1. PENDAHULUAN
Keamanan dan kinerja yang memuaskan dari suatu bendungan urukan memerlukan
pengawasan/supervisi, pemeriksaan/inspeksi yang cermat dan pengujian-pengujian
pengendalian yang memadai dan kompeten. Direksi sebagai wakil dari pengelola/pemilik
bendungan harus bekerja sama dan berkoordinasi dengan konsultan supervisi serta menyiapkan
petunjuk kepada kontraktor, apabila kondisi yang tidak terprediksi ditemui selama pelaksanaan
konstruksi.
Pelaksanaan penimbunan dan pamadatan harus dicatat dengan detil dan didokumentasikan
dengan baik.. Persiapan penyusunan laporan akhir pelaksanaan (completion report) dan hasil uji
mutu adalah merupakan aspek penting dari pengendalian pekerjaan di lapangan.
2. UJI MUTU
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji pengendalian pelaksanaan konstruksi
adalah sebagai berikut.
1) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap uji mutu dan spesifikasi kontrak yang
memberikan persyaratan untuk organisasi uji mutu kontraktor, kualifikasi personel, fasilitas
dan jenis-jenis uji serta laporan data uji dan inspeksi. Unit inspeksi lapangan proyek
bertanggung jawab atas penerimaan pekerjaan secara lengkap dan mempunyai personel yang
sesuai dengan keahlian di bidangnya untuk melakukan kegiatan berikutnya.
2) Pelaksanaan uji mutu dapat membantu kontraktor dalam hal mengendalikan mutu
pelaksanaan konstruksi, khususnya untuk persyaratan hasil uji batas-batas kadar air, sifat
konsistensi tanah (batas cair, batas plastis, indeks plastisitas, batas susut) dan gradasi
material tanah. Pengawas lapangan atau konsultan harus mengawasi dan memeriksa
1
BUKU SAKU LAPANGAN
prosedur pelaksanaan konstruksi yang telah ditentukan serta prosedur pengujian untuk
menjamin agar hasilnya sesuai dengan desain dan spesifikasi yang telah ditentukan.
3) Petugas pemeriksa/inspeksi proyek bertanggung jawab terhadap kegiatan inspeksi dalam
pelaksanaan penimbunan dan pemadatan, agar dapat menghasilkan propertis sesuai dengan
asumsi dan kriteria desain serta spesifikasi yang telah ditentukan.
Untuk menjamin bahwa hasil pemadatan telah memenuhi spesifikasi desain, selama
pelaksanaan penimbunan harus selalu dilakukan kendali mutu (quality control) terhadap hasil
pemadatan. Masing-masing zona timbunan memiliki spesifikasi dan fungsi yang berbeda.
Uji khusus dan pengambilan contoh tanah tak terganggu untuk memperoleh sifat-sifat teknik
(engineering properties) harus dilakukan sesuai dengan pedoman dan standar; lokasi
pengambilan harus ditentukan atas petunjuk tenaga ahli desain dan sesuai program. Sebagai
petunjuk praktis frekuensi pengambilan contoh adalah: satu contoh tabung (sample) untuk setiap
20.000 m3 dan setiap 20.000~35.000 m3 urukan diluar zona inti.
Gambar 1 Contoh alat uji kepadatan sand cone replacement (kiri) dan penetrometer dan
moisture tester (kanan) untuk tanah berbutir halus
2
BUKU SAKU LAPANGAN
Hasil uji kepadatan lapangan dibandingkan dengan kepadatan kering maksimum dari uji
laboratorium lapangan standard proctor, untuk memperoleh tingkat kepadatan (D).
3
BUKU SAKU LAPANGAN
6) Hasil pengujian kv dan kh tersebut digunakan dalam analisis rembesan, sesuai dengan
kondisi aktual di lapangan.
Tabung contoh harus memenuhi syarat terhadap rasio luas dan rasio diameter dalam yaitu :
D2 − D1
2 2
D3 − D1
b) Rasio diameter dalam, Ci = x100% 0,5 − 1,0%
D1
Dimana :
D3 = diameter dalam
H
4
BUKU SAKU LAPANGAN
Gambar 4 Teknik pengambilan contoh tanah, tabung ditusuk secara hidraulik menggunakan
dongkrak dengan beban pemberat eksvacator (bendungan Semantok, 2020)
Cara lain untuk mengambil contoh tanah tak terganggu adalah dengan menggunakan kotak/blok
tanah (block samples) berbentuk kubus terbuat dari papan kayu berukuran 35 x 35 x 35 cm,
seperti foto di bawah.
