Anda di halaman 1dari 138

Konstruksi Beton Bertulang I

Konstruksi Beton I 1
PERTEMUAN 1

Pengantar Beton Bertulang

Konstruksi Beton I 2
I.Pengantar Beton Bertulang
Secara umum dikenal 4 (empat) macam jenis
sistem konstruksi yang sering digunakan :

1. Konstruksi Kayu
2. Konstruksi Baja
3. Konstruksi Beton Bertulang
4. Konstruksi Beton Pratekan (Prategang)

Konstruksi Beton I 3
Konstruksi Beton Bertulang :
merupakan gabungan (kombinasi) dari
material beton dan material baja tulangan,
yang bersama-sama memikul beban-beban
yang bekerja pada struktur.

Pada elemen struktur atau struktur secara


menyeluruh
Beban luar → Gaya dalam

Konstruksi Beton I 4
Konstruksi Beton I 5
Concrete and Reinforced Concrete

P Neutral axis
Concrete
A

compression zone Steel bars


tension zone

Section A-A
Steel bars
A

Steel bars: embedded in concrete (reinforcing) provide


tensile strength for the beam (reinforced
concrete structures).
Tensile strength of concrete is about fc’/10.
Tensile strength of steel is around 250 MPa – 800 MPa
Konstruksi Beton I 7
Konstruksi Beton I 8
Konstruksi Beton I 9
Elemen-elemen struktur
pada konstruksi beton bertulang :
⚫ BALOK
⚫ KOLOM
⚫ SISTEM PELAT
⚫ PONDASI
⚫ TANGGA
⚫ DINDING (BILA PERLU)
Konstruksi Beton I 10
Langkah/proses analisis dan disain
struktur bangunan yang umum dilakukan :

⚫ Pemodelan sistem struktur untuk analisis struktur


⚫ Preliminary disain/disain awal dimensi elemen
struktur
⚫ Penetapan beban-beban yang bekerja dan
kombinasi pembebanannya
⚫ Analisis struktur untuk menentukan gaya-gaya
dalam yang bekerja pada setiap elemen struktur
⚫ Analisis dan disain dari setiap elemen struktur
sesuai dengan kriteria disain yang diinginankan

Konstruksi Beton I 11
Tujuan dari disain struktur :
⚫ Stiffness, Strength, Stability
⚫ Struktur harus dapat berfungsi dengan
baik pada kondisi beban-beban yang
bekerja selama masa layannya dan
mempunyai nilai ekonomis yang
bersaing.

Konstruksi Beton I 12
⚫ Daya layan yang baik : defleksi dan deformasi tidak
terlalu besar ( < deformasi ijin)

⚫ Kekuatan yang cukup : struktur mampu menahan


beban puncak (maksimum) selama usia bangunan.
Struktur harus mempunyai perilaku daktail dalam
memikul beban-beban luar, terutama untuk struktur
yang direncanakan memikul beban gempa kuat.

⚫ Fungsi : unsur estetika dan pemanfaatan bangunan


harus dipenuh

⚫ Ekonomis : biaya konstruksi yang meliputi biaya


struktur dan pondasi, arsitektur/finishing, elektrikal &
mekanikal, plumbing, dll, dilakukan se-ekonomis
mungkin tanpa mengabaikan aspek-aspek teknis
maupun spesikasi yang disyaratkan.

Konstruksi Beton I home 13


PERTEMUAN 2

Kriteria Disain, Pembebanan dan


Faktor Beban

Konstruksi Beton I 1
II. Kriteria Disain, Pembebanan dan
Faktor Beban
a. Kriteria Disain :
Analisis maupun disain yang dilakukan harus
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada
dalam peraturan beton yang berlaku (SNI-2013).

Secara garis besar struktur bangunan harus


memenuhi kriteria berikut :
1. Kuat (aman) →Tegangan
2. Kaku → Deformasi
3. Stabil →Tekuk
4. Ekonomis

Konstruksi Beton I 2
b. Perencanaan struktur
Dalam perencanaan struktur beton bertulang harus
dipenuhi syarat syarat berikut:

1. Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara


mekanika teknik yang baku.
2. Analisis dengan komputer, harus disertai dengan
penjelasan mengenai prinsip cara kerja program, data
masukan serta penjelasan mengenai data keluaran.
3. Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk
menunjang analisis teoritis.
4. Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model
matematis yang mensimulasikan keadaan struktur yang
sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan kekakuan
unsur unsurnya.

Konstruksi Beton I 3
c. Keamanan Struktur :
Struktur harus aman (kuat) terhadap beban atau
efek beban yang bekerja selama masa layan
(penggunaan) bangunan, seperti :

1. beban mati
2. beban hidup
3. beban gempa
4. beban angin
5. salju, dll.

Konstruksi Beton I 4
Bila intensitas dan efek beban yang bekerja pada struktur
diketahui dengan pasti, maka struktur dapat di- disain
aman dengan cara memberikan kapasitas kekuatan
yang sedikit lebih besar daripada efek beban. Tetapi
intensitas beban yang bekerja tsb sangat sulit ditentukan
dengan pasti (adanya ketidakpastian),spt : menetapkan
besarnya beban hidup atau beban gempa yang
bekerja.

Ketidakpastian juga terjadi dalam hal menentukan


kekuatan elemen dari struktur yang menahan beban tsb,
yang dapat disebabkan oleh berbagai hal spt :

- mutu material beton yang tidak seragam,


- pelaksanaan yang kurang baik,
- variasi dari elemen-elemen struktur.

Konstruksi Beton I 5
Untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian diatas
digunakanlah faktor keamanan atau angka keamanan
(safety factor), dengan kekuatan struktur dibuat sama
atau lebih besar dari perkalian antara angka keamanan
dengan beban kerja. Angka keamanan ini digunakan untuk
menjamin bahwa kapasitas struktur selalu lebih besar
daripada efek dan kombinasi beban yang bekerja.

Angka keamanan dalam SNI-2013 terbagi dalam 2 (dua)


bagian yaitu :

1. faktor keamanan untuk beban (faktor beban)


yang bekerja
2. faktor reduksi kekuatan dari elemen struktur

Konstruksi Beton I 6
d. Pembebanan pada Struktur
Beban yang bekerja pada struktur dapat dibagi
dalam 3 (tiga) bagian :

1. beban mati (DL = dead load)


2. beban hidup (LL = live load)
3. beban akibat pengaruh alam :
a. beban angin (W)
b. beban gempa (E)
c. beban tekanan tanah (H)
d. beban akibat perbedaan suhu (T)

Konstruksi Beton I 7
1. Beban mati (LD) :
merupakan beban yang intensitasnya tetap dan
posisinya tidak berubah selama usia bangunan.

berupa berat sendiri dari suatu bangunan, spt :


berat dinding, lantai, balok-balok, kolom,
plafond, dlsb.

Beban mati dari bangunan ini dapat dihitung secara


akurat berdasarkan ukuran, bentuk dan berat jenis
materialnya.

Konstruksi Beton I 8
2. Beban hidup (LL) :
Beban angin yang digunakan dalam disain untuk
bangunan gedung tertutup atau tertutup sebagian tidak
boleh lebih kecil dari 0,77 kN/m2, dikalikan dengan
luas dinding bangunan gedung dan 0,38 kN/m2 luas
atap bangunan gedung yang terproyeksi pada bidang
vertikal tegak lurus terhadap arah angin yang
diasumsikan

SNI-1727-2013

Konstruksi Beton I 9
Contoh :
• lantai dan tangga rumah tinggal : 200 kg/m2
• lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko,
restoran, hotel dan asrama : 250 kg/m2
• lantai ruang olahraga : 400 kg/m2
• lantai ruang dansa : 500 kg/m2
• tangga, bordes tangga : 300 kg/m2

Konstruksi Beton I 10
3. Beban Akibat Pengaruh Alam
Berupa : beban angin, beban gempa, beban
tekanan tanah atau air, serta beban akibat
perbedaan suhu, beban salju/es.

Besarnya beban-beban ini tergantung dari


lokasi dari bangunan, spt : daerah rawan gempa
(tergantung daerah gempa), daerah pantai dlsb.

Konstruksi Beton I 11
a. Beban Angin (W = wind load)
Besarnya kecepatan angin minimum adalah 25 kg/m2
(kondisi umum) dan untuk daerah pantai adalah 40 kg/m2,
kecuali bila terjadi kecepatan angin yang menimbulkan
tekanan lebih besar lagi.

Tekanan tiup angin dapat dihitung sbb :

P  V 2 /16 [ kg/m2]

dimana : V = kecepatan angin, [ m/detik]

Konstruksi Beton I 12
b. Beban Gempa (E = Earthquake)
Beban gempa disebabkan oleh terjadinya gempa bumi (tektonik
atau vulkanik). Akibat gempa bumi akan terjadi percepatan tanah
(ground acceleration), yang menimbulkan gaya inersia internal
dengan arah horizontal. Besarnya gaya inersia horizontal ini
tergantung dari : massa bangunan, tinggi bangunan, intensitas
gerakan tanah, interaksi struktur thd tanah, dll.

Ada 3 (tiga) metoda yang dapat digunakan untuk analisa struktur


akibat beban gempa :
1. Metoda Statik Ekivalen
2. Metoda Spektrum Respons
3. Metoda Riwayat Waktu

(lihat : SNI-1726-2019).

Konstruksi Beton I 13
e. Faktor Beban :
 Suatu struktur dapat dikatakan aman (kuat), apabila kapasitas
kekuatan (kuat rencana) lebih besar daripada berbagai
kombinasi efek beban yang bekerja.

 Kuat rencana (design strength) : merupakan besarnya kuat


nominal dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan () yang
lebih kecil dari 1.
 Kuat nominal : merupakan kekuatan maksimum teoritis
bahan.
 Kuat perlu : merupakan kekuatan suatu komponen struktur
yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor dengan
berbagai kombinasi efek beban.

