LAPORAN
Disusun Oleh :
1. Dr. Sudjani, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Struktur Baja II;
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan berupa moril dan materil;
3. Rekan-rekan yang telah memotivasi untuk menyelesaikan tugas ini;
4. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 8. Trackstang…………………………………………………………..30
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 5. Momen…………………………………………………………………..36
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi terus melebarkan
sayapnya agar mampu mengikuti arah perputaran masa. Dari perkembangan itulah,
mulai bermunculan bangunan gedung bertingkat banyak, sekolah, menara dan
rumah susun. Fasilitas tersebut hadir untuk menjaga manusia dari keterbatasan
hidup.
Pada umumnya bangunan umum tersebut terbuat dari material baja dan
beton. Untuk menghemat biaya pembangunan biasanya pemerintah atau
masyarakat umum menggunakan suatu konstruksi yang kuat misalnya konstruksi
baja. Semua pelaksanaan yang menyangkut struktur tidak luput dari material baja.
Bentuk-bentuk baja yang berada diperdagangan bebas yaitu dalam bentuk batang-
batang yang biasa , bilah-bilah, serta beraneka macam profil.
Bentuk baja profil umumnya terbanyak dipakai dalam konstruksi baja.Profil
–profil yang biasa digiling disemua negara yang umumnya produsen baja. Ukuran-
ukuran penampang profil dari berbagai negara asalnya kadang-kadang berselisih
sedikit.
Kita mengenal empat golongan besar dari profil yaitu :
1. profil-profil Eropa-Barat ;
2. profil-profil Eropa-Tengah ;
3. profil-profil Inggris dan
4. profil-profil Amerika
Profil–profil Eropa-Barat digiling di Belgia, Luksemburg, Jerman, Perancis
dan Belanda. Kebanyakan profil-profil ini adalah profil-profil Jerman Normal.
Profil-profil Eropa-Tengah digiling di Austria, Hongaria, dan Cekoslovakia, profil
Inggris di Inggris dan profil Amerika di Amerika Serikat dan Kanada.
Beranjak dari permasalahan di atas, penulis merasa perlu adanya
perhitungan dari perhitungan portal gable agar dapat difahami oleh mahasiswa
terutama mereka yang sekarang sedang berkuliah di jurusan pendidikan teknik sipil.
Selain dapat menunjang mereka ketika berhadapan dengan konstruksi, ini juga bisa
menjadi bekal untuk mengajar kelak.
2
BAB II. LANDASAN TEORI
Berisi tentang teori dasar atau penjabaran materi yang berhubungan
dengan baja sebagai bahan struktur bangunan yang akan digunakan dalam
mempermudah pengerjaan laporan sebagai tugas besar.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Dasar Perencanaan
Baja adalah bahan komoditas tinggi terdiri dari Fe dalam bentuk kristal dan
karbon. Besarnya unsur karbon adalah 1,6%. Pembuatan baja dilakukan dengan
pembersihan dalam temperatur tinggi. Baja berasal dari biji-biji besi yang telah
melalui proses pengolahan di tempa untuk berbaga keperluan. Besi murni adalah
suatu logam putih kebiruan, selunak timah hitam dan dapat dipotong dengan pisau.
Baja juga mengandung zat arang (C), silikon (Si), mangan (Mn), pospor (P), dan
belerang (S). Sifat baja adalah memiliki ketangguhan yang besar dan sebagian besar
tergantung pada cara pengolahan dan campurannya. Titik lelehnya sekitar 1460ºC-
1520ºC, berat jenisnya sekitar 7,85 dan angka pengembangannya tiap 1oC.
Baja berasal dari bijih besi yang telah melalui proses pemanasan dan
tempaan. Bijih – Bijih ini mengan terdiri dari unsur – unsur sebagai berikut :
a. Karbon (c) adalah komponen utama dari baja yang sangat menentukan sifat
baja.
b. Mangan (mn) adalah unsur baja yang menaikan kekuatan dan kekerasan
baja.
c. Silicon (si) merupakan unsur baja yang meningklatkan tegangan leleh,
namun bisa menyebabkan kegetasan jika kadarnya terlalu tinggi.
d. Pospor (P) dan Sulfur (S) adalah unsur yang bisa menaikan kegetasan sesuai
dengan peningkatan kadarnya.