5
BUKU SAKU LAPANGAN
Gambar 7 Tabung contoh yang ditutup dengan parafin (kiri) dan tampak atas,cara
pengepakan tabung contoh
Dari sejumlah tabung contoh yang diambil dari lapangan, lakukan uji tekan triaksial CUBP
sebanyak 80% dari jumlah tabung dan sisanya 20% untuk memperoleh parameter kuat geser
dan modulus elastisitas guna analisis stabilitas lereng dan analisis deformasi.
Pada uji tekan triaksial, benda uji silinder dibungkus dengan membran karet dan diletakkan dalam
sel triaksial dimana benda uji diberi tekanan fluida. Kemudian diberikan tekanan aksial ,σ1, ,
sampai terjadi.keruntuhan Pada kondisi tersebut, tegangan minor dan pertengahan, masing-
σ3 σ2, sama dengan tekanan fluida. Tegangan utama (major principle stress), σ1,
diberikan oleh tekanan fluida dan tegangan aksial yang diberikan melalui piston. Tegangan
deviator, (σ1-σ3), adalah perbedaan antara tegangan utama major dan minor. Penampang sel
triaksial diperlihatkan pada gambar di bawah.
6
BUKU SAKU LAPANGAN
Jenis-jenis triaksial, berdasarkan kondisi drainase selama pemberian tekanan sel dan beban
aksial, adalah:
a. Tak Terkonsolidasi dan Tak Terdrainase,UU. Pada pengujian ini, tekanan sel diberikan
kepada benda uji dan tegangan deviator atau pembebanan geser diberikan segera setelah
tekanan sel stabil. Drainase tidak diizinkan selama pemberian tekanan sel (tegangan keliling)
dan drainase tidak diizinkan selama pemberian tegangan deviator.
b. Terkonsolidasi-TakTerdrainase,CU. Pada pengujian ini, drainase diizinkan selama pemberian
tegangan keliling dan sepenuhnya terkonsolidasi pada tegangan ini. Drainase tidak diizinkan
selama pemberian tegangan deviator.
c. Terkonsolidasi-Terdrainase,CD. Pada pengujian ini, drainase diizinkan, baik selama
pemberian tegangan keliling maupun tegangan deviator, sehingga benda uji terkonsolidasi
pada tegangan keliling dan tekanan pori berlebih tidak terjadi selama pembebanan geser.
Pemberian tegangan keliling (σ3) harus disesuaikan dengan tinggi bendungan, sebagai contoh:
Untuk bendungan setinggi 60 m dengan ɣn = 1,6 t/m3, maka tekanan lapangan (overburden), σ1
= 1,6 x 60 = 96 t/m2 atau 9,6 kg/cm2. Tekanan σ3 = K0 σ1, dimana K0 adalah coeffisien of earth
pressure at rest, biasanya K0 = 0,5 – 0,7 tergantung dari konsolidasi dan kepadatan dari material
timbunan zona inti.
Pada contoh ini, K0 diambil 0,6 dan pengujian dilakukan terhadap 3 benda uji, maka:
- Untuk benda uji 1, tekanan σ3 yang harus diberikan = 1/3 x 0,6 x 9,6 kg/cm2 = 1,92 kg/cm2
- Untuk benda uji 2, tekanan σ3 yang harus diberikan = 2/3 x 0,6 x 9,6 kg/cm2 = 3,84 kg/cm2
- Untuk benda uji 3, tekanan σ3 yang harus diberikan = 3/3 x 0,6 x 9,6 kg/cm2 = 5,76 kg/cm2
Ø’ α
’ ø’
dengan:
ø’ adalah sudut geser dalam efektif
’ adalah kohesi efektif
α adalah sudut yang diperoleh dari hasil regresi pada grafik p-q
a adalah konstanta dari grafik p-q yang memotong sumbu q
4. ZONA FILTER/TRANSISI
4.1 Uji Kepadatan dan Kelulusan Air Lapangan
Untuk lapisan pasir zona filter halus, uji kepadatan dan kelulusan air lapangan masih dapat
dilakukan menggunakan alat dan metoda yang sama dengan zona inti.
Untuk zona transisi (filter kasar),uji kepadatan di lapangan tergantung dari ukuran maksimum
butiran tanahnya, dapat menggunakan metoda penggantian air (water replacement), SNI 03-
6872-2002.
Untuk memperoleh kepadatan relatif (relative density, Dr) dari material filter/transisi tersebut
harus dibandingkan dengan ɣmin dan ɣmaks dari hasil uji meja getar di laboratorium lapangan.
D [ γ -γ γdmax-γd ] x γd x γ ]x 100%
dimana:
γ v urukan lukus air, t/m3
8
BUKU SAKU LAPANGAN
γ , 3
γ x laboratorium, t/m3
Yang perlu diperhatikan dalam pengujian ini adalah bahwa tekanan normal harus sesuai dengan
tinggi bendungan.
Contoh:
Untuk bendungan setinggi 50 m dengan ɣn = 1,7 t/m3, maka tekanan normal = 1,7 x 50 = 85 t/m2
atau 8,5 kg/cm2. Untuk memudahkan pengukuran di laboratorium dibulatkan 9 kg/cm2.
- Untuk benda uji 1, tekanan normal yang harus diberikan = 1/3 x 9 kg/cm2 = 3 kg/cm2.
9
BUKU SAKU LAPANGAN
- Untuk benda uji 2, tekanan normal yang harus diberikan = 2/3 x 9 kg/cm2 = 6 kg/cm2, dan
- Untuk benda uji 3, tekanan normal yang harus diberikan = 3/3 x 9 kg/cm2 = 9 kg/cm2
5. ZONA RANDOM
Untuk material random ini tidak ada kriteria yang jelas, baik dalam standar maupun pedoman.
Menurut penulis, material random ini dapat dibagi menjadi 2 katagori, yakni;
a) Material random yang didominasi material berbutir halus, bersifat semi kedap yang di
lapangan sering disebut sebagai random tanah.
b) Material random yang didominasi material berbutir kasar, bersifat free draining yang di
lapangan sering disebut sebagai random batu.
b) Uji kelulusan air di lapangan, menggunakan metoda uji yang dijelaskan pada lampiran.
c) Uji kuat geser dapat menggunakan triaksial CU dengan menggunakan diameter 10 cm.
Ukuran butiran maksimum benda uji sekitar 1 cm, sehingga kalau ukuran butiran maksimum
10
BUKU SAKU LAPANGAN
material ada yang lebih dari 1 cm, harus di-regraded terlebih dahulu. Pemberian tekanan
σ3) sesuai dengan tinggi bendungan, seperti yang telah dijelaskan.
Contoh prosedur perhitungan regradasi dari ukuran maksimum 75 mm ke ukuran 4,75 mm.
Gambar 14 Contoh regradasi dari contoh tanah dengan ukuran maksimum 75 mm (garis
merah) ke ukuran 4,75 mm (garis biru)
11
BUKU SAKU LAPANGAN
a) Uji kepadatan di laboratorium dapat menggunakan alat meja getar untuk memperoleh ɣmin
dan ɣmaks sebagai pembanding terhadap hasil uji kepadatan lapangan menggunakan water
replacement. Ukuran butiran maksimum yang boleh dimasukkan ke dalam mould meja getar
harus disesuaikan dengan ukuran mould, bila perlu, lakukan regraded terlebih dahulu. Bila
ukuran butiran batu cukup besar dan sulit di-regraded dan sullit diuji menggunakan meja
getar, pengujian untuk memperoleh ɣmin dan ɣmaks dapat dilakukan langsung di lapangan
seperti halnya material rockfill seperti dijelaskan di bawah.
b) Untuk uji kuat geser, dapat menggunakan alat uji Large Scale Direct Shear (LSDS) ukuran
50 x 50 x 40 cm, yang berarti ukuran maksimum yang boleh masuk ke dalam boks sekitar 6
– 8 cm. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada uji LSDS ini:
- Bila ukuran maksimum dari material ada yang lebih dari 8 cm, perlu dilakukan regradasi.
- Benda uji yang di-remoulded di laboratorium harus menggunakan alat pemadat khusus,
sehingga dapat menghasilkan kepadatan sesuai dengan kepadatan yang diinginkan.
- Tekanan normal yang digunakan sesuaikan dengan tinggi bendungan, seperti diuraikan
pada bab material pasir di atas.
- Pengujian dilakukan secara drained test dengan strain rate tertentu.
Alat uji kuat geser yang lebih baik untuk random batu (dan juga material rockfill) adalah
triaksial, minimum berdiamater 30 cm. Beberapa negara yang membangun bendungan
urukan batu membran beton atau concrete faced rockfill dam (CFRD) menggunakan tiaksial
batu berdiameter 30 cm – 50 cm. Keuntungan dari triaksial ini adalah dapat diberikannya
σ3) sesuai dengan kondisi dan tekanan lapangan. Kecuali nilai kuat geser,
dengan menggunakan triaksial, juga dapat diperoleh modulus elastisitas/deformasi untuk
12
BUKU SAKU LAPANGAN
analisis deformasi. Alat triaksial batu tersebut akan diuraikan pada bab material rockfill di
bawah.
Kontrol kepadatan terhadap material timbunan random batu dan timbunan batu (rockfill)
mempunyai peranan penting dalam kendali mutu saat pelaksanaan konstruksi. Tingkat
kepadatan yang tidak memenuhi kriteria akan berpengaruhi terhadap keamanan bendungan.
Di Indonesia, sampai saat ini belum ada pedomen atau standar pengujian-pengujian kepadatan
relatif, kuat geser dan modulus deformasi untuk material timbunan random dan timbunan batu.
Gambar 16 Pengujian kepadatan di lapangan untuk material timbunan batu dengan cara water
replacement
13
BUKU SAKU LAPANGAN
a. Cara 1:
(1) Peralatan:
- Peralatan uji kepadatan relatif skala besar terdiri dari: alat pemadat berupa mesin drum
dengan getaran (rolling machine smooth drum vibrating roller) seberat 15 - 20 ton, tergantung
dari jenis material batunya dan tinggi bendungan.
- Cincin (ring) besi/baja berdiameter 120 cm, tinggi 80 cm dan tebal 1,2 cm, mesin pengayak,
dan lain-lain.
- Alat Perata
(2) Prosedur:
- Tempatkan ring pada suatu paritan yang digali terlebih dahulu dengan lebar 2,5 m, panjang
15 m dan dalam 1,2 m.
- Padatkan dasar paritan menggunakan mesin penggilas, kemudian di sekeliling ring diisi
kembali dengan material yang propertiesnya sama dan kemudian dipadatkan menggunakan
mesin penggilas untuk memastikan bahwa ring betul-betul tertanam kuat pada tanah yang
dipadatkan, Gambar 17(a).
- Isi ring dalam kondisi urai (belum terpadatkan); saat pengisian material ke dalam ring harus
dihindari adanya getaran.
- Ketika material tanah telah penuh, permukaan ring diratakan dengan menggunakan alat
perata.
- Catat berat material yang dimasukkan ke dalam ring yang sebelumnya telah diketahui
volumenya, sehingga kepadatan minimum (ɣmin) dapat diketahui. Proses pengisian secara
urai tersebut dapat dilihat pada Gambar 17 (b).
- Pengujian dilanjutkan untuk memperoleh kepadatan maksimum (ɣmaks), ring diisi kembali
dengan material yang sama sampai permukaan tanah mencapai sekitar 20 cm di atas
permukaan ring, permukaan ring diratakan.
- Lakukan penggilasan dengan menggunakan alat penggilas yang sama dengan kecepatan
sekitar 2 km/jam dengan 25 gilasan, kemudian lakukan penggilasan mundur dan maju pada
setiap ring dengan kecepatan lebih rendah selama 15 menit.
- Pada proses pemadatan tersebut, material batu harus ditambahkan sedemikian rupa,
sehingga mesin penggilas tidak langsung kontak dengan permukaan ring baja, Gambar 17(c).
- Setelah penggilasan selesai, kelebihan tanah pada permukaan ring diratakan dengan alat
perata. Gali semua tanah dari dalam ring, timbang dan hitung kepadatan maksimumnya.
