Anda di halaman 1dari 20

Review Jurnal

“PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA HOTEL 17 TINGKAT


MAKASSAR”

Disusun Oleh:

FUAD ABDULLAH ( 19.21.093)

HERNANTO MBADI PRAING (19.21.015)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S-1

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG

2022
Tugas Kelompok Jurnal, kliping atau artikel tentang bangunan gedung bertingkat
tinggi (mnimal 8 lantai) sebanyak minimal 6 (enam) gedung:

- poin yg direview: lingkup, tujuan, masalah, metode, hasil, kesimpulan

- Point yang di bahas Beserta Penjelasan :

1. Judul :

“PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN


GEMPA HOTEL 17 TINGKAT
MAKASSAR”
Willy Wirata 1), Faisal 2) dan Gatot Setya Budi 3)
1)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Pontianak
Dosen Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura Pontianak

2. Lingkup Pembahasan :

Hotel merupakan bangunan bertingkat yang bertujuan untuk menyediakan sebuah


tempat beristirahat bagi mereka yang datang dari luar kota ataupun bagi mereka yang
ingin merasakan suasana yang baru. Selain itu juga hotel juga biasa dapat menyediakan
sebuah ruangan untuk diadakannya sebuah acara besar misalnya, pesta perkawinan.
Karena hotel dapat dikatakan sebuah tempat untuk banyak orang maka fisik bangunan
dari hotel ini pun harus kokoh, kuat dan dapat menahan beban-beban yang ditimbulkan
oleh gempa pada daerah gempa. Hal ini harus dilakukan karena gempa dapat
menimbulkan kerusakan yang besar pada bangunan bahakan dapat menyebabkan
keruntuhan.
Risiko timbulnya korban ini dapat dikurangi dengan membangun bangunan tahan gempa.
Dimana bangunan tersebut harus mampu menahan gaya yang di timbulkan oleh gempa
sehingga bangunan tersebut tidak mengalami keruntuhan. Dengan seiring perkembangan
zaman pengetahuan tentang perilaku gaya yang ditimbulkan oleh gempa sudah sangat
berkembang. Dengan pengetahuan tentang perilaku ini kita dapat mengantisipasi risiko
gempa yang telah di tetapkan.
Pada perencanaan gedung hotel ini diambil dari salah satu hotel di Makassar yang
sebelumnya direncanakan pada tahun 2004 dengan acuan dari SNI 2847:2002 dan
1726:2002 dan akan direncanakan kembali dengan mengacu pada SNI 1726:2012 dan
2847:2013. Struktur utama yang sudah ada ini juga dilakukan sedikit modifikasi sehingga
menjadi lebih sederhana untuk penyelesaian tugas akhir.
Pemilihan daerah makassar ini juga dipilih karena pada daerah disekitar makassar
sendiri sering dilanda gampa yang cukup besar dan hotel tinjauan yang diambil merupakan
hotel bertingkat tinggi yang mana belum ada di daerah Pontianak. Daerah di Pontianak
sendiri juga bukan merupakan daerah rawan gempa sehingga menjadi unik untuk
direncanakan kembali hotel yang sudah ada ini.

3. Tujuan :
Ada beberapa maksud yang ingin perencana capai diantaranya sebagai berikut :
- Perencana dapat merencanakan struktur bangunan gedung tahan gempa 17 tingkat
yang kokoh dalam hal ini bangunan Hotel di Makassar.
- Perencana mengetahui permasalahan yang ada dalam proses analisa dan perhitungan
sehingga mampu untuk memahami tahapan – tahapan perhitungan gedung
bertingkat.

