan grafik pada Gb. 6. dapat diperkirakan
berat jenis betonnya.

Caranya adalah sbb :

a. Dari berat jenis agregat campuran pada langkah 17 dibuat garis kurva berat
jenis gabungan yang sesuai dengan garis kurva yang paling dekat dengan
garis kurva pada gambar 6. kebutuhan air yang diperoleh pada langkah (11)

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

dimasukkan dalam gambar 6. kemudian dari nilai ini ditarik garis vertikal ke
atas sampai garis kurva yang dibuat pada a. Diatas.
b. Dari titik potong ini kemudian ditarik garis horizontal kekiri sehingga
diperoleh nilai berat jenis beton.
20. Kebutuhan agregat campuran dihitung dengan cara mengurangi berat
beton per-meter kubik dikurangi kebutuhan air dan semen.

21. Hitung berat agregat halus yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (17)
dan (20)

Kebutuhan agregat halus dihitung dengan cara mengalikan kebutuhan agregat


campuran dengan persentase berat agregat campuran dengan persentase berat
agregat halusnya.

22. Hitung berat agregat kasar yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (20)
dan (21)

Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi kebutuhan agregat


campuran dengan kebutuhan agregat halus.

Untuk mempermudah pelaksanaan, maka pada halaman berikut ini diberikan


formulir isian.

Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam
keadaan jenuh kering-muka maka harus dilakukan koreksi terhadap kebutuhan
bahannya. Koreksi harus selalu minimum per satu kali per hari.

Hitung koreksi dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

1) Air = A - ( Ah  A1) / 100 x B - ( Ak  A2) / 100 x C

2) Agregat halus = B + ( Ah  A1) / 100 x B

3) Agregat kasar = C + ( Ak  A2) / 100 x C

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Dengan :

A = jumlah kebutuhan air (liter/m3)

B = jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)

C = jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)

Ah = kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%)

Ak = kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%)

A1 = kadar air pada agregat halus jenuh kering-muka (%)

A2 = kadar air pada agregat kasar jenuh kering-muka (%)

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

FORM MIX DESIGN (dalam satuan mutu “ K ”)

NO URAIAN TABEL/GRAFIK NILAI


1 Kuat tekan karakteristik Ditetapkan 250 Kg/cm2 pada 28 hari
Bagian cacat 5%
2 Deviasi Standar Diketahui 70 Kg/cm2 atau tanpa data
atau PBI - Kg/cm2
3 Nilai tambah (margin) 1,64 x 70 = 115 Kg/cm2
4 Kekuatan rata-rata yang dtargetkan 250 + 115 = 365 Kg/cm2
5 Jenis Semen Ditetapkan Tipe 1
6 Jenis Agregat : Kasar Batu pecah
Halus Pasir Alami
7 Faktor air semen bebas Tabel 3.3 0.55 ( ambil nilai yang
Grafik 1 atau 2 terendah ).
8 Faktor air semen maximum Ditetapkan 0,6
atau PBI
9 Slump Ditetapkan Slump = 120 mm
atau PBI
10 Ukuran Agregat Maximum Ditetapkan 40 mm
atau PBI
11 Kadar air bebas Tabel 2 185 Kg/m3
12 Kadar semen 11 : 8 atau 7 185 : 0.55 = 337 Kg/m3
13 Kadar semen maxsimum Ditetapkan Kg/m3
14 Kadar semen minimum Ditetapkan 275 Kg/cm2 ( pakai bisa lebih
atau PBI Tabel 3.11 besar 12 lalu dihitung 15
15 Faktor air yang disesuaikan -
16 Susunan besar butir agregat halus Grafik Zona 1
17 Persen agregat halus 46 persen
18 Berat jenis relatif, agregat diketahui /dianggap 2.5 Kg/m3
( kering permukaan )
19 Berat jenis beton Grafik 2300 Kg/m3
20 Kadar agregat gabungan 19 - 12 -11 2300 - 337- 185 = 1778 Kg/m3
21 Kadar agregat halus 17 X 20 46% x 1778 = 817.9 Kg/m3
22 Kadar agregat kasar 20 - 21 1778 - 817.9 = 960.1 Kg/m3
Banyak bahan Semen Pasir Agregat kasar Air
( kg ) ( kg ) ( kg ) Kg / liter
Tiap m3 dgn ketelitian 5 kg :
Tiap campuran uji 1 m3 (terkoreksi) : 337 817.9 960.1 185
1 2.4 2.8 0.55
Perbandingan Berat : Pc: Pasir : Bt Pecah : Air
Slump : 120 mm

