Anda di halaman 1dari 88

TEKNOLOGI BETON

2018 SEMESTER 3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat

BAB 2 : STUDI PUSTAKA

BAB 3 : PENGUJIAN AGREGAT HALUS


3.1 Analisa Saringan Pasir
3.2 Berat Jenis Pasir
3.3 Air Resapan Pasir
3.4 Berat Volume Pasir
3.5 Kadar Lumpur Pasir

BAB 4 : PENGUJIAN AGREGAT KASAR


4.1 Analisa Saringan Kerikil
4.2 Berat Jenis Kerikil
4.3 Air Resapan Kerikil
4.4 Berat Volume Kerikil
4.5 Kadar Lumpur Kerikil

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

BAB 5 : PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN


5.1 Perhitungan Kebutuhan Bahan (Mix Desain)
5.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton

BAB 6 : PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TULANGAN

BAB 7 : KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan
7.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Beton dan campuran antara semen porttland atau semen hidraulik yang lain,
dengan atau tanpa bahan tambalan kasar dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan yang membentuk masa padat. Beton mutu tinggi adalah suatu bahan
yang dibuat dari campuran beton dan penguranga semen dengan penambahan zat
aditif atau bahan inovasi sesuai dengan perbandingan sedemikian ruapa sehingga
bahan itu merupakan satu kesatuan yang dapat membentuk kekuatan yang lebih
tinggi. Kekuatana terutama beton terletak pada kuat tekan, karena sifat utama
beton adalah sangat kuat jika menerima beban tekan, maka mutu beton pada
umumnya hanya ditinjau terhadap kuat tekan beton tersebut ( ASTONI, 2004 )
Beton dengan mutu 30 Mpa menyatakan kekuatan tekan karakteristik
minimum adalah 361 kg/cm pada umur beton tersebut 28 hari, dengan
menggunakan beton silinder ukuran 15 x 30 cm yang mengacu kepada PBI 1971
yang merujuk pada standart Eropa lama.
Untuk lebih mengenal tentang karakteristik beton, maka diperlukan
pemahaman tentang beton. Pemahaman tersebut tidak hanya diperoleh dari
membaca atau hanya mendengar orang lain bercerita tentang beton. Pemahaman
yang lebih tentang beton, baik itu karakteristk, fungsi, cara membuat, dan hitung –
hitungan untuk membuat suatu campuran beton normal. Tentu dalam pelaksanaan
praktikum, perlu memperhatikan kaidah, syarat, standar nasional Indonesia yang
sudah ada sebelumnya. Misalnya, dalam pemiliha agregat halus, agregat kasar,
factor air semen maksimum, factor air semen minimum dan masih banyak lagi.
Menurut Djamarah dan Zain ( 2002 : 95 ) memberi pengertian bahwa metode
praktikum adalah proses pembelajaran dimana peserta didik melakukan dan
mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis membentuk

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

dan menarik kesimpulan suatu obyek, keadaan dan proses dari materi yang
dipelajari tentang gejala alan dan iteraksinya, Sehingga dapat menjawab
pertanyaan “Bagaimana Prosesnya ?. Terdiri dari unsur apa ?. Cara mana yang
lebih baik ?. Bagaimana dapat diketahui kebenarannya ?. yang semuanya
didapatkan melalui pengamatan induktif. Praktikum dapat dilakukan pada suatu
labolatorium atau diluar labolatorium, pekerjaan praktikum mengandung makna
besar untuk berpendapat, karena itu dapat dimasukkan dalam metode
pembelajaran.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah
1) Untuk mengetahui metode yang benar dalam pembuatan beton.
2) Untuk meengetahui proporsi kebutuhan bahan setiap 1 m beton dengan
kuat tekan rencana 30 MPa.
3) Untuk mengetahui kuat tekan karakteristik beton dengan kuat tekan
rencana 30 MPa.

Manfaat dari tulisan laporan ini adalah laporan ini dapat dijadikan sebagai
referensi praktikum beton bagi mahasiswa D3 Teknik Sipil Politeknik Negeri
Banyuwangi.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

BAB 2
STUDI PUSTAKA
2.1 Beton
Beton adalah bahan yang diperoleh dnegan mencampurkan agregat halus,
agregat kasar, semen portland, dan air (PBBI 1971 N.I. -2). Seiring dnegan
penambahan umur, beton akan semakin mengeras, dan akan mencapai kekuatan
rencana (f’c) pada usia 28 hari. Kecepatan bertambahnya kekuatan beton ini
sangat dipengaruhi oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan
beton didefinisikan sebagai bahan yang dipengaruhi dengan mencampuri agregat
halus, agregat kasar , semen portland dan air. Tetapi belakangan ini definisi dari
beton sudah semakin luas, dimana beton adalah bahan yang dibuat dari berbagai
macam tipe semen, agregat dan juga bahan pozzolan, abu terbang, terak dapur
tinggi, sulfur, serat dan lain-lain (Neville dan Brooks, 1987).
Perencanaan beton harus memenuhi kriteria perancangan yang berlaku.
Perancangan sendiri dimaksudkan untuk mendapatkan beton yang baik dimana
harus memenuhi memenuhi kriteria dua kinerja yang utamanya, yaitu kuat tekan
yang tinggi ( minimal sesuai dengan rencana) dan pengerjaan yang mudah
(workability). Selaian itu beton juga harus memenuhi kriteria antara lain, tahan
lama (durability) murah (aspect economic cost) dan tahan aus.
2.2 Material pembentuk Beton
Untuk memahami dan mempelajari seluruh perilaku elemen gabungan
diperlukan pengetahuan tentang karakteristik masing-masing komponen. Beton
dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi sejumlah material
pembuatannya (Nawy.1998)
Bahan pembentuk beton adalah semen portland, agregat halus, agregat
kasar, air, baja, tulangan, serat fiber dan bahan tambahan. Menurut Tjokrodimulyo

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

(1990), bahan pembentuk terdiri dari campuran agregat halus dan kasar dengan
semen dan air sebagai pengikatnya.
2.2.1 Agregat
Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat oleh
perekat semen (CUR 2, 1993). Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa
sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen
dan rapat, dimana agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah
yang ada diantara agregat berukuran besar (Nawy, 1998). Dua jenis agregat adalah
sebagai berikut :
a. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disentregasi alami dari
batuan atau perubahan batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm. Agregat
kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%. Apabila kadar
lumpur melampaui 1% maka agregat kasar harus dicuci (SK-SNI T-
15-1991-03).
b. Agregat Halus
Agregat yang berupa pasir sebagai hasil desintrasi alami dari batu-
batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah
batu (PBBI 1971 N.I -2). Umumnya pasir digali dari sungai cocok
untuk pembuatan beton dengan diameter antara 0-5 mm. Kandungan
lumpur tidak boleh lebih dari 5%. Apabila kadar lumpur lebih dari 5%,
maka agregat halus dicuci.
2.2.2 Semen Portland
Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan secara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis ditambah dengan bahan yang mengatur waktu ikat, umum nya
gips (CUR 2, 1993). Semen berfungsi merekatkan butir-butir agregat agar
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

membentuk suatu massa padat dan juga mengisi rongga udara diantara butir
agregat.
Merupakan peraturan beton 1989 (SKBI.1.4.53.1989) dalam ulasannya
dihalaman 1, membagi semen portland menjadi 5 jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2)
yaitu :
a. Jenis I : Semen portland yang dalam penggunaannya tidak
memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Biasanya
digunakan dalam konstruksi betob secara umum.
b. Jenis II : Semen portland yang penggunaannya memerlukan
ketahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan struktur
bangunan air/drainase dengan kadar konstruksi sulfat tinggi didalam air
tanah.
c. Jenis III : Semen portland untuk konstruksi yang menuntut
persyaratan kekuatan awal yang tinggi biasanya digunakan pada struktur-
struktur bangunan yang bekistingnya harus cepat dibuka dan akan segera
dipakai kembali.
d. Jenis IV : Semen portland dalam penggunaannya menggunakan
panas hidrasi yang rendah. Biasanya digunakan pada konstruksi
dam/bendungan, dengan tujuan panas yang terjadi sewaktu hidrasi
merupakan faktor penentuan bagi keutuhan beton. 11-4
e. Jenis V : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Digunakan untuk beton yang
lingkungannya mengandung sulfat, terutama pada tanah/air tanah dengan
kadar sulfat tinggi.
2.2.3 Air
Air digunakan sebagai bahan campuran dan pengaduk beton untuk
mempermudah pekerjaan. Menurut PBBI 1971 N.1.-2. Air dipeelukan untuk
proses hidrasi semen serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

kasar agar mudah diekrjakan dan didapatkan. Untuk bereaksi dengan semen, air
yang diperlukan hanya 25% berat semen. Pemaikaian air untuk beton tersebut
sebaiknya harus bersih.
Bahan tambahan adalah suatu bahan berupa bubukan atau cairan, yang
ditambahkan kedalam campuran beton selama pengadukan dalam jumlah tertentu
untuk merubah beberapa sifatnya (SNI 03-2847-2002). Kami menggunakan bahan
tambahan sikacim® concrette additive sebanyak 1,5% dari berat semen dan
berfungsi untuk mempercepat pengerasan kekuatan awal beton dengan
pengurangan air sampai 15% sebagai campuran adukan beton untuk mengurangi
keropos dan memudahkan pengecoran.
2.3 Workabilitas beton
Workabilitas adalah bahan-bahan betons setelah diaduk bersama
menghasilkan adukan yang bersifat sedemikian rupa sehingga adukan mudah
diangkat, dituang dan dicetak, dan dipadatkan menurut tujuan pekerjaannya tanpa
terjadi perubahan yang menimbulkan kesukaran atau menurunan mutu.
Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai slump yang identik dengan
tingkat keplastisan beton. Semakin plastis semakin mudah pengerjaan beton.
Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai slump antara lain :
1. Jumlah air pencampur
2. Kandungan semen
3. Gradasi campuran pasir-kerikil
4. Bentuk butiran agregat kasar
5. Butir maksimum
6. Cara pemadatan dan lat pemadat (Tri mulyono, 2003)
Ada 3 jenis slump yaitu, slump sejati, slump geser dan slumpu runtuh :

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

BAB 3
PENGUJIAN AGREGAT HALUS

3.1 Analisa saringan Pasir

a. Tujuan
Mengukur distribusi ukuran pasir/gradasi pasir.
b. Landasan Teori
Agregat merupakan komponen beton paling berperan dalam menentukan
besarnya volume beton. Pada beton biasanya terdapat 70-75 % volume
agregat. Agregat terbagi atas agregat halus umumnya terdiri dan pasir atau
partikelpartikel yang lewat saringan standar ASTM #4 atau 5 mm dan
#100. Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir, variasi ukuran
dan sesuatu dengan standart analisa saringan dan ASTM.
c. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Satu set ayakan ASTM : #4, #8, #16, #30, #50, #100
2. Timbangan analitis 2600 gram
3. Alat penggetar listrik (Shieve Shaker)
4. Pasir dalam keadaan kering oven
d. Prosedur Pengujian
1. Timbang pasir sebanyak 1000 gram.
2. Masukkan pasir dalam ayakan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan di atas, dan digetarkan dengan Sieve Shaker selama 10
menit.
3. Pasir yang tertinggal dalam ayakan ditimbang.
4. Kontrol berat pasir = 1000 gram.
e. Data Pengamatan dan Perhitungan

Saringan Tinggal pada % Kumulatif


saringan

Nomor mm gram % tinggal Lolos


4 4,76 75 7,5 7,5 92,5

8 2,38 122 12,2 19,7 80,3

16 1,19 154 15,4 35,1 64,9

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

30 0,59 240 2,4 37,5 62,5

50 0,297 236 23,6 61,1 38,9

100 0,149 143 14,3 75,4 24,6

Pan 0,00 30 3 78,4 21,6

Jumlah 1000 314,7

%komulatif tinggal
Angka Kehalusan =
100

314,7
= = 3,147
100
Penentuan (plotting) Zona pada pasir :

3.2 Berat Jenis Pasir

a. Tujuan
Mengukur berat jenis pasir dalam kondisi SSD
b. Landasan Teori
Pasir untuk bahan bangunan bermacam-macam (pasir, besi, kwarsa,
lesti,dll). Masing-másing jenis pasir mempunyai berat jenis yang berbeda-
beda, pasir yang digunakan untuk campuran beton juga tertentu dengan
tingkat kekuatan yang diinginkan. Untuk itu berat jenis pasir akan
mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri.
c. Alat dan Bahan Praktikum
1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Picnometer 100 cc
3. Oven
4. Pasir kondisi SSD (pasir yang sudah direndam selama 24 jam.
d. Prosedur Pengujian
1. Timbang picnometer.
2. Timbang pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram.
3. Masukkan pasir ke dalam picnometer kemudian ditimbang.
4. Picnometer yang berisi pasir diisi air sampai penuh dan
dipegang miring (diputar-putar) hingga gelembung udara
keluar.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

5. Picnometer diisi air hingga batas kapasitas dan ditimbang


beratnya.
6. Picnometer kosong diisi air hingga batas kapasitas dan
ditimbang beratnya.
e. Data Pengamatan dan Perhitungan

Percobaan nomor 1 2 3
Berat picnometer + air +
pasir (W2) 1675 168 1677
0
Berat pasir SSD (W1) 500 500 500
Berat picnometer + 1363,
air 5 13,6 1365
(W3) 8
w1
BJ pasir =
(w1+ w 3−w 2) 2,65 2,65 2,65

BJ pasir rata-rata = 2,65

3.3 Air Resapan Pasir


a. Tujuan
Mengukur kadar air resapan pasir
b. Landasan Teori
Proses penyerapan air dalam beton sangat berpengaruh terhadap waktu
beton mengeras. Masing-masing bahan campuran beton mempunyai tingkat
resapan yang barbeda tergantung jumlah rongga udara yang terjadi.
c. Alat dan Bahan Praktikum
1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Oven
3. Pasir kondisi SSD
d. Prosedur Pengujian
1. Timbang pasir kondisi SSD

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

2. Masukkan oven selama 24 jam


3. Pasir dikeluarkan dan setelah dingin ditimbang.
e. Data Pengamatan dan Perhitungan

Percobaan nomor 1 2 3
Berat pasir SSD (W1) 500 500 500
Berat pasir (W2) 493 495 496
KAR = (W1−W2) ×100 %
W2 0,014 0,010 0,008
Catatan KAR : Kadar Air Resapan
KAR rata-rata = 0,0106 %
3.4 Berat Volume Pasir
a. Tujuan
Mengukur Volume Silinder
b. Alat dan Bahan :
1. Tabung silinder
2. Alat rojok
3. Timbangan duduk
4. Pasir
c. Prosedur Pengujian
1. Timbang silinder
2. Timbanglah silinder yang sudah diisi pasir.
3. Keluarkan pasir yang sudah dari silinder, lalu isi silinder dengan pasir
menggunakan metode rojokan dengan memasukkan pasir ⅓ silinder,
dilanjutkan ⅔ selanjutnya sampai penuh.
4. Setiap ⅓ silinder dirojok 25 kali.
5. Timbang silinder isi pasir yang telah dirojok.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

d. Data pengamatan dan pengujian

Percobaan Nomor tanpa Rojokan


1 2 3
Berat Silinder (w1) 6,6 kg 6,6 kg 6,6 kg
Berat Silinder + Pasir (w2) 22,9 kg 23,2 kg 23 kg
Berat Pasir (w2 – w1) 16,3 kg 16,6 kg 16,4 kg
Volume Silinder (v) 10878,549 10878,549 10878,549
0,00149 0,00152 0,00150
w 2−w 1
v

Berat Volume rata-rata = 0,00451 : 3


= 0,00150

Percobaan Nomor Dengan Rojokan


1 2 3
Berat Silinder (w1) 6,6 kg 6,6 kg 6,6 kg
Berat Silinder + Pasir (w2) 23,7 kg 23,6 kg 24,2 kg
Berat Pasir (w2 – w1) 17,1 kg 17 kg 17,6 kg
Volume Silinder (v) 10878,549 10878,549 10878,549
0,00157 0,00156 0,00161
w 2−w 1
v

Berat Volume rata-rata dengan rojokan = 0,00474 : 3


= 0,00158
e. Kesimpulan
Dari hasil pengujian berat volume pasir didapatkan hasil sebagai berikut
bahwa dengan rojokan = ....... dan tanpa rojokan = ....... dari hasil tersebut
kita dapat menyimpulkan bahwa suatu material yang dirojok dan tanpa
dirojok lebih padat.
f. Kendala-kendala
Kesulitan pada saat penuangan pasir dari ⅓ bagian karena tidak adanya
tanda pada silinder.

