Anda di halaman 1dari 22

BUKU SAKU LAPANGAN

PENGUJIAN LABORATORIUM DAN LAPANGAN KENDALI MUTU PELAKSANAAN


KONSTRUKSI, BEBERAPA CATATAN SIDANG TEKNIK

1. PENDAHULUAN
Keamanan dan kinerja yang memuaskan dari suatu bendungan urukan memerlukan
pengawasan/supervisi, pemeriksaan/inspeksi yang cermat dan pengujian-pengujian
pengendalian yang memadai dan kompeten. Direksi sebagai wakil dari pengelola/pemilik
bendungan harus bekerja sama dan berkoordinasi dengan konsultan supervisi serta menyiapkan
petunjuk kepada kontraktor, apabila kondisi yang tidak terprediksi ditemui selama pelaksanaan
konstruksi.

Pengendalian mutu pelaksanaan konstruksi suatu bendungan urukan memegang peranan


penting dalam pembangunan bendungan urukan, untuk memastikan bahwa asumsi dan
parameter desain dapat dicapai saat pelaksanaan konstruksi, sehingga bendungan dalam kondisi
aman dan siap untuk dilakukan pengisian awal dan pengoperasiannya.

Beberapa bendungan urukan menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang memerlukan perbaikan


yang mahal, akibat pelaksanaan konstruksi yang buruk atau kondisi buruk lainnya yang tidak
terduga. Kondisi tak terduga tersebut dapat dideteksi dan dikoreksi secara dini dengan
melakukan pengawasan yang cermat dan ketat saat melaksanakan pekerjaan-pekerjaan:
persiapan fondasi dan tumpuan, penggalian, pelaksanaan penimbunan, adanya pergerakan
timbunan dan fondasi serta rembesan yang terjadi.

Pelaksanaan penimbunan dan pamadatan harus dicatat dengan detil dan didokumentasikan
dengan baik.. Persiapan penyusunan laporan akhir pelaksanaan (completion report) dan hasil uji
mutu adalah merupakan aspek penting dari pengendalian pekerjaan di lapangan.

2. UJI MUTU
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji pengendalian pelaksanaan konstruksi
adalah sebagai berikut.
1) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap uji mutu dan spesifikasi kontrak yang
memberikan persyaratan untuk organisasi uji mutu kontraktor, kualifikasi personel, fasilitas
dan jenis-jenis uji serta laporan data uji dan inspeksi. Unit inspeksi lapangan proyek
bertanggung jawab atas penerimaan pekerjaan secara lengkap dan mempunyai personel yang
sesuai dengan keahlian di bidangnya untuk melakukan kegiatan berikutnya.

2) Pelaksanaan uji mutu dapat membantu kontraktor dalam hal mengendalikan mutu
pelaksanaan konstruksi, khususnya untuk persyaratan hasil uji batas-batas kadar air, sifat
konsistensi tanah (batas cair, batas plastis, indeks plastisitas, batas susut) dan gradasi
material tanah. Pengawas lapangan atau konsultan harus mengawasi dan memeriksa

1
BUKU SAKU LAPANGAN

prosedur pelaksanaan konstruksi yang telah ditentukan serta prosedur pengujian untuk
menjamin agar hasilnya sesuai dengan desain dan spesifikasi yang telah ditentukan.
3) Petugas pemeriksa/inspeksi proyek bertanggung jawab terhadap kegiatan inspeksi dalam
pelaksanaan penimbunan dan pemadatan, agar dapat menghasilkan propertis sesuai dengan
asumsi dan kriteria desain serta spesifikasi yang telah ditentukan.

Untuk menjamin bahwa hasil pemadatan telah memenuhi spesifikasi desain, selama
pelaksanaan penimbunan harus selalu dilakukan kendali mutu (quality control) terhadap hasil
pemadatan. Masing-masing zona timbunan memiliki spesifikasi dan fungsi yang berbeda.

3. ZONA INTI (TANAH BERBUTIR HALUS)


Uji rutin (kadar air, gradasi, batas-batas Atterberg dan uji mekanikal lainnya) serta uji
kepadatan.dilakukan di lokasi yang telah ditetapkan dalam program, untuk setiap 750 m3 ~ 2.000
m3 material yang telah dipadatkan, bahkan dapat lebih sering pada pekerjaan timbunan yang
sempit dengan volume sedikit. Demikian pula pada lapis pertama/diatas pondasi, uji harus lebih
sering dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa pemadatannya dilakukan dengan baik, terutama
pada kontak permukaan pondasi yang merupakan daerah sangat penting.

Uji khusus dan pengambilan contoh tanah tak terganggu untuk memperoleh sifat-sifat teknik
(engineering properties) harus dilakukan sesuai dengan pedoman dan standar; lokasi
pengambilan harus ditentukan atas petunjuk tenaga ahli desain dan sesuai program. Sebagai
petunjuk praktis frekuensi pengambilan contoh adalah: satu contoh tabung (sample) untuk setiap
20.000 m3 dan setiap 20.000~35.000 m3 urukan diluar zona inti.

3.1 Uji Kepadatan Lapangan


Uji kepadatan di lapangan dapat dilakukan menggunakan alat uji kepadatan sand cone
replacement dan penetrometer serta moisture tester seperti gambar di bawah. Perlu diperhatikan
bahwa kadar air yang diperoleh dari alat moisture tester harus dibandingkan dengan
menggunakan alat pengering oven di laboratorium lapangan. Prosedur pengujian kepadatan
lapangan mengikuti SNI 03-2828-1992 b.

15 January 2009 ZAINUDDIN 124

Gambar 1 Contoh alat uji kepadatan sand cone replacement (kiri) dan penetrometer dan
moisture tester (kanan) untuk tanah berbutir halus

2
BUKU SAKU LAPANGAN

Hasil uji kepadatan lapangan dibandingkan dengan kepadatan kering maksimum dari uji
laboratorium lapangan standard proctor, untuk memperoleh tingkat kepadatan (D).

3.2 Uji Kelulusan Air Lapangan


Untuk memperoleh koefisien permeabilitas (k) dapat dilakukan uji kelulusan air di lapangan
dengan cara sebagai berikut di bawah. Pengujian dilakukan melalui lubang bor dangkal, sedalam
antara 3-4 m terhadap lapisan tanah yang telah dipadatkan.

Gambar 2 Metoda pengujian permeabilitas lapangan


Catatan:
1) Pertama kali, lakukan uji falling head (b) terlebih dahulu seperti gambar di atas,
Kemudian, angkat pipa lindung (casing) sehingga memenuhi syarat seperti gambar di
atas.
2) Dengan metoda uji falling head ini yang diperoleh adalah kv saja.
3) Kemudian angkat pipa lindung (casing) dengan cara memutar ke atas dengan hati-hati,
sehingga diperoleh panjang uji yang sesuai, untuk melakukan uji constant head (a), hati-
hati jangan sampai terjadi kebocoran antara dinding lubang bor dengan pipa lindung.
4) Dengan metoda uji constant head tersebut dapat diperoleh parameter “k” sebagai fungsi
dari kv dan kh.
5) Dengan persamaan k2 = kv2 x kh2, dimana kv telah diketahui, sehingga kh dapat dihitung.

3
BUKU SAKU LAPANGAN

6) Hasil pengujian kv dan kh tersebut digunakan dalam analisis rembesan, sesuai dengan
kondisi aktual di lapangan.

Perlu diperhatikan bahwa:


a) Parameter yang diperoleh dari uji kelulusan air di laboratorium, adalah kv, yakni koefisien
permeabilitas arah vertical saja. Parameter kv tersebut digunakan untuk analisis rembesan
pada tahap desain (sebelum bendungan dibangun), dimana kh diasumsikan sekitar 5 – 10 kv.
b) Sedangkan pada uji permeabilitas di lapangan saat konstruksi, dengan melakukan metoda
pengujian di atas dapat diperoleh parameter kv dan kh yang digunakan untuk analisis
rembesan selesai konstruksi sebelum impounding.

3.3 Uji Kuat Geser


Untuk memperoleh parameter kuat geser (kohesi, c, dan sudut geser dalam, ø, dilakukan dengan
mengambil contoh tanah tak terganggu (undisturbed samples) menggunakan tabung contoh.
Tabung contoh harus terbuat dari metal tahan karat dan memenuhi persyaratan rasio diameter
serta ujung bawah yang tajam, sebagai berikut di bawah.

Gambar 3 Persyaratan tabung contoh tanah

Tabung contoh harus memenuhi syarat terhadap rasio luas dan rasio diameter dalam yaitu :

D2 − D1
2 2

a) Rasio luas (%), Ca = 2


x100 %  10 − 15%
D1

D3 − D1
b) Rasio diameter dalam, Ci = x100%  0,5 − 1,0%
D1
Dimana :

D1 = diameter dalam dari ujung pisau pemotong,

D2 = diameter luar terbesar,

D3 = diameter dalam
H

4
BUKU SAKU LAPANGAN

Pengambilan contoh tanah menggunakan tabung contoh sebaiknya menggunakan dongkrak


hidraulik dengan beban pemberat alat berat (tidak boleh dipukul). Tabung contoh ditekan
menggunakan dongkrak hidraulik dengan laju penetrasi 1 cm/detik.

Gambar 4 Teknik pengambilan contoh tanah, tabung ditusuk secara hidraulik menggunakan
dongkrak dengan beban pemberat eksvacator (bendungan Semantok, 2020)

Cara lain untuk mengambil contoh tanah tak terganggu adalah dengan menggunakan kotak/blok
tanah (block samples) berbentuk kubus terbuat dari papan kayu berukuran 35 x 35 x 35 cm,
seperti foto di bawah.

