Anda di halaman 1dari 56

TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton yang berfungsi sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil, ternyata
dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal. Dalam teknik sipil, struktur beton digunakan
untuk bangunan pondasi, kolom, balok, pelat atau pelat cangkang. Dalam teknik sipil
hidro, beton digunakan untuk bangunan air seperti bendung, bendungan, saluran, dan
drainase perkotaan. Beton juga digunakan dalam teknik sipil bidang transportasi
untuk pekerjaan rigid pavement (lapis keras permukaan yang kaku), saluran samping,
gorong-gorong, dan lainnya. Jadi, beton hampir digunakan dalam semua aspek ilmu
teknik sipil. Berarti, demua struktur dalam teknik sipil akan menggunakan beton,
minimal dalam pekerjaan pondasi.
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidroulik (portland semen), agregat kasar, agregat halus, air, dan bila perlu
ditambah bahan tambah (admixture atau additive). Untuk mengetahui dan
mempelajari perilaku elemen gabunga (bahan-bahan penyusun beton), kita
memerlukan pengetahuan mengenai karateristik masing-masing komponen. Nawy
(1958:8) mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi
dari material pembantuknya. Dengan demikian, masing-masing komponen tersebut
perlu dipelajari sebelum mempelajari beton secara keseluruhan. Perencana (engineer)
dapat mengembangkan pemelihan material yang layak komposisinya sehingga
diperoleh beton yang efisien, memenuhi kekuatan batas yang di syaratkan oleh
perencana dan memenuhi persyaratan yang dapat juga diartikan pelayanan yang
handal dengan memenuhi kriteria ekonomi.

1 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Seiring dengan perkembangan zaman dan makin banyaknya pembangunan di


berbagai tempat, maka kita khususnya sebagai calon pakar generasi muda yang akan
berkecimpung di bidang teknik sipil, dituntut agar dapat menciptakan beton yang
efisien dan efektif. Maksudnya dalam pembuatan beton, beton yang dihasilkan harus
mempunyai sifat sesuai dan seperti dengan keadaan dan situasi pemakaiannya.
Artinya kuat tekan beton yang dihasilkan harus sama dengan jenis penggunaan yang
dibutuhkan, tidak lebih karena akan mengakibatkan pemborosan bahan dan dana serta
tidak kurang karena beton yang dihasilkan tidak memenuhi batas standar yang
dibutuhkan yang diinginkan.
Pada kenyataan sebenarnya, saat ini sudah banyak bermunculan pabrik- pabrik
beton siap pakai (ready mixed concrete), dimana pemakai beton hanya menyebutkan
spesifikasi dari beton yang diinginkan dan bahkan muncul pula pabrik beton pracetak
(precast concrete) dimana pembuat bangunan cukup memesan suatu elemen struktur
yang sudah siap pakai. Dengan demikian dapat kita ketahui semakin jelas bahwa
permintaan kebutuhan akan beton saat ini sangatlah kompleks dan memerlukan
perhitungan yang tepat untuk mencetaknya sesuai dengan permintaan.
Masalah yang dihadapi oleh seorang perencana dalam mendesign beton adalah
bagaimana merencanakan komposisi dari bahan-bahan penyusun beton tersebut agar
dapat memenuhi spesifikasi teknik yang ditentukan sesuai spesifikasi teknik baik
dalam suatu kegiatan formal, maupun dalam kontrak atau permintaan pemilik).
Bahan-bahan tersebut diolah hingga diperoleh mix design yang paling sesuai dengan
perencanaan. Oleh karena itu, dalam praktikum Rekayasa Beton ini, dibutuhkan suatu
pemahaman, perencanaan, perhitunagan mix design, dan pelaksanaan konstruksi
beton yang matang. Dengan demikian, diharapkan praktikum ini telah memenuhi
persyaratan matakuliah Rekayasa Beton, dan juga menambah wawasan pengetahuan
bagi mahasiswa yang bersangkutan.

1.3 Tujuan

2 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Adapun tujuan dari diadakan dan diikutinya praktikum ini antara lain
1. Mengerti dan memahami cara dalam merencanakan dan memperhitungkan
mix design beton.
2. Mengikuti praktikum pembuatan beton sebagai syarat dalam menempuh
salah satu mata kuliah yaitu Rekayasa Beton.
BAB II
STUDI PUSTAKA

Studi kepustakaan ini dimulai pada saat mengikuti mata kuliah Rekayasa Beton
kemudian melakukan persiapan dalam praktikum serta dalam mempersiapkan
pembuatan laporan. Bersamaan dengan itu, konsultasi kepada dosen selaku
pembimbing juga dilakukan untuk mendapatkan data-data, informasi, serta referensi
guna kesempurnaan tinjauan pustaka itu sendiri. Studi kepustakaan ini dibutuhkan
untuk mengetahui pengertian-pengertian, sifat-sifat, aturan-aturan, serta standart-
standart yang akan digunakan dalam mix design nanti dengan mengutip dari berbagai
referensinsi.

2.1. PENGERTIAN DASAR


 Beton
Adalah suatu campuran antara semen, air, dan agregat mineral, yang
menyebabkan terjadinya suatu hubungan yang erat antara bahan-bahan
tersebut
 Pasir
Bahan berupa butiran-butiran yang lolos pada saringan 3/8 inc, hampir
semuanya lolos saringan no. 4 (4.78 mm)
 Agregat halus

3 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Terdiri dari pasir atau kombinasi dari bermacam-macam pasir, atau kombinasi
antara pasir dan bahan pengisi mineral (mineral filler). Agregat halus adalah
bagian dari agregat mineral yang lolos saringan No. 4 (4.76mm)
 Bahan pengisi (filler)
Adalah hasil dari penggilingan suatu bahan mineral berupa butiran-butiran
halus seperti serbuk, kerang, contoh silica fume, fly ash, abu sekam, slag, dan
lain-lain.
 Semen Portland
Ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang
terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis, dan gips
sebagai bahan pembantu. Merupakan bahan ikat yang penting dan banyak
dipakai dalam pembangunan fisik.
 Bahan additive
Adalah suatu bahan yang ditambahkan pada saat proses pengadukan beton
atau sebelum pengadukan dimulai untuk memperbaiki sifat beton sesuai yang
dikehendaki.
 Agregat
Adalah bahan pengisi beton (pasir, kerikil, atau batu pecah)
 Air resapan
Ialah air yang diserap oleh agregat dari kondisi kering oven untuk mencapai
SSD (% dari berat kering)
 Air kelembaban
Ialah air yang terkandung dalam agregat asli
 Workabilitas
Ialah mudah tidaknya pengerjaan beton dan biasanya diukur dengan besarnya
slump
 Slump

4 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Ialah selisih perbedaan penurunan beton sebelum dan sesudah prisma slump
tes diangkat
 Keadaan jenuh permukaan kering
Atau Satureted Surface Dry (SSD) adalah butir-butir agregat yang jenuh air,
artinya semua pori-pori yang tembus air terisi penuh oleh air, sedangkan
permukaannya kering

 Faktor semen
Adalah jumlah zak semen yang digunakan untuk mengisi 1 m3 beton
 Berat jenis
Adalah perbandingan dari berat isi bahan terhadap berat isi, dalam keadaan
standart tertentu maka berat air adalah 1
 Faktor air semen
Adalah perbandingan banyaknya air bebas kecuali yang terserap oleh agregat,
terhadap banyaknya semen dalam adukan beton
 Pengerjaan beton
Adalah sifat beton muda yang menentukan sifat pengejaannya dengan
kehilangan homogenitas seminimal mungkin. Beton yang mudah dikerjakan
adalah beton yang ketika dicor tidak menyebabkan timbulnya ruang-ruang
udara serta kerangka-kerangka beton, plastis, kohesif, mudah dicor, dan
konsistensi baik.

5 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB III
PENGUJIAN SEMEN

Semen Portland atau biasanya disebut semen adalah pengikat hidrolis berupa
bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan kilnker (bahan ini terutama
terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai
bahan tambahan.
Jika bubuk halus tersebut dicampur dengan air, dalam beberapa waktu dapat
rnenjadi keras. Campuran semen dengan air disebut dengan pasta semen. Jika pasta
semen dicampur pasir disebut mortar semen. Dan apabila mortar semen dicampur
kerikil disebut beton.

3.1. BERAT VOLUME SEMEN


3.1.1. TUJUAN
Untuk mengukur berat volume semen khususnya semen GRESIK

3.1.2. LANDASAN TEORI


Berat volume beton tergantung pada berat volume bahan campuran,
berarti juga tergantung pada jenis bahan campuran. Berat volume semen pada
campuran pengisi rongga material beton mencapai volume beton, jadi dengan
semakin kecilnya rongga maka mutu beton terpenuhi.

3.1.3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Takaran berbentuk silinder dengan volume 3 liter

6 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

3. Alat perojok besi dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm


4. Semen Portland jenis 1.

3.1.4. PROSEDUR PENGUJIAN


1. TANPA ROJOKAN
a. Silinder ditimbang dalam keadaan kering
b. Diisi semen lalu diratakan permukaannya
c. Timbang silinder beserta semen

2. DENGAN ROJOKAN
a. Silinder ditimbang dalam keadaan kering
b. Silinder diisi 1/3 bagian kemudian dirojok 25 kali hingga penuh
c. Ratakan semen dan timbang beratnya.

3.1.5. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

MENENTUKAN BERAT VOLUME SEMEN


Dengan Rojokan Tanpa Rojokan
Percobaan Nomor
1 2 1 2
Berat Silinder (W1)
Berat Silinder (W1) + Semen
(W2)
Berat Semen (W2-W1)
Volume Silinder (V)
Berat Volume (BV=W2-W1/V)
Berat Volume Rata-Rata

3.1.6. KESIMPULAN

7 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................

Mengetahui
Dosen / Instruktur Praktikan

…………………….
…………….……………..
NIP

8 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB IV
PENGUJIAN AGREGAT HALUS

Agregat halus adalah agregat dengan butiran yang lolos di atas saringan
dengan lubang diamaeter 4 atau 5 mm. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
kehalusan permukaan jenis tertentu dari agregat halus, menambah kekuatan tarik
maupun kekuatan lentur beton. Hal ini disebabkan karena adanya tambahan gesekan
antara pasta semen dan permukaan butir-butir agregat. Agregat halus sangat
dibutuhkan sebagai bahan bangunan yang utama dalam membangun suatu bangunan,
karena agregat halus merupakan campuran heterogen dari pasta semen. Agregat ini
permukaannya berubah dan tidak homogen. Perubahan susunan butir agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat dan agregat itu.

4.1. ANALISA SARINGAN PASIR


4.1.1. TUJUAN
Mengukur distribusi ukuran pasir/gradasi pasir.

4.1.2. LANDASAN TEORI


Agregat merupakan komponen beton paling berperan dalam
menentukan besarnya volume beton. Pada beton biasanya terdapat 70-75 %
volume agregat.
Agregat terbagi atas agregat halus umumnya terdiri dan pasir atau
partikel-partikel yang lewat saringan standar ASTM #4 atau 5 mm dan #100.
Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir, variasi ukuran dan
sesuatu dengan standart analisa saringan dan ASTM. Syarat modulus halus
butir 1.5 sampai 3.8 (SNI.0052)

9 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4.1.3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Satu set ayakan ASTM : #4, #8, #16, #30, #50, #100, Pan
2. Timbangan analitis 2600 gram
3. Alat penggetar (Shieve Shaker)
4. Pasir dalam keadaan kering oven.

4.1.4. PROSEDUR PENGUJIAN


1. Timbang pasir sebanyak 1000 gram
2. Masukkan pasir dalam ayakan dengan ukuran saringan paling
besar ditempatkan di atas, dan digetarkan dengan Sieve Shaker
selama 10 menit
3. Pasir yang tertinggal dalam ayakan ditimbang
4. Kontrol berat pasir = 1000 gram.
4.1.5. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Analisa Saringan Pasir
(ASTM C 136 - 76)
Saringan Berat Berat Pasir Tertinggal % Komulatif
Berat Saringan Saringan
Nomor Mm + Pasir Gram % Tinggal Lolos
4 4.76
8 2.38
16 1.19
30 0.59
50 0.297
100 0.149
pan 0
Jumlah

10 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Batas-batas Zona pada pasir :

Pasir Zona 2
100
100 90 100
90 90
80
75
70
59
60
% lolos

55
50
40 30
35
30
20 10
10 8
0 0

Ukuran mata ayakan (mm)

Batas Gradasi

4.1.6. KESIMPULAN
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Mengetahui
Dosen / Instruktur Praktikan

…………………….
…………….……………..
NIP

11 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4.2. BERAT JENIS PASIR (ASTM C 128-78)


4.2.1. TUJUAN
Mengukur berat jenis pasir dalam kondisi SSD

4.2.2. LANDASAN TEORI


Pasir untuk bahan bangunan bermacam-macam (pasir, besi, kwarsa,
lesti,dll). Masing-másing jenis pasir mempunyai berat jenis yang berbeda-
beda, pasir yang digunakan untuk campuran beton juga tertentu dengan
tingkat kekuatan yang diinginkan. Untuk itu berat jenis pasir akan
mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri.

4.2.3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Picnometer 100 cc
3. Oven
4. Pasir kondisi SSD (pasir yang sudah direndam selama 24 jam)

4.2.4. PROSEDUR PENGUJIAN


1. Timbang picnometer
2. Timbang pasir kondisi SSD sebanyak 50 gram
3. Masukkan pasir ke dalam picnometer kemudian ditimbang
4. Picnometer yang berisi pasir diisi air sampai penuh dan dipegang
miring (diputar-putar) hingga gelembung udara keluar
5. Picnometer diisi air hingga batas kapasitas dan ditimbang beratnya
6. Picnometer kosong diisi air hingga batas kapasitas dan ditimbang
beratnya

12 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4.2.5. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Menentukan Berat Jenis Pasir
(ASTM C 128 - 78)
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat Picnometer + Pasir + Air (W2)
Berat Pasir SSD (W1)
Berat Picnometer + Air (W3)
Berat Jenis Pasir (BJ)

4.2.6. KESIMPULAN
.............................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

Mengetahui
Dosen / Instruktur Praktikan

…………………….
…………….……………..
NIP

13 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4.3. BERAT VOLUME PASIR (ASTM C 29-78)


4.3.1. TUJUAN
Mengukur berat volume pasir baik dalam keadaan lepas maupun
padat.

4.3.2. LANDASAN TEORI


Proses penyerapan air dalam beton sangat berpengaruh terhadap
waktu beton rnengeras. Masing-masing bahan campuran beton mempunyai
tingkat resapan yang berbeda tergantung jumlah rongga udara yang terjadi.

4.3.3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Takaran berbentuk silinder dengan volume 10 liter
3. Alat perojok dan besi dengan diameter 16 mm,panjang 60 mm
4. Pasir kering.

4.3.4. PROSEDUR PENGUJIAN


1. Tanpa rojokan
a. Timbang silinder dalam keadaan kering
b. Isi silinder pasir dan ratakan
c. Timbang silinder + pasir.
2. Dengan rojokan
a. Timbang silinder dalam keadaan kering
b. Isi silinder 1/3 bagian dengan pasir kemudian rojok 25 kali
sampai silider penuh, tiap-tiap bagian dirojok 25 kali selama 3
kali
c. Timbang silinder + pasir

14 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4.3.5. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Menentukan Berat Volume Pasir
(ASTM C 29-78)
Dengan Rojokan Tanpa Rojokan
Percobaan Nomor
1 2 1 2
Berat Silinder (W1)
Berat Silinder + Pasir (W2)
Berat Pasir ( W2 - W1 )
Volume Silinder (V)
Berat Volume (BV=(W2-W1)/V)

4.3.6. KESIMPULAN
.............................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Mengetahui
Dosen / Instruktur Praktikan

…………………….
…………….……………..
NIP

15 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4.4. AIR RESAPAN PASIR (ASTM C-128)


4.4.1. TUJUAN
Mengukur kadar air resapan pasir

4.4.2. LANDASAN TEORI


Proses penyerapan air dalam beton sangat berpengaruh terhadap
waktu beton mengeras. Masing-masing bahan campuran beton mempunyai
tingkat resapan yang barbeda tergantung jumlah rongga udara yang terjadi.

4.4.3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Oven
3. Pasir kondisi SSD

4.4.4. PROSEDUR PENGUJIAN


1. Timbang pasir kondisi SSD sebanyak 100 gram
2. Masukkan oven selama 24 jam
3. Pasir dikeluarkan dan setelah dingin ditimbang.

4.4.5. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Menentukan Air Resapan
(ASTM C 128)
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat Pasir (W1)
Berat Pasir Oven (W2)
Kadar Air Resapan
(KAR=((W1-W2)/W2)x100%)

16 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4.4.6. KESIMPULAN
.............................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

Mengetahui
Dosen / Instruktur Praktikan

…………………….
…………….……………..
NIP

17 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4.5. KELEMBABAN PASIR (ASTM C 556-72)


4.5.1. TUJUAN
Mengukur kelembaban pasir dengan cara kering.

4.5.2. LANDASAN TEORI


Pengaruh kelembaban agregat pada komponen beton sangat
besar. Hal ini juga akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri dan
tingkat pengerasan beton.

4.5.3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Timbangan analitis 2600 gram
2. Oven
3. Pan
4. Pasir dalam keadaan asli.

4.5.4. PROSEDUR PENGUJIAN


1. Pasir dalam keadaan asli ditimbang beratnya 250 gram
2. Pasir dimasukkan oven selama 24 jam dengan temperatur 110 ± 50
3. Keluarkan dari pasir oven, setelah dingin ditimbang beratnya.

4.5.5. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Menentukan Kelembaban Pasir
(ASTM C 556 - 72)
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat Pasir Asli (W1)
Berat Pasir Oven (W2)
Kelembaban Pasir

18 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

(KP=((W1-W2)/W2)x100%)

4.5.6. KESIMPULAN
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

Mengetahui
Dosen / Instruktur Praktikan

…………………….
…………….……………..
NIP

19 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB V
PENGUJIAN AGREGAT KASAR

Agregat kasar adalah agregat dengan butiran yang tertinggal di atas ayakan
dengan lubang diamaeter 4,8 mm, tetapi lolos ayakan 4,0 mm. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa kekasaran permukaan jenis tertentu dari agregat kasar,
menambah kekuatan tarik maupun kekuatan lentur beton. Hal ini disebabkan karena
adanya tambahan gesekan antara pasta semen dan permukaan butir-butir agregat.
Agregat yang mempunyai permukaan kasar akan lebih rekat terhadap permukaan
semen, daripada agregat yang mempunyai permukaan halus. Agregat ini
permukaannya berubah dan tidak homogen. Perubahan susunan butir agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat dari agregat itu.

5.1. ANALISA SARINGAN KERIKIL


5.1.1. TUJUAN
Mengukur distribusi ukuran butir atau gramadasi kerikil.

5.1.2. LANDASAN TEORI


Agregat merupakan komponen yang paling berperan dalam
menentukan besarnya beton biasanya terdapat 70-75 % volume agregat.
Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi 16 mm.
Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya
tahannya terhadap disintegrasi beton, mempunyai gradasi baik sesuai
dengan standart analisa saringan dari ASTM. Memiliki modulus halus
butir 6.0 sampai 8.0

20 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

5.1.3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Timbangan 10 kg
2. Satu set ayakan ASTM #3,#I2, # I4#/8#4, #8,#16,#30,#50,#100.
3. Shieve shaker
4. Kerikil/ batu pecahan dalam keadaan kering oven.

5.1.4. PROSEDUR PRAKTIKUM


1. Menimbang kerikil ukuran 0,5-1 sebanyak 8 kg, ukuran 1-2
sebanyak 12 kg.
2. Kerikil ukuran 2-3 sebanyak 16 kg.
3. Memasukkan kerikil dalam ayakan dengan ukuran saringan paling
besar di atas dan digetarkan selama 10 menit.
4. Menimbang masing-masing kerikil yang tertinggal dalam ayakan
5. Mengontrol berat kerikil = 10 kg.

21 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

5.1.5. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Data pengamatan disajikan dalam tabel berikut :
Analisa Saringan Kerikil

Berat Berat Kerikil


Saringan % Komulatif
Berat Saringan Saringan Tertinggal
No. mm + Kerikil Gram % Tinggal Lolos
3" 76.2
3/2" 38.1
3/4" 19
3/8" 9.5
4 4.75
8 2.36
16 1.18
30 0.6
50 0.3
100 0.15
pan 0
Jumlah

22 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Batas-batas Zona pada kerikil :

Kerikil Zona 1 (Ukuran 4 cm - 4 mm)


100 100
100
90 95
80

70 70

60
% lolos

50
47
40
35
30
30 Batas Gradasi
20
BENDA UJI
10 17
5 10
0
0
Ukuran mata ayakan

5.1.6. KESIMPULAN
.............................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

Mengetahui
Dosen / Instruktur Praktikan

…………………….
…………….……………..
NIP

23 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

5.2. BERAT JENIS KERIKIL


5.2.1. TUJUAN
Mengukur berat jenis kerikil dalam kondisi SSD.

5.2.2. LANDASAN TEORI


Kerikil untuk bahan bangunan campuran beton sangat mempunyai
tekstur yang tajam dan keras. Jenis macam agregat kasar (batu apung, batuan
ringan, dll).
Kerikil yang digunakan untuk campuran beton berukuran antara 2
sampai 3 cm. Berat jenis batu apung berbeda dengan berat jenis batu kali
yang diolah menjadi batu pecah, untuk itu berat jenis agregat kasar sangat
berpengaruh terhadap kekuatan beton.

5.2.3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Alat dan bahan praktikum yang digunakan :
1. Timbangan 25 kg
2. Kontainer
3. Mounting table
4. Keranjang sample
5. Kerikil dalam kondisi SSD
6. Air suling.

5.2.4. PROSEDUR PENGUJIAN


1. Kerikil yang telah direndam selama 24 jam diangkat kemudian
dilap satu persatu
2. Timbang kerikil dalam kondisi SSD sebanyak 3000 gram

24 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

3. Timbang pula beratnya di dalam air.

5.2.5. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Menentukan Berat Jenis Kerikil
(ASTM C 128-73)
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat Kerikil di Udara (W1)
Berat Kerikil di Air (W2)
Kelembaban Kerikil (KK)

5.2.6. KESIMPULAN
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
....................................................................................................................

Mengetahui
Dosen / Instruktur Praktikan

…………………….
…………….……………..
NIP

25 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

5.3. BERAT VOLUME KERIKIL


5.3.1. TUJUAN
Mengukur berat volume kerikil baik dalam keadaan lepas maupun
padat.

5.3.2. LANDASAN TEORI


Berat volume beton tergantung pada berat volume bahan campuran,
berat volume agregat kasar sangat menentukan berat volume beton yang
akan dibuat dengan tingkat kekuatan yang diinginkan

5.3.3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Alat dan bahan praktikum yang digunakan :
1. Timbangan analitis 25 kg
2. Takaran berbentuk silinder dengan volume 15 liter
3. Alat perojok dan besi dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm
4. Kerikil kering.

5.3.4. PROSEDUR PENGUJIAN


1. Tanpa rojokan
a. Menimbang silinder dalam keadaan kering
b. Menimbang kerikil beserta silinder
2. Dengan rojokan
a. Menimbang silinder dalam keadaan kering
b. Mengisi silinder 1/3 % bagian dengan kerikil kemudian dirojok
25 kali sampai silinder penuh, tiap-tiap bagian dirojok 25 kali.

26 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

5.3.5. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Menentukan Berat Volume Kerikil
(ASTM C 29 - 78)
Dengan Rojokan Tanpa Rojokan
Percobaan Nomor
1 2 1 2
Berat Silinder (W1)
Brt Silinder+Kerikil(W2)
Berat Kerikil ( W2 - W1 )
Volume Silinder (V)
Berat Volume (BV)

5.3.6. KESIMPULAN
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................

Mengetahui
Dosen / Instruktur Praktikan

…………………….
…………….……………..
NIP

27 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

5.4. AIR RESAPAN KERIKIL


5.4.1. TUJUAN
Mengukur kadar resapan air.

5.4.2. LANDASAN TEORI


Proses penyerapan air dalam bahan beton sangat berpengaruh
terhadap waktu untuk beton mengeras. Masing-masing bahan campuran
beton mempunyai tingkat resapan yang berbeda tergantung dan jumlah
rongga udara yang terjadi.

5.4.3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Timbangan 25 kg
2. Oven
3. Kerikil dalam kondisi SSD
5.4.4. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Menimbang kerikil dalam kondisi SSD sebanyak 500 gram
2. Memasukkan kerikil tersebut ke dalam oven selama 24 jam
3. Mengeluarkan kerikil tersebut serta setelah dingin ditimbang
beratnya.

5.4.5. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Menentukan Air Resapan Kerikil
(ASTM C 127 - 77)
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat Kerikil SSD (W1)
Berat Kerikil Oven (W2)
W1  W 2
Kadar Air Resapan (KAR=  100 % )
W2

28 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

5.4.6. KESIMPULAN
..............................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
........................................................................................................................................

Mengetahui
Dosen / Instruktur Praktikan

…………………….
…………….……………..
NIP

29 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

5.5. KELEMBABAN KERIKIL


5.5.1. TUJUAN
Mengetahui seberapa besar air yang terkandung.

5.5.2. LANDASAN TEORI


Pengaruh kelembaban agregat pada komponen beton sangat besar,
hal ini juga akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri juga permulaan
yang akan terjadi pada saat struktur bangunan direalisasikan.

5.5.3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Timbangan analitas 2600 gram
2. Oven
3. Pan
4. Kerikil/batu pecahan dalam keadaan asli.
5.5.4. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Kerikil dalam keadaan asli ditimbang beratnya 500 gram
2. Kerikil dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan
temperatur 110 ± 5˚ C
3. Keluarkan kerikil dari oven, setelah dingin ditimbang beratnya.

5.5.5. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Menentukan Kelembapan Kerikil
(ASTM C 556-72)
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat Kerikil Asli (W1)
Berat Kerikil Oven (W2)
Kelembaban Kerikil (KP=((W1-W2)/W2)x100%)

30 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

5.5.6. KESIMPULAN
.............................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

Mengetahui
Dosen / Instruktur Praktikan

…………………….
…………….……………..
NIP

31 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB VI
PERENCANAAN CAMPURAN BAHAN

Perencanaan adukan beton cara inggris ( “The Britist Mix Design Method“)
ini tercantum dalam ‘Design of Normal Concrete Mixes” telah menggantikan cara
“Road Note No.4” sejak tahun 1975. Di Indonesia cara ini dikenal dengan cara DOE
(‘Department of Environment’). Perencanaan dengan cara DOE ini dipakai sebagai
standart perencanaan oleh Depertemen Pekerjaan Umum di Indonesia,dan dimuat
standart SK.SNI.T-15-1990-03 dengan judul bukunya : “Tata cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal”.dalam perencanaan cara ini digunakan tabel-tabel
dan grafik-grafik.

Langkah-langkah pokok cara ini adalah :


1. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu
kuat tekan beton yang disyaratkan ditetapkan sesuai dengan persyaratan
perencanaan strukturnya dan kondisi setempat. Di Indonesia, yang dimaksud
dengan kuat tekan beton yang disyaratkan ialah kuat tekan beton dengan
kemungkinan lebih rendah dari nilai itu hanya sebesar 5% saja.
2. Penetapan nilai deviasi standart (s)
Deviasi standart ditetapkan berdasarkan singkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran betonnya. Makin baik mutu pelaksanaan makin kecil nilai deviasi
standartnya. Penetapan deviasi standart (s) ini berdasarkan pada hasil pengalaman
praktek pelaksana pada waktu yang lalu, untuk pembuatan beton mutu yang sama
dan menggunakan bahan dasar yang sama pula.

32 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

a) Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada
masa yang lalu maka persyaratannya (selain yang tersebut diatas) jumlah data
hasil uji minimum 30 buah. (satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil uji rata-
rata dari uji tekan dua silinder yang dibuat dari contoh beton yang sama dan
diuji pada umur 28 hari atau umur pengujian lain yang ditetapkan).
Jika jumlah data hasil uji kurang dari 30 buah maka dilakukan koreksi
terhadap nilai deviasi standart dengan suatu faktor pengali, seperti tampak
pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Faktor Pengali Deviasi Standart


Jumlah Data 30 25 20 15 <15
Faktor Pengali 1,0 1,03 1,08 1,16 Tidak boleh

*) untuk nilai antara dipakai interpolasi

b) Jika pelaksana tidak mempunyai catatan/ pengalaman hasil pengujian beton


pada masa lalu yang memenuhi persyaratan tersebut (temasuk data hasil uji
kurang dari 15 buah), maka nilai margin, langsung diambil sebesar 12 Mpa.
(lihat langkah 3)
Untuk memberikan gambaran bagaimana cara menilai tingkat pengendalian
mutu pekerjaan beton, disini diberikan pedoman dengan melihat tabel berikut :

Tabel 3.2. Nilai deviasi standart untuk berbagai tingkat pengendalian mutu
pekerjaan
Tingkat pengendalian mutu pengerjaan SD (Mpa)
Memuaskan 2,8
Sangat baik 3,5
Baik 4,2

33 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Cukup 5,6
Jelek 7,0
Tanpa kendali 8,4

3. Perhitungan nilai tambah “Margin (M)”.


Jika nilai tambah ini sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa maka langsung ke
langkah 4. jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standart sd maka
dilakyukan dengan rumus berikut :
M = k. Sd
Dengan : M = nilai tambah (Mpa)
K = 1,64
Sd = deviasi standart (Mpa)

4. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan


Kuat tekan beton rata-rata yang direncanakan diperoleh dengan rumus :
f’cr = f’c + M
Dimana : f’cr = kuat tekan rata-rata, Mpa
f’c = kuat tekan yang disyaratkan,Mpa
M = nilai tambah, Mpa

5. Penetapan jenis semen portland


Menurut PUBI 1982 di Indonesia Semen Portland dibedakan menjadi 5
jenis, yaitu jenis I, II, III, IV, dan V. Jenis I merupakan jenis semen biasa, adapun
jenis III merupakan jenis semen yang di[pakai untuk struktur yang menuntut
persyaratan kekuatan awal yang tinggi, atau dengan kata lain sering disebut
semen cepat mengeras. Pada langkah ini ditetapkan apakah dipakai semen biasa
ataukah semen yang cepat mengeras.

34 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

6. Penetapan jenis agregat


Jenis kerikil dan pasir ditetapkan, apakah berupa agregat alami (tak
dipecahkan) ataukah agregat jenis batu pecah (crushed aggregate).

7. Tetapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut :
a) Cara pertama : Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-
rata silinder/ kubus beton yang direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan
faktor air semen dengan melihat Gb.4 (untuk silinder) dan Gb.5 (untuk
kubus).
b) Cara kedua : Berdasarkan jenis semen yang dipakai, jenis agregat kasar, dan
kuat tekan rata-rata yang direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan nilai
faktor air semen dengan tabel 3.3 dan
 Langkah penetapannya dilakukan dengan cara sbb :
1) Lihat tabel 3.3 dengan data jenis semen, jenis agregat kasar, bentuk benda
uji dan umur beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder
beton yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0,50. jenis maupun
umur beton yang direncanakan, maka dapat diperoleh kuat tekan beton
seandainya dipakai f.a.s 0,50.
2) Lihat lukislah titik A pada Gb dengan nilai f.a.s 0,50 (sebagai absis) dan
kuat tekan beton yang diperoleh dari tabel 3.3 (sebagai ordinat). Pada titik
A tersebut kemudian dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan dua
grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya ditarik garis mendatar dari
sumbu tegak dikiri pada kuat tekan rata-rata yang dikehendaki sampai
memotong grafik baru tersebut. Dari titik potong itu kemudian ditarik garis

35 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

kebawah sampai memotong sunbu mendatar dan dapatlah dibaca nilai f.a.s
yang dicari.

8. Penetapan faktor air semen maksimum


Agar beton yang diperoleh tidak cepat rusak misalnya, maka perlu
ditetapkan nilai f.a.s maksimum dilakukan dengan tabel 3.4.
Jika nilai f.a.s maksimum ini lebih rendah dari nilai f.a.s dari langkah 7,
maka nilai f.a.s maksimum ini yang dipakai untuk perhitungan selanjutnya.

Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (Mpa) dengan Faktor Air Semen 0,50
Kekuatan Tekan (Mpa)
Jenis Bentuk
Jenis agregat Umur (hari)
semen benda uji
3 7 28 91
Alami 17 23 33 40
Silinder
Batu pecah 19 27 37 45
I,II,IV
Alami 20 28 40 48
Kubus
Batu pecah 23 32 45 54
Alami 21 28 38 44
Silinder
Batu pecah 25 33 44 48
III,IV
Alami 25 31 46 53
kubus
Batu pecah 30 40 53 60
Tabel 3.4 Persyaratan faktor Air Semen Maksimum untuk berbagai penbetonan
dan lingkungan khusus
Jenis pembetonan f.a.s maks
Beton didalam ruang bangunan
a. keadaan keliling non korosif 0,60
b. keadaan keliling non korosif, disebabkan oleh

36 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

kondensasi atau uap korosi 0,52


Beton diluar ruang bangunan
a. tidak terlindung dari hujan dan terik matahari 0,55
langsung
b. terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 0,60
Beton yangmasuk kedalam tanah
a. mengalami keadaan kering dan basah berganti-ganti 0,55
b. mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah
0,52
Beton selalu berhubungan dengan air tawar atau payau atau
laut 0,52 – 0,75

Tabel 3.5 faktor air semen maksimum untuk beton yangberhubungan dengan
air tanah yang mengandung sulfat
Konsentrasi sulfat (SO3)
Dalam tanah
Total SO3 SO3 dalam SO3 dalam Fas
Jenis semen
% campuran air tanah maks
air : tanah = (gr/ltr)
2 : 1 (gr/ltr)
< 0,2 < 1,0 0,3  Tipe I dengan atau tanpa 0,50
pozolan (15 – 40%)
0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2  Tipe I tanpa pozolan 0,55
 Tipe I dengan pozolan (15 –
40%) atau semen portland 0,55
pozolan
0,5 – 1,0 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5  Tipe II atau IV 0,55
1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0  Tipe II atau V 0,45

37 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

> 2,0 > 5,6 > 5,0  Tipe II atau V dan lapisan 0,45
pelindung

Tabel 3.6 Faktor Air Semen untuk beton bertulang dalam air
Berhubungan dengan Tipe semen
Air tawar Semua tipe I – V
Tipe I + pozolan (15 – 40%)
Air payau S.P pozolan
Tipe II atau V
Air laut Tipe II atau V

9. Penetapan nilai slump


Penetapan nilai slump dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan
pembuatan, pengangkutan, penuangan, pemadatan maupun jenis strukturnya. Cara
pengangkutan adukan beton dengan aliran dalam pipa yang dipompa dengan
tekanan membutuhkan nilai slump yang besar, adapun pemadatan adukan dengan
alat getar (triller) dapat dilakukan dengan nilai slump yang agak kecil. Nilai
slump yang diinginkan dapat diperoleh dari tabel 3.7.

Tabel 3.7 Penetapan nilai slump (cm)


Pemakaian beton Max Min
Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak bertulang 12,5 5,0
Fondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan struktur
9,0 2,5
dibawah tanah
Pelat, balok, dan dinding 15,0 7,5
Pengerasan dalam 7,5 15,0
Pembetonan masal 7,5 2,5

38 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

10. Penetapan besar butir agregat maksimum


Penetapan besar butir agragat maksimum dilakukan berdasarkan nilai
terkecil dari ketentuan-ketentuan berikut :
a. Tiga per empat kali jarak bersih minimum antar baja tulangan, atau berkas
baja tulangan atau tendon prategang atau selongsong.
b. Sepertiga kali tebal plat
c. Seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan.

11.Tetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan
ukuran maksimum agregat, jenis agregat, dan slump yang diinginkan. Lihat
tabel 3.8.

Tabel 3.8 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (liter)
Besar ukuran Slam
maksimum kerikil Jenis batuan
0 - 10 10 – 30 30 - 60 60 - 180
(mm)
Alami 150 180 205 225
10
Batu pecah 180 205 230 250

Alami 135 160 180 195


20
Batu pecah 170 190 210 225

Alami 115 140 160 175


40
Batu pecah 155 175 190 205

39 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Dalam tabel 3.8 apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai dari
jenis yang berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan
diperbaiki dengan rumus :
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak
Dengan :
A = jumlah air yang dibutuhkan, liter/m3
Ah = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya
Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya

12. Hitung berat semen yang diperlukan


Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air
(dari langkah 11) dengan faktor air semen yang diperoleh pada langkah 7 dan 8.

13. Kebutuhan semen minimum


Kebutuhan semen minimum ditetapkan dengan tabel 3.9.
Kebutuhan semen minimum ini ditetapkan untuk menghindari beton dari
kerusakan akibat lingkungan khusus, misalnya lingkungan korosif, air payau, air
laut
Tabel 3.9 Kebutuhan Semen Minimum untuk berbagai Pembetonan dan
Lingkungan Khusus
Semen minimum
Jenis pembetonan
(kg/m3 beton)
Beton didalam ruang bangunan :
a. Keadaan keliling non-korosif 275
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh 325
kondensasi atau uap korosif

Beton diluar ruang bangunan :

40 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari 325


langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 275

Beton yang masuk kedalam tanah :


a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti 325
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah
Lihat tabel 7.15.a

Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut Lihat tabel 7.15.b

Tabel 3.10 Kandungan semen minimum untuk beton yang berhubungan dengan
air tanah yang mengandung sulfat
Konsentrasi sulfat
Kandungan semen
Dalam tanah
minimum (kg/m3)
SO3 dalam SO3 dalam
Jenis semen ukuran maksimum
Total SO3 campuran air : air tanah
agregat (mm)
% tanah = 2 : 1 (gr/ltr)
40 20
(gr/ltr)
< 0,2 < 1,0 < 0,3  Tipe I dengan 280 300
atau pozolan (15
0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2 – 40%) 290 330
 Tipe I tanpa
pozolan
 Tipe I dengan
pozolan (15 – 250 290
1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 40%) atau 330 370
> 2,0 > 5,6 > 5,0 semen portland 330 370

41 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

pozolan
 Tipe II atau V
 Tipe II atau V
 Tipe II atau V
dan lapisan
pelindung

42 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Tabel 3.11 Kandungan semen minimum untuk beton bertulang dalam air
Kandungan semen minimum
Berhubungan
Tipe semen ukuran maksimum agregat (mm)
dengan
40 20
Air tawar Semua tipe I – V 280 300
Air payau Tipe I + pozolan (15 – 40%) 340 380
atau S.P. pozolan
Tipe II atau V 290 330
Air laut Tipe II atau V 330 370

14. Penyesuaian kebutuhan semen


Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari (12) ternyata lebih sedikit
dari pada kebutuhan semen minimum (13) maka kebutuhan semen harus dipakai
yang minimum (yang nilainya lebih besar).

15.Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen


Jika jumlah semen ada perubahan akibat langkah (14) maka nilai faktor air
semen berubah.
Dalam hai ini, dapat dilakukan dua cara berikut :
a. cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi jumlah
air dengan jumlah semen minimum.
b. Cara kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen
minimum dengan faktor air semen.
Catatan : cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan cara kedua
akan menaikkan jumlah air yang diperlukan.

16. Penentuan daerah gradasi agregat halus

43 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Berdasarkan gradasinya (hasil analisis ayakan) agregat halus yang akan


dipakai dapat diklasifikasikan menjadi 4 daerah. Penentuan daerah gradasi itu
didasarkan atas grafik gradasi yang diberikan dalam tabel 3.12. dengan tabel 3.12
tersebut agregat halus dapat dimasukkan menjadi salah satu dari empat daerah,
yaitu 1, 2, 3, dan 4.

Tabel 3.12 Batas Gradasi Pasir


Lubang ayakan Persen berat yang lewat ayakan
(mm) 1 2 3 4
10 100 100 100 100
4,8 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100
2,4 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100
1,2 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100
0,6 15 – 34 34 – 59 60 – 79 80 – 100
0,3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50
0,15 0 - 10 0 – 10 0 - 10 0 - 15

17. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar


Nilai banding antara agregat halus dan agregat kasar diperlukan untuk
memperoleh gradasi aregat campuran yang baik. Pada langkah ini dicari nilai
banding antara berat agregat halus dan berat agregat campuran. Penetapan
dilakukan dengan memperhatikan besar butir maksimum agregat kasar, nilai slam,
faktor air semen, dan daerah gradasi agregat halus. Berdasarkan data tersebut dan
grafik pada Gb. 7.10.a atau Gb. 7.10.b atau Gb. 7.10.c. dapat diperoleh persentase
berat agregat halus terhadap berat agregat campuran.

18. Berat jenis agregat campuran


Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus :

44 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

P K
Bj camp = x bj agg. hls + x bj agg. ksr
100 100
Dengan :
Bj camp = berat jenis agregat campuran
Bj agg. hls = berat jenis agregat halus
Bj agg. ksr = berat jenis agregat kasar
P = persentase agregat halus terhadap agregat campuran
K = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran
Berat jenis agregat halus dan agregat kasar diperoleh dari hasil
pemeriksaan laboraturium, namun jika tidak ada dapat diambil sebesar 2,60 untuk
agregat tak pecah/alami dan 2,70 untuk agregat pecahan.

19. Penentuan berat jenis beton


Dengan data berat jenis agregat campuran dari langkah (18) dan kebutuhan
air tiap meter kubik betonnya maka dengan grafik pada Gb. 7. dapat diperkirakan
berat jenis betonnya.
Caranya adalah sbb :
a. Dari berat jenis agregat campuran pada langkah 17 dibuat garis kurva berat
jenis gabungan yang sesuai dengan garis kurva yang paling dekat dengan
garis kurva pada gambar 7. kebutuhan air yang diperoleh pada langkah (11)
dimasukkan dalam gambar 7. kemudian dari nilai ini ditarik garis vertikal ke
atas sampai garis kurva yang dibuat pada a. Diatas.
b. Dari titik potong ini kemudian ditarik garis horizontal kekiri sehingga
diperoleh nilai berat jenis beton.

20. Kebutuhan agregat campuran dihitung dengan cara mengurangi berat beton
per-meter kubik dikurangi kebutuhan air dan semen.

45 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

21. Hitung berat agregat halus yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (17)
dan (20)
Kebutuhan agregat halus dihitung dengan cara mengalikan kebutuhan
agregat campuran dengan persentase berat agregat campuran dengan persentase
berat agregat halusnya.

22. Hitung berat agregat kasar yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (20)
dan (21)
Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi kebutuhan
agregat campuran dengan kebutuhan agregat halus.
Untuk mempermudah pelaksanaan, maka pada halaman berikut ini
diberikan formulir isian.
Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam
keadaan jenuh kering-muka maka harus dilakukan koreksi terhadap kebutuhan
bahannya. Koreksi harus selalu minimum per satu kali per hari.
Hitung koreksi dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
1) Air = A - ( Ah  A1) /100 x B - ( Ak  A2) /100 x C

2) Agregat halus = B + ( Ah  A1) /100 x B

3) Agregat kasar = C + ( Ak  A2) /100 x C


Dengan :
A = jumlah kebutuhan air (liter/m3)
B = jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)
C = jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)
Ah = kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%)
Ak = kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%)
A1 = kadar air pada agregat halus jenuh kering-muka (%)
A2 = kadar air pada agregat kasar jenuh kering-muka (%

46 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

FORMULIR PERANCANGAN ADUKAN BETON


NO URAIAN HASIL
1 Kuat tekan yang disyaratkan pada umur 28 hari
2 Deviasi standar ( s )
3 nilai tambah (m) 1,64 x s
4 Kuat tekan rata-rata yang direncanakan 1+ 2b
5 Jenis Semen
6 Jenis agregat kasar
Jenis agregat halus
7 Factor air semen ( tabel 3.3 dan gbr.4/5 atau gbr 6 )
8 Factor air semen maksimum ( tabel 3.4 )
→ dipakai factor air semen yang terendah
9 Nilai slam ( tabel 3.7 )
10 Ukuran maksimum agregat kasar
11 kebutuhan air ( tabel 3.8 )
2/3. 175 + 1/3. 205
12 kebutuhan semen portland (dari butir 8 & 11)
13 kebutuhan semen portland minimum (tabel 3.9)
14 → dipakai kebutuhan semen portland
15 penyesuaian jumlah air atau f.a.s
16 daerah gradasi agregat halus (tabel 3.12)
17 persen berat agregat halus terhadap campuran
(gbr 1,2,3)
18 berat jenis agregat campuran (dihitung)
43/100. 2,719 + 57/100. 2,6663 = 2,61
19 berat jenis beton (gbr.7)
20 kebutuhan agregat kasar ( langkah 19 - 11 - 14 )
21 kebutuhan agregat halus ( langkah 17 x 20 )
22 kebutuhan agregat kasar ( langkah 20 - 21 )

47 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Bahan Berat Jenis Berat Volume (kg/m3) Kelembaban ( %) Resapan (%)


Semen
Air
Pasir
Kerikil

Jumlah Banyaknya Bahan Aktual Proporsi


Bahan Koreksi
Bahan Berat Volume Berat Volume
Semen
Air
Pasir
Kerikil

Kesimpulan
Berat
Volume
Air Semen Agregat Halus Agregat Kasar
1 m3
1 adukan

 SLUMP TEST
Tujuannya adalah memastikan bahwa campuran beton tersebut tidak terlalu
encer dan tidak terlalu keras. Slump yang diukur harus berada dalam range atau batas
toleransi yang ditargetkan.

Peralatan:

48 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

 Slump cone standar (diameter atas 100 mm, diameter bawah 200 mm,
dan tinggi 300 mm)
 Sekop kecil
 Batang besi silinder (panjang 600 mm, daimeter 16 mm)
 Penggaris (mistar atau ruler)
 Papan Slump (ukuran 500 x 500 mm)

Prosedur Pengujian
 Bersihkan cone. Basahi permukaannya dengan air, dan tempatkan di
papan slump. Papan slump harus bersih, stabil (tidak mudah bergeser),
tidak berdebu dan tidak miring.
 Ambil sample adonan beton
 Berdiri pada pijakan (kuping yang ada pada cone). Isi 1/3 bagian dari
cone dengan sample. Padatkan dengan cara dirodding, yaitu menusuk-
nusuk beton sebanyak 25 kali. Lakukan dari bagian terluar ke bagian
tengah.
 Isi lagi hingga 2/3 bagian cone, lakukan rodding 25 kali.
 Isi hingga penuh. Lakukan rodding 25 kali.
 Ratakan bagian atas beton yang “meluap” dengan batang besi.
Bersihkan papan slump disekitar cone. Angkat pelan-pelan cone.
 Ukur dan catat penurunan adonan beton sebelum cone dilepas dan
setelah cone dilepas. Hitung selisih dari tinggi cone di kedua ketinggian
tersebut. Maka kita akan mendapatkan nilai slumpnya.
 Batas slump harus dicapai 8 – 12 cm. Jika nilai slump tidak berada
diantara range tersebut, maka bisa jadi campuran beton terlalu keras atau
terlalu encer, dan tidak baik untuk pengecoran.

49 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Hasil Slump test


Hasil slump test pada kelompok kami, didapatkan bahwa pada
pengecoran 1 dan 2, didapatkan slump sebesar 80 mm. Artinya slump yang kita
dapatkan ini masih dalam batas range ( 8 – 12 cm).
Pada tiap pengecoran, kami menambahkan 1 liter air untuk meningkatkan
workabilitas dari campuran adukan beton.

50 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Grafik 1

51 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

52 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

53 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

54 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

55 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton


TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

56 Petunjuk praktikum praktik teknologi beton

Anda mungkin juga menyukai