Dosen:
Asisten:
Disusun oleh:
Disusun Oleh:
Dosen Dosen
Prof. Ir. Iswandi Imran, M. A. Sc, Prasanti Widyasih Sarli, S. T., M. T.,
Ph. D. Ph. D.
NIP NIP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas nikmat kesehatan yang diberikan kepada tim penulis sehingga tim penulis
dapat menyelesaikan Laporan Tugas Besar SI-3112 Struktur Beton ini. Laporan
tugas besar ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah SI-3112
Struktur Beton. Laporan tugas besar ini juga diharapkan dapat memberikan
wawasan berkaitan dengan perancangan gedung 2 tingkat menggunakan bahan
beton bertulang.
Laporan tugas besar ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Ir. Iswandi Imran, M.A.Sc, Ph.D dan Ibu Prasanti
Widyasih Sarli, S.T., M.T., Ph.D. selaku dosen pengampu penulis
pada mata kuliah SI-3112 Struktur Beton.
2. Yehezkiel Andreas, Fernando Tang, dan Syahla Nabila selaku
asisten dosen yang memberikan arahan dan petunjuk dalam
penulisan laporan tugas besar ini.
3. Orang tua dan keluarga tim penulis yang selalu mendukung penulis
baik secara moral maupun material.
4. Teman, sahabat, kerabat, dan pihak-pihak lain yang terlibat yang
tidak dapat tim penulis sebutkan satu per satu.
Tim penulis menyadari bahwa laporan tugas besar ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, tim penulis terbuka untuk
menerima kritik dan saran yang membangun. semoga laporan tugas besar ini
bisa digunakan oleh pembaca sebaik-baiknya.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
1.2. Tujuan....................................................................................................... 16
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
Kegiatan manusia tidak lepas dari peran suatu ruangan, baik itu ruang
terbuka maupun ruang tertutup. Salah satu contoh ruang tertutup adalah
bangunan gedung. Bangunan gedung dapat dimanfaatkan oleh banyak orang
sesuai dengan keinginannya, baik itu sekadar tempat berteduh maupun untuk
melakukan kegiatan yang produktif.
1.2. Tujuan
1. Lantai 1
2. Lantai 2
Material material yang digunakan terdiri atas beton dan baja tulangan
dengan spesifikasi sebagai berikut :
1.1. Beton
a. Kuat tekan (𝑓𝑐′) balok, pelat, dan kolom = 28 MPa
b. Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m3
c. Modulus elastisitas ( 𝑐) = 4700 √𝑓𝑐′
1.2. Baja Tulangan
a. Kuat leleh (𝑓𝑦) tulangan longitudinal = 420 MPa
b. Kuat leleh (𝑓𝑦) tulangan transversal = 420 MPa
c. Berat jenis baja tulangan = 7850 kg/m3
d. Modulus elastisitas ( 𝑠) =200.000 MPa
1. Balok
Balok yang didesain terdiri dari balok induk, balok anak, dan balok
kanopi. Semua jenis balok didesain terhadap beban lentur, geser, torsi,
dan kemampuan layannya.
2. Kolom
Kolom yang direncanakan terbagi atas kolom lantai dasar, kolom
utama lantai 1 dan kolom utama lantai 2. Semua jenis kolom didesain
terhadap beban aksial-lentur dan geser.
3. Pelat
Pelat yang direncanakan terbagi atas pelat lantai 1, pelat lantai 2,
pelat kanopi, dan pelat atap. Semua jenis pelat didesain terhadap beban
lentur dan geser.
4. Detailing
Detailing tulangan yang direncanakan terdiri atas pengangkuran
dan pemutusan tulangan. Detailing dihitung untuk semua jenis balok
dan kolom yang didesain.
Peraturan yang dijadikan acuan dalam Tugas Besar ini adalah sebagai
berikut :
Software yang dapat digunakan dalam Tugas Besar ini adalah sebagai
berikut :
Secara umum, laporan tugas besar ini dibagi kedalam 8 bab dan
memiliki tahapan pengerjaan sebagai berikut :
BAB 2
PEMODELAN STRUKTUR
Gambar 2. 27 Replicate
7. Klik OK dan penggambaran pelat pada lantai tersebut
selesai. Lakukan hal yang sama untuk penggambaran pelat
pada lantai yang lain.
Gambar 2. 80 Execute
19. Klik Mx-My Diagram untuk memunculkan diagram interaksi
dengan berbagai nilai beban aksial, lalu simpan gambar diagram
interaksi.
Gambar 2. 84 Result
23. Klik Export current table untuk menyimpan data beban terfaktor
terhadap kapasitas penampang.
BAB 3
KRITERIA DESAIN
3.1. Pembebanan
(3. 1)
Dalam penulisan tugas besar ini, akan digunakan berat jenis beton
normal yaitu 2400 kg/m3.
2. Beban Mati Tambahan (SIDL)
Berikut beban mati tambahan yang digunakan dalam penulisan
tugas besar ini.
a. SIDL Lantai = 1.5 kN/m2
b. SIDL Atap = 1 kN/m2
c. SIDL Dinding = 2 kN/m2
3. Beban Hidup (LL)
Dalam penulisan tugas besar ini, beban hidup yang digunakan
mengacu pada Tabel 4.3-1 SNI 1727:2020. Suatu ruangan akan
diasumsikan fungsinya terlebih dahulu untuk mendapatkan beban
hidup tiap ruangan.
4. Beban Hidup Atap (Lr)
Dalam penulisan tugas besar ini, beban hidup atap yang digunakan
sebesar 0.96 kN/m2. Nilai tersebut didapat dari Tabel 4.3-1 SNI
1727:2020
5. Beban Hujan (R)
Berdasarkan acuan di atas, didapat beban yang terdapat pada tiap lantai
sebagai berikut.
1 Lantai 1.5
2 Dinding 2
3 Ramp/Tangga 4.79
4 Ruang IT 4.79
5 Coworking Space 4.79
6 Ruang Meeting 2 4.79
7 Ruang Staff 2.4
8 Laboratorium 2.87
9 Ruang Konferensi 4.79
10 Ruang CTO 2.4
11 Gudang 6
12 Toilet 2.87
13 Ruang Arsip 4.79
14 Ruang CEO 2.4
15 Pantry 4.79
16 Koridor 4.79
17 Kanopi 0.24 0.49
Atap
DL SIDL LL Lr R50
No Komponen
(kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2)
1 Atap 1 0.96 0.49
• Balok Induk
𝐿
ℎ=
12
(3. 2)
• Balok Anak
𝐿
ℎ=
16
(3. 3)
ℎ 2ℎ
𝑏= 𝑠. 𝑑.
3 3
(3. 4)
• Balok Kanopi
𝐿
ℎ=
12
(3. 5)
ℎ 2ℎ
𝑏= 𝑠. 𝑑.
3 3
(3. 6)
• Pelat
𝐿
ℎ=
24
(3. 7)
• Kolom
Berbeda dengan preliminary balok dan pelat, preliminary kolom
tidak sesederhana preliminary balok dan pelat karena pada suatu
bangunan diinginkan kolom yang dapat menahan kemungkinan
beban terbesar yang akan terjadi. Oleh karena itu, dalam
(3. 8)
𝑆𝐼𝐷𝐿 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑎𝑟𝑒𝑎 × 𝑆𝐼𝐷𝐿 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
(3. 9)
𝐿𝑟 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑎𝑟𝑒𝑎 × 𝐿𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
(3. 10)
𝑅 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑎𝑟𝑒𝑎 × 𝑅 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
(3. 11)
3. Beban maksimum tiap lantai dapat dihitung menggunakan
kombinasi beban berikut.
𝑃𝑢1 = 1.4𝐷𝐿
(3. 12)
𝑃𝑢2 = 1.2𝐷𝐿 + 1.6𝐿𝐿 + 0.5𝐿𝑟
(3. 13)
𝑃𝑢3 = 1.2𝐷𝐿 + 1.6𝐿𝐿 + 0.5𝑅
(3. 14)
𝑃𝑢4 = 1.2𝐷𝐿 + 1.6𝐿𝑟 + 1.0𝐿𝐿
(3. 15)
𝑃𝑢5 = 1.2𝐷𝐿 + 1.6𝑅 + 1.0𝐿𝐿
(3. 16)
4. Beban maksimum tiap lantai adalah kombinasi yang
menghasilkan beban terbesar dari tiap lantainya.
Perhitungan dilakukan dengan mengubah satuan dalam kN/m2 dan
m terlebih dahulu. Selain itu, beban pada lantai bawah adalah
akumulasi beban lantai atas dengan beban lantai tersebut. Sebagai
contoh, beban pada lantai 2 adalah beban pada atap ditambah
dengan beban pada lantai 2. Begitu seterusnya hingga beban pada
lantai dasar merupakan jumlah beban pada lantai atap, lantai 2,
lantai 1, dan lantai dasar. Beban maksimum tiap lantai tersebut
digunakan untuk menentukan dimensi kolom dengan persaman
berikut.
𝑃𝑢
𝑎=√
0.375𝑓 ′ 𝑐
(3. 17)
Dimensi yang didapat dari persamaan tersebut dibulatkan ke angka
kelipatan 50 di atasnya. Dari dimensi yang didapat, dicek
kelangsingan kolom dengan persamaan berikut.
𝑘 × 𝐿𝑢 𝐼
𝜆= ≤ 22, 𝑟 = √
𝑟 𝐴
(3. 18)
Dengan :
K = kondisi perletakan (digunakan 0.5)
Lu = tinggi lantai – tinggi balok induk
I = inersia penampang kolom (1/2bh3)
A = luas penampang kolom
r = jari-jari girasi
Dalam desain balok, diharapkan dimensi yang didapat dari hasil desain
menahan beban lentur, geser, torsi, dan kemampuan layannya. Agar dapat
dipastikan balok dapat menahan seluruh beban tersebut, harus dipastikan bahwa
kapasitas penampang balok yang telah dikali faktor reduksi besarnya melebihi
beban ultimate yang direncanakan. Untuk mendukung hal tersebut,
direncanakanlah tulangan pada balok, baik itu tulangan lentur, geser, torsi, dan
lainnya. Tulangan pada balok yang direncanakan juga harus memenuhi syarat
seperti jarak bersih antar tulangan harus lebih besar daripada 25 mm, tulangan
harus dalam keadaan under-reinforced, dan rasio tulangan dengan beton harus
berada di bawah batas maksimum.
1. Menghitung nilai c
Akan dilakukan iterasi menggunakan fitur goal seek pada excel
untuk menentukan nilai c. Nilai awal c sebelum iterasi dapat
dihitung menggunakan persamaan berikut.
𝑑
𝑐=
3
(3. 19)
2. Menghitung nilai ε
Nilai ε dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
d−c
ε= ∗ 0.003
c
(3. 20)
3. Menghitung nilai φ
(3. 21)
5. Menghitung kuat tekan beton (Cc)
Kuat tekan beton dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
𝐶𝑐 = 0.85𝑓𝑐 ′ ∗ 𝑎 ∗ 𝑏
(3. 22)
6. Menghitung Momen nominal balok (Mn)
Momen nominal balok dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut.
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐶𝑐 (𝑑 − ( ))
2
(3. 23)
7. Menghitung Momen ultimate balok (Mu)
Momen ultimate balok didapat dari perhitungan gaya dalam pada
ETABS. Akan tetapi, momen ultimate yang didapat pada ETABS
menggunakan satuan kN.m sehingga harus dikonversi terlebih
dahulu menjadi satuan N.mm.
8. Menghitung nilai Mu/φ
9. Menghitung nilai Mn- Mu/φ dan iterasi
Nilai Mn-Mu/φ yang didapat harus sama dengan 0. Jika tidak, akan
dilakukan iterasi dengan mengubah nilai c.
10. Menghitung luas tulangan perlu (As-perlu)
Luas tulangan perlu dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut.
𝐶𝑐
𝐴𝑠 − ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑓𝑦
(3. 24)
√𝑓𝑐 ′ 𝑏 ∗ 𝑑
𝐴𝑠 min(1) = ∗
4 𝑓𝑦
(3. 25)
𝑏∗𝑑
𝐴𝑠 min(2) = 1.4 ∗
𝑓𝑦
(3. 26)
𝐴𝑠 − 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝑀𝐴𝑋(𝐴𝑠 − ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔: 𝐴𝑠 min(2))
(3. 27)
11. Menghitung luas 1 tulangan
Luas 1 tulangan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
𝜋
𝐴 = 𝑑𝑏 2
4
(3. 28)
12. Menghitung jumlah tulangan perlu (n-perlu)
Jumlah tulangan perlu dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut.
𝐴𝑠 − 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝑛 − 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
𝐴
(3. 29)
13. Menghitung jumlah tulangan yang dipakai
Jumlah tulangan yang dipakai dapat dihitung dengan cara
pembulatan ke atas hasil yang didapat dari perhitungan jumlah
tulangan perlu. Akan tetapi, jika jumlah tulangan perlu yang didapat
kurang dari 1, jumlah tulangan yang dipakai yaitu sebanyak 2
tulangan.
14. Menghitung jarak bersih beton
(3. 30)
15. Pengecekan ketentuan jarak bersih beton
Jarak bersih beton yang didapat dari perhitungan sebelumnya harus
lebih besar dari pada 25 mm. Apabila jarak bersih beton kurang dari
25 mm, dimensi yang direncanakan harus diubah.
16. Pengecekan under-reinforced
Pengecekan under-reinforced balok dapat dilakukan menggunakan
persamaan berikut.
𝑎 600
< 𝛽1 ( )
𝑑 600 + 𝑓𝑦
(3. 31)
17. Pengecekan ketentuan ρ beton
Nilai ρ berdasarkan dimensi yang telah direncanakan sebelumnya
tidak boleh melebihi nilai ρ maksimum yang ditentukan.
Pengecekan nilai ρ dapat dilakukan menggunakan persamaan
berikut.
𝐴𝑠 − 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 𝑛 − 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 ∗ 𝐴
𝜌= =
𝑏𝑑 𝑏𝑑
(3. 32)
𝜌 max(1) = 0.025
(3. 33)
fc ′ 𝑎𝑏
𝜌 max(2) = 0.75 ∗ 0.85 ∗ ∗
fy d
(3. 34)
𝜌𝑚𝑎𝑥 = min (𝜌 max(1) : 𝜌 max(2))
(3. 35)
(3. 36)
5. Menghitung batas tiap zonasi
Batas tiap zonasi dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
𝑍𝑜𝑛𝑎 1 = 0.5𝑉𝑐
(3. 37)
𝑍𝑜𝑛𝑎 2 (1) = 𝑉𝑐 + 0.35(𝑏𝑑)
(3. 38)
(3. 39)
(3. 40)
(3. 41)
(3. 42)
6. Menentukan zonasi penulangan
Untuk menentukan zonasi penulangan, dilakukan perbandingan
nilai Vu/φ dengan batas tiap zonasi. Akan tetapi, apabila nilai Vu/φ
belum mencapai batas zona 1, penulangan akan dianggap mengikuti
zona 2.
7. Menghitung luas tulangan geser (Av)
Luas tulangan geser dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut.
𝜋
𝐴𝑣 = 𝑛 ∗ (𝑑𝑠 2 )
4
(3. 43)
8. Menghitung spasi tulangan (s)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung spasi tulangan
bergantung pada zona tulangan. Berikut contoh persamaan yang
digunakan untuk menentukan spasi tulangan pada zona 3.
𝑑
𝑠 𝑚𝑎𝑥 (1) = 𝐴𝑣 ∗ 𝑓𝑦 ∗
Vu
φ − 𝑉𝑐
(3. 44)
𝑠 𝑚𝑎𝑥 (2) = 0.5𝑑
(3. 45)
𝑠 𝑚𝑎𝑥 (3) = 600 𝑚𝑚
(3. 46)
(3. 47)
9. Pengecekan spasi tulangan
Nilai spasi tulangan yang didapat harus lebih besar daripada 100
mm. Apabila spasi tulangan yang didapat lebih kecil daripada 100
mm, dimensi yang telah direncanakan harus diubah.
10. Pengecekan kekuatan penampang
Selain pengecekan syarat spasi tulangan, perlu dicek juga apakah
penampang kuat menahan beban geser ultimate atau tidak. Apabila
penampang tidak kuat menahan beban geser ultimate, desain yang
telah direncanakan sebelumnya harus diubah. Pengecekan kekuatan
penampang dapat dilakukan menggunakan persamaan berikut.
𝐴𝑣 ∗ 𝑓𝑦 ∗ 𝑑
𝑉𝑠 =
𝑠
(3. 48)
𝑉𝑛 = 𝑉𝑐 + 𝑉𝑠
(3. 49)
𝑉𝑢
<1
𝜑𝑉𝑛
(3. 50)
Setelah melakukan desain geser, dilakukan pengecekan kecukupan
penulangan dengan melakukan desain terhadap torsi. Berikut langkah desain
torsi pada balok.
(3. 51)
𝑃𝑐𝑝 = 2(𝑏 + ℎ)
(3. 52)
𝑥𝑜 = 𝑏 − 2𝑐𝑐 − 𝑑𝑠
(3. 53)
𝑦𝑜 = ℎ − 2𝑐𝑐 − 𝑑𝑠
(3. 54)
𝐴𝑜ℎ = 𝑥𝑜 ∗ 𝑦𝑜
(3. 55)
𝐴𝑜 = 0.85 ∗ 𝐴𝑜ℎ
(3. 56)
𝑃ℎ = 2(𝑥𝑜 + 𝑦𝑜)
(3. 57)
2. Pengecekan kebutuhan tulangan torsi
Sebelum menghitung berapa banyak dan jarak spasi tulangan torsi,
terlebih dahulu dicek apakah struktur membutuhkan tulangan torsi
atau tidak. Berikut persamaan yang digunakan untuk pengecekan
kebutuhan tulangan torsi.
𝑇𝑢 𝐴𝑐𝑝2
< 𝑇𝑐𝑟 = 0.33 ∗ √𝑓𝑐 ′ ∗
𝜑 𝑃𝑐𝑝
(3. 58)
3. Menghitung Torsi ultimate pakai berdasarkan jenis torsi
Jenis torsi ditentukan berdasarkan kestatisan struktur. Apabila
struktur termasuk struktur statis tertentu, jenis torsinya adalah torsi
keseimbangan, sedangkan struktur statis tak tentu jenis torsinya
adalah torsi kompatibilitas. Berikut persamaan yang digunakan
untuk menentukan torsi ultimate untuk kedua jenis torsi.
𝑇𝑢 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑖 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑎𝑡𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = min(𝑇𝑢, 𝜑𝑇𝑐𝑟)
(3. 59)
𝑇𝑢 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑖 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑇𝑢
(3. 60)
4. Pengecekan kecukupan dimensi penampang
Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui apakah penampang
mampu menahan torsi ultimate yang direncanakan. Apabila tidak
memenuhi, dimensi penampang harus diubah. Berikut persamaan
yang digunakan dalam pengecekan kecukupan dimensi penampang.
𝑉𝑢 2 𝑇𝑢. 𝑃ℎ 𝑉𝑐
√( ) + ≤ 𝜑( + 0.66√𝑓𝑐 ′ )
𝑏. 𝑑 1.7 ∗ 𝐴𝑜ℎ 2 𝑏. 𝑑
(3. 61)
5. Perhitungan penulangan transversal torsi
Berikut langkah untuk menghitung penulangan transversal torsi.
5.1. Menghitung jarak spasi maksimum
Jarak spasi maksimum dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut.
𝑃ℎ
𝑠 𝑚𝑎𝑥 1 =
8
(3. 62)
𝑠 𝑚𝑎𝑥 2 = 300
(3. 63)
𝑠 𝑚𝑎𝑥 = min (𝑠 𝑚𝑎𝑥 1: 𝑠 𝑚𝑎𝑥 2)
(3. 64)
5.2. Pengecekan jarak spasi maksimum
Pengecekan jarak spasi maksimum dapat dilakukan
menggunakan persamaan berikut.
𝑠 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 ≤ 𝑠 𝑚𝑎𝑥
(3. 65)
5.3. Menghitung Av+t/s terpasang
(3. 66)
5.4. Menghitung At/s
At/s dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
At 𝑇𝑢
=
s 2. 𝜑. 𝐴𝑜. 𝑓𝑦. cot(45°)
(3. 67)
5.5. Menghitung Av/s perlu
Av/s perlu dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
Vu
Av φ − 𝑉𝑐
perlu =
s 𝑓𝑦. 𝑑
(3. 68)
5.6. Menghitung Av+t /s perlu
Av+t /s perlu dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
A(v + t) 2𝐴𝑡 𝐴𝑣
= +
s 𝑠 𝑠
(3. 69)
5.7. Menghitung Av+t /s minimum
Av+t /s minimum dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut.
A(v + t) 𝑏
min(1) = 0.062√fc ′ .
s 𝑓𝑦
(3. 70)
A(v + t) 𝑏
min(2) = 0.35.
s 𝑓𝑦
(3. 71)
(3. 72)
5.9. Menghitung jarak spasi yang digunakan
Apabila setelah dilakukan pengecekan jarak spasi tidak
memenuhi syarat, harus dihitung kembali jarak spasi yang
akan digunakan.
5.10. Menghitung Av+t /s yang digunakan
Av+t /s baru yang digunakan dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut.
A(v + t ) π ds 2
= n. .
s 4 s
(3. 73)
5.11. Pengecekan geser dan torsi akhir
Setelah didapat nilai Av+t /s yang baru, pengecekan geser dan
torsi kembali dilakukan.
6. Perhitungan penulangan longitudinal torsi
Berikut langkah untuk menghitung penulangan longitudinal torsi.
6.1. Menghitung diameter tulangan minimum (db min)
Diameter tulangan minimum dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut.
𝑑𝑏 𝑚𝑖𝑛 = 0.042𝑠
(3. 74)
6.2. Pengecekan diameter tulangan
Pengecekan diameter tulangan minimum dapat dilakukan
menggunakan persamaan berikut.
𝑑𝑏 > 𝑑𝑏 𝑚𝑖𝑛
(3. 75)
6.3. Menghitung Al
Al dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
𝐴𝑡
𝐴𝑙 = . 𝑃ℎ
𝑠
(3. 76)
6.4. Menghitung Al minimum
Al minimum dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut.
𝐴𝑐𝑝 𝐴𝑡
𝐴𝑙 min(1) = 0.42√𝑓𝑐 ′ ∗ − ∗ 𝑃ℎ
𝑓𝑦 𝑠
(3. 77)
𝐴𝑐𝑝 0.175𝑏
𝐴𝑙 min(2) = 0.42√𝑓𝑐 ′ ∗ − ∗ 𝑃ℎ
𝑓𝑦 𝑓𝑦
(3. 78)
6.5. Menghitung As + Al perlu
As + Al perlu dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut.
𝐴𝑠 + 𝐴𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = max(𝐴𝑙 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ∶ 𝐴𝑙 min) + As perlu (+) + As perlu (−)
(3. 79)
6.6. Menentukan jumlah tulangan yang digunakan
Tulangan longitudinal akan digunakan pada bagian atas,
bawah, tengah, dan vertikal penampang. Jumlah tulangan
bagian atas dan bawah didapat dari perhitungan penulangan
lentur, jumlah tulangan bagian tengah dibebaskan dengan
syarat jumlah tulangan merupakan kelipatan 2 dan memenuhi
syarat jarak bersih spasi, sementara jumlah tulangan vertikal
dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
𝑛 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ
𝑛 𝑣𝑒𝑟 = 2 +
2
(3. 80)
6.7. Menghitung spasi tulangan
Spasi tulangan dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut.
𝑏 − 2𝑐𝑐 − 2𝑑𝑠 − 𝑑𝑏
𝑠 ℎ𝑜𝑟 =
max(𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠, 𝑛 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) − 1
(3. 81)
ℎ − 2𝑐𝑐 − 2𝑑𝑠 − 𝑑𝑏
𝑠 𝑣𝑒𝑟 =
n ver − 1
(3. 82)
6.8. Pengecekan syarat spasi bersih
Pengecekan syarat spasi bersih dapat dilakukan
menggunakan persamaan berikut.
𝑠 ≥ 25 𝑚𝑚
(3. 83)
6.9. Pengecekan syarat spasi tulangan
Pengecekan syarat spasi tulangan dapat dilakukan
menggunakan persamaan berikut.
𝑠 < 300 𝑚𝑚
(3. 84)
6.10. Menghitung As + Al terpasang
As + Al terpasang dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut.
𝜋
𝐴𝑠 + 𝐴𝑙 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 = (𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 + 𝑛 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ + 𝑛 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ) ∗ ∗ 𝑑𝑏 2
4
(3. 85)
6.11. Pengecekan As + Al terpasang
(3. 86)
Lentur, geser, dan torsi direncanakan menggunakan beban yang telah
terfaktor. Akan tetapi, suatu bangunan akan menerima beban bukan dari beban
yang terfaktor, melainkan hanya dari beban asli yang tidak terfaktor. Oleh
karena itu, dilakukan juga perhitungan kemampuan layan. Berikut langkah
perhitungan kemampuan layan dimulai dengan menghitung inersia crack.
(3. 87)
2. Hitung Yt, Yb, dan Ig.
ℎ
𝑌𝑡 = 𝑌𝑏 = (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑔𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔)
2
(3. 88)
1
𝐼𝑔 = 𝑏ℎ3
12
(3. 89)
3. Asumsikan sumbu netral penampang (Ycr) terlebih dahulu. Nilai Ycr
kemudian di goalseek pada excel.
4. Hitung statis momen tulangan di atas, tengah, dan bawah.
𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑌𝑐𝑟 < 𝑑1
Ycr
𝑛 x 𝐴𝑠1 x (𝑦𝑠 − 𝑑1 ) + 𝑛 x As2 x (d2 − Ycr ) + 𝑛 x As3 x (d3 − Ycr ) + 𝑏 x 𝑌𝑐𝑟 x =0
2
(3. 90)
𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑑1 < 𝑌𝑐𝑟 < 𝑑2
Ycr
(𝑛 − 1) x 𝐴𝑠1 x (𝑑1 − 𝑌𝑐𝑟 ) + 𝑛 x As2 x (d2 − Ycr ) + 𝑛 x As3 x (d3 − Ycr ) + 𝑏 x 𝑌𝑐𝑟 x =0
2
(3. 91)
𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑑2 < 𝑌𝑐𝑟 < 𝑑3
Ycr
(𝑛 − 1)x 𝐴𝑠1 x (𝑑1 − 𝑌𝑐𝑟 ) + (𝑛 − 1) x As2 x (Ycr − d2 ) + 𝑛 x As3 x (d3 − Ycr ) + 𝑏 x 𝑌𝑐𝑟 x
2
=0
(3. 92)
5. Hitung inersia crack (Icr).
1 3
Ycr 2
𝐼𝑐𝑟 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 = x b x Ycr + b x Ycr x ( )
12 2
(3. 93)
𝐼𝑐𝑟 , 1 = [𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 (𝑛 − 1)]x As1 x (d1 − Ycr )2
(3. 94)
𝐼𝑐𝑟 , 2 = [𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢(𝑛 − 1)] x As2 x (d2 − Ycr )2
(3. 95)
𝐼𝑐𝑟 , 3 = [𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢(𝑛 − 1)] x As2 x (d3 − Ycr )2
(3. 96)
𝐼𝑐𝑟 , 4 = [𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢(𝑛 − 1)] x As3 x (d4 − Ycr )2
(3. 97)
𝐼𝑐𝑟 = 𝐼𝑐𝑟,𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 + 𝐼𝑐𝑟 , 1 + 𝐼𝑐𝑟 , 2 + 𝐼𝑐𝑟 , 3 + 𝐼𝑐𝑟 , 4
(3. 98)
6. Hitung Mcr Tumpuan.
𝐹𝑟 = 0.62√𝑓𝑐 ′
(3. 99)
𝑓𝑟 x Ig
𝑀𝑐𝑟 = ( )
𝑌𝑡
(3. 100)
7. Hitung Mcr Tumpuan.
Input momen total dan momen tetap dari perangkat lunak etabs.
Momen total diperoleh dari kombinasi beban SIDL+DL+LL.
Momen tetap diperoleh dari kombinasi beban SIDL+DL.
𝑀𝑐𝑟
> 1 → 𝑟𝑒𝑡𝑎𝑘
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
(3. 101)
9. Hitung Inersia Efektif.
(3. 102)
Jika penampang tidak retak,
Ie=Ig
(3. 103)
Setelah dilakukan perhitungan inersia crack, dilakukan juga
perhitungan lendutan balok. Berikut langkah perhitungan lendutan balok.
1. Hitung inersia efektif rata-rata
(3. 104)
2. Hitung lendutan total seketika (DL+SIDL+LL)
5 2
𝐿𝑛
∆𝑖𝐷+𝐿 = 48 x (Mtotal lapangan + 0.2 x Mtotal tumpuan )
𝐸𝑐 x Ie (𝑎𝑣𝑒)
(3. 105)
3. Hitung lendutan tetap seketika (DL+SIDL)
5 2
𝐿𝑛
∆𝑖,𝐷 = 48 (M + 0.2 x Mtetap tumpuan )
𝐸𝑐 x 𝐼𝑒(𝑎𝑣𝑒) tetap lapangan
(3. 106)
4. Hitung lendutan seketika akibat beban hidup (LL)
(3. 107)
5. Cek lendutan terhadap syarat lendutan seketika akibat beban hidup.
𝐿 𝐿
∆𝑖 ,𝐿 𝑖𝑧𝑖𝑛 = 𝑎𝑡𝑎𝑢
360 180
(3. 108)
∆𝑖 ,𝐿 ≤ ∆𝑖 ,𝐿 𝑖𝑧𝑖𝑛
(3. 109)
6. Cek lendutan terhadap syarat lendutan seketika akibat beban hidup.
𝐴′𝑠 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝜌′ =
𝑏xd
(3. 110)
𝜉
𝜆=
1 + 50 x ρ′
(3. 111)
7. Hitung lendutan jangka panjang.
(3. 112)
8. Cek lendutan jangka Panjang terhadap syarat lendutan jangka
panjang.
𝐿 𝐿
∆𝐿𝑇 𝑖𝑧𝑖𝑛 = 𝑎𝑡𝑎𝑢
240 480
(3. 113)
(3. 114)
4. Menghitung nilai εs
𝑑−𝑐
𝜀𝑠 = x 𝜀𝑐𝑢
𝑐
(3. 115)
5. Menghitung nilai Ø
Terdapat beberapa persyaratan dalam memilih nilai Ø diantaranya:
Ø=0.9 jika nilai 𝜀𝑠 ≥ 0.005 dan Ø = 0.65 jika nilai 𝜀𝑠 ≤ 0.002
6. Menghitung nilai Cc
𝐶𝑐 = 0.85 x 𝑓𝑐 ′ x 𝛽1 x c x b
(3. 116)
7. Menghitung nilai Mn
β1 x 𝑐
𝑀𝑛 1 = 𝐶𝑐 x (d − )
2
(3. 117)
8. Cek perbandingan kapasitas momen rencana dengan ultimate
𝑀𝑢
𝑀𝑛 = =0
∅
(3. 118)
9. Iterasi nilai c
Dilakukan iterasi trial and error nilai c, hingga didapat nilai c yang
sesuai.
10. Menghitung As perlu
𝑇 = 𝐶𝑐 = 𝐴𝑠 x fy
(3. 119)
𝐶𝑐
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
𝑓𝑦
(3. 120)
11. Menghitung As min
√𝑓𝑐 ′
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 1 = xbxd
4𝑓𝑦
(3. 121)
1.4
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 2 = x𝑏x𝑑
𝑓𝑦
(3. 122)
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
(3. 123)
12. Menghitung As 1 Tulangan
𝜋
𝐴𝑠 1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑥 𝑑𝑏2
4
(3. 124)
13. Menghitung n perlu
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝑛=
As 1 Tulangan
(3. 125)
14. Menghitung S perlu
𝑏
𝑆𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
𝑛𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
(3. 126)
15. Menghitung As pakai
(3. 127)
16. Rekapitulasi Desain Penulangan Lentur Pelat
Setelah dilakukan desain penulangan lentur pelat, dilakukan juga desain
penulangan transversal pelat. Berikut langkah perhitungan kebutuhan
penulangan transversal pelat.
1. Menghitung As min
√𝑓𝑐 ′
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 1 = xbxd
4𝑓𝑦
(3. 128)
1.4
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 2 = x𝑏x𝑑
𝑓𝑦
(3. 129)
0.18
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 3 = x𝑏xh
100
(3. 130)
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
(3. 131)
2. Menghitung As 1 Tulangan
𝜋
𝐴𝑠 1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑥 𝑑𝑏2
4
(3. 132)
3. Menghitung n perlu
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝑛=
As 1 Tulangan
(3. 133)
𝑏
𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 =
𝑠𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
(3. 134)
4. Menghitung S perlu
𝑏
𝑆𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
𝑛𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
(3. 135)
5. Menghitung As pakai
(3. 136)
6. Rekapitulasi Penulangan Transversal Pelat
𝜙 = 0.75
𝑉𝑢 = 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐸𝑇𝐴𝐵𝑆
′
𝑉𝑐 = 0.17 𝑥 √𝑓𝑐 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑
(3. 137)
Dilakukan perhitungan Vu/ϕ dan Vc. Apabila didapat Vu/ϕ < Vc,
didapat kesimpulan bahwa tidak diperlukan penulangan geser pada pelat.
Umumnya, akan didapat kesimpulan bahwa pelat tidak membutuhkan
penulangan geser. Apabila didapat kesimpulan bahwa pelat membutuhkan
tulangan geser, dilakukan perhitungan yang sama seperti penulangan geser
balok.
sub bab 2.2. Sementara itu, desain geser dilakukan secara manual. Berikut
langkah perhitungan dalam desain penulangan geser pada kolom.
1. Memasukan nilai geser teraktor (Vu) dan gaya tekan terkecil (Nu)
berdasarkan hasil export gaya dalam balok dari ETABS.
2. Memasukkan data penampang
𝑉𝑢
3. Menghitung 𝜙
4. Menghitung Vc
(3. 138)
5. Menghitung batas zona
Batas Zona I
𝑉𝑛1 = 0.5 𝑉𝑐
(3. 139)
Batas Zona II (1)
𝑉𝑛2 = 𝑉𝑐 + 0.35𝑏𝑑
(3. 140)
Batas Zona II (2)
(3. 141)
Batas Zona III
(3. 142)
Batas Zona IV
(3. 143)
6. Menentukan zona penulangan
7. Menentukan jumlah kaki sengkang
8. Menghitung Av
𝜋
𝐴𝑣 = 𝑛 ∗ 𝑑𝑠 2
4
(3. 144)
9. Menghitung Smax tergantung dengan zonasi. Berikut contoh
persamaan Smax untuk zona 3
𝑑
𝑆𝑚𝑎𝑥1 = 𝑎𝑣 ∗ 𝑓𝑦 ∗
𝑉𝑢
𝜙 − 𝑉𝑐
(3. 145)
𝑆𝑚𝑎𝑥2 = 0,5𝑑
(3. 146)
𝑆𝑚𝑎𝑥3 = 600 𝑚𝑚
(3. 147)
10. Membulatkan Smax terkecil ke bawah dengan kelipatan 50.
pada titik yang jumlah tulangan diperlukannya sama. Detailing kait sengkang
diperlukan untuk memastikan sengkang dapat terikat sempurna sehingga tidak
lepas. Berikut langkah perhitungan detailing penulangan.
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒
𝑙𝑑 = ( ) 𝑑𝑏 , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑑𝑏 ≤ 𝐷19
2.1𝜆√𝑓𝑐 ′
(3. 148)
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒
𝑙𝑑 = ( ) 𝑑𝑏 , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑑𝑏 ≥ 𝐷22
1.7𝜆√𝑓𝑐 ′
(3. 149)
Dengan nilai λ, ψt, dan ψe nilainya menggunakan panduan pada
SNI 2847-2019 Tabel 25.4.2.4 sebagai berikut.
0.24𝑓𝑦 𝜓𝑟
𝑙𝑑𝑐 = 𝑀𝐴𝑋 (( ) 𝑑𝑏 , 0.043𝑓𝑦 𝜓𝑟 𝑑𝑏 , 200)
𝜆√𝑓𝑐 ′
(3. 150)
0.24𝑓𝑦 𝜓𝑒 𝜓𝑐 𝜓𝑟
𝑙𝑑ℎ = 𝑀𝐴𝑋 (( ) 𝑑𝑏 , 8𝑑𝑏 , 150)
𝜆√𝑓𝑐 ′
(3. 151)
Dengan ψc nilainya menggunakan panduan pada SNI 2847-2019
Tabel 25.4.3.2 sebagai berikut.
𝑙𝑛
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑚𝑢𝑡𝑢𝑠𝑎𝑛 = 𝑀𝐴𝑋(𝑑, 12𝑑𝑏 , )
16
(3. 152)
(3. 153)
3.6.5. Kait Sengkang
BAB 4
PRELIMINARY DESIGN
4.1. Balok
Dalam penulisan laporan tugas besar ini, terdapat tiga jenis balok, yaitu
balok induk, balok anak, dan balok kanopi. Balok direncanakan menggunakan
beton berkekuatan 28 MPa dengan tulangan berkekuatan 420 MPa. Dimensi
awal balok dapat dihitung menggunakan persamaan pada Subbab 3.2 sebagai
berikut.
- Balok Induk
8000
ℎ= = 666.667 ≈ 700 𝑚𝑚
12
ℎ 1400
𝑏 = 𝑠. 𝑑. ≈ 450 𝑚𝑚
3 3
- Balok Anak
8000
ℎ= = 500 𝑚𝑚
16
500 1000
𝑏= ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 ≈ 300 𝑚𝑚
3 3
- Balok Kanopi
2000
ℎ= = 166.667 ≈ 200 𝑚𝑚
12
200 400
𝑏= ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 ≈ 150 𝑚𝑚
3 3
4.2. Pelat
Dalam penulisan laporan tugas besar ini, terdapat empat pelat, yaitu
pelat lantai dasar, lantai satu, lantai dua, dan pelat kanopi. Pelat direncanakan
menggunakan beton berkekuatan 28 MPa. Dimensi awal pelat didapat
menggunakan persamaan pada Subbab 3.2 sebagai berikut.
2666.667
ℎ 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 = = 111.1 ≈ 150 𝑚𝑚
24
2000
ℎ 𝑘𝑎𝑛𝑜𝑝𝑖 = = 83.3 ≈ 100 𝑚𝑚
24
4.3. Kolom
Dalam penulisan laporan tugas besar ini, terdapat tiga kolom, yaitu
kolom yang menghubungi lantai dasar dengan lantai satu, kolom yang
menghubungi lantai satu dengan lantai dua, dan kolom yang menghubungi
lantai dua dengan atap. Kolom direncanakan menggunakan beton berkekuatan
28 MPa dengan tulangan berkekuatan 420 MPa. Akan tetapi, perencanaan
dimensi awal kolom tidak sesederhana perencanaan dimensi awal balok dan
pelat karena kolom diharapkan dapat menahan beban maksimum yang
diperkirakan akan terjadi. Oleh karena itu, perencanaan kolom dimulai dengan
perhitungan beban maksimum dari tiap lantai. Berikut contoh perhitungan
beban maksimum untuk kolom lantai 2 – atap.
𝐷𝐿 𝐵𝑎𝑙𝑜𝑘 𝐼𝑛𝑑𝑢𝑘 𝑋 = 23.544 × 8 × 0.7 × 0.5 × 2 = 131.846
𝐷𝐿 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 131.846 + 131.846 + 56.506 + 75.341 = 395.539
𝑆𝐼𝐷𝐿 = 64 × 1 = 64
𝐿𝐿 = 64 × 0 = 0
𝐿𝑟 = 64 × 0.96 = 61.44
𝑅 = 64 × 0.49 = 31.36
Setelah didapat seluruh beban, dilakukan perhitungan kombinasi beban
sebagai berikut.
𝑃𝑢1 = 1.4(395.539) = 553.755
𝑃𝑢2 = 1.2(395.539) + 1.6(0) + 0.5(61.44) = 505.367
𝑃𝑢3 = 1.2(395.539) + 1.6(0) + 0.5(31.36) = 490.327
𝑃𝑢4 = 1.2(395.539) + 1.6(61.44) + 1.0(0) = 572.951
𝑃𝑢5 = 1.2(395.539) + 1.6(31.36) + 1.0(0) = 524.923
𝑃𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ = 572.951
Setelah didapat kombinasi beban yang akan digunakan, dilakukan
perhitungan dimensi kolom sebagai berikut.
572.951
𝑎=√ = 233.595
0.375(28)
Akan dihitung dimensi kolom untuk tiap lantai, lalu dimensi terbesar
akan dibulatkan ke kelipatan 50 di atasnya. Dari perhitungan, didapat dimensi
kolom yang akan digunakan yaitu 500 mm. Setelah didapat dimensi kolom,
akan dicek kelangsingan kolom sebagai berikut.
0.5 × (3500 − 700)
𝜆= = 9.699 ≤ 22 (𝑂𝐾!)
3
√0.5 × 500 × 700
500 × 500
Karena telah memenuhi syarat, dimensi kolom yang didapat yaitu 500
mm dapat digunakan. Berikut perhitungan dimensi kolom yang akan digunakan
sebagai dimensi awal.
BAB 5
DESAIN PENULANGAN BALOK
1. Menghitung nilai c
Berikut contoh perhitungan nilai awal c dengan d memiliki nilai
sebesar 829 mm.
829
𝑐= = 276.333 𝑚𝑚
3
2. Menghitung nilai ε
Berikut contoh perhitungan nilai ε dengan d dan c berturut-turut
memiliki nilai 829 mm dan 276.333 mm
829 − 276.333
ε= ∗ 0.003 = 0.006
276.333
3. Menghitung nilai φ
Dalam perencanaan tulangan lentur, nilai φ diasumsikan sebesar 0.9
apabila ε > 0.005 m. Dalam perhitungan sebelumnya, didapat ε
sebesar 0.006 sehingga nilai φ sebesar 0.9 dapat digunakan.
4. Menghitung nilai a
2467.923
𝑛 − 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = = 6.492
380.133
13. Menghitung jumlah tulangan yang dipakai
Karena jumlah tulangan perlu yang didapat sebanyak 6.492
tulangan, jumlah tulangan yang dipakai yaitu sebanyak 7 tulangan.
14. Menghitung jarak bersih beton
Berikut contoh perhitungan jarak bersih beton dengan b, cc, ds, db,
dan n berturut-turut memiliki nilai 550 mm, 50 mm, 10 mm, 22 mm,
dan 7.
550 − 2 ∗ 50 − 2 ∗ 10 − 7 ∗ 22
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ = = 46 𝑚𝑚
7−1
15. Pengecekan ketentuan jarak bersih beton
Karena jarak bersih beton yang didapat dari perhitungan lebih besar
dari pada 25 mm, dimensi yang telah direncanakan sebelumnya
dapat digunakan.
16. Pengecekan under-reinforced
Berikut perhitungan yang dilakukan dalam pengecekan under-
reinforced balok dengan a, d, β1, dan fy berturut-turut memiliki
nilai 79.186 mm, 829 mm, 0.85, dan 420 MPa
79.186 600
< 0.85 ( )
829 600 + 420
0.0955 < 0.5(𝑂𝐾!)
Karena telah memenuhi syarat, dimensi yang telah direncanakan
sebelumnya dapat digunakan.
17. Pengecekan ketentuan ρ beton
Berikut perhitungan yang dilakukan dalam pengecekan nilai ρ
beton yang direncanakan dengan n-pakai, A, fc’, fy, b, d, dan ab/d
berturut-turut memiliki nilai 7, 380.133 mm2, 28 MPa, 420 MPa,
550 mm, 829 mm, dan 0.5.
7 ∗ 380.133
ρ= = 0.00584
550 ∗ 829
𝜌 max(1) = 0.025
28
𝜌 max(2) = 0.75 ∗ 0.85 ∗ ∗ 0.5 = 0.02125
420
𝜌max = 0.02125
𝜌 < 𝜌 max (𝑂𝐾!)
Karena telah memenuhi seluruh syarat, dimensi yang telah direncanakan
sebelumnya dapat digunakan. Perhitungan yang sama dilakukan untuk
menentukan penulangan lentur momen positif dan negatif pada zona tumpuan
dan lapangan untuk Balok Induk X, Balok Induk Y, Balok Anak, dan Balok
Kanopi. Berikut hasil dari seluruh perhitungan beserta kesimpulan penulangan
lentur yang didapat.
1. Menghitung nilai φ
Dalam perencanaan tulangan geser, nilai φ diasumsikan sebesar
0.75.
2. Menghitung kuat geser ultimate (Vu)
Pada ETABS, didapat gaya dalam geser ultimate sebesar 531.642
kN, sehingga geser ultimate tersebut dikonversi menjadi 531642 N.
3. Menghitung nilai Vu/φ
Berikut contoh perhitungan nilai Vu/φ dengan Vu dan φ berturut-
turut memiliki nilai 531642 N dan 0.75.
Vu 531642
= = 708855.333 N
φ 0.75
4. Menghitung kuat geser beton (Vc)
Berikut contoh perhitungan kuat geser beton dengan fc’, b, dan d
berturut-turut memiliki nilai 28 MPa, 550 mm, dan 829 mm.
1
𝑉𝑐 = √28 ∗ (550 ∗ 829) = 402110.103 𝑁
6
5. Menghitung batas tiap zonasi
Berikut contoh perhitungan yang dilakukan untuk menentukan
batas tiap zonasi dengan Vc, b, d, dan fc’ berturut-turut memiliki
nilai 402110.103 N, 550 mm, 829 mm, dan 28 MPa
𝑍𝑜𝑛𝑎 1 = 0.5 ∗ 402110.103 = 201055.052 𝑁
𝑍𝑜𝑛𝑎 2 (1) = 402110.103 + 0.35(550 ∗ 829) = 561692.603 𝑁
𝑍𝑜𝑛𝑎 2 (2) = 402110.103 + 0.062√28 ∗ (550 ∗ 829) = 551695.062 𝑁
𝑍𝑜𝑛𝑎 2 = 551695.062 𝑁
𝑍𝑜𝑛𝑎 3 = 𝑉𝑐 + 0.33√28 ∗ (550 ∗ 829) = 1198288.108 𝑁
𝑍𝑜𝑛𝑎 4 = 𝑉𝑐 + 0.66√28 ∗ (550 ∗ 829) = 1994466.113 𝑁
6. Menentukan zonasi penulangan
Karena nilai Vu/φ yang didapat lebih besar daripada batas zona 2
tetapi lebih kecil daripada batas zona 3, didapat bahwa penulangan
akan mengikuti zona 3.
7. Menghitung luas tulangan geser (Av)
Dalam perhitungan tulangan geser, diasumsikan kaki yang
digunakan sebanyak 2. Berikut contoh perhitungan luas tulangan
geser dengan n dan ds berturut-turut memiliki nilai 2 dan 10 mm.
𝜋
𝐴𝑣 = 2 ∗ (102 ) = 157.0796 𝑚𝑚2
4
8. Menghitung spasi tulangan (s)
Berikut contoh perhitungan spasi tulangan dengan Av, fy, d, Vu/φ,
dan Vc berturut-turut memiliki nilai 157.0796 mm2, 420 MPa, 829
mm, 708855.333 N, dan 402110.103 N.
829
𝑠 𝑚𝑎𝑥 (1) = 157.0796 ∗ 420 ∗ = 178.3
708855.333 − 402110.103
𝑠 𝑚𝑎𝑥 (2) = 0.5(829) = 414.5
𝑠 𝑚𝑎𝑥 (3) = 600 𝑚𝑚
𝑠 𝑚𝑎𝑥 = 178.3 𝑚𝑚
Nilai spasi tulangan maksimum yang didapat akan dibulatkan ke
kelipatan 50 di bawahnya untuk mendapatkan nilai spasi tulangan.
Karena nilai spasi tulangan maksimum yang didapat sebesar 178.3
mm, spasi tulangan yang akan digunakan sebesar 150 mm.
9. Pengecekan spasi tulangan
Karena spasi tulangan yang didapat dari perhitungan lebih besar
daripada 100 mm, dimensi yang telah direncanakan sebelumnya
dapat digunakan.
10. Pengecekan kekuatan penampang
Berikut perhitungan yang dilakukan dalam pengecekan kekuatan
penampang dengan Vc, Av, fy, d, s, dan Vu/φ berturut-turut
memiliki nilai 402110.103 N, 157,08 mm2, 420 MPa, 829 mm, 150
mm, dan 708855.333 N.
157.08 ∗ 420 ∗ 829
𝑉𝑠 = = 364613.243 𝑁
150
𝑉𝑛 = 402110.103 + 364613.243 = 766723.347 𝑁
𝑉𝑢 708855.333
= = 0.925 < 1(𝑂𝐾!)
𝜑𝑉𝑛 766723.347
Karena nilai perbandingan lebih kecil dari 1, dapat diketahui bahwa
penampang dapat menahan beban geser ultimate sehingga desain
yang telah direncanakan sebelumnya dapat digunakan.
Perhitungan yang sama dilakukan untuk menentukan untuk menentukan
tulangan geser pada Balok Induk Y, Balok Anak, dan Balok Kanopi. Berikut
hasil perhitungan beserta kesimpulan penulangan geser yang didapat.
A(v + t ) π 102
= 2∗ . = 3.14 𝑚𝑚
s 4 50
5.11. Pengecekan geser dan torsi akhir
Setelah didapat nilai Av+t /s yang baru, pengecekan geser dan
torsi kembali dilakukan. Berikut perhitungan yang dilakukan
dalam pengecekan geser dan torsi dengan Av+t /s yang baru
memiliki nilai 3.14 mm.
3.14 > 2.07 (𝑂𝐾!)
Karena telah memenuhi syarat, jarak spasi 50 mm dapat
digunakan.
Input momen total dan momen tetap dari perangkat lunak etabs.
Momen total diperoleh dari kombinasi beban SIDL+DL+LL.
Momen tetap diperoleh dari kombinasi beban SIDL+DL.
𝑀𝑐𝑟
> 1 → 𝑟𝑒𝑡𝑎𝑘
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑀𝑐𝑟 243594323.21
= = 1.76
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 261.32
9. Hitung Inersia Efektif.
5 2
𝐿𝑛
∆𝑖𝐷+𝐿 = 48 x (Mtotal lapangan + 0.2 x Mtotal tumpuan )
𝐸𝑐 x Ie (𝑎𝑣𝑒)
∆𝑖𝐷+𝐿 = 0.27662 𝑚𝑚
3. Hitung lendutan tetap seketika (DL+SIDL)
5 2
𝐿𝑛
∆𝑖,𝐷 = 48 (M + 0.2 x Mtetap tumpuan )
𝐸𝑐 x 𝐼𝑒(𝑎𝑣𝑒) tetap lapangan
∆𝑖,𝐷 = 0.932 𝑚𝑚
𝐿 𝐿
∆𝑖 ,𝐿 𝑖𝑧𝑖𝑛 = 𝑎𝑡𝑎𝑢
360 180
∆𝑖 ,𝐿 ≤ ∆𝑖 ,𝐿 𝑖𝑧𝑖𝑛
6. Cek lendutan terhadap syarat lendutan seketika akibat beban hidup.
𝐴′𝑠 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝜌′ =
𝑏xd
471.24
𝜌′ = = 0,1%
550 x 829
𝜉 = 2 (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ≥ 5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
𝜉
𝜆=
1 + 50 x ρ′
2
𝜆= = 0.324
1 + 50 x 0,1%
7. Hitung lendutan jangka panjang.
𝐿 𝐿
∆𝐿𝑇 𝑖𝑧𝑖𝑛 = 𝑎𝑡𝑎𝑢
240 480
Diambil nilai syarat lendutan jangka Panjang L/240 karena pada
bangunan Rumah Perkantoran ini tidak diizinkan arsitekturnya
rusak
𝐿
= 31,042 𝑚𝑚
240
0,958 ≤ 31,042 (𝑂𝐾)
KEMAMPUAN LAYAN
Inersia Crack Tumpuan
Parameter Persamaan Satuan Balok Induk X Balok Induk Y Balok Anak Balok Kanopi
Yt h/2 mm 450.00 450.00 375.00 150.00
Ig 1/12*b*h^3 mm^4 33412500000.00 33412500000.00 15820312500.00 450000000.00
Ycr (dari atas) Goal Seek mm 131.40 122.83 103.47 65.45
Statis Momen As Atas [-n atau (n-1)] * As1 * [d1-ycr] mm^3 233838.64 114664.03 53866.89 8241.54
Statis Momen As Tengah [-n atau (n-1)] * As2 * [d2-ycr] mm^3 -971481.44 -761086.47 -429996.12 -68064.50
Statis Momen As Tengah [-n atau (n-1)] * As2 * [d3-ycr] mm^3 -2248158.16 -1718594.02 -942014.23 -145540.93
Statis Momen As Bawah [-n atau (n-1)] * As3 * [d4-ycr] mm^3 -1762417.44 -1784067.71 -1090524.25 -223017.35
Statis Momen Beton b * ycr * (ycr/2) mm^3 4748218.40 4149084.16 2408667.71 428381.24
Statis Momen Penampang Harus 0 mm^3 0 0 0 0
Icr Beton 1/12 * b * ycr^3 + b * ycr * (ycr/2)^2 mm^4 415947409.55 339758836.45 166143294.44 18691941.24
Icr As Atas [n atau (n-1)] * As1 * [d1-ycr]^2 mm^4 14124110.84 5943209.53 1748836.49 61406.43
Icr As Tengah [n atau (n-1)] * As2 * [d2-ycr]^2 mm^4 275525920718655.00 49544268467974.50 7256426652564.56 83333871355.04
Icr As Tengah 2 [n atau (n-1)] * As2 * [d3-ycr]^2 mm^4 1000278034.77 779385527.75 351246439.80 16768618.43
Icr As Bawah [n atau (n-1)] * As3 * [d3-ycr]^2 mm^4 1229460472.65 1259852407.07 627633907.71 39373526.32
Icr Tumpuan SUM(semua Icr) mm^4 275528580528683.00 49546653407955.30 7257573425043.00 83408766847.45
fr 0.62*sqrt(fc') MPa 3.28 3.28 3.28 3.28
Mcr Tumpuan fr * Ig /yt kN.m 243594323.21 243594323.21 138405865.46 9842194.88
M total dari ETABS kN.m -138.46 -56.98 -71.24 -0.42
M tetap dari ETABS kN.m -261.32 -180.91 -121.43 -9.16
Mcr/M total 1.76 4.28 1.94 23.32
Ie Tumpuan (Mcr/Ma)^3*Ig+[(1-(Mcr/Ma)^3]Icr 33412500000.00 33412500000.00 15820312500.00 450000000.00
BAB 6
DESAIN PENULANGAN PELAT
3. Mengasumsikan nilai c
1
𝑐= 𝑑
3
1
𝑐 = x 102 = 34mm
3
4. Menghitung nilai εs
102 − 34
𝜀𝑠 = x 0.003 = 0.006
34
5. Menghitung nilai Ø
7. Menghitung nilai Mn
0.85 x 34
𝑀𝑛 = 687820 x (102 − ) = 60.219 𝑘𝑁/𝑚
2
√28
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 1 = x 1000 x 102 = 321 mm2
4 ∗ 420
1.4
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 2 = x 1000 x 102 = 340 mm2
420
456.406
𝑛= = 7.924
57.6
𝑏
𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = = 10
𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝑏 1000
𝑆𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = = = 126
𝑛𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 7.924
𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 100
1. Menghitung As min
√28
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 1 = x 1000 x 102 = 321 mm2
4 ∗ 420
1.4
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 2 = x 1000 x 102 = 340 mm2
420
0.18
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 3 = x 1000 x 150 = 270
100
2. Menghitung As 1 Tulangan
𝜋
𝐴𝑠 1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑥 162 = 57.6 𝑚𝑚2
4
3. Menghitung n perlu
340
𝑛= = 5.903
57.6
1000
𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = = 6.667
150
4. Menghitung S perlu
𝑏 1000
𝑆𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = = = 169.412
𝑛𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 5.902
𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 150
5. Menghitung As pakai
Pada tugas besar ini, tulangan geser pada pelat seharusnya tidak
diperlukan Pengecekan kebutuhan tulangan geser.
𝜙 = 0.75
𝑉𝑢
= 27.675 𝑘𝑁
𝜙
′
𝑉𝑐 = 0.17 𝑥 √𝑓𝑐 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑
𝑉𝑢
Karena nilai < 𝑉𝑐 → 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡
∅
BAB 7
DESAIN PENULANGAN KOLOM
• Kolom lantai 1
• Kolom lantai 2
𝑓𝑐’ = 28 𝑀𝑃𝑎
𝑓𝑦 = 420 𝑀𝑃𝑎
𝑏 = 550 𝑚𝑚
ℎ = 2500 𝑚𝑚
𝑉𝑢
3. Menghitung 𝜙
𝑉𝑢 73,66
= = 181921,333 𝑁
𝜙 0,75
4. Menghitung Vc
𝑉𝑐 = 115792,122 𝑁
𝑉𝑛2 = 𝑉𝑐 + 0.35𝑏𝑑
𝑉𝑛2 = 160837,122 𝑁
𝑉𝑛2 = 158015,138 𝑁
𝑉𝑛3 = 340527,529 𝑁
Batas Zona IV
𝑉𝑛4 = 565262,938 𝑁
6. Menentukan Zona
Nilai Vn menjadi tolak ukur dalam menentukan zona. Nilai 𝑉𝑛 =
𝑉𝑢
yaitu sebesar 181,921 Kn. Dengan melihat batas zonasi,
𝜙
𝜋 2
𝐴𝑣 = 𝑛 ∗ 𝑑𝑠 = 157,08 𝑚𝑚2
4
𝑑
𝑆𝑚𝑎𝑥1 = 𝑎𝑣 ∗ 𝑓𝑦 ∗ = 147,08 𝑚𝑚
𝑉𝑢
𝜙 − 𝑉𝑐
𝑆𝑚𝑎𝑥3 = 600 𝑚𝑚
BAB 8
DETAILING TULANGAN
𝑑𝑏 = 22 𝑚𝑚
𝑓𝑦 = 420 𝑀𝑃𝑎
𝑓𝑐 ′ = 28 𝑀𝑃𝑎
2. Menentukan faktor modifikasi.
Nilai faktor ini didapat dari SNI 2847:2019 Tabel 25.4.2.4
𝜆=1
𝜓𝑟 = 1
3. Menentukan panjang penyaluran (Id)
Tulangan yang digunakan kurang dari sama dengan D19.
Maka menurut SNI 2847:2019 Tabel 25.4.2.2 nilai Id sebagai
berikut.
0.24𝑓𝑦 𝜓𝑟
𝑙𝑑𝑐 = 𝑑𝑏 = 419.087 𝑚𝑚
𝜆√𝑓𝑐 ′
Dibulatkan ke atas dengan kelipatan 50, sehingga Id=450mm
4. Menghitung besar ruang penyaluran dari tiap balok
𝑹𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒏𝒚𝒂𝒍𝒖𝒓𝒂𝒏 = 𝐛(𝐛𝐚𝐥𝐨𝐤) − 𝐂𝐜
𝑹𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒏𝒚𝒂𝒍𝒖𝒓𝒂𝒏𝒌𝒐𝒍𝒐𝒎 = 𝐚𝐬𝐮𝐦𝐬𝐢 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩
𝑑𝑏 = 16𝑚𝑚
𝑓𝑦 = 420 𝑀𝑃𝑎
𝑓𝑐 ′ = 28 𝑀𝑃𝑎
2. Menentukan faktor modifikasi.
Nilai faktor ini didapat dari SNI 2847:2019 Tabel 25.4.2.4
𝜆=1
𝜓𝑒 = 1
𝜓𝑡 = 1.3
3. Menentukan panjang penyaluran (Id)
Tulangan yang digunakan kurang dari sama dengan D19.
Maka menurut SNI 2847:2019 Tabel 25.4.2.2 nilai Id sebagai
berikut.
𝑓𝑦 𝑦𝑡 𝑦𝑒
𝑙𝑑 = 𝑑𝑏 = 786.155 𝑚𝑚
2.1𝑙√𝑓𝑐 ′
Dibulatkan ke atas dengan kelipatan 50, sehingga Id=800mm
4. Menghitung besar ruang penyaluran dari tiap balok
𝑹𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒏𝒚𝒂𝒍𝒖𝒓𝒂𝒏 = 𝐛(𝐛𝐚𝐥𝐨𝐤) − 𝐂𝐜
𝑹𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒏𝒚𝒂𝒍𝒖𝒓𝒂𝒏𝒃𝒂𝒍𝒐𝒌 𝒊𝒏𝒅𝒖𝒌 𝑿 = 𝟓𝟓𝟎 − 𝟒𝟎 = 𝟓𝟏𝟎 𝐦𝐦
0.24𝑓𝑦 𝜓𝑟
𝑙𝑑𝑐 = 𝑑𝑏 = 304.79 𝑚𝑚
𝜆√𝑓𝑐 ′
Dibulatkan ke atas dengan kelipatan 50, sehingga Id=350mm
9. Menghitung besar ruang penyaluran dari tiap balok
420 ∗ 1.3 ∗ 1
𝑙𝑑 = ( ) 22 = 1335.326 𝑚𝑚
1.7 ∗ 1 ∗ √28
0.24 ∗ 420 ∗ 1
𝑙𝑑𝑐 = 𝑀𝐴𝑋 (( ) 22,0.043 ∗ 420 ∗ 1 ∗ 22,200) = 419.087 𝑚𝑚
1 ∗ √28
8.2. Pengangkuran
169
Tabel 8. 5 Panjang Pengangkuran Balok
7450
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑚𝑢𝑡𝑢𝑠𝑎𝑛 = 𝑀𝐴𝑋 (829,12 ∗ 22, ) = 829 𝑚𝑚
16
Panjang Pemutusan
Parameter
Satuan
mm
SNI 2847:2019 Pasal 7.7.3.8.4
Keterangan
Panjang Pemutusan
Balok Induk X
829
Balok Induk Y
829
Balok Anak
679
Balok Kanopi
242
6𝑑𝑏 = 132 mm
𝑙𝑒𝑥𝑡 = 132 𝑚𝑚
𝑙𝑒𝑥𝑡 = 12 ∗ 22 = 264 𝑚𝑚
𝑑𝑏𝑒𝑛𝑔𝑘𝑜𝑘𝑎𝑛 = 6 ∗ 22 = 132 𝑚𝑚
174
Tabel 8. 12 Panjang Kait Sengkang Balok
Kait Sengkang
Parameter Satuan Keterangan Balok Induk X Balok Induk Y Balok Anak Balok Kanopi
Diameter sisi dalam bengkokan min mm SNI 2847:2019 Tabel 25.3.1 132 132 132 96
Iext mm SNI 2847:2019 Tabel 25.3.2 264 264 264 96
BAB 9
PENUTUP
9.1. Simpulan
9.2. Saran
LAMPIRAN
1. Pembagian Tugas
Nama (NIM) Progress 1 Progress 2 Progress 3 Progress 4 Progress 5 Progress 6
Fikri Laporan Bab 1-3 Melengkapi Kemampuan Desain Geser Detailing DED 1-11/15
Khoirul laporan bab 3, Layan (Excel dan Kolom Penulangan Pelat (AutoCAD)
Ummam Penulangan Pelat Laporan) dan Kolom (Excel
Shiddiq (Excel dan dan Laporan)
(15020016) Laporan)
Muhamad Excel Preliminary Melengkapi Penulangan Torsi Desain Aksial- Detailing DED 12-15/15
Rizhan Design, Laporan Bab 4 laporan bab 2, (Excel dan Lentur Kolom Penulangan Balok (AutoCAD)
Fateha Pengerjaan Laporan), dan Revisi (Excel
(15020037) ETABS, serta Mengeluarkan dan Laporan)
Penulangan Balok gaya dalam
(Excel dan serviceability
Laporan) (dengan dan tanpa
LL) dari ETABS
Evaluasi dan Kedua anggota sempat Terlalu sibuk
Saran memiliki tanggung dengan tugas
jawab non-akademik besar dan kegiatan
yang tidak bisa dilepas, lain sehinggal
dan ada anggota yang baru mulai
sakit setelahnya mengerjakan
sehingga tugas tidak progress 2 pada
bisa diselesaikan tepat hari-H sebelum
waktu. deadline. Untuk ke
Ke depannya, luangkan depannya bisa
waktu lebih banyak lebih prioritasin
untuk mengerjakan tugas besar
tugas akademik Struktur Beton ini
2. Denah Lantai 1
3. Denah Lantai 2
4. Denah Pelat