14
BUKU SAKU LAPANGAN
Gambar 17 Pengujian kepadatan minimum dan maksimum untuk material yang mempunyai 5
gradasi berbeda. (a) penempatan ring besi (b) menuangkan material batu kondisi urai untuk
memperoleh kepadatan minimum (c) kepadatan maksimum setelah dilakukan penggilasan
menggunakan alat pemadat 26 ton smooth drum vibrating roller, bendungan urukan batu
Yulongkashi di China dengan tinggi lebih dari 200 m (2016).
b. Cara 2:
Cara 2 ini adalah pendapat penulis sendiri berdasarkan cara 1 di atas, namun tidak menggunakan
ring besi. Caranya lebih sederhana, yakni:
- Seperti halnya trial embankment di lapangan, siapkan dan hamparkan material batu yang
digunakan hingga mencapai ketebalan sesuai dengan spesifikasinya. Gunakan alat
penghampar sekecil mungkin, sehingga material dalam kondisi urai.
- Lakukan pengujian kepadatan dengan cara water replacement untuk memperoleh kepadatan
minimum (ɣmin).
- Padatkan lapisan batu yang dihampar tersebut menggunakan alat pemadat dengan
penggetar seperti cara 1. Pemadatan dilakukan berturut-turut 15 gilasan, 20 gilasan, 25
gilasan sampai kepadatan maksimum (ɣmaks) tercapai.
2. Pengujian di lapangan: ukuran butiran material batu biasanya berkisar antara 60 – 80 cm,
sehingga perlu dilakukan pengujian skala besar di lapangan (in situ).
15
BUKU SAKU LAPANGAN
Penelitian terbaru oleh Dr.N.P.Honkanadavar , Divisional Head, Rockfill Technology, India (2015)
terhadap mekanisme efek skala dari material timbunan batu tergantung dari: metoda regradasi
atau scaling down, persyaratan pemadatan, properties partikel, dan lain sebagainya. Dengan
menggunakan model numerik mesoscopic, dilakukan pengujian kuat geser terhadap material
timbunan batu yang hasilnya menunjukkan bahwa dibandingkan dengan hasil pengujian
laboratorium parameter deformasi dari Duncan – Chang, yakni: k, n dan kb berkurang dengan
bertambahnya ukuran benda uji. Efek skala dari timbunan batu akan meningkat dengan
meningkatnya tekanan samping (lateral pressure) dan kuat geser. Meskipun demikian, pengujian
triaksial laboratorium dengan diameter 30 cm menunjukkan bahwa parameter deformasi
timbunan batu akan meningkat dengan meningkatnya ukuran benda uji.
Pada umumnya timbunan batu(rockfill) terdiri dari partikel berukuran besar. Untuk melakukan
pengujian kuat geser terhadap material sesuai dengan ukuran sebenarnya mengalami kesulitan.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan metoda scaling down. Teknik regraded yang sering
digunakan adalah teknik gradasi parallel (parallel gradation technique ,Lowe 1964); kurva gradasi
material digeser ke diameter yang lebih kecil 1/5 atau 1/6 diameter benda uji dan dibuat sejajar
terhadap gradasi material aslinya.
Gambar 18 Contoh teknik regradasi parallel material rockfill bendungan Koldam, India
16
BUKU SAKU LAPANGAN
Keuntungan dari uji triaksial dibandingkan dengan uji geser langsung (direct shear test) adalah
dapat meniru kondisi lapangan dengan memberikan tegangan samping σ3), sesuai dengan tinggi
bendungan.
17
BUKU SAKU LAPANGAN
Gambar 21 Hubungan tegangan dan regangan timbunan batu hasil uji triaksial
Pengujian kuat geser di lapangan (insitu testing), dilakukan seperti gambar di bawah. Suatu boks
berukuran 120 x 120 cm dengan kedalaman 80 cm digunakan untuk pengujian batu mengandung
partikel sampai ukuran 20 cm. Boks yang kosong ditekan (penetrasi) ke lapisan timbunan batu
(rockfill) yang telah dipadatkan dengan menggunakan dongkrak hidraulis (hydraulic jack)
kapasitas 50 – 100 ton pada suatu platform pembeban melalui suatu paritan, seperti Gambar 22.
18
BUKU SAKU LAPANGAN
Pengukuran pergerakan di lakukan dengan menggunakan dial gauges dengan ketelitian 0,001
mm. Pengujian dilakukan pada tiga titik uji untuk memperoleh parameter kuat geser.
Gambar 23 Insitu direct shear untuk timbunan batu dengan partikel ukuran 20 cm (Jain and
Gupta, 1974)
19
BUKU SAKU LAPANGAN
LAMPIRAN
Untuk zona random yang banyak mengandung lapisan berbutir halus (lempung) yang bersifat
semi porus, metode permeameter silinder di bawah perlu dipertimbangkan.
2) Prosedur
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut
a) Gali sumuran persegi ukuran 1 x 1 m2 dengan kedalaman disesuaikan dengan lapisan tanah
yang akan diuji dan ratakan permukaan tanah dasar galian yang akan diuji seluas 450 mm2.
b) Masukkan/tusukkan secara vertikal silinder uji kepermukaan yang telah diratakan sedalam
150 mm, jaga tanah yang akan diuji jangan sampai rusak. Untuk mencegah keluarnya air dari
sekeliling sisi silinder, padatkan tanah sekitar silinder dengan hati-hati, baik di bagian luar
maupu bagian dalam silinder.
c) Tambahkan lapisan pasir kasar yang seragam pada permukaan tanah setebal 20 mm, untuk
mencegah rusaknya permukaan selama pengujian nantinya (kalau perlu).
d) Pasang 4 pipa tensiometer dengan interval yang sama di sekeliling luar siinder, pada jarak
100 mm dari tepi silinder dan sedalam 230 mm di bawah permukaan dasar sumuran/di dalam
silinder. Tambahkan dengan campuran tanah-bentonit di sekeliling tensiometer dan
padatkan, untuk mencegah kebocoran.
e) Pasang dan stel pelampung sedemikian rupa untuk menjaga tinggi tekanan konstan (consant
head) setinggi 150 mm dan sambungkan dengan tanki air yang telah dikalibrasi sebelumnya.
20
BUKU SAKU LAPANGAN
f) Isi silinder dengan air sampai mencapai kedalaman 150 mm dan buka katup pelampung (lihat
gambar di bawah). Jaga isi sumuran sekeliling silinder sedalam 150 mm dan jaga
permukaannya dalam kondisi tetap.
g) Catat dengan interval waktu yang teratur, volume aliran air dari tanki suplai air, pembacaan
tensiometer, banyak air yang dan temperatur/suhu air.
h) Lanjutkan pengujian sampai tensiometer mengindikasikan adanya tekanan nol (zero tension)
dan air mengalir melalui lapisan tanah yang diuji dengan laju yang tetap.
3) Perhitungan
Laju aliran q dihitung untuk setiap interval waktu yang dikonversikan terhadap laju aliran pada
temperatur standar 27°C, yakni mengalikan laju yang dihitung dengan rasio viskositas pada
temperatur saat pengujian terhadap viskositas pada 27°C.
Koefisien permeabilitas (konduktivitas hidraulik), k dihitung berdasarkan hukum Darcy, yakni:
qL
k = (cm/s)
A.H
dimana :
q = Laju aliran (cm3/s)
L = Panjang kolom tanah di dalam silinder (15 cm).
H = Tinggi muka air di dalam silinder di atas dasar (cm)
A = Luas silinder (cm2).
21
BUKU SAKU LAPANGAN
Catatan :
1) Metoda pengujian ini adalah sesuai untuk mengukur komponen konduktivitas hidraulik dari tanah yang
mempunyau permeabilitas rendah. Keberadaan muka air tanah atau lapisan di bawahnya yang
permeabilitasnya rendah akan menghasilkan tekanan positif di dalam tensiometer, yang menjadikan
pengujian tidak berlaku. Metoda untuk melepaskan tekanan positif tersebut adalah dengan membuat
lubang-lubang bor tangan sekitar 250 mm dari tepi silinder. Dengan adanya material lulus air
(permeable) yang cukup dalam, tensiometer tidak dapat mengindikasikan tekanan nol di bawah zona
uji.
2) Pengujian ini memerlukan air dalam jumlah besar, waktu yang lama dan tidak dapat digunakan untuk
lapisan batuan atau lapisan kerikilan kasar yang bersifat free drain (sangat porus), untuk material
tanah random yang mengandung lempung (semi kedap), cara ini mungkin dapat diterapkan dengan
beberapa modifikasi.
22