2018 SEMESTER 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton dan campuran antara semen porttland atau semen hidraulik yang lain,
dengan atau tanpa bahan tambalan kasar dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan yang membentuk masa padat. Beton mutu tinggi adalah suatu bahan
yang dibuat dari campuran beton dan penguranga semen dengan penambahan zat
aditif atau bahan inovasi sesuai dengan perbandingan sedemikian ruapa sehingga
bahan itu merupakan satu kesatuan yang dapat membentuk kekuatan yang lebih
tinggi. Kekuatana terutama beton terletak pada kuat tekan, karena sifat utama
beton adalah sangat kuat jika menerima beban tekan, maka mutu beton pada
umumnya hanya ditinjau terhadap kuat tekan beton tersebut ( ASTONI, 2004 )
Beton dengan mutu 30 Mpa menyatakan kekuatan tekan karakteristik
minimum adalah 361 kg/cm pada umur beton tersebut 28 hari, dengan
menggunakan beton silinder ukuran 15 x 30 cm yang mengacu kepada PBI 1971
yang merujuk pada standart Eropa lama.
Untuk lebih mengenal tentang karakteristik beton, maka diperlukan
pemahaman tentang beton. Pemahaman tersebut tidak hanya diperoleh dari
membaca atau hanya mendengar orang lain bercerita tentang beton. Pemahaman
yang lebih tentang beton, baik itu karakteristk, fungsi, cara membuat, dan hitung –
hitungan untuk membuat suatu campuran beton normal. Tentu dalam pelaksanaan
praktikum, perlu memperhatikan kaidah, syarat, standar nasional Indonesia yang
sudah ada sebelumnya. Misalnya, dalam pemiliha agregat halus, agregat kasar,
factor air semen maksimum, factor air semen minimum dan masih banyak lagi.
Menurut Djamarah dan Zain ( 2002 : 95 ) memberi pengertian bahwa metode
praktikum adalah proses pembelajaran dimana peserta didik melakukan dan
mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis membentuk
dan menarik kesimpulan suatu obyek, keadaan dan proses dari materi yang
dipelajari tentang gejala alan dan iteraksinya, Sehingga dapat menjawab
pertanyaan “Bagaimana Prosesnya ?. Terdiri dari unsur apa ?. Cara mana yang
lebih baik ?. Bagaimana dapat diketahui kebenarannya ?. yang semuanya
didapatkan melalui pengamatan induktif. Praktikum dapat dilakukan pada suatu
labolatorium atau diluar labolatorium, pekerjaan praktikum mengandung makna
besar untuk berpendapat, karena itu dapat dimasukkan dalam metode
pembelajaran.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah
1) Untuk mengetahui metode yang benar dalam pembuatan beton.
2) Untuk meengetahui proporsi kebutuhan bahan setiap 1 m beton dengan
kuat tekan rencana 30 MPa.
3) Untuk mengetahui kuat tekan karakteristik beton dengan kuat tekan
rencana 30 MPa.
Manfaat dari tulisan laporan ini adalah laporan ini dapat dijadikan sebagai
referensi praktikum beton bagi mahasiswa D3 Teknik Sipil Politeknik Negeri
Banyuwangi.
BAB 2
STUDI PUSTAKA
2.1 Beton
Beton adalah bahan yang diperoleh dnegan mencampurkan agregat halus,
agregat kasar, semen portland, dan air (PBBI 1971 N.I. -2). Seiring dnegan
penambahan umur, beton akan semakin mengeras, dan akan mencapai kekuatan
rencana (f’c) pada usia 28 hari. Kecepatan bertambahnya kekuatan beton ini
sangat dipengaruhi oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan
beton didefinisikan sebagai bahan yang dipengaruhi dengan mencampuri agregat
halus, agregat kasar , semen portland dan air. Tetapi belakangan ini definisi dari
beton sudah semakin luas, dimana beton adalah bahan yang dibuat dari berbagai
macam tipe semen, agregat dan juga bahan pozzolan, abu terbang, terak dapur
tinggi, sulfur, serat dan lain-lain (Neville dan Brooks, 1987).
Perencanaan beton harus memenuhi kriteria perancangan yang berlaku.
Perancangan sendiri dimaksudkan untuk mendapatkan beton yang baik dimana
harus memenuhi memenuhi kriteria dua kinerja yang utamanya, yaitu kuat tekan
yang tinggi ( minimal sesuai dengan rencana) dan pengerjaan yang mudah
(workability). Selaian itu beton juga harus memenuhi kriteria antara lain, tahan
lama (durability) murah (aspect economic cost) dan tahan aus.
2.2 Material pembentuk Beton
Untuk memahami dan mempelajari seluruh perilaku elemen gabungan
diperlukan pengetahuan tentang karakteristik masing-masing komponen. Beton
dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi sejumlah material
pembuatannya (Nawy.1998)
Bahan pembentuk beton adalah semen portland, agregat halus, agregat
kasar, air, baja, tulangan, serat fiber dan bahan tambahan. Menurut Tjokrodimulyo
(1990), bahan pembentuk terdiri dari campuran agregat halus dan kasar dengan
semen dan air sebagai pengikatnya.
2.2.1 Agregat
Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat oleh
perekat semen (CUR 2, 1993). Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa
sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen
dan rapat, dimana agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah
yang ada diantara agregat berukuran besar (Nawy, 1998). Dua jenis agregat adalah
sebagai berikut :
a. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disentregasi alami dari
batuan atau perubahan batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm. Agregat
kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%. Apabila kadar
lumpur melampaui 1% maka agregat kasar harus dicuci (SK-SNI T-
15-1991-03).
b. Agregat Halus
Agregat yang berupa pasir sebagai hasil desintrasi alami dari batu-
batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah
batu (PBBI 1971 N.I -2). Umumnya pasir digali dari sungai cocok
untuk pembuatan beton dengan diameter antara 0-5 mm. Kandungan
lumpur tidak boleh lebih dari 5%. Apabila kadar lumpur lebih dari 5%,
maka agregat halus dicuci.
2.2.2 Semen Portland
Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan secara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis ditambah dengan bahan yang mengatur waktu ikat, umum nya
gips (CUR 2, 1993). Semen berfungsi merekatkan butir-butir agregat agar
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3
membentuk suatu massa padat dan juga mengisi rongga udara diantara butir
agregat.
Merupakan peraturan beton 1989 (SKBI.1.4.53.1989) dalam ulasannya
dihalaman 1, membagi semen portland menjadi 5 jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2)
yaitu :
a. Jenis I : Semen portland yang dalam penggunaannya tidak
memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Biasanya
digunakan dalam konstruksi betob secara umum.
b. Jenis II : Semen portland yang penggunaannya memerlukan
ketahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan struktur
bangunan air/drainase dengan kadar konstruksi sulfat tinggi didalam air
tanah.
c. Jenis III : Semen portland untuk konstruksi yang menuntut
persyaratan kekuatan awal yang tinggi biasanya digunakan pada struktur-
struktur bangunan yang bekistingnya harus cepat dibuka dan akan segera
dipakai kembali.
d. Jenis IV : Semen portland dalam penggunaannya menggunakan
panas hidrasi yang rendah. Biasanya digunakan pada konstruksi
dam/bendungan, dengan tujuan panas yang terjadi sewaktu hidrasi
merupakan faktor penentuan bagi keutuhan beton. 11-4
e. Jenis V : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Digunakan untuk beton yang
lingkungannya mengandung sulfat, terutama pada tanah/air tanah dengan
kadar sulfat tinggi.
2.2.3 Air
Air digunakan sebagai bahan campuran dan pengaduk beton untuk
mempermudah pekerjaan. Menurut PBBI 1971 N.1.-2. Air dipeelukan untuk
proses hidrasi semen serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3
kasar agar mudah diekrjakan dan didapatkan. Untuk bereaksi dengan semen, air
yang diperlukan hanya 25% berat semen. Pemaikaian air untuk beton tersebut
sebaiknya harus bersih.
Bahan tambahan adalah suatu bahan berupa bubukan atau cairan, yang
ditambahkan kedalam campuran beton selama pengadukan dalam jumlah tertentu
untuk merubah beberapa sifatnya (SNI 03-2847-2002). Kami menggunakan bahan
tambahan sikacim® concrette additive sebanyak 1,5% dari berat semen dan
berfungsi untuk mempercepat pengerasan kekuatan awal beton dengan
pengurangan air sampai 15% sebagai campuran adukan beton untuk mengurangi
keropos dan memudahkan pengecoran.
2.3 Workabilitas beton
Workabilitas adalah bahan-bahan betons setelah diaduk bersama
menghasilkan adukan yang bersifat sedemikian rupa sehingga adukan mudah
diangkat, dituang dan dicetak, dan dipadatkan menurut tujuan pekerjaannya tanpa
terjadi perubahan yang menimbulkan kesukaran atau menurunan mutu.
Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai slump yang identik dengan
tingkat keplastisan beton. Semakin plastis semakin mudah pengerjaan beton.
Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai slump antara lain :
1. Jumlah air pencampur
2. Kandungan semen
3. Gradasi campuran pasir-kerikil
4. Bentuk butiran agregat kasar
5. Butir maksimum
6. Cara pemadatan dan lat pemadat (Tri mulyono, 2003)
Ada 3 jenis slump yaitu, slump sejati, slump geser dan slumpu runtuh :
BAB 3
PENGUJIAN AGREGAT HALUS
a. Tujuan
Mengukur distribusi ukuran pasir/gradasi pasir.
b. Landasan Teori
Agregat merupakan komponen beton paling berperan dalam menentukan
besarnya volume beton. Pada beton biasanya terdapat 70-75 % volume
agregat. Agregat terbagi atas agregat halus umumnya terdiri dan pasir atau
partikelpartikel yang lewat saringan standar ASTM #4 atau 5 mm dan
#100. Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir, variasi ukuran
dan sesuatu dengan standart analisa saringan dan ASTM.
c. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Satu set ayakan ASTM : #4, #8, #16, #30, #50, #100
2. Timbangan analitis 2600 gram
3. Alat penggetar listrik (Shieve Shaker)
4. Pasir dalam keadaan kering oven
d. Prosedur Pengujian
1. Timbang pasir sebanyak 1000 gram.
2. Masukkan pasir dalam ayakan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan di atas, dan digetarkan dengan Sieve Shaker selama 10
menit.
3. Pasir yang tertinggal dalam ayakan ditimbang.
4. Kontrol berat pasir = 1000 gram.
e. Data Pengamatan dan Perhitungan
%komulatif tinggal
Angka Kehalusan =
100
314,7
= = 3,147
100
Penentuan (plotting) Zona pada pasir :
a. Tujuan
Mengukur berat jenis pasir dalam kondisi SSD
b. Landasan Teori
Pasir untuk bahan bangunan bermacam-macam (pasir, besi, kwarsa,
lesti,dll). Masing-másing jenis pasir mempunyai berat jenis yang berbeda-
beda, pasir yang digunakan untuk campuran beton juga tertentu dengan
tingkat kekuatan yang diinginkan. Untuk itu berat jenis pasir akan
mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri.
c. Alat dan Bahan Praktikum
1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Picnometer 100 cc
3. Oven
4. Pasir kondisi SSD (pasir yang sudah direndam selama 24 jam.
d. Prosedur Pengujian
1. Timbang picnometer.
2. Timbang pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram.
3. Masukkan pasir ke dalam picnometer kemudian ditimbang.
4. Picnometer yang berisi pasir diisi air sampai penuh dan
dipegang miring (diputar-putar) hingga gelembung udara
keluar.
Percobaan nomor 1 2 3
Berat picnometer + air +
pasir (W2) 1675 168 1677
0
Berat pasir SSD (W1) 500 500 500
Berat picnometer + 1363,
air 5 13,6 1365
(W3) 8
w1
BJ pasir =
(w1+ w 3−w 2) 2,65 2,65 2,65
Percobaan nomor 1 2 3
Berat pasir SSD (W1) 500 500 500
Berat pasir (W2) 493 495 496
KAR = (W1−W2) ×100 %
W2 0,014 0,010 0,008
Catatan KAR : Kadar Air Resapan
KAR rata-rata = 0,0106 %
3.4 Berat Volume Pasir
a. Tujuan
Mengukur Volume Silinder
b. Alat dan Bahan :
1. Tabung silinder
2. Alat rojok
3. Timbangan duduk
4. Pasir
c. Prosedur Pengujian
1. Timbang silinder
2. Timbanglah silinder yang sudah diisi pasir.
3. Keluarkan pasir yang sudah dari silinder, lalu isi silinder dengan pasir
menggunakan metode rojokan dengan memasukkan pasir ⅓ silinder,
dilanjutkan ⅔ selanjutnya sampai penuh.
4. Setiap ⅓ silinder dirojok 25 kali.
5. Timbang silinder isi pasir yang telah dirojok.
b. Landasan Teori
Agregat halus yang baik harus terbebas dari bahan organik, lempung,
partikel yang lebih kecil dari saringan no. 100 atau bahan-bahan lain yang
bisa merusak campuran beton.
c. Alat dan Bahan
1. Timbangan analitis 2600 gr
2. Saringan 0.063 dan pan
3. Oven
4. Pasir oven
d. Prosedur Pengujian
1. Timbangan pasir kering oven sebanyak 500 gr.
2. pasir dicuci hingga bersih, yaitu mengaduk pasir dengan air cucian
kedalam saringan berkali-kali.
3. Pasir yang tertinggal disaringan dipindahkan di pan lalu dioven dengan
suhu 100 ± 5%.
e. Data Pengamatan dan Pengujian
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat pasir kering oven (w1) 480 gr 480 gr 480 gr
Berat pasir bersih kering oven (w2) 448 gr 449 gr 452 gr
w 1−w 2 0,32 % 0,31 % 0,28 %
KL = x 100 %
100
KL rata-rata (%) 0,30 %
f. Kesimpulan
Dari hasil pengujian diatas didapatkan hasil sebagai berikut rata-rata kadar
lumpur pasir yaitu : 0,30 %
g. Kendala-kendala
Kesulit pada saat mencuci pasir diair dikarenakan pada saat pencucian
sebagian pasir ada yang larut dengan lumpur sehingga penimbangan tidak
optimal.
3.6 Pengujian Kadar Lumpur (Basah)
a. Tujuan
Mengukur kadar lumpur pasir
b. Landasan Teori
Agregat halus yang baik harus bebas dari bahan organik, lempung,
partikel yang lebih kecil dari saringan no. 100 atau bahan-bahan lainnya
yang bisa merusak campursn beton.
c. Alat dan Bahan
1. Botol bening
2. Penggaris
3. Air
4. Pasir
d. Prosedur Pengujian
1. Botol bening diisi pasir dengan tinggi ±6 cm.
2. Isi air kedalam botol bening hingga penuh dan tutup rapat, kemudian
dikocok dan diamkan selama 24 jam.
3. Endapan pasir dan lumpur diukur tingginya.
e. Data Pengamatan dan Perhitungan
Percobaan Nomor 1 2 3
Tinggi lumpur (h) 0,5 cm 0,8 cm 0,7 cm
Tinggi pasir (h) 4,8 cm 5,2 cm 4,3 cm
Kadar lumpur (mm) 1,041 mm 1,53 mm 1,62 mm
KL rata-rata % 7,39 mm
f. Kesimpulan
Dari pengujian kadar lumpur pasir didapatkan hasil sebagai berikut =
bahwa rata-rata kadar lumpur pasir yaitu :
g. Kendala-kendala
Kesulitan pada saat mencuci pasir diair dikarenakan pada saat pencucian
sebagian pasir ada yang larut dengan lumpur.
BAB 4
PENGUJIAN AGREGAT KASAR
4.1 Analisa Saringan Kerikil
a. Tujuan
Mengukur distribusi ukuran butir atau gramadasi kerikil.
b. Landasan Teori
Agregat merupakan komponen yang paling berperan dalam menentukan
besarnya beton biasanya terdapat 70-75 % volume agregat. Agregat disebut
agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi 16 mm. Sifat agregat kasar
mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya terhadap
disintegrasi beton, mempunyai gradasi baik sesuai dengan standart analisa
saringan dari ASTM.
c. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Timbangan 10 kg
2. Satu set ayakan ASTM #3,#I2, # I4#/8#4,
#8,#16,#30,#50,#100.
3. Shieve shaker
4. Kerikil/ batu pecahan dalam keadaan kering oven.
d. Prpsedur Praktikum
1. Kerikil sebanyak 10 kg.
2. Memasukkan kerikil dalam ayakan dengan ukuran saringan
paling besar di atas dan digetarkan selama 10 menit.
3. Menimbang masing-masing kerikil yang tertinggal dalam
ayakan
4. Mengontrol berat kerikil = 10 kg
. 322,46
= = 3,2246%
100
4.2 Air Resapan Kerikil
a. Tujuan
Mengukur kadar resapan air.
b. Landasan Teori
Proses penyerapan air dalam bahan beton sangat berpengaruh terhadap
waktu untuk beton mengeras. Masing-masing bahan campuran beton
mempunyai tingkat resapan yang berbeda tergantung dan jumlah rongga udara
yang terjadi.
c. Alat dan Bahan Praktikum
1. Timbangan 25 kg
2. Oven
3. Kerikil dalam kondisi SSD
d. Prosedur Pengujian
1. Menimbang kerikil dalam kondisi SSD sebanyak 500
gram
2. Memasukkan kerikil tersebut ke dalam oven selama 24
jam
3. Mengeluarkan kerikil tersebut serta setelah dingin
ditimbang beratnya.
e. Data Pengamatan dan Perhitungan
Percobaan nomor 1 2 3
Berat kerikil SSD (W1) 500 500 500
Berat kerikil SSD (W2) 496 496 493
KAR = W1−W2 ×100 % W2 0,008 0,008 0.014
b. Landasan Tori
Batu pecah untuk bahan bangunan campuran beton sangat mempunyai
tekstur yang tajam dan keras. Jenis macam agregat kasar (batu apung, batuan
ringan, dll).
Batu pecah yang digunakan untuk campuran beton berukuran antara 2
sampai 3 cm. Berat jenis batu apung berbeda dengan berat jenis batu kali
yang diolah menjadi batu pecah, untuk itu berat jenis agregat kasar sangat
berpengaruh terhadap kekuatan beton.
c. Alat dan Bahan Praktikum
Alat dan bahan praktikum yang digunakan :
1. Timbangan 25 kg
2. Kontainer
3. Mounting table
4. Keranjang sample
5. Batu pecah dalam kondisi SSD
6. Air suling.
d. Prosedur Pengujian
1. Batu pecah yang telah direndam selama 24 jam
diangkat kemudian dilap satu persatu
2. Timbang batu pecah dalam kondisi SSD.
3. Timbang pula beratnya di dalam air.
f. Data Pengamatan dan Perhitungan
Tabel Berat Jenis Batu Pecah :
W1
Bj batu pecah = 2,477 2,479 2,489
(W1−W2)
Bj rata-rata 2,481
a. Tujuan
Mengukur Volume Silinder
b. Alat dan Bahan Praktikum
Alat dan bahan praktikum yang digunakan :
1. Tabung Silinder
2. Alat Pemadat
3. Timbangan Duduk
4. Kerikil
c. Prosedur Pengujian
1. Timbang silinder
2. Timbang silinder yang telah diisi kerikil.
3. Keluarkan kerikil dari silinder, lalu isi silinder dengan
pasir menggunakan metode rojokan dengan memasukkan
kerikil 1/3 silinder, 2/3 silinder, selanjutnya sampai penuh.
4. Setiap 1/3 silinder, kerikil dirojok 25 kali.
5. Timbang silinder kerikil yang sudah dirojok.
d. Prosedur Pengujian
6. Timbang silinder
7. Timbanglah silinder yang sudah diisi kerikil.
8. Keluarkan kerikil yang sudah ditimbang dari silinder, lalu isi silinder
dengan kerikil menggunakan metode rojokan dengan memasukkan
kerikil ⅓ silinder, dilanjutkan ⅔ selanjutnya sampai penuh.
9. Setiap ⅓ silinder dirojok 25 kali.
10. Timbang silinder isi kerikil yang telah dirojok.
h. Data pengamatan dan pengujian
w 2−w 1
v 0,00107 0,00104 0,00105
w 2−w 1
v 0,0025 0,0025 0,0012
BAB 5
PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN
Perhitungan Kebutuhan Bahan
Jumlah 30 25 20 15 <15
data
Tabel 3.2. Nilai deviasi standart untuk berbagai tingkat pengendalian mutu
pekerjaan
Memuaskan 2,8
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7,0
1) Lihat tabel 3.3 dengan data jenis semen, jenis agregat kasar, bentuk benda
uji dan umur beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder
beton yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0,50. jenis
maupun umur beton yang direncanakan, maka dapat diperoleh kuat tekan
beton seandainya dipakai f.a.s 0,50.
2) Lihat lukislah titik A pada Gb. 1 atau 2 dengan nilai f.a.s 0,50 (sebagai
absis) dan kuat tekan beton yang diperoleh dari tabel 3.3 (sebagai ordinat).
Pada titik A tersebut kemudian dibuat grafik baru yang bentuknya sama
dengan dua grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya ditarik garis
mendatar dari sumbu tegak dikiri pada kuat tekan rata-rata yang
dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut. Dari titik potong itu
kemudian ditarik garis kebawah sampai memotong sunbu mendatar dan
dapatlah dibaca nilai f.a.s yang dicari.
8. Penetapan faktor air semen maksimum
Agar beton yang diperoleh tidak cepat rusak misalnya, maka perlu
ditetapkan nilai f.a.s maksimum dilakukan dengan tabel 3.4
Jika nilai f.a.s maksimum ini lebih rendah dari nilai f.a.s dari langkah 7,
maka nilai f.a.s maksimum ini yang dipakai untuk perhitungan
selanjutnya.
Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (Mpa) dengan Faktor Air Semen 0,50
3 7 28 91
Batu pecah 19 27 37 45
Alami 20 28 40 48 Kubus
Batu pecah 23 32 45 54
Batu pecah 25 33 44 48
Alami 25 31 46 53 kubus
Batu pecah 30 40 53 60
Tabel 3.4 persyaratan faktor Air Semen Maksimum untuk berbagai penbetonan
dan lingkungan khusus
langsung 0,55
0,60
ganti
Tabel 3.5 faktor air semen maksimum untuk beton yangberhubungan dengan air
tanah yang mengandung sulfat
=2:1
(gr/ltr)
< 0,2 < 1,0 0,3 Tipe I dengan atau tanpa 0,50
pozolan (15 – 40%)
pozolan 0,55
Tipe II atau IV
1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 Tipe II atau V dan lapisan 0,45
pelindung
> 2,0 > 5,6 > 5,0 0,45
Tabel 3.6 Faktor Air Semen untuk beton bertulang dalam air
S.P pozolan
Tipe II atau V
a. Tiga per empat kali jarak bersih minimum antar baja tulangan, atau
berkas baja tulangan atau tendon prategang atau selongsong.
b. Sepertiga tebal plat.
c. Seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan.
11. Tetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton,
berdasarkan ukuran maksimum agregat, jenis agregat, dan slump
yang diinginkan. Lihat tabel 3.8.
Tabel 3.8 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (liter)
ukuran 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
maksimu
m
kerikil
(mm)
Dalam tabel 3.8 apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai dari
jenis yang berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan
diperbaiki dengan rumus :
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak
Dengan :
Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air (dari
langkah 11) dengan faktor air semen yang diperoleh pada langkah 7 dan 8.
(kg/m3 beton)
tawar/payau/laut 325
Tabel 3.10 Kandungan semen minimum untuk beton yang berhubungan dengan
air tanah yang mengandung sulfat
< 0,2 < 1,0 < 0,3 Tipe I dengan 280 300
atau
– 40%) atau
semen
250 290
portland pozolan Tipe II
atau V
Tipe II atau V
1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 Tipe II atau V dan lapisan 330 370
pelindung
> 2,0 > 5,6 > 5,0 330 370
Tabel 3.11 Kandungan semen minimum untuk beton bertulang dalam air
40 20
Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari (12) ternyata lebih sedikit
dari pada kebutuhan semen minimum (13) maka kebutuhan semen harus
dipakai yang minimum (yang nilainya lebih besar).
Jika jumlah semen ada perubahan akibat langkah (14) maka nilai faktor air
semen berubah.
Catatan : cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan cara
kedua akan menaikkan jumlah air yang diperlukan.
(mm) 1 2 3 4
0,6 15 – 34 34 – 59 60 – 79 80 – 100
0,3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50
0,15 0 - 10 0 - 10 0 - 10 1 - 15
Nilai banding antara agregat halus dan agregat kasar diperlukan untuk
memperoleh gradasi aregat campuran yang baik. Pada langkah ini dicari
nilai banding antara berat agregat halus dan berat agregat campuran.
Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar butir maksimum
agregat kasar, nilai slam, faktor air semen, dan daerah gradasi agregat
halus. Berdasarkan data tersebut dan grafik pada Gb. 3, 4, atau 5. dapat
diperoleh persentase berat agregat halus terhadap berat agregat campuran.
Dengan :
Berat jenis agregat halus dan agregat kasar diperoleh dari hasil
pemeriksaan laboraturium, namun jika tidak ada dapat diambil sebesar 2,60 untuk
agregat tak pecah/alami dan 2,70 untuk agregat pecahan.
Dengan data berat jenis agregat campuran dari langkah (18) dan kebutuhan
air tiap meter kubik betonnya maka dengan grafik pada Gb. 6. dapat
diperkirakan berat jenis betonnya. Caranya adalah sbb :
Dengan :
BAB 6
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TULANGAN
Tulangan (1)
6.1 Pendahuluan
Tulangan merupakan suatu fungsi yang sangat penting untuk struktur
beton karena daya dukung struktur beton bertulang didapatkan dari hasil kerja
sama antara beton dan tulangan. Kerja sama ini adalah hasil penelitian orang
Prancis Monier (1867). Ini tidak lain berarti penemuan tentang penulangan beton.
Pada periode awal, tulangan tersebut terdiri dari suatu jaringan batang-batang
besi. Dan dalam perkembangannya sampai sekarang menghasilkan baja beton
yang banyak dalam variasi pemakaiannya.
6.2 Dari Bijih Besi Sampai Baja Beton
6.2.1 Umum
Dalam bahasa sehari-hari, pengertian tentang besi dan baja sering tertukar.
Perkataan besi dalam segi teknik khasnya hampir digunakan untuk menyatakan
sebuah unsur Ferrum (Fe). Besi murni hampir tidak pernah dipakai. Biasanya
suatu logam dikotori dengan karbon dan unsur-unsur lain. Terutama unsur karbon
(C) sangat mempengaruhi perilaku dari besi. Kadar karbon dipakai juga sebagai
petunjuk untuk membedakan antara besi tuang dan baja.
Besi dengan kadar karbon > 2% dinamakan besi tuang.
Besi dengan kadar karbon < 2% dinamakan baja.
Besi tuang pada umumnya getas dan mempunyai titik lebur yang lebih
rendah (sekitar 1150°C, kadar 0,2 % karbon).
Besi dan baja merupakan logam yang banyak digunakan dalam teknik; dan
meliputi 95% dari seluruh produksi logam dunia. untuk penggunaan tertentu, besi
dan baja merupakan satu-satunya logam yang memenuhi persyaratan teknis
maupun ekonomis, namun di beberapa bidang lainnya logam ini mulai mendapat
persaingan dari logam bukan besi dan bahan bukan logam. diperkirakan bahwa
besi telah dikenal manusia disekitar tahun 1200 SM.
Proses pembuatan baja diperkenalkan oleh Sir Henry Bessemer dari Inggris
sekitar tahun 1800, sedang William Kelly dari Amerika pada waktu yang hampir
bersamaan berhasil membuat besi malleable. hal ini menyebabkan timbulnyaa
persengketaan mengenai masalah paten. Dalam sidang-sidang pengasilan terbukti
bahwa WIlliam Key lebih dahulu mendapatkan hak paten.
6.2.2 Bijih Besi
Bijih adalah suatu bahan tambang yang diolah menjadi logam. Bumi
mengandung sejumlah besar bijih besi. Bijih besi ini berada di beberapa tempat
dan tersebar di seluruh bumi. Umumnya pertambangan bijih besi terdapat di
tempat terbuka, kadang-kadang diperlukan bangunan terowongan pertambangan.
Hasil tambang tersebut dapat berupa batu-batuan yang susunannya berbeda-beda.
Bijih besi adalah suatu persenyawaan kimiawi antara besi (Fe) dengan zat asam
terutama zat asam (O).
Mineral adalah suatu bahan yang banyak terdapat di dalam bumi, yang
mempunyai bentuk dan ciri-ciri khusus serta mempunyai susunan kimia yang
tetap. Sedangkan batu-batuan merupakan gabungan antara dua macam atau lebih
mineralmineral dan tidak mempunyai susunan kimia yang tetap. Bijih ialah
mineral atau batu-batuan yang mengandung satu macam atau beberapa macam
logam dalam prosentase yang cukup banyak untuk dijadikan bahan tambang.
Banyaknya logam yang terkandung dalam bijih itu berbeda-beda. Logam dalam
keadaan murni jarang sekali terdapat di dalam bumi, kebanyakan merupakan
senyawa-senyawa oksida, sulfida, karbonat, dan sulfat yang merupakan bijih
logam yang perlu diproses menjadi bahan logam yang bermanfaat bagi manusia.
Bijih besi dari tambang biasanya masih bercampur dengan pasir, tanah liat, dan
batu-batuan lainnya. Untuk kelancaran pengolahan bongkahan bijih tersebut
dipecahkan dengan mesin pemecah, kemudian disortir antara bijih besi dan
bebatuan ikutan dengan tromol magnit. Pekerjaan selanjutnya adalah mencuci
bijih besi tersebut dan mengelompokkan menurut besarnya, bijih-bijih halus dan
butir-butir yang kecil diaglomir di dalam dapur sinter atau di rol hingga bola-bola
yang dapat dipakai kembali sebagai isi dapur. Setelah bijih besi dipanggang di
dalam dapur panggang agar kering dan unsur-unsur yang mudah menjadi gas
keluar dari bijih besi kemudian dibawah ke dapur tinggi untuk diolah menjadi besi
kasar.
kemacetan. Bagian bawah melebar ke atas dengan maksud agar muatannya tetap
berada di bagian ini. Dapur tinggi dibuat dari susunan batu tahan api yang diberi
selubung baja pelat untuk memperkokoh konstruksinya. Dapur diisi dari atas
dengan alat pengisi. Berturut-turut dimasukkan kokas, bahan tambahan (batu
kapur) dan bijih besi. Kokas adalah arang batu bara yaitu batu bara yang sudah
didestilasikan secara kering dan mengandung belerang yang sangat rendah sekali.
Kokas berfungsi sebagai bahan bakarnya dan membutuhkan zat asam yang
banyak sebagai pengembus. Agar proses dapat berjalan dengan cepat udara
pengembus itu perlu dipanaskan terlebih dahulu di dalam dapur pemanas udara.
Besi cair di dalam dapur tinggi, kemudian dicerat dan dituang menjadi besi kasar,
dalam bentuk balok-balok besi kasar yang digunakan sebagai bahan ancuran
untuk pembuatan besi tuang (di dalam dapur kubah), atau dalam keadaan cair
dipindahkan pada bagian pembuatan baja di dalam konvertor atau dapur baja yang
lain, misalnya dapur Siemen Martin.
6.2.3 Proses Tanur Tinggi
Tanur tinggi atau dapur tinggi adalah tungku besar yang bentuknya seperti
terowongan. Bahan yang harus dipanaskan dimasukkan pada bagian atas tungku.
Di bagian bawah tungku Tanur tinggi diisi dengan bijih besi, kokas (metalurgi)
dan bahan tambahan dalam perbandingan tertentu. Kokas didapat pada tanur
tinggi dari bahan batu bara tertentu. Batu bara dibakar dalam udara tertutup.
Prinsip dari proses dapur tinggi adalah prinsip reduksi. Pada proses ini zat karbon
monoksida dapat menyerap zat asam dari ikatan-ikatan besi zat asam pada suhu
tinggi. Pada pembakaran suhu tinggi + 18000 C dengan udara panas, maka
dihasilkan suhu yang dapat menyelenggarakan reduksi tersebut. Agar tidak terjadi
pembuntuan karena proses berlangsung maka diberi batu kapur sebagai bahan
tambahan. Bahan tambahan bersifat asam apabila bijih besinya mempunyai sifat
basa dan sebaliknya bahan tambahan diberikan yang bersifat basa apabila bijih
besi bersifat asam. Gas yang terbentuk dalam dapur tinggi selanjutnya dialirkan
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3
keluar melalui bagian atas dan ke dalam pemanas udara. Terak yang menetes ke
bawah melindungi besi kasar dari oksida oleh udara panas yang dimasukkan, terak
ini kemudian dipisahkan.
