PENDAHULUAN
1
I.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pekerjaan Penanganan Kerusakan Oprit pada Jembatan
Bebedahan adalah melakukan suatu kegiatan penanganan teknis sehingga
didapatkan hasil penanganan yang paling optimum yang dapat menjawab
permasalahan-permasalahan yang terdapat pada lokasi tersebut dengan
mempertimbangkan kondisi yang ada.
Tujuan pekerjaan ini adalah melakukan penanganan kerusakan guna
pembangunan yang mencakup rehabilitasi jembatan. Tujuan lain dari pekerjaan
ini adalah tersedianya keluaran berupa gambar/foto dokumentasi hasil survey dan
laporan penanganan kerusakan yang terjadi pada Jembatan Bebedahan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
9. Desicator
c. Bahan yang Digunakana.
1. Aquades
2. Kertas saring
3. Contoh tanah dari tabung boring
d. Prosedur Pengujian
1. Persiapan Pengujian
a) Cincin dibersihkan dan dikeringkan kemudian timbang beratnya.
b) Keluarkan contoh tanah dari tabung dengan extruder.
c) Contoh tanah dimasukkan kedalam cincin kemudian potong dengan pisau
perata dan ujungnya diratakan.
2. Pelaksanaan Pengujian
a) Timbang berat cincin (W1).
b) Timbang berat benda uji dan cincin (W2).
c) Letakkan cincin benda uji diantara batu berpori dengan dilapisi kertas saring
pada sel konsolidasi.
d) Atur alat (nivo) pada posisi seimbang (balance) dengan memutar span skrup
pengatur dan letakkan bola baja kecil dalam coakan plat penekan supaya
menyentuh bola baja.
e) Atur arloji pengukur (dial deformasi) pada posisi tertekan diatas batu pori
kemudian di-nol-kan.
f) Tuangkan air pada sel konsolidasi dan diamkan selama 24 jam agar contoh
tanah jenuh air.
g) Setalah itu letakkan beban pertama pada tempat beban sehingga besar tekanan
yang diterima oleh contoh tanah yaitu sebesar 0.25 kg/cm2.
h) Lepaskan span baut pengatur
i) Baca penurunan pada 0 menit, 0.25 menit, 1 menit, 2.25 menit, 4 menit, 6.25
menit, 9 menit, 12.25 menit, 20.25 menit, 25 menit, 36 menit, 60 menit, 120
menit, 240 menit, 480 menit dan 1440 menit (24 jam)
j) Setelah dilakukan pembacaan selama 24 jam, tambahkan beban kedua sebesar
0,5 kg/cm2 dan atur baut pengatur hingga menyentuh lengan beban dan
lakukan pembacaan seperti langkah-langkah pada pembenanan yang pertama.
4
k) Setelah itu dilakukan penambahan beban ketiga dan seterusnya.
l) Setelah dilakukan pembebanan maksimum, kurangi beban dalam dua tahap
sampai mencapai beban pertama. Baca dial deformasi 24 jam setelah
pengurangan beban lalu beban dikurangi lagi. Lakukan pembacaan kembali
setelah 24 jam berikutnya.
m)Pada akhir pembacaan, keluarkan benda uji kemudian timbang beratnya dan
ukur tinggi contoh tanahnya
n) Masukkan contoh tanah kedalam oven untuk ditentukan kadar airnya
5
2.2.1. Spesifikasi
Spesifikasi mengenai penggunaan alat ini bisa dilihat pada BS4408 pt. 4 atau
ASTM G80S-89.
2.2.1.1. Kelebihan dan Kekurangan Hammer Test
Kelebihan :
a. Murah
b. Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat
c. Praktis (mudah digunakan).
d. Tidak merusak
Kekurangan :
a. Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban beton,
sifat- sifat dan jenis agregat kasar, derajad karbonisasi dan umur beton. Oleh
karena itu perlu diingat bahwa beton yang akan diuji haruslah dari jenis dan
kondisi yang sama.
b. Sulit mengkalibrasi hasil pengujian.
c. Tingkat keandalannya rendah.
d. Hanya memberikan imformasi mengenai karakteristik beton pada
permukaan.
2.2.2. Kalibrasi
Seperti yang disebutkan sebelumnya, banyak sekali variabel yang berpengaruh
terhadap hasil pengukuran dengan menggunakan peralatan hammer. Oleh karena itu
sangat sulit untuk mendapatkan diagram kalibrasi yang bersifat umum yang dapat
menghubungkan parameter tegangan beton sebagai fungsi dari pada jumlah skala
pemantulan hammer dan dapat diaplikasikan untuk sembarang beton. Jadi dengan kata
lain diagram kalibrasi sebaiknya berbeda untuk setiap jenis campuran beton yang
berbeda. Oleh karena itu setiap jenis beton yang berbeda, perlu diturunkan diagram
kalibrasi tersebut perlu dilakukan pengujian tekan sample hasil coring untuk setiap jenis
beton yang berbeda dari struktur yang sedang ditinjau. Hasil uji coring tersebut
6
kemudian dijadikan sebagai konstanta untuk mengkalibrasikan bacaan yang didapat dari
peralatan hammer tersebut.
Perlu diberi catatan disini bahwa penggunaan diagram kalibrasi yang dibuat oleh
produsen alat uji hammer sebagainya dihindarkan, karena diagram kaalibrasi tersebut
diturunkan atas dasar pengujian beton dengan jenis dan ukuran agregat tertentu, bentuk
benda uji yang tertentu dan kondisii test yang tertentu.
2.3.2. Teknis
a. Peralatan
Alat palu beton yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut :
1. Pegas baja dapat bergerak pada kecepatan yang tetap dan dapat
berulang-ulang
2. Nilai lenting dapat dibaca pada garis skala yang terpasang pada rangka
selubung atau lembar pencatat.
b. Benda Uji
Tebal elemen struktur pelat dan dinding minimal 100 mm dan kolom
minimal 125 mm
7
c. Bidang Uji
Bidang uji pada elemen struktur harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Permukaan beton yang akan diuji harus merupakan permukaan yang
padat, halus, dan tidak dilapisi oleh plesteran atau bahan pelapis lainnya
2. Bidang uji yang dipilih harus kering dan halus, bebas dari
tonjolantonjolan atau lubang-lubang
3. Lokasi-lokasi bidang uji harus ditentukan sesuai dengan dimensi elemen
struktur dan jumlah nilai uji yang diperlukan untuk perhitungan
perkiraan kekuatan beton.
d. Peralatan Pengujian
Persiapan pengujian harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Permukaan bidang uji diberi tanda batas lokasi untuk titik-titik uji
dengan minimum berukuran seluas 100 x 100 mm2
2. Permukaan bidang uji yang kasar harus dihalus sebelum diuji
3. Bidang uji pada struktur yang berumur lebih dari enam bulan harus
digerinda rata sampai kedalaman 5 mm sebelum diuji, jika hasil ujinya
akan dibandingkan dengan hasil uji beton yang berumur lebih muda.
e. Arah Pukulan
Arah pukulan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Arah pukulan pada suatu lokasi bidang uji harus sama
2. Pada pengujian dengan arah pukulan tidak horisontal, nilai lenting rata-
rata harus dikoreksi dengan nilai inklinasi sesuai dengan petunjuk
penggunaan alat palu uji yang digunakan.
2.3.3. Persiapan
1. Menyusun rencana jadwal pengujian, mempersiapkan peralatan-
peralatanserta perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan.
2. Mencari data dan informasi termasuk diantaranya data tentang letak
detailkonstruksi, tata ruang dan mutu bahan konstruksi selama pelaksanaan
bangunan berlangsung.
8
3. Menentukan titik test.
4. Titik test untuk kolom diambil sebanyak 5 (lima) titik, masing-masing titik
testterdiri dari 8 (delapan) titik tembak, untuk balok diambil sebanyak 3
(tiga) titik test masing-masing titik terdiri dari 5 (lima) titik tembak sedang
pelat lantai diambil sebanyak 5 (lima) titik test masing-masing terdiri dari
5 (lima) titik tembak.
Besar kekuatan tekan beton yang ditest dapat dibaca pada sumbu vertikal yaitu
hasil perpotongan garis horizontal dengan sumbu vertikal.Oleh karena itu
mutu beton yang dinyatakan dengan kekuatan karakteristik αbk didasarkan atas
9
kekuatan tekan beton yang diperoleh pada saat pengetesan dilaksanakan perlu
dikonversi menjadi kekuatan tekan beton umur 28 hari.
BAB III
METODOLOGI
Mulai
Pengujian Tanah
Consolidation Test
Hammer Test
Detail Penanganan
Selesai
10
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
11
Gambar 4.1 Foto Dokumentasi Kondisi Bangunan Atas Jembatan Bebedahan
Berdasarkan hasil visualisasi lapangan telah terjadi kerusakan pada bagian atas
jembatan bebedahan. Kerusakan pada bagian atas jembatan di dominasi oleh
kerusakan pada trotoar jembatan baik trotoar arah cibiru maupun arah cibeureum.
12
4.1.2. Kerusakan Pada Oprit Jembatan
13
4.1.3. Kerusakan Struktur Bangunan Bawah Jembatan
14
4.2. PENANGANAN
Berdasarkan analisa dan hasil survei visualisasi jembatan GPI. Bentuk
penanganannya untuk jembatan Bebedahan adalah sebagai berikut :
4.2.1. Perbaikan Oprit Jembatan
Untuk tindakan perbaikan pada oprit jembatan Usulan berupa penggantian
timbunan pada eksisiting dengan timbunan modifikasi berupa Mortar Foam.
Timbunan jenis ini telah digunakan oleh PusLitBang Jalan dan Jembatan pada
berbagai proyek dan telah terbukti mampu mengurangi penurunan yang terjadi pada
oprit jembatan dengan permasalah tanah dasar yang tidak memenuhi standar.
15
Retak dengan pola vertikal/tegak biasanya disebut retak lentur. Retak
lentur biasanya diakibatkan oleh tekanan atau beban dari arah vertikal
yang berlebih pada struktur, terutama srtuktur bagian bawah jembatan.
Seperti halnya retak geser, retak lentur juga perlu ditangani dengan
cermat.
16
reaksi dari air dengan semen akan terus meningkat. Sehingga pada saat
suhu campuran beton ini terlalu tinggi, pada saat itu juga beton sudah
mengeras dan seringnya timbul retak – retak pada permukaan beton.
3. Korosi pada tulangan
Pada prinsipnya untuk mengantisipasi retakan yang terjadi akibat dari
sifat beton itu sendiri, beton diberi tulangan pada bagian dalamnya yang
terbuat dari baja. Sehingga diharapkan dengan adanya tulangan tersebut
retakan akibat dari sifat beton disebar pada keseluruhan beton menjadi
bagian – bagian yang sangat kecil sehingga retakan tersebut dapat
diabaikan. Tetapi apabila tulangan yang dipakai pada saat pembuatan
beton sudah mengalami korosi, tulangan tersebut itu pun akan
menyebabkan retakan pada saat beton mengeras.
4. Proses pembuatan yang kurang baik
Banyak sekali penyebab retak yang terjadi pada beton disebabkan oleh
proses pembuatan yang kurang baik. Seperti contoh pada saat beton
mengalami perkerasan dimana banyak mengeluarkan air, maka perlu
adanya perawatan pada beton agar pengeluaran air dari campuran beton
tidak berlebihan. Tetapi akibat tidak adanya perawatan, sehingga pada
beton terbentuk banyak terjadi retakan.
b. Faktor-faktor penyebab keretakan beton yang terjadi setelah beton selesai
dikerjakan adalah:
1. Pengaruh lingkungan
Karena beton pada bangunan mengalami kontak langsung dengan cuca
luar. Sehingga bangunan sipil yang berumur cukup lama banyak
mengalami retakan. Salah satu pengaruh lingkungan yang menyebabkan
beton retak adalah akibat dari air, terutama bangunan bawah jembatan
yang berdiri diatas sungai ataupun laut. Akibat sekian lama beton pada
bangunan tua menerima air secara langsung, lama – kelamaan air
tersebut akan masuk meresap kedalam beton yang kemudian mencapai
tulangan pada beton. Apabila saat air telah mengenai baja tulangan, maka
akan terjadi reaksi antara baja tulangan dengan tulangan yang
17
menyebakan baja tulangan menjadi korosi. Akibat korosinya baja
tulangan beton akan mengalami retak – retak.
2. Pembebanan
Setelah beton sudah jadi dan jembatan telah siap untuk dipakai atau
dioperasikan. Maka beton tersebut akan menerima beban – beban.
Apabila beton menerima beban sesuai dengan kapasitas kekuatannya,
beton akan baik – baik saja. Tetapi kadangkala beton akan menerima
beban diluar kemampuannya untuk menahan beban tersebut, sehingga
kertetakan pada beton pun tidak bisa di hindari.
