Konstruksi Beton I 1
PERTEMUAN 1
Konstruksi Beton I 2
I.Pengantar Beton Bertulang
Secara umum dikenal 4 (empat) macam jenis
sistem konstruksi yang sering digunakan :
1. Konstruksi Kayu
2. Konstruksi Baja
3. Konstruksi Beton Bertulang
4. Konstruksi Beton Pratekan (Prategang)
Konstruksi Beton I 3
Konstruksi Beton Bertulang :
merupakan gabungan (kombinasi) dari
material beton dan material baja tulangan,
yang bersama-sama memikul beban-beban
yang bekerja pada struktur.
Konstruksi Beton I 4
Konstruksi Beton I 5
Concrete and Reinforced Concrete
P Neutral axis
Concrete
A
Section A-A
Steel bars
A
Konstruksi Beton I 11
Tujuan dari disain struktur :
⚫ Stiffness, Strength, Stability
⚫ Struktur harus dapat berfungsi dengan
baik pada kondisi beban-beban yang
bekerja selama masa layannya dan
mempunyai nilai ekonomis yang
bersaing.
Konstruksi Beton I 12
⚫ Daya layan yang baik : defleksi dan deformasi tidak
terlalu besar ( < deformasi ijin)
Konstruksi Beton I 1
II. Kriteria Disain, Pembebanan dan
Faktor Beban
a. Kriteria Disain :
Analisis maupun disain yang dilakukan harus
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada
dalam peraturan beton yang berlaku (SNI-2013).
Konstruksi Beton I 2
b. Perencanaan struktur
Dalam perencanaan struktur beton bertulang harus
dipenuhi syarat syarat berikut:
Konstruksi Beton I 3
c. Keamanan Struktur :
Struktur harus aman (kuat) terhadap beban atau
efek beban yang bekerja selama masa layan
(penggunaan) bangunan, seperti :
1. beban mati
2. beban hidup
3. beban gempa
4. beban angin
5. salju, dll.
Konstruksi Beton I 4
Bila intensitas dan efek beban yang bekerja pada struktur
diketahui dengan pasti, maka struktur dapat di- disain
aman dengan cara memberikan kapasitas kekuatan
yang sedikit lebih besar daripada efek beban. Tetapi
intensitas beban yang bekerja tsb sangat sulit ditentukan
dengan pasti (adanya ketidakpastian),spt : menetapkan
besarnya beban hidup atau beban gempa yang
bekerja.
Konstruksi Beton I 5
Untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian diatas
digunakanlah faktor keamanan atau angka keamanan
(safety factor), dengan kekuatan struktur dibuat sama
atau lebih besar dari perkalian antara angka keamanan
dengan beban kerja. Angka keamanan ini digunakan untuk
menjamin bahwa kapasitas struktur selalu lebih besar
daripada efek dan kombinasi beban yang bekerja.
Konstruksi Beton I 6
d. Pembebanan pada Struktur
Beban yang bekerja pada struktur dapat dibagi
dalam 3 (tiga) bagian :
Konstruksi Beton I 7
1. Beban mati (LD) :
merupakan beban yang intensitasnya tetap dan
posisinya tidak berubah selama usia bangunan.
Konstruksi Beton I 8
2. Beban hidup (LL) :
Beban angin yang digunakan dalam disain untuk
bangunan gedung tertutup atau tertutup sebagian tidak
boleh lebih kecil dari 0,77 kN/m2, dikalikan dengan
luas dinding bangunan gedung dan 0,38 kN/m2 luas
atap bangunan gedung yang terproyeksi pada bidang
vertikal tegak lurus terhadap arah angin yang
diasumsikan
SNI-1727-2013
Konstruksi Beton I 9
Contoh :
• lantai dan tangga rumah tinggal : 200 kg/m2
• lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko,
restoran, hotel dan asrama : 250 kg/m2
• lantai ruang olahraga : 400 kg/m2
• lantai ruang dansa : 500 kg/m2
• tangga, bordes tangga : 300 kg/m2
Konstruksi Beton I 10
3. Beban Akibat Pengaruh Alam
Berupa : beban angin, beban gempa, beban
tekanan tanah atau air, serta beban akibat
perbedaan suhu, beban salju/es.