4. Pembatasan Masalah :

Mengingat permasalahan yang menyangkut perhitungan struktur suatu gedung begitu


kompleks, serta kemampuan yang terbatas, maka pada tugas akhir ini perhitungan struktur
dibatasi sebagai berikut:
1. Perencanaan pondasi dianggap perletakan jepit sehingga tidak mengalami translasi dan
rotasi.
2. Perencanaan memperhitungkan beban mati, beban hidup dan beban gempa.
3. Perencanaan tidak mencakup pada segi arsitektural.
4. Perencanaan mengacu pada SNI 1726:2012 tentang ketahanan gempa, SNI 2847:2013
tentang persyaratan struktural dan SNI 1727:2013 tentang pembebanan.
Perencanaan struktur utama menggunakan sistem rangka pemikul momen tanpa dinding
geser
Data Struktur
Adapun karakteristik gedung Hotel di Makassar yang akan direncanakan
sebagai berikut:
 Material struktur : beton bertulang
 Jumlah lapis : 19 tingkat
 Tinggi lantai 1 – 2 : 3,9 m
 Tinggi lantai 3 : 5,2 m
 Tinggi lantai 4 – 16 : 3,6 m
 Tinggi lantai 17 : 5,2 m
 Atap penutup : 2,4 m
 Panjang bangunan : 31,4 m
 Lebar bangunan : 19 m
 Tinggi total : 67,4 m
5. Landasan Teori

Pembebanan yang dikenakan pada struktur yaitu, beban mati, beban hidup dan beban
gempa yang didasarkan pada SNI 1726:2012 dan SNI 1727:2013.

Beban Mati
Beban mati ada 2 jenis yaitu beban dari berat sendiri struktur yang mana merupakan
volume dari struktur dikalikan berat jenisnya untuk beton betulang nilainya 24
kN/m3 dan berat mati tambahan. Untuk beban mati tambahan yang dikenakan pada
struktur sebagai berikut :
Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada struktur didasarkan pada SNI 1727: 2013 sebagai
berikut :

Beban Gempa
Beban dan parameter-parameter perencanaan gempa yang direncanakan akan didasarkan
pada SNI 1726:2012. Parameter perencanaan gempa didasarkan pada lokasi yang mana
perlu dilihat pada peta zonasi gempa.
Dengan ditentukannya nilai Ss dan S1 maka parameter lain dapat ditentukan sesuai
dengan tabel yang ada yaitu Fa dan Fv kemudian dapat menghitung nilai 𝑆𝐷𝑆 dan 𝑆𝐷1.

Dengan nilai 𝑆𝐷𝑆 dan 𝑆𝐷1 dapat ditentukan kategori desain seismik sehingga dapat
ditentukan model sistem penahan gaya gempa (tabel 3) yang akan digunakan.
Dari gaya gempa yang bekerja pada struktur akan menghasilkan goyangan pada
struktur yang mana ada persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :
 Perioda fundamental struktur
 Partisipasi massa
 Gaya geser dasar seismik
 Simpangan antar lantai
 Ketidakberaturan horizontal dan vertikal

Kombinasi Pembebanan
Adapun untuk kombinasi yang digunakan untuk merencanakan struktur bangunan
sebagai berikut :
C1 : 1,4D
C2 : 1,2D + 1,6L + 0,5Lr
C3 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + 0,3EX + EY
C4 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + 0,3EX - EY
C5 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - 0,3EX + EY
C6 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - 0,3EX - EY
C7 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + EX + 0,3EY
C8 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + EX - 0,3EY
C9 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - EX + 0,3EY
C10 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - EX - 0,3EY
C11 : (0,9 - 0,2 SDS)D + 0,3EX + EY
C12 : (0,9 - 0,2 SDS)D + 0,3EX - EY
C13 : (0,9 - 0,2 SDS)D - 0,3EX + EY
C14 : (0,9 - 0,2 SDS)D - 0,3EX - EY
C15 : (0,9 - 0,2 SDS)D + EX + 0,3EY
C16 : (0,9 - 0,2 SDS)D + EX - 0,3EY
C17 : (0,9 - 0,2 SDS)D - EX + 0,3EY
C18 : (0,9 - 0,2 SDS)D - EX - 0,3EY

6. Metode :

Proses Analisa struktur akan di bantu dengan program komputer dengan langkah
perencanaan yang dilakukan sebagaimana tertera pada gambar 3.
7. Hasil Penelitian :

Penentuan Sistem Penahan Seismik


Pada perencanaan awal akan ditentukan terlebih dahulu respons spektrum dan sistem
penahan gaya gempa yang akan digunakan.
Hotel dikategorikan dalam kategori risiko II dengan faktor keutamaannya 𝐼𝑒 = 1.
Parameter respons spektrum dan penentuan kategori desain seismik ditentukan sesuai
dengan SNI 1726:2012 dengan langkah sebagai berikut :
1.Menentukan kelas situs, didapatkan :
ο Kelas situs SD
2.Menentukan Ss dan S1 berdasarkan peta zonasi pada gambar 1 dan 2, didapatkan :
ο 𝑆𝑠 = 0,25 g
ο 𝑆1 = 0,1 g
3.Menentukan koefisien situs, didapatkan :
ο 𝐹𝑎 = 1,6
ο 𝐹𝑣 = 2,4
4.Menghitung nilai 𝑆𝐷𝑆 dan 𝑆𝐷1, didapatkan :
ο 𝑆𝐷𝑆 = 2 3 × 0,25 × 1,6 = 0,267 s
ο 𝑆𝐷1 = 2 3 × 0,1 × 2,4 = 0,16 s
5.Menghitung perioda parameter respons :

6. Membuat grafik respons spektrum desain:

Dengan nilai 𝑆𝐷𝑆 = 0,21 dan 𝑆𝐷1 = 0,16 didapat kategori desain seismik KDS C.
Dengan didapatkan KDS C maka sesuai dengan tabel 3, parameter sistem penahan
gaya gempa untuk rangka beton bertulang yang akan digunakan yaitu yang khusus
(SRPMK).

Perkiraan Awal Dimensi Struktur


Berdasarkan SNI 2847:2013 untuk penentuan dimensi awal struktur bangunan
didapatkan hasil sbb:
 Tebal pelat :
Pelat lantai dasar – 17 = 120 mm Pelat atap penutup = 100 mm
 Dimensi balok :
Balok B1 = 250 x 400 mm (Lantai 1 – Atap) Balok B2 = 350 x 500 mm (Lantai 1
– 17)
Balok B3 = 350 x 700 mm (Lantai 1 – 17)
Tie Beam = 350 x 800 mm (Lantai Dasar)
 Dimensi Kolom :
Kolom K1 = 650 x 650 mm (Lantai Dasar – 6) Kolom K2 = 700 x 700 mm (Lantai 7
– 11)
Kolom K3 = 750 x 750 mm (Lantai 12 – 17)
Kolom Lift = 550 x 550 mm
(Lantai Dasar – Atap)
Kolom Tangga Kanan = 450 x 450 mm
(Lantai 1 – 17)
Kolom Tangga Tengah = 450 x 450 mm
(Lantai 4 – Atap)
Kolom Tangga Tengah = 550 x 550 mm
(Lantai 1 – 3)
Pengecekan Persyaratan Gempa
Perioda fundamental struktur yang dihasilkan dari bantuan program menghasilkan 𝑇𝑐
= 3,244 detik. Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.2 disebutkan bahwa periode
fundamental struktur (𝑇𝑐) tidak boleh melebihi batas atas (𝐶𝑢 𝑇𝑎) dan peridode
pendekatan ( 𝑇𝑎 ) [𝑇𝑎 < 𝑇𝑐 < 𝐶𝑢 𝑇𝑎] . Nilai 𝑇𝑎 dan 𝐶𝑢 𝑇𝑎 dihitung sebagai berikut :

Sehingga,

Nilai ini memenuhi persyaratan pada SNI.

Gaya geser dasar seismik ( 𝑉 ) berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.1 dihitung sebagai
berikut dengan menghitung nilai koefisien respons siesmik ( 𝐶𝑠 ) terlebih dahulu.

Nilai 𝐶𝑠 harus tidak kurang dari


𝐶𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0,044 𝑆𝐷𝑆.𝐼𝑒 ≥ 0,01
= 0,044 (0,267) (1)
= 0,01173 ≥ 0,01
Sehingga 𝐶𝑠 yang dipakai adalah 𝐶𝑠 𝑚𝑖𝑛.
Berat total bangunan (𝑊) yang diperlukan untuk menghitung nilai 𝑉 dihitung dengan
kombinasi DL+0,3LL. Nilai 𝑊 didapat sebesar = 123430,677 kN.
Sehingga nilai 𝑉 dihitung sebagai berikut:
𝑉 = 𝐶𝑠 𝑊 = 0,01173 × 123430,677
= 1448,253 kN
Pengecekan simpangan antar tingkat berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.12.1 untuk
batas simpangan antar tingkat izin (∆𝑎). Nilai simpangan antar tingkat pada struktur
dihitung dengan bantuan program. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 6.

Desain Penulangan Pelat


Perhitungan momen pelat yang telah dihitung dengan bantuan program
kemuadian hasil yang didapat diolah dengan menggunakan metode oleh Wood –
Amer untuk mendapatkan momen desain pelat penulangan pelat lantai (CSi, 2018).
𝑚𝑟1 = 𝑚11 ± |𝑚12| ≥ 0
𝑚𝑟2 = 𝑚22 ± |𝑚12| ≥ 0
Desain Penulangan Balok Perhitungan tulangan balok diambil berdasarkan gaya
dalam hasil analisa program serta gaya kapasitas balok sesuai dengan konsep
SRPMK (Willyanto, 2021). Perhitungan balok akan dicontohkan perhitungan balok
pada tumpuan kiri dengan data perencanaan sebagai berikut:
 Lebar balok (b) = 350 mm
 Tinggi balok (h) = 700 mm
 Tulangan longitudinal (𝑑𝑙 ) = D16 mm
 Tulangan tranversal (𝑑𝑡 ) = Ø10 mm
 Tebal selimut beton (𝑡𝑠 ) = 40 mm
 Tinggi efektif balok (d) = 642 mm
 Panjang bentang = 7450 mm
 Panjang bentang bersih (𝑙𝑛) = 6750 mm
Kebutuhan tulangan torsi longitudinal akan dibagikan 4 sisi balok.

Kebutuhan tulangan torsi transversal akan dibagikan pada tulangan transversal


utamanya dengan perhitungan sebagai berikut:

pada daerah lainnnya juga dilakukan perhitungan yang sama sehingga didapatkan
hasil sebagai beriku.
Desain Penulangan Kolom
Pada penulangan kolom akan menggunakan hasil tulangan yang dihasilkan oleh
program yang kemudian akan dilakukan pengecekan kembali dengan diagram
interaksi kolom. Dicontohkan pada kolom 75 x 75 pada lantai 3 yang mana panjang
kolom = 5200 mm.

Setelah diketahui bahwa gaya dalam pada kolom tidak ada yang keluar dari diagram
interaksi maka disimpulkan kolom kuat untuk menahan beban. Berdasarkan
2847:2013 pasal 21.6.2.2 pengecekan Strong Column – Weak Beam menggunakan
persamaan.

Gaya geser desain pada kolom SRPMK didasarkan pada SNI 2847:2013 pasal
21.6.5.1 dimana nilai gaya geser rencana dari kolom (𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚)tidak perlu
melebihi geser dari balok yang menumpu (𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘) dan juga harus lebih
besar dari nilai geser dari hasil analisa program (𝑉𝑢−𝑝𝑟𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚) .
Berdasarkan Yudah Lesmana (2019) persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi
: 𝑉𝑢−𝑝𝑟𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 ≤ 𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 ≤ 𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 Dari data yang ada
didapatkan hasil sebagai berikut :
 Gaya geser (𝑉𝑢) = 𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 170,645 kN
 Ukuran Kolom = 750 x 750 mm
 Luas bruto kolom (𝐴𝑔) = 562500 mm2
 Ukuran inti penampang (𝑏𝑐 ) = 670 mm
 Luas inti penampang (𝐴𝑐ℎ) = 448900 mm2
 Tebal selimut beton (𝑡𝑠 ) = 40 mm
 Tinggi bersih kolom (𝑙𝑛) = 4500 mm
 Tulangan longitudinal (𝑑𝑙 ) = D25 mm
 Tulangan tranversal (𝑑𝑡 ) = Ø10 mm
 Tinggi efektif kolom (d) = 687,5 mm
 Mutu beton (𝑓𝑐 ′) = 30 MPa
 Mutu tulangan tranversal (𝑓𝑦𝑡) = 420 MPa
Nilai 𝑉𝑐 diperhitungkan karena tidak memenuhi persyaratan pada SNI
2847:2013 pasal 21.6.5.2.

Dikarenakan nilai 𝑉𝑐 > 𝑉𝑢 maka beton dianggap mampu menahan geser


namun karena ada perysaratan penulangan transversal minimum makan akan
menggunakan nilai ini. Panjang daerah sendi plastis (𝑙𝑜) diambil 800 mm dan jarak
antar tulangan gesernya diambil 50 mm. Perhitungan tulangan transversal minimum
berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 21.6.4.4 dihitung sebagai berikut :

Sehingga kebutuhan tulangan transversal, 𝐴𝑠ℎ = 4,307 × 50 = 215,357 mm2


Pada daerah 𝑙𝑜 akan digunakan tulangan transversal berdiameter 10 mm, sehingga
dibutuhkan tulangan 3 kaki D10 (𝐴𝑣𝑡 = 235,5 mm2 ).

235,5 mm2 > 215,357 mm2 ..... OKE

Pada daerah diluar sendi plastis digunakan tulangan yang sama namun jaraknya 150 mm.

Hubungan Balok Kolom (HBK)


Dari hasil kolom tinjauan pada lantai 6 didapatkan hasil gaya geser yang terjadi pada
balok – balok yang mengaku pada joint dan momen pada kolom seperti terlihat pada
gambar 11.

Kebutuhan tulangan geser pada HBK dapat dihitung sebagai berikut :


Kemudian dihitung kebutuhan tulangan HBKnya

Digunakan spasi = 100 mm, dan tulangan geser HBK D10

Sehingga pada joint yang ditinjau akan dipasang tulangan geser 4D10 – 100 mm.

Perencanaaan Fondasi Fondasi yang digunakan adalah fondasi tiang pancang dengan
kedalaman pancang 20 – 28 m. Ukuran tiang pancang yang digunakan adalah 45 x45 cm
berbentuk persegi dengan mutu 𝑓𝑐 ′ = 41,5 MPa.

Daya dukung tiang akan diambil hasil yang terkecil dari data N-SPT, sondir dan batas
izin material tiang (Anugrah & Erni, 2013). Sehingga didapatkan 𝑃𝑎 = 1410,84 kN.
Untuk menghitung kebutuhan tiang dapat diasumsikan untuk efisiensi pada tiang
pancang sebesar 75%.
 𝑃𝑢 pada titik tinjauan= 7056,276 kN
 𝑃𝑎 yang dipakai = 1410,84 kN
 Asumsi efisiensi 𝑃𝑎 = 75%
Dengan 9 buah pile yang dibutuhkan didapatkan pile cap rencana sebagai berikut:
 Ukuran pile cap = 2,8 m x 2,8 m
 Tebal pile cap = 0,75 m
 Berat jenis beton = 24 kN/m3
 Berat pile cap = 2,8 × 2,8 × 0,75 × 24 = 141,12 kN

Kemudian dicek kembali efisiensi dan daya dukung kelompok tiang dengan persamaan
Converse-Labbarre.

Sehingga daya dukung kelompok tiang :


𝑃𝑎 𝑔𝑟𝑢𝑝 = 𝐸𝑔 × jumlah tiang × daya dukung tiang
= 60,644% × 9 × 1410,84
= 7700,355 kN
𝑃𝑎 𝑔𝑟𝑢𝑝 > Σ𝑃𝑢 7700,355 kN > (7056,276 + 141,12) kN
7700,355 kN > 7197,396 kN..... OKE
Daya dukung kelompok tiang dapat menahan beban yang bekerja.

Penulangan Pile Cap


Penulangan pile cap dilakukan pengecekan terhadap gaya geser satu arah dan dua arah
pada fondasi terlebih dahulu.
8. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil dari analisa dan perhitungan, diperoleh kesimpulan untuk perencanaan
hotel 17 tingkat makassar sebagai berikut :
 Mutu bahan yang digunakan :
 Mutu beton = 30 MPa
 Mutu baja tulangan ulir = 420 MPa
 Mutu baja tulangan polos = 240 MPa
 Mutu wiremesh = 500 MPa

 Kategori desain seismik termasuk dalam kategoti KDS C yang mana pada
perencanaan strukturnya akan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK).

 Dimensi elemen struktur yang akan digunakan :


 Tebal pelat lantai = 120 mm
Tebal pelat penutup atap = 100 mm

 Dimensi balok :
- Balok B3 350 x 700 mm Berdasarkan tipe penulangannya dibagi menjadi B3A,
B3B, B3C
- Balok B2 350 x 500 mm Berdasarkan tipe penulangannya dibagi menjadi B2A,
B2B, B2C
- Balok Lift (B2L) 350 x 500 mm
- Balok Kantilever (B2K) 350 x 500 mm
- Balok Tangga (B2T) 350 x 500 mm - Balok B1 250 x 400
- Balok Atap (B1A) 250 x 400 - Tie Beam 350 x 800

 Dimensi Kolom :
- Kolom 650 x 650 mm
- Kolom 700 x 700 mm
- Kolom 550 x 500 mm, lift
- Kolom 550 x 550 mm, tangga
- Kolom 450 x 450 mm, tangga

 Fondasi menggunakan pondasi tiang pancang dengan kedalaman 20 – 28 m


dengan beberapa macam tipe fondasi.
- Fondasi P1 2800 x 2800 x 800 mm (9 buah tiang)
- Fondasi P2 2200 x 3000 x 750 mm (6 buah tiang)
- Fondasi P3 2200 x 2200 x 600 mm (4 buah tiang)
- Fondasi P4 1000 x 2000 x 600 mm (2 buah tiang)
DAFTAR PUSTAKA

Lesmana, Yudha. (2019). Konsep dan Desain Sistem Rangka Momen Khusus
(SRMK) Beton Bertulang Tahan Gempa berdasarkan SNI 2847:2013 &
SNI 1726:2012. Surabaya: Deepublish.
CSi. (2018). Reinforced Concrete Slab Design Manual for ETABS. United States
of America.
Pamungkas, Anugrah. & Erny Harianti. (2013). Desain Pondasi Tahan Gempa
Sesuai SNI 03-1726- 2002 dan SNI 03-2847-2002. Yogyakarta: CV.
Andi Offset.
Willyanto, dkk. (2021). Perencanaan Struktur Tahan Gempa Rumah Sakit Umum
Kharitas Bhakti Pontianak. Jurnal JeLAST Edisi Desember 2021 Vol 8.
No 3.
SNI:1726. (2012). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non-Gedung. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
SNI:1727. (2013). Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
SNI:2847. (2013). Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional

Anda mungkin juga menyukai