Selain dari faktor-faktor di atas, faktor lain yang bisa menyebabkan
keretakan beton pada struktur bawah jembatan terutama pada pilar adalah
adanya kejadian tertabraknya pilar oleh benda-benda besar yang terbawa
hanyut oleh arus sungai atau tertabrak oleh fasilitas moda air yang
melintas di bawah jembatan.
19
1. Chipping pada jalur retak.
2. Bersihkan permukaan beton pada bagian yang retak dari semua
kotoran dan debu dengan menggunakan angin kompresor/sikat
kawat.
3. Bor pada bagian atas atau bawah pada lokasi retak untuk
penempatan nepel plastik dengan jarak ± 20 cm.
4. Pasang nepel plastik dan lem pada tempat-tempat yang telah dibor
dengan menggunakan bahan epoxy.
5. Tutup semua bagian yang retak dengan epoxy.
6. Pekerjaan injeksi dilakukan dari lebar retak yang besar ke arah lebar
retak yang kecil. Untuk pengerjaan injeksi bisa menggunakan dua
alat yaitu:
a) Menggunakan mini kompresor, dan tahapannya adalah:
1) Isi tabung dengan material injeksi dengan dosis sesuai
prosedur/brosur.
2) Hubungkan selang antara mini kompresor– tabung pengatur
angin – tabung material injeksi – nepel.
3) Hidupkan mini kompresor dengan tekanan 2-3 MPa (low
pressure).
4) Buka tabung pengatur angin dengan perlahan sampai
campuran injeksi mengalir masuk ke nepel 1 dan mengisi
bagian yang retak sampai material injeksi keluar dari lubang
kontrol pada nepel ke 2.
5) Ikat selang yang sudah terpasang pada nepel ke 2 agar
cairan dapat menyebar ke seluruh bagian yang retak
sehingga dapat terisi oleh material injeksi.
6) Buka tabung pengatur angin dengan perlahan sampai
campuran injeksi mengalir masuk ke nepel 3 dan mengisi
bagian yang retak sampai material injeksi keluar dari lubang
kontrol pada nepel 4.
7) Ikat selang yang sudah terpasang pada nepel 4 agar cairan
dapat menyebar ke seluruh bagian yang retak sehingga
20
dapat terisi oleh material injeksi, lakukan dengan cara yang
sama pada seluruh nepel yang terpasang.
b) Memakai tabung suntik
1) Isi tabung suntik dengan material injeksi dengan dosis
sesuai prosedur/brosur.
2) Tempatkan lubang tabung suntik ke lubang nepel-1.
3) Gunakan tali karet untuk mendesak secara perlahan bahan
epoxy yang ada di tabung suntik.
4) Setelah isi dalam tabung di nepel-1 habis, segera tempatkan
lubang tabung suntik ke lubang nepel-2.
5) Biarkan material mengeras selama 24 jam untuk nepel-
nepel plastik kemudian lepas.
6) Bersihkan bagian bekas injeksi dengan amplas.
22
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan tinjauan visual di lapangan, terjadi beberapa
kerusakan pada ;
a. Keretakan Pada Abutmen
Keretakan yang terjadi terdapat pada abutmen jembatan dikategorikan
sebagai retak struktural karena memiliki pola vertikal. Retak structural
ini memiliki pola vertikal yang berarti retak lentur dan terjadi pada
abutmen jembatan. Penyebab retak ini Retak lentur biasanya diakibatkan
oleh tekanan atau beban dari arah vertikal yang berlebih pada struktur,
terutama srtuktur bagian bawah jembatan. Metode perbaikan kerusakan
yang disarankan menggunakan grouting untuk retak yang bersifat retak
struktural dengan tingkat kerusakannya dalam keadaan riskan dengan
nilai keretakan mencapai 1 cm pada abutmen arah cibeureum.
b. Keretakan Memanjang Pada Oprit Jembatan
Penyebab keretakan pada oprit ini adalah terjadinya penurunan muka
tanah. Sehingga untuk penangan perlu dilakukan penyelidikan tanah
dilanjutkan dengan pengujian tanah di laboratorium untuk dilakukan
Consolidation Test, untuk mengetahui seberapa besar penurunan muka
tanah. Selanjutnya dilakukan penanganan dengan penggantian timbunan
pada eksisiting dengan timbunan modifikasi berupa Mortar Foam.
23
DAFTAR PUSTAKA
24