3.5 Pengujian Kadar Lumpur Pasir (Kering)


a. Tujuan
Mengukur kadar lmupur pasir.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

b. Landasan Teori
Agregat halus yang baik harus terbebas dari bahan organik, lempung,
partikel yang lebih kecil dari saringan no. 100 atau bahan-bahan lain yang
bisa merusak campuran beton.
c. Alat dan Bahan
1. Timbangan analitis 2600 gr
2. Saringan 0.063 dan pan
3. Oven
4. Pasir oven
d. Prosedur Pengujian
1. Timbangan pasir kering oven sebanyak 500 gr.
2. pasir dicuci hingga bersih, yaitu mengaduk pasir dengan air cucian
kedalam saringan berkali-kali.
3. Pasir yang tertinggal disaringan dipindahkan di pan lalu dioven dengan
suhu 100 ± 5%.
e. Data Pengamatan dan Pengujian

Percobaan Nomor 1 2 3
Berat pasir kering oven (w1) 480 gr 480 gr 480 gr
Berat pasir bersih kering oven (w2) 448 gr 449 gr 452 gr
w 1−w 2 0,32 % 0,31 % 0,28 %
KL = x 100 %
100
KL rata-rata (%) 0,30 %

f. Kesimpulan
Dari hasil pengujian diatas didapatkan hasil sebagai berikut rata-rata kadar
lumpur pasir yaitu : 0,30 %
g. Kendala-kendala
Kesulit pada saat mencuci pasir diair dikarenakan pada saat pencucian
sebagian pasir ada yang larut dengan lumpur sehingga penimbangan tidak
optimal.
3.6 Pengujian Kadar Lumpur (Basah)
a. Tujuan
Mengukur kadar lumpur pasir
b. Landasan Teori
Agregat halus yang baik harus bebas dari bahan organik, lempung,
partikel yang lebih kecil dari saringan no. 100 atau bahan-bahan lainnya
yang bisa merusak campursn beton.
c. Alat dan Bahan
1. Botol bening

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

2. Penggaris
3. Air
4. Pasir
d. Prosedur Pengujian
1. Botol bening diisi pasir dengan tinggi ±6 cm.
2. Isi air kedalam botol bening hingga penuh dan tutup rapat, kemudian
dikocok dan diamkan selama 24 jam.
3. Endapan pasir dan lumpur diukur tingginya.
e. Data Pengamatan dan Perhitungan

Percobaan Nomor 1 2 3
Tinggi lumpur (h) 0,5 cm 0,8 cm 0,7 cm
Tinggi pasir (h) 4,8 cm 5,2 cm 4,3 cm
Kadar lumpur (mm) 1,041 mm 1,53 mm 1,62 mm
KL rata-rata % 7,39 mm

f. Kesimpulan
Dari pengujian kadar lumpur pasir didapatkan hasil sebagai berikut =
bahwa rata-rata kadar lumpur pasir yaitu :
g. Kendala-kendala
Kesulitan pada saat mencuci pasir diair dikarenakan pada saat pencucian
sebagian pasir ada yang larut dengan lumpur.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

BAB 4
PENGUJIAN AGREGAT KASAR
4.1 Analisa Saringan Kerikil
a. Tujuan
Mengukur distribusi ukuran butir atau gramadasi kerikil.
b. Landasan Teori
Agregat merupakan komponen yang paling berperan dalam menentukan
besarnya beton biasanya terdapat 70-75 % volume agregat. Agregat disebut
agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi 16 mm. Sifat agregat kasar
mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya terhadap
disintegrasi beton, mempunyai gradasi baik sesuai dengan standart analisa
saringan dari ASTM.
c. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Timbangan 10 kg
2. Satu set ayakan ASTM #3,#I2, # I4#/8#4,
#8,#16,#30,#50,#100.
3. Shieve shaker
4. Kerikil/ batu pecahan dalam keadaan kering oven.
d. Prpsedur Praktikum
1. Kerikil sebanyak 10 kg.
2. Memasukkan kerikil dalam ayakan dengan ukuran saringan
paling besar di atas dan digetarkan selama 10 menit.
3. Menimbang masing-masing kerikil yang tertinggal dalam
ayakan
4. Mengontrol berat kerikil = 10 kg

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

e. Data Pengamatan dan Perhitungan


Data pengamatan disajikan dalam tabel berikut :
Saringan Tinggal pada % Kumulatif
saringan

Nomor mm Gram % Tinggal Lolos


3” 76 0 100
3/2” 38.1 0 100
3/4” 19.1 2715 27,15 27,15 72,85
3/8” 9.5 6853 68,53 95,68 0,37
4 4.75
8 2.36
16 1.18
30 0.6
50 0.3
100 0.15
Pan 137 0,37 100 0
Jumlah 10000 322,46

Angka Kehalusan = %kumulatiftertinggal


100

. 322,46
= = 3,2246%
100
4.2 Air Resapan Kerikil
a. Tujuan
Mengukur kadar resapan air.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

b. Landasan Teori
Proses penyerapan air dalam bahan beton sangat berpengaruh terhadap
waktu untuk beton mengeras. Masing-masing bahan campuran beton
mempunyai tingkat resapan yang berbeda tergantung dan jumlah rongga udara
yang terjadi.
c. Alat dan Bahan Praktikum
1. Timbangan 25 kg
2. Oven
3. Kerikil dalam kondisi SSD
d. Prosedur Pengujian
1. Menimbang kerikil dalam kondisi SSD sebanyak 500
gram
2. Memasukkan kerikil tersebut ke dalam oven selama 24
jam
3. Mengeluarkan kerikil tersebut serta setelah dingin
ditimbang beratnya.
e. Data Pengamatan dan Perhitungan

Percobaan nomor 1 2 3
Berat kerikil SSD (W1) 500 500 500
Berat kerikil SSD (W2) 496 496 493
KAR = W1−W2 ×100 % W2 0,008 0,008 0.014

KAR rata-rata 0,03%

4.3 Berat Jenis Kerikil


a. Tujuan
Mengukur berat jenis batu pecah dalam kondisi SSD.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

b. Landasan Tori
Batu pecah untuk bahan bangunan campuran beton sangat mempunyai
tekstur yang tajam dan keras. Jenis macam agregat kasar (batu apung, batuan
ringan, dll).
Batu pecah yang digunakan untuk campuran beton berukuran antara 2
sampai 3 cm. Berat jenis batu apung berbeda dengan berat jenis batu kali
yang diolah menjadi batu pecah, untuk itu berat jenis agregat kasar sangat
berpengaruh terhadap kekuatan beton.
c. Alat dan Bahan Praktikum
Alat dan bahan praktikum yang digunakan :
1. Timbangan 25 kg
2. Kontainer
3. Mounting table
4. Keranjang sample
5. Batu pecah dalam kondisi SSD
6. Air suling.
d. Prosedur Pengujian
1. Batu pecah yang telah direndam selama 24 jam
diangkat kemudian dilap satu persatu
2. Timbang batu pecah dalam kondisi SSD.
3. Timbang pula beratnya di dalam air.
f. Data Pengamatan dan Perhitungan
Tabel Berat Jenis Batu Pecah :

Percobaan Batu Pecah 1 2 3


Berat batu pecah di udara
(W1) 3000 3000 3000

Berat batu pecah di air


(W2) 1789 1790 1795

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

W1
Bj batu pecah = 2,477 2,479 2,489
(W1−W2)
Bj rata-rata 2,481

4.4 Berat Volume Kerikil.

a. Tujuan
Mengukur Volume Silinder
b. Alat dan Bahan Praktikum
Alat dan bahan praktikum yang digunakan :
1. Tabung Silinder
2. Alat Pemadat
3. Timbangan Duduk
4. Kerikil
c. Prosedur Pengujian
1. Timbang silinder
2. Timbang silinder yang telah diisi kerikil.
3. Keluarkan kerikil dari silinder, lalu isi silinder dengan
pasir menggunakan metode rojokan dengan memasukkan
kerikil 1/3 silinder, 2/3 silinder, selanjutnya sampai penuh.
4. Setiap 1/3 silinder, kerikil dirojok 25 kali.
5. Timbang silinder kerikil yang sudah dirojok.
d. Prosedur Pengujian
6. Timbang silinder
7. Timbanglah silinder yang sudah diisi kerikil.
8. Keluarkan kerikil yang sudah ditimbang dari silinder, lalu isi silinder
dengan kerikil menggunakan metode rojokan dengan memasukkan
kerikil ⅓ silinder, dilanjutkan ⅔ selanjutnya sampai penuh.
9. Setiap ⅓ silinder dirojok 25 kali.
10. Timbang silinder isi kerikil yang telah dirojok.
h. Data pengamatan dan pengujian

Percobaan Nomor tanpa Rojokan


1 2 3

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Berat Silinder (w1) 9,6 kg 9,6 kg 9,6 kg


Berat Silinder + kerikil (w2) 28,1 kg 27,6 kg 27,7 kg
Berat Kerikil (w2 – w1) 18,5 kg 18 kg 18,1 kg
Volume Silinder (v) 17232,32 17232,32 17232,32

w 2−w 1
v 0,00107 0,00104 0,00105

Berat Volume rata-rata = 0,00316 : 3


= 0,00105

Percobaan Nomor Dengan Rojokan


1 2 3
Berat Silinder (w1) 9,6 kg 9,6 kg 9,6 kg
Berat Silinder + Kerikil 31,2 kg 31,2 kg 30,5 kg
(w2)
Berat Kerikil (w2 – w1) 21,6 kg 21,6 kg 20,9
Volume Silinder (v) 17232,32 17232,32 17232,32

w 2−w 1
v 0,0025 0,0025 0,0012

Berat Volume rata-rata dengan rojokan = 0,0062 : 3


= 0,00069
i. Kesimpulan
Dari hasil pengujian berat volume kerikil didapatkan hasil sebagai berikut
bahwa dengan rojokan = ....... dan tanpa rojokan = ....... dari hasil tersebut
kita dapat menyimpulkan bahwa suatu material yang dirojok dan tanpa
dirojok lebih padat.
j. Kendala-kendala
Kesulitan pada saat penuangan kerikil dari ⅓ bagian karena tidak adanya
tanda pada silinder.
4.5 Pengujian Kadar Lumpur Kerikil (Kering)
a. Tujuan
Mengukur kadar lumpur kerikil.
b. Landasan Teori
Agregat kasar yang baik harus terbebas dari bahan organik, lempung,
partikel yang lebih kecil dari saringan no. 100 atau bahan-bahan lain yang
bisa merusak campuran beton.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

c. Alat dan Bahan


1. Timbangan analitis 2600 gr
2. Saringan 0.063 dan pan
3. Oven
4. kerikil keirng oven
d. Prosedur Pengujian
1. Timbangan kerikil kering oven sebanyak 500 gr.
2. kerikil dicuci hingga bersih, yaitu mengaduk kerikil dengan air cucian
kedalam saringan berkali-kali.
3. kerikil yang tertinggal disaringan dipindahkan di pan lalu dioven
dengan suhu 100 ± 5%.
e. Data Pengamatan dan Pengujian
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat kerikil kering oven (w1) 550 gr 550 gr 550 gr
Berat kerikil bersih kering oven (w2) 546,4 gr 545,4 gr 543,8 gr
w 1−w 2 0,031 % 0,046 % 0,062 %
KL = x 100 %
100
KL rata-rata (%) 0,046 %
f. Kesimpulan
Dari hasil pengujian diatas didapatkan hasil sebagai berikut rata-rata kadar
lumpur kerikil yaitu :
k. Kendala-kendala
Kesulit pada saat mencuci kerikil diair dikarenakan pada saat pencucian
sebagian kerikil ada yang larut dengan lumpur sehingga penimbangan
tidak optimal.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

BAB 5
PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN
Perhitungan Kebutuhan Bahan

Perencanaan adukan beton cara inggris (“The Britist Mix Design


Method“) ini tercantum dalam ‘Design of Normal Concrete Mixes” telah
menggantikan cara “Road Note No.4” sejak tahun 1975. Di Indonesia cara ini
dikenal dengan cara DOE (‘Department of Environment’). Perencanaan dengan
cara DOE ini dipakai sebagai standart perencanaan oleh Depertemen Pekerjaan
Umum di Indonesia,dan dimuat standart SK.SNI.T-15-1990-03 dengan judul
bukunya : “Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal”.dalam
perencanaan cara ini digunakan tabeltabel dan grafik-grafik.

Langkah-langkah pokok cara ini adalah :

1. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur


tertentu
kuat tekan beton yang disyaratkan ditetapkan sesuai dengan persyaratan
perencanaan strukturnya dan kondisi setempat. Di Indonesia, yang
dimaksud dengan kuat tekan beton yang disyaratkan ialah kuat tekan beton
dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itu hanya sebesar 5% saja.
2. Penetapan nilai deviasi standart (s)
Deviasi standart ditetapkan berdasarkan singkat mutu pengendalian
pelaksanaan pencampuran betonnya. Makin baik mutu pelaksanaan makin
kecil nilai deviasi standartnya. Penetapan deviasi standart (s) ini

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

berdasarkan pada hasil pengalaman praktek pelaksana pada waktu yang


lalu, untuk pembuatan beton mutu yang sama dan menggunakan bahan
dasar yang sama pula.
a. Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton
serupa pada masa yang lalu maka persyaratannya (selain yang
tersebut diatas) jumlah data hasil uji minimum 30 buah. (satu data
hasil uji kuat tekan adalah hasil uji rata-rata dari uji tekan dua
silinder yang dibuat dari contoh beton yang sama dan diuji pada
umur 28 hari atau umur pengujian lain yang ditetapkan).
b. Jika jumlah data hasil uji kurang dari 30 buah maka dilakukan
koreksi terhadap nilai deviasi standart dengan suatu faktor pengali,
seperti tampak pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Faktor Pengali Deviasi Standart

Jumlah 30 25 20 15 <15
data

Faktor 1,0 1,03 1,08 1,16 Tidak boleh


pengali

*) untuk nilai antara dipakai interpolasi

Jika pelaksana tidak mempunyai catatan/ pengalaman hasil pengujian


beton pada masa lalu yang memenuhi persyaratan tersebut (temasuk data hasil uji
kurang dari 15 buah), maka nilai margin, langsung diambil sebesar 12 Mpa. (lihat
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

langkah 3). Untuk memberikan gambaran bagaimana cara menilai tingkat


pengendalian mutu pekerjaan beton, disini diberikan pedoman dengan melihat
tabel berikut :

Tabel 3.2. Nilai deviasi standart untuk berbagai tingkat pengendalian mutu
pekerjaan

Tingkat pengendalian mutu pengerjaan SD (Mpa)

Memuaskan 2,8

Sangat baik 3,5

Baik 4,2

Cukup 5,6

Jelek 7,0

Tanpa kendali 8,4

3. Perhitungan nilai tambah (“margin”), (M)


Jika nilai tambah ini sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa maka langsung ke
langkah 4. jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standart sd
maka dilakyukan dengan rumus berikut :
M = k. Sd
Dengan M = nilai tambah, Mpa K = 1,64

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Sd = deviasi standart, Mpa


4. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan
Kuat tekan beton rata-rata yang direncanakan diperoleh dengan rumus :
f’cr = f’c + M
Dimana : f’cr = kuat tekan rata-rata, Mpa
f’c = kuat tekan yang disyaratkan,Mpa
M = nilai tambah, Mpa
5. Penetapan jenis semen portland
Menurut PUBI 1982 di Indonesia Semen Portland dibedakan menjadi 5
jenis, yaitu jenis I, II, III, IV, dan V. Jenis I merupakan jenis semen biasa,
adapun jenis III merupakan jenis semen yang dipakai untuk struktur yang
menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi, atau dengan kata lain
sering disebut semen cepat mengeras. Pada langkah ini ditetapkan apakah
dipakai semen biasa ataukah semen yang cepat mengeras.
6. Penetapan jenis agregat
Jenis kerikil dan pasir ditetapkan, apakah berupa agregat alami (tak
dipecahkan) ataukah agregat jenis batu pecah (crushed aggregate).
7. Tetapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut :
a. Cara pertama : Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan
rata-rata silinder/ kubus beton yang direncanakan pada umur tertentu,
ditetapkan faktor air semen dengan melihat Gb.2 (untuk silinder) dan
Gb.1 (untuk kubus).
b. Cara kedua : Berdasarkan jenis semen yang dipakai, jenis agregat
kasar, dan kuat tekan rata-rata yang direncanakan pada umur tertentu,
ditetapkan nilai faktor air semen dengan tabel 3.3 dan

Langkah penetapannya dilakukan dengan cara sbb :

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

1) Lihat tabel 3.3 dengan data jenis semen, jenis agregat kasar, bentuk benda
uji dan umur beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder
beton yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0,50. jenis
maupun umur beton yang direncanakan, maka dapat diperoleh kuat tekan
beton seandainya dipakai f.a.s 0,50.
2) Lihat lukislah titik A pada Gb. 1 atau 2 dengan nilai f.a.s 0,50 (sebagai
absis) dan kuat tekan beton yang diperoleh dari tabel 3.3 (sebagai ordinat).
Pada titik A tersebut kemudian dibuat grafik baru yang bentuknya sama
dengan dua grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya ditarik garis
mendatar dari sumbu tegak dikiri pada kuat tekan rata-rata yang
dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut. Dari titik potong itu
kemudian ditarik garis kebawah sampai memotong sunbu mendatar dan
dapatlah dibaca nilai f.a.s yang dicari.
8. Penetapan faktor air semen maksimum
Agar beton yang diperoleh tidak cepat rusak misalnya, maka perlu
ditetapkan nilai f.a.s maksimum dilakukan dengan tabel 3.4
Jika nilai f.a.s maksimum ini lebih rendah dari nilai f.a.s dari langkah 7,
maka nilai f.a.s maksimum ini yang dipakai untuk perhitungan
selanjutnya.

Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (Mpa) dengan Faktor Air Semen 0,50

Jenis Jenis Kekuatan Tekan (Mpa) Bentuk


semen agregat benda uji
Umur (hari)

3 7 28 91

I,II,IV Alami 17 23 33 40 Silinder

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Batu pecah 19 27 37 45

Alami 20 28 40 48 Kubus

Batu pecah 23 32 45 54

III,IV Alami 21 28 38 44 Silinder

Batu pecah 25 33 44 48

Alami 25 31 46 53 kubus

Batu pecah 30 40 53 60

Tabel 3.4 persyaratan faktor Air Semen Maksimum untuk berbagai penbetonan
dan lingkungan khusus

Jenis pembetonan f.a.s maks

Beton didalam ruang bangunan

a. keadaan keliling non korosif 0,60

b. keadaan keliling non korosif, disebabkan


oleh kondensasi atau uap korosi
0,52

Beton diluar ruang bangunan

a. tidak terlindung dari hujan dan terik matahari

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

langsung 0,55

b. terlindung dari hujan dan terik matahari langsung

0,60

Beton yangmasuk kedalam tanah

a. mengalami keadaan kering dan basah berganti- 0,55

ganti

b. mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah 0,52

Beton selalu berhubungan dengan air tawar atau payau


atau laut
0,52 – 0,75

Tabel 3.5 faktor air semen maksimum untuk beton yangberhubungan dengan air
tanah yang mengandung sulfat

Konsentrasi sulfat (SO3) Jenis semen Fas


maks
Dalam tanah SO3
dalam air
Total SO3 SO3 dalam
tanah
campuran
% (gr/ltr)
air : tanah

=2:1

(gr/ltr)

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

< 0,2 < 1,0 0,3 Tipe I dengan atau tanpa 0,50
pozolan (15 – 40%)

Tipe I tanpa pozolan


0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2 0,55
Tipe I dengan pozolan (15 –
40%) atau semen portland

pozolan 0,55

Tipe II atau IV

0,5 – 1,0 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5 Tipe II atau V O,55

1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 Tipe II atau V dan lapisan 0,45
pelindung
> 2,0 > 5,6 > 5,0 0,45

Tabel 3.6 Faktor Air Semen untuk beton bertulang dalam air

Berhubungan dengan Tipe semen

Air tawar Semua tipe I – V

Air payau Tipe I + pozolan (15 – 40%)

S.P pozolan

Tipe II atau V

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Air laut Tipe II atau V

9. Penetapan nilai slump

Penetapan nilai slump dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan


pembuatan, pengangkutan, penuangan, pemadatan maupun jenis
strukturnya. Cara pengangkutan adukan beton dengan aliran dalam pipa
yang dipompa dengan tekanan membutuhkan nilai slump yang besar,
adapun pemadatan adukan dengan alat getar (triller) dapat dilakukan
dengan nilai slump yang agak kecil. Nilai slump yang diinginkan dapat
diperoleh dari tabel 3.7.

Tabel 3.7 Penetapan nilai slump (cm)

Pemakaian beton max Min

Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak 12,5 5,0


bertulang

Fondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan 9,0 2,5


struktur dibawah tanah

Pelat, balok, dan dinding 15,0 7,5

Pengerasan dalam 7,5 15,0

Pembetonan masal 7,5 2,5

10. Penetapan besar butir agregat maksimum

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Penetapan besar butir agragat maksimum dilakukan berdasarkan nilai


terkecil dari ketentuan-ketentuan berikut :

a. Tiga per empat kali jarak bersih minimum antar baja tulangan, atau
berkas baja tulangan atau tendon prategang atau selongsong.
b. Sepertiga tebal plat.
c. Seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan.
11. Tetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton,
berdasarkan ukuran maksimum agregat, jenis agregat, dan slump
yang diinginkan. Lihat tabel 3.8.

Tabel 3.8 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (liter)

Besar Jenis batuan Slamp

ukuran 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180

maksimu
m

kerikil

(mm)

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

10 Alami 150 180 205 225

Batu pecah 180 205 230 250

20 Alami 135 160 180 195

Batu pecah 170 190 210 225

40 Alami 115 140 160 175

Batu pecah 155 175 190 205

Dalam tabel 3.8 apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai dari
jenis yang berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan
diperbaiki dengan rumus :

A = 0,67 Ah + 0,33 Ak

Dengan :

A = jumlah air yang dibutuhkan, liter/m3

Ah = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya

Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya

12. Hitung berat semen yang diperlukan

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air (dari
langkah 11) dengan faktor air semen yang diperoleh pada langkah 7 dan 8.

13. Kebutuhan semen minimum

Kebutuhan semen minimum ditetapkan dengan tabel 3.9.

Kebutuhan semen minimum ini ditetapkan untuk menghindari beton dari


kerusakan akibat lingkungan khusus, misalnya lingkungan korosif, air payau, air
laut.

Tabel 3.9 Kebutuhan Semen Minimum untuk berbagai Pembetonan dan


Lingkungan Khusus

Jenis pembetonan Semen minimum

(kg/m3 beton)

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Beton didalam ruang bangunan :

a. Keadaan keliling non-korosif 275

b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh 325


kondensasi atau uap korosif Beton diluar ruang
bangunan :

a. Tidak terlindung dari hujan dan terik


matahari langsung

b. Terlindung dari hujan dan terik 325


matahari langsung

Beton yang masuk kedalam tanah :


275
a. Mengalami keadaan basah dan kering
bergantiganti

b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali


dari tanah

Beton yang selalu berhubungan dengan air

tawar/payau/laut 325

Lihat tabel 7.15.a

Lihat tabel 7.15.b

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Tabel 3.10 Kandungan semen minimum untuk beton yang berhubungan dengan
air tanah yang mengandung sulfat

Konsentrasi sulfat Jenis semen Kandungan


semen
Dalam tanah SO3
minimum
dalam air
Total SO3 SO3 dalam
tanah (kg/m3) ukuran
campuran
%
(gr/ltr) maksimum
air : tanah
agregat (mm)
=2:1
40 20
(gr/ltr)

< 0,2 < 1,0 < 0,3 Tipe I dengan 280 300
atau

pozolan (15 – 40%)


0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2 290 330
Tipe I tanpa pozolan

Tipe I dengan pozolan (15

– 40%) atau
semen
250 290
portland pozolan Tipe II
atau V

Tipe II atau V

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 Tipe II atau V dan lapisan 330 370
pelindung
> 2,0 > 5,6 > 5,0 330 370

Tabel 3.11 Kandungan semen minimum untuk beton bertulang dalam air

Berhubungan Tipe semen Kandungan semen agregat


dengan minimum ukuran
maksimum (mm)

40 20

Air tawar Semua tipe I – V 280 300 340


380
Air payau Tipe I + pozolan (15 – 40%)
atau S.P. pozolan Tipe II
atau V
290 330
Tipe II atau V
330 370
Air laut

14. Penyesuaian kebutuhan semen

Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari (12) ternyata lebih sedikit
dari pada kebutuhan semen minimum (13) maka kebutuhan semen harus
dipakai yang minimum (yang nilainya lebih besar).

15. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Jika jumlah semen ada perubahan akibat langkah (14) maka nilai faktor air
semen berubah.

Dalam hai ini, dapat dilakukan dua cara berikut :

a. Cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara


membagi jumlah air dengan jumlah semen minimum.

b. Cara kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah


semen minimum dengan faktor air semen.

Catatan : cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan cara
kedua akan menaikkan jumlah air yang diperlukan.

16. Penentuan daerah gradasi agregat halus

Berdasarkan gradasinya (hasil analisis ayakan) agregat halus yang akan


dipakai dapat diklasifikasikan menjadi 4 daerah. Penentuan daerah gradasi
itu didasarkan atas grafik gradasi yang diberikan dalam tabel 3.12. dengan
tabel 3.12 tersebut agregat halus dapat dimasukkan menjadi salah satu dari
empat daerah, yaitu 1, 2, 3, dan 4.

Tabel 3.12 Batas Gradasi Pasir

Lubang ayakan Persen berat yang lewat ayakan

(mm) 1 2 3 4

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

10 100 100 100 100

4,8 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100

2,4 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100

1,2 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100

0,6 15 – 34 34 – 59 60 – 79 80 – 100

0,3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50

0,15 0 - 10 0 - 10 0 - 10 1 - 15

17. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar

Nilai banding antara agregat halus dan agregat kasar diperlukan untuk
memperoleh gradasi aregat campuran yang baik. Pada langkah ini dicari
nilai banding antara berat agregat halus dan berat agregat campuran.
Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar butir maksimum
agregat kasar, nilai slam, faktor air semen, dan daerah gradasi agregat
halus. Berdasarkan data tersebut dan grafik pada Gb. 3, 4, atau 5. dapat
diperoleh persentase berat agregat halus terhadap berat agregat campuran.

18. Berat jenis agregat campuran


Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus :
Bj camp = P x bj agg. hls + K x bj agg. ksr
100 100

Dengan :

Bj camp = berat jenis agregat campuran

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Bj agg. hls = berat jenis agregat halus

Bj agg. ksr = berat jenis agregat kasar

P = persentase agregat halus terhadap agregat campuran

K = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran

Berat jenis agregat halus dan agregat kasar diperoleh dari hasil
pemeriksaan laboraturium, namun jika tidak ada dapat diambil sebesar 2,60 untuk
agregat tak pecah/alami dan 2,70 untuk agregat pecahan.

19. Penentuan berat jenis beton

Dengan data berat jenis agregat campuran dari langkah (18) dan kebutuhan
air tiap meter kubik betonnya maka dengan grafik pada Gb. 6. dapat
diperkirakan berat jenis betonnya. Caranya adalah sbb :

a. Dari berat jenis agregat campuran pada langkah 17 dibuat garis


kurva berat jenis gabungan yang sesuai dengan garis kurva yang paling
dekat dengan garis kurva pada gambar 6. kebutuhan air yang diperoleh
pada langkah (11) dimasukkan dalam gambar 6. kemudian dari nilai ini
ditarik garis vertikal ke atas sampai garis kurva yang dibuat pada a. Diatas.
b. Dari titik potong ini kemudian ditarik garis horizontal kekiri
sehingga diperoleh nilai berat jenis beton.
20. Kebutuhan agregat campuran dihitung dengan cara mengurangi
berat beton per-meter kubik dikurangi kebutuhan air dan semen.
21. Hitung berat agregat halus yang diperlukan, berdasarkan hasil
langkah (17) dan (20)

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Kebutuhan agregat halus dihitung dengan cara mengalikan kebutuhan


agregat campuran dengan persentase berat agregat campuran dengan
persentase berat agregat halusnya.
22. Hitung berat agregat kasar yang diperlukan, berdasarkan hasil
langkah (20) dan (21)
Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi kebutuhan
agregat campuran dengan kebutuhan agregat halus.
Untuk mempermudah pelaksanaan, maka pada halaman berikut ini
diberikan formulir isian. Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan
agregat kasar dianggap dalam keadaan jenuh kering-muka maka harus
dilakukan koreksi terhadap kebutuhan bahannya. Koreksi harus selalu
minimum per satu kali per hari.

Hitung koreksi dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

1. Air = A - [(Ah−A1)/100] x B - [(Ak−A2)/100] x C


2. Agregat halus = B + [(Ah−A1)/100] x B
3. Agregat kasar = C + [(Ak−A2)/100] x C

Dengan :

A = jumlah kebutuhan air (liter/m3)

B = jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)

C = jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)

Ah = kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%)

Ak = kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%)

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

A1 = kadar air pada agregat halus jenuh kering-muka (%)

A2 = kadar air pada agregat kasar jenuh kering-muka (%)

BAB 6
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TULANGAN

Tulangan (1)
6.1 Pendahuluan
Tulangan merupakan suatu fungsi yang sangat penting untuk struktur
beton karena daya dukung struktur beton bertulang didapatkan dari hasil kerja
sama antara beton dan tulangan. Kerja sama ini adalah hasil penelitian orang
Prancis Monier (1867). Ini tidak lain berarti penemuan tentang penulangan beton.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Pada periode awal, tulangan tersebut terdiri dari suatu jaringan batang-batang
besi. Dan dalam perkembangannya sampai sekarang menghasilkan baja beton
yang banyak dalam variasi pemakaiannya.
6.2 Dari Bijih Besi Sampai Baja Beton
6.2.1 Umum
Dalam bahasa sehari-hari, pengertian tentang besi dan baja sering tertukar.
Perkataan besi dalam segi teknik khasnya hampir digunakan untuk menyatakan
sebuah unsur Ferrum (Fe). Besi murni hampir tidak pernah dipakai. Biasanya
suatu logam dikotori dengan karbon dan unsur-unsur lain. Terutama unsur karbon
(C) sangat mempengaruhi perilaku dari besi. Kadar karbon dipakai juga sebagai
petunjuk untuk membedakan antara besi tuang dan baja.
 Besi dengan kadar karbon > 2% dinamakan besi tuang.
 Besi dengan kadar karbon < 2% dinamakan baja.
Besi tuang pada umumnya getas dan mempunyai titik lebur yang lebih
rendah (sekitar 1150°C, kadar 0,2 % karbon).
Besi dan baja merupakan logam yang banyak digunakan dalam teknik; dan
meliputi 95% dari seluruh produksi logam dunia. untuk penggunaan tertentu, besi
dan baja merupakan satu-satunya logam yang memenuhi persyaratan teknis
maupun ekonomis, namun di beberapa bidang lainnya logam ini mulai mendapat
persaingan dari logam bukan besi dan bahan bukan logam. diperkirakan bahwa
besi telah dikenal manusia disekitar tahun 1200 SM.
Proses pembuatan baja diperkenalkan oleh Sir Henry Bessemer dari Inggris
sekitar tahun 1800, sedang William Kelly dari Amerika pada waktu yang hampir
bersamaan berhasil membuat besi malleable. hal ini menyebabkan timbulnyaa
persengketaan mengenai masalah paten. Dalam sidang-sidang pengasilan terbukti
bahwa WIlliam Key lebih dahulu mendapatkan hak paten.
6.2.2 Bijih Besi

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Bijih adalah suatu bahan tambang yang diolah menjadi logam. Bumi
mengandung sejumlah besar bijih besi. Bijih besi ini berada di beberapa tempat
dan tersebar di seluruh bumi. Umumnya pertambangan bijih besi terdapat di
tempat terbuka, kadang-kadang diperlukan bangunan terowongan pertambangan.
Hasil tambang tersebut dapat berupa batu-batuan yang susunannya berbeda-beda.
Bijih besi adalah suatu persenyawaan kimiawi antara besi (Fe) dengan zat asam
terutama zat asam (O).
Mineral adalah suatu bahan yang banyak terdapat di dalam bumi, yang
mempunyai bentuk dan ciri-ciri khusus serta mempunyai susunan kimia yang
tetap. Sedangkan batu-batuan merupakan gabungan antara dua macam atau lebih
mineralmineral dan tidak mempunyai susunan kimia yang tetap. Bijih ialah
mineral atau batu-batuan yang mengandung satu macam atau beberapa macam
logam dalam prosentase yang cukup banyak untuk dijadikan bahan tambang.
Banyaknya logam yang terkandung dalam bijih itu berbeda-beda. Logam dalam
keadaan murni jarang sekali terdapat di dalam bumi, kebanyakan merupakan
senyawa-senyawa oksida, sulfida, karbonat, dan sulfat yang merupakan bijih
logam yang perlu diproses menjadi bahan logam yang bermanfaat bagi manusia.
Bijih besi dari tambang biasanya masih bercampur dengan pasir, tanah liat, dan
batu-batuan lainnya. Untuk kelancaran pengolahan bongkahan bijih tersebut
dipecahkan dengan mesin pemecah, kemudian disortir antara bijih besi dan
bebatuan ikutan dengan tromol magnit. Pekerjaan selanjutnya adalah mencuci
bijih besi tersebut dan mengelompokkan menurut besarnya, bijih-bijih halus dan
butir-butir yang kecil diaglomir di dalam dapur sinter atau di rol hingga bola-bola
yang dapat dipakai kembali sebagai isi dapur. Setelah bijih besi dipanggang di
dalam dapur panggang agar kering dan unsur-unsur yang mudah menjadi gas
keluar dari bijih besi kemudian dibawah ke dapur tinggi untuk diolah menjadi besi
kasar.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Beberapa bijih-bijih yang penting adalah: magnetiet (Fe2O4), Hematit


(Fe2O3) dan siderit (FeCo3). Kadar besi dari bijih-bijih yang disebut di atas 50-70
%. Bijih besi dimurnikan menjadi besi dimurnikan menjadi besi (Fe) di dalam
tanur tinggi “hoogoven”.
6.2.2.1 Pembuatan Besi Kasar
Bahan utama untuk membuat besi kasar adalah bijih besi. Berbagai macam
bijih besi yang terdapat di dalam kulit bumi berupa oksid besi dan karbonat besi,
diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut.
1. Batu besi coklat (2Fe2O3 + 3H2O) dengan kandungan besi berkisar 40%.
2. Batu besi merah yang juga disebut hematit (Fe2O3) dengan kandungan
besi berkisar 50%.
3. Batu besi magnet (Fe2O4) berwarna hijau tua kehitaman, bersifat magnetis
dengan mengandung besi berkisar 60%.
4. Batu besi kalsit atau spat (FeCO3) yang juga disebut sferosiderit dengan
mengandung besi berkisar 40%.
Bijih besi dari tambang biasanya masih bercampur dengan pasir, tanah liat,
dan batu-batuan dalam bongkah-bongkahan yang tidak sama besar. Untuk
kelancaran proses pengolahan bijih besi, bongkah-bongkah tersebut dipecahkan
dengan mesin pemecah, kemudian disortir antara bijih besih dan batu-batuan
ikutan dengan tromol magnet. Pekerjaan selanjutnya adalah mencuci bijih besi
tersebut dan mengelompokkan menurut besarnya, bijihbijih besi halus dan butir-
butir yang kecil diaglomir di dalam dapur sinter atau rol hingga berupa bola-bola
yang dapat dipakai kembali sebagai isi dapur. Setelah bijih besi itu dipanggang di
dalam dapur panggang agar kering dan unsur-unsur yang mudah menjadi gas
keluar dari bijih kemudian dibawa ke dapur tinggi diolah menjadi besi kasar.
Dapur tinggi mempunyai bentuk dua buah kerucut yang berdiri satu di atas
yang lain pada alasnya. Pada bagian atas adalah tungkunya yang melebar ke
bawah, sehingga muatannya dengan mudah meluncur kebawah dan tidak terjadi
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

kemacetan. Bagian bawah melebar ke atas dengan maksud agar muatannya tetap
berada di bagian ini. Dapur tinggi dibuat dari susunan batu tahan api yang diberi
selubung baja pelat untuk memperkokoh konstruksinya. Dapur diisi dari atas
dengan alat pengisi. Berturut-turut dimasukkan kokas, bahan tambahan (batu
kapur) dan bijih besi. Kokas adalah arang batu bara yaitu batu bara yang sudah
didestilasikan secara kering dan mengandung belerang yang sangat rendah sekali.
Kokas berfungsi sebagai bahan bakarnya dan membutuhkan zat asam yang
banyak sebagai pengembus. Agar proses dapat berjalan dengan cepat udara
pengembus itu perlu dipanaskan terlebih dahulu di dalam dapur pemanas udara.
Besi cair di dalam dapur tinggi, kemudian dicerat dan dituang menjadi besi kasar,
dalam bentuk balok-balok besi kasar yang digunakan sebagai bahan ancuran
untuk pembuatan besi tuang (di dalam dapur kubah), atau dalam keadaan cair
dipindahkan pada bagian pembuatan baja di dalam konvertor atau dapur baja yang
lain, misalnya dapur Siemen Martin.
6.2.3 Proses Tanur Tinggi
Tanur tinggi atau dapur tinggi adalah tungku besar yang bentuknya seperti
terowongan. Bahan yang harus dipanaskan dimasukkan pada bagian atas tungku.
Di bagian bawah tungku Tanur tinggi diisi dengan bijih besi, kokas (metalurgi)
dan bahan tambahan dalam perbandingan tertentu. Kokas didapat pada tanur
tinggi dari bahan batu bara tertentu. Batu bara dibakar dalam udara tertutup.
Prinsip dari proses dapur tinggi adalah prinsip reduksi. Pada proses ini zat karbon
monoksida dapat menyerap zat asam dari ikatan-ikatan besi zat asam pada suhu
tinggi. Pada pembakaran suhu tinggi + 18000 C dengan udara panas, maka
dihasilkan suhu yang dapat menyelenggarakan reduksi tersebut. Agar tidak terjadi
pembuntuan karena proses berlangsung maka diberi batu kapur sebagai bahan
tambahan. Bahan tambahan bersifat asam apabila bijih besinya mempunyai sifat
basa dan sebaliknya bahan tambahan diberikan yang bersifat basa apabila bijih
besi bersifat asam. Gas yang terbentuk dalam dapur tinggi selanjutnya dialirkan
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

keluar melalui bagian atas dan ke dalam pemanas udara. Terak yang menetes ke
bawah melindungi besi kasar dari oksida oleh udara panas yang dimasukkan, terak
ini kemudian dipisahkan.
Proses reduksi di dalam dapur tinggi tersebut berlangsung sebagai berikut:
Zat arang dari kokas terbakar menurut reaksi : C + O2 ------ > CO2 sebagian dari
CO2 bersama dengan zat arang membentuk zat yang berada ditempat yang lebih
atas yaitu gas CO.
CO2 + C ----- > 2CO
Di bagian atas dapur tinggi pada suhu 3000 sampai 8000 C oksid besi
yang lebih tinggi diubah menjadi oksid yang lebih rendah oleh reduksi tidak
langsung dengan CO tersebut menurut prinsip :
Fe2O3 + CO ---- > 2FeO + CO2
Pada waktu proses berlangsung muatan turun ke bawah dan terjadi reduksi tidak
langsung menurut prinsip :
FeO + CO ----- > FeO + CO2
Reduksi ini disebut tidak langsung karena bukan zat arang murni yang mereduksi
melainkan persenyawaan zat arang dengan oksigen. Sedangkan reduksi langsung
terjadi pada bagian yang terpanas dari dapur, yaitu langsung di atas pipa
pengembus.

Reduksi ini berlangsung sebagai berikut :


FeO + C ---- > Fe + CO
CO yang terbentuk itulah yang naik ke atas untuk mengadakan reduksi tidak
langsung tadi. Setiap 4 sampai 6 jam dapur tinggi dicerat, pertama dikeluarkan
teraknya dan baru kemudian besi. Besi yang keluar dari dapur tinggi disebut besi
kasar atau besi mentah yang digunakan untuk membuat baja pada dapur
pengolahan baja atau dituang menjadi balok-balok tuangan yang dikirimkan pada
pabrik-pabrik pembuatan baja sebagai bahan baku. Besi cair dicerat dan dituang
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

menjadi besi kasar dalam bentuk balok-balok besi kasar yang digunakan sebagai
bahan ancuran untuk pembuatan besi tuang (di dalam dapur kubah) atau masih
dalam keadaan cair dipindahkan pada bagian pembuatan baja (dapur Siemen
Martin). Terak yang keluar dari dapur tinggi dapat pula dimanfaatkan menjadi
bahan pembuatan pasir terak atau wol terak sebagai bahan isolasi atau sebagai
bahan campuran semen. Besi cair yang dihasilkan dari proses dapur tinggi
sebelum dituang menjadi balok besin kasar sebagai bahan ancuran di pabrik
penuangan, perlu dicampur dahulu di dalam bak pencampur agar kualitas dan
susunannya seragam. Dalam bak pencampur dikumpulkan besi kasar cair dari
bermacam-macam dapur tinggi yang ada untuk mendapatkan besi kasar cair yang
sama dan merata. Untuk menghasilkan besi kasar yang sedikit mengandung
belerang di dalam bak pencampur tersebut dipanaskan lagi menggunakan gas
dapur tinggi.
Setelah semua unsur gas menguap (gas kokas), sisa keseluruhannya
hampir berupa karbon (C) murni dalam bentuk (abu) kokas yang mengendap.
Kokas dibakar menjadi karbon monoksida di dalam tanur tinggi yang diembusi
banyak udara panas. Karena itu dapat dapat terjadi pembakaran dalam temperatur
tinggi (sekitar 2000°C yang diperlukan untuk proses reduksi. Proses ini adalah
suatu proses oksidasi yang mereduksi bijih besi (dimana terbentuk CO)
bertingkat.
6.2.4 Pabrikasi Baja
Dalam pabrikasi baja, besi tuang dimurnikan menjadi baja. Disini kadar
karbon sangat diperkecil. Pada masa pemurnian ini unsur karbon (C) yang
berlebihan akan dibakar dan karbonmonoksida (CO) akan disisihkan.
Untuk menurunkan kadar karbon dan unsur tambahan lainnya dari besi kasar
digunakan dengan cara sebagai berikut:
1. Proses Konvertor :
a. Proses Bessemer untuk besi kasar dengan kadar fosfor yang rendah.
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

b. Proses Thomas untuk besi kasar dengan kadar fosfor yang tinggi.
c. Proses Oksi, proses LD, Kaldo dan Oberhauser.
2. Proses Martin (dapur Siemen Martin)
a. Proses Martin asam untuk besi kasar dengan kadar fosfor rendah.
b. Proses Martin basa untuk besi kasar dengan kadar fosfor tinggi.
3. Dapur Listrik untuk baja Campuran
a. Dapur listrik busur nyala api.
b. Dapur listrik induksi.
Untuk proses pemurnian ini yang dibahas hanya 3 buah proses, yaitu
Proses Siemens-Martin, Proses Baja Oxy, dan proses Baja Elektro.

Proses Siemens – Martin

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Proses lain untuk membuat baja dari bahan besi kasar adalah
menggunakan dapur Siemens Martin yang sering disebut proses Martin. Dapur ini
terdiri atas satu tungku untuk bahan yang dicairkan dan biasanya menggunakan
empat ruangan sebagai pemanas gas dan udara. Pada proses ini digunakan muatan
besi bekas yang dicampur dengan besi kasar sehingga dapat menghasilkan baja
dengan kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan baja Bessemer maupun
Thomas. Gas yang akan dibakar dengan udara untuk pembakaran dialirkan ke
dalam ruangan-ruangan melalui batu tahan api yang sudah dipanaskan dengan
temperatur 600 sampai 9000 C. dengan demikian nyala apinya mempunyai suhu
yang tinggi, kira-kira 18000 C. gas pembakaran yang bergerak ke luar masih
memberikan panas kedalam ruang yang kedua, dengan menggunakan keran
pengatur maka gas panas dan udara pembakaran masuk ke dalam ruangan tersebut
secara bergantian dipanaskan dan didinginkan. Bahan bakar yang digunakan
adalah gas dapur tinggi, minyak yang digaskan (stookolie) dan juga gas generator.
Pada pembakaran zat arang terjadi gas CO dan CO2 yang naik ke atas dan
mengakibatkan cairannya bergolak, dengan demikian akan terjadi hubungann
yang erat antara api dengan bahan muatan yang dimasukkan ke dapur tinggi.
Bahan tambahan akan bersenyawa dengan zat asam membentuk terak yang
menutup cairan tersebut sehingga melindungi cairan itu dari oksida lebih lanjut.
Setelah proses berjalan selama 6 jam, terak dikeluarkan dengan memiringkan
dapur tersebut dan kemudian baja cair dapat dicerat. Hasil akhir dari proses
Martin disebut baja Martin.
Baja ini bermutu baik karena komposisinya dapat diatur dan ditentukan
dengan teliti pada proses yang berlangsung agak lama. Lapisan dapur pada proses
Martin dapat bersifat asam atau basa tergantung dari besi kasarnya mengandung
fosfor sedikit atau banyak. Proses Martin asam teradi apabila mengolah besi kasar
yang bersifat asam atau mengandung fosfor rendah dan sebaliknya dikatakan

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

proses Martin basa apabila muatannya bersifat basa dan mengandung fosfor yang
tinggi.
Keuntungan dari proses Martin dibanding proses Bessemer dan Thomas adalah
sebagai berikut :
a. Proses lebih lama sehingga dapat menghasilkan susunan yang lebih baik
dengan jalan percobaan-percobaan.
b. Unsur-unsur yang tidak dikehendaki dan kotoran-kotoran dapat
dihindarkan atau dibersihkan.
c. Penambahan besi bekas dan bahan tambahan lainnya pada akhir proses
menyebabkan susunannya dapat diatur sebaik-baiknya.
Selain keuntungan di atas dan karena udara pembakaran mengalir di atas
cairan maka hasil akhir akan sedikit mengandung zat asam dan zat lemas. Proses
Martin basa biasanya masih mengandung beberapa kotoran seperti zat asam,
belerang, fosfor dan sebagainya. Sedangkan pada proses Martin asam kadar
kotorankotoran tersebut lebih kecil.
Seperti pada gambar di atas, tanur Siemens-Martin diisi dengan besi kasar
dan serpih besi. Perbandingan kedua besi ini banyak variasinya. Pemanasan yang
dibutuhkan akan disuplay dengan membakar uap minyak yang banyak
mengandung zat asam atau gas yang selalu berada di atas permukaan leburan baja.
Keistimewaan dari tanur ini yaitu, gas pembakar untuk busur nyala api dipanasi
lebih dahulu oleh gas buang. Baja ditampung dari bagian samping (bawah) tanur
dan selanjutnya dituang dalam bentuk blok untuk pabrik penggilasan.
Proses Baja Oxy
Proses konvertor yang lebih modern adalah proses oksi, pada proses ini
menggunakan bahan besi kasar yang mempunyai komposisi kurang baik apabila
dikerjakan dengan konvertor Bessemer maupun Thomas. Disini asam murni
dihembuskan di atas cairan dan kadang-kadang juga kedalam cairan besi,
sehingga karbon, silisium, mangan dan sebagainya terbakar. Hasil pembakaran
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

unsur-unsur tersebut ditampung oleh bahan tambahan batu kapur dan terikat
menjadi terak yang mengapung di atas cairan besi.
Proses pembakaran zat asam dengan zat arang terjadi pada panas yang
tinggi sekali, maka diperlukan pendinginan dengan jalan memberikan tambahan
baja bekas. Hasil akhir dari proses ini adalah baja oksi yang bermutu sangat baik
karena pengaruh buruk dari unsur udara tidak ada. Oleh karena itu baja oksi baik
sekali digunakan sebagai bahan pembuatan konstruksi dan komponen-komponen
mesin, seperti : poros, baut, pasak, batang penggerak dan lain lainnya.
Keuntungan dari proses oksi adalah sebagai berikut :
a. Waktu proses relatif pendek.
b. Hasilnya mengandung fosfor (P)dan belerang (S) yang rendah.
c. Hasil yang diproduksi relatif lebih banyak dalam tempo yang sama
dibanding proses lainnya.
d. Biaya produksi baja tiap ton lebih murah.
Proses baja Oxy terdiri dari leburan besi kasar dan muatan konventor. Ada
kalanya bijih atau serpih besi ikut disertakan untuk mempengaruhi lintasan
temperatur. Dengan memakai sebuah pipa yang ujungnya lancip seperti tombak
(lans) yang berada 750 mm di atas permukaan logam lebur, zat asam diembuskan
kencang ke arah kolam. Karena itu dapat terjadi pengadukan yang keras. Unsur
Krbon dari besi kasar dibakar atau oleh beberapa unsur lain disenyawakan dengan
terak. Setelah proses pengolahan ini selesai, baja dituangkan ke dalam panci tuang
sedangkan teraknya ditampung di panci terak. Tergantung dari pemakaiannya, bila
perlu ditambahkan bahan paduan tertentu dalam leburan baja. Selanjutnya baja
yang dihasilkan dituang dalam bentuk blok untuk pabrik penggilasan.
Proses Baja Elektro
Di samping proses baja oxy ada juga proses baja elektro yang terutama
dikerjakan pada pabrikasi baja berskala kecil. Tanur elektro diisi dengan besi
kasar dan/atau serpih besi. Perapian memakai busur nyala api yang dibentuk oleh
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

muatan besi dan elektroda yang dipasang dalam tanur. Akibat pemanasan di
dalam tanur yang sangat tinggi semua ‘pengotoran’ terbakar. Terak yang terjadi
ditampung dari sebelah samping tanur sedangkan dari sisi lainnya baja dituangkan
ke dalam panci tuang. Setelah baja ditambah dengan bahan paduan atau tidak,
kemudian dituang dalam bentuk blok. Di masa kini lebih suka dipakai sebuah
metode, dimana baja dituang ke sebuah bak berbentuk corong dengan satu lubang
atau lebih yang berbentuk bujur sangkar. Secara demikian dapat terjadi
kesinambungan penuangan batang yang berbentuk persegi empat. Batang ini
dipotong dengan gunting (khusus) dan membentuk lempengan baja sesuai dengan
panjang yang diinginkan.
Dapur ini berdasarkan prinsip panas yang memancar dari busur api, dapur ini juga
dikenal dengan sebutan dapur busur nyala api. Dapur ini merupakan suatu tungku
yang bagian atasnya digantungkan dua batang arang sebagai elektroda pada arus
bolak-balik atau dengan tiga buah elektroda arang yang dialirkan arus putar.
Misalnya pada dapur Stassano busur api terjadi antara tiga ujung elektroda arang
yang berada di atas baja yang dilebur melalui ujung elektroda itu dengan arus
putar. Pada dapur Girod, arus bolak balik mengalir melalui satu elektroda yang
membentuk busur api di antara kutub dan baja cair selanjutnya dikeluarkan
melalui enam buah elektroda baja yang didinginkan dengan air ke dasar tungku.
Pada dapur Heroult menggunakan dua elektroda arang dengan arus bolakbalik dan
dapat juga menggunakan tiga buah elektroda pada arus putar. Arus listrik
membentuk busur nyala dari elektroda kepada cairan dan kembali dari cairan ke
elektroda lainnya. Hasil akhir dari dapur listrik disebut baja elektro yang bermutu
sangat baik untuk digunakan sebagai alat perkakas misalnya pahat, alat tumbuk
dan lain-lainnya
6.2.5 Penggilasan
Dengan memanasi sampai dengan temperatur sekitar 1300°C, blok (baja)
akan digilas menjadi blok baja gilas dan lempengan baja gilas. Lempengan
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

tersebut berbentuk empat persegi dengan penampang 80 x 80 mm2 sampai 130 x


130 mm2, ini adalah produk bahan dasar untuk penggilasan baja beton.
Ketika menggilas lempengan baja, kecepatan menggilas setiap gilasan
makin bertambah. Berkaitan dengan kualitas produksi-akhir kecepatan ini ada
batas maksimumnya. Suatu cara pengilasan dikatakan tidak modern apabila
produksinya melalui satu garis. Sejak beberapa tahun yang lalu dipakai pula suatu
cara penggilasan panas yang dinamakan dinamakan “Slit Rolling”. Satu batang
lempengan dibentuk menjadi dua batang. Karena dengan kecepatan penggilasan
yang lebih lambat dapat pula mencapai hasil produksi yang lebih banyak.

6.2.5.1 Menggilas Batang


Langsung setelah digilas, baja beton dipotong sesuai dengan panjangnya
dan melalui suatu ban berjalan akan dipindahkan ke tempat pendinginan.
Akhirnya didinginkan dengan udara (tenang) pada temperatur sekitar 950°C
(udara tidak dihembuskan).
Sejak beberapa tahun yang lalu digunakan air pendingin yang dikontrol
intensif, hal ini berjalan langsung setelah penggilasan. Disini temperatur
permukaaan batang sangat cepat dingin mulai 950°C sampai 200°C. Akibat
pengerjaan ini kulit bagian luar sangat kuat tetapi getas. Ketika meninggalkan

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

trayek pendinginan, inti batang yang masih panas sekitar 950°C Akan memanasi
kulit batang lagi sampai sekitar 640°C, hingga kulit tersebut langsung menjadi
lunak (liat) dan sedikit kurang kuat, tetapi mempunyai struktur butiran halus dan
liat. Selanjutnya struktur inti batang berubah pula menjadi struktur butiran halus
akibat dari pendinginan yang dipercepat (penyaluran panas dipercepat ke kulit
luar). Peninggian kekuatan yang dicapai secara pendinginan mendadak (air
pendingin), berdasarkan struktur penyepuhan keras butiran halus di bagian luar
batang (kira-kira 50% dari penampangnya). Perbaikan struktur secara demikian
menghasilkan batas luluh/leleh) sebesar 100 Mpa serta kuat tarik 200 Mpa, ini
lebih besar daripada cara pendinginan baja beton yang keseluruhannya
didinginkan dengan udara (tenang).
6.2.6 Komposisi Kimia Baja Beton
Pada pabrikasi baja, perhatian terhadap komposisi kimia baja hanya sedikit
diperhatikan. Unsur besi dalam bentuk murni jarang dipakai. Berkaitan dengan
tujuan dan penggunaan baja, pada pabrilkasi baja akan ditambahkan logam
paduan ketika baja dilebur.
Baja beton adalah suatu paduan yang terutama terdiri dari persenyawaan
unsur besi (Fe) dan unsur dari beton lain, misalkan mangan (Mn), tembaga (Cu),
vanadium (V) dan niobium (Nb) serta non logam seperti karbon (C), silisium (Si),
fosfor (P) dan belerang (S). Sifat-sifat dari baja sangat tergantung dari kadar
karbon. Disebabkan kadar karbon yang sedikit saja telah cukup mengubah besi
lunak dan liat menjadi mekanisasi keseluruhan yang lain. Makin tinggi kadar
karbon semakin kuat dan keras. Tetapi keliatannya semakin menurun, material
lebih getas. Karena itu pengerjaannya lebih sukar terutama untuk baja dengan
kadar karbon lebih dari 0,3 %. Pengaruh fosfor dari belerang terhadap baja kurang
menguntungkan (kegetasan) dan hanya boleh mengandung prosentase yang kecil
(sampai sekitar 0,6 %). Disamping unsur karbon, baja yang dipadu dengan

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

mangan, vanadium dan silisium kekuatannya akan meningkat sedangkan paduan


dengan tembaga daya tahan korosi diperbesar.
6.2.7 Baja Beton
Besi atau baja yang dihasilkan dari dapur-dapur baja disebut besi atau baja
karbon, yaitu campuran antara besi dengan zat arang (karbon). Sedangkan unsur
lainnya seperti fosfor, belerang dan sebagainya juga ada didalamnya, namun
dalam prosentase yang kecil sekali sehingga dianggap tidak mempengaruhinya.
Unsur paduan itu diberikan dengan maksud memperbaiki atau memberi sifat baja
yang sesuai dengan sifat yang dikenhendaki pada baja. Berdasarkan banyaknya
karbon yang dikandung besi atau baja, dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Besi atau baja tempa yang mengandung berkisar antara 0,01 s/d 1,7 %
karbon.
b. Besi atau baja tuang yang mengandung berkisar antara 2,3 s/d 3,5 %
karbon, baja ini sangat tidak baik untuk ditempa.
Besi atau baja yang kadar karbonnya berkisar antara 1,8 s/d 2,2 %, tidak
dibuat karena pada prosentase tersebut sifatnya kurang baik.
1. Baja Karbon
Baja karbon adalah baja yang mengandung karbon sampai 1,7 %. Baja
karbon digolongkan menjadi tiga kelompok berdasarkan banyaknya
karbon yang terkandung dalam baja, yaitu :
a. Baja karbon rendah.
Baja yang mengandung karbon antara 0,10 s/d 0,30 %. Baja karbon rendah
dalam perdagangan dibuat dalam bentuk pelat, batangan untuk keperluan
tempa, pekerjaan mesin, dan lain-lain.
b. Baja karbon sedang.
Baja ini mengandung karbon antara 0,30 s/d 0,60 %. Baja karbon sedang
dalam perdagangan biasanya digunakan sebagai alat-alat perkakas, baut,
poros engkol, roda gigi, ragum, pegas, dan lain lain.
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

c. Baja karbon tinggi.


Baja yang mengandung karbon antara 0,70 s/d 1,5 %. Baja karbon ini
banyak digunakan untuk keperluan pembuatan alat-alat konstruksi yang
berhubungan dengan panas yang tinggi atau dalam penggunaannya akan
menerima dan mengalami panas, misalnya landasan, palu, gergaji, pahat,
kikir, mata bor, bantalan peluru, dan sebagainya. Berdasarkan penggunaan
baja dapat diklasifikasikan dalam dua grup yaitu baja konstruksi dan baja
perkakas. Baja kontruksi termasuk kontruksi bangunan dan kontruksi
mesin. Baja kontruksi bangunan umumnya mengandung karbon sampai
0,3 % dengan kekuatan tarik dan batas regang rendah serta tidak dapat
dikeraskan. Sedangkan baja mesin umumnya memiliki kadar karbon
berkisar 0,3 s/d 0,6 %, mempunyai kekerasan yang lebih besar, kekuatan
tarik dan batas regang agak tinggi serta dapat dikeraskan.
Kedua grup baja di atas masih digolongkan lagi menjadi baja yang tidak dipadu,
baja paduan rendah dan baja paduan tinggi, yaitu :
a. Baja yang tidak dipadu mengandung 0,06 s/d 1,5 % karbon, dengan sedikit
mangan (Mn), silisium (Si), fosfor (P), dan belerang (S).
b. Baja paduan rendah mengandung 0,06 s/d 1,5 % karbon dengan tambahan
5 % bahan paduan.
c. Baja paduan tinggi mengandung 0,03 s/d 2,2 % karbon dengan lebih dari
satu bahan paduan sebanyak 5 % atau lebih.
2. Baja Kontruksi
Baja kontruksi digunakan untuk keperluan kontruksi bangunan dan
pembuatan bagian-bagian mesin. Berdasarkan campuran dan proses
pembuatannya, baja kontruksi dibedakan menjadi :
a. baja karbon biasa.
b. Baja kontruksi kualitas tinggi.
c. Baja spesial.
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Adapun baja kontruksi dikelompokakan dalam tiga jenis terdiri dari : a.


Baja kontruksi umum. Baja kontruksi umum terdiri atas jenis baja karbon dan baja
kualitas tinggi yang dipadu. Penggunaan baja ini didasarkan atas pertimbangan
tegangan tarik minimumnya yang cukup tinggi. Baja ini banyak digunakan pada
kontruksi bangunan gedung, jembatan, poros mesin dan roda gigi. Baja kontruksi
umum diperdagangkan dalam dua jenis kualitas yang biasanya dibedakan dengan
pemberian nomer kode 2 dan 3.
Contoh :
 St. 44 – 2 untuk kualitas tinggi.
 St. 44 – 3 untuk kualitas istimewa (khusus).
d. Baja otomat.
Baja otomat terdiri atas baja kualitas tinggi yang tidak dipadu dan baja
kualitas tinggin paduan rendah dengan kadar belerang (S) dan fosfor (P) yang
tinggi. Baja ini mengandung 0,07 s/d 0,065 % karbon, 0,18 s/d 0,4 % belerang,
0,6 s/d 1,5 % mangan, dan 0,05 s/d 0,4 % silisium. Untuk keperluan
menghaluskan permukaan ditambahkan lagi dengan timbal (Pb) 0,15 s/d 0,3 %.
Karena mengandung belerang (S) dan fosfor (P) yang cukup tinggi, maka baja
otomat sangat tidak baik untuk pekerjaan las.
e. Baja case hardening.
Baja case hardening diperoleh dengan menaruh baja lunak diantara bahan
yang kaya dengan karbon dan memanaskannya hingga di atas suhu kritis
atasnya (900 – 9500 C) dalam waktu yang cukup lama untuk mendapatkan
lapisan permukaan yang banyak mengandung karbon.
Baja case hardening ini terdiri atas baja kualitas tinggi yang tidak dipadu
dan baja spesial yang tidak dipadu maupun yang dipadu. Supaya benda
kerja tetap liat, diusahakan kandungan karbon pada bagian permukaan
benda kerja yang telah dikarbonisasikan tadi berkisar antara 0,6 – 0,9 %.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

3. Baja Perkakas
Baja perkakas banyak digunakan untuk bahan membuat perkakas,
misalnya stempel, kaliber, serta alat-alat potong. Baja perkakas
dikelompokkan berdasarkan :
1. Keadaan paduan : tidak dipadu, paduan rendah, dan paduan tinggi.
2. Bahan pendingin : air, minyak, dan udara.
3. Proses pengerasan : pengerjaan panas dan pengerjaan dingin.
Sifat-sifat baja perkakas tanpa paduan yang terpenting adalah sebagai berikut : a.
Kandungan karbon antara 0,35 – 1,6 %.
a. Temperatur pengerasan 750 – 8500 C.
b. Temperatur tempering 100 – 3000 C.
c. Temperatur kerja sampai 2000 C.
Penggunaan baja perkakas tanpa paduan ditentukan oleh kandungan karbonya,
contoh :
a. 0,5 % karbon untuk pembuatan martil dan landasan tempa. Sifatnya rapuh.
b. 0,8 % karbon untuk pembuatan peniti, gunting, dan pisau. Sifatnya rapuh.
c. 0,9 % karbon untuk pembuatan perkakas tukang kayu dan pahat. Sifatnya
rapuh dan keras. setengah keras.
d. 1,1 % karbon untuk pembuatan kikir, penggores, dan gunting. Sifatnya
setengah keras.
e. 1,3 % karbon untuk pembuatan mata bor, skraper, dan dies. Sifatnya keras
dan rapuh.
f. Lebih dari 1,3 % karbon untuk pembuatan reamer dan matres. Sifatnya
sangat keras.
Kondisi umum dari baja perkakas adalah pada temperatur di atas 2000 C
kemampuan potongnya hilang, oleh sebab itu baja perkakas tanpa paduan
digunakan untuk pembuatan alat-alat dan perkakas yang tidak mengalami
temperatur kerja yang tinggi. Karena kekuatan tarik dan batas regang yang
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

tinggi , baja ini digunakan pula sebagai bahan untuk alat-alat ukur. Baja
perkakas dapat disepuh dengan baik dan dikeraskan dengan
mencelupkannya ke dalam air.
4. Baja Paduan
Baja paduan adalah campuran antara baja karbon dengan unsur-
unsur lain yang akan mempengaruhi sifat-sifat baja, misalnya sifat
kekerasan, liat, kecepatan membeku, titik cair, dan sebagainya yang
bertujuan memperbaiki kualitas dan kemampuannya. Penambahan unsur-
unsur lain dalam baja karbon dapat dilakukan dengan satu atau lebih
unsur, tergantung dari karakteristik atau sifat khusus yang dikehendaki.
Baja beton yang dipakai dalam bangunan harus memenuhi norma
persyaratan terhadap metode pengujian dan pemeriksaan untuk bermacam-
macam mutu baja beton menurut tabel 2.1. di samping mutu baja beton Bj.
Tp 24 dan Bj. Td 40 seperti yang ada dalam tabel, mutu baja yang lain
dapat juga khusus dipesan (misalnya Bj.Tp 30). Tapi dengan memakai
Bj.Tp 30 maka waktu didapatkannya lebih lama dan harganya jauh lebih
mahal. Guna menghindari kesalahan pada saat pemasangan, lokasi
penyimpanan baja yang spesial dipesan itu perlu dipisahkan dari baja Bj.tp
24 dan Bj.Tp 40 yang umum dipakai.
Baja beton dikodekan berurutan dengan :
 Huruf Bj. Tp dan Bj. Td
 Bj berarti Baja
 Tp berarti tulangan Polos
 Td berarti tulangan Deform
 Angkanya menyatakan batas luluh karakteristik yang dijamin
6.2.7.1 Perilaku dan Penentuannya
Ciri-ciri khas dari baja beton adalah :

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

 Kuat tarik
 Batas luluh/leleh
 Regangan pada beban maksimal
 Modulus elastisitas (konstanta material)
Sifat-sifat ini dapat ditentukan secara pengujian tarik.
TULANGAN (2)
6.3 Umum
Persiapan untuk melakukan pemotongan dan pembengkokan sebenarnya
telah dimulai pada perancang. Karena susunan dari konstruksi tulangan sangat
tergantung dari pilihan perancang seperti detail tulangan, panjang dan bentuk
batang, maka dapat mengakibatkan biaya pengerjaan setiap perancang atau
kombinasi perancang dan penganyam sering banyak berbeda. Antara lain penting
diperhitungkan pula dengan panjang yang dipasarkan 12 m. Dari panjang 12 m ini
dapat dihasilkan pemotongan tanpa ada yang terbuang (efisien) yakni berupa : 2 x
600 ; 3 x 400 ; 5 x 240 ; 6 x 200 ; 7 x 171 ; dan 8 x 150 mm.
Penganyam tulangan biasanya mempunyai kemungkinan yang cukup
untuk memotong batang. Bila panjang yang dibutuhkan lebih pendek dari 150
mm. Perancang juga yang menentukan detail sambungan. Jelas bahwa pekerjaan
secara detail standar yang sederhana lebih ekonomis. Ringkasnya berarti
perancang (dan penggambar) dalam merencanakan dan menggambar harus
memperhitungkan jumlah keseluruhan biaya pemasangan tulangan.
Tulangan :
 Biaya Bahan = Bj. Tp 24 dan Bj. Td 40
 Biaya Kerja = Pemotongan ; Pembengkokan ; Pengiriman ;
Penganyaman
Pemotongan, pembengkokan dan penganyaman memerlukan tenaga kerja
yang intensif dan biasanya dilaksanakan oleh perusahaan khas penganyaman kecil

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

sebagai sub-pemborong. Umumnya pengerjaan tulangan dalam perencanaan


terletak pada jalur kritik sehingga akan memberi konsekuensi langsung pada
keseluruhan rencana bila waktu penganyaman salah diperkirakan.
Apabila gambar tulangan telah digambar berarti pekerjaan menganyam
dapat dimulai. Bermacam-macam bentuk batang tulangan pada gambar tulangan
diberi tanda (angka), supaya penganyam tulangan pada lokasi pembangunan tepat
mengetahui – misalnya tanda batang 1 – letak batang yang harus dipasang.
Selanjutnya berbagai bentuk batang dikumpulkan dalam daftar pembengkokan.
Untuk memudahkan pendaftarannya seringkali bentuk batang yang paling banyak
diberi kode. Pengkodean dimanfaatkan sebagai pemotongan maupun
pembengkokan tulangan, sedangkan untuk menentukan ukuran tulangan yang
tepat diperlukan pula ketebalan penutup beton.
6.4 Pemotongan Tulangan
Berdasarkan daftar pembengkokan, panjang pasaran, baja beton dibagi
seekonomis mungkin dalam panjang-panjang tertentu. Penganyam tulangan pergi
ke lokasi penyimpanan dengan membawa gunting pemotong. Kawat pengikat dari
sebundel tulangan diputus, kemudian dicari diameter batang-batang kecil yang
dibutuhkan dan diletakkan terpisah. Panjang yang dipotong adalah panjang total
menurut daftar pembengkokan ditambah dengan panjang kait.
Disini harus memperhitungkan pertambahan panjang akibat
pembengkokan. Batang-batang yang diameternya sampai 12 mm akan dipotong
dengan gunting menurut panjangnya. Sedangkan diameter yang lebih besar dari
12 mm akan dipotong dengan gunting blok yang pemakaiannya diletakkan di atas
sebuah balok kayu. Pemotongan dilakukan batang perbatang. Batang yang telah
dipotong diangkat oleh pekerja dari lokasi penyimpanan ke meja pembengkok
(atau batang yang tidak perlu dibengkok), setelah itu batang yang sepadan (sama-
sama kualitas baja, diameter dan kepanjangannya) diikat dan diberi label, untuk
selanjutnya dibawa ke lokasi penyimpanan sementara.
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Setelah batang dipotong; ukuran bagian yang tercantum pada daftar


pembengkokan ditandai dengan kapur tulis, dimana perlu diperhatikan ekstra dari
panjang kait-kait. Pada sejumlah batang-batang yang sepadan (dalam daftar
pembengkokan) disarankan untuk memberi ukuran di atas meja pembengkok
dengan: kapur tulis berwarna kuning, paku atau speotong kayu.
6.5 Pembengkokan
Dalam pembengkokan, biasanya menggunakan meja pembengkok yang
dibuat dari meja-meja kayu. Di atas meja pembengkok terdapat pelat-pelat, berupa
sebuah pelat pembengkok dengan dua pasak besi kecil yang dipakukan atau
disekrup.
Cara pembengkokan
 Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali bila
diizinkan lain oleh pengawas lapangan.
 Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak boleh
dibengkokkan di lapangan, kecuali seperti yang ditentukan pada gambar
rencana, atau diizinkan oleh pengawas lapangan.

Dengan memakai besi pelipat, dilewatkan pen-pen kemudian batang-


batang dapat dibengkok. Tingkat berat besi pelipat tergantung dari diameter
batang. Batangbatang yang patah atau retak harus diapkir. Batang-batang yang

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

telah dibengkok dan setanda diikat, kemudian diberi tabel dan dibawa ke
penyimpanan sementara oleh tenaga kerja.
6.6 Penyimpanan Terpisah
Apabila batang-batang menurut ukurannya telah dipotong dan/atau
dibengkok, maka batang-batang ini diletakkan dengan hati-hati dan bebas dari
tanah. Batang-batang harus cukup ditunjang dengan balok-balok kayu agar tidak
membengkok. Pengaturan dilakukan sesuai dengan label. Suatu metode yang
sederhana yakni warna label menyatakan urutan pekerjaan penganyaman.
Misalkan pada sumur-sumur bangunan, pertama-tama label warna merah yang
harus dipakai, kemudian warna kuning, seterusnya label berwarna putih untuk
batang-batang tulangan bantu (suport) dan lebih lanjut label warna biru untuk
batang-batang yang dipasang di atas batang tulangan bantu dan seterusnya.

6.7 Pengaitan Pada Batang – Batang


Kait-kait pada batang-batang tulangan dapat berupa kait penuh, miring
atau lurus. Untuk baja polos, kaitan harus dibengkok agar garis tengah kait paling
sedikit 2,5 Ø. Garis tengah kait dari batang deform minimal harus 5 Ø.
Selanjutnya ujung – lurus untuk kait penuh paling sedikit harus 4 Ø dan untuk kait
lurus dan miring 5 Ø.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

6.8 Pengaitan Pada Sengkang


Sengkang-sengkang pada balok dan kolom harus dilengkapi kait miring
atau kait lurus. Penggunaan sengkang menurut gambar juga diijinkan, tetapi pada
kolom harus dipasang berselang-seling. Pada balok-T boleh digunakan bentuk
sengkang seperti pada gambar.

6.9 Pembengkokan Pada Batang-batang


Pembengkokan adalah perubahan arah yang diperlukan batang.
Pembengkokan pada batang-batang tulangan utama harus mempunyai garis
tengah dalam paling sedikit 10 Ø.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

6.10 Penutup Beton


Penutup beton bertujuan melindungi tulangan teroksidasi karena pengaruh
dari luar, seperti air hujan, gas/uap agresif, lingkungan dan sebagainya, yang dapat
membentuk karat. Selain itu, guna melindungi tulangan terhadap kebakaran. Bila
penutup beton terlalu tipis atau kurang rapat, maka ada bahayanya yakni tulangan
akan berkarat. Hal semacam ini akan melemahkan tulangan. Disamping itu
penutup beton dapat mengelupas. Baja berkarat mempunyai volume yang lebih
besar daripada volume baja semula. Penutup beton yang tebal tidak baik juga
karena bahaya peretakan semakin besar. Suatu alat pembantu agar penutup beton
dapat memenuhi persyaratn penutup beton yakni penahan jarak yang dinamakan
blok beton penutup, blok kecil beton atau penunjang tulangan. Bentuk dari
penahan jarak yang berupa blok kecil beton dengan/tanpa kawat dan rusuk-rusuk
penyetel persegi cocok dipakai untuk jaringan tingkat berat; sedangkan gelang-
gelang digunakan pada bagian samping kolom, balok dan dinding dan sebagainya.
Rusuk-rusuk pada lantai kerja yang harus dicor pada lokasi tidak disarankan,
karena menghasilkan kualitas beton kurang baik.
Penggunaan sepotong baja beton sebagai penahan jarak tidak diijinkan,
karena dapat menimbulkan noda-noda karat pada permukaan beton. Selain itu
tulangan utama dapat pula dimakan karat. Juga pekerjaan yang pernah dilakukan

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

ketika pengecoran yaitu tulangan diangkat/digoyang sedikit agar spesi beton


meliputi sekeliling batang tulangan dengan baik, akan menghasilkan penutup
beton yang kurang bermutu.
Untuk menghasilkan penutup beton yang tepat, dianjurkan memakai blok
kecil beton yang sedikitnya mempunyai kualitas beton dan kepadatan (kerapatan)
yang sama (blok kecil beton kurang cukup padat sehingga di tempat blok kecil air
dapat terserap dengan akibat terbentuknya karat pada tulangan).
Suatu cara lain yang baik dipakai yaitu dengan menggunakan penahan
jarak dari bahan sintesis. Pada penggunaan gelang-gelang sintesis harus
diperhatikan apakah gelang dipasang tepat pada batang. Batang tulangan yang
lebih kecil daripada gelang dapat memyebabkan gelang terguling (terlepas).
Batang yang lebih besar sering mengakibatkan gelang terpuntir (memungkinkan
tekukan). Supaya penahan jarak sintesis dan beton dapat melekat dengan baik,
maka celah antara kedua penampang paling sedikit harus 25 % daripada bruto
penampang.
6.11 Contoh Pengkodean Tulangan
Pengkodean berkaitan dengan bentuk batang dan ujung-ujung (pengaitan)
tulangan. Kode terdiri dari empat angka.
Angka pertama kode menyatakan pembagian menurut kelompok-kelompok utama
sebagai berikut :
0 - Batang-batang yang lurus
1 - Batang-batang dengan satu bengkokan (lengkungan)
2 - Batang-batang dengan dua bengkokan (lengkungan)
3 - Batang-batang dengan tiga bengkokan (lengkungan)
4 - Batang-batang dengan empat bengkokan (lengkungan)
5 - Batang-batang tulangan bantu
6 - Bentuk batang dengan garis tengah lentur yang tinggi
7 - Sengkang dan lilitan spiral
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

8 - Bentuk batang spesial


9 - Bentuk batang yang didefinisikan per proyek
Angka kedua memberi petunjuk untuk :
a. Kelompok utama dari 0 sampai dengan 5
0 - Tanpa pekerjaan pemotongan/pembengkokan
1 - Dibengkok 90°, seluruhnya searah
2 - Dibengkok 90°, tidak seluruhnya searah
3 - Pembengkokan di bawah sudut 45°
4 - Pembengkokan dalam sudut apapun
5 - Dua pembengkokan di bawah sudut 45°
6 - Dua pembengkokan dalam sudut apapun
7,8 - Bentuk dasar batang yang khusus
9 - Bentuk batang apapun (bentuk batang digambar pada kolom ‘perhatian’ dalam
daftar pembengkokan).
Angka ketiga menyatakan bentuk kait pada ujung-mula batang, sedangkan
angka keempat pada ujung-akhir batang :
0 - Tanpa kait 1 - Kait lurus
2 - Kait penuh
3 - Kait miring
Contoh dari bentuk batang
a. Angka pertama 1 - Batang dengan pembengkokan
Angka kedua 1 - Dibengkok 90° searah
Angka ketiga 0 - Tanpa kait di ujung mula
Angka keempat 0 - Tanpa kait di ujung akhir
b. Angka ketiga 1 - kait di ujung mula
Angka-angka yang lain - sesuai dengan a
c. Angka keempat 1 - kait di ujung akhir
Angka-angka yang lain – sesuai dengan a
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

d. Lihat a, b dan c
e. Angka pertama 7 – (termasuk/terlihat dalam kelompok utama 6 sampai
dengan 9)
Angka kedua 2 – menyatakan nomor urut dalam kelompok utama.
Sengkang; nomor urut 2; kait lurus di ujung mula; Kait lurus di ujung
akhir.
6.12 Pengukuran Dari Batang-batang
Ukuran (bagian) ditunjukkan dengan simbol A, B, C dan sebagainya dari
kiri ke kanan. Ukuran harus dinyatakan pada gambar batang yang diskemakan dan
sebagai ukuran boleh dipakai dari bagian luar.
Pada sengkang ukuran U dan H akan memainkan peranan penting.
Usahakan sedapat mungkin untuk menghindari batang-batang yang menutup. Jika
tak terelakan maka disarankan sebagai berikut :
1. Yang panjang selalu pas, batang berselang-seling dengan kait di bagian
kiri dan di bagian kanan. Panjang total pemotongan batang dinyatakan
pada daftar pembengkokan dalam kolom keempat.
2. Batang-batang yang menutup (misalnya sengkang) perlu diperhitungkan
faktor keuntungan pembengkokan, yaitu suatu keuntungan akibat
perpanjangan batang sesaat pembengkokan. Perubahan panjang ini timbul
pada pelingkaran kait atau pembengkokan batang. Seperti pada
pembahasan pengujian tarik ternyata dalam perubahan bentuk elastis,
batang akan kembali ke bentuk asalnya bila gaya yang bekerja padanya
ditiadakan.
3. Pembengkokan dari batang (misalnya kait lurus) akan mengubah
perubahan bentuk tetap (plastis), dengan kata lain batas leleh dari material
sudah dilampaui. Karena melampaui batas leleh tersebut, maka panjang
total batang akan sedikit memanjang (keuntungan pembengkokan). Bila
akan membengkokkan sengkang kolom tanpa memperhitungkan
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

keuntungan pembengkokan ini, maka besar kemungkinan persyaratan


penutup beton tak terpenuhi. Setelah blok (beton) kecil penutup dipasang ,
yang sering terjadi yakni batang tertegang bekisting.
PENGANYAMAN
6.13 Umum
Baja beton dikirim oleh pengusaha ke lokasi bangunan. Panjang pasaran
dari batang-batang adalah 12 m. Pada penerimaan barang perlu diperhatikan;
keutuhan tampak, permukaan baja beton., antara lain tidak mengelotok.
Pengelupasan, retakan, atau cacat-cacat lain yang muncul di permukaan baja
beton. Baja diperbolehkan sedikit berkarat, tetapi batang-batang yang aus dimakan
karat harus ditolak. Baja beton yang digunakan harus bersih dari kotoran, minyak,
karat-karat yang lepas dan lain-lain bahan yang merusak pelekatannya. Beton
bertulang senantiasa berdasarkan pelekatan yang baik. Harus pula dilihat apakah
batang-batangnya lurus, agar tidak perlu meluruskan. Meluruskan sebenarnya
tidak perlu dan membutuhkan banyak tenaga kerja. Setelah itu baja beton
ditempatkan pada lokasi penyimpanan sedekat mungkin dengan lokasi
pemotongan dan pembengkokan serta mudah dicapai pada bangunan. Pada lokasi
penyimpanan harus diatur sedemikian hingga baja tidak menyinggung tanah (dan
rumput). Hal ini dapat dicapai dengan meletakkan di atas balok-balok kayu. Baja
harus disusun per kualitas dan per diameter kemudian disimpan. Umumnya ini
dilakukan dengan menempatkan batang kayu (kecil) diantara diameter dan
kualitas baja yang berlainan.
6.14 Pemotongan dan Pembengkokan Secara Mekanis pada Lokasi
Bangunan
Sebuah motor kecil dibawa kelapangan penyimpanan. Mesin pemotong
tingkat berat ditempatkan tetap diantara dua meja kerja. Setelah pengikat bundelan
dipotong putus, batang-batang dibawa oleh pekerja ke meja pemotong pertama.
Bergantung pada kapasitas mesin pemotong dan diameter batang, maka suatu
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

batang atau lebih dapat dipotong bersama-sama. Batang-batang yang tidak perlu
dibengkok akan dibundel serta dicantumi dengan label dan selanjutnya dipisahkan
terpisah.
Mesin pembengkok juga telah dibuat. Pelat pelipat tetap ditukar dengan pelat
pembengkok yang digerakkan oleh arus listrik. Keuntungan dari mesin
pembengkok ini adalah beberapa batang-batang dapat dibengkok sekaligus. Mesin
yang modern dapat diatur dengan mudah untuk membentuk bengkokan sesuai
dengan daftar bengkokan. Secara demikian seluruh batang-batang mempunyai
kesamaan sudut lengkung. Mesin pembengkok yang paling canggih dapat
diprogramkan, yang memungkinkan pembengkokan batang yang dibengkok
dengan berbagai sudut lengkung secara berurut-urut. Mesin-mesin ini umumnya
digunakan untuk membengkok sengkang-sengkang. Tergantung dari jangka waktu
pelaksanaan bangunan, untuk pengangkutan dari lokasi penyimpanan (melalui
meja pemotong dan pembengkok) menuju penyimpanan yang terpisah dan dari
penyimpanan terpisah ke bekisting dapat menggunakan berbagai jenis keran
penggerek.

6.14 Pemotongan dan Pembengkokan Pada Sentral (Industri Pembengkokan


dan Penganyaman)

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Akibat pekerjaan di dalam ruangan serta investasi besar untuk mesin


pemotong dan pembengkok khusus, maka sentral-sentral dapat menyaingi biaya
pemotongan dan pembengkokan pada lokasi pelaksanaan. Sentral akan
mengerjakan baik baja beton dengan panjang pasaran maupun gulungan. Baja
beton yang digulung, pada awalnya harus diluruskan dengan mesin pelurus, baru
akan dikerjakan lebih lanjut. Setelah pelurusan, baja beton dipotong otomatis
menurut panjangnya. Karena batang yang akan digulung sangat panjang, maka
potongan yang terbuang hampir tidak ada. Untuk memotong dan membengkok
baja beton tergulung sampai diameter 12 mm, mesin pemotong dan pembengkok
otomatis telah diperdagangkan. Setelah pelurusan, baja dibengkok dan dipotong
sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Baik untuk merubah (jarak bengkokan)
beberapa milimeter maupun untuk berbagai pelengkungan dapat diatur secara
elektronis.
Pemotongan dan pembengkokan di sentral akan dilakukan sebagai berikut. Baja
ditempatkan dalam kotak-kotak yang tersotir. Meja pemotong dan pengukur di
letakkan di perpanjangan meja tersebut. Dengan sebuah mesin angkut kecil
bertromol, batang-batang diangkut dari tempat persediaan sampai ke mesin
pemotong hingga membentur suatu batas pemotongan. Setelah kabel
pengangkut/penarik dilepaskan dan diperiksa apakah seluruh ujung-ujung batang
menyinggung batas pemotongan, maka sebundel batang tersebut dipasang
sekaligus. Kabel pengangkut dipasang lagi dan pekerjaan dapat berulang. Untuk
pembengkokan, mesin pembengkok yang dipakai sesuai dengan yang ada pada
lokasi bangunan. Pada beberapa sentral terdapat mesin pembengkok untuk
kegunaan tertentu. Contohnya, mesin pembengkok untuk spiral persegi yang
dibutuhkan pada pondasi tiang pancang dan kolom-kolom. Batang-batang yang
dipotong dan/atau dibengkok atau dibundel dan dicantumi label, kemudian
bundelan disimpan atau disediakan untuk diangkut ke lokasi bangunan.
6.15 Penganyaman Pada Lokasi Bangunan
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

6.15.1 Mengikat Pada Beton


Berkaitan dengan pemasangan dan pengikatan tulangan harus dilakukan
seakurat mungkin sesuai dengan gambar (rancang), agar sebelum dan sesaat
pengecoran, tulangan tidak bergeming. Bahan yang umum dipakai agar
sambungan batang-batang persilangan tidak bergerak yakni kawat pengikat (dari
baja tarik panas) dengan diameter 1,24 mm. Tergantung dari gaya-gaya yang
diperkirakan akan bekerja pada sambungan, ada beberapa dari gaya-gaya yang
diperkirakan akan bekerja pada sambungan, ada beberapa macam type pengikatan.

a. Pengikatan silang atau tunggal digunakan untuk menghubungkan batang-


batang bersilangan.
b. Pengikatan sandel digunakan untuk menghubungkan sengkangsengkang
demgan empat batang tulangan sudut dari kolom dan balokbalok pada titik
persilangan.
c. Pengikatan rangkap (dobel) membuat sambungan ekstra kuat.
6.15.2 Tulangan Balok
Penganyaman tulangan balok dapat dilakukan secara bermacam-macam.
Di pandang dari segi sangkar tulangan yang saling bersilangan. Serinkali
dibutuhkan penganyaman tulangan balok pada lokasi pelerjaan. Penganyaman
tulangan balok di dalam bekisting umumnya dikerjakan sebagai berikut. Sengkang
diletakkan tegak pada ujung balok di dalam bekisting. Letakkan batang-batang di

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

atas tiga blok beton kecil yang terletak diatas papan bekisting bagian bawah.
Tandai dengan kapur tulis jarak-jarak sengkang pada sebuah sudut bawah dan
bagkan sengkang-sengkang dari ujung ke pertengahan. Sengkang tengah
ditumpukan di atas kelos peletakan. Sengkang tengah diikat dengan batang sudut
bawah dengan ikatan sadel. Selanjutnya, hubungkan bagian batang di sudut atas
dan ikat sekerasnya secara ikatan sadel. Lakukan untuk sengkang-sengkang yang
bersebelahan sesuai dengan yang lalu.
Kemudian batang-batang yang satu dipasang, batang-batang disudut diikat
secara ikatan sadel dengan setiap sengkang sedangkan batang-batang yang lain
(tak di sudut) diikat secara ikatan silang dengan jarak :
a. Untuk batang bawah dan sisi 40 a 50 kali diameter batang
b. Untuk batang atas 30 a 40 kali diameter batang.
Pengayaman tulangan balok di atas bekisting sesuai dengan cara yang telah
dibahas. Banyak pekerjaan bangunan basar dan kecil akan menggunakan pra
pabrikasi sangkar tulangan bila tulangan memenuhi. Dalam hal ini akan didirikan
beberapa cagak penopang di lokasi pemotongan batang-batang menerus. Setelah
menandai pembagian sengkang-sengkang pada salah satu batang bagian susdut
(lebih baik menerus) diikat keras dengan semua sengkang-sengkang secara ikatan
sadel. Setelah batang-batang diikat dengan sadel, batang-batang sudut disambung
dengan setiap sengkang secara ikatan sadel dan batang yang lain dengan
pengikatan tunggal, selanjutnya batang-batang yang tidak menerus dan batang-
batang yang dibengkokkan, dimasukkan dari ujung akhir sangkar kemudian diikat
keras. Jika mungkin sambungan tulangan peletakan dapat bersama-sama
digantungkan pada sangkar.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Bila sangkar tulangan telah diletakkan dalam bekisting, maka tulangan


sambungan ini biasanya dapat dipasang dengan mudah dan definitif. Guna
menghindari perpindahan (mengeser) sangkar tulangan, sering dipasang beberapa
tulangan bantu (penyokong pengangkutan). Sangkar tulangan sementara ini
disimpan dahulu sampai bekisting hampir selesai.
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Agar penutup beton dapat dipertanggungjawabkan maka diberi penahan jarak.


