Anda di halaman 1dari 133

PERENCANAAN BANGUNAN

REKAYASA SIPIL
(TUGAS BESAR )

Daniel felix marbun ( 190404044 )


Amrizal zufri zega ( 190404045 )
Kelompok 3

Daniel Felix Marbun ( 190404044 ) Amrizal Jufri Zega ( 190404045 )


Gambaran Umum
Apartemen merupakan tempat tinggal suatu bangunan
bertingkat yang engkap dengan ruang duduk, kamar tidur,
dapur, ruang makan, jamban, dan kamar mandi yang
terletak pada satu lantai, bangunan bertingkat yang terbagi
atas beberapa tempat tinggal. Bangunan gedung apartemen
mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal atau pemukiman.
Apartemen merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
masalah kepadatan tingkat hunian dan keterbatasan lahan di
perkotaan.
Denah Bangunan -
Denah Bangunan -
Data Perencanaan
Data umum dan data tanah:

1) Fungsi Bangunan : Apartemen


2) Posisi/Letak Bangunan : Kota
Medan
3) Material Dinding : Batu Bata
4) Material Lantai : Keramik

5) Mutu Beton (f”c) : 25-30 Mpa


Pembebanan
Berikut merupakan beberapa jenis beban yang akan diperhitungkan
untuk perencanaan struktur bangunan antara lain:

1. Beban Mati

2. Beban Hidup

3. Beban Gempa
Beban Mati

Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang
terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap,
finishing, klading gedung dan komponen arsitektural dan struktural lainnya serta
peralatan layan terpasang lain termasuk berat derek dan sistem pengangkut material.
Beban Mati terbagi 2, yaitu :

1. Beban Sendiri (DL)

2. Beban Sendiri Tambahan (SDL)


Beban Mati

Beban Sendiri terdiri dari material


beton bertulang : 23,6 kN/m3 (SNI
1727:2020).

Tabel 2.1 Densitas minimum untuk


beban desain dari material (SNI
1727-2020)
Beban Mati

Beban sendiri tambahan per m2 lantai dapat


dilihat pada SNI 1727:2020.
Tabel 2.4 SDL per m2
Beban SDL (kN/m2) Beban kN/m
Pegangan
0.73 0.73
Tangga

Tabel 2.5 SDL per m2 pada atap

Jenis Beban Diambil dari Berat kN/m


Lapisan SNI 1727:2020 C3.1-1, Waterproofing
0.05
Waterproofing Membranes Liquid Applied
Tabel 2.6 SDL untuk dinding tiap lantai
Beban dinding 1/2 bata Tinggi Beban
Lantai dinding (m) kN/m
(kN/m)
1 1.87 4.3 8.041
2 1.87 3.8 7.106
3 1.87 3.8 7.106
4 1.87 3.8 7.106
5 1.87 3.8 7.106
Atap 1.87 1 1.87
Beban Hidup (LL)
Beban hidup adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam masa
layannya, dan timbul akibat penggunaan suatu gedung. Jenis beban ini
termasuk berat manusia, perabotan yang dapat dipindah-pindah, kendaraan, dan
barang-barang lain. Tabel 2.9 Beban hidup direduksi

Live Load
Lantai Fungsi
kN/m2

Koridor 3
1 Hunian 1.2
Tangga 4.79
Koridor 2.4
Lantai 2-5 Hunian 1.2
Tangga 4.79
Atap Atap 0.6
Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah
akibat gempa itu. Pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan
berdasarkan analisa dinamik karena gaya yang terjadi pada struktur
diakibatkan oleh gerakan tanah.
“Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan Non Gedung”
1. Menentukan kategori resiko struktur bangunan (I-IV)
2. Menentukan faktor keutamaan gempa (Ie)
3. Menentukan kelas situs tanah (SA - SF)
4. Menentukan koefisien situs (Fa, Fv) dan parameter respons spectral
percepatan gempa maksimum yang dipertimbangkan (MCER)
5. Menentukan parameter percepatan spectral desain (SD1, SDs)
6. Menentukan kategori desain seismik (A-F)
7. Menentukan sistem dan parameter struktur (R, Cd, Ωo)
8. Menentukan periode fundamental struktur (T)
9. Menghitung berat efektif seismik dan hitung gaya geser dasar seismic
Kategori Resiko Bangunan (KRB)
Perhitungan Bore
Lapisan tanah
Klasifikasi Situs untuk Desain Seismik Klasifikasi Situs untuk Desain
Seismik
Dalam perumusan kriteria
desain seismik suatu
bangunan di permukaan
tanah harus ditentukam atau
diklarifikasi terlebih dahulu
amplifikasi besaran
percepatan gempa puncak
dari batuan dasar ke
permukaan tanah untuk suatu
situs
Kategori Desain Seismik

Dengan menggunakan program


Peta Gempa dan Respon Spektra
2021 dari Cipta Karya. Didapat
Spektrum respons desain seperti
dibawah.
Tabel 2.16 Kategori Desain Seismik berdasarkan parameter respons
percepatan pada periode
Pemilihan Sistem Struktur dan Parameter Sistem (R, Cd, Ω)
Pembagian setiap tipe berdasarkan pada elemen vertikal yang digunakan untuk
menahan gaya gempa lateral. Sistem struktur yang digunakan harus sesuai
dengan batasan sistem struktur dan batasan ketinggian struktur yang
ditunjukkan, dan koefisien amplifikasi defleksi. Koefisien modifikasi respons
yang sesuai, R, faktor kuat lebih sistem, Ωo,
Kombinasi Pembebanan
Dalam merencanakan sebuah struktur bangunan diperlukan perencanaan
pembebanan terhadap bangunan tersebut, sehingga struktur bisa mnahan beban
beban yang akan terjadi sebagai struktur yang statis 3 dimensi. Dalam
perhitungan pembebanan faktor pembebanan yang digunakan adalah sebagai
berikut
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL + 0,5 (Lr atau S atau R)
3. 1,2 DL + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W)
4. 1,2 DL + W + L + 0,5 (Lr atau R)
5. 0,9 DL + W
6. 1,2 DL + Ev + Eh + L
7. 0,9 DL – Ev + Eh
Pra Desain Pelat
Pra desain pelat mengacu pada SNI 2847:2019.
Diketahui :
Panjang bentang slab (b)= 8000 mm
Lebar bentang slab (a) = 3500 mm
b/a = 7/2,5
= 2,3
Karena b/a ≥ 2, maka sistem pelat direncanakan One Way Slab
Tebal Pelat = l/28
= 350/28
= 12,5 cm
Direncanakan tebal pelat 13 cm.
Pra Desain Balok
Pra desain pelat mengacu pada SNI 2847:2019.
 Diketahui balok induk dengan panjang bentang L 8000 mm (BI1) (satu sisi menerus).
Perhitungan dimensi balok mengacu pada SNI 2847:2019:
 Tinggi balok (h) :
hmin = l/18,5 L = 8000/18,5 = 432,43 mm

hrencana = 500 mm

 Lebar balok (bw) :


Dengan ketentuan : ½ h bw (bw min = 250 mm)

250 mm ≤ bw

Maka direncanakan bw = ½ h = 300 mm

 Maka direncanakan balok induk (BI1) dengan dimensi 300 mm x 500 mm


 Diketahui balok induk dengan panjang bentang L 6000 mm (BI2) (satu sisi menerus).
Perhitungan dimensi balok mengacu pada SNI 2847:2019:
 Tinggi balok (h) :
hmin = l/18,5 L = 6000/18,5 = 324,32 mm

hrencana = 500 mm

 Lebar balok (bw) :


Dengan ketentuan : ½ h bw (bw min = 250 mm)

250 mm ≤ bw

Maka direncanakan bw = ½ h = 300 mm

 Maka direncanakan balok induk (BI2) dengan dimensi 300 mm x 500 mm


 Diketahui balok induk dengan panjang bentang L 8000 mm (BI3) (kedua sisi menerus).
Perhitungan dimensi balok mengacu pada SNI 2847:2019:
 Tinggi balok (h) :
hmin = l/21 L = 8000/21 = 380,95 mm

hrencana = 500 mm

 Lebar balok (bw) :


Dengan ketentuan : ½ h ≤ bw ≤ 2/3 h (bw min = 250 mm)

250 mm ≤ bw ≤ 380,95 mm

Maka direncanakan bw = ½ h = 300 mm

 Maka direncanakan balok induk (BI3) dengan dimensi 300 mm x 500 mm


 Diketahui balok induk dengan panjang bentang L 7000 mm (BI4) (satu sisi menerus).
Perhitungan dimensi balok mengacu pada SNI 2847:2019:
 Tinggi balok (h) :
hmin = l/18,5 L = 7000/18,5 = 378,37 mm

hrencana = 500 mm

 Lebar balok (bw) :


Dengan ketentuan : ½ h ≤ bw ≤ 2/3 h (bw min = 250 mm)

250 mm ≤ bw ≤ 378,37 mm

Maka direncanakan bw = ½ h = 300 mm

 Maka direncanakan balok induk (BI4) dengan dimensi 300 mm x 500 mm


 Diketahui balok induk dengan panjang bentang L 2500 mm (BI5) (tumpuan sederhana).
Perhitungan dimensi balok mengacu pada SNI 2847:2019:
 Tinggi balok (h) :
hmin = l/21 L = 2500/21 = 119,04 mm

hrencana = 300 mm

 Lebar balok (bw) :


Dengan ketentuan : ½ h ≤ bw ≤ 2/3 h (bw min = 250 mm)

250 mm ≤ bw ≤ 325 mm

Maka direncanakan bw = ½ h = 300 mm

 Maka direncanakan balok induk (BI5) dengan dimensi 300 mm x 300 mm


 Diketahui balok induk dengan panjang bentang L 2500 mm (BI6) (kedua sisi menerus).
Perhitungan dimensi balok mengacu pada SNI 2847:2019:
 Tinggi balok (h) :
hmin = l/21 L = 2500/21 = 119,04 mm

hrencana = 500 mm

 Lebar balok (bw) :


Dengan ketentuan : ½ h ≤ bw ≤ 2/3 h (bw min = 250 mm)

250 mm ≤ bw ≤ 367,67 mm

Maka direncanakan bw = ½ h = 300 mm

 Maka direncanakan balok induk (BI6) dengan dimensi 300 mm x 500 mm


 Diketahui balok anak dengan panjang bentang L 8000 mm (BA1) (satu sisi menerus).
Perhitungan dimensi balok mengacu pada SNI 2847:2019:
 Tinggi balok (h) :
hmin = l/18,5 L = 8000/18,5 = 432,43 mm

hrencana = 400 mm

 Lebar balok (bw) :


Dengan ketentuan : ½ h ≤ bw ≤ 2/3 h (bw min = 250 mm)

200 mm ≤ bw ≤ 432,43 mm

Maka direncanakan bw = ½ h = 300 mm

 Maka direncanakan balok induk (BA1) dengan dimensi 300 mm x 400 mm


 Diketahui balok anak dengan panjang bentang L 8000 mm (BA2) (kedua sisi menerus).
Perhitungan dimensi balok mengacu pada SNI 2847:2019:
 Tinggi balok (h) :
hmin = l/21 L = 8000/21 = 380,95 mm

hrencana = 400 mm

 Lebar balok (bw) :


Dengan ketentuan : ½ h ≤ bw ≤ 2/3 h (bw min = 250 mm)

200 mm ≤ bw ≤ 432,43 mm

Maka direncanakan bw = ½ h = 300 mm

 Maka direncanakan balok induk (BA2) dengan dimensi 300 mm x 400 mm


Rekapitulasi Dimensi Balok

Panjang Bentang (L)


Nama Dimensi Balok (mm2)
(mm)
BI1 8000 300 x 500
BI2 6000 300 x 500
BI3 8000 300 x 500
BI4 7000 300 x 500
BI5 2500 300 x 500
BI6 2500 300 x 500
BA1 8000 300 x 400
BA2 8000 300 x 400
Pra Desain Kolom
Perencanaan kolom yang mengalami berdasarkan ACI 318
 Tebal pelat = 130 mm
 f’c rencana = 30 MPa
 Tinggi tiap tingkat : 1. Lantai 1 = 4,3 m