Baja yang sering dipakai untuk bahan struktur konstruksi adalah baja karbon
(carbon steel) dengan kuat tarik sekitar 400 MPa, dan high strength steel yang
mempunyai kakuatan tarik antara 500 MPa sampai dengan 1000 MPa. Untuk baja
yang berkekuatan 500 – 600 MPa dibuat dengan menambahkan secara cermat alloy
kedalam baja, sedang untu yang berkekuatan > 600 MPa selain ditambahkan alloy
secara tepat juga diperlakuakn dengan perlakuan panas (heat treatment). Baja
bangunan dikerjakan menurut cara-cara kerja sebagai berikut :
a. proses-konvertor asam (Bessemer);
b. proses-konvertor basa (Thomas);
c. proses-Siemens-Martin asam ;
4
d. proses-Siemens-Martin basa;
Baja tidak sebegitu mudah pengerjaannya dari kayu, dikarenakan baja
memiliki sifat keliatan yang besar dan struktur yang serbasama maka pengerjaan
baja sangat dengan menggunakan mesin. Karena keadaan seperti itu maka
pengerjaan baja sebanyak-banyaknya harus dilakukan dibengkel konstruksi.
Pekerjaan-pekerjaan ditempat bangunan harus terdiri pemasangan alat-alat
konstruksi yang telah disiapkan dipabrik. Karena disesuaikan dengan kebutuhan
dilapangan maka profil batang dan pelat-pelat harus mengalami pengerjaan.
M M maksimum
atau Wx
Wx a
5
Mutu profil baja yang digunakan kolom pada bagian bawah bangunan lebih
tinggi dibandingkan dengan yang digunakan pada kolom bangunan bagian
atas.Profil kolom baja (khususnya untuk kolom dengan bentuk pipa atau tabung
segi empat) pada bagian bawah bangunan lebih tebal dibandingkan dengan yang
digunakan kolom bangunan bagian atas.
6
2.4 Kekuatan Struktur
Berdasarkan pertimbangan ekonomi, kekuatan, dan sifat baja, pemakaian
baja sebagai bahan struktur sering dijumpai pada berbagai bangunan seperti gedung
bertingkat, bangunan air, dan bangunan jembatan. Keuntungan yang diperoleh dari
baja sebagai bahan struktur adalah:
a. Baja mempunyai kekuatan cukup tinggi dan merata. Kekuatan yang tinggi ini
mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja, umumnya mempunyai ukuran
tampang relatif kecil, sehingga struktur cukup ringan sekalipun berat jenis baja
tinggi.
b. Baja adalah hasil produksi pabrik dengan peralatan mesin-mesin yang cukup
canggih dengan jumlah tenaga manusia relatif sedikit, sehingga pengawasan
mudah dilaksanakan dengan seksama dan mutu dapat dipertanggungjawabkan.
c. Struktur baja mudah dibongkar pasang, sehingga elemen struktur baja dapat
dipakai berulang-ulang dalam berbagai bentuk struktur.
d. Struktur dari baja dapat bertahan cukup lama.
Metode ASD (Allowable Stress Design) dalam struktur baja telah cukup
lama digunakan, naming beberapa tahun terakhir metode dasain dalam struktur baja
mulai beralih ke metode lain yang lebih rasional, yakni metode LRFD (Load
Resistance and Factor Desidn). Metode ini didasarkan pada ilmu probabilitas,
sehingga dapat mengamtisipasi segala ketidakpastian dari material maupun beban.
7
Oleh karena itu, metode LRFD ini dianggap cukup andal. Peraturan Perencanaan
Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 1987) telah diganti dengan Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002 yang
berbasis pada metode LRFD.
Sistem perencanaan ASD lebih mengarah kepada Safety Faktor dalam
tegangan. Dari hubungan Tegangan Regangan dapat dilihat maka tegangan izin
yang dipergunakan untuk perencanaan ( Design ) dengan metode ASD = 2/3 bagian
dari tegangan leleh yang terjadi.
Sistem dengan Metode LRFD, dipergunakan tegangan Leleh dengan
memberikan coefficient Factor pada pembebanan dan pada kekuatan bahan
(Strength of Material) antara lain kekuatan memikul Lentur, kekuatan memikul
geser, dan kekuatan memikul aksial yang tergantung dari bentuk materialnya. Juga
akibat perngaruh coificient pembebanan. Dengan kedua factor tersebut tentunya
ketelitian perencanaan akan lebih accurate dibanding dengan cara metode elastis
(ASD).
8
Dengan :
9
2.7.2 Faktor Tahanan
10
BAB III
RANCANGAN PERHITUNGAN KONSTRUKSI BAJA
3.1 Analisis Atap
A. Dimensi Gording
11
1. Dimensi Batang Tarik (Trackstang)
Batang tarik (Trackstang) berfungsi untuk mengurangi lendutan
gording pada arah sumbu x (miring atap) sekaligus untuk mengurangi tegangan
lendutan yang timbul pada arah x. Beban-beban yang dipikul oleh trackstang
yaitu beban-beban yang sejajar bidang atap (sumbu x), maka gaya yang bekerja
adalah gaya tarik Gx dan Px.
12
3.3 Analisis Struktur Portal
1. Perencanaan Portal
Portal yang dierencanakan adalah portal gable.
2. Pembebanan Portal
Pembebanan terdiri dari tiga bagian :
Dead Load beban mati
Life Load beban hidup
Wind load beban angin
3.4 Balok
1. Perencanaan Struktur Balok
Balok harus kuat menahan momen
Kuat terhadap Balok yang dibebani Lentur ( KIP ).
Cek profil berubah bentuk atau tidak.
Terhadap bahaya lipatan KIP.
Balok harus memenuhi syarat tegangan
Balok harus aman menahan tegangan lentur
Balok harus aman terhadap lendutan
2. Dasar Perhitungan
Cek profil berubah bentuk atau tidak
ℎ
≤ 75 … … … … … … … . 𝑑𝑎𝑛
𝑡𝑏
𝐿 𝑏
≥ 1,25
ℎ 𝑡𝑠
Dimana :
h = Tinggi balok
b = lebar sayap
tb = tebal badan
ts = tebal sayap
L = jarak antara dua titik dimana tepi tertekan dari balok itu ditahan terhadap
kemungkinan terjadi.
Menghitung kelangsingan angka kelangsingan λ
13
𝜋 2 𝐸 𝜋 2 𝑥𝐸
𝜎̅𝐾𝐼𝑃 = =
𝜆𝑦 2 ( 𝑙 )2
𝐼𝑦
Jika λx> λy maka menekuk terhadap sumbu-x dan kerena sumbu tekuk = sumbu
lentur maka perlu faktor amplikasi nx (buka PPBBI hal 37)
𝜎𝐸𝑋 . 𝐴
𝑛𝑥 =
𝑁
Kontrol tegangan lentur
𝑀𝑚𝑎𝑥
𝜎= ≤ 𝜎̅
𝑊𝑥
D.Sx
tb .Ix
𝜏 ≤ 𝜏̅ = 0,6𝜎̅
5 q l4
fx =
384 E Ix
dimana,
1
f maks = xL
250
14
3.5. Kolom
1. Perencanaan Struktur Kolom
Batasan parameter kelangsingan batang tekan harus memenuhi
persamaan yang ditentukan.
Cek kelangsingan penampang.
Kolom aharus aman terhadap kuat tekan
2. Dasar Perhitungan
Batasan parameter kelangsingan batang tekan harus memenuhi persamaan
berikut :
L/4
0,7L
KL = L KL = L/2
L
L
L/4
Dimana nilai kc pada kolom dengan asumsi ujung jepit – jepit = 0,5
𝐿
𝑟𝑚𝑖𝑛 ≥
250
Pu.
Min Ag ; dimana = 0,85
. fy
1 Lk fy
λc = x √
π rmin E
15
Kontrol penampang :
1. Chek kelangsingan penampang
a) Pelat sayap
𝑏 170
p 𝜆= 2𝑡𝑓
𝜆𝑝 =
√𝑓𝑦
b) Pelat badan
ℎ 1680
p 𝜆 = 𝑡𝑏
𝜆𝑝 =
√𝑓𝑦
Pu
0,2
Pn
Pu Mux
1,0
2Pn bMnx
16
3.6 Perhitungan Sambungan
a. Sambungan-sambungan harus dibuat sedemikian rupa sehingga momen
plastis yang direncanakan dapat terjadi.
b. Sambungan –sambungan harus direncanakan demikian rupa sehingga di
sendi-sendi plastis dapat terjadi putaran yang cukup.
c. Didasarkan pada fungsinya, sambungan-sambungan dapat dikelompokan
ke dalam;
Sambungan sudut.
Sambungan balok dengan kolom.
Sambungan balok induk dengan balok anak.
Sambungan batang dengan batang.
Sambungan dasar kolom.
Sambungan-sambungan lainnya.
17
BAB IV
PERHITUNGAN KONSTRUKSI PORTAL BAJA
GABLE
4.1 Deskripsi Proyek
Data-data perhitungan :
18
4.2.1 Perhitungan Pembebanan
Pembebanan yang diperhitungkan pada perhitungan rangka atap gable
ini, terdiri atas :
Jarak gording : 1m
Jarak kuda-kuda : 7m
Dipakai profil baja ( [ ) kanal ukuran : 180 x 75 x 11 x 5,5
Diperoleh data-data dari tabel profil konstruksi baja :
F = 28 cm2
g = 22 kg/m2
Ix = 1350 cm4
Iy = 114 cm4
Wx = 150 cm3
Wy = 22,4 cm3
19
A. Menghitung Beban
1. Beban Penutup Atap
Atap yang digunakan adalah zincalume dengan berat 10 kg/m2,
maka dijadikan beban merata. Sehingga beban yang disangga oleh gording
akibat beban penutup atap ini adalah :
= 10 kg/m2 x 1 m
= 10 kg/m
1m
1m
L=7m
gx1 = g1 x sin
= 10 x sin 28o
= 4,26 kg/m
gy1 = g1 x cos
= 9,05 kg/m
20
Momen yang terjadi akibat beban penutup atap ini setelah direduksi
20% adalah sebesar:
= 20,87 kg m
= 44,34 kg m
2. Beban Gording
Pada konstruksi atap rangka baja ini digunakan profil baja C 180 x 75 x 11 x 5,5
dari tabel didapat bahwa berat gording ini adalah 22 kg/m (g2). Maka beban
gording perlu diuraikan terhadap sumbu x dan sumbu y.
y x
gx = g . sin
gy = g . cos
x g
= 28o
y
Gambar 5. Beban Gording
Maka :
= 22 x sin 28o
= 9,38 kg/m
21
gy2 = g2 x cos
= 22 x cos 28o
= 19,91 kg/m
Momen yang terjadi akibat bahan gording ini setelah direduksi 20% adalah
sebagai berikut :
= 45,96 kg m
= 97,56 kg m
3. Beban Berguna
Beban berguna (P) = 100 kg merupakan beban terpusat yang bekerja di
tengah-tengah gording, sehingga perlu diuraikan terhadap vertikal sumbu x
dan sumbu y, maka :
Px3 = P x sin
= 42,56 kg
Py3 = P x cos
= 90,48 kg
22
y x
Px = P . sin
Py = P . cos
x
= 28o P
Momen yang terjadi akibat beban gording ini setelah direduksi 20% adalah
sebesar :
= 59,58 kg m
= 126,67 kg m
4. Beban Angin
Muatan angin diambil W = 50 kg/m
23
Beban angin dianggap tegak lurus bidang atap, sedangkan untuk koefisien ;
C = (0,02 x ) – 0,4
= 0,16
C = -0,4
Karena koefisien angin tekan positif, maka gaya tekan angin akan positif
sehingga gaya tekan angin perlu dihitung.
