Anda di halaman 1dari 27

CBR (California Bearing Ratio)

18.38
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH - TEKNIK SIPIL USU
1
comment
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

I.1.

Umum
CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan
standard dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama cara umum.
Perkerasan jalan harus memenuhi 2 syarat, yaitu :
1)
Secara keseluruhan perkerasan jalan harus cukup kuat untuk memikul berat
kendaraan-kendaraan yang akan memakainya.
2)
Permukaan jalan harus dapat menahan gaya gesekan dan keausan dari roda-roda
kendaraan, juga terhadap pengaruh air dan hujan.
Bila perkerasan jalan tidak mempunyai kekuatan secukupnya secara keseluruhan
, maka jalan tersebut akan mengalami penurunan dan pergeseran, baik pada
perkerasan jalan maupun pada tanah dasar. Akibatnya jalan tersebut akan
bergelombang besar dan berlobang-lobang, sampai pada akhirnya rusak sama sekali.
Sedangkan kalau perkerasan jalan tidak mempunyai lapisan yang kuat, maka
permukaan jalan mengalami kerusakan yaitu berupa lobang-lobang kecil dan pada
akhirnya akan bertambah banyak dan bertambah besar sampai perkerasan jalan
menjadi rusak secara keseluruhan.
Jadi untuk menilai kekuatan dasar atau bahan lain yang hendak dipakai untuk
menentukan tebal lapisan perkerasan dipergunakan percobaan CBR. Nilai CBR ini
digunakan untuk menilai kekuatan yang juga dipakai sebagai dasar untuk penentuan
tebal lapisan dari suatu perkerasan.
Kekuatan tanah dasar tentu banyak tergantung pada kadar airnya. Makin tinggi
kadar airnya, makin kecil kekuatan CBR dari tanah tersebut. Walaupun demikian, hal
itu tidak berarti bahwa sebaiknya tanah dasar di padatkan dengan kadar air rendah
untuk mendapatkan nilai CBR yang tinggi, karena kadar air tidak konstan pada nilai
rendah itu. Setelah pembuatan jalan, maka air akan dapat meresap kedalam tanah
dasar sehingga kekuatan CBR turun sampai kadar air mencapai nilai yang constant.
Kadar air yang constant inilah yang disebut kadar air keseimbangan. Batas-batas
kadar air dan berat isi kering dapat ditentukan dari hasil percobaan laboratorium, yaitu
percobaan pemadatan dan CBR. Percobaan CBR ini dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu :

1)
2)

Percobaan CBR terendam (Soaked)


Percobaan CBR tak terendam (Unsoaked)
Untuk percobaan ini dipakai percobaan CBR terendam (Soaked).
I.2.

Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan CBR tanah yang di padatkan di
laboratorium pada kadar air tertentu.
I.3.

Alat Yang Digunakan

o Mesin penetrasi (Loading Machine) berkapasitas 4,45 ton dengan kecepatan penetrasi
1,27 mm permenit
o Alat penumbuk standard dengan diameter 50,93 mm, berat 3,5 kg dengan tinggi jatuh
30,5 cm
o Cetakan logam berbentuk silinder dengan diameter dalam 152,4 mm, dan tinggi 117,1
mm. Cetakan dilengkapi dengan leher sambung dan keeping alas logam yang
berlobang-lobang dengn tebal 62,0 mm
o Gelas ukur kapasitas 1000 ml
o Pisau perata, alat perata dari besi panjang 25 cm
o Palu karet
o Talam, alat pengaduk, cawan (krus) dan sendok
o Saringan No.4
o Proving Ring, alat pemeriksa CBR
o Timbangan kapasitas 25 kg dengan ketelitian 10 gr
o Timbangan kapasitas 311 gram dengan ketelitian 0,01 gr
o Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (100 5)C
o Piringan pemisah / Keping beban
I.4.
Benda Uji
Benda uji yang di ambil dari lokasi dikeringkan secara keseluruhan terbuka di udara,
lalu ditumbuk dengan palu karet
b) Butiran tanah yang lolos dari saringan No.4 di ambil sebanyak 3 x 5 kg. Selanjutnya
tanah dibasahi sampai kadar air optimum dengan penambahan air yang harus
diperhitungkan dengan kadar air yang semula.
a)

a)

b)

I.5.
Cara Kerja
Tanah atau benda uji yang sama dengan pemeriksaan pemadatan standard diberi
air hingga mencapai kadar air optimum yang diperoleh pada pemeriksaan pemadatan
standard maupun modified.
Banyaknya penambahan air dapat dihitung dengan rumus :

