Disusun Oleh:
2022
Tugas Kelompok Jurnal, kliping atau artikel tentang bangunan gedung bertingkat
tinggi (mnimal 8 lantai) sebanyak minimal 6 (enam) gedung:
1. Judul :
2. Lingkup Pembahasan :
3. Tujuan :
Ada beberapa maksud yang ingin perencana capai diantaranya sebagai berikut :
- Perencana dapat merencanakan struktur bangunan gedung tahan gempa 17 tingkat
yang kokoh dalam hal ini bangunan Hotel di Makassar.
- Perencana mengetahui permasalahan yang ada dalam proses analisa dan perhitungan
sehingga mampu untuk memahami tahapan – tahapan perhitungan gedung
bertingkat.
4. Pembatasan Masalah :
Pembebanan yang dikenakan pada struktur yaitu, beban mati, beban hidup dan beban
gempa yang didasarkan pada SNI 1726:2012 dan SNI 1727:2013.
Beban Mati
Beban mati ada 2 jenis yaitu beban dari berat sendiri struktur yang mana merupakan
volume dari struktur dikalikan berat jenisnya untuk beton betulang nilainya 24
kN/m3 dan berat mati tambahan. Untuk beban mati tambahan yang dikenakan pada
struktur sebagai berikut :
Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada struktur didasarkan pada SNI 1727: 2013 sebagai
berikut :
Beban Gempa
Beban dan parameter-parameter perencanaan gempa yang direncanakan akan didasarkan
pada SNI 1726:2012. Parameter perencanaan gempa didasarkan pada lokasi yang mana
perlu dilihat pada peta zonasi gempa.
Dengan ditentukannya nilai Ss dan S1 maka parameter lain dapat ditentukan sesuai
dengan tabel yang ada yaitu Fa dan Fv kemudian dapat menghitung nilai 𝑆𝐷𝑆 dan 𝑆𝐷1.
Dengan nilai 𝑆𝐷𝑆 dan 𝑆𝐷1 dapat ditentukan kategori desain seismik sehingga dapat
ditentukan model sistem penahan gaya gempa (tabel 3) yang akan digunakan.
Dari gaya gempa yang bekerja pada struktur akan menghasilkan goyangan pada
struktur yang mana ada persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :
Perioda fundamental struktur
Partisipasi massa
Gaya geser dasar seismik
Simpangan antar lantai
Ketidakberaturan horizontal dan vertikal
Kombinasi Pembebanan
Adapun untuk kombinasi yang digunakan untuk merencanakan struktur bangunan
sebagai berikut :
C1 : 1,4D
C2 : 1,2D + 1,6L + 0,5Lr
C3 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + 0,3EX + EY
C4 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + 0,3EX - EY
C5 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - 0,3EX + EY
C6 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - 0,3EX - EY
C7 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + EX + 0,3EY
C8 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + EX - 0,3EY
C9 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - EX + 0,3EY
C10 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - EX - 0,3EY
C11 : (0,9 - 0,2 SDS)D + 0,3EX + EY
C12 : (0,9 - 0,2 SDS)D + 0,3EX - EY
C13 : (0,9 - 0,2 SDS)D - 0,3EX + EY
C14 : (0,9 - 0,2 SDS)D - 0,3EX - EY
C15 : (0,9 - 0,2 SDS)D + EX + 0,3EY
C16 : (0,9 - 0,2 SDS)D + EX - 0,3EY
C17 : (0,9 - 0,2 SDS)D - EX + 0,3EY
C18 : (0,9 - 0,2 SDS)D - EX - 0,3EY
6. Metode :
Proses Analisa struktur akan di bantu dengan program komputer dengan langkah
perencanaan yang dilakukan sebagaimana tertera pada gambar 3.
7. Hasil Penelitian :
Dengan nilai 𝑆𝐷𝑆 = 0,21 dan 𝑆𝐷1 = 0,16 didapat kategori desain seismik KDS C.
Dengan didapatkan KDS C maka sesuai dengan tabel 3, parameter sistem penahan
gaya gempa untuk rangka beton bertulang yang akan digunakan yaitu yang khusus
(SRPMK).
Sehingga,
Gaya geser dasar seismik ( 𝑉 ) berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.1 dihitung sebagai
berikut dengan menghitung nilai koefisien respons siesmik ( 𝐶𝑠 ) terlebih dahulu.
pada daerah lainnnya juga dilakukan perhitungan yang sama sehingga didapatkan
hasil sebagai beriku.
Desain Penulangan Kolom
Pada penulangan kolom akan menggunakan hasil tulangan yang dihasilkan oleh
program yang kemudian akan dilakukan pengecekan kembali dengan diagram
interaksi kolom. Dicontohkan pada kolom 75 x 75 pada lantai 3 yang mana panjang
kolom = 5200 mm.
Setelah diketahui bahwa gaya dalam pada kolom tidak ada yang keluar dari diagram
interaksi maka disimpulkan kolom kuat untuk menahan beban. Berdasarkan
2847:2013 pasal 21.6.2.2 pengecekan Strong Column – Weak Beam menggunakan
persamaan.
Gaya geser desain pada kolom SRPMK didasarkan pada SNI 2847:2013 pasal
21.6.5.1 dimana nilai gaya geser rencana dari kolom (𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚)tidak perlu
melebihi geser dari balok yang menumpu (𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘) dan juga harus lebih
besar dari nilai geser dari hasil analisa program (𝑉𝑢−𝑝𝑟𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚) .
Berdasarkan Yudah Lesmana (2019) persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi
: 𝑉𝑢−𝑝𝑟𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 ≤ 𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 ≤ 𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 Dari data yang ada
didapatkan hasil sebagai berikut :
Gaya geser (𝑉𝑢) = 𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 170,645 kN
Ukuran Kolom = 750 x 750 mm
Luas bruto kolom (𝐴𝑔) = 562500 mm2
Ukuran inti penampang (𝑏𝑐 ) = 670 mm
Luas inti penampang (𝐴𝑐ℎ) = 448900 mm2
Tebal selimut beton (𝑡𝑠 ) = 40 mm
Tinggi bersih kolom (𝑙𝑛) = 4500 mm
Tulangan longitudinal (𝑑𝑙 ) = D25 mm
Tulangan tranversal (𝑑𝑡 ) = Ø10 mm
Tinggi efektif kolom (d) = 687,5 mm
Mutu beton (𝑓𝑐 ′) = 30 MPa
Mutu tulangan tranversal (𝑓𝑦𝑡) = 420 MPa
Nilai 𝑉𝑐 diperhitungkan karena tidak memenuhi persyaratan pada SNI
2847:2013 pasal 21.6.5.2.
Pada daerah diluar sendi plastis digunakan tulangan yang sama namun jaraknya 150 mm.
Sehingga pada joint yang ditinjau akan dipasang tulangan geser 4D10 – 100 mm.
Perencanaaan Fondasi Fondasi yang digunakan adalah fondasi tiang pancang dengan
kedalaman pancang 20 – 28 m. Ukuran tiang pancang yang digunakan adalah 45 x45 cm
berbentuk persegi dengan mutu 𝑓𝑐 ′ = 41,5 MPa.
Daya dukung tiang akan diambil hasil yang terkecil dari data N-SPT, sondir dan batas
izin material tiang (Anugrah & Erni, 2013). Sehingga didapatkan 𝑃𝑎 = 1410,84 kN.
Untuk menghitung kebutuhan tiang dapat diasumsikan untuk efisiensi pada tiang
pancang sebesar 75%.
𝑃𝑢 pada titik tinjauan= 7056,276 kN
𝑃𝑎 yang dipakai = 1410,84 kN
Asumsi efisiensi 𝑃𝑎 = 75%
Dengan 9 buah pile yang dibutuhkan didapatkan pile cap rencana sebagai berikut:
Ukuran pile cap = 2,8 m x 2,8 m
Tebal pile cap = 0,75 m
Berat jenis beton = 24 kN/m3
Berat pile cap = 2,8 × 2,8 × 0,75 × 24 = 141,12 kN
Kemudian dicek kembali efisiensi dan daya dukung kelompok tiang dengan persamaan
Converse-Labbarre.
Kategori desain seismik termasuk dalam kategoti KDS C yang mana pada
perencanaan strukturnya akan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK).
Dimensi balok :
- Balok B3 350 x 700 mm Berdasarkan tipe penulangannya dibagi menjadi B3A,
B3B, B3C
- Balok B2 350 x 500 mm Berdasarkan tipe penulangannya dibagi menjadi B2A,
B2B, B2C
- Balok Lift (B2L) 350 x 500 mm
- Balok Kantilever (B2K) 350 x 500 mm
- Balok Tangga (B2T) 350 x 500 mm - Balok B1 250 x 400
- Balok Atap (B1A) 250 x 400 - Tie Beam 350 x 800
Dimensi Kolom :
- Kolom 650 x 650 mm
- Kolom 700 x 700 mm
- Kolom 550 x 500 mm, lift
- Kolom 550 x 550 mm, tangga
- Kolom 450 x 450 mm, tangga
Lesmana, Yudha. (2019). Konsep dan Desain Sistem Rangka Momen Khusus
(SRMK) Beton Bertulang Tahan Gempa berdasarkan SNI 2847:2013 &
SNI 1726:2012. Surabaya: Deepublish.
CSi. (2018). Reinforced Concrete Slab Design Manual for ETABS. United States
of America.
Pamungkas, Anugrah. & Erny Harianti. (2013). Desain Pondasi Tahan Gempa
Sesuai SNI 03-1726- 2002 dan SNI 03-2847-2002. Yogyakarta: CV.
Andi Offset.
Willyanto, dkk. (2021). Perencanaan Struktur Tahan Gempa Rumah Sakit Umum
Kharitas Bhakti Pontianak. Jurnal JeLAST Edisi Desember 2021 Vol 8.
No 3.
SNI:1726. (2012). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non-Gedung. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
SNI:1727. (2013). Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
SNI:2847. (2013). Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional