Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengujian di laboratorium maupun penyelidikan di lapangan perlu

dilakukan untuk melengkapi pengetahuan ilmu mekanika tanah yang dipelajari

lewat perkuliahan.

Penyelidikan tanah dilapangan berguna untuk mengetahui suatu

daerah/lokasi ditinjau dari kestabilan tanah, daya dukung tanah, gaya geser dan

lain-lain yang memenuhi syarat atau tidak, jika pada lokasi tersebut didirikan

suatu bangunan sipil.

Sedangkan pengujian dilaboratorium berguna untuk mengetahui sifat-

sifat fisik dan mekanika tanah dari percontohan yang diambil di lapangan.

Pengujian di laboratorium mekanika tanah yang merupakan materi dalam

pratikum meliputi :

A. Pengujian Penetrasi Kerucut Dinamis / Dynamic Cone

Penetration (DCP)

B. Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Sand Cone

C. Pengujian Pemadatan (Standar & Modified)

1
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Pengujian Penetrasi Kerucut Dinamis / Dynamic Cone Penetration

(DCP)

Pengujian ini untuk memperoleh data yang dapat di analisa untuk

menghasilkan informasi yang akurat terhadap ketebalan dan kekuatan dari

perkerasan jalan atau tanah lapang yang diuji.

1.2.2 Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Sand Cone

Pengujian ini dilakukan dilapangan untuk menentukan berat isi kering

(kepadatan) tanah asli ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan yang dilakukan

baik pada tanah kohesif maupun tanah non kohesif.

1.2.3 Pengujian Pemadatan (Standar & Modified)

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air

dan kepadatan tanah yang dinyatakan dalam berat isi kering dengan memadatkan.

2
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengujian Penetrasi Kerucut Dinamis / Dynamic Cone Penetration

(DCP)

Percobaan kerucut dinamis (DCP) merupakan salah satu pengujian yang

dilakukan di lapangan, yang secara tidak langsung dapat dipakai untuk

menentukan nilai CBR dari tanah dasar (Sub-Grade). Pelaksanaan percobaan ini

sangat mudah dan hasilnya dapat diperoleh secara cepat, sehingga lebih ekonomis

jika dibandingkan dengan melakukan pengujian CBR lapangan secara

konvensional. Meskipun demikian, untuk mendapatkan korelasi nilai CBR

lapangan yang tepat, disarankan agar dalam pelaksanaan percobaan ini, dilakukan

pula percobaan CBR secara paralel.

Melalui pengujian ini dapat diperoleh sebuah rekaman yang menerus dari

kekuatan relatif tanah (CBR) sampai dengan kedalaman 90 cm di bawah

permukaan sub-grade. Lapisan dari material perkerasan yang ada harus dibuang

terlebih dahulu sebelum percobaan ini dilaksanakan. Pengukuran dan pencatatan

data lapangan terdiri atas pasangan jumlah tumbukan (n) dan kedalaman penetrasi

(cm).

"Artikel DCP kali ini bedasarkan pada standar ASTM  D 6951 - 03"

3
2.2 Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Sand Cone

Satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan

tanah adalah kepadatan lapangan ( = berat isi kering), karena walaupun nilai

CBR telah memenuhi standar, namun jika kepadatan lapisannya masih belum

baik, maka deformasi akibat konsolidasi masih dapat terjadi dan penyebaran

beban ke lapis tanah di bawahnya akan menjadi kurang baik, serta berpotensi

terjadi konsentrasi tegangan pada bagian tertentu dalam lapisan tanah tersebut

yang dapat mengakibatkan kegagalan lapis tanah dasar pondasi secara

keseluruhan

2.3 Pengujian Pemadatan ( Standar & Modified )

Untuk mengetahui karakteristik tanah maka perlu dilakukan pengujian

tanah dimana alat yang digunakan yaitu Proctor test dan Sand Cone. Pengujian

kepadatan suatu tanah bisa dilakukan secara langsung yaitu dengan

membandingkan berat isi kering tanah dilapangan dengan berat isi kering tanah

dilaboratorium. Dalam artikel Metode Pengujian Kepadatan Tanah Dengan

Proctor Test kita lakukan pengujian kepadatan  tanah di laboratorium.

4
BAB III

PENGUJIAN LABORATORIUM

3.1 Penetrasi Kerucut Dinamis / Dynamic Cone Penetration (DCP)

3.1.1 Peralatan

Peralatan utama yang digunakan dalam penyelidikan terdiri dari:

1) Penumbuk seberat 8 kg (17.6 lb) atau 4.6 kg (10.1 lb) yang dapat

dijatuhkan bebas setinggi 57,5 cm (22.6 inch), melalui sebuah batang

peluncur bergaris tengah 16 mm (5/8 inch), yang dilengkapi dengan

landasan pemukul (anvil).

2) Batang penetrasi terdiri dari besi/baja bulat bergaris tengah 16 mm (5/8

inch) sepanjang   100 cm, yang dilengkapi dengan kerucut pada

ujungnya.

3) Batang pengukur yang disambungkan pada landasan penumbuk dan

batang penetrasi, namun harus bergerak bebas vertikal pada sambungan

dengan batang penetrasi,

4) Kerucut (conus), yang terbuat dari baja keras dengan sudut puncak 60

serta diameter terbesarnya adalah 2 cm.

5
Gambar. 3.1 Alat dan Sketsa DCP

Gambar 3.2 Sketsa Konus DCP bedasarkan ASTM D 6951 - 03

6
3.1.2 Prosedur Percobaan

1) Gali permukaan tanah pada lokasi pengujian sampai pada kedalaman

dimana pengukuran awal nilai CBR akan dievaluasi. Jika pengujian

dilakukan pada badan jalan dengan perkerasan, singkirkan semua bahan

perkerasan yang ada,

2) Letakkan alat DCP secara vertikal, berikan tumbukan awal secukupnya

(seating blows), untuk menanamkan ujung kerucut sampai garis tengahnya

yang terbesar terletak pada permukaan tanah yang akan diuji,

3) Lakukan penumbukan dengan palu yang dijatuhkan bebas, ukur dan catat

kedalaman penetrasi untuk setiap tumbukan. Pekerjaan dilakukan oleh

minimal dua orang,

4) Apabila jenis tanah yang diuji sangat keras (penetrasi kurang dari kira-kira

0,2 cm/tumbukan), berikan serangkaian tumbukan sebanyak 5 atau 10

kali,  kemudian ukur kedalaman penetrasi yang terjadi,

5) Percobaan dihentikan apabila telah tercapai keadaan seperti berikut ini:

a) Tidak terdapat penurunan berarti untuk 10 tumbukan terakhir

berturut-turut,

b) Kedalaman penetrasi telah mencapai kedalaman lapisan yang

hendak dievaluasi,

c) Batang penetrometer telah masuk seluruhnya ke dalam tanah.

d) Keluarkan alat dari dalam tanah dengan jalan memukulkan palu

dengan arah ke atas pada baut pembatas tinggi jatuh (uper stop),

7
6) Akibat dari langkah pada point (6) yang dilakukan secara berulang-ulang,

dapat menyebabkan pemanjangan yang nyata dari batang peluncur,

sehingga diperlukan pengecekan setiap kali akan melakukan percobaan,

dengan mengatur baut pembatas tinggi jatuh pada posisi yang tepat.

Gambar 3.3 Penumbuka dengan alat DCP

3.1.3 Perhitungan

Pada perhitungan kali ini, kita bisa dengan cepat mendapatkan nilai CBR

dari hasil pengujian dengan melihat pada tabel yang ada di dalam standar ASTM

ataupun dengan menggunakan rumus : 

8
3.2 Kepadatan Lapangan Dengan Sand Cone

Pasir yang digunakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

 bersih, keras, kering dan bisa mengalir bebas, tidak mengandung

bahan pengikat

 gradasi 0,075 mm sampai 2 mm;

 Penentuan lokasi titik uji harus memenuhi :

 pengujian kepadatan tidak boleh dilakukan pada saat titik uji

tergenang;

 pengujian kepadatan dilakukan paling sedikit dua kali untuk setiap

titik dengan jarak 50 cm;

 pada saat pengujian, dihindari adanya getaran;

hasil pengukuran yang berupa nilai kepadatan dihitung rata-rata dengan

dua angka dibelakang koma. Lapisan tanah atau lapis pondasi bawah berupa sirtu

dan batu pecah yang akan diuji yang mengandung butir berukuran tidak lebih dari

5 cm, harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan membuat lubang

berdiameter sama dengan diameter corong dan plat dudukan corong, dengan

kedalaman 10 cm sampai 15 cm.

3.2.1 Peralatan

1) botol transparan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter

2) takaran yang telah diketahui isinya (± 2.019 ml) dengan diameter

lubang 16,51 cm/

9
3) corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm dan pelat corong

4) plat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm

dengan lubang berdiameter 16,51 cm

5) peralatan kecil : mistar perata dari baja, meteran 2 m, palu, sendok,

kuas,pahat

6) peralatan untuk menentukan kadar air

7) timbangan dengan kapasitas minimum 10 kg dengan ketelitian

sampai 1,0 gram

8) timbangan, kapasitas minimum 500 gr dengan ketelitian sampai 0,1

gram.

3.2.2 Prosedur Percobaan

1) penentuan volume/isi botol yang digunakan


2) penentuan berat isi pasir yang digunakan
3) penentuan berat isi tanah

a) Penentuan volume / isi botol yang digunakan

Yang dimanfaatkan adalah air, yang sudah diketahui massa jenisnya


adalah 1 kg/lt atau 1 kg/dm³ atau 1 g/cm³ atau 1 ton/m³. Untuk keperluan
praktis dianggap berat isi air = massa jenis air, dengan mengabaikan
faktor percepatan gravitasi yang berbeda antar lokasi. Untuk
mendapatkan volume/isi botol yang digunakan, timbang berat :

 botol + corong (kosong)

 botol + corong + air

 lalu hitung volume/isi botol dengan rumus :

10
b) Penentuan berat isi pasir yang digunakan

Untuk menentukan berat isi pasir, isilah botol dengan pasir, lalu
ditimbang beratnya dan dihitung dengan rumus di samping.

Cara pengisian botol dengan pasir harus dengan hati-hati :

 tutup kran, isi corong dengan pasir sampai penuh


 buka kran dan dijaga supaya pasir pada corong minimal setengah
corong
 isi sampai botol penuh dan tutup kran kembali
 bersihkan kelebihan pasir di atas kran

11
c) Penentuan berat pasir dalam corong

Untuk menentukan berat pasir dalam corong saja :

 isi pasir secukupnya pada botol


 tutup kran dan bersihkan sisa pasir di atas kran
 timbang botol + corong + pasir
 balikkan botol dan corong pada alas yang rata
 buka kran sampai pasir berhenti mengalir (memenuhi corong)
 tutup kran kembali, timbang kembali botol + corong + sisa pasir

d) Hitung berat pasir dalam corong dengan rumus di samping

12
e) Pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang diuji
 Pelaksanaan pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang
diuji adalah sebagai berikut
 ratakan permukaan tanah atau lapis dasar pondasi yang
diuji
 tempatkan plat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48
cm x 30,48 cm dengan lubang berdiameter 16,51 cm pada
permukaan tanah
 kokohkan kedudukan plat dudukan corong dengan pasak
atau paku pada keempat sisinya
 gali lubang dengan kedalaman 10 cm - 15 cm pada lubang
plat corong
 pastikan seluruh partikel lepas hasil penggalian tidak ada
yang tertinggal dalam lubang
 masukkan semua tanah atau bahan lapis dasar pondasi yang
digali dalam wadah/kaleng tertutup yang sudah diketahui
beratnya, lalu ditimbang

13
f) Pengukuran dengan pasir uji

Pelaksanaan pengukuran dengan pasir uji yang sudah diketahui


parameternya pada lubang yang telah disiapkan di titik uji seperti di
atas, adalah sebagai berikut :

 isi botol dengan pasir (boleh sampai penuh atau secukupnya


melebihi isi lubang dan corong)
 timbang botol dengan corong dan pasir
 tempatkan pada plat dudukan corong dengan lubang tepat
pada corong menghadap ke bawah dan botol di atas
 buka kran dan biarkan pasir mengalir mengisi lubang dan
corong sampai penuh
 setelah pasir berhenti mengalir, tutup kran dan timbang
kembali botol + corong + sisa pasir

g) Perhitungan berat isi kering ( kepadatan lapangan ) tanah /


lapis dasar pondasi

14
h) Hasil pengujian dengan sand cone

berat isi kering tanah atau material lapis dasar pondasi, yang

merupakan kepadatan lapangan tanah atau lapis dasar pondasi yang

diperiksa.