Gambar 6 Pengambilan contoh tanah tak terganggu menggunakan block samples

5
BUKU SAKU LAPANGAN

Untuk mengurangi terganggunya contoh tanah selama pengangkutan/transportasi, tabung harus


disusun dalam suatu peti yang dilengkapi dengan bahan peredam goncangan (busa atau
styrofoam), seperti gambar di bawah.

Gambar 7 Tabung contoh yang ditutup dengan parafin (kiri) dan tampak atas,cara
pengepakan tabung contoh

Dari sejumlah tabung contoh yang diambil dari lapangan, lakukan uji tekan triaksial CUBP
sebanyak 80% dari jumlah tabung dan sisanya 20% untuk memperoleh parameter kuat geser
dan modulus elastisitas guna analisis stabilitas lereng dan analisis deformasi.

Pada uji tekan triaksial, benda uji silinder dibungkus dengan membran karet dan diletakkan dalam
sel triaksial dimana benda uji diberi tekanan fluida. Kemudian diberikan tekanan aksial ,σ1, ,
sampai terjadi.keruntuhan Pada kondisi tersebut, tegangan minor dan pertengahan, masing-
σ3 σ2, sama dengan tekanan fluida. Tegangan utama (major principle stress), σ1,
diberikan oleh tekanan fluida dan tegangan aksial yang diberikan melalui piston. Tegangan
deviator, (σ1-σ3), adalah perbedaan antara tegangan utama major dan minor. Penampang sel
triaksial diperlihatkan pada gambar di bawah.

Gambar 8 Diagramatik Alat uji triaksial

6
BUKU SAKU LAPANGAN

Jenis-jenis triaksial, berdasarkan kondisi drainase selama pemberian tekanan sel dan beban
aksial, adalah:
a. Tak Terkonsolidasi dan Tak Terdrainase,UU. Pada pengujian ini, tekanan sel diberikan
kepada benda uji dan tegangan deviator atau pembebanan geser diberikan segera setelah
tekanan sel stabil. Drainase tidak diizinkan selama pemberian tekanan sel (tegangan keliling)
dan drainase tidak diizinkan selama pemberian tegangan deviator.
b. Terkonsolidasi-TakTerdrainase,CU. Pada pengujian ini, drainase diizinkan selama pemberian
tegangan keliling dan sepenuhnya terkonsolidasi pada tegangan ini. Drainase tidak diizinkan
selama pemberian tegangan deviator.
c. Terkonsolidasi-Terdrainase,CD. Pada pengujian ini, drainase diizinkan, baik selama
pemberian tegangan keliling maupun tegangan deviator, sehingga benda uji terkonsolidasi
pada tegangan keliling dan tekanan pori berlebih tidak terjadi selama pembebanan geser.

Pemberian tegangan keliling (σ3) harus disesuaikan dengan tinggi bendungan, sebagai contoh:
Untuk bendungan setinggi 60 m dengan ɣn = 1,6 t/m3, maka tekanan lapangan (overburden), σ1
= 1,6 x 60 = 96 t/m2 atau 9,6 kg/cm2. Tekanan σ3 = K0 σ1, dimana K0 adalah coeffisien of earth
pressure at rest, biasanya K0 = 0,5 – 0,7 tergantung dari konsolidasi dan kepadatan dari material
timbunan zona inti.

Pada contoh ini, K0 diambil 0,6 dan pengujian dilakukan terhadap 3 benda uji, maka:
- Untuk benda uji 1, tekanan σ3 yang harus diberikan = 1/3 x 0,6 x 9,6 kg/cm2 = 1,92 kg/cm2
- Untuk benda uji 2, tekanan σ3 yang harus diberikan = 2/3 x 0,6 x 9,6 kg/cm2 = 3,84 kg/cm2
- Untuk benda uji 3, tekanan σ3 yang harus diberikan = 3/3 x 0,6 x 9,6 kg/cm2 = 5,76 kg/cm2

Untuk memudahkan pengukuran tekanan di laboratorium, maka σ3 yang diberikan adalah


berturut-turut 2,0 kg/cm2, 4,0 kg/cm2 dan 6 kg/cm2. Penentuan parameter kuat geser dapat
dilakukan dengan melakukan analisis statistik best fitted least square atau stress paths seperti
gambar di bawah.

Gambar 9 Diagram p-q hasil uji triaksial CU (DPMA, 1988)


7
BUKU SAKU LAPANGAN

Ø’ α
’ ø’
dengan:
ø’ adalah sudut geser dalam efektif
’ adalah kohesi efektif
α adalah sudut yang diperoleh dari hasil regresi pada grafik p-q
a adalah konstanta dari grafik p-q yang memotong sumbu q

USACE Practice, EM 1110-2-1902 (2003), merekomendasikan penentuan kuat geser


berdasarkan selubung keruntuhan rata-rata antara selubung keruntuhan uji triaksial R (CU) dan
selubung keruntuhan uji triaksial S (CD), seperti gambar di bawah.