V. 1 kubus = 0.153 = 3.375 x10-3 = 0.00375 m3.

(Pc =1.26 kg, ps=3.1 kg, Kr = 3.6 kg, air = 0.7 kg)

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

FORM MIX DESIGN (dalam satuan mutu “ fc’ ”)

NO URAIAN TABEL/GRAFIK NILAI


1 Kuat tekan karakteristik Ditetapkan 22.5 Mpa pada 28 hari
Bagian cacat 5%
2 Deviasi Standar Diketahui 7 Mpa atau tanpa data
atau PBI - Mpa
3 Nilai tambah (margin) 1,64 x 7 = 11.48 Mpa
4 Kekuatan rata-rata yang dtargetkan 22.5 + 11.48 = 33.98 Mpa
5 Jenis Semen Ditetapkan Type 1
6 Jenis Agregat : Kasar Batu Pecah
Halus Pasir Alami
( ambil nilai
7 Faktor air semen bebas Tabel 3.3 0.53 yang
Grafik 1 atau 2 terendah ).
8 Faktor air semen maximum Ditetapkan 0,6
atau PBI
9 Slump Ditetapkan Slump = 50 mm
atau PBI
10 Ukuran Agregat Maximum Ditetapkan 40 mm
atau PBI
11 Kadar air bebas Tabel 2 170 Kg/m3
12 Kadar semen 11 : 8 atau 7 170 : 0.53 = 321 Kg/m3
13 Kadar semen maxsimum Ditetapkan Kg/m3
14 Kadar semen minimum Ditetapkan - Kg/cm2 ( pakai bisa lebih
atau PBI besar 12 lalu dihitung 15
15 Faktor air yang disesuaikan -
16 Susunan besar butir agregat halus Grafik Daerah ( Zone ) susunan butir 1
17 Persen agregat halus 39% persen
18 Berat jenis relatif, agregat diketahui /dianggap 2.59 Kg/m3
( kering permukaan )
19 Berat jenis beton Grafik 2380 Kg/m3
20 Kadar agregat gabungan 19 - 12 -11 - - = Kg/m3
21 Kadar agregat halus 17 X 20 x = Kg/m3
22 Kadar agregat kasar 20 - 21 - = Kg/m3
Banyak bahan Semen Pasir Agregat kasar Air
( kg ) ( kg ) ( kg ) Kg / liter
Tiap m3 dgn ketelitian 5 kg :
Tiap campuran uji 1 m3 (terkoreksi) : 321 736,71 1152,3 170
1
Pc 2,3
Perbandingan Berat : : Pasir : 3,58 Bt Pecah : 0.53Air
Slump :

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Tabel 1. Kuat tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk menetapkan
deviasi standar

Persyaratan kuat tekan fc’ (MPa)


Kuat tekan rata-rata perlu fcr (MPa)

Kurang dari 21 fc’ + 7,0

21 sampai dengan 35 fc’ + 8,5

Lebih dari 35 fc’ + 10,0

Tabel 2. Perkiraan kadar air bebas (kg/m3) yang dibutuhkan untuk beberapa tingkat
kemudahan pekerjaan adukan

Ukuran Besar Slump (mm)

Agregat Jenis Agregat 0-


Maksimum 10 10-30 30-60 60-180

10 mm Batu tak dipecah 150 180 205 225

Batu pecah 180 205 230 250

20 mm Batu tak dipecah 135 160 180 195

Batu pecah 170 190 210 225

40 mm Batu tak dipecah 115 140 160 175

Batu pecah 155 175 190 205

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Gambar 1. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen untuk Benda Uji
Kubus ( 150 x 150 x 150 mm )

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Gambar 2. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen untuk Benda Uji
Silinder ( 150 mm, tinggi 300 mm )

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Gambar 3. Prosentase Jumlah Pasir yang dianjurkan untuk Daerah Susunan Butir 1,
2, 3 dan 4 dengan Butir Maksimum Agregat 10 mm