Cetakan dan alasnya ditimbang (w1), kemudian masukkan piringan pemisah


kedalam cetakan dan pasang kertas saring diatasnya
c) Masukkan benda uji kedalam cetakan dan padatkan sesuai dengan cara pemadatan
standard dengan variasi tumbukan.
Sepuluh tumbukan untuk setiap lapis dari 3 lapisan
Dua puluh lima tumbukan untuk setiap lapis dari 3 lapisan
Lima puluh enam tumbukan untuk setiap lapis dari 3 lapisan.
d) Buka leher sambungan dan ratakan tanah dengan alat perata
e)
Cetakan dibalik dan piringan pemisah dikeluarkan, kemudian pasang kembali
cetakan pada keping alas dan timbang (w2)
f)
Rendam benda uji bersama cetakanya selama 24 jam
g)
Letakkan keping pemberat diatas permukaan benda uji, kemudian atur torak
penetrasi pada permukaan benda uji, sehingga arloji beban menunjukkan beban

h)
i)
j)
k)

permulaan sebesar 45 kg. Pembebanan pemulaan ini diperlukan untuk menjamin


bidang sentuh yang sempurna antara torak dan permukaan benda uji
Atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji pengatur/penunjuk
penetrasi di stel hingga menunjukkan angka nol
Pembebanan dilakukan dengan memutar engkol secara konstan dan otomatis
dengan kecepatan 1,27 mm/menir, sehingga torak turun secara konstan
Pemabacaan arloji pembebanan dilakukan pada menit ke-, , 1, 1, 2, 3, 4, 6, 8,
dan menit ke-10
Setelah pembacaan, keluarkan benda uji dan ambil dari bagian atas, tengah dan
bawah untuk diperiksa kadar airnya.

I.6.
Perhitungan
Menghitung Penambahan Air

Dimana :

Bm
wo
wopt

= Berat tanah mula-mula


= Kadar air mula-mula
= Kadar air optimum

Penentuan Kadar Air

Penentuan Berat Isi Kering

BR
CBR (California Bearing Ratio)

CBR (California Bearing Ratio) adalah percobaan daya dukung tanah yang
dikembangkan oleh California State Highway Departement. Prinsip pengujian ini
adalah pengujian penetrasi dengan menusukkan benda ke dalam benda uji. Dengan
cara ini dapat dinilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang dipergunakan untuk
membuat perkerasan.

Kekuatan tanah diuji dengan uji CBR sesuai dengan SNI-1744-1989. Nilai kekuatan
tanah tersebut digunakan sebagai acuan perlu tidaknya distabilisasi setelah
dibandingkan dengan yang disyaratkan dalam spesifikasinya.
Pengujian CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap
bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Nilai CBR

dihitung pada penetrasi sebesar 0.1 inci dan penetrasi sebesar 0.2 inci dan
selanjutnya hasil kedua perhitungan tersebut dibandingkan sesuai dengan SNI 031744-1989 diambil hasil terbesar.
Nilai CBR adalah perbandingan (dalam persen) antara tekanan yang diperlukan
untuk menembus tanah dengan piston berpenampang bulat seluas 3 inch2dengan
kecepatan 0,05 inch/menit terhadap tekanan yang diperlukan untuk menembus
bahan standard tertentu. Tujuan dilakukan pengujian CBR ini adalah untuk
mengetahui nilai CBR pada variasi kadar air pemadatan. Untuk menentukan
kekuatan lapisan tanah dasar dengan cara percobaan CBR diperoleh nilai yang
kemudian dipakai untuk menentukan tebal perkerasan yang diperlukan di atas
lapisan yang nilai CBRnya tertentu (Wesley,1977) Dalam menguji nilai CBR tanah
dapat dilakukan di laboratorium. Tanah dasar (Subgrade) pada kontruksi jalan baru
merupakan tanah asli, tanah timbunan, atau tanah galian yang sudah dipadatkan
sampai mencapai kepadatan 95% dari kepadatan maksimum. Dengan demikian
daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan tanah
memikul beban setelah tersebut tanah dipadatkan. CBR ini disebut CBR rencana
titik dan karena disiapkan di laboratorium, disebut CBR laborataorium. Makin tinggi
nilai CBR tanah (subgrade) maka lapisan perkerasan diatasnya akan semakin tipis
dan semakin kecil nilai CBR (daya dukung tanah rendah), maka akan semakin tebal
lapisan perkerasan di atasnya sesuai beban yang akan dipikulnya.
Ada dua macam pengukuran CBR yaitu :
1. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada 0.254 cm (0,1) terhadap penetrasi
standard besarnya 70,37 kg/cm2 (1000 psi).
Nilai CBR = (PI/70,37) x 100 % ( PI dalam kg / cm2 )
2. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada penetrasi 0,508 cm (0,2)
terhadap penetrasi standard yang besarnya 105,56 kg/cm2 (1500 psi)
Nilai CBR =PI/105,56) x 100 % ( PI dalam kg / cm2 )
Dari kedua hitungan tersebut digunakan nilai terbesar.
CBR laboratorium dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :
a. CBR laboratorium rendaman (soaked design CBR)
b. CBR laboratorium tanpa rendaman (Unsoaked Design CBR)
Pada pengujian CBR laboratorium rendaman pelaksanaannya lebih sulit karena
membutuhkan waktu dan biaya relatif lebih besar dibandingkan CBR laboratorium
tanpa rendaman.

Sedang dari hasil pengujian CBR laboratorium tanpa rendaman sejauh ini selalu
menghasilkan daya dukung tanah lebih besar dibandingkan dengan CBR
laboratorium rendaman.

Gambar Alat CBR

CBR (California Bearing Ratio)


1. CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR METHOD)
Pendahuluan
Metoda ini awalnya diciptakan oleh O.J poter kemudian di kembangkan oleh
California State Highway Departement, kemudian dikembangkan dan dimodifikasi
oleh Corps insinyur-isinyur tentara Amerika Serikat (U.S Army Corps of Engineers).
Metode ini menkombinasikan percobaan pembebanan penetrasi di Laboratorium
atau di Lapangan dengan rencana Empiris untuk menentukan tebal lapisan
perkerasan. Hal ini digunakan sebagai metode perencanaan perkerasan lentur
(flexible pavement) suatu jalan. Tebal suatu bagian perkerasan ditentukan oleh nilai
CBR.
Defenisi
CBR merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan
beban Standar (Standard Load) dan dinyatakan dalam persentase. Dinyatakan
dengan rumus :
PT
CBR = x 100%
PS
Keterangan :
PT = beban percobaan (test load)
PS = beban standar (standar load)
Harga CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan
bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam
memikul beban

Percobaan -Percobaan CBR


Percobaan-percobaan ini dapat dilakukan :
1. Percobaan di Laboratorium
standar yang berlaku :
Bina Marga : PB 0113 76
ASTM : D 1883 73
AASHTO : T - 193 81
Tujuan : Untuk menentukan nilai daya dukung tanah dalam kepadatan maksimum
Alat-alat yang digunakan :
Alat yang digunakan sama dengan alat-alat percobaan pemadatan standar maupun
dengan modifikasi dengan spesifikasi seperti table berikut :
From mining engineering
From mining engineering
Cara melakukan percobaan :
Percobaan C.B.R biasanya menggunakan contoh tanah dalam kadar air optimum.
Metode yang digunakan dalam metoda 2 atau standar ASTM D 70 atau D 1557
70. diameter tabung = 6 inci = 15 cm dan tinggi = 5 sampai 7 inci = 12,50 cm sampai
17,50 cm.
Dengan menggunakan dongkrak mekanis sebuah piston penetrasi ditekan supaya
masuk ke dalam tanah dengan kecepatan tetap = 1,25 mm/menit dengan beban awal
= 0,05 kN.
Pembebanan pada pluyer diamati pada penetrasi berturut-turut : 0.625 ; 1,250 ;
1,875 ; 2,500 ; 3,750 ; 5,000 ; 6,250 dan 7,500 mm.
hasil perhitungan ini di plot dalam kertas kurva.
2. percobaan di Lapangan
Tujuan untuk melakukan nilali C.B.R asli di Lapangan sesuai dengan kondisi
tanah saat iut. Biasanya digunaka untuk perencanaan tebal lapisan perkerasan yang
perkerasan lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi.pemeriksaan
dilakukan dengan kondisi kadar air tanah tinggi.
Alat-alat yang digunakan:
a. Truk dengan pembebanan
b. Piston penetrasi dari logam
c. Timbangan
d. Dongkrak hidrolisis atau mekanik
e. Arloji beban atau arloji cincin penguji lengkap dengan cincin pengujinya (proving
ring)
f. Perlengkapan lainnya : rol meter, kunici dan lain-lain.
Cara melakukan percobaan :
1) Di Lapangan
a. Tanah digali di lokasi yang telah ditentukan dan kemudian dibuat deskripsi secara
visual
b. Tabung diletakkan dipermukaan tanah dan kemudian diberi beban melalui truk
dengan dibantu dongkrak sebagai alat penekan
c. Cotoh tanah diambil sebanya k 2 tabung
d. Contoh tanah dibersihkan dan tutup rapat dan dibawa ke Laboratorium
e. Satu contoh langsung diuji dan yang lain direndam selama 4 x 24 jam.

2) Di Laboratorium
a. Beban statis diletakkan pada bagian atas tabung untuk mencegah pengembangan
tanah dalam tabung
b. Arloji penunjuk beban dan arloji penetrasi dipasang dan angka dinolkan
c. Pembebanan dimulai dengan beraturan sesuai dengan urutan waktu maupun
kedalaman yang ada pada forulir data.
d. Catat angka yang dibaca pada arloji pengukur pada formulir.
Jenis - Jenis CBR :
Berdasakan cara mendapatkan contoh tanahnya, CBR dapat dibagi menjadi :
1) CBR Lapangan (CBR inplace atau field Inplace)
Digunakan untuk memperoleh nilai CBR asli di Lapangan sesuai dengan kondisi
tanah pada saat itu. Umum digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan yang
lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi. Pemeriksaan ini dilakukan dala
kondisi kadar air tanah tinggi (musim penghujan), atau dalam kondisi terbuuk yang
mungkin terjadi. Juga digunakan apakah kepadatan yang diperoleh dengan sesuai
dengan yang kita inginkan
2) CBR lapangan rendaman (undisturbed soaked CBR)
Digunakan untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di Lapangan pada keadaan
jenuh air dan tanah mengalami pengembangan (swell) yang maksimum
Hal ini sering digunakan untuk menentukan daya dukung tanah di daerah yang
lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi, terletak pada daerah yang badan
jalannya sering terendam air pada musim penghujan dan kering pada musim
kemarau. Sedangkan pemeriksaan dilakukan di musim kemarau.
Pemeriksaan dilakukan dengan menambil contoh tanah dalm tabung (mould) yang
ditekan masuk kedalam tanah mencapai kedalaman yang diinginkan. Tabung berisi
contoh tanah dikeluarkan dan direndam dalam air selama beberapa hari sambil
diukur pengembangannya. Setelah pengembangan tidak terjadi lagi, barulah
dilakukan pemeriksaan besarnya CBR.
3) CBR Laboratorium
Tanah dasar (Subgrade) pada konstuksi jalan baru dapat berupa tanah asli, tanah
timbunan atau tanah galian yang telah dipadatkan sampai menncapai kepadatan
95% kepadatan maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut
merupakan nilai kemampuan lapisan tanah memikul beban setelah tanah tersebut
dipadatkan. CBR ini disebut CBR laboratoium , karena disiapkan di Laboratorium.
CBR Laboratorium dibedakan atas 2 macam, yaitu CBR Laboratorium rendaman dan
BR Laboratorium tanpa rendaman
2) UKURAN BUTIR
Pembagian dari butir-butir tanah tergantung pada ukuran di dalam tanah Untuk
bahan yang berbutir kasar. Pembagian ini dapat ditentukan dengan menyaring, dan
untuk butir-butir yang halus digunakan suatu metoda pengukuran kecepatan
penurunan dalam air. Penentuan pembagian ukuran butir dengan metoda-metoda
tersebut dikenal sebagai analisis mekanis.
Ada sejumlah sistem-sistem klasifikasi ukuran butir yang dipakai, akan tetapi
British Standard Institution telah menerapkan sistem yang dikembangkan oleh
Massachusetts Institute of Technology, berhubung batas- batas pembagian utama
yang dipakai kira-kira bersangkutan dengan perubahan-perubahan penting di dalam
sifat-sifat teknis tanah.
From mining engineering

Analisis Kasar
Untuk analisis kasar, baik basah mapun kering dapat digunakan saringan. Dalam
kedua keadaan suatu contoh tanah yang dikeringkan dalam tungku ditimbang dan
dilewatkan melalui suatu kelompok saringan
Berat tanah kering yang tertahan diatas setiap saringan di catat dan dihitung
persentase dari contoh total yang melewati setiap saringan.
Analisis Halus
Teori analisis halus adalah berdasarkan kepada hukum Stike mengenai penurunan
(settlement), yaitu bola-bola kecil di dalam suatu cairan aka turun pada kecepatankecepatan yang berbeda, bergantung kepada ukuran bola tersebut.
thanks to aldy(mining engineering)

Metoda Rasio Daya Dukung California(California


Bearing Ration = CBR Method)
SABTU, DESEMBER 08, 2012 ADI ATMADILAGA NO COMMENTS

Metoda ini mengkombinasikan percobaan pembebanan penetrasi di laboratorium atau di lapangan


dengan rencana empiris(empirical design charts) tebal lapisan perkerasan. Hal ini digunakan sebagai
metoda perencanaan perkerasan lentur (fleksibel pavement) jalan raya dan lapangan terbang.tebal
perkerasan di tentukan oleh nilai C.B.R.
Definisi
California Bearing Ration(CBR) merupakan sesuatu perbandingan antara beban percobaan (test
load) dengan beban standar(standard load) dan dinyatakan prsentasi.
C.B.R=PT

Ket:

PT = beban percobaan(test load)

PS = beban standar(standard load)

Harga CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar
berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu lintas
Beban standar yang dipakai untuk percobaan CBR

Penetrasi
pluyer (in)

Beban standar
(lb)

Penetrasi plunyer
(mm)

Beban standar
(kg)

Beban standar
(kN)

0,10

3000

2,25

1370

13,50

0,20

4500

5,00

2055

20,00

0,30

5700

7,50

2630

25,50

0,40

6900

10,00

3180

31,00

0,50

7800

12,50

3600

35,00

Percobaan- percobaan CBR

Percobaan di laboratorium:

1. Bina Marga: PB 0113 76


2. ASTM : D 1883 73
3. AASHTO : T 193 81
a. Tujuan :
Untuk menentukan nilai daya dukung tanah dalam kepadatan maksimum.
b. Alat- alat yang digunakan:
Hampir sama dengan alat- alat percobaan pemadatan standar maupun modifikasi dengan spesifikasi
seperti tabel berikut :
Spesifikasi percobaan CBR

Metoda

Jumlah pukulan

Jumlah lapisan

Berat palu (N)

D- 698 : 2 (tanah berbutir


halus) (B)

56

24,50

4 (tanah berbutir
kasar) (D)
D- 1557 : 2 (tanah berbutir
halus) (B)
4 (tanah berbutir
kasar) (D)

56

24,50

56

44,50

56

44,50

c. Cara melakukan percobaan.


Metoda yang digunakan dalam standar ASTM D -7 atau D 1557 70. Diameter tabung = 6 inci = 5
cm dan tinggi = 5 sampai 7 inci = 12,50 cm.
Dengan menggunakan dongkrak mekanis sebuah piston penetrasi ditekan supaya masuk kedalam
tanah dengan kecepatan tetap = 1,25mm/menit dengan beban awal = 0,05 kN.
Pembebanan pada plunyer di amati pada penetrasi berturut-turut : 0,625 ;1,250 ;1,875 ;2,500 ;3,750
;5000 ;6,250 dan 7,500mm.hasil pengamatan dapat diplot dalam kertas kurva.

d. Analisis perhitungan
Nilai CBR dihitung pada harga penetrasi 2,500 dan 5,000mm dengan beban standar = 13,50kN dan
20,00kN
Umumnya nilai CBR dengan penetrasi 2,500mm lebih besar dari penetrasi 5,000mm.

Percobaan dilapangan

CBR Asli
a. Tujuan:
Untuk mengntrol apakah kepadatan yang diperoleh sudah sesuai dengan yang diinginkan.
b. Alat- alat yan digunakan:
1. Truk dengan pembebanan
2. Piston penetrasi dari logam
3. Timbangan
4. Dongkrak hidrolis atau mekanik
5. Arloji beban dan arloji cincin penguji lengkap dengan cincin pengujinya
6. rol meter, kunci dll
c. cara melakukan percobaan:
1. Dilapangan:

(a) Tanah digali sesuai lokasi kemudian dibuat deskripsisecara visual


(b) Tabung diletakkan di permukaan tanah dan kemudian diberi beban melalui truk dengan dibantu
dongkrak sebagai alat penekan.
(c) Contoh tanah diambil sebanyak 2 tabung.
(d) Contoh tanah dibersihkan dan ditutup rapat dan dibawa ke laboratorium.
(e) Satu conto langsung diuji dan yang lain direndam selama
2. Di laboratorium.
(a) Beban statis diletakan pada bagian atas tabung untuk mencegah pengembangan tanah dalam
tabung.
(b) Arloji penunjuk beban dan arloji penetrasi dipasang dan angka dinolkan.
(c) Catat angka yang dibaca pada arloji pengukur pada formulir.
d. Analisis perhitungan .
Nilai CBR dihitung pada penetrasi = 0,10 inci dan 0,20 inci
CBR lapangan.
a. Tujuan:
Untuk mendapatkan nilai CBR langsung di lokasi.
b. Alat- alat yang digunakan:
1. Piston penetrasi dari logam.
2. Cincin penguji dengan arloji pembacaan.
3. .Arloji pembacaan beban.
4. Mesin penetrasi.
5. beban truk.
6. CBR asli.
c. Cara melakukan prcobaan:
1. Benda uji didapat langsung pada tanah dasar.
2. Mula-mula diletakan beban statis untuk mencegah mengembangnya tanah dan kehilangan kadar
air benda uji.
3. Piston dipasang dapa benda uji.
4. Arloji pembacaan beban dan arloji pembacaan penetrasi dibuat nol.
5. Pembebanan dimulai dengan teratur.
6. Pembaca pembebanan pada penetrasi dicatat.
7. hasil pemeriksaan di gambarkan dalam kertas kurva.
3. Jenis- jenis CBR.
1. CBR lapangan.
Digunakan untuk memperoleh nilai CBR asli di lapangan, sesui dengan kondisi tanah dasar pada
saat itu.
Memeriksa apakah kepadatan yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan.

2. CBR lapangn rendaman.


Digunakan untuk menentukan daya dukung tanah di daerah lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan
dipadatkan lagi, terletak didaerah yang badan jalannya sering terendam air pada musim penghujan
dan kering pada musim kemarau. Pemeriksaan dilakukan pada musim kemarau.
3. CBR laboratorium.
Dibagi 2 macam:
a. CBR laboratorium rendaman (soaked laboratory CBR/soaked design CBR).
b. CBR laboratorium tanpa rendaman (unsoaked laboratory/unsoaked design CBR).
Beberapa cara menaksir Dan menentukan nilai CBR.
1. Menaksir nilai CBR secara empiris.
Pada tanah dasar rencana yang merupakan tanah dasar galian yang cukup dalam pengmbilan
contoh tanah sebanyak yang diperlukan untuk pemeriksaan CBR sukar diperoleh.
2. CBR rencana rendaman.

Menghitung Daya Dukung Tanah


SELASA, OKTOBER 30, 2012 ADI ATMADILAGA 1 COMMENT

Banyak rumus yang dapat dipakai untuk mendisain Pondasi. Pilihan yang dipakai sangat tergantung
dari kebiasaan seseorang dalam perencanaan pondasi dan data-data tanah yang tersedia. Kami hanya
akan membatasi pada rumus pondasi dangkal dan pondasi dalam tunggal. Kedua jenis pondasi ini
sering ditemui di lapangan.

Peck dkk membedakan pondasi dalam dan pondasi dangkaldari nilai kedalaman (Df/B):

v Df/B > 4 : Pondasi dalam


v Df/B 1 : Pondasi Dangkal

Dimana
Df : Nilai Kedalaman Pondasi
B : Lebar Pondasi
1. Menentukan daya dukung pondasi Dangkal
Daya dukung ultimit (ultimit bearing capacity/qult)didefinisikan sebagai beban maksimum per satuan
luasdimana tanah masih dapat mendukung beban tanpamengalami keruntuhan.
- Rumus Terzaghi
(Bila memakai data pengujian Laboratorium)
qult = C.Nc + b.Nq.Df + 0,5.b.B.N
dimana :
qult = Daya Dukung Ultimit Pondasi
C = Cohesi Tanah
b = Berat Volume Tanah
Df = Kedalaman Dasar Pondasi
B = Lebar Pondasi dianggap 1,00 meter
Nc, Nq, N = Faktor daya dukung Terzaghi ditentukan oleh besar sudut geser dalam
Setelah kita mendapatkan nilai daya dukung Ultimit Tanah (qult) , Langkah selanjutnya menghitung
daya dukung ijin Tanah yaitu :
q = qult / Sf
dimana :
q = Daya Dukung ijin Tanah
qult = Daya Dukung Tanah Ultimit
Sf = Faktor Keamanan biasanya nilainya diambil 3

Tabel. 2.1.1 Nilai Faktor Daya Dukung Terzaghi

Nc
Nq
N
Nc'

5,7

1,0

0,0

5,7

Nq'

N'

7,3

1,6

0,5

6,7

1,4

0,2

10

9,6

2,7

1,2

1,9

0,5

15

12,9

4,4

2,5

9,7

2,7

0,9

20

17,7

7,4

5,0

11,8

3,9

1,7

25

25,1

12,7

9,7

14,8

5,6

3,2

30

37,2

22,5

19,7

19

8,3

5,7

34

52,6

36,5

35,0

23,7

11,7

35

57,8

41,4

42,4

25,2

12,6

10,1

40

95,7

81,3

100,4

34,9

20,5

18,8

45

172,3

173,3

297,5

51,2

35,1

37,7

48

258,3

287,9

780,1

66,8

50,5

60,4

50

347,6

415,1

1153,2

81,3

65,6

87,1

-- Rumus Meyerhof
Bila memakai data pengujian Sondir
qult = qc. B. (1 + D/B). 1/40
Dimana :
qult = Daya Dukung Ultimit Tanah
qC = Nilai Conus
B = Lebar Pondasi (dianggap 1 meter)
D= Kedalaman Dasar Pondasi
Setelah kita mendapatkan nilai daya dukung UltimitTanah (qult) , Langkah selanjutnya menghitung
dayadukung ijin tanah yaitu :
q = qult / Sf
dimana :
q = Daya Dukung ijin tanah
qult = Daya Dukung Tanah Ultimit
Sf = Faktor Keamanan biasanya nilainya diambil 3
Daya dukung ijin tanah dapat juga dihitung langsungdengan cara :
q = qc/40 (untuk besaran B sembarang)

dimana :
q = Daya Dukung ijin tanah
qc = Nilai Konus
Menentukan daya dukung pondasi Dalam
Daya dukung pondasi dalam merupakan penggabungan dua kekuatan daya dukung, yaitu daya
dukung ujung (qe) dan daya dukung lekatan (qs)
Rumus Daya Dukung ujung tiang
P = qc. A/3. + JHF. O /5
dimana :
P = Daya Dukung Tiang
qc = Nilai Konus
A = Luas Penampang Tiang
JHF = Nilai Hambatan Lekat per pias
O = Keliling Tiang
3 & 5 = Koefisien Keamanan
Rumus Daya Dukung ujung tiang metode LCPC, 1991
qe = qc. Kc. Ap
dimana :
qe = Daya Dukung ujung tiang
qc = Nilai Konus
Kc = Faktor Nilai Konus (lihat tabel 2.2.1)
Ap = Luas penampang ujung tiang
a. Rumus Daya Dukung lekatan (qs)
qs = .JHp. As
dimana :
qs = Daya Dukung lekatan
JHP = Nilai Hambatan Pelekat (dari uji Sondir)
As = Selimut tiang
b. Rumus Daya Dukung Batas dan Daya dukung ijin
qult = qe +.qs
Dimana :
qult = Daya Dukung Tanah Ultimit
qe = Daya Dukung Ujung Tiang

qs = Daya Dukung Lekatan


Setelah kita mendapatkan nilai daya dukung UltimitTanah (qult) , Langkah selanjutnya menghitung
dayadukung ijin tanah yaitu :
q = qult / Sf
dimana :
q = Daya Dukung ijin tanah
Sf = Faktor Keamanan biasanya nilainya diambil 3

Tabel 2.2.1. Nilai Kc (Titi dan Abu Farsakh 1991)

Jenis Tanah

Faktor qonus Ujung Tiang


Drilling Pile

Driven Pile

Clays dan Silts

0,375

0,600

Sands dan Gravels

0,15

0,375

Chalk

0,200

0,400

KAPASITAS DUKUNG TANAH UNTUK BEBAN


STATIK
SABTU, DESEMBER 03, 2011 ADI ATMADILAGA 1 COMMENT

Kapasitas dukung ultimit (qult) didefinisikan sebagai tekanan terkecil yang dapat menyebabkan
keruntuhan geser pada tanah pendukung tepat di bawah dan di sekeliling pondasi.

Ada 3 kemungkinan pola keruntuhan kapasitas dukung tanah yakni,


1. General Shear Failure

Kondisi kesetimbangan plastis terjadi penuh diatas failure plane.

Muka tanah disekitarnya mengembang (naik).

Keruntuhan (slip) terjadi di satu sisi sehingga pondasi miring.

Terjadi pada tanah dengan kompresibilitas rendah (padat atau kaku).


Kapasitas dukung ultimit (qult) bisa diamati dengan baik.

2. Local Shear Failure


Muka tanah disekitar kurang berarti pengembangannya, karena cukup besar
desakan ke bawah pondasi.
Kondisi kesetimbangan plastis hanya terjadi pada sebagian tanah saja.
Miring pada pondasi diperkirakan tidak terjadi.
Terjadi pada tanah dengan kompresibilitas tinggi ditunjukan dengan setlement yang relatif besar.
Kapasitas dukung ultimit sulit dipastikan sehingga sulit dianalisis, hanya bisa dibatasi setlementnya
saja.
3. Punching Shear Failure

Terjadi jika terdapat desakan pada tanah di bawah pondasi yang disertai pergeseran arah
vertikal disepanjang tepi.

Tak terjadi kemiringan dan pengangkatan pada permukaan tanah.

Penurunan relatif besar.

Terjadi pada tanah dengan kompresibiltas tinggi dan kompresibilitas rendah jika pondasi agak
dalam.

Kapasitas dukung ultimit tidak dapat dipastikan.

Cara keruntuhan secara umum tergantung pada kompresibilitasnya dan kedalaman pondasi
relatif terhadap lebarnya.

Analisis kapasitas dukung didasarkan kondisi general shear failure, gaya-gaya yang bekerja dapat
dianalisis.

Gambar di atas adalah mekanisme keruntuhan untuk pondasi menerus dengan lebar b dan panjang

tak terbatas, memikul suatu tekanan merata (qult) diatas permukaan tanah yang homogen dan
isotropik. Parameter kekuatan geser tanah adalah c dan tetapi berat isi tanah diasumsikan sama
dengan nol. Pondasi akan tertekan ke bawah dan menghasilkan suatu kesetimbangan plastis dalam
bentuk zona segi tiga di bawah pondasi dengan sudut ABC = BAC = 45 + /2. Gerakan bagian
tanah ABC ke bawah mendorong tanah diampingnya ke kesamping. Zona Rankine pasif ADE dan
BGF akan terbentuk dengan sudut DEA = GFB = 45 - /2. Transisi antara gerakan ke bawah bagian
ABC dan gerakan lateral bagian ADE dan BGF akan terjadi di sepanjang zona geser radial ACD dan
BCG. Kesetimbangan plastis akan terjadi pada permukaan EDCGF sedangkan sisa tanah lainnya
berada dalam kesetimbangan elastis.
Biasanya pondasi tidak diletakan pada permukaan tanah, dalam praktek diasumsikan kenaikan geser
tanah antara permukaan dan kedalaman Df diabaikan, tanah tersebut hanya diperhitungkan sebagai
beban yang menambah tekan merata q pada elevasi pondasi, hal ini disebabkan tanah diatas elevasi
pondasi biasanya lebih lemah, khususnya jika diurug, daripada tanah pada tempat yang lebih dalam.
Kapasitas dukung ultimit di bawah pondasi menerus dapat dinyatakan dengan persamaan Terzaghi
(1943),
qult = c Nc + q Nq + b N
, c, nilainya diambil di bawah pondasi.
dengan,
q = .Df
g nilanya diambil di atas elevasi pondasi.
Persamaan diatas dikembangkan oleh Terzaghi dari teori Prandth-Reissner hingga menghasilkan
persamaan,
qult = c [ tan (kc + 1)] + q (tan ) kq + b [ tan (k tan - 1) ]
= c Nc + q Nq + b N
Nilai Nc, Nq, N tidak dapat dilacak dari mana asalnya karena Terzaghi hanya memberikan grafik
VS Nc, Nq, N dan bukannya sebuah rumus sehingga tiap buku yang ada nilai Nc, Nq, N dapat
berbeda-beda.
Untuk pondasi telapak bentuk bujur sangkar :
qult = 1.3 c Nc + q Nq + 0.4 b N
Untuk pondasi telapak bentuk lingkaran :
qult = 1.3 c Nc + q Nq + 0.3 b N

Analisis kapasitas dukung didasarkan kondisi local shear failure pada pondasi menerus,
qult = c Nc + q Nq + b Ng
dengan,
c = 2/3 c
tan j = 2/3 tan
Local shear failure dapat terjadi untuk nilai 30. Untuk pondasi bentuk lainya, caranya sama
dengan mencari qult. Persamaan qult hanya untuk memuaskan user, tidak ada alasan ilmiah yang
mendukung teori ini. Teori ini hanya ada dari Terzaghi saja.
Catatan :
Untuk keamanan besar dapat digunakan rumus local shear failure, kapasitas dukung lebih rendah,
setlement tidak perlu dihitung.
Untuk lebih realistis setelah pengecekan terhadap qult (general shear failure), pondasi perlu dichek
terhadap setlement (hasil lab). Dapat juga hasil lab dibandingkan dengan uji lapangan (SPT atau
CPT). Hasil qult lab biasanya lebih besar dari qult lapangan (pendekatan). Mengapa hasil qult
lapangan nilainya lebih rendah ? karena teorinya hanya sederhana, tanah dibagi menjadi tanah
kohesif dan non-kohesif.
Kondisi khusus,
pada tanah non-kohesif c = 0 maka qult = q Nq + b Ng
pada tanah kohesif j = 0 maka Nc = 5.7, Nq=1, N=0, qult = 5.7 c + q
pondasi pada permukaan tanah Df = 0 maka qult = c Nc + b N
Perkembangan rumus setelah qult Terzaghi, Nc & Nq diambil nilainya dari Prandth(1921) Reissner
(1924),
Nq = e^(.tan) tan^2 (45 + /2)
Nc = ( Nq 1 ) Cot
Sedangkan nilai N diusulkan,
N = ( Nq 1 ) tan 1.4 Mayerhof (1963)
N = 1.8 ( Nq 1 ) tan Hansen (1968)
N = 2 ( Nq + 1 ) tan Coquot & Kerisek nilainya terlalu besar.
Untuk faktor bentuk, faktor kedalaman dan faktor kemiringan beban yang diusulkan oleh DeBeer
(1970) dan Mayerhof (1953) secara empiris hasil observasi percobaan. Untuk keperluan praktis, nilai
qult yang di usulkan Terzaghi memberikan hasil yang cukup baik. Perlu diketahui bahwa hasil-hasil
perhitungan kapasitas dukung sangat peka terhadap nilai-nilai asumsi parameter kekuatan geser
terutama untuk nilai j yang tinggi. Akibatnya perlu dipertimbangkan keakuratan parameter-parameter

kekuatan geser yang digunakan.


Beberapa alasan mengapa data hasil lab perlu di tinjau (jangan dipercaya langsung) :

Tingkat ketergangguannya.

Kondisi lapangan apa cukup baik.

Kondisi struktur tanah sample tidak dapat mewakili.

Kalau terdapat krikil dalam sample, krikil dibuang sehingga mungkin kapasitasdukung
lapangan lebih besar dari lab.

Pengaruh Air Terhadap Kapasitas Dukung Tanah.


Air dapat mengurangi kapasitas dukung tanah hingga -nya (Terzaghi), untuk pasir pendapat ini
terlalu kecil dan untuk lempung pendapat ini terlalu besar. Berdasar elevasi MAT terhadap pondasi
nilai qult menjadi,

Sebenarnya perlu juga koreksi nilai dan c selain nilai akibat adanya M.A.T, namun di lapangan
dapat digunakan nilai dan c terlemah.
KAPASITAS DUKUNG TANAH DI ATAS TANAH BERLAPIS

Tanah tak padat di atas tanah yang lebih padat.

Jika tanah kurang padat lebih tebal gunakan kapasitas dukung lapisan tsb.

Jika tanah kurang padat lebih tipis pengaruh lapisan yang lebih padat.

Tanah lebih padat di atas tanah kurang padat.

Jika tanah lebih padat tebal kapasitas dukung tanah yang lebih padat dan chek setlement
lapisan kurang padat.

Jika tanah lebih padat tipis -- pertimbangkan patah pons (pada lap. Cadas)

jika pondasi diletakan diatas lap.cadas sehingga gunakan kapasitas dukung lapisan kurang
padat.

Pengolahan Data Sondir


KAMIS, FEBRUARI 16, 2012 ADI ATMADILAGA 1 COMMENT

Pengolahan data sondir diperlukan bagi kepentingan interprestasi desain untuk pondasi tower
(atau pole) transmisi. Data yang dibutuhkan dari lapangan adalah berupa raw data, yang
memuat hasil bacaan manometer tiap interval kedalaman per 20 cm sampai kedalaman akhir
konus, yaitu bacaan yang pertama berupa perlawanan konus (qc) dan bacaan kedua berupa
perlawanan geser (qc+fs). Nomor ID konus yang digunakan, kedalamanan muka air tanah,
pelaksana/penanggung jawab pencatatan/pembacaan manometer, tanggal penyelidikan,
lokasi (sawah/ladang/rawa), prediksi muka banjir (jika ada), Nama proyek, Nomor lokasi
(nomor tower), dll.
Hasil pengolahan berbentuk tabel perhitungan dan grafik sondir, yang memuat informasi
berikut :
qc (perlawanan konus, atau daya dukung);
fs (perlawanan geser);
rf (angka banding geser, atau friction ratio);
Tf (geseran total)
Perhitungan dan penggambaran grafik sondir ini dilakukan dengan menggunakan komputer
yang memakai software dari Microsoft Excel atau program software yang khusus untuk
pengolahan data CPT (Cone Penetration Test).

Data hasil pengukuran adalah cell yang berwarna kuning, dan rumus yang terpakai adalah
sebagai berikut :

Dari tabel diatas terlihat bahwa Variabel Dc, Ds dan Ls adalah dimensi konus yang dipakai
pada penyelidikan ini, variabel ini akan dihitung sebagai koreksi alat konus.
Dari tabel diatas kita akan memindahkan kedalam bentuk grafik yang disebut juga Grafik
sondir.

Pada tabel perhitungan sondir, terdapat kolom estimasi jenis tanah, jenis tanah yang
diprediksikan adalah berdasarkan angka friction ratio, Rf. Pengklasifikasian ini bermacammacam tergantung dari hasil penyelidikan tanah yang dilakukan beberapa ahli geoteknik.
Penggunaan klasifikasi ini diserahkan kepada pembaca blog yang tercinta.

Dari hasil penyondiran , jenis tanah Sand (pasir) dapat diketahui dari nilai qc yang tinggi dan
Rf yang kecil, sebaliknay untuk Clay (lempung) qc-nya kecil dan Rf-nya tinggi.
Walau kelompok jenis tanah cukup banyak, namun penulis hanya mengelompokkan kedalam
2 kelompok besar saja yaitu sand atau clay , semoga maklum adanya.

Anda mungkin juga menyukai