Proses reduksi di dalam dapur tinggi tersebut berlangsung sebagai berikut:
Zat arang dari kokas terbakar menurut reaksi : C + O2 ------ > CO2 sebagian dari
CO2 bersama dengan zat arang membentuk zat yang berada ditempat yang lebih
atas yaitu gas CO.
CO2 + C ----- > 2CO
Di bagian atas dapur tinggi pada suhu 3000 sampai 8000 C oksid besi
yang lebih tinggi diubah menjadi oksid yang lebih rendah oleh reduksi tidak
langsung dengan CO tersebut menurut prinsip :
Fe2O3 + CO ---- > 2FeO + CO2
Pada waktu proses berlangsung muatan turun ke bawah dan terjadi reduksi tidak
langsung menurut prinsip :
FeO + CO ----- > FeO + CO2
Reduksi ini disebut tidak langsung karena bukan zat arang murni yang mereduksi
melainkan persenyawaan zat arang dengan oksigen. Sedangkan reduksi langsung
terjadi pada bagian yang terpanas dari dapur, yaitu langsung di atas pipa
pengembus.
menjadi besi kasar dalam bentuk balok-balok besi kasar yang digunakan sebagai
bahan ancuran untuk pembuatan besi tuang (di dalam dapur kubah) atau masih
dalam keadaan cair dipindahkan pada bagian pembuatan baja (dapur Siemen
Martin). Terak yang keluar dari dapur tinggi dapat pula dimanfaatkan menjadi
bahan pembuatan pasir terak atau wol terak sebagai bahan isolasi atau sebagai
bahan campuran semen. Besi cair yang dihasilkan dari proses dapur tinggi
sebelum dituang menjadi balok besin kasar sebagai bahan ancuran di pabrik
penuangan, perlu dicampur dahulu di dalam bak pencampur agar kualitas dan
susunannya seragam. Dalam bak pencampur dikumpulkan besi kasar cair dari
bermacam-macam dapur tinggi yang ada untuk mendapatkan besi kasar cair yang
sama dan merata. Untuk menghasilkan besi kasar yang sedikit mengandung
belerang di dalam bak pencampur tersebut dipanaskan lagi menggunakan gas
dapur tinggi.
Setelah semua unsur gas menguap (gas kokas), sisa keseluruhannya
hampir berupa karbon (C) murni dalam bentuk (abu) kokas yang mengendap.
Kokas dibakar menjadi karbon monoksida di dalam tanur tinggi yang diembusi
banyak udara panas. Karena itu dapat dapat terjadi pembakaran dalam temperatur
tinggi (sekitar 2000°C yang diperlukan untuk proses reduksi. Proses ini adalah
suatu proses oksidasi yang mereduksi bijih besi (dimana terbentuk CO)
bertingkat.
6.2.4 Pabrikasi Baja
Dalam pabrikasi baja, besi tuang dimurnikan menjadi baja. Disini kadar
karbon sangat diperkecil. Pada masa pemurnian ini unsur karbon (C) yang
berlebihan akan dibakar dan karbonmonoksida (CO) akan disisihkan.
Untuk menurunkan kadar karbon dan unsur tambahan lainnya dari besi kasar
digunakan dengan cara sebagai berikut:
1. Proses Konvertor :
a. Proses Bessemer untuk besi kasar dengan kadar fosfor yang rendah.
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3
b. Proses Thomas untuk besi kasar dengan kadar fosfor yang tinggi.
c. Proses Oksi, proses LD, Kaldo dan Oberhauser.
2. Proses Martin (dapur Siemen Martin)
a. Proses Martin asam untuk besi kasar dengan kadar fosfor rendah.
b. Proses Martin basa untuk besi kasar dengan kadar fosfor tinggi.
3. Dapur Listrik untuk baja Campuran
a. Dapur listrik busur nyala api.
b. Dapur listrik induksi.
Untuk proses pemurnian ini yang dibahas hanya 3 buah proses, yaitu
Proses Siemens-Martin, Proses Baja Oxy, dan proses Baja Elektro.
Proses lain untuk membuat baja dari bahan besi kasar adalah
menggunakan dapur Siemens Martin yang sering disebut proses Martin. Dapur ini
terdiri atas satu tungku untuk bahan yang dicairkan dan biasanya menggunakan
empat ruangan sebagai pemanas gas dan udara. Pada proses ini digunakan muatan
besi bekas yang dicampur dengan besi kasar sehingga dapat menghasilkan baja
dengan kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan baja Bessemer maupun
Thomas. Gas yang akan dibakar dengan udara untuk pembakaran dialirkan ke
dalam ruangan-ruangan melalui batu tahan api yang sudah dipanaskan dengan
temperatur 600 sampai 9000 C. dengan demikian nyala apinya mempunyai suhu
yang tinggi, kira-kira 18000 C. gas pembakaran yang bergerak ke luar masih
memberikan panas kedalam ruang yang kedua, dengan menggunakan keran
pengatur maka gas panas dan udara pembakaran masuk ke dalam ruangan tersebut
secara bergantian dipanaskan dan didinginkan. Bahan bakar yang digunakan
adalah gas dapur tinggi, minyak yang digaskan (stookolie) dan juga gas generator.
Pada pembakaran zat arang terjadi gas CO dan CO2 yang naik ke atas dan
mengakibatkan cairannya bergolak, dengan demikian akan terjadi hubungann
yang erat antara api dengan bahan muatan yang dimasukkan ke dapur tinggi.
Bahan tambahan akan bersenyawa dengan zat asam membentuk terak yang
menutup cairan tersebut sehingga melindungi cairan itu dari oksida lebih lanjut.
Setelah proses berjalan selama 6 jam, terak dikeluarkan dengan memiringkan
dapur tersebut dan kemudian baja cair dapat dicerat. Hasil akhir dari proses
Martin disebut baja Martin.
Baja ini bermutu baik karena komposisinya dapat diatur dan ditentukan
dengan teliti pada proses yang berlangsung agak lama. Lapisan dapur pada proses
Martin dapat bersifat asam atau basa tergantung dari besi kasarnya mengandung
fosfor sedikit atau banyak. Proses Martin asam teradi apabila mengolah besi kasar
yang bersifat asam atau mengandung fosfor rendah dan sebaliknya dikatakan
proses Martin basa apabila muatannya bersifat basa dan mengandung fosfor yang
tinggi.
Keuntungan dari proses Martin dibanding proses Bessemer dan Thomas adalah
sebagai berikut :
a. Proses lebih lama sehingga dapat menghasilkan susunan yang lebih baik
dengan jalan percobaan-percobaan.
b. Unsur-unsur yang tidak dikehendaki dan kotoran-kotoran dapat
dihindarkan atau dibersihkan.
c. Penambahan besi bekas dan bahan tambahan lainnya pada akhir proses
menyebabkan susunannya dapat diatur sebaik-baiknya.
Selain keuntungan di atas dan karena udara pembakaran mengalir di atas
cairan maka hasil akhir akan sedikit mengandung zat asam dan zat lemas. Proses
Martin basa biasanya masih mengandung beberapa kotoran seperti zat asam,
belerang, fosfor dan sebagainya. Sedangkan pada proses Martin asam kadar
kotorankotoran tersebut lebih kecil.
Seperti pada gambar di atas, tanur Siemens-Martin diisi dengan besi kasar
dan serpih besi. Perbandingan kedua besi ini banyak variasinya. Pemanasan yang
dibutuhkan akan disuplay dengan membakar uap minyak yang banyak
mengandung zat asam atau gas yang selalu berada di atas permukaan leburan baja.
Keistimewaan dari tanur ini yaitu, gas pembakar untuk busur nyala api dipanasi
lebih dahulu oleh gas buang. Baja ditampung dari bagian samping (bawah) tanur
dan selanjutnya dituang dalam bentuk blok untuk pabrik penggilasan.
Proses Baja Oxy
Proses konvertor yang lebih modern adalah proses oksi, pada proses ini
menggunakan bahan besi kasar yang mempunyai komposisi kurang baik apabila
dikerjakan dengan konvertor Bessemer maupun Thomas. Disini asam murni
dihembuskan di atas cairan dan kadang-kadang juga kedalam cairan besi,
sehingga karbon, silisium, mangan dan sebagainya terbakar. Hasil pembakaran
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3
unsur-unsur tersebut ditampung oleh bahan tambahan batu kapur dan terikat
menjadi terak yang mengapung di atas cairan besi.
Proses pembakaran zat asam dengan zat arang terjadi pada panas yang
tinggi sekali, maka diperlukan pendinginan dengan jalan memberikan tambahan
baja bekas. Hasil akhir dari proses ini adalah baja oksi yang bermutu sangat baik
karena pengaruh buruk dari unsur udara tidak ada. Oleh karena itu baja oksi baik
sekali digunakan sebagai bahan pembuatan konstruksi dan komponen-komponen
mesin, seperti : poros, baut, pasak, batang penggerak dan lain lainnya.
Keuntungan dari proses oksi adalah sebagai berikut :
a. Waktu proses relatif pendek.
b. Hasilnya mengandung fosfor (P)dan belerang (S) yang rendah.
c. Hasil yang diproduksi relatif lebih banyak dalam tempo yang sama
dibanding proses lainnya.
d. Biaya produksi baja tiap ton lebih murah.
Proses baja Oxy terdiri dari leburan besi kasar dan muatan konventor. Ada
kalanya bijih atau serpih besi ikut disertakan untuk mempengaruhi lintasan
temperatur. Dengan memakai sebuah pipa yang ujungnya lancip seperti tombak
(lans) yang berada 750 mm di atas permukaan logam lebur, zat asam diembuskan
kencang ke arah kolam. Karena itu dapat terjadi pengadukan yang keras. Unsur
Krbon dari besi kasar dibakar atau oleh beberapa unsur lain disenyawakan dengan
terak. Setelah proses pengolahan ini selesai, baja dituangkan ke dalam panci tuang
sedangkan teraknya ditampung di panci terak. Tergantung dari pemakaiannya, bila
perlu ditambahkan bahan paduan tertentu dalam leburan baja. Selanjutnya baja
yang dihasilkan dituang dalam bentuk blok untuk pabrik penggilasan.
Proses Baja Elektro
Di samping proses baja oxy ada juga proses baja elektro yang terutama
dikerjakan pada pabrikasi baja berskala kecil. Tanur elektro diisi dengan besi
kasar dan/atau serpih besi. Perapian memakai busur nyala api yang dibentuk oleh
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3
muatan besi dan elektroda yang dipasang dalam tanur. Akibat pemanasan di
dalam tanur yang sangat tinggi semua ‘pengotoran’ terbakar. Terak yang terjadi
ditampung dari sebelah samping tanur sedangkan dari sisi lainnya baja dituangkan
ke dalam panci tuang. Setelah baja ditambah dengan bahan paduan atau tidak,
kemudian dituang dalam bentuk blok. Di masa kini lebih suka dipakai sebuah
metode, dimana baja dituang ke sebuah bak berbentuk corong dengan satu lubang
atau lebih yang berbentuk bujur sangkar. Secara demikian dapat terjadi
kesinambungan penuangan batang yang berbentuk persegi empat. Batang ini
dipotong dengan gunting (khusus) dan membentuk lempengan baja sesuai dengan
panjang yang diinginkan.
Dapur ini berdasarkan prinsip panas yang memancar dari busur api, dapur ini juga
dikenal dengan sebutan dapur busur nyala api. Dapur ini merupakan suatu tungku
yang bagian atasnya digantungkan dua batang arang sebagai elektroda pada arus
bolak-balik atau dengan tiga buah elektroda arang yang dialirkan arus putar.
Misalnya pada dapur Stassano busur api terjadi antara tiga ujung elektroda arang
yang berada di atas baja yang dilebur melalui ujung elektroda itu dengan arus
putar. Pada dapur Girod, arus bolak balik mengalir melalui satu elektroda yang
membentuk busur api di antara kutub dan baja cair selanjutnya dikeluarkan
melalui enam buah elektroda baja yang didinginkan dengan air ke dasar tungku.
Pada dapur Heroult menggunakan dua elektroda arang dengan arus bolakbalik dan
dapat juga menggunakan tiga buah elektroda pada arus putar. Arus listrik
membentuk busur nyala dari elektroda kepada cairan dan kembali dari cairan ke
elektroda lainnya. Hasil akhir dari dapur listrik disebut baja elektro yang bermutu
sangat baik untuk digunakan sebagai alat perkakas misalnya pahat, alat tumbuk
dan lain-lainnya
6.2.5 Penggilasan
Dengan memanasi sampai dengan temperatur sekitar 1300°C, blok (baja)
akan digilas menjadi blok baja gilas dan lempengan baja gilas. Lempengan
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3
trayek pendinginan, inti batang yang masih panas sekitar 950°C Akan memanasi
kulit batang lagi sampai sekitar 640°C, hingga kulit tersebut langsung menjadi
lunak (liat) dan sedikit kurang kuat, tetapi mempunyai struktur butiran halus dan
liat. Selanjutnya struktur inti batang berubah pula menjadi struktur butiran halus
akibat dari pendinginan yang dipercepat (penyaluran panas dipercepat ke kulit
luar). Peninggian kekuatan yang dicapai secara pendinginan mendadak (air
pendingin), berdasarkan struktur penyepuhan keras butiran halus di bagian luar
batang (kira-kira 50% dari penampangnya). Perbaikan struktur secara demikian
menghasilkan batas luluh/leleh) sebesar 100 Mpa serta kuat tarik 200 Mpa, ini
lebih besar daripada cara pendinginan baja beton yang keseluruhannya
didinginkan dengan udara (tenang).
6.2.6 Komposisi Kimia Baja Beton
Pada pabrikasi baja, perhatian terhadap komposisi kimia baja hanya sedikit
diperhatikan. Unsur besi dalam bentuk murni jarang dipakai. Berkaitan dengan
tujuan dan penggunaan baja, pada pabrilkasi baja akan ditambahkan logam
paduan ketika baja dilebur.
Baja beton adalah suatu paduan yang terutama terdiri dari persenyawaan
unsur besi (Fe) dan unsur dari beton lain, misalkan mangan (Mn), tembaga (Cu),
vanadium (V) dan niobium (Nb) serta non logam seperti karbon (C), silisium (Si),
fosfor (P) dan belerang (S). Sifat-sifat dari baja sangat tergantung dari kadar
karbon. Disebabkan kadar karbon yang sedikit saja telah cukup mengubah besi
lunak dan liat menjadi mekanisasi keseluruhan yang lain. Makin tinggi kadar
karbon semakin kuat dan keras. Tetapi keliatannya semakin menurun, material
lebih getas. Karena itu pengerjaannya lebih sukar terutama untuk baja dengan
kadar karbon lebih dari 0,3 %. Pengaruh fosfor dari belerang terhadap baja kurang
menguntungkan (kegetasan) dan hanya boleh mengandung prosentase yang kecil
(sampai sekitar 0,6 %). Disamping unsur karbon, baja yang dipadu dengan
3. Baja Perkakas
Baja perkakas banyak digunakan untuk bahan membuat perkakas,
misalnya stempel, kaliber, serta alat-alat potong. Baja perkakas
dikelompokkan berdasarkan :
1. Keadaan paduan : tidak dipadu, paduan rendah, dan paduan tinggi.
2. Bahan pendingin : air, minyak, dan udara.
3. Proses pengerasan : pengerjaan panas dan pengerjaan dingin.
Sifat-sifat baja perkakas tanpa paduan yang terpenting adalah sebagai berikut : a.
Kandungan karbon antara 0,35 – 1,6 %.
a. Temperatur pengerasan 750 – 8500 C.
b. Temperatur tempering 100 – 3000 C.
c. Temperatur kerja sampai 2000 C.
Penggunaan baja perkakas tanpa paduan ditentukan oleh kandungan karbonya,
contoh :
a. 0,5 % karbon untuk pembuatan martil dan landasan tempa. Sifatnya rapuh.
b. 0,8 % karbon untuk pembuatan peniti, gunting, dan pisau. Sifatnya rapuh.
c. 0,9 % karbon untuk pembuatan perkakas tukang kayu dan pahat. Sifatnya
rapuh dan keras. setengah keras.
d. 1,1 % karbon untuk pembuatan kikir, penggores, dan gunting. Sifatnya
setengah keras.
e. 1,3 % karbon untuk pembuatan mata bor, skraper, dan dies. Sifatnya keras
dan rapuh.
f. Lebih dari 1,3 % karbon untuk pembuatan reamer dan matres. Sifatnya
sangat keras.