Persyaratan umum untuk jumlah penahan jarak, paling sedikit harus :
 Dua buah per m2 bekisting atau lantai kerja.
 Satu buah per meter lajur pada setiap bidang balok atau kolom.
Penahan jarak tidak boleh dipasang :
 Pada jarak yang kurang dari 500 mm di batang yang sama.
 Dengan jarak dari penahan jarak di batang yang terdekat kurang dari 300
mm.
Bila syarat minimal ini dialihkan ke dalam persyaratan praktek, maka jumlah
penahan jarak untuk balok berlaku sebagai berikut:
 Bagian bawah balok:
Diameter rata-rata batang bagian bawah
≤ 10 mm; 2 per m lajur balok
> 10 mm ; 1 per m lajur balok
 Bagian sisi balok ;
Ketinggian ≤ 300 mm ; 1 per m lajur bidang sisi
Ketinggian > 300 mm; 2 per m lajur bidang sisi.
6.16 Tulangan Lantai
Pada tulangan lantai, awal mulanya penganyam akan melakukan
pengukuran. Jarak sumbu ke sumbu tulangan ditandai pada bekisting dengan
menggunakan kapur tulis. Setelah tulangan lapis pertama dipasang, tulangan lapis
kedua dapat dipasang pula. Kemudian lapisan tulangan pertama dan kedua
dipasang berurutan, selanjutnya seluruh persilangan tulangan atau sebagiannya
diikat secara ikatan silang.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Penganyaman untuk tulangan lantai


Jumlah pengikatan tergantung dari diameter tulangan dan lebar jaring
tulangan. Untuk tulangan bawah berlaku :
 Seluruh persilangan pada ujung-ujung; untuk persilangan yang lain, tiap
jarak sumbu ke sumbu 50 kali diameter batang, tetapi paling sedikit satu
pada tiap selang persilangan.
Demi kebutuhan jaringan atas, awal mulanya dipasang suport (ganjalanganjalan).
Suport dapat dibedakan dalam :
 Suport tradisi
 Suport gelegar
 Suport rak atau garis
Suport tradisional dapat dibuat dari BjTp 24 pada lokasi pekerjaan dan tergantung
dari ketebalan lantai, di samping itu besar garis tengah suport adalah sebagai
berikut:
Garis Tengah Tebal Lantai

Ø8 ≤ 140 mm
Ø 10 > 140 mm ≤ 200 mm
Ø 12 > 200 mm ≤ 300 mm
Ø 16 > 300 mm ≤ 450 mm

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Ø 20 > 450 mm

Jumlah dari suport (n) per m2, besarnya tergantung daripada garis tengah
batang bawah dari jaring atas Ø :
Ø ≤ 10 mm n=2
Ø > 10 mm ≤ 16 mm n=1
Ø > 16mm n = 0,5
Suport gelegar digunakan sebagai pengganti suport tradisional dengan
batang tulangan bantu. Suport gelagar ini dipra-pabrikasikan. Dengan cara
sengkang sisi tidak disamakan, maka ini dapat dipakai sebagai pedoman untuk
tiga macam ketebalan lantai.
Jarak sumbu ke sumbu (l dalam m) dari suport gelegar besarnya bergantung pada
garis tengah Ø batang bawah dari jaring atas.

Lebih besar
Ø (mm) Sampai dengan
dari
6 0,50 0,75
8 0,75 1,00
10 1,00 1,25
12 1,50 1,75
16 1,75 2,00
20 2,00 2,25

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Suport rak atau garis digunakan untuk lantai-lantai yang lebih tebal dari
400 mm, tergantung dari ketinggiannya suport ini dibuat dari baja beton atau baja
profil. Suport tradisional dipasang pada lapis teratas dari jaring bawah. Pada
sederetan suport ini dihubungkan dengan batang jaring atas dari bagian lapis
bawah dan batang ini diikat keras dengan suport secara ikatan silang. Batang-
batang bawah lainnya dibagikan diantara deretan suport. Setelah menelusuri

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

tulangan lapisan kedua dari bagian tulangan atas, tulangan lapisan pertama yang
terletak di atas jaring bawah ditarik dan dipasang di bawah lapisan kedua.
Pekerjaan penarikan jaring-jaring dari bagian jaring atas untuk lantai yang
tebal dengan tulangan yang berat itu sangat melelahkan. Agar pekerjaan ini dapat
dihindari maka diberi sebuah batang tulangan bantu melalui suport dan letaknya
tegak lurus terhadap lapisan terbawah dari bagian jaring atas. selanjutnya dipasang
lapisan pertama dengan arah tegak terhadap lapisan teratas dan diikat keras secara
ikatan silang.
Batang-batang bagian jaring atas di seluruh persilangan harus saling diikat
satu sama lain. Bila batang-batang bagian jaring atas ditumpu oleh suport gelagar
yang letaknya tegak lurus terhadap batang bawah bagian jaring atas, ini boleh
menyimpang. Pada batang-batang dipersilangan yang lain paling sedikit harus
diikat berselang satu sama lain. Lagipula pada jaring atas melalui pinggiran
seluruh persilangan harus diikat satu sama lain.
Setelah tulangan lantai selesai dikerjakan, dipasang penahan jarak yang
dibutuhkan untuk penutup beton. Penahan jarak disarankan memakai blok kecil
beton. Jumlah penahan jarak minimal dua per m2 bekisting atau lantai kerja. Bila
diameter tulangan utama ≤ Ø 10 mm, maka dianjurkan memakai penahan jarak
yang lebih banyak, misalkan :
Ø 8 – Ø 10 : 3 per m2 luas lantai.
< Ø 8 : 4 per m2 luas lantai.
Untuk bidang-bidang samping harus pula diusahakan penutup beton memenuhi
persyarata, dengan memasang penahan jarak yang cukup. minimal satu (penahan
jarak) per m lajur bekisting. Suatu penutup beton harus cukup ada.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

6.17 Tulangan Dinding


Umumnya tulangan dinding akan dianyam setelah selesai memasang salah satu
sisi bekisting dinding. Letak tulangan dapat ditandai pada bekisting dengan kapur
tulis.

Penganyaman tulangan dinding


(Perlu dipikirkan bahwa pada beton bersih, ‘oil crayon’ berwarna kuning
atau biru pada bekisting akan luntur dan setelah beton dicor selalu terlihat. Karena
itu gunakan senantiasa kapur tulis agar selalu dapat dihapus dengan mencuci).
Batang-batang(lewatan) vertikal yang menonjol dari jaringan akan diikat dengan
tulangan stek. Tulangan stek ini telah ditanam dalam beton pada fase awal
(misalnya pada lantai atau dinding sebelah bawah). Supaya tulangan stek ini tetap
terletak pada tempatnya dengan baik, maka dipasang tulangan bantu berbentuk-U
dalam arah memanjang. Batang-batang horisontal diikat secara sambungan silang
dengan batang vertikal yang lain. Karena jaring tulangan masih harus dianyam,
maka sementara batang-batang (horisontal) ini diletakkan di antara tulangan stek.
Batang vertikal diikat lagi denga tulangan stek, kemudian batang horisontal dari
sebelah bawah diikat dengan batang vertikal lain secara sambungan silang.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Tula
ngan pembantu

Batang horisontal di antara tulangan stek


Bersesuaian dengan petunjuk untuk tulangan lantai, berlaku pula untuk
tulangan dinding yakni batang-batang melalui pinggiran seluruh persilangan harus
diikat satu sama lain. Pada dinding yang menjulang perlu dipakai perancah. Untuk
mengatur jarak yang disyaratkan dari tulangan dalam dan luar, maka digunakan
sambungan berbentuk-U. Bagian akhir yang panjang paling sedikit harus
sepanjang lebar jaring penuh, hingga akhir ini dapat diikatkan dengan dua batang-
batang. Jelas tentunya bila penahan jarak tidak boleh dilupakan agar penutup
beton dapat dijamin. Penahan jarak berupa balok beton atau gelang-gelang sering
digunakan. Jumlah penahan jarak paling sedikit dua buah per m2 bekisting.
Bila diameter dari batang
luar ≤ Ø 8, maka disarankan menggunakan penahan jarak lebih banyak.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Suport rak atau pemakaian batang untuk pemakaian beberapa kali.


Pada struktur tingkat berat seperti : dinding tanggul, pintu-air dan tunel,
maupun dinding-dinding digunakan suport-rak. Seluruh tulangan dinding
digantungkan pada suport rak yang jaraknya relatif pendek. Untuk memudahkan
pemasangannya, batang dapat dilas pada kaki-kaki baja. Diatasnya diletakkan
tulangan horisontal. Bila suport rak tidak digunakan, sedangkan disyaratkan
tangga peletakan maka dapat dipakai suatu batang pengatur. Batang pengatur ini
setelah pemasangan tulangan horisontal akan diputar ke luar dan dapat dipakai
kembali. Pada struktur tingkat berat, bekisting biasanya dipasang terakhir.
6.18 Tulangan Kolom
Sangkar tulangan tingakt ringan untuk kolom umumnya dianyam dalam
keadaan telentang (sesuai dengan tulangan balok), kemudian sangkar diletakkan
di atas tulangan stek. Sangkar tulangan tingkat berat, biasanya harus dianyam
pada pelaksanaan. Mula-mula sengkang dipasang pada kolom stek. Batang-batang
diikatkan pada stekstek yang ada. Setelah pengikatan selesai dilakukan penandaan
jarak sumbu ke sumbu batang-batang sengkang. Mula-mula sengkang teratas
diikat, kemudian sengkang-sengkang yang lain dari sebelah atas ke bawah.
Suatu perancah bantu biasanya dibutuhkan untuk pemasangan sengkang dan
serentak dapat dimanfaatkan sebagai penunjang batang-batang. Ketika pengikatan
sengkang secara sambungan sadel untuk tiap sengkang (pada batang-batang sudut

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

dan batang-batang yang lain dengan sengkang lain secara sambungan silang),
penahan jarak dipasang pula. Ini sering digunakan gelang-gelang yang melingkari
sengkang. Minimal jumlah penahan jarak yaitu: satu per m Lajur bidang sisi.
Untuk kolom bulat atau kolom berukuran besar, minimal dua per m2 bekisting.
Perhatian:
Penggunaan gelang-gelang sebagai penahan jarak di kolom ini sesuai dengan
praktek, tidak boleh dipasang pada tulangan vertikal utama.
Pertama-tama gelang berfungsi untuk selalu menjamin pemasukan penutup beton
dengan baik (melalui bagian batang terluar). Kedua dapat terjadi ruang kosong di
bawah gelang ketika pengecoran (mengendap).
6.18 Menganyam Di Industri (sentral) Pembengkokan dan Penganyaman
Dalam tahun-tahun yang lampau, sentral pembengkokan dan
penganyaman saling menggabung menjadi penganyaman konstruksi tulangan.
Pada sentral penganyaman sangkar tulangan di pra-pabrikasikan. Penganyaman
hampir sesuai dengan tata cara pada lokasi bangunan. Hanya sambungan dengan
kawat biasanya diganti dengan sambungan las. Sebuah contoh dari sangkar
tulangan kolom atau balok yang di pra-pabrikasi dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Pra-pabrikasi sangkar tulangan untuk kolom atau


D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Penjelasan gambar
1. Daftar pembengkokan dan pemotongan berdasarkan gambar rancang.
2. Pelurusan dengan mesin-pelurus, sedangkan batang-batang sengkang
dipotong dengan mesin potong menurut panjangnya.
3. Batang-batang yang besar disuplay dalam panjang standar 6, 9, dan 12 m.
4. Pembengkokan sengkang-sengkang.
5. Batang-batang disortir untuk tulangan utama dan dipotong sesuai dengan
panjangnya.
6. Batang tulangan utama diletakkan di atas cagak kerja (penopang).
Pembagian letak sengkang dan menandai di batang.
7. Sengkang-sengkang dimasukkan dan dibagi.
8. Pengelasan las-lewatan pada sengkang.
9. Batang tulangan utama digeser terhadap sengkang sampai pada ukuran
yang tepat.
10. Tulangan utama balok dari bagian batang atas dilas dengan sengkang.
11. Sangkar diputar agar batang bawah dari tulangan utama menopang di
cagakkerja.
12. Pengelasan batang-batang bagian bawah.
13. Jika ada batang-batang samping dipasang pula. 14. Sangkar diberi
penunjang pengangkutan
14. Sangkar dibawa ke lokasi pelaksanaan.
Jangkauan industri penganyaman terhalang dalam pengangkutannya
(melalui daratan atau air), halangan ini baik berupa kepanjangan, kelebaran
maupun ketinggian dari kontruksi tulangan. Pengangkutan tulangan dari industri
penganyaman ke lokasi bangunan memberi biaya tambahan yang harus diimbangi
dengan meningkatkan produksi per tenaga-kerja. Supaya dapat memanfaatkan
proses penganyaman seekonomis mungkin, perancang dan penggambar harus
lebih banyak bekerja secara detail standar, sehingga banyak proses-proses dapat di
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

otomatisasi. Lagi pula, dalam fase persiapan harus memperhitungkan segi


pengangkutan.

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3

Dengan adanya praktikum uji beton ini mahasiswa dapat mengetahui


bagaimana cara membuat beton, pengajian beton dan mengetahui perawatan
dan alat – alat untuk menguji beton.
7.2 Saran
Dalam pembelajaran keutamaan praktek kerja lapangan haruslah kita
kerjakan dengan teliti. Konsentrasi penuh dan sebaik mungkin dengan motode
pembelajaran dengan atau seperti itu diharapkan mahasiswa bisa dan memiliki
wawasan yang luas dalam praktikum uji beton diharapkan harus benar – benar
menghitung bahan campurannya untuk memperoleh mutu beton yang telah
direncanakan agar mendapat hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Anda mungkin juga menyukai