2. Lantai 2 = 3,8 m

3. Lantai 3 = 3,8 m

4. Lantai 4 = 3,8 m

5. Lantai 5 = 3,8 m
Perencanaan awal dimensi kolom menggunakan persamaan berikut:

 Syarat lebar kolom (hc 1) dan tinggi kolom (hc 2) ≥ 30 cm


 0,4 ≤ hc 1/hc 2 ≤ 2,5
 Ag ≥ Pu/(0,3~0,4 f’c)
Keterangan :
Ag = Luas penampang bruto kolom (m2)
Pu = gaya aksial total yang bekerja pada kolom (N)
f’c = kuat tekan beton (MPa)
1. Kolom lantai 5
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom interior yang
memikul bentang sebesar 8000 mm x 4750 mm
Tabel 3.4 Rekapitulasi perhitungan beban sendiri untuk kolom
. Berat sendiri
Beban mati (DL) B (m) L (m) t (m) Berat (Kn)
(KN/m3)
Pelat lantai atap 23,6 4,75 8 0,13 116,584
Balok induk melintang 23,6 0,30 0,5 4,75 16,815
Balok induk
23,6 0,30 0,5 8 28,32
memanjang
Beban tangga 23,6 0,255 x 1,7 9,027
Berat total 170,746
Tabel 3.5 Rekapitulasi perhitungan beban SIDL untuk kolom
Beban Mati Tambahan Berat sendiri h (m) L (m) Berat (Kn)
(SIDL) (KN/m3)
Beban SIDL Atap 0,05 4,75 8 1,9
Beban SIDL Tangga 1,1 1,7 3 5,61
Beban pegangan tangga 0,73 kN/m x 3,273 2,38929
Berat total 9,89929

• Beban hidup (LL)


• Beban hidup (LL) = (0,96 x 8 x 4,75) + (4,79 x 1,7 x 3)
• Total beban hidup (LL) = 60,909 kN
• Berat total atap (Ptot)

• Ptot = 1,2 DL + 1,6 LL


• = 1,2 (170,746 + 9,89929) + 1,6 (60,909)
• = 314,2287 kN
• Maka berat yang dipikul 1 buah kolom adalah 314,2287 kN
• Asumsi b = h, maka
• P = 0,35 Ag f’c
• P = 0,35 b2 f’c
• b = √P/0,35 f’c
• bmin = 160,160 mm
• Digunakan b=300 mm, maka direncanakan dimensi kolom lantai 5 adalah 300x300
mm2
Kolom lantai 4
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom interior yang
memikul bentang sebesar 8000 mm x 2500 mm.
Tabel 3.6 Rekapitulasi perhitungan beban sendiri untuk kolom
Berat sendiri
Beban mati (DL) B (m) L (m) t (m) Berat (Kn)
(KN/m3)
Pelat lantai 5 23,6 4,75 8 0,13 116,584
Balok induk melintang 23,6 0,30 4,75 0,5 16,815
Balok induk
23,6 0,30 8 0,5 28,32
memanjang
Asumsi berat kolom
23,6 0,3 0,3 3,8 8,0712
atas (bh)
Beban tangga 23,6 0,255 x 1,7 9,027
Berat total 178,817
• Beban hidup (LL)
Beban Mati Tambahan Berat sendiri h (m) L (m) Berat (Kn)
• Beban hidup (LL) = 7,66 (8 x 2,5) + 2,4 (SIDL) (KN/m3)
(8 x 1,25) + 4,79 (1,25 x 3) Beban SIDL Lantai 5 1,44 4,75 8 54,72
• Total beban hidup (LL) = 195,1625 kN
Beban SIDL Tangga 1,1 1,7 3 5,61
Beban frame dinding 1,87 3,2 4,75 28,424
• Berat total atap (Ptot)
melintang
• Ptot = 1,2 DL + 1,6 LL
Beban frame dinding 1,87 3,2 8 47,872
• = 1,2 (178,817 + 139,0152) + 1,6 memanjang
(195,1625) + 314,2287 Beban pegangan tangga 0,73 kN/m x 3,273 2,38929
Berat total 139,0152
• = 1007,887 kN
• Maka berat yang dipikul 1 buah kolom adalah 1007,887 kN
• Asumsi b = h, maka
• P = 0,35 Ag f’c
• P = 0,35 b2 f’c
• b = √P/0,35 f’c
• bmin = 286,838 mm
• Digunakan b=350 mm, maka direncanakan dimensi kolom lantai 4 adalah 350x350
mm2
Kolom lantai 3
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom interior yang memikul
bentang sebesar 8000 mm x 2500 mm.
Tabel 3.8 Rekapitulasi perhitungan beban sendiri untuk kolom
Berat sendiri
Beban mati (DL) B (m) L (m) t (m) Berat (Kn)
(KN/m3)
Pelat lantai 4 23,6 4,75 8 0,13 116,584
Balok induk melintang 23,6 0,30 4,75 0,5 16,815
Balok induk
23,6 0,30 8 0,5 28,32
memanjang
Asumsi berat kolom
23,6 0,3 0,3 3,8 8,0712
atas (bh)
Beban tangga 23,6 0,255 x 1,7 9,027
Berat total 178,817
 
Tabel 3.9 Rekapitulasi perhitungan beban SIDL untuk kolom
Beban Mati Tambahan Berat sendiri h (m) L (m) Berat (Kn)
(SIDL) (KN/m3)
Beban SIDL Lantai 4 1,44 4,75 8 54,72
Beban SIDL Tangga 1,1 1,7 3 5,61
Beban frame dinding 1,87 3,2 4,75 28,424
melintang
Beban frame dinding 1,87 3,2 8 47,872
memanjang
Beban pegangan tangga 0,73 kN/m x 3,273 2,38929
Berat total 139,0152

• Beban hidup (LL)


• Beban hidup (LL) = 7,66 (8 x 2,5) + 2,4 (8 x 1,25) + 4,79 (1,25 x 3)
• Total beban hidup (LL) = 195,1625 kN
• Berat total atap (Ptot)

• Ptot = 1,2 DL + 1,6 LL


• = 1,2 (178,817 + 139,0152) + 1,6 (195,1625) + 1007,887
• = 1701,545 kN
• Maka berat yang dipikul 1 buah kolom adalah 1701,545 kN
• Asumsi b = h, maka
• P = 0,35 Ag f’c
• P = 0,35 b2 f’c
• b = √P/0,35 f’c
• bmin = 372,695 mm
• Digunakan b=420 mm, maka direncanakan dimensi kolom lantai 3 adalah 420x420
mm2
Kolom lantai 2
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom yang memikul bentang
sebesar 8000 mm x 2500 mm.
Tabel 3.10 Rekapitulasi perhitungan beban sendiri untuk kolom
Berat sendiri
Beban mati (DL) B (m) L (m) t (m) Berat (Kn)
(KN/m3)
Pelat lantai 3 23,6 4,75 8 0,13 116,584
Balok induk melintang 23,6 0,30 4,75 0,5 16,815
Balok induk
23,6 0,30 8 0,5 28,32
memanjang
Asumsi berat kolom
23,6 0,4 0,4 3,8 14,3488
atas (bh)
Beban tangga 23,6 0,255 x 1,7 9,027
Berat total 185,0948
Tabel 3.11 Rekapitulasi perhitungan beban SIDL untuk kolom
Beban Mati Tambahan Berat sendiri h (m) L (m) Berat (Kn)
3
(SIDL) (KN/m )
Beban SIDL Lantai 3 1,44 4,75 8 54,72
Beban SIDL Tangga 1,1 1,7 3 5,61
Beban frame dinding 1,87 3,2 4,75 28,424
melintang
Beban frame dinding 1,87 3,2 8 47,872
memanjang
Beban pegangan tangga 0,73 kN/m x 3,273 2,38929
Berat total 139,0152

a) Beban hidup (LL)