Konstruksi Beton I 11
a. Beban Angin (W = wind load)
Besarnya kecepatan angin minimum adalah 25 kg/m2
(kondisi umum) dan untuk daerah pantai adalah 40 kg/m2,
kecuali bila terjadi kecepatan angin yang menimbulkan
tekanan lebih besar lagi.
P V 2 /16 [ kg/m2]
Konstruksi Beton I 12
b. Beban Gempa (E = Earthquake)
Beban gempa disebabkan oleh terjadinya gempa bumi (tektonik
atau vulkanik). Akibat gempa bumi akan terjadi percepatan tanah
(ground acceleration), yang menimbulkan gaya inersia internal
dengan arah horizontal. Besarnya gaya inersia horizontal ini
tergantung dari : massa bangunan, tinggi bangunan, intensitas
gerakan tanah, interaksi struktur thd tanah, dll.
(lihat : SNI-1726-2019).
Konstruksi Beton I 13
e. Faktor Beban :
Suatu struktur dapat dikatakan aman (kuat), apabila kapasitas
kekuatan (kuat rencana) lebih besar daripada berbagai
kombinasi efek beban yang bekerja.
Konstruksi Beton I 14
Prosedur dan asumsi dalam perencanaan serta besarnya
beban rencana mengikuti ketentuan berikut ini:
1. Ketentuan mengenai perencanaan dalam SNI-2847-2019 didasarkan
pada asumsi bahwa struktur direncanakan untuk memikul semua
beban kerjanya.
2. Beban kerja diambil berdasarkan SNI 03-1727--2020, Beban desain
minimum dan kriteria terkait untuk bangunan gedung dan struktur lain
dan penggantinya
3. Dalam perencanaan terhadap beban angin dan gempa, seluruh
bagian struktur yang membentuk kesatuan harus direncanakan
berdasarkan SNI-2847-2019 dan juga harus memenuhi SNI
03-1727--2020, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
rumah dan gedung atau penggantinya.
4. Harus pula diperhatikan pengaruh dari gaya prategang, beban kran,
vibrasi, kejut, susut, perubahan suhu, rangkak, perbedaan penurunan
fondasi, dan beban khusus lainnya yang mungkin bekerja.
Konstruksi Beton I 15
f. Ketentuan mengenai kekuatan
dan kemampuan layan (SNI-2847-
2019
Konstruksi Beton I 16
g. Kuat perlu (SNI-2847 2019, Pasal 5.3)
Konstruksi Beton I 17
5.3.3 Faktor beban pada beban hidup L dalam Pers.
(5.3.1c),(5.3.1d) dan (5.3.1e) diizinkan direduksi hingga 0,5
kecuali
untuk a), b) atau c):
a) Garasi
b) Luasan yang ditempati sebagai tempat berkumpul publik
c) Semua luasan dimana L lebih besar dari 4,8 kN/m2
Konstruksi Beton I 18
h. Kekuatan rencana (SNI-2847-2019, pasal 9.5)
9.5.1.1 Untuk setiap kombinasi bebanterfaktor yang
dipakai,
kekuatan desain di semua penampang harus memenuhi
ϕ
Sn ≥ U meliputi a) hingga d). Interaksi antara pengaruh
beban harus diperhitungkan.
a) ϕMn ≥ Mu
b) ϕVn ≥ Vu
c) ϕTn ≥ Tu
d) ϕPn ≥ Pu
Konstruksi Beton I 19
21.2 - Faktor reduksi kekuatan
untuk komponen beton struktural
dan sambungan
21.2.1 Faktor reduksi kekuatan ϕ
yang
digunakan dalam perancangan
harus
sesuai dengan Tabel 21.2.1, kecuali
yang
termodifikasi dalam 21.2.2, 21.2.3,
dan
21.2.4
Konstruksi Beton I 20
Konstruksi Beton I 21
Disain Komponen struktur thd Lentur
MR = . Mn Mu
dimana :
MR = Momen Rencana penampang lentur
Mn = Momen Nominal penampang lentur
Mu = Momen ultimate akibat beban terfaktor
= faktor reduksi kekuatan, = 0,90
Konstruksi Beton I 22
Disain Komponen Struktur thd Geser
VR = . Vn Vu
dimana :
VR = Geser Rencana penampang
Vn = Geser Nominal penampang
Vu = Geser Ultimate akibat beban terfaktor
= faktor reduksi kekuatan, = 0,75
Konstruksi Beton I 23
Disain Komponen Struktur thd Aksial
PR = . Pn Pu
dimana :
PR = Gaya aksial Rencana penampang
Pn = Gaya aksial Nominal penampang
Pu = Gaya aksial ultimate akibat beban terfaktor
= faktor reduksi kekuatan,
= 0,70 (tulangan spiral)
= 0,65 (tulangan lainnya)
Konstruksi Beton I 1
III. Dasar-dasar Analisis dan Disain
Konstruksi Beton I 2
Konstruksi Beton I 3
Konstruksi Beton I 4
Konstruksi Beton I 5
- -- - - - - - - - - - - - - .-· - - ------- - _.
. ---- •-- J• I I I . - L
Konstruksi Beton I 7
Teori Elastis (Teori Beban Kerja)
Penampang suatu elemen struktur di-disain berdasarkan
asumsi hubungan tegangan-regangan yang linier dimana
tegangan yang terjadi pada baja tulangan dan beton tidak
melewati tegangan yang diijinkan.
Tegangan ijin ditetapkan
dari tegangan leleh
material untuk baja dan
Garis netral tegangan hancur untuk
beton dibagi dengan nilai
faktor keamanan
tertentu.
regangan
tegangan
Konstruksi Beton I 8
Kriteria Disain :
.....(3.1)
dimana :
= Tegangan yang bekerja akibat beban yang bekerja
dimana :
max
SF
SF = Safety Factor/Angka Keamanan : 1,5
Konstruksi Beton I 9
Teori Ultimate (Teori Kekuatan Batas)
Dalam teori ultimate (kekuatan batas), penampang suatu
elemen struktur di-disain dengan memperhitungkan tegangan
yang tidak linier untuk mencapai tegangan batasnya
(maksimum).
0,85.fc’
Tegangan batas
C (ultimate) diperoleh
saat beban batas
Garis netral jd yaitu beban yang
bekerja di-kali-kan
T Mn dengan faktor
regangan pembebanannya.
tegangan
Konstruksi Beton I 10
Kriteria Disain : (untuk lentur)
MR = . Mn Mu .....(3.2)
dimana :
MR = Momen Rencana penampang lentur
Mn = Momen Nominal/Maksimum penampang lentur
= C. jd = T. jd
Mu = Momen ultimate akibat beban terfaktor
= 1,2 MD + 1,6 ML
= faktor reduksi kekuatan, = 0,80
Konstruksi Beton I 11
Sistem Struktur Beton Bertulang :
a. Sistem Portal
b. Dinding Geser (Shear Wall) dan Portal
c. Sistem Tabung Sebagian ( Partial Tubular system)
d. Sistem Tabung (Tubular system)
Konstruksi Beton I 12
Gbr.1. Sistem struktur dari bangunan tinggi
Konstruksi Beton I 13
Gbr.2. Denah dari beberapa sistem struktur bangunan tinggi
Konstruksi Beton I 14
a. braced tube system b. framed tube system c. cross bracing system
Konstruksi Beton I 1
IV. Material Beton dan Baja
4.1 Beberapa definisi
a. beton
campuran antara semen portland atau semen hidraulik
yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan
atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa
padat
b. beton bertulang
beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum,yang disyaratkan
dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan
berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja
bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja
Konstruksi Beton I 2
c. beton-normal
beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m3 sampai
2500 kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang
dipecah atau tanpa dipecah
d. beton polos
beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi
kurang dari ketentuan minimum
e. beton pracetak
elemen atau komponen beton tanpa atau dengan
tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit
menjadi bangunan
Konstruksi Beton I 3
f. kuat tekan beton yang disyaratkan ( fc’)
kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur
(benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm), untuk dipakai dalam perencanaan
struktur beton, dinyatakan dalam satuan MPa.
g. kuat tarik belah ( fct )
kuat tarik beton yang ditentukan berdasarkan kuat tekan-
belah silinder beton yang ditekan pada sisi panjangnya
h. modulus elastisitas ( E )
rasio tegangan normal tarik atau tekan terhadap regangan
yang timbul akibat tegangan tersebut. Nilai rasio ini berlaku
untuk tegangan di bawah batas proporsional material.
Konstruksi Beton I 4
i. tulangan
batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau
berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik
pada komponen struktur beton, tidak termasuk tendon
prategang,kecuali bila secara khusus diikut sertakan
j. tulangan polos
batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak
bersirip dan tidak berukir
k. tulangan ulir
batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi
bersirip atau berukir
Konstruksi Beton I 5
Cement vs. Concrete
2. Pengaruh lingkungan
Beton yang akan mengalami pengaruh lingkungan seperti
yang diberikan pada Tabel 1 harus memenuhi rasio air-
semen dan persyaratan kuat tekan karakteristik beton yang
ditetapkan pada tabel tersebut.
Konstruksi Beton I 8
Konstruksi Beton I 9
3. Pengaruh lingkungan yang mengandung sulfat
Konstruksi Beton I 10
4. Perlindungan tulangan terhadap korosi
Untuk perlindungan tulangan di dalam beton terhadap korosi,
konsentrasi ion klorida maksimum yang dapat larut dalam air
pada beton keras umur 28 hingga 42 hari tidak boleh melebihi
batasan yang diberikan pada Tabel 3.
Konstruksi Beton I 11
4.3. Kualitas, pencampuran, dan pengecoran
Konstruksi Beton I 12
Concrete
Concrete
Concrete
4.4. Pemilihan proporsi campuran beton
Konstruksi Beton I 16
c. Kuat rata-rata perlu
(1) Kuat tekan rata-rata perlu f’cr yang digunakan sebagai
dasar pemilihan proporsi campuran beton harus diambil
sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 atau persamaan 2
dengan nilai deviasi standar (s ) yang sesuai
Konstruksi Beton I 17
Konstruksi Beton I 18
Konstruksi Beton I 19
4.5. Baja tulangan
1) Baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir, kecuali
baja polos diperkenankan untuk tulangan spiral atau
tendon.
Tulangan yang terdiri dari profil baja struktural, pipa baja,
atau tabung baja dapat digunakan sesuai dengan
persyaratan pada tata cara ini.
Konstruksi Beton I 20
Steel Reinforcement
Konstruksi Beton I 21
Diameter Tulangan Baja
Konstruksi Beton I 22
4.6. Modulus Elastisitas
Konstruksi Beton I 23
Konstruksi Beton I 24
Modulus elastisitas (SNI-2847-2019)
Konstruksi Beton I 25
Konstruksi Beton I 26
Konstruksi Beton I 27
Tension Splitting Test (Concrete)
Tension Splitting Test (Concrete)
Konstruksi Beton I 30
Konstruksi Beton I 32
Konstruksi Beton I 33
Konstruksi Beton I 34
Konstruksi Beton I 35
Konstruksi Beton I 36
Konstruksi Beton I 37
Steel Load - Displacement Curves
Konstruksi Beton I 38
Konstruksi Beton I 39
Konstruksi Beton I 40
Konstruksi Beton I 41
home
Konstruksi Beton I 42
FRP Reinforcement
High Strength Concrete
Stress - Strain Curves (Concrete)
PERTEMUAN KE 5
2. Lintang/Geser
Nilai parameter k1, k2, k3 dan beton diberikan pada tabel berikut :
Besarnya tegangan
pada penampang
ekivalen menjadi :
0,85.fc’
dan tingginya
adalah a,
dimana :
untuk fc’ 30 MPa
a/c = 1 = 0,85
M n T. jd C. jd ...(6.4)
Resultan gaya pada baja tulangan pada As.fy akan tetap sama,
meskipun ada penambahan beban
s
d c d c
; s 0,003. ...(6.8)
0,003 c c
0,003.Es
cb .d ...(6.14)
0,003.E f y
...(6.15)
dimana : b = As/b.d
0,85. f c' .a b
Untuk keruntuhan seimbang : b ...(6.17)
f y .d
Subsitusi pers. (6.15) kedalam pers. (6.17), diperoleh :
0,85.21
.a 2 a.460 0,85.460 2 0
0,003.200000.0,04438
a 2 686,21176.a 268308,8013 0
f s 0,003.
1.d a . E 245,25 MPa f 280 MPa
s y
a
Kapasitas Momen Nominal Penampang :
M 0,85. f ' .a.b (d 0,5.a)
n c
fc
0,036946.280
M n 0,036946.250.460 .280 1 0,59.
2
21
388.192.090 N.mm 388,192 kN.m
home