Gambar 4. Prosentase Jumlah Pasir yang dianjurkan untuk Daerah Susunan Butir 1,
2, 3 dan 4 dengan Butir Maksimum Agregat 20 mm

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Gambar 5. Prosentase Jumlah Pasir yang dianjurkan untuk Daerah Susunan Butir 1,
2, 3 dan 4 dengan Butir Maksimum Agregat 40 mm

Gambar 6. Perkiraan berat isi beton basah yang telah selesai dipadatkan

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

FORM MIX DESIGN (dalam satuan mutu “ K ”)

NO URAIAN TABEL/GRAFIK NILAI


1 Kuat tekan karakteristik Ditetapkan 250 Kg/cm2 pada 28 hari
Bagian cacat 5%
2 Deviasi Standar Diketahui 70 Kg/cm2 atau tanpa data
atau PBI - Kg/cm2
3 Nilai tambah (margin) 1,64 x 70 = 115 Kg/cm2
4 Kekuatan rata-rata yang dtargetkan 250 + 115 = 365 Kg/cm2
5 Jenis Semen Ditetapkan Tipe 1
6 Jenis Agregat : Kasar Batu pecah
Halus Pasir Alami
7 Faktor air semen bebas Tabel 3.3 0.55 ( ambil nilai yang
Grafik 1 atau 2 terendah ).
8 Faktor air semen maximum Ditetapkan 0,6
atau PBI
9 Slump Ditetapkan Slump = 120 mm
atau PBI
10 Ukuran Agregat Maximum Ditetapkan 40 mm
atau PBI
11 Kadar air bebas Tabel 2 185 Kg/m3
12 Kadar semen 11 : 8 atau 7 185 : 0.55 = 337 Kg/m3
13 Kadar semen maxsimum Ditetapkan Kg/m3
14 Kadar semen minimum Ditetapkan 275 Kg/cm2 ( pakai bisa lebih
atau PBI Tabel 3.11 besar 12 lalu dihitung 15
15 Faktor air yang disesuaikan -
16 Susunan besar butir agregat halus Grafik Zona 1
17 Persen agregat halus 46 persen
18 Berat jenis relatif, agregat diketahui /dianggap 2.5 Kg/m3
( kering permukaan )
19 Berat jenis beton Grafik 2300 Kg/m3
20 Kadar agregat gabungan 19 - 12 -11 2300 - 337- 185 = 1778 Kg/m3
21 Kadar agregat halus 17 X 20 46% x 1778 = 817.9 Kg/m3
22 Kadar agregat kasar 20 - 21 1778 - 817.9 = 960.1 Kg/m3
Banyak bahan Semen Pasir Agregat kasar Air
( kg ) ( kg ) ( kg ) Kg / liter
Tiap m3 dgn ketelitian 5 kg :
Tiap campuran uji 1 m3 (terkoreksi) : 337 817.9 960.1 185
1 2.4 2.8 0.55
Perbandingan Berat : Pc: Pasir : Bt Pecah : Air
Slump : 120 mm

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

PERHITUNGAN PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

bacaan 100
Pengecekan =
luas penampang  koreksi umur

Angka koreksi (konversi umur) yang digunakan:


3 hari = 0.4
7 hari = 0.65
14 hari = 0.88
21 hari = 0.95
28 hari =1
Pengujian dilakukan pada saat:
3 hari :
7 hari :
14 hari :
28 hari :
21 hari :

Tanggal Test Berat Beton Bacaan Umur

Pengujian 1 =
Pengujian 2 =
Pengujian 3 =
Kuat tekan rata – rata =

Tanggal Test Berat Beton Bacaan Umur

Pengujian 1 =
Pengujian 2 =
Pengujian 3 =
Kuat tekan rata – rata =

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Tanggal Test Berat Beton Bacaan Umur

Pengujian 1 =
Pengujian 2 =
Pengujian 3 =
Kuat tekan rata – rata =

Tanggal Test Berat Beton Bacaan Umur

Pengujian 1 =
Pengujian 2 =
Pengujian 3 =
Kuat tekan rata – rata =

Tanggal Test Berat Beton Bacaan Umur

Pengujian 1 =
Pengujian 2 =
Pengujian 3 =
Kuat tekan rata – rata =

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan – Teknik Sipil

Anda mungkin juga menyukai