1
PROGRAM KULIAH :
• Semester ke/tahun ke : VI/3
• Jumlah minggu : 16
• Jam/minggu : 2 jam/minggu
• Jadwal kuliah : Hari : SELASA
2
PRASYARAT:
• 1. Statika
• 2. Mekanika Bahan
• 3. Teknologi Bahan Konstruksi
BERLANJUT KE :
• 1. Konstruksi Beton II
3
KEMAMPUAN DASAR YANG PERLU
DIMILIKI SEBELUM MENGIKUTI
KULIAH :
4
ISI KULIAH :
• Studi mengenai kekuatan, perilaku
dan disain elemen beton bertulang
dengan penekanan pada : pengaruh
karakteristik material beton pada
perilaku elemen, kriteria disain,
elemen lentur balok persegi, balok T,
perencanaan geser dan torsi
(disesuaikan dengan standar SNI
beton yang berlaku), pengantar pada
Konstruksi Beton II
• Tugas : PR, Latihan-latihan
5
BUKU RUJUKAN :
1. Winter, G., dan ”Perencanaan Beton Bertulang” ,
Nilson, A.H., Pradnya Paramita, Jakarta, 1993.
6
HASIL BELAJAR YANG DIHARAPKAN :
• Memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk menganalisis
dan merencanakan penulangan
lentur penulangan elemen balok
persegi, balok T, penulangan
geser dan torsi yang disesuaikan
dengan Standar Beton yang
berlaku.
7
SISTEM PENILAIAN :
PR + Kehadiran 10 %
Quiz 15 %
UTS 30 %
UAS 45 %
Bonus 5 – 10%
8
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
MINGGU KE KULIAH KE MATERI KULIAH
9
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
MINGGU KE KULIAH MATERI KULIAH
KE
IX 9 Analisis Penampang Tulangan Rangkap
X 10 Disain Penampang Tulangan Rangkap
XI 11 Contoh Analisis & Disain Penampang Tulangan Rangkap.
XII 12 Balok T, Analisis dan Disain
XIII 13 Contoh Analisis & Disain Balok T
XIV 14 Geser dan Torsi Pada Balok
10
Konstruksi Beton Bertulang I
Konstruksi Beton I 1
PERTEMUAN 1
Konstruksi Beton I 2
I.Pengantar Beton Bertulang
Secara umum dikenal 4 (empat) macam jenis
sistem konstruksi yang sering digunakan :
1. Konstruksi Kayu
2. Konstruksi Baja
3. Konstruksi Beton Bertulang
4. Konstruksi Beton Pratekan
Konstruksi Beton I 3
Konstruksi Beton Bertulang :
merupakan gabungan (kombinasi) dari
material beton dan material baja tulangan,
yang bersama-sama memikul beban-beban
yang bekerja pada struktur.
Konstruksi Beton I 4
Konstruksi Beton I 5
Konstruksi Beton I 6
Konstruksi Beton I 7
Konstruksi Beton I 8
Elemen-elemen struktur
pada konstruksi beton bertulang :
z BALOK
z KOLOM
z SISTEM PELAT
z PONDASI
Konstruksi Beton I 9
Langkah/proses analisis dan disain
struktur bangunan yang umum dilakukan :
Konstruksi Beton I 10
Tujuan dari disain struktur :
z Struktur harus dapat berfungsi dengan
baik pada kondisi beban-beban yang
bekerja selama masa layannya dan
mempunyai nilai ekonomis yang
bersaing.
Konstruksi Beton I 11
z Daya layan yang baik : defleksi dan deformasi tidak
terlalu besar ( < deformasi ijin)
Konstruksi Beton I 1
II. Kriteria Disain, Pembebanan dan
Faktor Beban
a. Kriteria Disain :
Analisis maupun disain yang dilakukan harus
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada
dalam peraturan beton yang berlaku (SNI-2002).
Konstruksi Beton I 2
b. Perencanaan struktur
Dalam perencanaan struktur beton bertulang harus
dipenuhi syarat syarat berikut:
Konstruksi Beton I 3
c. Keamanan Struktur :
Struktur harus aman (kuat) terhadap beban atau
efek beban yang bekerja selama masa layan
(penggunaan) bangunan, seperti :
1. beban mati
2. beban hidup
3. beban gempa
4. beban angin, dll.
Konstruksi Beton I 4
Bila intensitas dan efek beban yang bekerja pada
struktur diketahui dengan pasti, maka struktur dapat di-
disain aman dengan cara memberikan kapasitas
kekuatan yang sedikit lebih besar daripada efek
beban. Tetapi intensitas beban yang bekerja tsb sangat
sulit ditentukan dengan pasti (adanya ketidakpastian),
spt : menetapkan besarnya beban hidup atau beban
gempa yang bekerja.
Konstruksi Beton I 5
Untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian diatas
digunakanlah faktor keamanan atau angka keamanan
(safety factor), dengan kekuatan struktur dibuat sama
atau lebih besar dari perkalian antara angka keamanan
dengan beban kerja. Angka keamanan ini digunakan
untuk menjamin bahwa kapasitas struktur selalu lebih
besar daripada efek dan kombinasi beban yang
bekerja.
Konstruksi Beton I 6
d. Pembebanan pada STRUKTUR
Beban yang bekerja pada struktur dapat dibagi
dalam 3 (tiga) bagian :
Konstruksi Beton I 7
1. Beban mati (D) :
merupakan beban yang intensitasnya tetap dan
posisinya tidak berubah selama usia bangunan.
Konstruksi Beton I 8
2. Beban hidup (L) :
merupakan beban yang dapat berpindah tempat,
dapat bekerja penuh atau tidak ada sama sekali,
spt : beban hunian, furniture, lalu lintas orang, lalu
lintas kendaraan (pada jembatan).
Konstruksi Beton I 9
Contoh :
• lantai dan tangga rumah tinggal : 200 kg/m2
• lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko,
• restoran, hotel dan asrama : 250 kg/m2
• lantai ruang olahraga : 400 kg/m2
• lantai ruang dansa : 500 kg/m2
• tangga, bordes tangga : 300 kg/m2
Konstruksi Beton I 10
3. Beban Akibat Pengaruh Alam
Berupa : beban angin, beban gempa, beban
tekanan tanah atau air, serta beban akibat
perbedaan suhu.
Konstruksi Beton I 11
a. Beban Angin (W = wind load)
Besarnya kecepatan angin minimum adalah 25 kg/m2
(kondisi umum) dan untuk daerah pantai adalah 40 kg/m2,
kecuali bila terjadi kecepatan angin yang menimbulkan
tekanan lebih besar lagi.
P = V 2 / 16 [ kg/m2]
Konstruksi Beton I 12
b. Beban Gempa (E = Earthquake)
Beban gempa disebabkan oleh terjadinya gempa bumi (tektonik
atau vulkanik). Akibat gempa bumi akan terjadi percepatan tanah
(ground acceleration), yang menimbulkan gaya inersia internal
dengan arah horizontal. Besarnya gaya inersia horizontal ini
tergantung dari : massa bangunan, tinggi bangunan, intensitas
gerakan tanah, interaksi struktur thd tanah, dll.
Konstruksi Beton I 13
e. Faktor Beban :
z Suatu struktur dapat dikatakan aman (kuat), apabila kapasitas
kekuatan (kuat rencana) lebih besar daripada berbagai
kombinasi efek beban yang bekerja.
Konstruksi Beton I 14
Prosedur dan asumsi dalam perencanaan serta besarnya
beban rencana mengikuti ketentuan berikut ini:
1. Ketentuan mengenai perencanaan dalam SK-SNI-2002 didasarkan
pada asumsi bahwa struktur direncanakan untuk memikul semua
beban kerjanya.
2. Beban kerja diambil berdasarkan SNI 03-1727-1989-F, Tata cara
perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung, atau
penggantinya.
3. Dalam perencanaan terhadap beban angin dan gempa, seluruh
bagian struktur yang membentuk kesatuan harus direncanakan
berdasarkan SK-SNI-2002 dan juga harus memenuhi SNI 03-1726-
1989, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan
gedung atau penggantinya.
4. Harus pula diperhatikan pengaruh dari gaya prategang, beban kran,
vibrasi, kejut, susut, perubahan suhu, rangkak, perbedaan penurunan
fondasi, dan beban khusus lainnya yang mungkin bekerja.
Konstruksi Beton I 15
f. Ketentuan mengenai kekuatan dan
kemampuan layan (SK-SNI-2002)
Konstruksi Beton I 16
g. Kuat perlu (SK-SNI 2002, Pasal 11.2)
Konstruksi Beton I 17
Kombinasi beban juga harus memperhitungkan
kemungkinan beban hidup L yang penuhdan kosong
untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya, yaitu:
Konstruksi Beton I 18
atau
U = 0,9 D ± 1,0 E (6)
Konstruksi Beton I 19
5. Bila ketahanan terhadap pembebanan akibat berat dan
tekanan fluida, F, yang berat jenisnya dapat ditentukan
dengan baik, dan ketinggian maksimumnya terkontrol,
diperhitungkan dalam perencanaan, maka beban tersebut
harus dikalikan dengan faktor beban 1,4, dan ditambahkan
pada persamaan 1, yaitu:
U = 1,4 (D + F) (7)
Konstruksi Beton I 20
6. Bila ketahanan terhadap pengaruh kejut diperhitungkan dalam
perencanaan maka pengaruh tersebut harus disertakan pada
perhitungan beban hidup L.
Konstruksi Beton I 21
h. Kuat rencana (SK-SNI 2002, Pasal 11.3)
Kuat rencana suatu komponen struktur,
sambungannya dengan komponen struktur lain,
dan penampangnya, sehubungan dengan perilaku
lentur, beban normal, geser, dan torsi, harus
diambil sebagai hasil kali kuat nominal, yang
dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi dari
tata cara ini, dengan suatu
Konstruksi Beton I 22
Faktor reduksi kekuatan φ ditentukan sebagai berikut:
(1) Lentur, tanpa beban aksial ...................... ………….0,80
Konstruksi Beton I 23
Disain Komponen struktur thd Lentur
M R = φ. M n ≥ M u
dimana :
MR = Momen Rencana penampang lentur
Mn = Momen Nominal penampang lentur
Mu = Momen ultimate akibat beban terfaktor
φ = faktor reduksi kekuatan, φ = 0,80
Konstruksi Beton I 24
Disain Komponen Struktur thd Geser
V R = φ. V n ≥ V u
dimana :
VR = Geser Rencana penampang
Vn = Geser Nominal penampang
Vu = Geser Ultimate akibat beban terfaktor
φ = faktor reduksi kekuatan, φ = 0,75
Konstruksi Beton I 25
Disain Komponen Struktur thd Aksial
PR = φ. Pn ≥ Pu
dimana :
PR = Gaya aksial Rencana penampang
Pn = Gaya aksial Nominal penampang
Pu = Gaya aksial ultimate akibat beban terfaktor
φ = faktor reduksi kekuatan,
φ = 0,70 (tulangan spiral)
φ = 0,65 (tulangan lainnya)
Konstruksi Beton I 1
III. Dasar-dasar Analisis dan Disain
Konstruksi Beton I 2
Teori Elastis (Teori Beban Kerja)
Penampang suatu elemen struktur di-disain berdasarkan
asumsi hubungan tegangan-regangan yang linier dimana
tegangan yang terjadi pada baja tulangan dan beton tidak
melewati tegangan yang diijinkan.
σ
Tegangan ijin ditetapkan
dari tegangan leleh
material untuk baja dan
Garis netral tegangan hancur untuk
beton dibagi dengan nilai
faktor keamanan
tertentu.
regangan
tegangan
Konstruksi Beton I 3
σ
Kriteria Disain :
σ≤σ .....(3.1)
dimana :
σ = Tegangan yang bekerja akibat beban yang bekerja
Konstruksi Beton I 4
Teori Ultimate (Teori Kekuatan Batas)
Dalam teori ultimate (kekuatan batas), penampang suatu
elemen struktur di-disain dengan memperhitungkan tegangan
yang tidak linier untuk mencapai tegangan batasnya
(maksimum).
0,85.fc’
Tegangan batas
C (ultimate) diperoleh
saat beban batas
Garis netral jd yaitu beban yang
bekerja di-kali-kan
T Mn dengan faktor
regangan
tegangan
pembebanannya.
Konstruksi Beton I 5
Kriteria Disain : (untuk lentur)
M R = φ. M n ≥ M u .....(3.2)
dimana :
MR = Momen Rencana penampang lentur
Mn = Momen Nominal/Maksimum penampang lentur
= C. jd = T. jd
Mu = Momen ultimate akibat beban terfaktor
= 1,2 MD + 1,6 ML
φ = faktor reduksi kekuatan, φ = 0,80
Konstruksi Beton I 6
Sistem Struktur Beton Bertulang :
a. Sistem Portal
b. Dinding Geser (Shear Wall) dan Portal
c. Sistem Tabung Sebagian ( Partial Tubular system)
d. Sistem Tabung (Tubular system)
Konstruksi Beton I 7
Gbr.1. Sistem struktur dari bangunan tinggi
Konstruksi Beton I 8
Gbr.2. Denah dari beberapa sistem struktur bangunan tinggi
Konstruksi Beton I 9
a. braced tube system b. framed tube system c. cross bracing system
Konstruksi Beton I 1
IV. Material Beton dan Baja
4.1 Beberapa definisi
a. beton
campuran antara semen portland atau semen hidraulik
yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan
atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa
padat
b. beton bertulang
beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum,yang disyaratkan
dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan
berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja
bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja
Konstruksi Beton I 2
c. beton-normal
beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m3 sampai
2500 kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang
dipecah atau tanpa dipecah
d. beton polos
beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi
kurang dari ketentuan minimum
e. beton pracetak
elemen atau komponen beton tanpa atau dengan
tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit
menjadi bangunan
Konstruksi Beton I 3
f. kuat tekan beton yang disyaratkan ( fc’)
kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur
(benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm), untuk dipakai dalam perencanaan
struktur beton, dinyatakan dalam satuan MPa.
g. kuat tarik belah ( fct )
kuat tarik beton yang ditentukan berdasarkan kuat tekan-
belah silinder beton yang ditekan pada sisi panjangnya
h. modulus elastisitas ( E )
rasio tegangan normal tarik atau tekan terhadap regangan
yang timbul akibat tegangan tersebut. Nilai rasio ini berlaku
untuk tegangan di bawah batas proporsional material.
Konstruksi Beton I 4
i. tulangan
batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau
berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik
pada komponen struktur beton, tidak termasuk tendon
prategang,kecuali bila secara khusus diikut sertakan
j. tulangan polos
batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak
bersirip dan tidak berukir
k. tulangan ulir
batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi
bersirip atau berukir
Konstruksi Beton I 5
4.2. Persyaratan keawetan beton
1 Rasio air - semen
Rasio air-semen harus dihitung menggunakan berat semen,
sesuai dengan ASTM C 150, ASTM C 595 M, atau ASTM C 845,
ditambah dengan berat abu terbang dan bahan pozzolan lainnya
sesuai dengan ASTM C 618, kerak sesuai dengan ASTM C 989,
dan silica fume sesuai dengan ASTM C 1240.
2. Pengaruh lingkungan
Beton yang akan mengalami pengaruh lingkungan seperti
yang diberikan pada Tabel 1 harus memenuhi rasio air-
semen dan persyaratan kuat tekan karakteristik beton yang
ditetapkan pada tabel tersebut.
Konstruksi Beton I 6
Konstruksi Beton I 7
3. Pengaruh lingkungan yang mengandung sulfat
Konstruksi Beton I 8
4. Perlindungan tulangan terhadap korosi
Untuk perlindungan tulangan di dalam beton terhadap korosi,
konsentrasi ion klorida maksimum yang dapat larut dalam air
pada beton keras umur 28 hingga 42 hari tidak boleh melebihi
batasan yang diberikan pada Tabel 3.
Konstruksi Beton I 9
4.3. Kualitas, pencampuran, dan pengecoran
Konstruksi Beton I 10
4.4. Pemilihan proporsi campuran beton
Konstruksi Beton I 11
c. Kuat rata-rata perlu
(1) Kuat tekan rata-rata perlu f’cr yang digunakan sebagai
dasar pemilihan proporsi campuran beton harus diambil
sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 atau persamaan 2
dengan nilai deviasi standar (s ) yang sesuai
Konstruksi Beton I 12
Konstruksi Beton I 13
Konstruksi Beton I 14
4.5. Baja tulangan
1). Baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir, kecuali
baja polos diperkenankan untuk tulangan spiral atau
tendon.
Tulangan yang terdiri dari profil baja struktural, pipa baja,
atau tabung baja dapat digunakan sesuai dengan
persyaratan pada tata cara ini.
Konstruksi Beton I 15
4.6. Modulus Elastisitas
Konstruksi Beton I 16
Konstruksi Beton I 17
Modulus elastisitas (SK-SNI-2002)
dimana
Konstruksi Beton I 18
Konstruksi Beton I 19
Konstruksi Beton I 20
Konstruksi Beton I 21
Konstruksi Beton I 22
Konstruksi Beton I 23
Konstruksi Beton I 24
Konstruksi Beton I 25
Konstruksi Beton I 26
Konstruksi Beton I 27
Steel Load - Displacement Curves
Konstruksi Beton I 28
Konstruksi Beton I 29
Konstruksi Beton I 30
Konstruksi Beton I 31
home
Konstruksi Beton I 32
PERTEMUAN KE 5
2. Lintang/Geser
Nilai parameter k1, k2, k3 dan ε beton diberikan pada tabel berikut :
Besarnya tegangan
pada penampang
ekivalen menjadi :
0,85.fc’
dan tingginya
adalah a,
dimana :
untuk fc’ ≤ 30 MPa
a/c = β1 = 0,85
a
C = k1 .k 3 . f .b.c = 0,85. f
c
'
c
'
, diperoleh : k1 .k 3 = 0,85. = 0,85 .β 1
c
dan :
a
k 2 . c = 0,5.a , diperoleh : k 2 = 0,5 = 0,5.β1
c
Nilai k1.k3 dan k2 yang diperoleh dari pers. diatas kemudian
dibandingkan dengan nilai aktualnya.
M n = T . jd = C. jd ...(6.4)
Resultan gaya pada baja tulangan pada As.fy akan tetap sama,
meskipun ada penambahan beban
εs d −c d −c
= ; ε s = 0,003. ...(6.8)
0,003 c c
β1 .d − a
0,85. f c' . a.b = As . f s = 0,003. . E s . As ...(6.11)
a
⎛ 0,85. f ⎞ 2
'
∴ ⎜⎜ c
⎟⎟.a + a.d − β1 .d 2 = 0 ...(6.12)
⎝ 0,003.E s .ρ ⎠
Pers. kuadrat dalam a . Dari pers. tersebut akan diperoleh nilai a
dimana : ρb = As/b.d
0,85. f c' . ab
Untuk keruntuhan seimbang : ∴ ρb = ...(6.17)
f y .d
Subsitusi pers. (6.15) kedalam pers. (6.17), diperoleh :
0,85. f . β1 '
0,003.E s
∴ ρb = . c ...(6.18)
fy 0,003.E s + f y
f c' ⎛⎜ 600 ⎞
⎟
ρ b = 0,85. β1 . . ⎜ ⎟
...(6.19)
f y ⎝ 600 + f y ⎠
Secara umum, ketika ρ dari suatu penampang balok berbeda
dari ρb, tipe keruntuhan dapat ditentukan tergantung dari
nilai ρ , apakah ρ < ρb atau ρ > ρb.
⎛ 0,85. f c' ⎞ 2
⎜⎜ ⎟⎟.a + a.d − β1 .d 2 = 0
⎝ 0,003.E s .ρ ⎠
⎛ 0,85.21 ⎞ 2
⎜ ⎟.a + a.460 − 0,85.460 2 = 0
⎝ 0,003.200000.0,04438 ⎠
∴ a 2 + 686,21176.a − 268308,8013 = 0
⎝ fc ⎠
⎛ 0,036946.280 ⎞
M n = 0,036946.250.460 .280 ⎜1 − 0,59.
2
⎟
⎝ 21 ⎠
= 388.192.090 N .mm = 388,192 kN .m
⎛ As . f y ⎞
ρ < ρb ; M n = As . f y . ⎜⎜ d − 0,59. ' ⎟⎟
⎝ f c .b ⎠
ρ > ρb ; M n = 0,333.b.d 2 . f y
f c'
dimana : ρ b = 0,456.
fy
home
f c, ⎛⎜ 600 ⎞
⎟
dimana : ρ b = 0,85.β1 . . ⎜ ⎟
...(7.2)
f y ⎝ 600 + f y ⎠
f c, ⎛⎜ 600 ⎞
⎟
atau : ρ max = 0,6375.β1 . . ...(7.3)
f y ⎜⎝ 600 + f y ⎟
⎠
...(7.4)
...(7.5)
⎛ ρ. f y ⎞
= φ . ρ .b.d . f y ⎜⎜1 − 0,59. '
2
⎟⎟ ...(7.7b)
⎝ fc ⎠
= φ .ω. b.d 2 . f c' ( 1 − 0,59.ω ) ...(7.7c)
As ρ. f y
dimana : ρ= dan ω=
b.d f c'
Konstruksi Beton Bertulang I 5
Untuk keperluan praktis, telah banyak dikembangkan tabel2 dan
grafik untuk membantu melakukan disain tulangan penampang
Tabel 7-1. berikut memberikan nilai-nilai maksimum dari ρmax, ωmax
amax/d untuk berbagai variasi mutu beton
Æ berarti luas
tulangan balok
mencukupi
(keruntuhan tarik)
Gbr. 7-1. Hubungan antara ρmax dan ωmax terhadap kuat leleh baja,
fy, untuk berbagai mutu beton.
Mu
= ω.(1 − 0,59.ω )
0.4
2 '
Mu/bd2.fc'
0.35 b.d . f c
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Gbr. 7-3. Kurva disain tulangan untuk penampang balok tulangan tunggal
f c, ⎛⎜ 600 ⎞
⎟ = 0,016264
ρ = ρ max = 0,6375.β1 . .
f y ⎜⎝ 600 + f y ⎟
⎠
⎛ ρ. f y ⎞
M u = φ . ρ .b.d . f y ⎜⎜1 − 0,59. '
2
⎟⎟
⎝ fc ⎠
⎛ 0,016264.414 ⎞
⎜
295,6 x10 = 0,8. 0,016264.300.d .414 ⎜1 − 0,59.
6 2
⎟⎟
⎝ 21 ⎠
∴ d = 428 mm
As.min = 355 mm2 ..OK
diperoleh nilai As = ρ.b.d = 2088,3 mm2 >
As.min = 434 mm2
a As . f y 1492,18 . 414
= '
= = 0,1678
d 0,85 . f c .b . d 0,85 . 21. 300 . 687,5
Karena nilai a/d yang diperoleh lebih kecil dari yang diasumsikan,
disimpulkan bahwa jarak lengan momen lebih kecil dari nilai aktual,
dan luas baja yang dihitung akan lebih kecil dari 0,75 ρb.
Home
diperoleh : ∴a=
( A s − As' . f y) ...( 9.4)
0,85. f c' . b
Untuk mengetahui apakah baja tulangan sudah leleh atau belum,
dapat digunakan diagram segitiga regangan.
…… εs ≥ fy/Es
c − d '
a − β .d '
ε s' = 0,003. = 0,003. 1 ...( 9.5)
c a
d −c β1 .d − a
ε s = 0,003. = 0,003. ...( 9.6)
c a
a − β1 . d ' fy
∴ f s' = f y jika 0,003. ≥ ...( 9.7)
a Es
dan
β1 . d − a fy
fs = f y jika 0,003. ≥ ...( 9.8)
a Es
Jika baja tulangan belum leleh, maka nilai a yang diperoleh dari
pers. (9-4) tidak benar (tidak bisa dipakai), maka tegangan baja
aktual dan nilai a dapat ditentukan dari persamaan keseimbangan
dan diagram regangan, sbb :
As . f s − As' . f s'
a= ...( 9.10)
0,85. f c' . b
β1 .d − a
f s = ε s . E s = 0,003 . Es atau f y ...( 9.12)
a
dan Kapasitas momen penampang :
a=
( A s − As' . f y )
0,85. f c' . b
c − d' 125,3 − 50 fy
ε = 0,003.
'
s = 0,003 = 0,00180 >
c 125,3 Es
∴ f s' = f y
d −c 510 − 125,3 fy
ε s = 0,003. = 0,003. = 0,00921 >
c 125,3 Es
∴ fs = f y
a=
( A s )
− As' . f y
=
(2581 − 645). 275
= 63,91 mm
0,85. f c' . b 0,85.35. 280
c − d' 78,90 − 50 fy
ε = 0,003.
'
s = 0,003 = 0,0011 <
c 78,90 Es
d −c 510 − 78,90 fy
ε s = 0,003. = 0,003. = 0,01639 >
c 78,90 Es
a − β .d '
a − 0,81. 50
f s = ε s . E s = 0,003
' ' 1
.200.000 = 600
a a
C = Cc + C s = T ⇒ 0,85. f c' . a.b + As' . f s' = As . f y
a − 0,81. 50
0,85.35 . a.280 + 645. 600 = 2581. 275
a
[
M u = φ . 0,85. f c' .a.b (d − 0,5.a) + As' . f y (d − d ' ) ] ...( 10-1)
a=
( A s )
− As' . f y ...( 10-2)
dimana : Æ
0,85. f c' . b
atau dengan pers. berikut :
[( )
M u = φ . As − As' . f y . (d − 0,5.a) + As' . f y (d − d ' ) ]
...( 10-3)
(A s )
− As' . f y
≥
600
. β . d '
600 − f y
' 1
0,85. f c .b
atau :
' ⎛ ⎞
(
ρ−ρ ≥
' 0,85
). f c ⎜
.
600
f y .d ⎜⎝ 600 − f y
⎟. β1 . d '
⎟
...( 10-5)
⎠
Jika baja tulangan belum leleh, maka tegangan pada baja tulangan
tekan harus ditentukan dengan menggunakan diagram regangan.
Besarnya tegangan pada baja tulangan tekan adalah :
a − β .d '
f s' = ε s' . E s = 0,003 1
Es ...( 10-6)
a
Konstruksi Beton Bertulang I 5
dan pers. disain momen menjadi :
[
M u = φ . 0,85. f c' .a.b ( d − 0,5.a ) + As' . f s' ( d − d ' ) ]
...( 10-7)
As . f y − As' . f s'
dimana : a= ...( 10-8)
0,85. f c' . b
Pers (10-1) – (10- 8) diatas juga dengan asumsi baja tulangan tarik
sudah leleh. Baja tulangan tarik leleh merupakan suatu hal yang
penting untuk menghindari keruntuhan brittle (keruntuhan getas).
d − cb β1 .d − ab fy
ε s = 0,003. = 0,003. =
cb ab Es
0,003.E s 600
∴ ab = . β1 .d = . β1 .d ...( 10-9)
0,003.E s + f y 600 + f y
Dari keseimbangan internal penampang :
∴ ab =
(ρ .f
b y − ρ ' . f s' .d) ...( 10-10)
'
0,85. f c
f c' ⎛⎜ 600 ⎞ f
⎟ + ρ '. s
'
ρ b = 0,85.β1 . .⎜ ⎟
...( 10-12)
f y ⎝ 600 + f y ⎠ fy
dimana fs’ diberikan oleh pers. (10-11) atau fy, yang memberikan
nilai terkecil. Suku pertama dari pers. (10-12) sama persis dengan
ρb pada balok dengan tulangan tunggal.
Pada balok dengan tulangan rangkap, agar terjadi keruntuhan
tarik (tulangan tarik leleh), maka ρ < ρb, yang diberikan oleh
pers. (10-12).
⎛ ' ⎛ ⎞ ' ⎞
⎜ f c ⎜ 600 f
⎟ + ρ '. s ⎟
ρ ≤ 0,75 0,85.β1 . .⎜ ⎟
...( 10-13)
⎜
⎝ f y ⎝ 600 + f y ⎠ f y ⎟⎠
a=
( A s )
− As' . f y
=
(2698,92 ).275
= 148,5 mm
0,85. f c' . b 0,85. 21. 280
[( )
M u = φ . As − As' . f y . (d − 0,5.a ) + As' . f y (d − d ' ) ]
⎡ ⎛ 148,5 ⎞ ⎤
546,8 x10 = 0,8⎢(2698,92).275.⎜ 510 −
6
⎟ + As . 275. (510 − 60)⎥
'
⎣ ⎝ 2 ⎠ ⎦
288.068.034,2
∴ A ='
s = 2909,78 mm 2
99.000
dan As = 2698,92 + 2909,78 = 5608,70 mm 2
Chek tegangan pada tulangan tekan :
148,5
a
c= = = 174,7 mm
β1 0,85
c − d '
174,7 − 60
ε s' = 0,003. = 0,003. = 0,00197
c 174,7
Konstruksi Beton Bertulang I 13
Regangan leleh : εy
fy 275
εy = = = 0,001375
E s 200.000
εs’ > εy : baja tulangan tarik sudah leleh, shg fs’ = fy
As 5608,70
Rasio tulangan : ρ= = = 0,03928
b.d 280. 510
'
A 2909,78
ρ' = s = = 0,02038
b.d 280. 510
Check pembatasan tulangan :
⎛ ' ⎛ ⎞ ' ⎞
⎜ f c ⎜ 600 f
⎟ + ρ '. s ⎟
ρ ≤ 0,75 0,85.β1 . .⎜ ⎟
⎜
⎝ f y ⎝ 600 + f y ⎠ f y ⎟⎠
a=
( A s )
− As' . f y
=
(4051,24 + 0,75. A '
s )
− As' .275
0,85. f c' . b 0,85. 21. 280
= 222,91 − 0,013756. As'
Persamaan kapasitas momen penampang :
[( )
M u = φ . As − As' . f y . (d − 0,5.a ) + As' . f y (d − d ' ) ]
⎡ ⎛ − ⎞⎤
( )
'
222,91 0,013756. A
' '
⎜
⎢ 4051,24 + 0,75.As − As . 275.⎜ 510 −
s
⎟⎟⎥
546,8x10 = 0,8. ⎢
6
⎝ 2 ⎠⎥
⎢+ A' . 275. (510 − 60) ⎥
⎣ s ⎦
(A ) ' 2
s + 187554,13. As' − 191587681,9 = 0
diperoleh : As’ = 1016 mm2
( )
dan As’ = 2909,78 mm2
A − As' . f y
a=
s
Tinggi blok tegangan :
0,85. f c' . b
Konstruksi Beton Bertulang I 19
a=
( A s )
− As' . f y
=
(5608,7 − 2909,78).275 = 148,5 mm
0,85. f c' . b 0,85. 21. 280
fy 275
Regangan leleh : εy = = = 0,001375
Es 200.000
Hasil pengecekan regangan pada tulangan tekan dan tarik, kedua
tulangan telah leleh.
home
Jika garis netral jatuh pada bagian flens, maka analisis dapat
dilakukan sebagai balok persegi biasa dengan lebar “ b ”
Rasio tulangan seimbang dapat dihitung sbb :
f c' ⎛⎜ 600 ⎞
⎟
ρ b = 0,85. β1 . .⎜ ⎟
f y ⎝ 600 + f y ⎠
Jika ρ < ρb atau a < ab , maka baja tulangan tarik sudah leleh.
[
0,85. f a.bw + h f (b − bw ) = As . f y
c
'
]
As . f y . − 0,85. f c' .h f .(b − bw )
∴a= ...( 11- 4)
0,85. f c' . bw
dimana : bw = lebar web (badan) balok.
Resultan gaya tekan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Bagian segi-4 diatas web (badan) dan dua segi-4 kiri dan kanan
flens.
⎛ a⎞ ⎛ hf ⎞
M n = 0,85. f . a.bw .⎜ d − ⎟ + 0,85. f c . (b − bw ).h f .⎜⎜ d −
c
' '
⎟⎟
⎝ 2⎠ ⎝ 2 ⎠
dimana a , ditentukan dari pers. (11- 4) ...( 11- 5 )
Dari diagram regangan, dapat di-cek apakah tulangan tarik sudah
leleh atau belum.
Solusi :
1). Tebal flens, hf = 100 mm.
Asumsi baja tulangan tarik sudah leleh, fs = fy dan garis netral
berada pada flens.
As . f y 1935. 400
Tinggi blok tegangan : a = = = 53,53 mm
0,85. f c' . b 0,85..21.810
c = a/β1 = 53,53/0,85 = 62,98 mm < hf = 100 mm
⇒ Garis netral berada di flens. …ok!