Kondisi umum dari baja perkakas adalah pada temperatur di atas 2000 C
kemampuan potongnya hilang, oleh sebab itu baja perkakas tanpa paduan
digunakan untuk pembuatan alat-alat dan perkakas yang tidak mengalami
temperatur kerja yang tinggi. Karena kekuatan tarik dan batas regang yang
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3
tinggi , baja ini digunakan pula sebagai bahan untuk alat-alat ukur. Baja
perkakas dapat disepuh dengan baik dan dikeraskan dengan
mencelupkannya ke dalam air.
4. Baja Paduan
Baja paduan adalah campuran antara baja karbon dengan unsur-
unsur lain yang akan mempengaruhi sifat-sifat baja, misalnya sifat
kekerasan, liat, kecepatan membeku, titik cair, dan sebagainya yang
bertujuan memperbaiki kualitas dan kemampuannya. Penambahan unsur-
unsur lain dalam baja karbon dapat dilakukan dengan satu atau lebih
unsur, tergantung dari karakteristik atau sifat khusus yang dikehendaki.
Baja beton yang dipakai dalam bangunan harus memenuhi norma
persyaratan terhadap metode pengujian dan pemeriksaan untuk bermacam-
macam mutu baja beton menurut tabel 2.1. di samping mutu baja beton Bj.
Tp 24 dan Bj. Td 40 seperti yang ada dalam tabel, mutu baja yang lain
dapat juga khusus dipesan (misalnya Bj.Tp 30). Tapi dengan memakai
Bj.Tp 30 maka waktu didapatkannya lebih lama dan harganya jauh lebih
mahal. Guna menghindari kesalahan pada saat pemasangan, lokasi
penyimpanan baja yang spesial dipesan itu perlu dipisahkan dari baja Bj.tp
24 dan Bj.Tp 40 yang umum dipakai.
Baja beton dikodekan berurutan dengan :
Huruf Bj. Tp dan Bj. Td
Bj berarti Baja
Tp berarti tulangan Polos
Td berarti tulangan Deform
Angkanya menyatakan batas luluh karakteristik yang dijamin
6.2.7.1 Perilaku dan Penentuannya
Ciri-ciri khas dari baja beton adalah :
Kuat tarik
Batas luluh/leleh
Regangan pada beban maksimal
Modulus elastisitas (konstanta material)
Sifat-sifat ini dapat ditentukan secara pengujian tarik.
TULANGAN (2)
6.3 Umum
Persiapan untuk melakukan pemotongan dan pembengkokan sebenarnya
telah dimulai pada perancang. Karena susunan dari konstruksi tulangan sangat
tergantung dari pilihan perancang seperti detail tulangan, panjang dan bentuk
batang, maka dapat mengakibatkan biaya pengerjaan setiap perancang atau
kombinasi perancang dan penganyam sering banyak berbeda. Antara lain penting
diperhitungkan pula dengan panjang yang dipasarkan 12 m. Dari panjang 12 m ini
dapat dihasilkan pemotongan tanpa ada yang terbuang (efisien) yakni berupa : 2 x
600 ; 3 x 400 ; 5 x 240 ; 6 x 200 ; 7 x 171 ; dan 8 x 150 mm.
Penganyam tulangan biasanya mempunyai kemungkinan yang cukup
untuk memotong batang. Bila panjang yang dibutuhkan lebih pendek dari 150
mm. Perancang juga yang menentukan detail sambungan. Jelas bahwa pekerjaan
secara detail standar yang sederhana lebih ekonomis. Ringkasnya berarti
perancang (dan penggambar) dalam merencanakan dan menggambar harus
memperhitungkan jumlah keseluruhan biaya pemasangan tulangan.
Tulangan :
Biaya Bahan = Bj. Tp 24 dan Bj. Td 40
Biaya Kerja = Pemotongan ; Pembengkokan ; Pengiriman ;
Penganyaman
Pemotongan, pembengkokan dan penganyaman memerlukan tenaga kerja
yang intensif dan biasanya dilaksanakan oleh perusahaan khas penganyaman kecil
telah dibengkok dan setanda diikat, kemudian diberi tabel dan dibawa ke
penyimpanan sementara oleh tenaga kerja.
6.6 Penyimpanan Terpisah
Apabila batang-batang menurut ukurannya telah dipotong dan/atau
dibengkok, maka batang-batang ini diletakkan dengan hati-hati dan bebas dari
tanah. Batang-batang harus cukup ditunjang dengan balok-balok kayu agar tidak
membengkok. Pengaturan dilakukan sesuai dengan label. Suatu metode yang
sederhana yakni warna label menyatakan urutan pekerjaan penganyaman.
Misalkan pada sumur-sumur bangunan, pertama-tama label warna merah yang
harus dipakai, kemudian warna kuning, seterusnya label berwarna putih untuk
batang-batang tulangan bantu (suport) dan lebih lanjut label warna biru untuk
batang-batang yang dipasang di atas batang tulangan bantu dan seterusnya.
d. Lihat a, b dan c
e. Angka pertama 7 – (termasuk/terlihat dalam kelompok utama 6 sampai
dengan 9)
Angka kedua 2 – menyatakan nomor urut dalam kelompok utama.
Sengkang; nomor urut 2; kait lurus di ujung mula; Kait lurus di ujung
akhir.
6.12 Pengukuran Dari Batang-batang
Ukuran (bagian) ditunjukkan dengan simbol A, B, C dan sebagainya dari
kiri ke kanan. Ukuran harus dinyatakan pada gambar batang yang diskemakan dan
sebagai ukuran boleh dipakai dari bagian luar.
Pada sengkang ukuran U dan H akan memainkan peranan penting.
Usahakan sedapat mungkin untuk menghindari batang-batang yang menutup. Jika
tak terelakan maka disarankan sebagai berikut :
1. Yang panjang selalu pas, batang berselang-seling dengan kait di bagian
kiri dan di bagian kanan. Panjang total pemotongan batang dinyatakan
pada daftar pembengkokan dalam kolom keempat.
2. Batang-batang yang menutup (misalnya sengkang) perlu diperhitungkan
faktor keuntungan pembengkokan, yaitu suatu keuntungan akibat
perpanjangan batang sesaat pembengkokan. Perubahan panjang ini timbul
pada pelingkaran kait atau pembengkokan batang. Seperti pada
pembahasan pengujian tarik ternyata dalam perubahan bentuk elastis,
batang akan kembali ke bentuk asalnya bila gaya yang bekerja padanya
ditiadakan.
3. Pembengkokan dari batang (misalnya kait lurus) akan mengubah
perubahan bentuk tetap (plastis), dengan kata lain batas leleh dari material
sudah dilampaui. Karena melampaui batas leleh tersebut, maka panjang
total batang akan sedikit memanjang (keuntungan pembengkokan). Bila
akan membengkokkan sengkang kolom tanpa memperhitungkan
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3
batang atau lebih dapat dipotong bersama-sama. Batang-batang yang tidak perlu
dibengkok akan dibundel serta dicantumi dengan label dan selanjutnya dipisahkan
terpisah.
Mesin pembengkok juga telah dibuat. Pelat pelipat tetap ditukar dengan pelat
pembengkok yang digerakkan oleh arus listrik. Keuntungan dari mesin
pembengkok ini adalah beberapa batang-batang dapat dibengkok sekaligus. Mesin
yang modern dapat diatur dengan mudah untuk membentuk bengkokan sesuai
dengan daftar bengkokan. Secara demikian seluruh batang-batang mempunyai
kesamaan sudut lengkung. Mesin pembengkok yang paling canggih dapat
diprogramkan, yang memungkinkan pembengkokan batang yang dibengkok
dengan berbagai sudut lengkung secara berurut-urut. Mesin-mesin ini umumnya
digunakan untuk membengkok sengkang-sengkang. Tergantung dari jangka waktu
pelaksanaan bangunan, untuk pengangkutan dari lokasi penyimpanan (melalui
meja pemotong dan pembengkok) menuju penyimpanan yang terpisah dan dari
penyimpanan terpisah ke bekisting dapat menggunakan berbagai jenis keran
penggerek.
atas tiga blok beton kecil yang terletak diatas papan bekisting bagian bawah.
Tandai dengan kapur tulis jarak-jarak sengkang pada sebuah sudut bawah dan
bagkan sengkang-sengkang dari ujung ke pertengahan. Sengkang tengah
ditumpukan di atas kelos peletakan. Sengkang tengah diikat dengan batang sudut
bawah dengan ikatan sadel. Selanjutnya, hubungkan bagian batang di sudut atas
dan ikat sekerasnya secara ikatan sadel. Lakukan untuk sengkang-sengkang yang
bersebelahan sesuai dengan yang lalu.
Kemudian batang-batang yang satu dipasang, batang-batang disudut diikat
secara ikatan sadel dengan setiap sengkang sedangkan batang-batang yang lain
(tak di sudut) diikat secara ikatan silang dengan jarak :
a. Untuk batang bawah dan sisi 40 a 50 kali diameter batang
b. Untuk batang atas 30 a 40 kali diameter batang.
Pengayaman tulangan balok di atas bekisting sesuai dengan cara yang telah
dibahas. Banyak pekerjaan bangunan basar dan kecil akan menggunakan pra
pabrikasi sangkar tulangan bila tulangan memenuhi. Dalam hal ini akan didirikan
beberapa cagak penopang di lokasi pemotongan batang-batang menerus. Setelah
menandai pembagian sengkang-sengkang pada salah satu batang bagian susdut
(lebih baik menerus) diikat keras dengan semua sengkang-sengkang secara ikatan
sadel. Setelah batang-batang diikat dengan sadel, batang-batang sudut disambung
dengan setiap sengkang secara ikatan sadel dan batang yang lain dengan
pengikatan tunggal, selanjutnya batang-batang yang tidak menerus dan batang-
batang yang dibengkokkan, dimasukkan dari ujung akhir sangkar kemudian diikat
keras. Jika mungkin sambungan tulangan peletakan dapat bersama-sama
digantungkan pada sangkar.
Ø8 ≤ 140 mm
Ø 10 > 140 mm ≤ 200 mm
Ø 12 > 200 mm ≤ 300 mm
Ø 16 > 300 mm ≤ 450 mm
Ø 20 > 450 mm
Jumlah dari suport (n) per m2, besarnya tergantung daripada garis tengah
batang bawah dari jaring atas Ø :
Ø ≤ 10 mm n=2
Ø > 10 mm ≤ 16 mm n=1
Ø > 16mm n = 0,5
Suport gelegar digunakan sebagai pengganti suport tradisional dengan
batang tulangan bantu. Suport gelagar ini dipra-pabrikasikan. Dengan cara
sengkang sisi tidak disamakan, maka ini dapat dipakai sebagai pedoman untuk
tiga macam ketebalan lantai.
Jarak sumbu ke sumbu (l dalam m) dari suport gelegar besarnya bergantung pada
garis tengah Ø batang bawah dari jaring atas.
Lebih besar
Ø (mm) Sampai dengan
dari
6 0,50 0,75
8 0,75 1,00
10 1,00 1,25
12 1,50 1,75
16 1,75 2,00
20 2,00 2,25
Suport rak atau garis digunakan untuk lantai-lantai yang lebih tebal dari
400 mm, tergantung dari ketinggiannya suport ini dibuat dari baja beton atau baja
profil. Suport tradisional dipasang pada lapis teratas dari jaring bawah. Pada
sederetan suport ini dihubungkan dengan batang jaring atas dari bagian lapis
bawah dan batang ini diikat keras dengan suport secara ikatan silang. Batang-
batang bawah lainnya dibagikan diantara deretan suport. Setelah menelusuri
tulangan lapisan kedua dari bagian tulangan atas, tulangan lapisan pertama yang
terletak di atas jaring bawah ditarik dan dipasang di bawah lapisan kedua.
Pekerjaan penarikan jaring-jaring dari bagian jaring atas untuk lantai yang
tebal dengan tulangan yang berat itu sangat melelahkan. Agar pekerjaan ini dapat
dihindari maka diberi sebuah batang tulangan bantu melalui suport dan letaknya
tegak lurus terhadap lapisan terbawah dari bagian jaring atas. selanjutnya dipasang
lapisan pertama dengan arah tegak terhadap lapisan teratas dan diikat keras secara
ikatan silang.
Batang-batang bagian jaring atas di seluruh persilangan harus saling diikat
satu sama lain. Bila batang-batang bagian jaring atas ditumpu oleh suport gelagar
yang letaknya tegak lurus terhadap batang bawah bagian jaring atas, ini boleh
menyimpang. Pada batang-batang dipersilangan yang lain paling sedikit harus
diikat berselang satu sama lain. Lagipula pada jaring atas melalui pinggiran
seluruh persilangan harus diikat satu sama lain.
Setelah tulangan lantai selesai dikerjakan, dipasang penahan jarak yang
dibutuhkan untuk penutup beton. Penahan jarak disarankan memakai blok kecil
beton. Jumlah penahan jarak minimal dua per m2 bekisting atau lantai kerja. Bila
diameter tulangan utama ≤ Ø 10 mm, maka dianjurkan memakai penahan jarak
yang lebih banyak, misalkan :
Ø 8 – Ø 10 : 3 per m2 luas lantai.
< Ø 8 : 4 per m2 luas lantai.
Untuk bidang-bidang samping harus pula diusahakan penutup beton memenuhi
persyarata, dengan memasang penahan jarak yang cukup. minimal satu (penahan
jarak) per m lajur bekisting. Suatu penutup beton harus cukup ada.
Tula
ngan pembantu
dan batang-batang yang lain dengan sengkang lain secara sambungan silang),
penahan jarak dipasang pula. Ini sering digunakan gelang-gelang yang melingkari
sengkang. Minimal jumlah penahan jarak yaitu: satu per m Lajur bidang sisi.
Untuk kolom bulat atau kolom berukuran besar, minimal dua per m2 bekisting.
Perhatian:
Penggunaan gelang-gelang sebagai penahan jarak di kolom ini sesuai dengan
praktek, tidak boleh dipasang pada tulangan vertikal utama.
Pertama-tama gelang berfungsi untuk selalu menjamin pemasukan penutup beton
dengan baik (melalui bagian batang terluar). Kedua dapat terjadi ruang kosong di
bawah gelang ketika pengecoran (mengendap).
6.18 Menganyam Di Industri (sentral) Pembengkokan dan Penganyaman
Dalam tahun-tahun yang lampau, sentral pembengkokan dan
penganyaman saling menggabung menjadi penganyaman konstruksi tulangan.
Pada sentral penganyaman sangkar tulangan di pra-pabrikasikan. Penganyaman
hampir sesuai dengan tata cara pada lokasi bangunan. Hanya sambungan dengan
kawat biasanya diganti dengan sambungan las. Sebuah contoh dari sangkar
tulangan kolom atau balok yang di pra-pabrikasi dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Penjelasan gambar
1. Daftar pembengkokan dan pemotongan berdasarkan gambar rancang.
2. Pelurusan dengan mesin-pelurus, sedangkan batang-batang sengkang
dipotong dengan mesin potong menurut panjangnya.
3. Batang-batang yang besar disuplay dalam panjang standar 6, 9, dan 12 m.
4. Pembengkokan sengkang-sengkang.
5. Batang-batang disortir untuk tulangan utama dan dipotong sesuai dengan
panjangnya.
6. Batang tulangan utama diletakkan di atas cagak kerja (penopang).
Pembagian letak sengkang dan menandai di batang.
7. Sengkang-sengkang dimasukkan dan dibagi.
8. Pengelasan las-lewatan pada sengkang.
9. Batang tulangan utama digeser terhadap sengkang sampai pada ukuran
yang tepat.
10. Tulangan utama balok dari bagian batang atas dilas dengan sengkang.
11. Sangkar diputar agar batang bawah dari tulangan utama menopang di
cagakkerja.
12. Pengelasan batang-batang bagian bawah.
13. Jika ada batang-batang samping dipasang pula. 14. Sangkar diberi
penunjang pengangkutan
14. Sangkar dibawa ke lokasi pelaksanaan.
Jangkauan industri penganyaman terhalang dalam pengangkutannya
(melalui daratan atau air), halangan ini baik berupa kepanjangan, kelebaran
maupun ketinggian dari kontruksi tulangan. Pengangkutan tulangan dari industri
penganyaman ke lokasi bangunan memberi biaya tambahan yang harus diimbangi
dengan meningkatkan produksi per tenaga-kerja. Supaya dapat memanfaatkan
proses penganyaman seekonomis mungkin, perancang dan penggambar harus
lebih banyak bekerja secara detail standar, sehingga banyak proses-proses dapat di
D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
TEKNOLOGI BETON
2018 SEMESTER 3
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA