DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. AGIL (1631100720)
2. DEBORA PUTRI AYUNINGTYAS (1731100)
3. MICHAEL H. MENDROFA (1731100)
4. PELO SEGITARLO (1731100800)
5. TEOFILUS (1731100)
FAKULTAS TEKNIK
YOGYAKARTA
2019
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BETON
Disusun oleh :
Kelompok IV
BAB I
PENDAHULUAN
dengan mengacu pada berbagai referensi beton dan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, maka penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
1. Material Beton
Material yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Pasir asal : Gunung Merapi Yogyakarta
b. Kerikil asal : Gunung Merapi Yogyakarta
c. Semen : Gresik
d. Air : Sumber Laboratorium Teknik Sipil UKRIM
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
2. Sampel
a. Jumlah sampel 3 buah silinder beton.
b. Bentuk sampel silinder beton dengan ukuran silinder adalah 15 cm x
30cm. Mutu beton rencana fc’ = 28 Mpa.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Portland Cement (PC) atau semen adalah bahan yang bertindak sebagai
bahan pengikat agregat, jika dicampur dengan air semen menjadi pasta. Dengan
proses waktu dan panas, reaksi kimia akibat campuran air dan semen
menghasilkan sifat perkerasan pasta semen. Penemu semen (Portland Cement)
adalah Joseph Aspdin di tahun 1824, seorang tukang batu kebangsaan Inggris.
Dinamakan semen Portland, karena awalnya semen dihasilkan mempunyai warna
serupa dengan tanah liat alam di Pulau Portland.
persyaratan khusus.
hidrasi sedang.
(cepat mengeras).
2.2.2. Agregat
a. Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
b. Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir
maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil
penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan
beku. Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun
kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah
butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih, kekal (volume tidak mudah
berubah karena perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan
sekelilingnya.
2. Agregat buatan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0 dan
biasanya digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat
digunakan untuk beton struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan
agregat ini adalah memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya ringan
dan pondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami
maupun buatan. Beberapa contoh agregat ringan : agregat batu apaung,
rocklite, lelite, dan sebagainya.
2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5
sampai 2,7. agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan
sebagainya. Beton yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan
kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya dinamakan beton
normal.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat ,
misalnya magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang
dihasilkan juga memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0) yang efektif sebagai
pelindung sinar radiasi sinar X.
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai
rongga udara minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta
semen untuk menghasilkan adukan beton yang baik. Agregat jenis ini tidak
cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya. Agregat
berbentuk bulat sebagian mempunyai rongga udara yang lebih besar, yaitu
berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan pasta
semen lebih banyak untuk mendapatkan beton segar yang baik (dapat
dikerjakan).
2. Bersudut
3. Pipih
4. Memanjang (Lonjong)
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
2.2.3. Air
Air merupakan bahan yang diperlukan untuk proses reaksi kimia, dengan
semen untuk pembentukan pasta semen. Air juga digunakan untuk pelumas antara
butiran dalam agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air dalam
campuran beton menyebabkan terjadinya proses hidrasi dengan semen. Jumlah air
yang berlebihan akan menurunkan kekuatan beton. Namun air yang terlalu sedikit
akan menyebabkan proses pencampuran yang tidak merata. Air yang
dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tidak mengandung lumpur dan benda melayang lainnya yang lebih dari 2
gram perliter.
b. Tidak mengandung garam atau asam yang dapat merusak beton, zat organik
dansebaginya lebih dari 15 gram per liter.
c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 1 gram per liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram per liter.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
2.3.1. Kelecakan
Merupakan ukuran kemudahan pengerjaan beton (workability) segar,
semakin encer semakin mudah dikerjakan. Kelecakan beton segar diuji dengan uji
slump.Faktor yang mempengaruhi kelecakan beton segar:
a. Jumlah air, makin banyak air yang dipakai makin encer beton segar. Makin
banyak jumlah air maka nilai fas bertambah, maka mengakibatkan kuat
tekan beton menurun
b. Jumlah pasta (semen dan air), makin banyak pasta makin encer.
Penambahan pasta dilakukan supaya adukan lebih encer namun nilai fas
tetap sehingga kuat tekan beton tidak menurun
c. Gradasi agregat (campuran agregat halus dan kasar),bila gradasi sesuai
dengan standar akan mudah dikerjakan. Gradasi perlu dihitung agar agregat
campurannya memenuhi standar.
d. Bentuk butir, agragat butir bulat akan tampak lebih encer.
e. Besar butir maksimum agregat, butir maksimum besar akan tampak lebih
encer.
Kecenderungan butir-butir kasar untuk lepas dari campuran beton. Hal ini
akan menyebabkan sarang kerikil yang pada akhirnya menyebabkan keropos pada
beton. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
a. Memperbanyak semen.
b. Menggunakan air tidak terlalu banyak.
c. Menggunakan lebih banyak bitiran halus.
2.4. Sifat-Sifat Beton Setelah Mengeras
Kuat tarik beton yang tepat sulit untuk diukur. Selama bertahun-tahun,
sifat tarik beton diukur dengan memakai modulus keruntuhan (modulus of
rupture). Baru-baru ini, hasil dari percobaan split silinder beton, umumnya
memberikan hasil yang lebih baik dan mencerminkan kuat tarik sebenarnya. Nilai
pendekatan yang diperoleh dari hasil pengujian berulang kali mencapai kekuatan
0,50√fc ′ − −0,60√fc′ , sehingga untuk beton normal digunakan nilai 0,70√fc ′
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
E= 4700√fc′...................................................................................... (4.1)
Di mana :
2.4.5. Rangkak
2.4.6. Susut
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
BAB III
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
KARAKTERISTIK BAHAN
3.1.1.1.Bahan
a. Pasir sebannyak 450 cc (asal) : Gunung Merapi Yogyakarta
b. Air sesuai kebutuhan (asal) : Sumur Fakultas Teknik Univeristas
Kristen Immanuel
3.1.1.2. Alat
Gelas ukur (tachimetri) dengan volume 1000 cc.