Gambar 10 Garis selubung desain untuk kondisi steady seepage (USACE)

4. ZONA FILTER/TRANSISI
4.1 Uji Kepadatan dan Kelulusan Air Lapangan
Untuk lapisan pasir zona filter halus, uji kepadatan dan kelulusan air lapangan masih dapat
dilakukan menggunakan alat dan metoda yang sama dengan zona inti.

Untuk zona transisi (filter kasar),uji kepadatan di lapangan tergantung dari ukuran maksimum
butiran tanahnya, dapat menggunakan metoda penggantian air (water replacement), SNI 03-
6872-2002.

Untuk memperoleh kepadatan relatif (relative density, Dr) dari material filter/transisi tersebut
harus dibandingkan dengan ɣmin dan ɣmaks dari hasil uji meja getar di laboratorium lapangan.

D [ γ -γ γdmax-γd ] x γd x γ ]x 100%

dimana:
γ v urukan lukus air, t/m3

8
BUKU SAKU LAPANGAN

γ , 3
γ x laboratorium, t/m3

Gambar 11 Alat Meja Getar di Laboratorium


4.2 Uji Kuat Geser
Parameter kuat geser material filter dan material transisi (bila ukuran maksimum memenuhi)
dapat diperoleh dengan menggunakan pengujian geser langsung di laboratorium, boks benda uji
berukuran 65 mm x 65 mm dengan tinggi 25 mm. Beban normal maksimum yang diberikan pada
benda uji, tergantung dari rasio lengan beban yang ada pada alat, biasanya rasionya antara 1 :
5 hingga 1: 10, sehingga mampu memberikan tekanan normal maksimum 8 kg/cm2.

Gambar 12 Alat uji geser langsung di laboratorium

Yang perlu diperhatikan dalam pengujian ini adalah bahwa tekanan normal harus sesuai dengan
tinggi bendungan.

Contoh:
Untuk bendungan setinggi 50 m dengan ɣn = 1,7 t/m3, maka tekanan normal = 1,7 x 50 = 85 t/m2
atau 8,5 kg/cm2. Untuk memudahkan pengukuran di laboratorium dibulatkan 9 kg/cm2.

Bila pengujian dilakukan terhadap 3 benda uji, maka:

- Untuk benda uji 1, tekanan normal yang harus diberikan = 1/3 x 9 kg/cm2 = 3 kg/cm2.

9
BUKU SAKU LAPANGAN

- Untuk benda uji 2, tekanan normal yang harus diberikan = 2/3 x 9 kg/cm2 = 6 kg/cm2, dan
- Untuk benda uji 3, tekanan normal yang harus diberikan = 3/3 x 9 kg/cm2 = 9 kg/cm2

5. ZONA RANDOM
Untuk material random ini tidak ada kriteria yang jelas, baik dalam standar maupun pedoman.
Menurut penulis, material random ini dapat dibagi menjadi 2 katagori, yakni;
a) Material random yang didominasi material berbutir halus, bersifat semi kedap yang di
lapangan sering disebut sebagai random tanah.
b) Material random yang didominasi material berbutir kasar, bersifat free draining yang di
lapangan sering disebut sebagai random batu.

5.1 Random Tanah


Untuk material random tanah, uji kepadatan dan kelulusan air dapat dilakukan seperti material
berbutir halus (zona inti), yakni:
a) Uji kepadatan di laboratorium menggunakan proctor dengan mould yang diameternya 15 cm
atau lebih, sebagai pembanding hasil uji kepadatan lapangan. Ukuran butiran yang boleh
dimasukkan ke dalam mould sekitar 1/8 diameter mould. Kalau ukuran butiran maksimum
material ada yang lebih dari ketentuan tersebut, harus di-regraded terlebih dahulu.
Persyaratan kepadatan 95 % MDD dan kadar air - 1% ≤ OMC ≤ + 3%, z
inti.

Gambar 13 Pemadatan di laboratorium Proctor dan kurva hasilnya

b) Uji kelulusan air di lapangan, menggunakan metoda uji yang dijelaskan pada lampiran.
c) Uji kuat geser dapat menggunakan triaksial CU dengan menggunakan diameter 10 cm.
Ukuran butiran maksimum benda uji sekitar 1 cm, sehingga kalau ukuran butiran maksimum

10
BUKU SAKU LAPANGAN

material ada yang lebih dari 1 cm, harus di-regraded terlebih dahulu. Pemberian tekanan
σ3) sesuai dengan tinggi bendungan, seperti yang telah dijelaskan.

Contoh prosedur perhitungan regradasi dari ukuran maksimum 75 mm ke ukuran 4,75 mm.

Tabel 1 Contoh perhitungan regradasi

Gambar 14 Contoh regradasi dari contoh tanah dengan ukuran maksimum 75 mm (garis
merah) ke ukuran 4,75 mm (garis biru)

5.2 Random Batu


Untuk material random batu, uji kepadatan dan kelulusan air dapat kita perlakukan seperti halnya
material berbutir kasar.

11
BUKU SAKU LAPANGAN

a) Uji kepadatan di laboratorium dapat menggunakan alat meja getar untuk memperoleh ɣmin
dan ɣmaks sebagai pembanding terhadap hasil uji kepadatan lapangan menggunakan water
replacement. Ukuran butiran maksimum yang boleh dimasukkan ke dalam mould meja getar
harus disesuaikan dengan ukuran mould, bila perlu, lakukan regraded terlebih dahulu. Bila
ukuran butiran batu cukup besar dan sulit di-regraded dan sullit diuji menggunakan meja
getar, pengujian untuk memperoleh ɣmin dan ɣmaks dapat dilakukan langsung di lapangan
seperti halnya material rockfill seperti dijelaskan di bawah.
b) Untuk uji kuat geser, dapat menggunakan alat uji Large Scale Direct Shear (LSDS) ukuran
50 x 50 x 40 cm, yang berarti ukuran maksimum yang boleh masuk ke dalam boks sekitar 6
– 8 cm. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada uji LSDS ini:
- Bila ukuran maksimum dari material ada yang lebih dari 8 cm, perlu dilakukan regradasi.
- Benda uji yang di-remoulded di laboratorium harus menggunakan alat pemadat khusus,
sehingga dapat menghasilkan kepadatan sesuai dengan kepadatan yang diinginkan.
- Tekanan normal yang digunakan sesuaikan dengan tinggi bendungan, seperti diuraikan
pada bab material pasir di atas.
- Pengujian dilakukan secara drained test dengan strain rate tertentu.

Gambar 15 Alat uji LSDS ukuran 50 x 50 x 40 cm di lapangan, bendungan Sadawarna


(2021) yang mampu memberikan tekanan normal lebih dari 15 kg/cm2

Alat uji kuat geser yang lebih baik untuk random batu (dan juga material rockfill) adalah
triaksial, minimum berdiamater 30 cm. Beberapa negara yang membangun bendungan
urukan batu membran beton atau concrete faced rockfill dam (CFRD) menggunakan tiaksial
batu berdiameter 30 cm – 50 cm. Keuntungan dari triaksial ini adalah dapat diberikannya
σ3) sesuai dengan kondisi dan tekanan lapangan. Kecuali nilai kuat geser,
dengan menggunakan triaksial, juga dapat diperoleh modulus elastisitas/deformasi untuk

12
BUKU SAKU LAPANGAN

analisis deformasi. Alat triaksial batu tersebut akan diuraikan pada bab material rockfill di
bawah.

6. ZONA URUKAN BATU (ROCKFILL)


6.1 Umum
Hampir semua bendungan-bendungan urukan batu mempunyai kelemahan dalam menentukan
parameter-parameter penting yang menyangkut keamanan bendungan, antara lain tingkat
kepadatan relatif (relative density), kuat geser, modulus deformasi, dan lain-lain.

Kontrol kepadatan terhadap material timbunan random batu dan timbunan batu (rockfill)
mempunyai peranan penting dalam kendali mutu saat pelaksanaan konstruksi. Tingkat
kepadatan yang tidak memenuhi kriteria akan berpengaruhi terhadap keamanan bendungan.

Di Indonesia, sampai saat ini belum ada pedomen atau standar pengujian-pengujian kepadatan
relatif, kuat geser dan modulus deformasi untuk material timbunan random dan timbunan batu.

6.2 Uji Kepadatan


Untuk material random batu dan material urukan batu, pengujian untuk memperoleh kepadatan
di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan water replacement, seperti gambar di bawah.
Uji lapangan ini sudah lazim dan banyak dilakukan di Indonesia.

Gambar 16 Pengujian kepadatan di lapangan untuk material timbunan batu dengan cara water
replacement

K ɣmin ɣmaks untuk memperoleh


kepadatan relatif (DR). Untuk urukan batu biasanya DR antara 85 – 90%. Untuk ɣmin
ɣmaks urukan batu ini menggunakan meja getar sulit dilakukan karena keterbatasan dari
ukuran mould 30 J ɣmin ɣmaks ini dapat dilakukan
uji langsung di lapangan, sebagai berikut.

13
BUKU SAKU LAPANGAN

a. Cara 1:
(1) Peralatan:

- Peralatan uji kepadatan relatif skala besar terdiri dari: alat pemadat berupa mesin drum
dengan getaran (rolling machine smooth drum vibrating roller) seberat 15 - 20 ton, tergantung
dari jenis material batunya dan tinggi bendungan.

- Cincin (ring) besi/baja berdiameter 120 cm, tinggi 80 cm dan tebal 1,2 cm, mesin pengayak,
dan lain-lain.

- Alat Perata

- Timbangan skala besar.

(2) Prosedur:

- Tempatkan ring pada suatu paritan yang digali terlebih dahulu dengan lebar 2,5 m, panjang
15 m dan dalam 1,2 m.

- Padatkan dasar paritan menggunakan mesin penggilas, kemudian di sekeliling ring diisi
kembali dengan material yang propertiesnya sama dan kemudian dipadatkan menggunakan
mesin penggilas untuk memastikan bahwa ring betul-betul tertanam kuat pada tanah yang
dipadatkan, Gambar 17(a).

- Isi ring dalam kondisi urai (belum terpadatkan); saat pengisian material ke dalam ring harus
dihindari adanya getaran.

- Ketika material tanah telah penuh, permukaan ring diratakan dengan menggunakan alat
perata.

- Catat berat material yang dimasukkan ke dalam ring yang sebelumnya telah diketahui
volumenya, sehingga kepadatan minimum (ɣmin) dapat diketahui. Proses pengisian secara
urai tersebut dapat dilihat pada Gambar 17 (b).

- Pengujian dilanjutkan untuk memperoleh kepadatan maksimum (ɣmaks), ring diisi kembali
dengan material yang sama sampai permukaan tanah mencapai sekitar 20 cm di atas
permukaan ring, permukaan ring diratakan.

- Lakukan penggilasan dengan menggunakan alat penggilas yang sama dengan kecepatan
sekitar 2 km/jam dengan 25 gilasan, kemudian lakukan penggilasan mundur dan maju pada
setiap ring dengan kecepatan lebih rendah selama 15 menit.

- Pada proses pemadatan tersebut, material batu harus ditambahkan sedemikian rupa,
sehingga mesin penggilas tidak langsung kontak dengan permukaan ring baja, Gambar 17(c).

- Setelah penggilasan selesai, kelebihan tanah pada permukaan ring diratakan dengan alat
perata. Gali semua tanah dari dalam ring, timbang dan hitung kepadatan maksimumnya.

14
BUKU SAKU LAPANGAN

Gambar 17 Pengujian kepadatan minimum dan maksimum untuk material yang mempunyai 5
gradasi berbeda. (a) penempatan ring besi (b) menuangkan material batu kondisi urai untuk
memperoleh kepadatan minimum (c) kepadatan maksimum setelah dilakukan penggilasan
menggunakan alat pemadat 26 ton smooth drum vibrating roller, bendungan urukan batu
Yulongkashi di China dengan tinggi lebih dari 200 m (2016).

b. Cara 2:
Cara 2 ini adalah pendapat penulis sendiri berdasarkan cara 1 di atas, namun tidak menggunakan
ring besi. Caranya lebih sederhana, yakni:
- Seperti halnya trial embankment di lapangan, siapkan dan hamparkan material batu yang
digunakan hingga mencapai ketebalan sesuai dengan spesifikasinya. Gunakan alat
penghampar sekecil mungkin, sehingga material dalam kondisi urai.
- Lakukan pengujian kepadatan dengan cara water replacement untuk memperoleh kepadatan
minimum (ɣmin).
- Padatkan lapisan batu yang dihampar tersebut menggunakan alat pemadat dengan
penggetar seperti cara 1. Pemadatan dilakukan berturut-turut 15 gilasan, 20 gilasan, 25
gilasan sampai kepadatan maksimum (ɣmaks) tercapai.

6.3 Uji Kuat Geser


a. Triaksial Skala Besar
Pada bendungan urukan batu yang cukup tinggi, pengujian kuat geser dilakukan dengan
menggunakan alat geser skala besar di laboratorium lapangan dan pengujian geser in-situ
dengan mempertimbangkan efek skala.
1. Pengujian laboratorium skala besar: menggunakan triaksial berdiameter minimal 30 cm dan
hasilnya dianalisis untuk memperoleh: hubungan tegangan-regangan, karakteristik kuat
geser, efek skala, kerusakan butiran (grain breakage), perilaku deformasi rayapan (creep
deformation), dan lain-lain. Untuk mempelajari pengaruh skala dapat dilakukan dengan
menggunakan triaksial kapasitas 1.500 ton dengan diameter dari 30 cm hingga 100 cm.

2. Pengujian di lapangan: ukuran butiran material batu biasanya berkisar antara 60 – 80 cm,
sehingga perlu dilakukan pengujian skala besar di lapangan (in situ).

15
BUKU SAKU LAPANGAN

Penelitian terbaru oleh Dr.N.P.Honkanadavar , Divisional Head, Rockfill Technology, India (2015)
terhadap mekanisme efek skala dari material timbunan batu tergantung dari: metoda regradasi
atau scaling down, persyaratan pemadatan, properties partikel, dan lain sebagainya. Dengan
menggunakan model numerik mesoscopic, dilakukan pengujian kuat geser terhadap material
timbunan batu yang hasilnya menunjukkan bahwa dibandingkan dengan hasil pengujian
laboratorium parameter deformasi dari Duncan – Chang, yakni: k, n dan kb berkurang dengan
bertambahnya ukuran benda uji. Efek skala dari timbunan batu akan meningkat dengan
meningkatnya tekanan samping (lateral pressure) dan kuat geser. Meskipun demikian, pengujian
triaksial laboratorium dengan diameter 30 cm menunjukkan bahwa parameter deformasi
timbunan batu akan meningkat dengan meningkatnya ukuran benda uji.