As
bw
home
∴ a=
(A s − Asf ). f y
... ( 12- 2)
'
0,85. f c . bw
Disain dari Momen penampang, dapat dituliskan sbb :
⎡ ⎛ h f ⎞⎤
M u = φ ⎢ (As − Asf ). f y . ⎜ d − ⎟ + Asf . f y . ⎜⎜ d −
⎛ a⎞
⎟⎟⎥
⎣ ⎝ 2⎠ ⎝ 2 ⎠⎦
... ( 12- 3)
As
mulai ρ = b. d
bw, b, d, hf , fc, fy dan Mu
As . f y
c=
asumsi : c = hf
0,85 . f c' . b. β 1
diperoleh : a = β1.c
Mu c > hf Tidak,
sebagai
As = balok
⎛ a⎞
φ. f y .⎜ d − ⎟ Ya,
biasa
⎝ 2⎠
balok T
⎛ hf ⎞
(A − Asf ). f y
M u1 = φ Asf . f y . ⎜ d − ⎟
ab =
s
⎝ 2 ⎠ 0,85. f c' . bw
M u 2 = M u − M u1
(a − ab ) = 0 ya
tidak
⎛ f ' ⎛
600 ⎞ ⎞
ρw ⎜
≤ 0,75 0,85.β1 . .c ⎜ ⎟ + ρf ⎟
⎜ f ⎜ 600 + f ⎟ ⎟
⎝ y ⎝ y ⎠ ⎠
dimana : ρw = As/bw.d dan ρf = Asf/bw.d
home
Jenis II
Jenis IV
VR = φ.Vn ≥ Vu ......(13 – 2)
......(13 – 3)
......(13 – 4)
......(13 – 5)
......(13 - 6)
Sengkang tertutup
s s s
(b). Sengkang miring
Sengkang terbuka
Gbr.13- 5. Jenis-jenis tulangan geser
......(13 - 7)
......(13 - 9)
home
Ts
(+)
(+) (+)
(+)
Vt max
(+)
......(14 – 1)
......(14 – 2)
......(14 – 3)
......(14 – 4)
......(14 – 5)
......(14 – 6)
......(14 – 7)
......(14 – 8)
......(14 – 9)
......(14 – 10)
......(14 – 11)
......(14 – 12)
dimana :
bt : lebar bagian penampang yang dibatasi oleh
sengkang tertutup yang menahan puntir
Langkah 2 :
Torsi dapat φ. f ⎛ A 2 '
⎞
diabaikan jika : Tu < .⎜ cp c
⎟ ….(a)
12 ⎜⎝ p cp ⎟
⎠
Konstruksi Beton Bertulang I 22
Langkah 3 :
Check dimensi penampang balok, untuk penam-
pang solid : jika,
….(b)
….(c)
Langkah 4 :
Tentukan luas tulangan untuk momen lentur,
dan luas tulangan geser untuk geser vertikal.
Luas penulangan geser dapat dituliskan dalam
bentuk Av /s (luas tulangan geser per unit
panjang), sehingga dapat dikombinasikan
dengan luas tulangan geser yang dibutuhkan
untuk torsi.
Langkah 7 :
Check luas minimum tulangan sengkang :
….(h)
….(i)
⎛ At ⎞
Al = p h . ⎜ ⎟ ….(j)
⎝ s ⎠
….(k)
Langkah 9 :
Gabungkan tulangan longitudinal untuk torsi
dan tulangan lentur dan tentukan tulangan
U = 1,2D + 1,6L
= 20 kN/m’
l =3 m
d
Mu = ½.U.l2
Vu = 1/2 .20. 32
= 90 kNm
(-)
Mu
Beban merata U bekerja 200 mm
dari titik berat penampang.
Tu fc’ =25 MPa, dan fy = 400 MPa
⎛ 25 ⎞
, Vc = ⎜⎜ ⎟. 200.360 = 60 kN
⎟
⎝ 6 ⎠
Konstruksi Beton Bertulang I 32
Geser akibat beban luar : (sejarak d = 360 mm)
Dalam bentuk : At /s ,
At Av 0,036
= = 0,0445 mm 2 / mm
s 2s
Æ db = 1/24 . 75 mm = 3,125 mm
Gunakan 2 bh tulangan diameter 10 mm, As = 157 mm2 > 132 mm2
untuk tulangan bawah dan tengah
Untuk tulangan atas, tulangan longitudinal dan lentur
dikombinasikan dari As = 885,6 mm2 menjadi
As = 885,6 mm2 + 132 mm2 = 1017,6 mm2
2D10
3D22
Detail penulangan
2D10
2D10
200
Kesimpulan :
Tulangan Lentur + Torsi : 3D22
Tulangan geser : D10-100
Tulangan Torsi : 2D10 (bawah dan tengah)
home
Konstruksi Beton Bertulang I 38