 Apabila kuat rencana ≥ kuat perlu …… struktur kuat


(aman)

Konstruksi Beton I 14
Prosedur dan asumsi dalam perencanaan serta besarnya
beban rencana mengikuti ketentuan berikut ini:
1. Ketentuan mengenai perencanaan dalam SNI-2847-2019 didasarkan
pada asumsi bahwa struktur direncanakan untuk memikul semua
beban kerjanya.
2. Beban kerja diambil berdasarkan SNI 03-1727--2020, Beban desain
minimum dan kriteria terkait untuk bangunan gedung dan struktur lain
dan penggantinya
3. Dalam perencanaan terhadap beban angin dan gempa, seluruh
bagian struktur yang membentuk kesatuan harus direncanakan
berdasarkan SNI-2847-2019 dan juga harus memenuhi SNI
03-1727--2020, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
rumah dan gedung atau penggantinya.
4. Harus pula diperhatikan pengaruh dari gaya prategang, beban kran,
vibrasi, kejut, susut, perubahan suhu, rangkak, perbedaan penurunan
fondasi, dan beban khusus lainnya yang mungkin bekerja.

Konstruksi Beton I 15
f. Ketentuan mengenai kekuatan
dan kemampuan layan (SNI-2847-
2019

1)Struktur dan komponen struktur harus direncanakan


hingga semua penampang mempunyai kuat rencana
minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung
berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang
sesuai dengan ketentuan SNI-2847-2019
2)Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan
lain
yang tercantum dalam SNI-2847-2019 untuk menjamin
tercapainya perilaku struktur yang cukup baik pada
tingkat beban kerja.

Konstruksi Beton I 16
g. Kuat perlu (SNI-2847 2019, Pasal 5.3)

5.3.1 Kekuatan perlu U harus paling tidaksama dengan


pengaruh beban terfaktor dalam Tabel 5.3.1

Konstruksi Beton I 17
5.3.3 Faktor beban pada beban hidup L dalam Pers.
(5.3.1c),(5.3.1d) dan (5.3.1e) diizinkan direduksi hingga 0,5
kecuali
untuk a), b) atau c):
a) Garasi
b) Luasan yang ditempati sebagai tempat berkumpul publik
c) Semua luasan dimana L lebih besar dari 4,8 kN/m2

5.3.5 Bila W didasarkan pada beban angin tingkat layan,


1,6W
harus digunakan sebagai pengganti dari 1,0W dalam Pers.
(5.3.1d) dan(5.3.1f), dan 0,8W harus digunakan sebagai
pengganti dari 0,5W dalam Pers. (5.3.1c).

Konstruksi Beton I 18
h. Kekuatan rencana (SNI-2847-2019, pasal 9.5)
9.5.1.1 Untuk setiap kombinasi bebanterfaktor yang
dipakai,
kekuatan desain di semua penampang harus memenuhi
ϕ
Sn ≥ U meliputi a) hingga d). Interaksi antara pengaruh
beban harus diperhitungkan.
a) ϕMn ≥ Mu
b) ϕVn ≥ Vu
c) ϕTn ≥ Tu
d) ϕPn ≥ Pu

Konstruksi Beton I 19
21.2 - Faktor reduksi kekuatan
untuk komponen beton struktural
dan sambungan
21.2.1 Faktor reduksi kekuatan ϕ
yang
digunakan dalam perancangan
harus
sesuai dengan Tabel 21.2.1, kecuali
yang
termodifikasi dalam 21.2.2, 21.2.3,
dan
21.2.4

Konstruksi Beton I 20
Konstruksi Beton I 21
Disain Komponen struktur thd Lentur

MR = . Mn  Mu
dimana :
MR = Momen Rencana penampang lentur
Mn = Momen Nominal penampang lentur
Mu = Momen ultimate akibat beban terfaktor
 = faktor reduksi kekuatan,  = 0,90

Konstruksi Beton I 22
Disain Komponen Struktur thd Geser

VR = . Vn  Vu
dimana :
VR = Geser Rencana penampang
Vn = Geser Nominal penampang
Vu = Geser Ultimate akibat beban terfaktor
 = faktor reduksi kekuatan,  = 0,75

Konstruksi Beton I 23
Disain Komponen Struktur thd Aksial

PR = . Pn  Pu
dimana :
PR = Gaya aksial Rencana penampang
Pn = Gaya aksial Nominal penampang
Pu = Gaya aksial ultimate akibat beban terfaktor
 = faktor reduksi kekuatan,
 = 0,70 (tulangan spiral)
 = 0,65 (tulangan lainnya)

Konstruksi Beton I home 26


Disain Komponen Struktur thd TORSI

Konstruksi Beton I home 26


PERTEMUAN 3

Dasar-dasar Analisis dan Disain

Konstruksi Beton I 1
III. Dasar-dasar Analisis dan Disain

Secara umum dalam perencanaan konstruksi


beton bertulang dapat dilakukan dengan 2 (dua)
cara :

1. Teori Tegangan Kerja ( ELASTIS )


2. Teori Kekuatan Batas ( ULTIMATE )

Konstruksi Beton I 2
Konstruksi Beton I 3
Konstruksi Beton I 4
Konstruksi Beton I 5
- -- - - - - - - - - - - - - .-· - - ------- - _.
. ---- •-- J• I I I . - L
Konstruksi Beton I 7
Teori Elastis (Teori Beban Kerja)
Penampang suatu elemen struktur di-disain berdasarkan
asumsi hubungan tegangan-regangan yang linier dimana
tegangan yang terjadi pada baja tulangan dan beton tidak
melewati tegangan yang diijinkan.

Tegangan ijin ditetapkan
dari tegangan leleh
material untuk baja dan
Garis netral tegangan hancur untuk
beton dibagi dengan nilai
faktor keamanan
tertentu.
regangan
tegangan

Konstruksi Beton I 8

Kriteria Disain :

 .....(3.1)

dimana :
 = Tegangan yang bekerja akibat beban yang bekerja

 = Tegangan yang diijinkan,

dimana :

  max
SF
SF = Safety Factor/Angka Keamanan : 1,5

Konstruksi Beton I 9
Teori Ultimate (Teori Kekuatan Batas)
Dalam teori ultimate (kekuatan batas), penampang suatu
elemen struktur di-disain dengan memperhitungkan tegangan
yang tidak linier untuk mencapai tegangan batasnya
(maksimum).
0,85.fc’
Tegangan batas
C (ultimate) diperoleh
saat beban batas
Garis netral jd yaitu beban yang
bekerja di-kali-kan
T Mn dengan faktor
regangan pembebanannya.
tegangan

Konstruksi Beton I 10
Kriteria Disain : (untuk lentur)

MR = . Mn  Mu .....(3.2)

dimana :
MR = Momen Rencana penampang lentur
Mn = Momen Nominal/Maksimum penampang lentur
= C. jd = T. jd
Mu = Momen ultimate akibat beban terfaktor
= 1,2 MD + 1,6 ML
 = faktor reduksi kekuatan,  = 0,80

Faktor beban : 1,2 dan 1,6

Konstruksi Beton I 11
Sistem Struktur Beton Bertulang :

Beberapa jenis struktur beton bertulang yang umum


digunakan :

a. Sistem Portal
b. Dinding Geser (Shear Wall) dan Portal
c. Sistem Tabung Sebagian ( Partial Tubular system)
d. Sistem Tabung (Tubular system)

Konstruksi Beton I 12
Gbr.1. Sistem struktur dari bangunan tinggi

Konstruksi Beton I 13
Gbr.2. Denah dari beberapa sistem struktur bangunan tinggi

Konstruksi Beton I 14
a. braced tube system b. framed tube system c. cross bracing system

Konstruksi Beton I home 15


PERTEMUAN KE 4

Material Beton dan Baja

Konstruksi Beton I 1
IV. Material Beton dan Baja
4.1 Beberapa definisi
a. beton
campuran antara semen portland atau semen hidraulik
yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan
atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa
padat
b. beton bertulang
beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum,yang disyaratkan
dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan
berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja
bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja

Konstruksi Beton I 2
c. beton-normal
beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m3 sampai
2500 kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang
dipecah atau tanpa dipecah

d. beton polos
beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi
kurang dari ketentuan minimum

e. beton pracetak
elemen atau komponen beton tanpa atau dengan
tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit
menjadi bangunan

Konstruksi Beton I 3
f. kuat tekan beton yang disyaratkan ( fc’)
kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur
(benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm), untuk dipakai dalam perencanaan
struktur beton, dinyatakan dalam satuan MPa.
g. kuat tarik belah ( fct )
kuat tarik beton yang ditentukan berdasarkan kuat tekan-
belah silinder beton yang ditekan pada sisi panjangnya
h. modulus elastisitas ( E )
rasio tegangan normal tarik atau tekan terhadap regangan
yang timbul akibat tegangan tersebut. Nilai rasio ini berlaku
untuk tegangan di bawah batas proporsional material.

Konstruksi Beton I 4
i. tulangan
batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau
berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik
pada komponen struktur beton, tidak termasuk tendon
prategang,kecuali bila secara khusus diikut sertakan

j. tulangan polos
batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak
bersirip dan tidak berukir

k. tulangan ulir
batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi
bersirip atau berukir

Konstruksi Beton I 5
Cement vs. Concrete

• Cement and concrete, are not


the same thing.
• Cement is one ingredient – the
critical ingredient – in concrete.

• Cement is the binding agent, comprising on average between 7


and 15% of the concrete mix, depending on application.
• Concrete is second only water in volume of consumption and is an
essential product in meeting societal requirements for housing and
infrastructure.
Cement vs. Concrete
4.2. Persyaratan keawetan beton
1 Rasio air - semen
Rasio air-semen harus dihitung menggunakan berat semen,
sesuai dengan ASTM C 150, ASTM C 595 M, atau ASTM C 845,
ditambah dengan berat abu terbang dan bahan pozzolan lainnya
sesuai dengan ASTM C 618, kerak sesuai dengan ASTM C 989,
dan silica fume sesuai dengan ASTM C 1240.

2. Pengaruh lingkungan
Beton yang akan mengalami pengaruh lingkungan seperti
yang diberikan pada Tabel 1 harus memenuhi rasio air-
semen dan persyaratan kuat tekan karakteristik beton yang
ditetapkan pada tabel tersebut.

Konstruksi Beton I 8
Konstruksi Beton I 9
3. Pengaruh lingkungan yang mengandung sulfat

Konstruksi Beton I 10
4. Perlindungan tulangan terhadap korosi
Untuk perlindungan tulangan di dalam beton terhadap korosi,
konsentrasi ion klorida maksimum yang dapat larut dalam air
pada beton keras umur 28 hingga 42 hari tidak boleh melebihi
batasan yang diberikan pada Tabel 3.

Konstruksi Beton I 11
4.3. Kualitas, pencampuran, dan pengecoran

a.Beton harus dirancang sedemikian hingga menghasilkan kuat


tekan rata-rata seperti yang disyaratkan dan juga harus memenuhi
kriteria keawetan. Frekuensi nilai kuat tekan rata-rata yang jatuh di
bawah nilai fc’ haruslah sekecil mungkin. Selain itu, nilai fc’ yang
digunakan pada bangunan yang direncanakan sesuai dengan
aturan-aturan dalam tata cara ini, tidak boleh kurang daripada
17,5 MPa.
b. Ketentuan untuk nilai fc’ harus didasarkan pada uji silinder yang
dibuat dan diuji sebagaimana yang dipersyaratkan.
c.Kecuali ditentukan lain, maka penentuan nilai fc’ harus didasarkan
pada pengujian beton yang telah berumur 28 hari. Bila umur beton
yang digunakan untuk pengujian bukan 28 hari,maka umur beton
untuk pengujian tersebut harus sesuai dengan yang ditentukan pada
gambar rencana atau spesifikasi teknis.

Konstruksi Beton I 12
Concrete
Concrete
Concrete
4.4. Pemilihan proporsi campuran beton

a. Proporsi material untuk campuran beton harus ditentukan


untuk menghasilkan sifat- sifat :
(1) Kelecakan dan konsistensi yang menjadikan beton mudah
dicor ke dalam cetakan dan ke celah di sekeliling tulangan
dengan berbagai kondisi pelaksanaan pengecoran yang
harus dilakukan, tanpa terjadinya segregasi atau bleeding
yang berlebih.
(2) Ketahanan terhadap pengaruh lingkungan yang
disyaratkan
(3) Sesuai dengan persyaratan uji kekuatan.

b. Untuk setiap campuran beton yang berbeda, baik dari aspek


material yang digunakan ataupun proporsi campurannya,
harus dilakukan pengujian

Konstruksi Beton I 16
c. Kuat rata-rata perlu
(1) Kuat tekan rata-rata perlu f’cr yang digunakan sebagai
dasar pemilihan proporsi campuran beton harus diambil
sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 atau persamaan 2
dengan nilai deviasi standar (s ) yang sesuai

Konstruksi Beton I 17
Konstruksi Beton I 18
Konstruksi Beton I 19
4.5. Baja tulangan
1) Baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir, kecuali
baja polos diperkenankan untuk tulangan spiral atau
tendon.
Tulangan yang terdiri dari profil baja struktural, pipa baja,
atau tabung baja dapat digunakan sesuai dengan
persyaratan pada tata cara ini.

2) Baja tulangan ulir dengan spesifikasi kuat leleh fy


melebihi 400 MPa boleh digunakan, selama fy adalah
nilai tegangan pada regangan 0,35 %.

Konstruksi Beton I 20
Steel Reinforcement

Konstruksi Beton I 21
Diameter Tulangan Baja

Konstruksi Beton I 22
4.6. Modulus Elastisitas

Konstruksi Beton I 23
Konstruksi Beton I 24
Modulus elastisitas (SNI-2847-2019)

Nilai modulus elastisitas beton, baja tulangan, dan tendon ditentukan


sebagai berikut:

Konstruksi Beton I 25
Konstruksi Beton I 26
Konstruksi Beton I 27
Tension Splitting Test (Concrete)
Tension Splitting Test (Concrete)
Konstruksi Beton I 30
Konstruksi Beton I 32
Konstruksi Beton I 33
Konstruksi Beton I 34
Konstruksi Beton I 35
Konstruksi Beton I 36
Konstruksi Beton I 37
Steel Load - Displacement Curves

Konstruksi Beton I 38
Konstruksi Beton I 39
Konstruksi Beton I 40
Konstruksi Beton I 41
home

Konstruksi Beton I 42
FRP Reinforcement
High Strength Concrete
Stress - Strain Curves (Concrete)
PERTEMUAN KE 5

Analisis dan Disain Penampang Balok


terhadap Lentur

Konstruksi Beton Bertulang I 1


V. ANALISIS DAN DISAIN BALOK
1. Elemen Struktur Balok
a. Simple Beam ( Balok sederhana)
b. Continous Beam (Balok menerus)
c. Balok dengan tumpuan jepit-jepit
Gaya – gaya dalam yang bekerja pada balok :
(akibat kombinasi beban yang bekerja)
1. Momen lentur
Pada Tumpuan : Momen Negatif ( M - )
Pada Lapanga : Momen Positif ( M + )

2. Lintang/Geser

Konstruksi Beton Bertulang I 2


Gbr.5-1. Keruntuhan pada balok beton bertulang dengan variasi
panjang bentang

Konstruksi Beton Bertulang I 3


Gbr.5-2. Beberapa variasi penulangan pada balok menerus

Konstruksi Beton Bertulang I 4


a. Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu arah
bila lendutan tidak dihitung

Konstruksi Beton Bertulang I 5


b. Pelindung beton untuk tulangan
Untuk beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus
disediakan untuk tulangan harus memenuhi ketentuan berikut:

Konstruksi Beton Bertulang I 6


c. Batasan spasi tulangan :

1. Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama,


tidak boleh kurang dari db ataupun 25 mm.

2. Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis


atau lebih, tulangan pada lapis atas harus diletakkan tepat
di atas tulangan di bawahnya dengan spasi bersih antar
lapisan tidak boleh kurang dari 25 mm.

3. Pada komponen struktur tekan yang diberi tulangan spiral


atau sengkang pengikat, jarak bersih antar tulangan
longitudinal tidak boleh kurang dari 1,5db ataupun 40 mm.

Konstruksi Beton Bertulang I 7


5.2 Teori dasar pada Balok Lentur

a. Asumsi yang digunakan :

Ada 4 (empat) asumsi dasar yang diambil dalam


teori balok lentur :
1. Penampang tetap rata sebelum dan sesudah
lentur
2. Kurva tegangan-regangan baja diketahui
3. Kuat tarik dari beton diabaikan
4. Kurva tegangan-regangan beton, besar dan
distribusinya diketahui.

Konstruksi Beton Bertulang I 8


Asumsi pertama, merupakan prinsip Bernoulli, dimana
regangan longitudinal pada beton dan baja pada setiap titik
pada penampang proporsional terhadap jaraknya ke garis
netral.

Asumsi kedua, menyatakan bahwa kurva tegangan-


regangan baja diketahui dengan baik.
 Digunakan tegangan-regangan bi-linear.

Asumsi ketiga, karena nilai kuat tarik beton dibawah garis


netral kecil, sehingga dapat diabaikan.

Asumsi keempat, kurva tegangan beton diambil pada


kondisi yang memberikan distribusi tegangan maksimum

Konstruksi Beton Bertulang I 9


Gbr. 5-3. Distribusi regangan dan tegangan pada penampang
sesuai dengan peningkatan beban sampai tegangan maksimum

(a). Elemen balok (b). Distribusi tegangan tekan


yang berhubungan dengan
regangan a, b, c dan d

Konstruksi Beton Bertulang I 10


Gbr. 5-4. Distribusi tegangan maksimum pada daerah tekan
dari penampang balok persegi.

(a). Distribusi aktual ; (b) distribusi ekivalen segi-empat

Konstruksi Beton Bertulang I 11


Total gaya tekan pada beton adalah : C  k1 .k 3 . f c' .b.c

Lengan momen internal adalah : (d  k


dimana : c = kedalaman/tinggi garis netral

Nilai parameter k1, k2, k3 dan  beton diberikan pada tabel berikut :

Konstruksi Beton Bertulang I 12


b. Blok Tegangan Segi-empat Ekivalen :
Untuk keperluan praktis diusulkan untuk mengganti blok tegangan
tekan aktual menjadi blok tegangan segi-empat ekivalen., sbb :

Besarnya tegangan
pada penampang
ekivalen menjadi :
0,85.fc’

dan tingginya
adalah a,
dimana :
untuk fc’  30 MPa

a/c = 1 = 0,85

Konstruksi Beton Bertulang I 13


Resultante gaya tekan aktual dan blok tegangan ekivalen harus
sama dan punya titik tangkap yang sama, sehingga nilai-nilai tsb
harus memenuhi :

C  k .k . f ' .b.c  0,85. f ' a


, diperoleh : k1.k 3  0,85.  0,85. 1
1 3 c c
c
dan :

Nilai k1.k3 dan k2 yang diperoleh dari pers. diatas kemudian


dibandingkan dengan nilai aktualnya.

Ternyata nilai yang diperoleh hampir sama dengan nilai


yang diperoleh dari eksperimen, seperti grafik berikut :

Konstruksi Beton Bertulang I 14


Gbr.5-5. Nilai k1.k3 dan k2 dibandingkan dengan hasil eksperimen

Konstruksi Beton Bertulang I 15


Besarnya nilai 1 dapat diambil sebagai berikut :

1 = 0,85 untuk 0 < fc’  30 MPa

1 = 0,85 - 0,008(fc’ - 30) untuk 30 < fc’  55 MPa

1 = 0,65 untuk fc’  55 MPa

Konstruksi Beton Bertulang I 16


ACI merekomendasikan nilai regangan beton maksimum (cu)
yang digunakan adalah 0,003 pada serat ekstrim dari beton.

Gbr.5-6. Regangan beton pada serat ekstrim pada penampang


persegi : perbandingan nilai ACI dengan hasil eksperimen

Konstruksi Beton Bertulang I 17


Nilai kekuatan lentur dari balok beton tidak terlalu berubah
terhadap regangan beton maksimum

Gbr. 5-7. Kurva momen-regangan dari balok beton didasarkan pada


test tekan silinder home

Konstruksi Beton Bertulang I 18


PERTEMUAN KE 6

Analisis Penampang Balok Beton Bertulang


dengan Penulangan Tunggal

Konstruksi Beton Bertulang I 1


VI. Analisis Penampang Balok dengan Tulangan Tunggal.

Balok merupakan elemen struktur yang memikul beban


luar yang menyebabkan momen lentur dan gaya geser
sepanjang bentang balok tersebut.

Gbr.6-1. Balok beton dengan penulangan tunggal

Konstruksi Beton Bertulang I 2


Gbr.6-2. Distribusi tegangan-regangan
penampang balok

Konstruksi Beton Bertulang I 3


Resultan gaya tarik internal : T = As . fs ... (6.1)

Resultan gaya tekan internal : C = 0,85. fc’ .a.b ... (6.2)


dimana : As = luas penampang tulangan
fs = tegangan baja tulangan
a = tinggi blok tegangan ekivalen
b = lebar penampang balok
fc’ = kuat tekan beton (mutu beton) benda uji
silinder ( 15 cm x 30 cm)
Jarak antara gaya-gaya internal atau jarak lengan momen,
adalah : jd = d – 0,5.a ...(6.3)

Kapasitas momen nominal penampang adalah :

M n  T. jd  C. jd ...(6.4)

Konstruksi Beton Bertulang I 4


Terdapat 3 tipe kemungkinan keruntuhan penampang
balok yaitu :
a. Keruntuhan Tarik (Tension Failure/Under-reinforced)
b. Keruntuhan Tekan (Compression Failure/Over-reinforced)
c. Keruntuhan Seimbang (Balanced Failure)

Gbr.6-3. Keruntuhan lentur balok beton bertulang

Konstruksi Beton Bertulang I 5


a. Keruntuhan Tarik (Tension Failure/Under Reinforced)
Jika luas penampang tulangan kecil, maka baja tulangan akan
mencapai tegangan leleh (yield strength) nya, fy , sebelum beton
mencapai kapasitas maksimumnya.

Resultan gaya pada baja tulangan pada As.fy akan tetap sama,
meskipun ada penambahan beban

Keruntuhan tarik terjadi apabila baja tulangan mencapai


kuat lelehnya terlebih dahulu, baru kemudian beton mencapai
kapasitas maksimumnya

Pada Keruntuhan Tarik, fs = fy, dimana fy adalah tegangan leleh baja

Dari persamaan keseimbangan internal , C = T, akan diperoleh :

Konstruksi Beton Bertulang I 6


Dari pers. (6.1) dan (6.2), diperoleh :

Dari pers. (6.3) dan (6.4), persamaan berikut dapat diperoleh :


M n  As . f y .(d  0,5.a) ...(6.6a)
 As . f y 
 As . f y .  d  0,59. '  ...(6.6b)
 f c .b 
 . f y 
 .b.d . f y 1  0,59. ' 
2
...(6.6c)
 fc 
 b.d 2 . f c' . 1  0,59.  ...(6.6d)
. f y
dimana :   As dan  '
...(6.7)
b.d f c

Konstruksi Beton Bertulang I 7


b. Keruntuhan Tekan (Compression Failure/Over Reinforced)
Jika luas penampang tulangan cukup besar, beton akan mencapai
kapasitas maksimumnya sebelum baja tulangan leleh.

Untuk keruntuhan tekan, fs < fy , dimana baja tulangan masih dalam


keadaan elastis.

Keruntuhan tekan terjadi apabila beton tekan mencapai kapasitas


maksimumnya terlebih dahulu, sementara baja tulangan belum
leleh.
Untuk keruntuhan tekan, fs < fy. Besarnya tegangan fs dapat
ditentukan dari diagram segitiga regangan (Gbr.6-1, sbb :

s 
d c d c
;  s  0,003. ...(6.8)
0,003 c c

Konstruksi Beton Bertulang I 8


d c
 f s   s . E s  0,003. . Es ...(6.9)
c
Atau, karena a = 1.c , maka : f s  0,003.
1 .d  a . E ...(6.10)
s
a
Untuk keseimbangan C = T, kemudian dari pers. (6-1) dan (6-2) :

0,85.f ' .a.b  A . f  0,003. 1.d  a . E s . As ...(6.11)


c s s
a
  0,85. f c
'
.a 2  a.d   .d 2  0
...(6.12)
 0,003.E s .  
1

Pers. kuadrat dalam a . Dari pers. tersebut akan diperoleh nilai a

Kapasitas momen nominal penampang adalah :

M  0,85. f ' .a.b(d  0,5.a) ...(6.13)


n c

Konstruksi Beton Bertulang I 9


c. Keruntuhan Seimbang (Balanced Failure)
Keruntuhan seimbang terjadi apabila baja tulangan mencapai
kuat lelehnya fs = fy, dan beton mencapai regangan pada serat
ekstrimnya 0,003.

