Repost: http://kampustekniksipil.blogspot.com
STAAD adalah salah satu program analisa program analisa struktur yang pada saat ini telah
banyak dipakai diseluruh dunia. STAAD menggunakan teknologi yang paling modern dalam
rekayasa elemen hingga, dengan metode input data berbasis object oriented. Program ini
dikembangkan oleh tim dengan pengalaman lebih dari 20 tahun riset yang diadakan di USA,
Kanada, dan eropa dalam merumuskan metode ini. Dengan ketepatan numerik dan efisiensi
perhitungan, metode ini memberikan hasil yang lebih baik daripada metode lain yang
diketahui pada semua aplikasi rekayasa strukutur.
Kelebihan yang sangat dominan yang dimilki oleh STAAD adalah adalah kemudahan dalam
penggunaannya. GUI (Graphical User Interface) dirancang sedemikian rupa agar
user/pengguna lebih mudah menggunakan aplikasi dari program ini. Untuk lebih jelasnya,
bila anda membuka program STAAD maka anda akan mendapat tampilan GUI seperti
dibawah ini.
gambar diatas adalah GUI (elemen interface) dari program STAAD, dimana fungsi dari
elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menu Pulldown
Bisa juga disebut sebagai menu bar, letaknya disebelah pojok kiri atas layar, tepatnya diatas
menu toolbar, fungsi dari menu ini adalah untuk memberikan akses ke semua fasilitas dari
STAAD
2. Menu Toolbar
Terletak tepat dibawah menu pulldown. Menu ini berguna untuk mengakses perintah yang
sering anda gunakan, jadi anda tidak perlu repot-repot lagi untuk mengakses perintah dari
menu pulldown. Keberadaan dari menu toolbar akan sangat membantu sekali ketika anda
bekerja dengan banyak pengeditan atau modifikasi rancang bangun struktur, sehingga
pekerjaan anda akan semakin efektif dan tidak membuang-buang waktu karena harus
mondar-mandir di menu pulldown. Selain itu anda juga bisa membuat customized toolbar
sendiri.
3. Menu Halaman
Terletak disamping kiri layar. Menu halaman adalah sekumpulan tab yang mana
setiap tab dari kumpulan tab tersebut memiliki page control didalamnya, dimana
didalam page control tersebut terdapat tool-tool yang berguna untuk memberikan
perintah spesifik yang akan memudahkan dalam pemodelan dan verifikasi hasil
analisa. Organisasi dari tab-tab tersebut menggambarkan operasi yang berurutan dari
atas ke bawah, sehingga betul-betul akan mengarahkan anda pada pemodelan yang
sistematis (berurutan mulai dari pemodelan – analisa – hingga verivikasi ), sehingga
akan memudahkan pekerjaan anda. Tidak hanya itu saja, setiap tab dirancang dengan
nama yang spesifik dan icon tool tersendiri, sehingga betul-betul memanjakan dan
memudahkan anda ketika bekerja pada program ini.
4. Menu Data Area
5. Menu Window
Sebelum kita akan membahas cara mengoperasikan STAAD lebih lanjut, maka ada baiknya
kita perlu tahu dulu 7 (tujuh) tahapan dalam rancang bangun pemodelan struktur pada
STAAD.
1. Menentukan geometri model struktur
2. mendefinisikan data2
- Jenis & kekuatan bahan
- Menentukan dimensi penampang elemen struktur
- Macam beban (load) yang bekerja
- Kombinasi pembebanan (load combination)
3. Menempatkan (Assign) data yang sudah didefinisikan ke model struktur yang
direncanakan, ini meliputi :
- Data beban
- Data penampang
4. Cek input data (memeriksa kembali input data)
- Apakah jenis materialnya sudah didefinisikan dan sudah ditempatkan (assign) dengan
benar ?
- Apakah dimensinya elemen penampang yang di input sudah sesuai dengan yang
direncanakan?, apakah sudah di tempatkan (assign) dengan benar?
- Apakah beban-beban sudah ditempatkan dengan benar ?
- Apakah kombinasi pembebanan sudah didefinisikan dengan benar ?
5. Analisa Struktur ( Mekanika Teknik)
6. Desain model struktur (baja, beton atau jenis bahan yang lain) dengan aturan-aturan
ada (yang berlaku di negara kita seperti SKSNI, PBI)
7. Modifikasi struktur / re-design
Catatan : khusus untuk yang nomor 6, STAAD tidak menyediakan menu/tool untuk
mengedit reduksi kekuatan bahan (untuk menyesuaikan dengan peraturan beton yang
berlaku SKSNI/PBI ‘91) seperti yang kita dapat kalau kita memodel struktur dengan
menggunakan SAP ( yah…ini adalah salah satu kelemahan STAAD), tapi jangan khawatir,
kelemahan ini bisa disiasati kok yaitu dengan memanipulasi faktor kombinasi beban
Perlu diketahui, khusus untuk desain struktur beton bertulang, dalam menetapkan kombinasi
pembebanan sebaiknya berhati hati dan tidak hanya melihat dari segi faktor pembebanan saja,
sebab untuk metode tertentu semisal SKSNI ‘91 tidak dikenal dalam STAAD, sehingga jika
hanya melihat dari faktor pembebanan sesungguhnya yang sesuai dengan SKSNI ‘91 hanya
beban rencananya, sedang desain strukturnya tidak sesuai dengan SKSNI ‘91.
Sebagai contoh pada SKSNI ‘91 ingin dilakukan kombinasi sebagai berikut :
U = 1.2 DL + 1.6 LL ……………….(1)
U = 1.05 (DL + LLr ± E )………….(2)
U = 0.9 DL ± E……………………..(3)
Nah…jika kita ingin mendesain beton bertulang dengan menggunakan program STAAD,
maka mau ndak mau kita harus menggunakan metode (code) ACI, BS8007, BS8110,
Canadian, Chinese, EC2, French, Jerman, Indian, atau Japanese, yang mana sudah kita
ketahui bahwa metode (code)2 tersebut memiliki parameter yang berbeda denagn SKSNI ‘91
terutama faktor reduksinya.
Untuk menyiasatinya supaya desain beton sesuai dengan parameter yang ada pada SKSNI,
maka dapat dilakukan dengan memanipulasi faktor kombinasi beban. Sebagai contoh jika
analisa strukturnya menggunakan metode ACI, maka perbedaan faktor reduksinya dengan
SKSNI ‘91 adalah sebagai berikut
- Lentur balok
ACI = 0.9 sedangkan SKSNI = 0.8
- Aksial kolom
ACI = 0.7 sedangkan SKSNI = 0.65
- Geser balok & kolom
ACI = 0.8 sedangkan SKSNI = 0.6
contoh :
Jika faktor reduksi yang dipakai sebagai dasar perhitungan konversi dari ACI ke SKSNI ‘91
adalah faktor reduksi lentur balok, maka faktor konversi dari ACI ke SKSNI ‘91 = (0.9/0.8) =
1.125. Nah..faktor konversi ini kita masukan ke faktor kombinasi pembebanan sehingga:
- U = 1.2 (1.125) DL + 1.6 (1.125) LL
- U = 1.05 (1.125) (DL + LLr ± E)
- U = 0.9 (1.125) DL ± E
….sehinga kesemua faktor pembebanannya menjadi
- U = 1.35 DL + 1.8 LL
- U = 1.81 (DL + LLr ± E)
- U = 1.01 DL ± E
Sebagai tambahan, contoh diatas hanyalah salah satu penyesuaian dari satu parameter yaitu
parameter faktor reduksi lentur balok. Sedangkan parameter lain belum dipertimbangkan
dalam konversi ini.