Untuk memenuhi persyaratan spesifikasi teknis, pada umumnya


harus dilakukan pengujian kepadatan laboratorium untuk material
tanah atau lapis dasar pondasi yang digunakan dan kepadatan
lapangan harus memenuhi persentase tertentu (misal 95% atau 98%
atau 100%) dari kepadatan laboratorium yang disyaratkan dalam
spesifikasi yang berlaku pada proyek yang bersangkutan

i) Permasalahan dalam pengujian Sand Cone

Permasalahan yang mungkin timbul dalam pengujian sand cone


sehingga mengakibatkan pengukuran kepadatan lapangan yang tidak
akurat atau salah, disebabkan antara lain oleh :

 bahan pasir yang tidak bagus (tidak memenuhi syarat


gradasi, kurang kering sehingga sulit mengalir melalui
corong, tercampur dengan material yang mempunyai daya
lekat [mis : lempung, lumpur, dsb])

berat isi pasir yang digunakan untuk pengujian tidak


terkalibrasi dengan baik (selalu lakukan kalibrasi berat isi pasir setiap
akan melakukan pengujian, hitung rata-rata dari minimal 3 kali
kalibrasi berat isi pasir)

15
3.3 Pengujian Pemadatan (Standar & Modified)

3.3.1 Peralatan

1) Untuk Pemadatan Standar menggunakan Metode B (ASTM D-698,


ASSTHO T-99)
 Cetakan ( Mold ) dengan diameter  152,4 mm (4”)
 Proctor dengan berat 2,45 kg
 Ayakan No. 4 (4,75 mm)
 Sampel tanah lolos saringan No. 4 (4,75 mm) sebanyak  25 kg
 Oven dengan pengatur suhu dan peralatan penentuan kadar air
 Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
 Alat perata dari besi
 Talam, palu karet/kayu, dan tempat contoh.

2) Untuk Pemadatan Modified menggunakan Metode B (ASTM D-1557,


ASSTHO T180)

Pada pengujian Pemadatan Modified alat dan bahan hampir sama dengan
pengujian Pemadatan Standar, perbedaannya pada pengujian Pemadatan
Modified menggunakan :

 Proctor dengan berat 4,54 kg


 Tinggi jatuh penumbuk 457,2 mm.

3.3.2 Prosedur dan Percobaan

1) Pengujian Pemadatan Standar


 Sample tanah diambil sebanyak kurang lebih  25 kg kemudian
dijemur pada terik matahari sehingga gumpalan tanah mudah
dihancurkan.
 Kemudian sample tanah tersebut diayak dengan saringan No. 4.

16
 Sample tanah tersebut dibagi menjadi 5 bagian masing-masing
dengan berat  4,5 kg. Kemudian pada masing-masing bagian
ditambahkan sebanyak 100ml, 200ml, 300ml, 400ml, 500 ml atau
secukupnya sesuai kondisi tanah kemudian dieramkan selama
kurang lebih satu hari.
 Masing-masing sample yang sudah di campur air, (mulai dari kadar
100 ml), di ratakan pada wadah (nampan) dan kemudian dibagi
menjadi 3 bagian dengan asumsi pembagian beratnya sama rata.
 Mulai dari bagian sample yang pertama dimasukkan kedalam
tabung pemadatan (terdiri dari tabung atas dan tabung bawah),
kemudian dipadatkan dengan tumbukan proctor seberat 2,45 kg
dan tinggi jatuh 30,5 cm yang dijatuhkan bebas sebanyak 56 kali
merata keseluruh permukaan sample sebagai lapisan ke-1.
 Kemudian dilanjutkan ke lapisan ke-2 dan ke-3 dengan prosedur
yang sama.
 Setelah prosedur penumbukan, sample tanah dipotong hingga
bagian atas tabung bawah, dengan asumsi kepadatan merata mulai
pada bagian tersebut.
 Timbang dan catat berat tanah beserta mold.
 Lakukan pemeriksaan kadar air pada sample yang sudah ditimbang
dengan mengambil sedikit sampel pada bagian permukaan, bagian
tengah dan bagian bawah.
2) Pengujian Pemadatan Modified

Pada pengujian pemadatan Modified prosedur pengujiannya hampir


sama dengan pemadatan Standar sebagai berikut :

 Lakukan langkah 1-3 seperti pada pengujian pemadatan Standar.


 Bagi menjadi 5 bagian masing-masing sampel tanah yang sudah
dicampur air dengan asumsi pembagian beratnya sama rata.

17
 Mulai dari bagian sample yang pertama dimasukkan kedalam
tabung pemadatan (terdiri dari tabung atas dan tabung bawah),
kemudian dipadatkan dengan tumbukan proctor seberat 4,54 kg
dan tinggi jatuh 45,72 cm yang dijatuhkan bebas sebanyak 56 kali
merata keseluruh permukaan sample sebagai lapisan ke-1.
 Ulangi langkah 3) untuk lapisan ke-2 sampai ke-5.
 Setelah prosedur penumbukan, sample tanah dipotong hingga
bagian atas tabung bawah, dengan asumsi kepadatan merata mulai
pada bagian tersebut.
 Timbang dan catat berat tanah beserta mold.
 Lakukan pemeriksaan kadar air pada sample yang sudah ditimbang
dengan mengambil sedikit sampel pada bagian permukaan, bagian
tengah dan bagian bawah.

18
BAB IV

HASIL PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Penetrasi Kerucut Dinamis / Dynamic Cone Penetration (DCP)

4.1.1 Penumbukan DCP

a) Titik 1 Koordinat ( S 2º59’32.1648” E 104º43’32.8512” )

Lokasi Jalan Darmapala No.1A, Bukit Lama, Kec. Ilir Barat 1,

Kota Palembang, Sumatera Selatan (Kampus Universitas Palembang)

Tabel. 4.1 Perhitungan hasil penumbukan DCP (titik 1)


Hammer
Number Penetration DCP
Cummulativ Penetratio Factor
of Between Index CBR Value
e Penetration n per blows 1 = 8.0 kg
Blows Reading Corelation
2 = 4,6 kg Remaks
Blows cm cm cm %
(B₁ - B₀) (C / A) (D x E) (292 / F¹¹²)
A B C D E F G
5 4 4 0,8 1 0,8 374,90
5 12,5 8,5 1,7 1 1,7 161,17
5 28 15,5 3,1 1 3,1 82,24
5 36 8 1,6 1 1,6 172,49
5 39 3 0,6 1 0,6 517,43
5 42 3 0,6 1 0,6 517,43

Gambar 4.1 Penumbukan DCP (titik 1)


b) Titik 2 Koordinat ( S 2º59’32.6004” E 104º43’32.9124” )

19
Jalan Darmapala No.1A, Bukit Lama, Kec. Ilir Barat 1, Kota

Palembang, Sumatera Selatan (Kampus Universitas Palembang)

Tabel. 4.2 Perhitungan hasil penumbukan DCP (titik 2)


Hammer
Number Penetration DCP
Cummulativ Penetratio Factor
of Between Index CBR Value
e Penetration n per blows 1 = 8.0 kg
Blows Reading Corelation
2 = 4,6 kg Remaks
Blows cm cm cm %
(B₁ - B₀) (C / A) (D x E) (292 / F¹¹²)
A B C D E F G
5 11 11 2,2 1 2,2 120,75
5 28 17 3,4 1 3,4 74,15
5 38 10 2 1 2 134,35
5 49 11 2,2 1 2,2 120,75
5 62 13 2,6 1 2,6 100,14

Gambar 4.2 Penumbukan DCP (titik 2)

20
c) Titik 3 Koordinat ( S 2º59’33.6768” E 104º43’32.1312” )

Jalan Darmapala No.1A, Bukit Lama, Kec. Ilir Barat 1, Kota

Palembang, Sumatera Selatan (Kampus Universitas Palembang)

Tabel 4.3 Perhitungan hasil penumbukan DCP (titik 3)


Hammer
Number Penetration DCP
Cummulativ Penetratio Factor
of Between Index CBR Value
e Penetration n per blows 1 = 8.0 kg
Blows Reading Corelation
2 = 4,6 kg Remaks
Blows cm cm cm %
(B₁ - B₀) (C / A) (D x E) (292 / F¹¹²)
A B C D E F G
5 6 6 1,2 1 1,2 238,07
5 15 9 1,8 1 1,8 151,17
5 30 15 3 1 3 85,31
5 42 12 2,4 1 2,4 109,53
5 51 9 1,8 1 1,8 151,17
5 66 15 3 1 3 85,31

Gambar 4.3 Penumbukan DCP (titik 3)

21
4.2 Hasil Pengujian Sand Cone

Tabel 4.4 Pemeriksaan Kepadatan di Lapangan (Sand Cone)

NO.TITIK STA. 00 + ...

Berat pasir + Gelas + Corong W6 gr 7580


Berat sisa pasir + Gelas + Corong W7 gr 4780
Berat pasir di dalam corong + lubang ( W6 - W7 ) gr 2860
Berat Pasir didalam corong ( W4 – W5 ) = Wc gr 1,500
Berat pasir di dalam lubang W10 = ( W6 - W7 ) - ( W4
gr 1360
– W5 )
(W 3−W 1)
ϓ Pasir ( Berat isi pasir ) ϓp = gr/ Cm3 1,480
(W 2−W 1)
W 10
Volume tanah / pasir di dalam lubang v = gr/ Cm3 878,38
ϓp
Berat Tanah Basah ( W8 – W 9 ) gr 2010
(W 8−W 9)
ϓ Berat isi tanah basah ϓ = gr/ Cm3 2,288
V
Kadar Air W % 7
ϓ
ϓd ( Berat isi kering ) ϓd Lap = x
100+W gr/ Cm3 2,138
100 %
Berat isi kering ϓd lab gr/ Cm3 2,138
ϓd Lap
Derajat kepadatan di lapangan D = x
ϓd Lab % 100
100 %

Ket. W10 = 16 – W7 – Wc = 1300

Tabel 4.5 Perhitungan Kadar Air

NO. CONTOH 01

Berat cawan + tanah basah gr 124,7 121


Berat cawan + tanah kering gr 118,5 115
Berat Air gr 6,2 6,0
Berat Cawan gr 30 30
Berat tanah kering gr 88,5 85

22
Kadar Air % 7,0 7,05
Kadar Air rata – rata . W % 7,0

Ket. Hasil rata-rata Kadar air = 7,0 % (Berdasarkan no. NRP Sulianto
18.410.007)

NO. CONTOH 01

Berat cawan + tanah basah gr 162,1 184,3


Berat cawan + tanah kering gr 158,0 179,6
Berat Air gr 4,1 4,5
Berat Cawan gr 30 30
Berat tanah kering gr 128 149,6
Kadar Air % 3,2 3,0
Kadar Air rata – rata . W % 3,1

Ket. Hasil rata-rata Kadar air = 3,1 % (Berdasarkan no. NRP Janriko
Romansyah 18.410.031)

NO. CONTOH 01

Berat cawan + tanah basah gr 158,3 93,1


Berat cawan + tanah kering gr 154,4 90,9
Berat Air gr 3,9 2,2
Berat Cawan gr 20 20
Berat tanah kering gr 134,4 70,9
Kadar Air % 2,9 3,1
Kadar Air rata – rata . W % 3,0

Ket. Hasil rata-rata Kadar air = 3,0 % (Berdasarkan no. NRP Benteng Sati
Oktario 18.410.030)

23
4.3 Hasil Pengujian Pemadatan ( Standar & Modified )

4.3.1 Perhitungan
 Perhitungan Berat Isi Basah
B 2−B 1
 = (gram/cm3 )
v
 = Berat Isi basah (gram/cm3 )
B1 = Berat cetakan dan keeping alas (gram)
B2 = Berat cetakan, keping alas dan benda uji (gram)
V = Isi cetakan (cm3 )
 Perhitungan Berat Isi Kering

γd = (1+ω)

γd = Berat Isi Kering (gram/cm3 )


ω = Kadar Air (%)
 Perhitungan Zero Air Void Line
Gs . γw .
γd =
1+ ω .Gs

4.3.2 Form Data Percobaan Pemadatan

Lokasi : Kampus Universitas Palembang

Tanggal Praktikum : 27 Juni 2020

Kelompok : 1. Sulianto (18.410.007)

2. Janriko Romansyah (18.410.031)

3. Benteng Sati Oktario (18.410.030)

24
Penambahan Air ml 200 300

Berat cawan gr 12,5 11,7 11,5 13,1 12,9 11,7

Berat tanah kering + Berat cawan gr 72,5 90,7 72,5 84,1 85,9 80,7

Berar air ( Ww) gr 5 7 5 8 8 7

Berat tanah kering (Ws) gr 60 79 61 71 73 69

Kadar air % 8,33 10,45 8,20 11,27 10,96 10,14

Kadar air rata-rata % 9,99 10,79

NB : Penambahan air disesuaikan dengan hasil kurva γd dimana kurva


tersebut harus ada puncaknya (bagian yang naik dan turun)

1) Perhitungan Berat Isi

Berat Cetakan Mold gr 4310 4310

Berat Tanah Basah + Berat Cetakan gr 4705 4720


Berat Tanah Basah gr 395 410
Isi Cetakan cm3 180,55 180,55
Berat Isi Basah ( γ ) gr/cm3 2,188 2,271
Berat Isi Kering ( γd ) gr/cm 2,016 2,044

2) Perhitungan Kadar Air

Berat Agg Basah + Cawan (1) 97,70 77,50 92,10 93,90


Berat Agg Kering + Cawan (2) 90,70 72,50 84,10 85,90
Berat Air ( 1 – 2 ) 7,00 5,00 8,00 8,00
Berat Cawan 11,70 11,50 13,10 12,90
Berat Agg Kering ( 2 – 4 ) 79,00 61,00 71,00 73,00
Kadar Air w=(3/5) 8,86 8,20 11,27 10,96
Rata-rata 8,53 11,11
3) Berat Isi Kering Saat Zero Air Void

25
Gs . γw .
γd =
1+ ω .Gs

Penambahan Air 200 300


ω 9,99 10,79
γd 0,912 0,563

4) Grafik Berat Isi

2.300

2.250
BERAT ISI KERING (gr/cc)

2.200

2.150

2.100

2.050

2.000

1.950

1.900
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
KADAR AIR (%)

26
BAB V

KESIMPULAN

bertujuan untuk menentukan


harga maksimum berat
volume kering (d
max) dan besarnya kadar air
yang dicapai saat d tersebut;
kadar air dimana d
max tercapai dinamakan ”
kadar air optimum (w
opt
)”. harga dari w
opt
tersebut
kemudian dipakai sebagai
patokan dalam pelaksanaan
pemadatan dari tanah
27
yang bersangkutan di
lapangan.
bertujuan untuk menentukan
harga maksimum berat
volume kering (d
max) dan besarnya kadar air
yang dicapai saat d tersebut;
kadar air dimana d
max tercapai dinamakan ”
kadar air optimum (w
opt
)”. harga dari w
opt
tersebut
kemudian dipakai sebagai
patokan dalam pelaksanaan
pemadatan dari tanah
28
yang bersangkutan di
lapangan.
bertujuan untuk menentukan
harga maksimum berat
volume kering (d
max) dan besarnya kadar air
yang dicapai saat d tersebut;
kadar air dimana d
max tercapai dinamakan ”
kadar air optimum (w
opt
)”. harga dari w
opt
tersebut
kemudian dipakai sebagai
patokan dalam pelaksanaan
pemadatan dari tanah
29
yang bersangkutan di
lapangan.
A. Pengujian Pemadatan (Standar & Modified)
Bertujuan untuk menentukan harga maksimun volume berat kering dan
besarnya kadar air yang di capai saat volume berat kering tersebut; kadar air
dimana volume berat kering max tercapai dinamakan “kadar aie optimum”
harga dari kadar air optimum tersebut kemudian dipakai sebagai patokan
sebagai pelaksanaan pemadatan dari tanah yang bersangkutan di lapangan.

B. Pengujian Sand Cone


Test ini dimaksudkan untuk menentukan kepadatan tanah di lapangan di
samping itu test ini juga untuk mengetahui derajat kepadatan tanah di lapangan,
yaitu perbandingan antara kepadatan tanah di lapangan dengan kepadatan
maximum dari hasil standart proctor test.

C. Pengujian penetrasi kerucut dinamis /dynamis cone penetration (DCP)


Test ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai CBR lapangan melalui grafik
hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi, dan di dapat nilai CBR
dari pengujian. Berdasaran dari penelitian dapat di gunakan untuk suatu data
perencanaan kontruksi jalan tanpa harus melakukan pengujian CBR lebih
lanjut di laboratorium.

30
DAFTAR PUSTAKA

1) Laboratorium BSA PT, “Data Laboratorium”, Soekarno Hatta – Sumatera

Selatan.

2) Andy R Wijaya, St. Mt., “Buku Petunjuk Pratikum Mekanika Batuan”,

Program Studi Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknik

Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.

3) Dr. Ir. Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng, DEA, “Buku Mekanika Tanah

I”, Gajah Mada University.

31
LAMPIRAN

FOTO DOKUMENTASI

Penjelasan dari Dosen Praktek KH. Rizal


Briefing dari Dosen Praktek KH. Rizal
Sebelum Memulai Praktek

Foto Bersama Dosen Praktek KH. Rizal Pengenalan Alat DCP

32
Pengambilan Sample Tanah Basah Sebelum
Penumbukan DCP
Uji Sandcone

10 cm

Pengukuran Kedalaman Galian u/ Uji Sandcone Penginstalan Agregat untuk Uji Sandcone

Penimbangan Sample Tanah u/ Mengetahui


Pengayakan Sample unttuk Uji Sandcone
Berat Isi Tanah Basah

33
Pengadukan Manual Sample Tanah untuk Uji Penumbukan Sample Sandcone
Sandcone Menggunakan Alat Standar Pengujian

34
Proses Pelepasan Sampel Sandcone
Penimbangan Sample Sandcone
Menggunakan Alat Standar Pengujian

Proses Penumbukan Sampel Sandcone Bersama


Sample Sandcone Siap Untuk Pengujian
Dosen Praktek KH. Rizal

35
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan...............................................................................................2
1.2.1 Pengujian Penetrasi Kerucut Dinamis / Dynamic Cone Penetration (DCP)
..................................................................................................................2
1.2.2 Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Sand Cone.................................2
1.2.3 Pengujian Pemadatan (Standar & Modified).............................................2
BAB II DASAR TEORI..............................................................................................3
2.1 Pengujian Penetrasi Kerucut Dinamis / Dynamic Cone Penetration (DCP)...........3
2.2 Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Sand Cone.............................................4
2.3 Pengujian Pemadatan ( Standar & Modified ).......................................................4
BAB III PENGUJIAN LABORATORIUM..................................................................5
3.1 Penetrasi Kerucut Dinamis / Dynamic Cone Penetration (DCP)...........................5
3.1.1 Peralatan...................................................................................................5
3.1.2 Prosedur Percobaan..................................................................................7
3.1.3 Perhitungan...............................................................................................8
3.2 Kepadatan Lapangan Dengan Sand Cone....................................................................9
3.2.1 Peralatan...................................................................................................9
3.2.2 Prosedur Percobaan.................................................................................10
3.3 Pengujian Pemadatan (Standar & Modified)
3.3.1 Peralatan.................................................................................................16
3.3.2 Prosedur dan Percobaan..........................................................................16
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN...................................................19
4.1 Penetrasi Kerucut Dinamis / Dynamic Cone Penetration (DCP).........................19
4.1.1 Penumbukan DCP...................................................................................19
4.2 Hasil Pengujian Sand Cone.................................................................................22

36

Anda mungkin juga menyukai