Regangan leleh baja : y = fy/Es

Dari segitiga diagram regangan pada kondisi seimbang diperoleh :


f y
Es d  cb
 dimana : cb = tinggi garis netral pada
0,003 cb kondisi seimbang

0,003.Es
 cb  .d ...(6.14)
0,003.E  f y
...(6.15)

Konstruksi Beton Bertulang I 10


dimana : ab = tinggi blok tegangan pada keruntuhan seimbang

Keseimbangan internal penampang : C = T

dimana : b = As/b.d
0,85. f c' .a b
Untuk keruntuhan seimbang :  b  ...(6.17)
f y .d
Subsitusi pers. (6.15) kedalam pers. (6.17), diperoleh :

0,85. f c' . 1 0,003.E s


 b  . ...(6.18)
fy 0,003.E s  f y

Konstruksi Beton Bertulang I 11


Untuk nilai Es = 200.000 MPa, pers. 6.18 dapat ditulis :
f c'  600 
b  0,85. 1 . .   ...(6.19)
f y  600  f y 

Secara umum, ketika  dari suatu penampang balok berbeda


dari b, tipe keruntuhan dapat ditentukan tergantung dari
nilai  , apakah  < b atau  > b.

Jika :  < b ; Keruntuhan Tarik

Jika :  = b ; Keruntuhan Seimbang

Jika :  > b ; Keruntuhan Tekan

Konstruksi Beton Bertulang I 12


Gbr.6-4. memperlihatkan profil regangan pada ketiga
kondisi baja tulangan pada penampang balok

Gbr.6-4. Profil regangan pada penampang balok lentur

Konstruksi Beton Bertulang I 13


Contoh Soal :
Suatu penampang balok beton bertulang, mempunyai lebar,
b = 250 mm dan tinggi efektif, d = 460 mm. Beton mempunyai kuat
tekan, fc’ = 21 MPa dan kuat leleh baja tulangan, fy = 280 MPa.
Modulus elastisitas baja, Es = 200.000 MPa.

Hitung : Kapasitas momen penampang, Mn dan Mu untuk luas


penampang, As sebagai berikut : (1). As = 9 D19 , (2). As = 18 D19,
dan (3). pada keruntuhan seimbang.

Solusi : Rasio keruntuhan seimbang :


f c'  600 
b  0,85. 1 . .  
f y  600  f y 
21  600 
b  0,85.0,85. .   0,036946
280  600  280 

Konstruksi Beton Bertulang I 14


(1). Untuk As = 9 D19 = 2552 mm2
2552
  As   0,02219   b (Keruntuhan tarik)
b.d 250.460
Untuk keruntuhan tarik, besarnya kapasitas momen nominal
penampang :
 As . f y 
M n  As . f y .  d  0,59. ' 
 f c .b 

M n  271.32 kN.m , dan Momen Ultimate, Mu penampang :

M u   .M n  0,8 x 271.32 kN.m  217.056 kN.m

Konstruksi Beton Bertulang I 15


(2). Untuk As = 18 D19 = 5104 mm2
5104
  As   0,04438   b (Keruntuhan tekan)
b.d 250.460

Untuk keruntuhan tekan, harus dihitung terlebih dulu nilai a, sbb :

 0,85.21 
 .a 2  a.460  0,85.460 2  0
 0,003.200000.0,04438 

 a 2  686,21176.a  268308,8013  0

Konstruksi Beton Bertulang I 16


Dari pers. kuadrat dalam a tersebut , diperoleh nilai :

a1 = 278,21 mm (dipakai ) dan a2 = - 964,42 mm (tidak dipakai)


Tegangan pada baja tulangan, fs :

f s  0,003.
1.d  a . E  245,25 MPa  f  280 MPa
s y
a
Kapasitas Momen Nominal Penampang :
M  0,85. f ' .a.b (d  0,5.a)
n c

M n  398.395.033 N.mm  398,395 kN.m


dan :
M u   .M n  0,8. 398,395 kN.m  318,72 kN.m

Konstruksi Beton Bertulang I 17


(3). Untuk kondisi  = b = 0,036946

Kapasitas Momen Penampang :


 . f y 
M n  .b.d . f y 1  0,59. ' 
2

 fc 
 0,036946.280 
M n  0,036946.250.460 .280 1  0,59.
2

 21 
 388.192.090 N.mm  388,192 kN.m

Mu  .Mn  0,8. 388,192 kN.m  310,554 kN.m

Nilai-nilai kapasitas momen penampang yang didapat jika


di-plot akan diperoleh Gbr. 6-5.

Konstruksi Beton Bertulang I 18


Mu

Gbr. 6-5. Kapasitas momen penampang dari penulangan tunggal


dengan variasi rasio tulangan.

Konstruksi Beton Bertulang I 19


Dari Gbr.6-5, tersebut dapat disimpulkan bahwa :

Pada keruntuhan tekan : Kapasitas momen penampang


hanya meningkat sedikit dengan peningkatan luas baja
tulangan

Whitney (1937), mengusulkan rumus-rumus berikut untuk


menentukan kapasitas Momen Penampang :

home

Konstruksi Beton Bertulang I 20

Anda mungkin juga menyukai