PERENCANAAN RUKO 2 LANTAI DENGAN STAAD PRO 2004
Tampak Depan
Denah LT 1
Denah LT 2
Rencana Balok LT 2
Rencana Balok Atap
Untuk menjaga agar postingan tidak terlalu memanjang kebawah. Pembahasan perencanaan
ruko dua lantai dengan program bantu STAAD Pro 2004, saya bagi menjadi empat bagian,
sebagai berikut :
1. Perencanaan ruko dua lantai dengan program bantu STAAD Pro 2004 (Part 1) –
membahas cara memodel struktur
2. Perencanaan ruko dua lantai dengan program bantu STAAD Pro 2004 (Part 2) –
membahas cara mendefiniskan material dan profil penampang
3. Perencanaan ruko dua lantai dengan program bantu STAAD Pro 2004 (Part 3) –
membahas cara mendefinisikan beban dan assign pembebanan
4. Perencanaan ruko dua lantai dengan program bantu STAAD Pro 2004 (Part 4) –
membahas analisa struktur, design struktur dan verifikasi desain
1. Tentukan tipe struktur yang akan dianalisa dengan mengklik radio button space,
2. Tentukan nama file di kotak form file name
3. Tentukan lokasi file dimana file tersebut akan disimpan dengan cara mengklik tombol kecil
disamping kotak text box Location.
4. Tentukan unit yang akan dipakai, yaitu dengan mengklik meter pada frame length units
5. klik kilogram pada frame force units
6. Klik Next untuk melanjutkan
7 Kotak dialog selanjutnya akan muncul, dimana STAAD akan menanyakan apa yang akan
anda lakukan selanjutnya. Apakah akan membuat model struktur ataukah mengedit informasi
dari pekerjaan anda. Disini anda akan menggambar portal 3D dengan cara memodifikasi
portal 2D (di alih modif). Karena itu kliklah radio botton Add Beams. lalu klik Finish
8. Tampilan STAAD akan seperti gambar dibawah.
Perhatikan pada frame Construction Lines (Yang saya lingkari No. 3). Karena bangunan kita
lebarnya adalah 6 meter dan tinggi bangunannya adalah 7.70 meter, maka gridnya bisa kita isi
X = 6, dan Y = 8, kemudian spasinya kita isi 1. Ini artinya tiap garis grid arah X dan Y, antara
grid satu dengan grid yang lainnya berjarak 1 meter.
12. Setelah anda atur parameter diatas, maka modus view gridnya akan jadi seperti ini
13. Nah…setelah grid sudah tertata dengan benar seperti diatas, maka sekarang kita akan
memulai penggambaran. Pastikan snap node beams dalam kondisi terselect (lihat langkah no
11, perhatikan tool yang saya tandai dengan lingkaran warna merah dan angka 4).
Catatan : fungsi tombol snap node beams itu sama seperti fungsi end point pada
AutoCAD, yaitu untuk membantu menangkap ujung batang atau titik (joint) secara
akurat.
Sekarang buat portal seperti gambar dibawah ini. Caranya : klik dititik (0,0), klik dititik (0,4),
klik dititik (6,4), kemudian klik dititik (6,0), tekan Esc di keyboard. Kemudian secara
berlanjut klik dititik (0,4), (0,8), (6,8), dan (6,4), tekan Esc. Jika benar maka jadinya seperti
dibawah ini.
14. Tinggi lantai dua dari bangunan kita adalah + 3.80 m, dan top atapnya adalah + 7.40 (lihat
gambar tampak depan). Disekeliling atap dipasang bata setinggi 30 cm (untuk menjaga
tampias air), sehingga tinggi total bangunan = +7.70 m. Nah…oleh karena portal kita
sekarang tingginya 8 m, maka kita harus edit dulu ketinggian dari portal diatas dengan cara
menurunkannya sejauh 0.6 m, supaya level top atapnya menjadi 7.40 m.
15. Klik beams cursor
16. Seleksi frame batang sebelah atas (atap) dari portal yang sudah kita buat
sebelumnya, lihat ilustrasi dibawah ini :
Garis yang anda seleksi tadi akan menjadi berwarna merah, ini mengindikasikan bahwa joint
dan framenya telah terselesi sempurna dan tinggal menunggu perintah selanjutnya.
17. Tekan F2 di keyboard, maka akan muncul kotak dialog move seperti gambar dibawah ini.
19. Selanjutnya kita akan menduplikat portal diatas sebanyak 5 kali atau istilah teknik
sipilnya adalah generasi batang. Caranya pilih semua batang dengan cara dari menu pulldown
klik Select > By All > Beams
20. Lihat hasilnya pada portal anda. Semua telah terseleksi sempurna (warnanya berubah jadi
merah).
- Ubah display dalam modus isometri, klik tool yang dilingkari pakai warna merah
21. Kemudian dari menu toolbar generate klik icon translational repeat (lihat yang saya
lingkari pakai warna merah)
akan keluar kotak dialog 3D repeat. isi sesuai gambar dibawah ini, lalu klik OK
Catatan :
- Global direction = Arah duplikasi
- No of step = Jumlah bentang duplikasi
- Default Step Spacing = Jarak antar duplikasi
Untuk global direction klik Z, karena kita akan duplikasi portal ke arah Z, kemudian isi No of
Step = 4, karena jumlah bentangnya = 4, Selanjutnya isi juga Default Step Spacing = 4,
karena jarak duplikasi antar portalnya sejauh 4 m.
Jika benar maka hasilnya seperti ini
Semua jarak antar portal yang ada di layar tampilan STAAD anda sekarang adalah 4 meter,
padahal di gambar denah rencana kita, jarak antara As C dan D adalah 3 meter. Supaya jarak
antara portal As C dan D menjadi 3 meter, maka kita harus me-move (menggeser) portal As
A, B dan C sejauh 1 meter mundur kebelakang (perhatikan ilustrasinya pada gambar
dibawah ini)
22. Untuk me-move portal As A,B,dan C, seleksi portal A,B, dan C dengan cara klik titik 1
kemudian klik dititik 2 (lihat gbr dibawah ini)
Sehingga hasilnya seperti ini :
Anda lihat dilayar anda, ada beberapa elemen dari portal lain yang ikut terseleksi (elemen
1,2,3,4), untuk itu kita harus membatalkan seleksinya dengan cara tekan ctrl di keyboard
(jangan dilepas) kemudian klik elemen 1,2,3 dan 4 sehingga sekarang hasilnya betul-betul
hanya portal A,B dan C saja yang terseleksi
23. Klik F2 di keyboard anda, kemudian di Global Z, masukan nilai –1, artinya proses
pemindahannya kearah sumbu Z sejauh 1 meter mundur kebelakang
portal As C dan D sekarang menjadi 3 meter, maka kita cek dengan meng klik icon
kemudian klik titik 1 dan 2, maka dimensi jaraknya akan muncul secara otomatis (lihat
gambar dibawah)
24. Buat element balok yang menghubungkan setiap portal. Dengan cara dari menu toolbar
29. Sekarang kita akan pasang balok anak. Klik tool add beam, kemudian klik titik 1
dan titik 2 (lihat gambar)
Jika benar maka hasilnya seperti ini
- Klik balok tersebut, kemudian klik kanan pada mouse, pilih insert node
- Akan keluar kotak Insert Node Into Beam
- Isi distance = 1.5, kemudian klik Add New Point, Klik Ok. Jika langkah anda sudah benar,
maka sekarang element balok as 2,(D - E) telah terpisah menjadi 2 bagian.
31. Jika anda sudah melakukannya dengan benar, maka sekarang balok anak yang
menyangga kamar mandi sudah bisa kita pasang. Caranya klik kemudian klik titik 1
kemudian klik titik 2 (lihat gambar dibawah ini)
Tekan Esc pada keyboard
32. Sekarang klik balok anak yang barusan saja kita buat tadi, kemudian klik kanan pada
mouse, pilih insert node
- Akan keluar kotak Insert Node Into Beam
- Isi distance = 1.1, kemudian klik Add New Point, Klik Ok. Jika langkah anda sudah benar,
maka sekarang element balok anak tersebut telah terpisah menjadi 2 bagian
33. Jika sudah, sekarang kita pasang balok anak berikutnya. Klik , kemudian klik titik 1
dan titik 2 (lihat gambar dibawah ini)
39. Sekarang klik tombol , kemudian hubungkan node nya, sehingga terbentuk balok
seperti gambar dibawah ini
- Tekan Esc, pada keyboard
- Hilangkan balok overstek (lihat gambar atas). Caranya klik balok tersebut, kemudian tekan
delete pada keyboard anda ( jangan lupa jointnya juga harus dihapus )
- Tekan Esc, pada keyboard
40. Sekarang kita akan membuat balok atapnya. Caranya anda copy dulu baloknya dengan
translational repeat .
kemudian seperti biasa anda buat balok atau element penghubungnya dengan tool add beam
. Semua langkah dan caranya sama seperti pada point sebelumnya. (Pasti bisa kan……),
dan kalau benar, maka hasilnya akan seperti dibawah ini
- Setelah itu akan muncul kotak dialog renumbers. Isi nilai awal batang dengan 1 dengan
konsekuensi ascending.Lalu klik Accept
- Akan muncul kotak informasi bahwasanya beam dan jointnya sudah di renumber
2. Menentukan Jenis Material Dan Profil
Material
Material struktur adalah beton (concrete) dengan berat jenis beton = 2400 kg/m3
fc (kuat tekan beton) = 25 MPa = 254.929 kg/cm2
Dimensi Balok
Tinggi Balok (H) diambil antara 1/10L – 1/12L. ( dimana L = Lebar bentang = 6 m = 600
cm ). Sedangkan lebar balok diambil antara 2/3 H – 1/2 H
Tinggi balok (H) ditentukan = 1/12L = 1/12 ( 600 ) = 50 cm
Lebar balok ditentukan (B) = 1/2 H = 1/2 (50) = 25 cm
Dimensi Kolom
Kolom direncanakan dengan ukuran 30/30
3. Memasukan Data Material & Profil Penampang Terdefinisi Ke Program
3.1 Mendefinisikan Balok Utama
1. Dari menu General klik tab property. Kemudian dari data area klik define pada kotak
dialog properties
Kotak dialog property akan muncul.
5. Group Kolom
- Pada kotak Group Name ketik BALOK_INDUK. Adapun aturan pemberian nama group,
penggunaan karakter spasi tidak diperbolehkan. Anda dapat menggunakan underscore untuk
menggantikan karakter spasi tersebut.
- Kemudian pada select type, pilih Beam
- Klik OK
2. Akan muncul kotak dialog Create Group. (jangan di apa-apakan dulu kotak dialog Create
Group ini).
3. Sekarang seleksi element balok induk dengan cara tekan Ctrl di keyboard anda (jangan
dilepas) kemudian klik satu persatu balok sehingga terseleksi seperti gambar dibawah ini.
- Pada kotak Group Name ketik BALOK_ANAK. Adapun aturan pemberian nama group,
penggunaan karakter spasi tidak diperbolehkan. Anda dapat menggunakan underscore untuk
menggantikan karakter spasi tersebut.
- Kemudian pada select type, pilih Beam
- Klik OK
2. Akan muncul kotak dialog Create Group. (jangan di apa-apakan dulu kotak dialog Create
Group ini).
3. Sekarang seleksi element balok anak dengan cara tekan Ctrl di keyboard anda (jangan
dilepas) kemudian klik satu persatu balok sehingga terseleksi seperti gambar dibawah ini.
2. Ok! jika sudah, maka akan keluar kotak dialog Create Support. Klik Fixed > Klik Add
Ok!, kotak Dialog ini jangan diapa-apakan dulu. Sekarang klik tool Nodes Cursor
. (posisi tool ini tepat diatasnya tool beam cursor)
5. Tekan Ctrl di keyboard anda, kemudian klik/pilih node-node di posisi end column pada
portal anda, (lakukan seperti gambar dibawah ini).
Jika anda mengkliknya benar, maka node yang telah anda klik tadi akan berwarna merah.
6. Jika semua node telah terpilih dengan benar, maka pada kotak dialog Supports-Whole
Structure klik radio button Assign To Selected Nodes, kemudian klik Assign, setelah itu akan
muncul kotak konfirmasi yang menanyakan mengenai metode assign yang digunakan, apakah
diproses lebih lanjut?. Klik Yes
2. Tampilan layar anda sekarang akan berubah pada mode loading dengan tab aktif yaitu
Loads, dimana data area tampil kotak dialog Load Values dan Loads
3. Satuan dari pembebanan yang akan kita berikan ke struktur adalah kilogram meter. Untuk
itu pastikan input units nya adalah kilogram meter. Caranya klik icon input unit (yang saya
lingkari pakai warna merah), kemudian pilih meter pada frame Length Units dan kilogram
pada frame Force Units
4. Sekarang dari kotak dialog Loads, klik Selfweight. Maka akan muncul kotak dialog
Selfweight Load. Kemudian pada frame Direction klik Y, dan isi factor dengan nilai –1 yang
berarti arahnya kebawah. Lalu klik Assign untuk mengakhiri.
Anda lihat kotak dialog Loads di Loads Spesification list disebelah kanan layar anda, akan
nampak spesifikasi beban yang telah anda definisikan sebelumnya.
5. Setelah berat sendiri sudah kita definisikan ke struktur, maka sekarang akan kita
definisikan juga untuk beban pelatnya. Kita mulai dari pelat lantai terlebih dahulu. Sekarang
lihat gambar ini.
Di posisi lantai dua, ada bagian yang tidak boleh di Assign beban pelat yaitu bagian Void
Tangga. Untuk itu kita mulai Assign beban pelat pada area A,B,C & D
6. Biar lebih mudah dalam menempatkan beban pelat ke struktur, maka tidak ada salahnya
jika kita menampilkan dimensi (ukuran) dari elemen struktur portal kita. Yang mana
tujuannya adalah sebagai rujukan untuk memudahkan dalam menentukan range dari tributary
area pembebanan. Caranya Klik tool dimension (yang saya lingkari pakai warna merah)
kemudian klik display
Langkah selanjutnya, anda klik New Load pada kotak dialog Loads. Maka aka keluar kotak
dialog New Create Load. Pastikan di Listbox nya pada pilihan Dead, dan isi Titlenya
dengan nama BERAT MATI PELAT. Klik OK
7. Sekarang pada kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak dialog Beam Load
muncul klik tab Floor With Y Range. Kemudian isi seperti dibawah ini. Lalu klik Add
Caranya dari kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak dialog Beam Load muncul
klik tab Floor With Y Range. Kemudian isi seperti dibawah ini. Lalu klik Add
Caranya dari kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak dialog Beam Load muncul
klik tab Floor With Y Range. Kemudian isi seperti dibawah ini. Lalu klik Add
Jika sudah maka hasilnya akan seperti ini.
9. Sekarang kita akan menempatkan beban mati akibat pelat atap. Caranya sama seperti
sebelumnya, bedanya hanya pada masalah define range untuk tributary area bebannya saja.
Untuk itu, dari kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak dialog Beam Load muncul
klik tab Floor With Y Range. Kemudian isi seperti dibawah ini. Lalu klik Add
Force = –279 kg/m2 (ingat karena ini beban pelat atap, jadi bukan –351 kg/m2 lagi
lho….hehehe)
Perhatikan untuk yang bagian Y Range. Kenapa kok tidak diisi dengan min = 0 dan max =
7.4. ?
Karena apabila nilai minimumnya kita isi dengan 0 dan maximumnya kita isi dengan 7.40 m.
Berarti definisi beban akan berada pada rentang ketinggian antara 0 sampai 7.40. Ini artinya
beban plat dilantai dua akan menjadi dobel karena beban pelat atapnya ikut ter assign dilantai
2
Jika sudah maka hasilnya akan seperti ini
Dan di menu data area, yaitu di kotak Loads - Whole Structure, sekarang telah terdefinisi data
beban mati pelat lantai & pelat atap
Untuk menampilkan tributari area. Caranya klik kanan pada area kosong di gambar tampilan,
maka akan keluar floating menu. Pilih Labels…, kemudian pada frame Loading Display
Option, Ceklist Load Values. Klik OK
3.1 Menempatkan Baban Terdefinisi Ke Struktur
3.1. Beban Hidup Pelat lantai & Pelat Atap
Beban hidup sebesar 250 kg/m2 akan kita tempatkan ke pelat lantai. Ada dua cara yang bisa
kita lakukan.
Yang pertama adalah anda mengulangi kembali langkah no 5 s/d 9 pada posting saya
di PART.3. Caranya sama seperti itu, cuma bedanya anda harus definisikan beban
baru pada kotak dialog Create New Load dengan nama BEBAN HIDUP PELAT,
kemudian di kotak Beam Loads>Floor With Y Range, anda isi bebannya menjadi –
250 kg/m2 untuk beban hidup pelat lantai, dan –100 kg/m2 untuk beban hidup pelat
atap. Sedangkan Range bebannya (Define X,Y & Z Range) tidak usah diganti.
Catatan :
Beban yang bekerja pada ketinggian 3.8 meter adalah beban pelat lantai, sedangkan beban yang
bekerja pada ketinggian 7.40 m adalah beban pelat atap, Nah…untuk itu kita kasih catatan kecil, agar
kita lebih mudah nantinya dalam membaca script. Untuk itu sisipkan kata-kata berikut dengan
diawali tanda *.
LOAD 2 BEBAN MATI PELAT
FLOOR LOAD
*PELAT LANTAI
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 6 ZRANGE 4 16
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 2.9 ZRANGE 0 4
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 2.9 6 ZRANGE 0
1.5
*PELAT ATAP
YRANGE 7.4 7.4 FLOAD -279 XRANGE 0 6 ZRANGE 0
16 FINISH
Kode script diatas adalah kode script dari beban mati pelat lantai dan pelat atap.
Nah….sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana cara memasukan beban hidup
pelat lantai dan pelat atap melalui STAAD EDITOR ini ?
Gampang….!. Kita tinggal Copy kode script dari beban mati pelat lantai & atap diatas,
kemudian kita Paste dibawahnya. Tapi ingat…, Paste nya diatas kata FINISH lho. Biar lebih
jelas perhatikan langkah-langkahnya….
Catatan:
Ganti hasil paste tadi dengan angka-angka yang saya blok pake warna kuning. Ingat hanya
pada bagian yang berwarna kuning saja yang dirubah, selain itu tidak.
Sehingga secara keseluruhan hasilnya akan menjadi seperti ini.
3. Jika sudah, maka klik Save (atau juga bisa tekan Ctrl + S). Klik Close (pojok kanan atas).
Klik OK
Sekarang kita telah memiliki 3 Pembebanan yaitu berat sendiri, beban mati pelat, dan beban
hidup pelat
4. Sekarang kita akan pasang beban dinding di Lantai 2 dan di Atap. Dimana tinggi dinding
lantai 2 adalah 3.60 m, dan tinggi dinding bata di atap adalah 30 cm (biar air hujan tidak
tampias kebawah),
Beban dinding Lt 2 = 3.60 m x 250 kg/m2 = 900 kg/m’……..(catatan: 250 kg/m2 =
berat jenis dinding bata)
Beban dinding Atap = 0.3 m x 250 kg.m2 = 75 kg/m’
Beban dinding di balkon tidak ada, karena tidak dipasang pagar dari bata. Untuk
pengaman di area balkon rencananya di pasang pagar railing dari besi hollow ukuran
40 x 40 mm (anggap bebanya kecil, jadi diabaikan saja)
- Klik Assign pada kotak dialog Loads-Whole Structure, (Pastikan Assigment method
pada pilihan Assign to selected beams). tekan Yes, jika nanti muncul kotak informasi yang
menanyakan apakah perintah akan diproses lebih lanjut
- Jika sudah maka hasilnya seperti ini.
- Kita beralih dulu ke gambar portal. Sekarang pilih elemen balok seperti gambar dibawah ini
(warna merah). Karena pada lokasi tersebut, akan dipasang dinding setinggi 30 cm
- Klik Assign pada kotak dialog Loads-Whole Structure, (Pastikan Assigment method
pada pilihan Assign to selected beams). tekan Yes, jika nanti muncul kotak informasi yang
menanyakan apakah perintah akan diproses lebih lanjut
3. Akan keluar kotak dialog Define Combination. Isi factor beban dengan nilai 1.2,
kemudian lanjutkan dengan menyeleksi beban berat sendiri, beban mati pelat & beban
dinding dengan cara mengklik satu persatu beban tersebut sambil menahan tombol Ctrl di
keyboard anda. Lanjutkan dengan menekan tombol > , agar beban yang terseleksi berpindah
ke frame Load Combination
4. Jika sudah, maka dengan cara yang sama lakukan juga untuk beban hidup pelat, tapi
dengan catatan ubah dulu nilai factor beban dengan 1.6. Sehingga secara keseluruhan
menjadi seperti dibawah ini. Lanjutkan dengan mengklik OK!
Ok!. sekarang semua beban berikut dengan kombinasinya telah kita definisikan semuanya.
Langkah berikutnya adalah menyiapkan parameter desain sebelum melakukan analisa
struktur.
Menyiapkan Parameter Desain
1. Dari menu page, klik tab Analysis/Print, maka otomatis akan keluar kotak dialog
Analysis/Print Commands. Pastikan pilihan No Print pada frame Print Option. Tekan
Add kemudian lanjutkan dengan meng klik Close.
2. Kembali lagi ke menu page. Sekarang klik tab Design kemudian klik tab Concrete. Maka
di menu pages disebelah kanan layar tampilan anda akan keluar kotak dialog Concrete
Design-Whole Structure. Pada kotak scrool box Current Code, pilih code desain ACI
(catatan : kita pilih ACI karena code desain ini sudah sangat mirip dengan SKSNI). Jika
sudah, maka lanjutkan dengan meng klik Select Parameter.
3. Akan keluar kotak dialog Parameter Selection. Pindahkan semua parameter desain ke
Available Parameter yang ada di lajur sebelah kiri dengan cara meng klik tombol <<
4. Sekarang kita akan seleksi beberapa parameter desain yang kita perlukan saja. Caranya
klik Clb, Cls & Clt, kemudian pindahkan ke kanan (Selected Parameters) dengan meng klik
tombol >
5. Ulangi untuk Fc, Fymain, Fysec, Maxmain, Minmain, Minsec, Reinf dan Track. Hasil
akhirnya seperti gambar dibawah. Klik OK untuk menutup kotak dialog
Adapun penjelasan dari parameter yang kita pilih adalah sebagai berikut :
- Clb, Cls, Clt = Jarak decking (selimut beton) pada bagian samping, atas dan bawah
( diambil = 4 cm).
- Fcmain = Kuat tekan beton ( direncanakan K-250 = 250 Mpa = 254,929 Kg/cm2).
- Fymain = Kuat tarik baja untuk tulangan utama ( direncanakan menggunakan mutu baja U-
39 = 3900 kg/cm2).
- Fysec = Kuat tarik baja untuk tulangan sengkang ( menggunakan mutu baja U-24 = 2400
kg/cm2).
- Maxmain = ukuran maksimum besi tulangan utama yg digunakan (batasan dimensi
tulangan utama maksimum yang didesain oleh STAAD). – untuk perencanaan ini kita
gunakan besi tulangan maksimum yang diperbolehkan adalah D16
- Minmain = ukuran minimum besi tulangan utama yg digunakan (batasan dimensi tulangan
utama minimum yang didesain oleh STAAD). untuk perencanaan ini kita gunakan besi
tulangan minimum yang diperbolehkan adalah D12
Nb : sebenarnya saya inginya pakai besi D13, tapi karena di STAAD hanya menyediakan besi
tulangan dengan ukuran 6, 8, 10, 12, 16, 20, 25, 32, 40, 50, & 60, maka saya ambil saja yang
mendekati yaitu ukuran 12. Nanti akan ada verivikasi lagi.
- Minsec = ukuran minimum besi tulangan sengkang yg digunakan (batasan dimensi tulangan
minimum sengkang yang didesain oleh STAAD). - untuk perencanaan ini kita gunakan besi
tulangan minimum sengkang yang diperbolehkan adalah Ø8
- Reinf = Paramer tulangan spiral atau sengkang untuk kolom
- Track = Mode Output
Mendefinisikan Parameter Desain
1. Sekarang klik Define Parameters.
2. Kita ubah dulu satuan input yang digunakan ke Kg.cm (caranya seperti yang sudah kita
bahas di posting sebelumnya)
2. Definisikan semua parameter dengan nilai-nilai yang sudah kita tentukan seperti diatas.
Caranya klik tab Clb. Isi nilai Clb yaitu 4 cm. Klik Add untuk melanjutkan.
3. Ulangi langkah ke 2 diatas untuk Cls & Clt (jangan lupa setelah anda menginputkan nilai,
klik Add lho ya….hehehe).
4. Selanjutnya secara berurutan masukan nilai Fc, Fymain, Fysec, Maxmain, Minmain,
Minsec sebagai berikut
5. Selanjutnya klik tab reinf. lalu klik 0 (Tied Column), lalu klik Add
6. Terakhir klik tab Track, lalu klik 1, lanjutkan dengan dengan menekan Add kemudian klik
Close
7. Nah sekarang apabila anda melihat pada kotak dialog Concrete Design-Whole Structure,
akan tampak list parameter yang telah ditentukan dengan diawali tanda tanya yang berarti
parameter tersebut belum didefinisikan ke batang.
8. Definisikan parameter concrete ke batang. Caranya dari kotak dialog Concrete Design
(lihat gambar diatas). Klik radio button Assign To View pada frame Assignment Method
kemudian parameter CLB 4. Klik Assign
9. Lakukan hal yang sama untuk parameter lainnya kecuali parameter Reinf.
10 Untuk parameter REINF, Pilih semua kolom. Caranya bebas…anda boleh menyeleksinya
secara satu persatu atau bisa juga melalui fasilitas Select By Group Name. Jika anda melalui
fasilitas ini, maka caranya adalah sebagai berikut.
- Dari menu pulldown, klik Select > By Group Name. Maka di kotak dialog Select Group
akan keluar group-group batang yang sudah kita definisikan sebelumnya (kalau tidak salah
ada di postingan Part-2…silahkan dilihat lagi).
- Klik G5: KOLOM, jika sudah maka secara otomatis elemen kolom akan terseleksi semua
(lihat gambar dibawah). Jangan di close dulu kotak dialog Select Groups nya. Kemudian
beralih dulu kekotak dialog Concrete Design. Klik Assign to Selected Beams > klik REINF
0 > Klik Assign. Maka akan keluar kotak dialog informasi yang menanyakan apakah perintah
akan diproses lebih lanjut. Klik Yes.
17. Klik Assign to Selected Beams > klik DESIGN BEAM > Klik Assign. Maka akan
keluar kotak dialog informasi yang menanyakan apakah perintah akan diproses lebih lanjut.
Klik Yes.
18. Sekarang kita akan melakukan juga langkah diatas untuk yang bagian kolomnya. Pilih
G5: KOLOM pada kotak dialog Select Groups. sehingga semua kolom teseleksi semua
19. Klik Assign to Selected Beams > klik DESIGN COLUMN > Klik Assign. Maka akan
keluar kotak dialog informasi yang menanyakan apakah perintah akan diproses lebih lanjut.
Klik Yes.
20. OK! Semua parameter sudah kita definisikan semua. sekarang kita tinggal melakukan
analisa strukturnya….(untuk itu mari kita berdoa dulu agar pada waktu proses analisa struktur
tidak ada yang error atau input kita tidak ada yang salah nantinya hehehe….)
21. Bismillahirrohmanirrohim!
22. Sekarang pada menu pulldown klik Analyze. atau boleh juga dengan menekan Ctrl + F5.
Jika sudah maka akan keluar kotak dialog Select Analyze Engine. Anda klik STAAD
Analyze kemudian klik Run
Alhamdullillah, ternyata doa kita terkabul. semua input tidak ada yang error, sehingga
runningnya berjalan sukses.Klik done untuk menutup kotak dialog
Pengkajian Hasil Analisa (Modeling)
Untuk melihat Diagram Momen Lentur, Gaya Lintang (Shear Force) & Gaya Axial, bisa anda
akses pada menu toolbar Result
Fz = Shear Z Force.
Mx = Torsion (Momen torsi).
My = Bending Y Moment.
Mz = Bending Z Moment.
Plate Stress, ( iconnya mati karena kita tidak mendefinisikan pelat pada geometri
struktur kita).
Solid Stress, ( iconnya mati karena kita tidak mendefinisikan solid pada geometri
struktur kita).
Deflection (Menampilkan defleksi struktur).
Mode Shape.
Animate (Untuk menampilkan struktur dalam modus animasi)
Result setup (Untuk mensetting dan menampilkan hasil analisa hitungan dari
pembebanan tertentu).
- Jika sudah, klik tool Fx (Axial Force), maka hasilnya sebagai berikut :
4. Menampilkan Desain Tulangan
Untuk menampilkan desain tulangan, cukup dengan mengklik ganda salah satu
elemen/batang yang ingin ditampilkan hasil tulangannya.
Misalkan saja saya ingin menampikan hasil tulangan dari balok dan kolom seperti gambar
dibawah ini.
4.1. Hasil tulangan dari balok yang kita klik diatas ( disini akan tampak bahwa balok di
desain untuk tumpuan kiri (atas/bawah) 2D16, Lapangan 2D16 dan tumpuan kanan
(atas/bawah) 2D16. Sedangkan sengkangnya 8 buah besi Ø8 dengan jarak 226 mm
Verivikasi : Kalau dengan keadaan
seperti, biasanya saya desain dengan tulangan menerus (langsung), yaitu tumpuan dan
lapangan saya samakan baik atas maupun bawahnya 2/2 D16. Sengkang pakai Ø8-150
(tump), Ø8-200 (Lap) hehehe….tapi eitz tunggu dulu anda jangan bilang kalau saya asal
main tebak dan ndak ilmiah…justru kalau menurut saya ini adalah sebuah justifikasi, dan
justifikasi itu tergantung sama engineernya masing-masing (biasanya tergantung sama
pengalaman dan teori yang dimiliki). Alasan yang sedikit ilmiah tapi sedikit maksa ( jowo,
baca : mekso) adalah karena faktor reduksi yang dimiliki oleh STAAD adalah ACI, jadi
belum disesuaikan dengan SKSNI, misalkan saja kita ambil contoh pada desain tulangan
utamanya. ACI 318-99 memberikan reduction factor untuk tulangan lentur (phi bending
tension) adalah = 0.9 sedangkan SKSNI dengan nilai faktor = 0.8. Jadi apabila desain dari
STAAD dengan code desain ACI dikonversikan ke SKSNI maka akan diperoleh 0.9/0.8 =
1.125. Nah…dari faktor ini akan diperoleh faktor kombinasi beban 1.125 x (1.2DL + 1.6LL)
sehingga menjadi = 1.35DL + 1.8LL.
Nah brow…sekarang lihat dengan mengganti kombinasi beban 1.2DL + 1.6LL menjadi
1.35DL + 1.8LL (meningkatan faktor kombinasi beban) akan menjadikan desain STAAD
sesuai dengan SKSNI. Tapi ingat ini hanya untuk penyesuaian salah satu parameter. yaitu
faktor reduksi lentur balok, sedangkan parameter lain belum dipertimbangkan dalam konversi
ini. hehehe….jadi wajar aja kan kalau saya mengasumsikan hasil yang sedikit berlebih dari
hasil yang diberikan oleh STAAD Pro. (Tapi ya itu…sekali lagi kita harus bisa membuktikan
dengan hitungan biar lebih pasti hehehe…)
4.2. Hasil tulangan dari kolom yang kita klik diatas ( disini akan tampak bahwa kolom di
desain dengan bar size (diameter tulangan) = 12 dan Bar No (jumlah tulangan) = 8, atau
dengan kata lain 8D12. dengan As perlu = 900mm2
Verifikasi : mari sekarang kita cek. As perlu = 900mm2. sedangkan desain tulangan = 8D12 =
8 ( 1/4 x 3.14 x 122 ) = 904.32 m2 > 900 m2 …(OK!). Nah…untuk tulangan kolom biasanya
saya pilihkan diameter yang lebih besar daripada tulangan balok. Untuk kasus ini saya ambil
tulangan dengan diameter 16.
Luas penampang D16 = 1/4 x 3.14 x 162 = 200.96 m2.
As required = 900 m2
Sehingga jumlah tulangan D16 yang harus dipasang = 900/200.96 = 4.47 ------dibulatkan
menjadi 5 buah tulangan D16.-------tapi agar pembagiannya merata maka saya ambil 6D16
Untuk keperluan desain tulangan sengkang, anda bisa mengakses data tegangan geser
melalui menu tab Shear Bending.
4.3 Untuk mengetahui seberapa besar defleksi yang terjadi pada elemen struktur, bisa anda
akses melalui menu tab Deflection
4.4 Untuk mengetahi hasil desain secara lengkap, dapat anda akses melalui menu STAAD
Output. Klik icon yang saya lingkari pakai warna merah seperti tergambar dibawah ini.
Maka laporan hitungan secara lengkap akan keluar secara otomatis.
Pengkajian Hasil Analisa (Post Processing)
Sekarang kita akan melihat hasil analisa dlam bentuk Grafis.
1. Dari menu pulldown klik Mode > Post Processing
2. Kotak dialog Result akan muncul dengan tabs aktif Loads. Dimana pada frame Selected
terdapat list dari kasus pembebanan yang telah didefinisikan.
3. Untuk kajian analisa, anda dapat memilih sebagian kasus beban atau semuanya. Untuk
kasus ini kita akan konsentrasi ke beban kombinasinya saja. Untuk itu pilih beban 1 s/d 4,
kemudian klik tombol < . Klik OK
4. Maka tampilan STAAD akan menjadi seperti gambar dibawah ini, dengan pagemenu Node
dan Tab Displacement aktif. Dimana pada bagian data area ditampilkan tabel Node
Displacement. Dan pada Screen Area ditampilkan struktur terdeformasi dengan skala
tertentu
5. Sekarang kita akan cari tahu dimana letak balok atau kolom yang mengalami kegagalan
struktur (FAIL)
Untuk Balok
- Seleksi semua elemen struktur balok. Caranya terserah….bisa anda meng kliknya satu
persatu, atau bisa juga melalui fasilitas Select By Group Name yang semua langkah-
langkahnya sudah kita bahas diatas
- Pada menu pulldown, klik Report > Section Forces
- Klik tab Sorting, kemudian pilih Moment-Z, ceklist Absolute Values. Lanjutkan dengan
memilih List from High To Low dari kotak Frame Set Sorting Order. Kemudian klik tab
Loading, (jangan di klik ok dulu)
- Setelah itu akan muncul kotak dialog Section Forces. Atur sedemikian rupa sehingga
hanya BEBAN KOMBINASI saja yang terseleksi di lajur sebelah kanan (selected). Klik
OK!
- Akan keluar kotak Section Forces, yang menampilkan elemen-elemen batang yang
mengalami momen lentur yang diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil. Sekarang
anda lihat di kotak tersebut, ternyata element balok 56, 20, 14 & 57 menempati urutan teratas
balok yang mengalami lentur terbesar.
Nah sekarang pertanyaannya….hayo dimana letak balok itu???…..Udah gak perlu pakai
hitungan yang njelimet dan ruwet untuk mengetahui letak 4 balok tersebut. silahkan jawab di
luar kepala…..
Nich jawabannya :
Pasti posisinya pada balok yang saya kasih tanda X warna merah itu dech…. kalau ndak
gitu paling-paling yang saya kasih tanda X warna biru. Cuman kalau melihat geometri
struktur dan pembebanan yang bekerja, saya condong ke balok yang saya kasih tanda X
warna merah. Lho….la kok bisa? apa alasannya?….
Alasannya :
Balok yang bertanda X merah, memiliki bentang yang cukup besar ( L = 6m), tanpa
ada kolom penyangga dibawahnya. Semakin panjang bentang, maka resiko defleksi
akan semakin besar pula. Selain itu tepat ditengah bentang (titik ekstrim), balok
tersebut mengalami beban terpusat dari beban balok anak(grid) yang menyangga
beban dinding setinggi 3.6 m atau sekitar 900 kg/m’ dan beban mati pelat lantai.
Balok bertanda X biru sebenarnya juga mengalami kondisi yang sama. tapi tetap saja
naluri saya mengatakan kalau balok yang bertanda X merah mengalami kegagalan
lentur yang paling parah daripada balok bertanda X biru (hehehe…kayak dosen aja
wkwkwwkwk….). OK! sekarang mari kita buktikan apakah balok dengan nomor 56,
20, 14 & 57 berada pada posisi tersebut
6. Klik kanan pada layar tampilan anda. Pilih Labels. Maka otomatis akan keluar kotak
dialog Diagrams. Anda centang Beam Numbers pada frame Beams, klik OK
- Nah…ternyata benarkan prediksi saya kalau letak balok yang mengalami momen lentur
terbesar terletak pada posisi tersebut hehehe…..
7. Sekarang klik ganda salah satu dari balok tersebut. Misalkan saja balok no 20. Klik tab
Concrete. Sekarang anda lihat disitu tulangan bawah balok tidak keluar (berarti ada
kemungkinan balok tersebut mengalami kegagalan struktur/FAIL)
8. Sekarang cari informasi lebih lanjut dari balok no 20 ini, melalui menu STAAD Output.
Anda bisa mengaksesnya dengan menekan tombol mirip calculator (yang saya lingkari pakai
warna merah)
- Cek juga balok dengan no 56, 14, 57, 28, 47, 48, 2, 8 & 53. Balok-balok yang saya
sebutkan ini adalah balok yang diawal tadi saya tandai dengan X merah dan X biru.
Kemungkinan gagal lentur dari balok-balok ini sangat tinggi sekali.
Nah…sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mengatasi agar balok
tersebut tidak FAIL.
Ada dua cara yang bisa kita lakukan :
1. Yang paling ideal dan paling baik adalah menambahkan kolom penyangga tepat ditengah
bentang dari balok tersebut (khususnya balok no 56, 20, 14 & 57 ), sehingga kemungkinan
dimensi baloknya bisa diperkecil karena disesuaikan dengan lebar bentangnya.
2. Jika tidak memungkinkan dengan menggunakan cara diatas dikarenakan untuk alasan
kebutuhan ruang, sehingga dikhawatirkan dengan adanya kolom tersebut malah akan
mengganggu pemandangan dan ruang toko menjadi terkesan sempit. Maka mau tidak mau
kita harus memperbesar dimensi balok.
OK! sekarang anggap saja ownernya tidak mau ada kolom di ruang depan toko. maka solusi
diambil adalah memperbesar dimensi balok.
Sekarang kita ambil H balok adalah 1/10 dari lebar bentang, sehingga H = 1/10 x 600 = 60
cm, lebar balok diambil 1/2 H = 1/2 x 60 = 30 cm, jadi dimensi baloknya adalah 30/60.
9. Sekarang kita akan definisikan dimensi balok 30/60 ke STAAD. Caranya dari page menu
General, klik tab Property, kemudian pada menu page sebelah kanan, klik Define, Lanjutkan
dengan memasukan dimensi balok melalui kotak YD dan ZD. Klik Add.
10. Sekarang Assign balok yang sudah kita definisikan tadi ke elemen no 56, 14, 57, 28, 20,
47, 48, 2, 8 & 53. Untuk jelasnya lihat balok yang saya kasih tanda X (merah) dan X (biru)
pada gambar dibawah (bisa toh caranya…..jadi saya gak perlu ngulang-ngulang lagi
hehehe…..)
11. Lakukan analisa struktur ulang. Jika sudah cek kembali balok tersebut, apakah masih
FAIL atau tidak?. Jika masih FAIL, maka balok perlu didimensi ulang. Silahkan Anda
bereksplorasi sendiri….
Sekedar sebagai catatan :
Ternyata setelah saya inputkan balok dengan ukuran 30/60 masih tidak memenuhi (FAIL).
Dan baru ketika saya memasukan balok dengan dimensi 30/90 struktur baloknya stabil (alias
tidak FAIL). Tapi lha masak baloknya sebesar itu toh…..lha kalau baloknya sebesar itu berarti
spase vertikal ruang tinggal 3.80 – 0.90 = 3.1 m……hmmmm..jadi pendek ya kalau untuk
ukuran ruko. tapi tidak apalah…cobalah tanya ke arsiteknya…kira-kira elevasi plafondnya
berapa? masih memenuhi ndak kalau dengan balok setinggi itu.
Sebenarnya ada cara lain lagi agar baloknya tidak sebesar itu, yaitu dengan mengubah ukuran
kolom yang saya blok pakai warna hijau ini dengan ukuran 40/40, sehingga baloknya bisa
diperkecil menjadi 30/60. Coba deh kalau gak percaya. nih hasilnya penulangan dari balok
30/60 tersebut (lihat gambar bawah).
Materi Tambahan :
- Kalau anda ingin melihat struktur secara Full Section yang artinya ketebalan strukturnya
ditampilkan anda bisa klik kanan dilayar tampilan. Pilih Labels, kemudian klik tab
Structure. Pilih Full section > kemudian klik OK. Maka hasilnya akan seperti dibawah ini :
- Setelah itu akan muncul kotak dialog Section Forces. Atur sedemikian rupa sehingga
hanya BEBAN KOMBINASI saja yang terseleksi di lajur sebelah kanan (selected). Klik
OK!
- Akan keluar kotak Section Forces, yang menampilkan elemen-elemen batang yang
mengalami gaya Axial yang diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil.
Interactive Design Component adalah sebuah menu pada STAAD yang berfungsi untuk
memudahkan Engineer untuk menkolaborasikan STAAD pro dengan STAAD etc. dimana
hasil analisa gaya dalam yang didapat dari STAAD pro di informasikan ke STAAD etc untuk
didapat hasil desainnya.
STAAD.etc sendiri adalah sebuah "Toolkit" yang berisi berbagai analisis komponen dan
kelompok modul desain seperti Pondasi, batu, kayu, baja, beton dan analisis umum
lainnya. Sebagai produk yang berdiri sendiri, STAAD.etc dapat digunakan untuk merancang
frame portal kecil (small portal frame), balok menerus (continous beam), pondasi
(foundation), retaining walls one-way slabs, koneksi sambungan pada baja, dinding geser
(shear wall) dan masih banyak lagi. STAAD.etc memungkinkan para Engineer untuk
melengkapi siklus desain pada struktur primer dengan menganalisis dan merancang beberapa
komponen struktural atau aksesori dalam lingkungan STAAD.Pro menggunakan result
database (database hasil analisa perhitungan) dari STAAD.Pro tersebut.
Pehatikan contoh berikut ini,
Katakanlah saya akan membangun Ruko dua lantai sebanyak tiga buah. Dan strukturnya saya
rencanakan sebagai berikut :
Beban yang bekerja pada strukur adalah beban mati dan beban hidup pelat lantai dan atap,
serta beban dinding setinggi 3 meter ( 3 x 250 kg/m2 = 750 kg/m2).
Catatan :
1. Supaya lebih mudah dalam pembahasan (artinya yang sampaikan gathuk dengan yang anda
terima), maka silahkan anda download dulu contoh file Ruko diatas, dengan cara mengklik
disini
“Download Ruko Dua Lantai-Desain Dengan STAAD (zip file)”
2. Cara membuat geometri struktur dan cara memasukan beban-beban seperti diatas (atau
yang terlampir pada file yang saya sertakan) tidak akan saya bahas. Rekan-rekan bisa
mempelajarinya di posting saya terdahulu yang membahas masalah “Perencanaan Ruko Dua
Lantai Dengan Program Bantu STAAD Pro 2004” Part 1 s/d 4 (lihat di Daftar isi pada blog
saya)
Baik, sekarang kita akan mulai pembahasan kita.
Dari file yang rekan2 download tadi. silahkan di running (analisa) dulu. Jika sudah maka
desain tulangan baik kolom maupun balok sudah bisa untuk ditampilkan. Caranya tinggal
klik element balok atau kolom yang mana yang ingin ditampilkan tulangannya.
Sekarang kita akan desain untuk Pondasinya (kita akan gunakan fondasi tapak beton). Untuk
itu kita akan manfaatkan menu Interactive Design Component yang dimiliki oleh STAAD.
1. Kita cari dulu kolom mana yang mengalami beban aksial terbesar. untuk itu dari menu
pulldown Mode, Klik Post Processing. Akan keluar pop up menu Result Setup. Atur
sedemikian rupa sehingga hanya parameter BEBAN KOMBINASI saja yang berada pada
kotak Selected Parameter.
2. Jika sudah maka seleksi semua kolom sehingga terdeteksi dengan warna merah
3. Sekarang dari menu pulldown Report. Klik Section Forces, maka akan keluar kotak
dialog Section Forces. Klik radio button Axial forces, ceklis Absolutes Values, kemudian
pada frame Set Sorting Order, Klik List From High To Low. ….(Jangan diklik OK dulu),
sekarang klik tab Loading, kemudian atur sedemikian rupa agar hanya BEBAN
KOMBINASI saja yang terseleksi di kotak Selected
4. sekarang klik OK!. maka akan keluar kotak Section Forces yang menampilkan gaya axial
pada kolom yang diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil. Coba anda perhatikan pada
kotak tersebut, ternyata kolom No. 23 menduduki peringkat satu yang artinya memiliki gaya
axial terbesar diantara kolom yang lainnya.
5. Sekarang kita akan masuk ke menu Interactive Design Component. Untuk itu pada menu
pulldown klik Mode > Interactive Design > Component Design. Sehingga tampilannya
menjadi seperti ini.
6. Sekarang klik Nodes Cursors.
7. Sekarang klik joint kolom No. 23, sehingga terseleksi dengan warna merah. Lihat gambar
dibawah ini
8. Sekarang dari kotak dialog Interactive Design.drag gambar Footing ke joint No. 23 yang
berwarna merah tadi, sehingga otomatis akan muncul kotak pop-up STAAD Etc. Interactive
Design. Isi parameter desain Services Load Factors, Material Data, Reinforcement Data,
Geometri, Pedestal, Loading & Design Load Factors yang berada pada tiap tab sesuai
dengan yang akan anda rencanakan.
9. Jika semua parameter sudah diisi dengan benar, maka akhiri dengan mengklik OK!. Maka
hasil desain pondasi akan ditampilkan
- Design Result
- Calculation Report
- Output Drawing