Pada umumnya timbunan batu(rockfill) terdiri dari partikel berukuran besar. Untuk melakukan
pengujian kuat geser terhadap material sesuai dengan ukuran sebenarnya mengalami kesulitan.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan metoda scaling down. Teknik regraded yang sering
digunakan adalah teknik gradasi parallel (parallel gradation technique ,Lowe 1964); kurva gradasi
material digeser ke diameter yang lebih kecil 1/5 atau 1/6 diameter benda uji dan dibuat sejajar
terhadap gradasi material aslinya.

Gambar 18 Contoh teknik regradasi parallel material rockfill bendungan Koldam, India

16
BUKU SAKU LAPANGAN

Keuntungan dari uji triaksial dibandingkan dengan uji geser langsung (direct shear test) adalah
dapat meniru kondisi lapangan dengan memberikan tegangan samping σ3), sesuai dengan tinggi
bendungan.

Gambar 19 Alat uji triaksial material timbunan batu

Gambar 20 Penentuan parameter kuat geser berdasarkan stress path, p vs q

17
BUKU SAKU LAPANGAN

Gambar 21 Hubungan tegangan dan regangan timbunan batu hasil uji triaksial

b. Large Scale Direct Shear (LSDS)


Penentuan kuat geser di laboratorium di Indonesia biasanya dilakukan dengan menggunakan
alat uji geser Large Scale Direct Shear (LSDS) dengan ukuran boks 50 x 50 x 40 cm dan
berukuran 125 x 125 x 60 cm di laboratorium, namun alat-alat tersebut mempunyai keterbatasan,
yakni dalam hal pemberian tekanan normal maksimum yang hanya sebesar 3 kg/cm2. Pengujian
geser insitu skala besar langsung di lapangan (insitu large scale shear testing) jarang dilakukan
dengan pertimbangan beaya yang mahal.

Gambar 22 Peralatan uji geser skala besar 125 x 125 x 60 cm

c. Uji Kuat Geser In-situ


Disamping pengujian di laboratorium, dikenal juga uji geser langsung skala besar di lapangan
(insitu testing). Pengujian di lapangan ini jarang dilakukan di Indonesia, karena beayanya yang
cukup besar.

Pengujian kuat geser di lapangan (insitu testing), dilakukan seperti gambar di bawah. Suatu boks
berukuran 120 x 120 cm dengan kedalaman 80 cm digunakan untuk pengujian batu mengandung
partikel sampai ukuran 20 cm. Boks yang kosong ditekan (penetrasi) ke lapisan timbunan batu
(rockfill) yang telah dipadatkan dengan menggunakan dongkrak hidraulis (hydraulic jack)
kapasitas 50 – 100 ton pada suatu platform pembeban melalui suatu paritan, seperti Gambar 22.

18
BUKU SAKU LAPANGAN

Pengukuran pergerakan di lakukan dengan menggunakan dial gauges dengan ketelitian 0,001
mm. Pengujian dilakukan pada tiga titik uji untuk memperoleh parameter kuat geser.

Gambar 23 Insitu direct shear untuk timbunan batu dengan partikel ukuran 20 cm (Jain and
Gupta, 1974)

7. KESIMPULAN DAN SARAN


1) Uji lapangan dalam rangka kendali mutu untuk material zona inti dan filter pada
pelaksanaan penimbunan dan pemadatan bendungan urukan sudah memadai, sesuai
dengan standar dan pedoman yang ada. Hanya perlu ditambahkan beberapa uji kelulusan
air di lapangan pada zona inti untuk memperoleh koefisien permeabilitas arah vertical dan
horizontal.
2) Sampai saat ini standar dan pedoman mengenai pengujian-pengujian skala besar untuk
material random batu dan timbunan batu (rockfill) belum tersedia. Alat-alat dan pengujian
skala besar yang ada di Indonesia masih terbatas dengan kemampuan yang terbatas pula
yang berpengaruh terhadap hasil pengujiannya.
3) Kontrol terhadap kepadatan dan kuat geser material random batu dan timbunan batu saat
konstruksi mempunyai peranan penting dalam kontrol terhadap stabilitas lereng dan
deformasi bendungan urukan batu.
4) Standar-standar pengujian-pengujian skala besar tersebut di atas sebaiknya dibuat yang
akan digunakan sebagai petunjuk dan pedoman pelaksanaan pengujiannya di lapangan.

19
BUKU SAKU LAPANGAN

LAMPIRAN

UJI PERMEABILITAS LAPANGAN MENGGUNAKAN METODA PERMEAMETER SILINDER

Untuk zona random yang banyak mengandung lapisan berbutir halus (lempung) yang bersifat
semi porus, metode permeameter silinder di bawah perlu dipertimbangkan.

1) Alat yang Digunakan


Alat yang digunakan adalah :
a) Silinder besi (tebal sekitar 2 mm), tinggi 0,50 m diameter 0,45 m dengan ujung bawah
diruncingkan (seperti mata pisau) dan dilengkapi dengan penutup ujung atas.
b) Pelampung untuk menjaga level air, dipasang pada suatu batang besi yang dapat di-stel untuk
pelampung pada level tertentu.
c) Tangki air (header tank), kapasitas 200 liter, yang dikalibrasi dalam ml (cc) yang angka nolnya
ditulis di bagian atas tanki. Tanki di letakkan di atas suatu platform kayu, supaya tidak
bergerak.
d) Tensiometer air raksa berukuran panjang 0,50 m dan diameter dalam 10 mm yang dapat
mengukur tekanan positif dan negatif.
e) Alat untuk memasukkan (driving) silinder dan potensiometer ke dalam tanah.
f) Campuran tanah-bentonit (50:50%) untuk menyumbat sekeliling tensometer.
g) Truk tanki air kapasitas 1500 liter.
h) Alat-alat bantu, seperti : waterpas tukang kayu, pasir cuci lolos saringan ukuran 1,4 mm dan
tertinggal di atas saringan 600 mikron.

2) Prosedur
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut
a) Gali sumuran persegi ukuran 1 x 1 m2 dengan kedalaman disesuaikan dengan lapisan tanah
yang akan diuji dan ratakan permukaan tanah dasar galian yang akan diuji seluas 450 mm2.
b) Masukkan/tusukkan secara vertikal silinder uji kepermukaan yang telah diratakan sedalam
150 mm, jaga tanah yang akan diuji jangan sampai rusak. Untuk mencegah keluarnya air dari
sekeliling sisi silinder, padatkan tanah sekitar silinder dengan hati-hati, baik di bagian luar
maupu bagian dalam silinder.
c) Tambahkan lapisan pasir kasar yang seragam pada permukaan tanah setebal 20 mm, untuk
mencegah rusaknya permukaan selama pengujian nantinya (kalau perlu).
d) Pasang 4 pipa tensiometer dengan interval yang sama di sekeliling luar siinder, pada jarak
100 mm dari tepi silinder dan sedalam 230 mm di bawah permukaan dasar sumuran/di dalam
silinder. Tambahkan dengan campuran tanah-bentonit di sekeliling tensiometer dan
padatkan, untuk mencegah kebocoran.
e) Pasang dan stel pelampung sedemikian rupa untuk menjaga tinggi tekanan konstan (consant
head) setinggi 150 mm dan sambungkan dengan tanki air yang telah dikalibrasi sebelumnya.

20
BUKU SAKU LAPANGAN

f) Isi silinder dengan air sampai mencapai kedalaman 150 mm dan buka katup pelampung (lihat
gambar di bawah). Jaga isi sumuran sekeliling silinder sedalam 150 mm dan jaga
permukaannya dalam kondisi tetap.
g) Catat dengan interval waktu yang teratur, volume aliran air dari tanki suplai air, pembacaan
tensiometer, banyak air yang dan temperatur/suhu air.
h) Lanjutkan pengujian sampai tensiometer mengindikasikan adanya tekanan nol (zero tension)
dan air mengalir melalui lapisan tanah yang diuji dengan laju yang tetap.

3) Perhitungan
Laju aliran q dihitung untuk setiap interval waktu yang dikonversikan terhadap laju aliran pada
temperatur standar 27°C, yakni mengalikan laju yang dihitung dengan rasio viskositas pada
temperatur saat pengujian terhadap viskositas pada 27°C.
Koefisien permeabilitas (konduktivitas hidraulik), k dihitung berdasarkan hukum Darcy, yakni:
qL
k = (cm/s)
A.H
dimana :
q = Laju aliran (cm3/s)
L = Panjang kolom tanah di dalam silinder (15 cm).
H = Tinggi muka air di dalam silinder di atas dasar (cm)
A = Luas silinder (cm2).

Gambar 13 Pengaturan alat permeameter silinder di lapangan (ukuran dalam mm)


(Boersma, 1965)

21
BUKU SAKU LAPANGAN

Catatan :
1) Metoda pengujian ini adalah sesuai untuk mengukur komponen konduktivitas hidraulik dari tanah yang
mempunyau permeabilitas rendah. Keberadaan muka air tanah atau lapisan di bawahnya yang
permeabilitasnya rendah akan menghasilkan tekanan positif di dalam tensiometer, yang menjadikan
pengujian tidak berlaku. Metoda untuk melepaskan tekanan positif tersebut adalah dengan membuat
lubang-lubang bor tangan sekitar 250 mm dari tepi silinder. Dengan adanya material lulus air
(permeable) yang cukup dalam, tensiometer tidak dapat mengindikasikan tekanan nol di bawah zona
uji.
2) Pengujian ini memerlukan air dalam jumlah besar, waktu yang lama dan tidak dapat digunakan untuk
lapisan batuan atau lapisan kerikilan kasar yang bersifat free drain (sangat porus), untuk material
tanah random yang mengandung lempung (semi kedap), cara ini mungkin dapat diterapkan dengan
beberapa modifikasi.

22

Anda mungkin juga menyukai