= 0,16 x 50 kg/m2 x 1 m
= 8 kg/m
= -0,4 x 50 kg/m2 x 1m
= -20 kg/m
= 0,16 x 50 kg/m2 x 1 m
= 8 kg/m
= -0,4 x 50 kg/m2 x 1 m
= -20 kg/m
24
Maka beban angin yang digunakan (yang diperhitungkan) adalah beban
angin kiri, yaitu sebesar 8 kg/m karena beban angin dianggap bekerja tegak
y x
lurus bidang atap, maka :
Wx = 0
Wy = W . cos
x
= 28o
y
Gambar 7. Beban Angin
g3 kiri x = 0
Akibat :
g3 kiri x Mx4 = 0
= 39,2 kg.m
Beban
25
Tabel 3 Daftar Momen
Beban
B. Kombinasi Beban
Mtotal = M1 + M2 + M3 + M 4
26
C. Kontrol Gording
1. Kontrol Terhadap Tegangan
Gording direncanakan menggunakan profil baja C 180 x 75 x 11 x 5,5 yang
memiliki nilai Wx = 150 cm3 dan Wy = 22,4 cm3.
M x total M y total
=
Wy Wx
12641 30777
=
22,4 150
= 564,33 + 205,18
= 765,91 kg/cm2
__
Karena < , yaitu 765,91 kg/cm2 < 1600 kg/cm2, maka gording yang
digunakan cukup aman..... OK!
2. Kontrol Terhadap Lendutan
Diketahui dari tabel sebagai berikut :
E = 2,10 x 106
L = 7 m = 700 cm
Ix = 1350 cm4
Iy = 114 cm4
Syarat lendutan yang diizinkan akibat berat sendiri dan beban hidup serta
beban yang diakibatkan oleh angin adalah :
_
( f ) = L / 200
= 700 / 200
= 3,5 cm
27
a. Terhadap beban atap
gx1 = 4,26 kg/m = 0,0426 kg/cm
5 x g x x L4
fx1 =
384 x E x I y
5 x 0,0426 x 700 4
=
384 x 2,10 .10 6 x 8114
_
= 0,56 cm < f = 3,5 cm…. OK!
5 x g y x L4
fy1 =
384 x E x I x
5 x 0,0905 x 700 4
=
384 x 2,10 .10 6 x 1350
_
= 0,0998 cm < f = 3,5 cm…. OK!
b. Terhadap beban gording
gx2 = 9,38 kg/m = 0,0938 kg/cm
5 x g x x L4
fx2 =
384 x E x I y
5 x 0,0938 x 700 4
=
384 x 2,10 .10 6 x 114
_
= 1,225 cm < f = 3,5 cm…..OK!
5 xg y xL4
fy2 =
384 xExl x
5 x01991 x700 4
=
384 x2,10.10 6 x1350
_
= 0,219 cm < f = 3,5 cm…..OK!
28
c. Terhadap beban berguna
Px3 = 42,56 kg
Py3 = 90,48 kg
Px xL3
fx3 =
48 xExl y
42,56 x700 3
=
48 x2,10.10 6 x114
_
= 1,27 cm < f = 3,5 cm…..OK!
Py xL3
fy3 =
48 xExl x
90,48 x700 3
=
48 x 2,10.10 6 x1350
_
= 0,228 cm < f = 3,5 cm…..OK!
fx4 = 0 cm
5 xWY xL4
fy4 =
384 xExI x
5 x0,08 x700 4
=
384 x2,10.10 6 x1350
_
= 0,088 cm < f = 3,5 cm…..OK!
29
e. Kombinasi pelenturan
fx total = fx1 + x2 + fx3 + fx4
_
= 3 cm < f = 3,5 cm ….. OK!
_
= 0,635 cm < f = 3,5 cm ….. OK!
f xtotal f total
2 2
f =
= 3 2 0,635 2
Dimensi profil gording yang digunakan yaitu C 180 x 75 x 11 x 5,5 .... AMAN!
30
4.2.3 Perhitungan Trackstang
Trackstang berfungsi untuk mengurangi lendutan gording pada sumbu arah
x (miring atap) dan sekaligus mengurangi tegangan lentur yang timbul pada sumbu
x, jumlah trackstang direncanakan 2 buah. Batang tarik menahan gaya tarik yang
disebabkan oleh beban mati (qx ) dan beban hidup ( Px ).
Tracktang
Gording
1m
Kuda-kuda
portal gable
7m
Gambar 8. Trackstang
= 22 kg/m x 7 m
154 kg
Px = 42,56 kg L = 7m
Maka : Pts = gx + px
𝑃𝑡𝑠 196,56
1 Trackstang = = = 98,28
2 2
Karena trackstang dipasang 1 buah, jadi per batang tarik (trackstang), maka
didapat :
𝑃𝑡𝑠 98,28
Fn = = = 0,061 𝑐𝑚2
𝜎 1600
Fbr = 125 % Fn
= 1,25 x 0,061
= 0,07625
31
Sedangkan :
Fbr = ¼. d2
4 xFbr
d =
4x0,07625
=
3,14
= 0,311 cm 3,11 mm
Jadi diameter minimal trackstang adalah 3,11 mm, tidak ada di pasaran,
maka diambil trackstang Ø8 mm.
Ikatan angin
7m Gording
Kuda-kuda
P
Portal gable
1m
P Nx
N
Ny
32
21 𝑥 5,5
𝑃 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑢𝑑𝑎 − 𝐾𝑢𝑑𝑎 50 𝑥 ( 2 )
P= = = 125,54 𝐾𝑔
𝑛−1 24 − 1
𝑃11,85
Tanβ = = 1,69 → 𝛽 = 𝐴𝑟𝑐 tan 1,69 = 65,98°
7
∑H = 0
Nx = P
N cos β = P
β = 65,98o
𝑃 125,54
N= = = 246,5 𝐾𝑔
𝐶𝑜𝑠 𝛽 𝐶𝑜𝑠 65,98
𝑁 𝑁 246,5
σ= → 𝐹𝑛 = = = 0,154 𝑐𝑚2
𝐹𝑛 σ 16000
4 𝐹𝑏𝑟 4 𝑥 0,1925
d= √ = √ = 0,495 𝑐𝑚 → 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 0,8 𝑐𝑚 = 8𝑚𝑚
3,14 3,14
Kontrol :
33
4.2.5 Perhitungan Pembebanan Pada Portal Gable
Sebelum mendimensi portal gable, hal terpenting yang pertama dilakukan
adalah mengidentifikasi beban yang bekerja pada konstruksi. Beban tersebut
nantinya akan menentukan ekonomis atau tidaknya suatu dimensi portal. Distribusi
pembebanan pada atap adalah :
34
2. Akibat Beban Hidup (live load)
P = 100 kg ; ½ P = 50 kg
(0,02 – 0,4) D - 0, 4
q3 q4
C = 5o E
q1 q2
+ 0, 9 - 0, 4
A B
35
PERHITUNGAN MOMEN
36
4.2.6 Penetapan Dimensi Portal
Dipilih profil portal untuk balok dan kolom yang dipakai adalah IWF
400x300x10x16
37
KONTROL PROFIL PADA BALOK
L b 100 30
. 1. ≥ 1,25 = ≥ 1,25 = 2,5 cm ≥ 23,4 cm (Tidak OK! / Penampang
h ts 40 1,6
Berubah Bentuk)
h 400
2. 75 = 75 = 40 75 ….. OK!
tb 10
Jadi, pada penampang terjadi perubahan bentuk (PPBBI 1984 Pasal 5.1(1))
1
(120,372)
𝐼𝑦 = √2 = 1,07 cm
52,47
𝐿𝑘
λ= → 𝐷𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 = 1185,326
𝑖𝑦
= 2,0613
38
Syarat Berubah Bentuk
𝜔 . 𝜎 𝑖𝑗𝑖𝑛 𝐾𝐼𝑃 𝜎 𝑖𝑗𝑖𝑛
𝜋2𝐸 (𝜋 2 𝐸) 3,142 (2100000)
𝜎 𝑖𝑗𝑖𝑛 𝐾𝐼𝑃 = = = = 16,8721 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝜑 𝑦2 𝐿 2 1185,326 2
(𝑖𝑦) ( 1,07 )
𝜃 𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 = 1
𝑁 𝑛𝑥 𝑚𝑥
1. 𝜔 𝑚𝑎𝑥 . 𝐴 + 0,58 𝜃 𝜎 𝑖𝑗𝑖𝑛
𝑛𝑥−1 𝑤𝑥
𝑁 𝑀𝑥
2. 𝐴 + 𝜃 𝜎 𝑖𝑗𝑖𝑛
𝑊𝑥
𝐿𝑘𝑥
Dimana λ𝑥 = 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝐿𝑘𝑥 = 2𝐿 = 2(11,85326) = 23,70
𝑖𝑥
23,70
= = 140,237 → 𝜔𝑥 = 4,413
16,9
𝐿𝑘𝑦 100
λ𝑦 = = = 94 → 𝜔𝑦 = 2,077
𝑖𝑦 1,07
Karena 𝜑𝑥 > 𝜑𝑦 maka menekuk terhadap sumbu x dank arena sumbu tekuk =
sumbu lentur maka kita perlu faktor aplikasi nx.
𝜎𝑒𝑥 𝐴 𝑘𝑔 2
𝑛𝑥 = 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 λ𝑥 = 140 → 𝜎𝑒𝑥 = 401
𝑁 𝑐𝑚
401 𝑥 136
= = 14,43
1,5 (2519,93)
39
Syarat PPBBBI
2519,93 14,43 537755
1. 4,413 . + 0,58 (1) 13,43 1600 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
136 1980
1 1
F max = 250 𝐿 = (1185,326) = 4,74 𝑐𝑚
250
40
KONTROL PROFIL PADA KOLOM
L/4
0,7L
KL = L KL = L/2
L
L
L/4
Dimana nilai kc pada kolom dengan asumsi jepit-sendi = 0,7. Tinggi kolom 9,6 m
= 960 cm. Lk = 0,7 x 960 = 672 cm
Kontrol Terhadap Syarat PPBBI Pada 4.9.1 untuk portal yang ujungnya
bergoyang
𝑁 𝑛𝑥 𝑚𝑥
1. 𝜔𝑥 + 0,85
𝐴 𝑛𝑥−𝑚𝑥
𝑁 𝑛𝑥 𝑚𝑥
2. 𝜔𝑥 + 0,85 1600 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝐴 𝑛𝑥−𝑚𝑥
𝑁 𝑀𝑥
3. 𝐴 + 𝜃 1600 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑊𝑥
𝑛𝑥
Karena sumbu lentur tegak lurus sumbu tekuk, maka faktor aplikasi 𝑛𝑥−1 =
1; 𝜃 = 1
41
Dari koefisien tekuk (𝜔) baja Fe 430 diperoleh :
Syarat PPBBI
5377,55 13400
1. 1,171 + 0,85 𝑥 1 𝑥 1 11900 = 478,6 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 1600 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 … 𝑂𝐾!
136
5377,55 13400
2. 2,019 + 0,85 𝑥 1 𝑥 1 11900 = 894,04 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 1600 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 … 𝑂𝐾!
136
5377,55 13400
3. + = 50,813 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 1600 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 … 𝑂𝐾!
136 1190
P P
= = < 0,15
Py y.F
2010,65
= = 0,0616 < 0,15 ….. OK!
2400 x136
__
D = 1,27 . h . ts
= 1,27 x 400 x 16
42
d. Cek kelangsingan batang / Penampang
Pelat sayap
p
b 300
18,75
t s 16
1680 1680
p 108,44
fy 240
Pelat badan
p
h 400
25
ts 16
1680 1680
p 108,44
fy 240
43
4.2.7 Perhitungan Sambungan Las dan Baut
a. Perhitungan Sambungan Las untuk Join 2 dan 4
tt
ttr
2
IWF 400 x 300 x 10 x 16
ts tc
n = 1500
Flange :
n 150
= = 50
b 30
n
tt = ts ( 1 + 0,1 ( ) – 4)
b
= (16) x (1 + 0,1 (50- 4)
= 89,66 mm
tc = tt /Cos Ө
= 89,6 / Cos 280
= 99,024 mm
Transfer Stiffners :
ttr = tc Sin 16,50
= 99,024x 0,28
= 25,38 mm
b 300
17 = 17 17,65 mm (Diambil 20mm)
44
300
ttr < 17 ....................... Diambil ttr = 17,65 mm ~ 20 mm
tt = tc = 20 mm
Diagonal Stiffner :
a). tt √2 – 0,82 (wh/b)
= 20 √2 – 0,82 ( 1,3 400/300)
= 140 mm
b). (1-tan Ө) t √2
= (1- tan280) x (16) √2
= 11,98 mm
b 300
c). 17 = 17,65 mm
17
Ambil ts = 12 mm
b. Perhitungan Sambungan Las untuk Join 3
Pelat penyambung
3
dilas
Stiffners
ts
Pelat Pengaku
IWF 400 x 300 x 10 x 16
45
Puncak :
Plat pengaku disini harus cukup kuat untuk meneruskan gaya flange
σy.As = 2 x σy x Af Sin Ө
b . tp = 2 x ts Sin Ө
Voute :
Diketahui :
C C
CONCRETE GROUTING
BASE PLAT T = 20 MM
ANGKUR BAUT4 Ø19 mm
KOLOM 25 X 40 CM
400,0
46
Perletakkan yang digunakan untuk portal ini adalah perletakkan Sendi.
Pembebanan :
Pmaks = 2010,65 kg
Dimensi kolom IWF 400 x 300x 10 x 16 luas plat dasar yang diambil = 40 x 30 cm
Jumlah baut angker tergantung dari besarnya reaksi base plate (H) jumlah baut
angker minimal 2 buah.
1
Fqs = ..d 2 .n
4
1
= .3,14.2,54 2.2
4
= 10,13 cm2
__ __
≤ 0,6. = 0,6 x 1600 kg/cm2 = 960 kg/cm2
47
Gaya tiap - tiap bout :
b
P=
2
2010,65
P = 1005,33kg
2
P
1 =
1 / 4..d 2
1005,33
10,13
__
99,24kg / cm σ = 0,8 . = 0,8 x 1600 = 1280 kg/cm2 ….. OK!
2010,65
=
40 x30
= 1,68 kg/cm2
M M 6.M
M : σ2 = = 2
=
W 1 / 6.bxa bxa 2
5377,55
=
30 x 40 2
= 0,112 kg/cm2
48
Potongan kritis terletak pada potongan I-I :
q
a b
q = .b
2
1600 1,68
= .30
2
= 24025,2 kg/cm2
M I-I =q.s.e
M I-I = 24025,2 x 10 x 5
6x1201260
t=
30.1600
49
PERHITUNGAN LAS
12
20
40
1
I Las = 2 . . 1 (20)3 + 2 (13) . 1 (½.40 + ½ .18)2
12
= 2312,34 cm2
M .Y
P = .1
I Las
2312,34 x 18
= .1 = 18 kg
2312,34
18 .(13 13 20 20)
las
60
19,16 kg / cm 2
19,16
Tebal las = 0,021cm diambil tebal las = 0,6 cm
0,58.1600
50
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari perhitungan perencanan yang telah dilakukan, dapat diketahui hasil
perencanaan konstruksi portal baja dengan data-data sebagai berikut :
Deskripsi
Type Konstruksi : Portal rectangular gable
Bahan penutup atap : zinclaume (0,4)
Jarak portal :7m
Panjang bentang : 21 m
Tinggi kolom : 9,6m
Kemiringan atap (α) : 280
Alat sambung : Las dan baut
Dimensi Portal
Dimensi gording : Profil C 180 x 75 x 11 x 5,5
Dimensi batang tarik (trackstang) : Φ 8mm
Dimensi ikatan angin : Φ 8mm
Dimensi balok gable : profil IWF 400 x 300 x 10 x 16
Dimensi kolom gable : profil IWF 400 x 300 x 10 x 16
5.2 Saran
Pada perhitungan, diperlukan ketelitian yang tinggi dalam menentukan
ukuran dan dimensi. Sehingga mata kuliah Struktur Baja II ini dituntut untuk
disiplin dan teliti.
51
DAFTAR PUSTAKA
Ir. Sunggono kh.1995. Buku Teknik Sipil. Bandung :Nova
Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PBBI), DPMB. 1983
T, Gunawan & S, Margaret.2005. Diktat Teori Soal dan Penyelesaian Kontruksi
Baja II Jilid 1, Jakarta : Delta Teknik Group
52
LAMPIRAN