3.1.1.3. Pelaksanaan
a. Mengambil pasir secara acak dari kondisi lapangan agar dapat mewakili
kondisi agregat halus secara keseluruhan sehingga dapat menjadi patokan
apakah pasir tersebut layak atau tidak digunakan sebagai bahan
bangunan.
b. Mengukur gelas diisi dengan pasir yang telah disediakan sampai 450 cc
kemudian ditambah dengan air sampai 900 cc.
c. Tutup gelas mengukur sampai rapat kemudian dikocok-kocok 60 kali.
d. Diamkan selama kurang lebih 1 jam.
e. Catat endapan lumpur yang berada di atas pasir (berapa cc ketebalannya).
3.1.1.6. Kesimpulan
a. Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi (PUBI 1982 Pasal
11).
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
3.1.1.7. Sket
1000 --
Air 350 Cc
500 --
Volume Lumpur
Endapan -----> 75CC
100 --
Pasir 365 Cc
3.1.1.9. Pencucian
Air tetap jernih setelah 5 kali pencucian
Pasir + wadah masuk tungku tanggal 19 Oktober 2018 pukul 14:00 WIB
Pasir + wadah keluar tungku tanggal 20 Oktober 2018 pukul 14:00 WIB
3.1.1.11. Kesimpulan
a. Kandungan Lumpur
𝑊3 − 𝑊5 600 − 582
𝑊6 = 𝑥100% = 𝑥100% = 3,6 %
𝑊3 500
b. Hasil dari percobaan yang kami lakukan menyatakan bahwa pasir
memenuhi syarat (PUBI 1982 Pasal 11) karena kandungan lumpur .
c. Kandungan lumpur yang diperoleh dari pengujian sesuai dengan nilai
kandungan lumpur yang sudah ditentukan yaitu 11,1 %, karena hasil yang
diperoleh >11,1 % ( hasilnya 3,6 %).
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
Lampiran :
3.1.2.2. Alat-alat
a. Timbangan.
b. Mesin ayakan “SIEVE SHAKER”.
c. Satu set ayakan standard ASTM dengan urutan :
No. 4 (# 4,75 mm)
No. 8 (# 2,36 mm)
No. 16 (# 1,18 mm)
No. 30 (# 0,60 mm)
No. 50 (# 0,30 mm)
No. 100 (# 0,15 mm)
Pan
d. Kuas pembersih ayakan.
e. Cawan/wadah
3.1.2.3.Pelaksanaan
a. Pasir yang dipakai dengan sampel dicuci sampai airnya bening dan
dikeringkan di udara.
b. Benda uji mengeringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)0 C sampai
beratnya tetap.
c. Ambil pasir kering tungku dengan berat 500 gram.
d. Masukan pasir ke dalam set ayakan.
e. Pasangkan satu set ayakan ke dalam sieve shaker kemudian digetarkan
selama ± 15 menit.
f. Ambil ayakan dari sieve shaker, kemudian ambil dan timbanglah pasir
yang tertinggal pada masing-masing tingkat ayakan.
3.1.2.5. Alat :
a. Mesin ayakan sieve shaker.
b. Satu set ayakan standard ASTM No. 4, 10, 16, 30, 50, 100.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
3.1.2.7. Kesimpulan :
Modulus Halus Butir (MHB)
∑ % berat tertahan komulatif 273,494
MHB = = = 2,73494
100 100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.1 1 10
Ukuran Butiran (mm)
Lampiran :
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
3.1.3.2.Alat
a. Kaliper.
b. Corong.
c. Tongkat pemadat.
d. Nampan.
3.1.3.3.Pelaksanaan
a. Corong diletakkan di tempat yang rata dan kering.
b. Corong cetakan diisi dalam 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 volume
corong.
c. 1/3 lapisan pertama dimasukan ke dalam corong, kemudian ditusuk-tusuk
dengan menggunakan batang baja berdiameter 16 mm, panjang 60 cm,
ujung bulat sebanyak 25 kali.
d. Penusukan harus merata selebar permukaan dan tidak boleh sampai masuk
ke dalam lapisan pasir sebelumnya.
e. Setelah lapis pasir yang terakhir selesai proses penusukan kemudian
diratakan sehingga rata dengan sisi atas cetakan (corong).
f. Ditunggu sekitar 39 detik, kemudian corong cetakan ditarik ke atas dengan
pelan-pelan sehingga benar-benar tegak lurus ke atas.
g. Kriteria benda uji :
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan :
a. Corong SSD Pasir
b. Pasir basah
c. Pasir kering
d. Pasir SSD (kondisi ideal).
3.1.3.4.Benda uji :
a. Pasir asal : Gunung Merapi Yogyakarta
3.1.3.5.Alat
a. Corong kerucut: Diameter dasar : 9 cm
Diameter atas : 4 cm
Tinggi : 7 cm
3.1.3.6.Hasil pengujian
a. Kondisi pasir : Basah ( )
Kering ( )
Ideal/SSD ( )
Berilah tanda centang () untuk jawaban yang sesuai.
b. Sket betuk benda uji setelah selesai pengujian (gambar di lembar yang
lain).
3.1.3.7.Kesimpulan :
Pasir harus ideal (SSD) tidak perlu ditambah air atau dikeringkan.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
Lampiran :
3.1.4.1.Benda uji
Benda uji menurut SNI 03-1970-1990 adalah pasir yang lolos ayakan No. 4
(4,75 mm) sekurang-kurangnya sama dengan kapasitas bejana.
3.1.4.2.Alat
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat benda uji.
b. Nampan besar.
c. Tongkat pemadat dari baja tahan karat panjang 60 cm, diameter 16 mm
dan ujungnya bulat.
d. Mistar perata.
e. Bejana yang kaku, berbentuk silinder dengan ukuran seperti Tabel 2
berikut ini :
3.1.4.3.Pelaksanaan
a. Timbanglah berat bejana (B1) dan ukur diameter serta tinggi bejana.
b. Masukan pasir / kerikil ke dalam bejana sebanyak 3 lapis dengan tiap lapis
dipadatkan masing-masing sebanyak 25 kali (cara Rodded).
c. Ratakan permukaan pasir / kerikil dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang berat bejana dengan pasir / kerikil tersebut (B2).
e. Lakukan kembali langkah a, b, c dan d dengan perubahan pada langkah b
dengan menggunakan cara Shovelled. Pasir / kerikil dimasukan ke dalam
bejana dengan ketinggian jatuh ± 5 cm di atas bejana dalam 1 kali
penuangan perlu dilakukan pemadatan. Ratakan permukaan dengan alat
perata , kemudian timbang bejana dengan pasir / kerikil tersebut (B4).
f. Hitung rata-rata dari kedua cara tersebut. Hasil berat satuan pasir / kerikil
dapat dihitung.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
3.1.4.4.Benda uji
a. Pasir asal : Gunung Merapi Yogyakarta
b. Diameter maksimum : 255 mm
c. Keadaan pasir : kering tungku/agak basah/SSD/basah (*)
3.1.4.5.Hasil pengujian cara Rodded
a. Berat bejana (B1 ) : 2530 gram
b. Berat bejana + Pasir (B2 ) : 12030 gram
c. Ukuran bejana
Diameter bagian dalam : 200 mm
Tinggi bagian dalam : 220 mm
B3 9500 gr
b. Berat satuan pasir A1 = =1
volume bejana
4
𝜋 x (200mm)2 x 220mm
= 1,375 g/cm3
B5 9260 𝑔𝑟
b. Berat satuan pasir A2 = =1
volume bejana 𝜋 x (200mm)2 x 220mm
4
= 1,324 kg/cm3
= 1,34 g/cm3
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
Lampiran :
3.1.5.1.Benda uji
Benda uji berupa pasir SSD.
3.1.5.2.Alat
a. Tabung volumetric flush 1000 ml
b. Tungku pengering (oven)
c. Talam
3.1.5.3.Pelaksanaan
a. Tabung ukur diisi air sampai line akhir
b. Ditimbang, kemudian air di keluarkan
c. Sediakan pasir SSD sebanyak 500 gram
d. Masukan pasir SSD ke dalam tabung ukur dan jangan sampai tumpah
e. Setelah itu dimasukan air sampai line akhir
f. Digoyang-goyang sampai udara nampak keluar
g. Diberi air sampai line akhir
h. Air di keluarkan dari tabung ukur
i. Pasir di keluarkan dari tabung ukur dan dikeringkan selam 36 jam
3.1.5.4.Hasil pengujian
a. Berat pasir + tabung ukur + air : 1586 gram (A)
b. Berat pasir SSD : 500 gram (B)
c. Berat tabung ukur + air : 1288 gram (C)
d. Berat pasir kering tungku : 492 gram (D)
3.1.5.5.Kesimpulan
𝐷 492
a. Berat jenis kering tungku (((𝐶+𝐵)−𝐴)) = (((1288 +500)−1586))
= 2,4
𝐵 500
b. Berat jenis SSD (((𝐶+𝐵)−𝐴)) = (((1288 + 500)−1586))
= 2,4
𝐷 372
c. Berat jenis semu ( )=( )
((𝐶+𝐷)−𝐴) ((1302 + 372)−1602)
= 2,5
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
= 1,62 %
Menurut hasil pengujian, berat jenis pasir SSD = 2,4 (memenuhi syarat). Berat
pasir SSD yang baik adalah 2,4 – 2,9 Penyerapan agregat 1,62 %
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
Lampiran :
3.2.1.2.Alat
a. Saringan terdiri dari 2 ukuran yang bagian bawah dipasang saringan No.
200 (0,075 mm) dan di atasnya saringan No. 16 (1,18 mm)
b. Wadah untuk mencuci mempunyai kapasitas yang dapat menampung
benda uji sehingga pada waktu pengadukan (pelaksanaan pencucian)
benda uji dan air pencuci tidak mudah tumpah.
c. Timbang dengan ketelitian maksimum 0,1% dari berat benda uji.
d. Wadah.
e. Desikator.
f. Stopwatch.
g. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu.
3.2.1.3.Pelaksanaan
a. Karena kerikil yang digunakan memiliki ukuran agregat maksimum lolos
ayakan No. ¾ (19 mm) maka benda uji yang digunakan seberat 2500
gram.
b. Timbang wadah tanpa benda uji.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
c. Timbang benda uji kerikil sebanyak 2500 gram dan masukan wadah.
d. Masukan air pencuci yang sudah terisi sejumlah bahan pencuci ke dalam
wadah sehingga benda uji terendam.
e. Aduklah/kocoklah benda uji dalam wadah sehingga menghasilkan
pemisahan sempurna antar butir-butir kasar dan bahan halus yang lolos
saringan No. 200 (0,075 mm) kemudain biarkan selama 1 menit usahakan
bahan halus tersebut menjadi melayang di dalam larutan air pencuci
sehingga mempermudah memisahkannya.
f. Tuangkan air pencuci dengan segera di atas saringan No. 16 (1,18 mm)
yang dibawahnya dipasang saringan No. 200 (0,075 mm). Pada waktu
menuangkan air pencuci harus dilakukan dengan hati-hati supaya bahan
yang kasar tidak ikut tertuang.
g. Ulangi percobaa d, e dan f sehingga tuang air pencuci terlihat jernih.
h. Kemudian semua benda uji yang tertahan saringan No. 16 (1,18 mm) dan
No. 200 (0,075 mm) ke dalam wadah lalu keringkan dalam oven dengan
suhu (110 ± 5)0 C selama 36 jam sampai mencapai berat tetap.
i. Keluarkan pasir dari oven dan masukan dalam desikator untuk
mendinginkannya.
j. Timbang pasir sampai ketelitian maksimum 0,1% dari berat contoh.
k. Hitung persen bahan yang lolos saringan No. 200 (0,075 mm)
3.2.1.4.Pencucian
Air tetap jernih setelah 5 kali pencucian
Pasir + wadah masuk tungku tanggal 12 Oktober 2018 pukul 15:24 WIB
Pasir + wadah keluar tungku tanggal 13 Oktober 2018 pukul 15:36 WIB
3.2.1.5.Hasil pengayakan
Setelah pasir keluar dari tungku
Berat pasir kering tungku + wadah : 2614 (gr)𝑊4
Berat pasir seeelah dicuci (kering tungku) : 2450 (gr)𝑊5
3.2.1.6.Kesimpulan
a. Kandungan Lumpur
𝑊3 − 𝑊5 2500 − 2450
𝑊6 = 𝑥100% = 𝑥100% = 2%
𝑊3 2624
b. Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi syarat (PUBI 1982
Pasal 11)
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
Lampiran :
3.2.2.2. Alat
a. Mesin ayakan “Sieve Shaker”
b. Satu set ayakan standard ASTM
3.2.2.3. Pelaksanaan
a. Ambil kerikil dengan berat 2000 gram.
b. Masukkan kerikil ke dalam set ayakan.
c. Pasangkan satu set ayakan ke dalam sieve shaker kemudian digetarkan
selama ± 15 menit.
d. Ambillah ayakan dari sieve shaker, kemudian ambil dan timbanglah kerikil
yang tertinggal dari masing-masing tingkat ayakan.
3.2.2.4. Hasil pengayakan
Ukuran Berat Tertahan Ayakan Berat tertahan kumulatif
Persen Lolos
Lubang
Gram % Gram % (%)
Ayakan (mm)
38,1 0 0 0 0 100
25 0 0 0 0 100
19 346,00 17,33 17,33 17,33 82,67
9,5 1542,00 77,22 94,54 94,54 5,45
6,3 - - - - 5,45
4,75 48 2,40 0 94,54 3,05
2,36 2 0,10 0 96,95 2,95
Pan 59 2,95 0 100 0
Jumlah 1997 100 500,40
3.2.2.5. Kesimpulan
Modulus Halus Butir (MHB)
100
Persen Lolos Ayakan (%)
80
60
40
20
0
1 10 100
Ukuran Butir (mm)
Lampiran :
3.2.3.1.Benda uji
a. Kerikil asal : Gunung Merapi Yogyakarta
b. Diameter maksimum : 20 mm
c. Keadaan kerikil : Jenuh kering muka/basah
3.2.3.2.Alat
a. Timbangan dengan ketelitian maksimum 0,1 % berat benda uji.
b. Nampan besar.
c. Tongkat pemadat dari baja tahan karat panjang 60 cm, diameter 16 mm
dan ujungnya bulat.
d. Mistar perata.
e. Bejana baja yang kaku, berbentuk silinder dengan ukuran seperti tabel 5
berikut ini :
3.2.3.3. PELAKSANAAN
a. Timbang berat bejan (B1) dan ukur diameter sertatinggi bejana
b. Masukkan pasir/kerikil ke dalam bejana sebanya 3 lapis dengan tiap lapis
dipadatkan masing-masing 25 kali (Cara Rodded).
c. Ratakan permukaan pasir/kerikil dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang berat bejana dengan pasir/kerikil tersebut (B2).
e. Lakukan kembali langkah a, b, c dan d dengan perubahan pada langkah b
dengan menggunakan cara Shovelled. Pasir/kerikil dimasukkan ke dalam
bejana dengan ketinggian ± 5 cm di atas bejana dalam 1 kali penuangan
tanpa perlu dilakukan pemadatan. Ratakan permukaan denga alat perata,
kemudian timbang bejana dengan pasir/kerikil tersebut (B4).
f. Hitung rata-rata dari kedua cara tersebut. Hasil berat satuan pasir/kerikil
dapat dihitung.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
𝐵3 9150 𝑔𝑟
b. Berat satuan kerikil A1 = =1
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎 𝜋 x (200mm)2 x 220 mm
4
= 1,32 gr/cm3
𝐵5 9150 𝑔𝑟
b. Berat satuan kerikil A2 = =1
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎 𝜋 x (200mm)2 x 220 mm
4
= 1,32 gr/cm3
𝐴1 +𝐴2 1,32 + 1,32
Rata-rata berat satuan kerikil = = = 1,32 gr/cm3
2 2
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
Lampiran :
3.2.4.1.Benda uji
a. Kerikil asal : Gunung Merapi Yogyakarta
Benda uji berupa kerikil SSD sebanya yang diperoleh dari bahan yang
diproses melalui alat pemisah atau cara perempat. Butiran agregat yang
lolos ayakan No. 4 (4,75 mm) tidak dapat digunakan. Berat contoh uji
untuk pengujian berat jenis kerikil dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :
3.2.4.2. Alat
a. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas
minimal 5 kg.
b. Keranjang besi diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,6 mm (2,5”)
c. Alat penggantung keranjang
d. Oven
e. Handuk/kain lap
3.2.4.3. PELAKSANAAN
a. Benda uji direndam selama 24 jam
b. Bendu uji dibuat jenuh kering muka (kondisi SSD) dengan
menggulungkan/mengelap semua permukaan butiran agregat.
c. Timbangan berat contoh kondisi SSD = (A)
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
3.2.4.4.Hasil pengujian
a. Berat keriki SSD : 2610 gr (A)
b. Berat kerikil dalam air : 1600 gr (B)
c. Berat kerikil kering tungku : 2458 gr (C)
3.2.4.5.Kesimpulan
𝐶 2888
a. Berat jenis mutlak (
(𝐶−𝐵)
) = ((2888−1740,1)) : 2,8
𝐶 2888
b. Berat jenis kering tungku (
(𝐴−𝐵)
) = ((3000−1740,1)) : 2,4
𝐴 3000
c. Berat jenis SSD (
(𝐴−𝐵)
) = ((3000−1740,1)) : 2,5
Keterangan :
3.2.5.1.Benda uji
a. Semen : 0,25 kg
b. Pasir : 1 kg
c. Air : 0,15 kg
3.2.5.2. Alat
a. Cetak pengaduk
b. Meja sebar
c. Pisau perata
d. Kerucut diameter 10 cm
3.2.5.3.Pelaksanaan
a. Ambil semen dan pasir dengan perbandingan 1 : 4 dicampur
b. Beri air seberat 0,6 kg
c. Aduk hingga rata selama 3,5 – 4 menit
d. Campuran dimasukkan ke dalam kerucut diameter 10 cm
e. Mampatkan dan ratakan dengan pisau perata dan diamkan selama 1 menit
f. Angka kerucut dan setelah itu di getar per 25 kali
g. Ukur penyebaran mortar. Jika penyebaran ≤ 70 % maka mortar terlalu
kering sehingga perlu ditambah air, jika penyebaran ≥ 110 % maka mortar
telalu encer sehingga perlu ditambah adukan kering dengan proporsi
campuran yang sama, dan jika penyebaran antara 70% - 110% maka
mortar sudah bias digunakan/dicetak.
3.2.5.4.Hasil pengujian
Rata-rata : 67,8 %
3.2.5.5.Kesimpulan
Dari hasil pengujian didapatkan rata-rata nilai sebar : 67,8 % dengan demikian
mortar tersebut tidak memenuhi persyaratan.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
Lampiran :
BAB IV
daerah susunan butir 16, maka jumlah persentase pasir yang diperlukan
dapat dibaca pada grafik. Jumlah ini adalah jumlah seluruhnya dari pasir
atau fraksi agregat yang lebih halus dari 5 mm. dalam agregat kasar yang
biasa dipakai di Indonesia seringkali dijumpai bagian yang lebih halus
dari 5 mm dalam jumlah yang lebih dari 5 %. Dalam hal ini maka jumlah
agregat halus yang diperlukan harus dikurangi.
19) Hitung berat jenis relativ agregat menurut butir 4.2.3.6.
20) Tentukan berat isi beton menurut Grafik 16 sesuai dengan kadar air bebas
yang sudah ditentukan dari Tabel 3 dan berat jenis relativ dari agregat
gabungan menurut butir 18.
21) Hitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah berat jenis beton
dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas.
22) Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil kali persen pasir
butir 18 dengan agregat gabungan butir 21.
23) Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat gabungan
butir 21 dikurangi kadar agregat halus butir 22; dari langkah-langkah
tersebut di atas butir 1 sampai dengan 23 sudah dapat diketahui susunan
campuran bahan-bahan untuk 1 m3 beton.
24) Proporsi campuran, kondisi agregat dalam keadaan jenuh kering
permukaan.
25) Koreksi proporsi campuran menurut perhitungan pada butir 4.2.3.8
26) Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan
tekan yang sesungguhnya. Perhatikan hal berikut :
a) Jika harga yang didapat sesuai dengan harga yang diharapkan, maka
susunan campuran beton tersebut dikatakan baik. Jika tidak, maka
campuran perlu dibetulkan.
b) Kalau slumpnya ternyata telalu tinggi atau rendah, maka kadar air
perlu dikurangi atau ditambah (demikian juga kadar semennya,
karena faktor air semen harus dijaga agar tetap tidak berubah).
c) Jika kekuatan beton dari campuran ini terlalu tinggi atau rendah,
maka faktor air semen dapat atau harus ditambah atau dikurangi
sesuai dengan Grafik 1 atau 2.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
BAB V
5.1.2. Alat
a) Cangkul
b) Bejana
c) Sekop
d) Ember
e) Timbangan
f) Tongkat penusuk adukan
g) Mesin molen
5.1.3. Pelaksanaan
Pelaksanaan pengadukan adukan beton pada praktikum ini adalah
mengikuti langkah-langkah seperti di bawah ini :
a) Pengukuran
Semen Portland dan batuan (pasir SSD dan kerikil SSD) diukur secara
teliti dengan berat melalui proses penimbangan, adapun air yang
digunakan dapat diukur dengan menggunakan berat ataupun dengan
volumenya (gelas ukur)
b) Pencatatan
Suatu formulir data yang jelas yang memuat bahan yang akan dicampur
harus ditetapkan terlebih dahulu. Penimbangan batuan dapat dimulai dari
pasir yang halus (apabila diameter pasir dan kerikil dipisahkan menjadi
beberapa kelompok) kemudian ditambah dengan batuan yang
berdiameter lebih besar (penimbangan dilakukan secara kumulatif).
Dengan demikian secara keseluruhan berat pasir dan kerikil tidak
berbeda banyak dengan berat rencana, bila dibandingkan dengan cara
pasir dan kerikil ditimbang sendiri-sendiri.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
c) Cara menimbang
1. Sebelum ditimbang batuan (pasir dan kerikil) harus dalam keadaan
jenuh kering muka (SSD). Timbang batuan (pasir dan kerikil) dengan
timbangan yang mempunyai ketelitian sampai 0,1 kg. Batuan diisikan
ke dalam sebuah bejana atau tempat lain yang volumenya cukup untuk
setengah atau semua batuan (pasir dan kerikil). Bejana itu kemudian
ditimbang.
2. Berat kumulatif batuan (pasir dan kerikil) yang dikontrol sebelum
bejana diisi dengan kelompok batuan (pasir dan kerikil) yang berbutir
lebih besar.
3. Timbang semen Portland dengan timbangan yang mempunyai
ketelitian sampai 0,001 kg
d) Cara pengadukan
1. Sambil mesin aduk diputar (masukkan air sebanyak sekitar 0,8 kali
yang direncanakan).
2. Masukkan batuan (pasir dan kerikil) ke dalam mesin aduk, dan
masukkan pula semen di atas batuan (pasir dan kerikil) itu.
3. Untuk selanjutnya masukkan air sedikit demi sedikit sampai adukan
tampak mempunyai kelecakan (konsistensi) yang cukup.
4. Waktu pengadukan sebaiknya tidak kurang dari 3 menit.
5. Adukan beton segar kemudian dikeluarkan dan ditampung dalam
bejana yang cukup besar. Bejana ini harus sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan pemisahan kerikil bila dituang dalam cetakan.
5.2.2. Alat
a) Cetakan berupa kerucut terpancang dengan diameter dasar 20 cm,
diameter atas 10 cm dan tinggi 30 cm.
b) Cetok
c) Mistar pengukur (penggaris dari baja)
d) Alat pemadat
e) Tatakan untuk dasar cetakan
5.2.3. Pelaksanaan
a) Basahi corong cetakan dengan air dan kemudian taruhlah ditempat yang
rata, basah, tidak menyerap air dan ruangan cukup bagi pemegang
coronguntuk secara kuat berdiri pada kedua kaki selama pengisian
corong dilakukan.
b) Corong cetakan diisi lapis, masing-masing sekitar 1/3 volume corong.
Dengan demikian tebal beton segar pada setiap kali pengisian sekitar 6
cm, 15 cm dan 30 cm. Setiap kali beton segar diisikan ke dalam cetakan,
cetok atau sendok digerakkan mengelilingi bagian ujung atas – dalam
corong agar diperoleh penyebaran beton segar di dalam corong yang
merata. Setiap lapis beton segar ditusuk dengan alat penusuk sebanyak 25
kali. Penusukan diusahakan secara merata selebar permukaan lapisan dan
tidak boleh masuk sampai lapis beton sebelumnya.
c) Setelah lapis beton segar yang terakhir selesai ditusuk, kemudian beton
segar dimasukkan lagi ke bagian atas, dan diratakan sehingga rata dengan
isi cetakan. Kemudian alas disekitar corong dibersihkan dari beton segar
yang tercecer.
d) Setelah ditunggu sekitar 30 detik, kemudian cetakan corong ditarik
keatas dengan pelan-pelan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke
atas.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
5.2.5. Kesimpulan
Slump yang diperoleh tidak memenuhi dalam teori perencanaan yaitu
kisaran antara 60 mm – 180 mm ( 6 cm – 18 cm)
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
5.2.6. Lampiran
5.3.2 Alat
a) Cetakan silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm, terbuat dari
besi atau baja.
b) Alat penumbuk/penusuk
c) Cetok
d) Plat perata
5.3.3 Pelaksanaan
a) Pengecoran dan pemadatan beton
1. Pengisian adukan beton dilakukan dalam 3 lapis yang tiap lapis kira-
kira bervolume sama.
2. Pengiian dengan cetok dilakukan dbagian tepisilder agar diperoleh
beton yang simetri enuut sumbunya (keruntuhan timbunan beton dari
tepi ke tengah).
3. Tiap lapis ditusuk-tusuk dengan batang baja penusuk sebanyak 25
kali. Penusukan dilakukan merata ke semua permukaan lapisan
dengan kedalaman sampai sedikit masuk ke lapisan
sebelumnya.khusus untuk lapisan pertama, penusukan jangan sampai
mengenai dasar cetakan.
4. Setelah lapisan ketiga selesai ditusuk, penuhi bagian atas cetakan
dengan adukan beton kemudian ratakan dengan tongkat perata hingga
permukaan atas adukan rata dengan bagian atas cetakan.
5. Pindahkan cetakan ke ruangan yang lembab.
b) Penyimpanan dan perawatan benda uji
1. Benda uji silinder harus dikeluarkan dari cetakan setelah waktu
sampai 24 jam sejak pencetakan.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
Adukan Beton :
Faktor air semen : 0,475
Nilai slump : 5 cm
5.3.5 Kesimpulan
Data beton segar dalam percobaan ini tidak bisa diperoleh, karena
timbangan yang tersedia tidak mampu untuk menimbang beban dengan berat di
atas 12 kg. Berat cetakan silinder sendiri (berat kosong) sudah mencapai 11 kg
lebih, jika ditambah adukan beton yang dimasukan dalam cetakan maka beratnya
akan lebih dari 12 kg, sehingga timbangan tidak bisa terbaca.
Dari ketiga silinder diperoleh berat per meter kubik rata – rata = 12000 kg.
Ketiga silinder setelah 12 – 18 jam dibuka dari cetakan, lalu diberi tanda,
kemudian agar lembab sampai akan diuji tekan.
5.4.2 Alat
a) Pipet tetes
b) Tabung ukur 10 ml
5.4.2. Pelaksanaan
a) Siapkan alat berupa tabung ukur 10 ml dan pipet tetes.
b) Ambil air yang berada di atas campuran beton tersebut semaksimal
mungkin.
c) Amati beberapa ml air yang ada, semakin banyak air maka semakin encer
campuran tersebut.
5.4.4. Kesimpulan
Bleeding yang terjadi masih tidak memenuhi syarat yang ditentukan, yaitu
17,83 ml, yang berarti adukan beton mengadung air yang berlebihan.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
BAB VI
6.1.3. Alat
Palu beton tipe N dan NR
6.1.4. Pelaksanaan
a) Buatlah persegi ukuran 10 cm x 10 cm di bagain selimut dan permukaan/
tutup pada masing-masing silinder uji, sebagai tempat untuk melakukan
tes palu beton. Jangan lupa tandai masing-masing benda uji agar tidak
tertukar pada saat melakukan uji yang merusak.
b) Sentuh ujung peluncur pada permukaan titik dengan posisi tegak lurus
benda uji.
c) Secara perlahan tekan palu beton dengan arah tegak lurus bidang uji
sampai terjadi pukulan pada titik uji.
d) Lakukan 10 kali pukulan pada daerah yang telah disiapkan pada benda uji
dengan jarak terdekat antara titik-titik pukulan 25 mm.
e) Catat semua pembacaan yang ditunjukan oleh skala.
f) Hitung nilai rata-rata pembacaan.
g) Nilai pembacaan yang berselisih lebih dari 5 satuan terhadap nilai rata-rata
tidak boleh diperhitungkan, kemudian hitung nilai rata-rata sisanya.
h) Semua nilai pembacaan harus diabaikan apabila terdapat 2 atau lebih nilai
pembacaan yang berselisih 5 satuan terhadap nilai rata-ratanya.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
i) Koreksi nilai akhir rata-rata sesuai inklinasi pukulan bila arah pukulan
tidak horizontal.
j) Hitung perkiraan kuat tekan silinder beton dengan menggunakan tabel atau
kurva korelasi yang terdapat pada petunjuk penggunaan palu beton yang
bersangkutan.
k) Isi semua nilai lenting dan perkiraan kuat tekan dalam formulir yang telah
terlampir.
6.1.6. Kesimpulan
Hasil percobaan ini kurang memuaskan, dikarenakan dalam percobaan
benda uji tidak tertahan/ terjepit dengan baik/ sempurna (terjadi goyangan saat
melakukan percobaan) sehingga juga mempengaruhi hasil yang diperoleh.
6.2.3. Alat
a) Caliper untuk mengukur dimensi benda uji.
b) Timbangan.
c) Alat perata lapis atas silinder (capping).
d) Mesin penguji kuat tekan beton.
6.2.4. Pelaksanaan
a) Carilah data tentang benda uji beton yang akan diuji, antara lain :
1. Faktor air semen.
2. Nilai slump.
3. Cara perawatan dan penyimpanan benda uji.
4. Kapan dibuat atau berapa umur benda uji (berdasarkan data tersebut
perkirakanlah kuat tekannya).
b) Sehari sebelum waktu tes benda uji harus diangkat dari tempat perawatan
dan ditaruh ditempat yang terlindung.
c) Bila benda uji berupa silinder, ukurlah diameter rata-rata silinder
ditangah-tengah tingginya dan ukur pula tinggi rata-ratanya dengan
ketelitian 0,1 mm (dengan caliper).
d) Timbangah dengan ketelitian sampai 0,005 gr
e) Ratakan permukaan betondengan memberi lapian perata pada permukaan
dengan bahan yang tersedia, ratakan bahan perata itu dengan kaca atau
plat. Tunggu sampai lapisan perata itu keras dan cukup kuat.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
Bahan :
Tiga buah silinder beton dengan spesifikasi :
11,903+11,796+11,764
Berat rata-rata : 3
= 11,821
Tinggi rata-rata : 200 mm
Diameter rata-rata : 220 mm
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
6.2.6. Kesimpulan
Kuat tekan beton yang direncanakan adalah 28 MPa, hasil rata-rata kuat
𝑘𝑔
tekan yang diperoleh adalah 162,7 𝑐𝑚2 atau sekitar 21,27 MPa. Untuk pengujian
kuat tekan di 28 MPa maka nilai tambah (margin) yang dipakai adalah ± 6,42
MPa, artinya percobaan yang dilaksanaan boleh mengalami kegagalan sebesar ±
6,42 MPa terhadap kuat tekan yang direncanakan. Jadi untuk hasil 16,27 Mpa,
tidak memenuhi syarat kuat tekan yang direncanakan.
BAB VII
RESUME, KESIMPULAN, DAN SARAN
7.1. Resume
Berikut ini adalah resume dari praktikum teknologi beton yang kami
laksanakan :
7.2. Kesimpulan
Kandungan lumpur dalam pasir yang terhitung adalah sekitar 5 %, syarat
menurut SNI adalah < 5% berarti kandungan lumpur dalam pasir memenuhi
syarat. Hasil pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) pasir menunjukan bahwa
pasir yang digunkan masuk golongan III (agak halus) namun pasir masih
mengandung banyak lumpur sebesar 9,63 %. SSD pasir dalam pembuatan beton
ini dapat dikatakan memenuhi syarat. Berat satuan pasir menurut cara Rodded
adalah 1,37 g/cm3 dan menurut cara Sovelled adalah 1,32 g/cm3 . Berat jenis
pasir yang terukur adalah 1,34 dari yang disyaratkan 2,4 – 2,9.
Pemeriksaan kandungan lumpur dalam kerikil memenuhi syarat yaitu 2,64 %.
Pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) kerikil adalah 500,40 masuk daerah
gradasi I (ukuran maksimal 40 mm). Kerikil yang digunakan masih mengandung
banyak pasir karena saat melakukan pengujian kerikil tercampur dengan pasir.
Berat satuan kerikil menurut cara Rodded adalah 1,32 gr/cm3dan menurut cara
Sovelled adalah 1,32 gr/cm3. Pemeriksaan berat jenis kerikil diasumsikan adalah
21,32 g/cm³ karena tidak tersedianya alat untuk melakukan pengujian.
Dalam perencanaan fas yang digunakan adalah 0,475. Rata-rata konsistensi
mortar dengan meja sebar adalah 11,91 %, tidak memenuhi syarat.
Slump rata-rata beton segar yang terukur adalah 5 cm tidak memenuhi dalam
teori perencanaan yaitu kisaran antara 60 mm – 180 mm ( 6 cm – 18 cm).
Pengujian bleeding diperoleh 3,0 ml menandakan beton tidak mengandung
banyak air.
Uji tidak merusak didapatkan hasil yang tidak memenuhi syarat (lihat data
hasil percobaan), karena kondisi yang terjadi saat percobaan tidak ideal.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
Kuat tekan beton yang direncanakan adalah 28 MPa, hasil rata-rata kuat tekan
𝑘𝑔
yang diperoleh adalah 162,7 𝑐𝑚2 atau sekitar 16,27 MPa. Untuk pengujian kuat
tekan di 28 MPa maka nilai tambah (margin) yang dipakai adalah ± 6,42 MPa,
artinya percobaan yang dilaksanaan boleh mengalami kegagalan sebesar ± 6,42
MPa terhadap kuat tekan yang direncanakan. Jadi untuk hasil 16,27 MPa
memenuhi syarat kuat tekan yang direncanakan.
7.3. Saran
Laporan yang dibuat berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan
memiliki beberapa kekurangan, oleh sebab itu penulis meminta saran para
pembaca, agar dalam pembuatan laporan selanjutnya bisa mendapat hasil yang
baik lagi dari laporan praktikum ini.
Untuk peneliti selanjutnya penulis menyarankan beberapa hal di bawah ini:
a) Data-data yang didapatkan disimpan dengan baik dan teratur, agar dalam
menyusun laporan kemudian tidak terjadi masalah.
b) Tuliskan laporan dengan format yang telah disediakan, usahakan sebaik
mungkin dalam menyusun laporan, karena hal ini akan melatih untuk
menyusun laporan selanjutnya, seperti laporan skripsi dan laporan PKL.
c) Alat-alat yang diperlukan untuk melakukan praktikum ini diusahakan oleh
pihak universitas dapat disedia, seperti timbangan yang memadai untuk beban
yang lebih besar dari 12 kg, timbangan yang dapat menimbang objek di
dalam air, meja sebar untuk mortar yang standar dan alat-alat lain yang masih
kurang yang tidak dituliskan oleh penulis dalam laporan ini.
d) Lakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dibuat dan arahan dari
asisten dosen agar praktikum dapat berjalan dengan baik.
e) Bahan-bahan yang dipakai sebaiknya berkualitas baik (di atas standar
minimal) agar hasil yang diperoleh juga baik, walau pun pada dasarnya
banyak hal yang mempengaruhi hasil kualitas beton.
f) Penambahan fas tidak lebih dari 3 kg dalam adukan untuk 3 silinder.
g) Kuasi dan pahami baik-baik materi sebelum melakukan praktikum dan
buatlah perhitungan perencanaan jauh-jauh hari sebelum praktikum dimulai.
Panduan praktikum Teknologi Beton 2018
DAFTAR PUSTAKA
http://teknologibahankostruksi.blogspot.co.id/
http://alfidhansyah.blogspot.co.id/2016/06/beton-normal.html
http://www.ilmutekniksipil.com/struktur-beton/sifat-beton-segar
http://kampus-sipil.blogspot.co.id/2013/03/sifat-sifat-beton-segar.html
https://strukturexpert.wordpress.com/2012/04/29/sifat-mekanis-beton-keras