Beban hidup (LL) = 7,66 (8 x 2,5) + 2,4 (8 x 1,25) + 4,79 (1,25 x 3)
Total beban hidup (LL) = 195,1625 kN
• Berat total atap (Ptot)
• Ptot = 1,2 DL + 1,6 LL
• = 1,2 (185,0948 + 139,0152) + 1,6 (195,1625) + 1701,545
• = 2402,737 kN
• Maka berat yang dipikul 1 buah kolom adalah 2402,737 kN
• Asumsi b = h, maka
• P = 0,35 Ag f’c
• P = 0,35 b2 f’c
• b = √P/0,35 f’c
• bmin = 442,878 mm
• Digunakan b=500 mm, maka direncanakan dimensi kolom lantai 2 adalah 500x500
mm2
 
Kolom lantai 1
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom yang memikul bentang sebesar 8000 mm x 2500
mm. Tabel 3.12 Rekapitulasi perhitungan beban sendiri untuk kolom
Berat sendiri
Beban mati (DL) B (m) L (m) t (m) Berat (Kn)
(KN/m3)
Pelat lantai 2 23,6 4,75 8 0,13 116,584
Balok induk melintang 23,6 0,30 4,75 0,5 16,815
Balok induk
23,6 0,30 8 0,5 28,32
memanjang
Asumsi berat kolom
23,6 0,45 0,45 4,3 20,5497
atas (bh)
Beban tangga 23,6 0,255 x 1,7 9,027
Berat total 191,2957
Tabel 3.13 Rekapitulasi perhitungan beban SIDL untuk kolom
Beban Mati Tambahan Berat sendiri h (m) L (m) Berat (Kn)
(SIDL) (KN/m3)
Beban SIDL Lantai 2 1,44 4,75 8 54,72
Beban SIDL Tangga 1,1 1,7 3 5,61
Beban frame dinding 1,87 3,2 4,75 28,424
melintang
Beban frame dinding 1,87 3,2 8 47,872
memanjang
Beban pegangan tangga 0,73 kN/m x 3,273 2,38929
  Berat total 139,0152

a) Beban hidup (LL)


Beban hidup (LL) = 7,66 (8 x 2,5) + 2,4 (8 x 1,25) + 4,79 (1,25 x 3)
Total beban hidup (LL) = 195,1625 kN
• Berat total atap (Ptot)
• Ptot = 1,2 DL + 1,6 LL
• = 1,2 (191,2957 + 139,0152) + 1,6 (195,1625) + 2402,737
• = 3111,37 kN
• Maka berat yang dipikul 1 buah kolom adalah 3111,37 kN
• Asumsi b = h, maka
• P = 0,35 Ag f’c
• P = 0,35 b2 f’c
• b = √P/0,35 f’c
• bmin = 503,9736 mm
• Digunakan b=600 mm, maka direncanakan dimensi kolom lantai 1 adalah 600x600
mm2
Rekapitulasi Dimensi Kolom

Nama Tinggi kolom (h) (mm) Dimensi kolom (mm2) f’c (MPa)
(K1) Kolom lantai 1 4300 600 x 600 35
(K2) Kolom lantai 2 3800 500 x 500 35
(K3) Kolom lantai 3 3800 420 x 420 35
(K4) Kolom lantai 4 3800 350 x 350 35
(K5) Kolom lantai 5 3800 300 x 300 35
Dimensi Tangga

Adapun langkah-langkah perencanaan tangga sebagai berikut:


 Perencanaan desain awal tangga:
Mencari lebar (antrede), tinggi injakan (optrede) dan tebal pelat ekuivalen
60 cm ≤ 2t + i
Tebal rata-rata anak tangga ekuivalen
Dimana: t = tinggi injakan ( Optrede = 15-20 cm )
i = lebar injakan (Antrede = 25-30 cm )
𝛼 = sudut kemiringan tangga (5° ≤ 𝛼 ≤ 40°)
 Perhitungan pembebanan yang terjadi pada tangga
 Perhitungan gaya-gaya dalam
 Perhitungan penulangan tangga
Dimensi Tangga

Lantai 1-2
• Ditinjau lantai 1 dengan tinggi H = 4,3 m
• Dibagi 2 untuk tangga bawah dan atas. maka didapat tinggi rencana 2,15 m
• Lebar tangga rencana = 1,75 m
• Panjang tangga = 3 m
• panjang bordes = 1 m
Perencanaan tangga beton bertulang direncanakan terjepit pada 2 ujungnya
Dimensi Tangga

Kemiringan tangga, ∝ = 𝑡𝑎𝑛−1(𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎/𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎)


Tanα = 2,15/3 = 0,71666
α = 35,628°
Untuk perbandingan tinggi per panjang tangga = 0,71666 maka perbandingan
optrede dan aantrede 1/0,71666 = 1,4 (i = 1,4t)
Dimensi Tangga

sehingga syarat keamanan tangga:


• 2t + i ≥ 60 cm
2t + 1,4t ≥ 60 cm
3,4t ≥ 60 cm
t ≥ 17,6470 cm
digunakan t = 17 cm
• 2t + i ≥ 60 cm
i ≥ 60 – 2(17) cm
i ≥ 26 cm digunakan i = 30 cm
Dimensi Tangga

Direncanakan Jumlah anak tangga = (h/2)/17


= 200/17 = 12 anak tangga
Tebal rata-rata pelat tangga ekuivalen = 30/2 𝑥 𝑠𝑖𝑛 35,628° = 8,7378 cm
Maka tebal rata-rata pelat tangga = 10 cm
Dimensi Tangga

Lantai 2-5, 5-atap


• Ditinjau lantai 2 dengan tinggi H = 3,8 m
• Dibagi 2 untuk tangga bawah dan atas. maka didapat tinggi rencana 1,9 m
• Lebar tangga rencana = 1,75 m
• Panjang tangga = 3 m
• panjang bordes = 1 m
Perencanaan tangga beton bertulang direncanakan terjepit pada 2 ujungnya
Dimensi Tangga

Kemiringan tangga, ∝ = 𝑡𝑎𝑛−1(𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑔/𝑔𝑎𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎)


Tanα = 1,9/3 = 0,63
α = 32,2109°
Untuk perbandingan tinggi per panjang tangga 0,63 maka perbandingan optrede
dan aantrede 1/0,63 = 1,58 (i = 1,58t)
Dimensi Tangga

sehingga syarat keamanan tangga:


• 2t + i ≥ 60 cm
2t + 1,58t ≥ 60 cm
3,58t ≥ 60 cm
t ≥ 16,7597 cm
digunakan t = 18 cm
• 2t + i ≥ 60 cm
i ≥ 60 – 2(18) cm
i ≥ 24 digunakan i = 30 cm
Dimensi Tangga

Antrede
= 30 cm

optrede= 18 cm

Direncanakan Jumlah anak tangga = (h/2)/18


= 12,5 anak tangga
Tebal rata-rata pelat tangga ekuivalen = 30/2 𝑥 𝑠𝑖𝑛 32,2109° = 7,99 cm
Maka tebal rata-rata pelat tangga = 10 cm
PEMODELAN STRUKTUR DENGAN PROGRAM

Pemodelan Struktur
Berdasarkan hasil analisis dengan ETABS, harus dilakukan pembesaran
dimensi karena tidak mampu menahan beban. Dimensi baru pada pemodelan:
Tabel 4.1 Dimensi Struktur Terbaru
Struktur Dimensi (mm)
Balok Induk 300 x 500
Balok Anak 250 x 400
Kolom keseluruhan 600 x 600
 

Membuat Grid Line

Tampilan Input Grid System Data


Menentukan Material Struktur

Material beton yang digunakan memiliki ketentuan sebagai berikut:


 Mutu beton, f’c 25 = 25 MPa
f’c 30 = 30 MPa
 Modulus Elastisitas Beton, Es = 4700 √f’c = 23500 MPa (f’c 25)
= 25472,96 MPa (f’c 30)
 Angka poisson beton, v = 0.3
 Mutu baja tul. Pokok, fy 420 MPa, fu 525 MPa
 Mutu baja tul. Sengkang, fy 280 MPa, fu 370 MPa
Menginput data material pada ETABS
Menentukan Dimensi Elemen Struktur

Tampilan input penampang balok


Menentukan Dimensi Elemen Struktur

Tampilan input untuk pelat


Memodelkan Struktur

Tampilan input penampang balok


Pembebanan pada Elemen Struktur

Tampilan pembebanan pada software


Input Mass Source dan Diaphragm dan Run Analysis
Pengecekan Perilaku Struktur Bangunan
Pengecekan Gaya Geser
Gaya geser pada struktur dapat diperoleh langsung dari ETABS. Berikut
diagram geser struktur ketinggian bangunan X dan arah Y
Pengecekan Simpangan Arah Lantai

Berikut adalah diagram dan tabel perhitungan simpangan antar lantai untuk
arah X dan Y.
Lantai Simpangan Arah X (mm) Simpangan Arah Y (mm) Story Drift Amplikasi Arah X (mm) Story Drift Amplikasi Arah Y Story Drift Arah X Story Drift Arah Y Batas izin (mm) Cek Arah X Cek Arah Y
Story 5 16,630 17,280 60,977 63,360 38,867 19,433 76 OK OK
story 4 6,030 11,980 22,110 43,927 17,637 15,877 76 OK OK
story 3 1,220 7,650 4,473 28,050 2,317 12,870 76 OK OK
Story 2 0,588 4,140 2,156 15,180 1,316 10,157 76 OK OK
Story 1 0,229 1,370 0,840 5,023 0,840 5,023 80 OK OK
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Pelat
Desain mengacu pada design guide ACI SP-17(14) dengan standar SNI 2847-
2019.
 Langkah 1: Geometri
Tebal pelat rencana (h) = 13 cm
Berat sendiri (Ws) Ws = 0,13 m x 1 m x 23,6 kN/m3 = 3,068 kN/m2
 Langkah 2: Beban dan Kombinasi
Beban hidup untuk setiap ruangan pada rumah sakit adalah 1.92 kN/m² dan
untuk koridor 4.79 kN/m², untuk beban superdeadload diambil 1.44 kN/m²
U = 1.4D U = 1.4(3.068+1.44) = 6,311 kN/m²
U = 1.2D + 1.6L U = 1.2(3.068+1.44) + 1.6(1.92) = 8,4816 kN/m²
U = 1.2(3.068+1.44) + 1.6(4.79) = 13,0736 kN/m²
Diambil U = 8,4816 kN/m² untuk pelat hunian dan U = 13,0736 kN/m² untuk
pelat koridor.
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 3: Analisa Struktur


Analisa struktur untuk momen positif maksimum dilakukan menggunakan
aplikasi midas dan didapatkan hasil:
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Lokasi dari kiri ke kanan bentang


Momen
Perlu Tumpua Bentang Tumpua Bentang Tumpua Bentang Tumpua Bentang Tumpuan Bentang
n1 1 n2 2 n3 3 n4 4 5 5
Mn
0 7,9 -8,3 1,5 -7,8 4,7 -7 5,5 -7,1 1,6
kNm

Lokasi dari kiri ke kanan bentang


Momen Perlu Tumpua Bentang Tumpua Bentang Tumpua Bentang tumpua Bentang tumpuan
n6 6 n7 7 n8 8 n9 9 10
Mn kNm -9 7,4 -9,2 1,8 -6,4 4,6 -9,5 4,9 0

Lokasi dari kiri ke kanan bentang


Be
Momen nt
Perlu Bentang Tumpua Bentang Tumpua Bentang Tumpua Bentang Tumpua
Tumpuan 1 an
1 n2 2 n3 3 n4 4 n5
g
5
5,
Mn kNm 0 7,1 -11 3,9 -6,3 2,4 -8,2 5,8 -11,5
8
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Lokasi dari kiri ke kanan bentang


Momen
Perlu Tumpu Bentan Tumpu Bentan Tumpu Bentan tumpu
Bentang 9 tumpuan 10
an 6 g6 an 7 g7 an 8 g8 an 9
Mn
-8,2 2,4 -6,3 1,8 -6,4 3,9 -11 7,1 0
kNm

Momen positif maksimum berada pada bentang 1 = 7.9 kNm


Momen negatif maksimum berada pada tumpuan 5 = -11.5 kNm
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 4: Analisa Struktur untuk Geser Maksimum


Perhitungan geser maksimum dianggap beban hidup penuh. Analisa struktur
dilakukan menggunakan aplikasi ETABS dan didapat:

Berdasarkan analisa struktur didapat gaya geser maksimum 18,8 kN.


DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 5: Desain kekuatan momen


- Menghitung effective depth dengan asumsi tulangan D10 mm dan selimut 20 mm
(SNI 2847-2019 Tabel 20.6.1.3.1 “Ketebalan selimut beton”)

Satu baris tulangan:


d = h – selimut – db/2 = 130 mm – 20 mm – 10/2 mm
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

- Menghitung effective depth dengan asumsi tulangan D10 mm dan selimut 20 mm


(SNI 2847-2019 Tabel 20.6.1.3.1 “Ketebalan selimut beton”)

𝐶=T

0.85𝑓𝑐′𝑏𝑎 = 𝐴𝑠𝑓𝑦

0.85(25 𝑀𝑝𝑎)(𝑏)(𝑎) = 𝐴𝑠 (420 𝑀𝑝𝑎) -> (Effective width (b)= 1000 mm)
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

- Menghitung kebutuhan tulangan


Desain kekuatan balok harus memenuhi persamaan:
𝜙𝑀𝑛 ≥ 𝑀u
𝜙𝑉𝑛 ≥ 𝑉u
Persamaan perhitungan kebutuhan tulangan:
𝜙𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 = 𝜙𝐴𝑠𝑓𝑦 (𝑑 – 𝑎/2 ) (tulangan D10 memiliki 𝐴𝑠 = 78.5 mm2)
Untuk momen positif maksimum:
7.9 𝑘𝑁𝑚 𝑥 10^6 ≤ (0.9)𝐴(420 𝑀𝑝𝑎)𝑠 (105 𝑚𝑚 − 0.019𝐴𝑠/2 )
𝐴𝑠′𝑟𝑒𝑞′𝑑 + = 240.664 mm2 /m
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

- Menghitung kebutuhan tulangan


Direncanakan tulangan ulir diameter 10 mm dengan spasi 200 mm. 𝐴𝑠
𝑝𝑟𝑜𝑣𝑖𝑑𝑒 = (78.5 mm2 /m)(1000 mm/200 mm) = 392.5 mm2
𝐴𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑣𝑖𝑑𝑒 = 392.5 𝑚𝑚2 /𝑚 > 𝐴𝑠 ′𝑟𝑒𝑞 ′𝑑 + = 240.66 𝑚𝑚2 /𝑚
OK
Untuk momen negatif maksimum:
11.5625 𝑘𝑁𝑚 𝑥 106 ≤ (0.9)(420 𝑀𝑝𝑎)𝐴𝑠 (105 𝑚𝑚 − 0.019𝐴𝑠/2 )
𝐴𝑠′𝑟𝑒𝑞′𝑑 − = 299.43 mm2 /m
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

- Menghitung kebutuhan tulangan


Direncanakan tulangan ulir diameter 10 mm dengan spasi 200 mm.
𝐴𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑣𝑖𝑑𝑒 = (78.5 mm2 /m)(1000 mm/150 mm) = 392.5 mm2
𝐴𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑣𝑖𝑑𝑒 = 392.5 𝑚𝑚2 /𝑚 > 𝐴𝑠 ′𝑟𝑒𝑞 ′𝑑 − = 299.43 𝑚𝑚2 /𝑚 OK
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 6: Desain kekuatan geser


Diasumsi pelat satu arah tidak dapat diberi tulangan geser, Vn = Vc. Maka kuat
geser dapat dicari dengan persamaan:

Faktor reduksi kuat geser, 𝜙 = 0.75


𝜙𝑉𝑐 = (0.75)( 89.25𝑘𝑁) = 66.937 𝑘𝑁 > 20.191 𝑘𝑁 OK
Tidak diperlukan tulangan geser.
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 7: Periksa tulangan lentur minimum

 
𝐴𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑣𝑖𝑑𝑒 untuk semua kondisi sudah
Tabel 5.2 Rasio luas tulangan ulir susut
memenuhi 𝐴𝑠,𝑟𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑑 tulangan lentur.
dan suhu minimum terhadap luas
penampang beton bruto
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 8: Tulangan susut dan suhu


SNI beton pasal 7.12.1 mensyaratkan
dipasangnya tulangan susut suhu pada arah
tegak lurus bentang pelat.

Untuk pelat satu arah dengan tulangan fy


Tabel 5.3 Rasio luas tulangan ulir susut
420 Mpa area minimum untuk suhu dan dan suhu minimum terhadap luas
susut adalah 0.0018Ag dengan spasi penampang beton bruto

maksimum dibawah 3h dan 450 mm.


DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 8: Tulangan susut dan suhu

S+T steel area = 0.0018 x 1000 x 130 = 234 mm²


Direncanakan dengan tulangan D10 dengan spasi 300 mm
𝐴𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑣𝑖𝑑𝑒 = (78.5 mm2 /m)(1000 mm/300 mm)
𝐴𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑣𝑖𝑑𝑒 = 261.667 mm² > 234 mm² OK
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 9: Kontrol jarak spasi minimum dan maksimum tulangan lentur


- Spasi minimum antar tulagan
Menurut pasal 25.2.1 ketentuan spasi minimun antar tulangan diambil
diantara 3 persamaan dibawah:
a) 25 mm (asumsi ukuran agregat)
b) db = 10 mm
c) 4/3dagg = 4/3(25 mm) = 33.3 mm Menentukan
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 9: Kontrol jarak spasi minimum dan maksimum tulangan lentur


- Spasi maksimum antar tulangan
Menurut Pasal 24.3.2 spasi tulangan dengan lekatan yang paling dekat dengan
serat tertarik tak boleh melebihi Batasan pada persamaan dibawah dan spasi
maksimum diambil yang terkecil:
a) 300(280/fs ) = 300(280/280) = 300 mm
b) 380(280/fs) – 2.5cc = 380(280/280) – 2.5(20) = 330 mm
Dengan fs = 2/3fy = 280 MPa
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 10: Memilih ukuran tulangan dan spasi antar tulangan berdasarkan semua
persyaratan yang telah dikerjakan, diambil:
- Tulangan lentur lapangan = D10-200
- Tulangan lentur tumpuan = D10-200
- Tulangan susut = D10-300
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 11: Tulangan lentur atas


- Pasal 7.7.3.3 SNI 2847-2019 mewajibkan tulangan harus diteruskan melewati titik
dimana tulangan tersebut tidak lagi diperlukan untuk menahan lentur dengan jarak
setidaknya yang terbesar dari d dan 12db, kecuali pada tumpuan sederhana dan
kantilever.
d = 105 mm atau (12)(10 mm) = 120 mm
Terusan diambil 120 mm.
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 11: Tulangan lentur atas


- Pasal 7.7.3.8.4 SNI 2847-2019, Setidaknya sepertiga dari tulangan momen negatif
pada tumpuan harus memiliki panjang penyaluran melewati titik balik sekurang-
kurangnya terbesar dari d, 12db dan ln/16.
(3.5 m – 0.3 m)(1000)/16 = 200 mm > 12db = 120 mm > d = 105mm
Terusan diambil 200 mm.
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 12: Penyaluran batang ulir dan sambungan lewatan dalam kondisi Tarik
- Batang penyaluran dihitung dengan persamaan:
Dimana:
Ψt = faktor lokasi tulangan yang menunjukkan pengaruh posisi
pengecoran
Ψe = faktor lapisan yang menggambarkan pengaruh lapisan epoksi
Ψs = faktor ukurang tulangan
Nilai 𝑐𝑏+ 𝐾𝑡𝑟/𝑑𝑏 tidak boleh lebih besar dari 2.5
25+0/10 = 2.5 (cb jarak selimut beton ke tengah tulangann Ktr boleh
diambil 0)
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

= 305.45 mm

Tabel 5.4 Faktor modifikasi untuk panjang


penyaluran batang ulir
dan kawat ulir dalam
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

- Tulangan sambungan lewatan (splice) sesuai dengan


tabel di bawah

As,t/As,p = 392.5 mm2 /299.43 mm2 = 1.31 < 2


lst = (1.3)(305.45) = 397.085 mm; diambil 400 mm

Tabel 5.5 Panjang sambungan lewatan


batang ulir Dan kawat ulir dalam
kondisi tarik
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

 Langkah 13: Tulangan lentur bawah

Mn = Asfy(d-a/2) = (525.3 mm²) (420 MPa) (105 – 9.78mm/2)


= 22 x 10⁶ N mm
ld = 244.36 ≤ (22 x 10⁶ N mm/20191 N) + 120 mm = 1209 mm
Maka, D10 OK
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Balok
1. Pengecekan balok memenuhi defenisi balok lentur
SNI 2847-2019 Pasal 18.6 komponen struktur lentur SRPMK harus
memenuhi hal-hal berikut:
a. Gaya tekan aksial terfaktor pada komponen struktur, Pu tidak boleh
melebihi 0,1Agfc’.
Pu = 70.552, 0.1Agfc’ = 735 OK
b. Batang bersih untuk komponen struktur, Ln, tidak boleh kurang dari 4
kali tinggi efektifnya.
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Balok
Asumsi hanya satu lapis tulangan positif yang perlu dipasang, selimut
beton 40 cm, sengkang tulangan D13, dan baja tulangan longitudinal yang dipakai D19,
maka:
Ln = 7000-1000 = 6000 mm (1000 mm = 2 x lebar flens)
4d = 4 x (600-(40+13+19)) = 2112 mm Ln > 4d (OK)
c. Perbandingan lebar terhadap tinggi balok tidak boleh
kurang dari 0.3
b = 300 mm ; h = 500 mm
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Balok
d. Lebar komponen tidak boleh:
- Kurang dari 250 mm. b=300 mm (OK)
- Melebihi lebar komponen struktur pendukung (diukur pada bidang tegak lurus
terhadap sumbu longitudinal komponen struktur lentur)ditambah jarak pada tiap sisi
komponen struktur pendukung yang tidak melebihi ¾ tinggi komponen struktur
lentur.
Lebar balok,b=300mm < lebar kolom = 500 mm (OK)
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
1. Pengecekan kolom sesuai definisi kolom
a. Gaya aksial terfaktor maksimum yang bekerja pada kolom harus melebihi

OK
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
1. Pengecekan kolom sesuai definisi kolom

b. Sisi terpendek penampang kolom tidak kurang dari 300 mm


d = 500 mm > 300 mm OK
c. Rasio dimensi panampang, b/d, tidak kurang dari 0.4
OK
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
2. Cek kondigurasi Tulangan Kolom
Luas tulangan dicoba menggunakan D22 berjumlah 12. Dalam SNI 2847-2019
disebutkan luas tulangan longitudinal tidak kurang dari 0.01Ag dan tidak melebihi
0.06Ag
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
3. Pengecekan Syarat Kuat Kolom (Strong Column Weak Beam)

Berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 18.6, kuat kolom harus memenuhi ketentuan
persamaan berikut:
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
3. Pengecekan Syarat Kuat Kolom (Strong Column Weak Beam)
- Balok Momen Tumpuan sebelah kanan kolom
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
3. Pengecekan Syarat Kuat Kolom (Strong Column Weak Beam)
- Balok Momen Tumpuan sebelah kiri kolom
Gambar 5.5 Diagram interaksi kolom dengan ETABS
Menggunakan ETABS, didapat:
Kolom lantai 2, Pu = -813.616 kN, Mn pada diagram = 397.55 kNm
Kolom lantai 1, Pu = -1394.75, Mn pada diagram = 403.84 kNm
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
4. Desain Tulangan Confinement (Transversal)
Berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 18.7.5, total luas penampang hoops tidak boleh
kurang kurang dari salah satu yang terbesar antara:
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
4. Desain Tulangan Confinement (Transversal)
a. Pengecekan luasan tulangan confinement terpasang
nilai bc dan Ach adalah sebagai berikut, diambil tulangan transversal D16:
bc = bw – 2(cover+0,5db) = 500 –2(40 + 16/2) = 404 mm
Ach = bw – 2(cover))2 = ( 500- 80)2= 176400 mm2
Maka

menentukan
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
4. Desain Tulangan Confinement (Transversal)
a. Pengecekan luasan tulangan confinement terpasang
Dan
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
4. Desain Tulangan Confinement (Transversal)
c. Penulangan confinement
Digunakan spasi 100 mm
𝐴𝑠ℎ = 3.61 𝑚𝑚2 /𝑚𝑚 𝑥 100 𝑚𝑚 = 361 𝑚𝑚2
Digunakan 4 kaki baja tulangan D13, maka diperoleh luas penampang = 530.66
mm2 > 361 mm2. Oleh karena itu, kebutuhan Ash-min terpenuhi.
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
5. Desain Tulangan Geser
a. Pada Zona Plastifikasi
Pada perencanaan tulangan geser, Ve tidak perlu lebih besar dari Vsway yang dihitung

berdasarkan Mpr balok karena hasil yang didapat akan terlalu konservatif.

DF adalah faktor distribusi momen di bagian atas dan bawah kolom yang didesain.
Diambil DF = 0.5. lu panjang kolom.
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
5. Desain Tulangan Geser
a. Pada Zona Plastifikasi

Ve diambil sesuai nilai ETABS yaitu 144.773 Kn


Vsway >Ve = OK
Diambil Ve = 154.026 kN
Vc dapat diambil = 0 jika Ve akibat gempa lebih besar dari ½ Vu dan gaya aksial
terfaktor pada kolom tidak melampaui 0.05Agfc’
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
5. Desain Tulangan Geser
a. Pada Zona Plastifikasi

 0,5 Vc< Ve/ = 204,02/2 < 154.026/0,75 = 102,01< 205,37 kN OK

 PU < 0,05 Agfc’ = 1394,75 kN > 375 kN NOT OK

Karena salah satu syarat tidak terpenuhi maka Vc ≠ 0. Oleh karena itu, Vc
digunakan dan perlu tulangan geser.
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
5. Desain Tulangan Geser
a. Pada Zona Plastifikasi
Cek apakah tulangan geser minimum cukup:

Karena suku kiri lebih kecil, maka diperlukan tulangan geser minimum
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
5. Desain Tulangan Geser
a. Pada Zona Plastifikasi
Sebelumnya sudah terpasang confinemnet 4 kaki dengan spasi 100 mm, dengan
area 530.66 mm2 . Berarti:

= 39,682 mm2

Karena tulangan confinement lebih besar dari Avmin maka tulangan confinement
cukup sebagai tulangan geser, persyaratan kekuatan geser terpenuhi.
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Kolom
5. Desain Tulangan Geser
b. Pada Luar Zona Plastifikasi
Pasal 25.5.6.1 menyebutkan bagian kolom yang hanya menerima beban tekan aksial
dihitung dengan
𝑉𝑐 = 0.17 (1 + ) 𝜆√𝑓𝑐′ 𝑏𝑤𝑑
𝜆 = 1 untuk beton normal Nu = gaya tekan aksial terkecil dari kombinasi pembebanan,
berdasarkan ETABS diambil = 264.93 kN.
Vc= 0.17 (1 + )x 1√30 x 500 x 447 = 223,85 kN> 205,368 kN ().
Dapat disimpulkan sepanjang zona non plastifikasi tidak perlu ditambah tulangan geser karena
tulangan confinement sudah cukup menanggung geser yang terjadi.
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Penulangan Hubungan Balok Kolom


1. Dimensi Joint
Berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 18.8.4.3, luas penampang efektif joint, A j
dihitung dari tinggi joint kali lebar joint efektif. Tinggi joint harus sebesar lebar
kolom, lebar joint efektif harus selebar kolom, kecualli bila ada balok yang
merangka ke dalam kolom yang lebih lebar.
Aj= 500 x 500 = 250.000 mm2
Pasal 18.8.2.3 mewajibkan panjang joint yang diukur paralel terhadap
tulangan lentur balok yang menyebabkan geser di joint sedikitnya 20 kali d b
longitudinal terbesar
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑜𝑖𝑛𝑡 = 20𝑥22 𝑚𝑚 = 440 𝑚𝑚2
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Penulangan Hubungan Balok Kolom


2. Penulangan Transversal untuk Confinement
Berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 18.8.3.1, harus ada tulangan confinement
dalam joint. Pasal 18.8.3.2, untuk joint interior, jumlah tulangan confinement yang
dibutuhkan setidaknya setengah tulangan confinement yang dibutuhkan di ujung-
ujung kolom.

Spasi vertikal diizinkan diperbesar hingga 150 mm. Coba pasang 3 hoops,
dengan hoops pertama dipasang pada jarak 50 mm dari muka kolom.
Area hoops (AsPerlu) =150 mm x = 895,5 mm2
Maka digunakan 8D13 untuk kebutuhan area hoops
ASpasang =8 x OK
DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Penulangan Hubungan Balok Kolom


3. Perhitungan Geser di joint dan cek kuat geser
Balok yang memasuki joint memiliki Mpr1 = 387.436 kNm dan Mpr3 = 237.67
kNm. Pada joint tersebut, kekakuan kolom atas dan bawah sama sehingga nilai DF
= 0.5 untuk setiap kolom, sehingga:

Me= 0,5 0.5(387.436 + 237.67) = 312.553 𝑘𝑁m

Vsway = = 201,647 (Tinggi kolom dikurangi balok)

Area tulangan tumpuan As pada balok adalah 5D19, maka:

𝑇1 = 1.25𝑓𝑦𝐴𝑠 = 1.25𝑥420𝑥1416.925𝑚𝑚2 = 743.885 𝑘𝑁


DESAIN KOMPONEN STRUKTUR

Desain Penulangan Hubungan Balok Kolom


3. Perhitungan Geser di joint dan cek kuat geser
𝑐1 = 𝑇1 = 743.885 𝑘N
Area tulangan lapangan As pada balok adlaah 3D19, maka:

𝑇2 = 1.25𝑓𝑦𝐴𝑠 = 1.25𝑥420𝑥850.155 𝑚𝑚2 = 446,331 𝑘𝑁

𝑐2 = 𝑇2 = 446,331 𝑘𝑁

𝑉𝑢 = 𝑉𝑗 = 𝑉𝑠𝑤𝑎𝑦 − 𝑇1 − 𝐶2 = 201.647 − 743.885 − 446.331 = 718.569 𝑘N

= 1745,865 kN> Vu OK
GAMBAR KERJA
GAMBAR KERJA
GAMBAR KERJA
GAMBAR KERJA
GAMBAR KERJA
GAMBAR KERJA
GAMBAR KERJA
GAMBAR KERJA
GAMBAR KERJA
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai