PERENCANAAN PROYEK
1.1. Uraian Umum
Terciptanya hasil karya teknik suatu rekayasa bangunan dilatarbelakangi
adanya proses perencanaan yang kompleks, oleh karena itu sebelum pelaksanaan
pembangunan Proyek Gedung Sekolah Vokasi Undip ini mutlak perlu dibuat
perencanaannya terlebih dahulu. Perencanaan dibuat karena banyak faktor yang
harus diperhatikan serta dipertimbangkan guna memenuhi segala persyaratan yang
diperlukan bagi berdirinya suatu bangunan sesuai dengan kegunaannya.
Perencanaan merupakan pekerjaan awal yang paling menentukan dalam
keberhasilan suatu proyek.
Perencanaan arsitektur merupakan tahap awal dari perencanaan bangunan,
termasuk di dalamnya perencanaan interior, eksterior, dan utilitas. Setelah
perencanaan arsitektur disetujui oleh pihak pemilik, dilanjutkan dengan
perancangan struktur untuk menghitung kekuatan gedung.
Pembangunan Proyek Gedung Sekolah Vokasi Undip ini menggunakan
kriteria perencanaan antara lain sebagai berikut:
1. Biaya/dana
Pembangunan Proyek Gedung Sekolah Vokasi Undip dalam perencanaan,
suatu konsultan perencana harus merencanakan dana yang disediakan untuk suatu
proyek yang ditangani, sehingga dapat ditentukan beberapa alternatif perencanaan
dengan harga yang relatif murah tanpa mengabaikan kekuatan, keindahan, dan
keamanan konstruksi.
2. Kekuatan konstruksi
Pembangunan Proyek Gedung Sekolah Vokasi Undip ini konstruksinya
dihitung dengan memperhatikan kondisi tanah, tegangan dan beban yang bekerja.
Kekuatan konstruksi harus sudah teruji terhadap hal-hal yang mungkin menimpa
pada bangunan tersebut, yaitu diantaranya:
a. Penyelidikan tanah (soil investigation)
Mengetahui daya dukung tanah yang dilakukan beberapa hal diantaranya
yaitu sondir, booring, grain size, dan uji laboratorium.
47
48
1. Beban angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dari tekanan udara. Jika ada kemungkinan
51
kecepatan angin mengakibatkan tekanan tiup yang lebih besar, maka tekanan tiup
harus dihitung menurut rumus:
𝑣2
𝑝 = 16 (𝑘𝑔/𝑚2 ) (3.2)
Keterangan:
𝑣 : Kecepatan angin dalam (𝑚/𝑑𝑒𝑡)
𝑝 : Tekanan tiup (𝑘𝑔/𝑚2 )
2. Beban gempa
Beban gempa adalah beban yang disebabkan oleh gempa.
Faktor-faktor yang digunakan untuk mengitung faktor respon gempa (C) adalah:
𝐴𝑟
𝐶𝑎 = (3.3)
𝑇
Keterangan:
Ca : Faktor respon gempa
Ar : Pembilang persamaan hiperbola faktor respon gempa
T : Waktu getar alami struktur gedung (detik)
3.4.3 Beban Khusus
Beban khusus adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang terjadi akibat adanya selisih suhu, susut, gaya-gaya tambahan yang
berasal dari beban hidup seperti gaya sentrifugal dan gaya dinamis yang berasal
dari beban hidup yang berasal dari mesin, serta pengaruh khusus lainnya.
3.5 Perencanaan Struktur
Pada Proyek Pembangunan Gedung Sekolah Vokasi Undip dibangun
berdasarkan gambar-gambar perencanaan, sehingga dihasilkan suatu bangunan
yang aman dan kuat serta bentuknya sesuai dengan perencanaan arsitektur.
Perencanaan struktur meliputi beberapa tahapan perencanaan, antara lain:
1. Mutu beton yang dipakai untuk pondasi bore pile adalah K-300 dengan
diameter 80 cm.
2. Mutu beton yang dipakai untuk kolom, balok dan pelat lantai adalah K-275
dengan nilai slumptest 10 ± 2 m.
Perencanaan struktur suatu bangunan dapat dibagi menjadi 2 kelompok
perencanaan yaitu perencanaan struktur bawah (sub structure) dan perencanaan
struktur atas (upper structure).
3.5.1 Perencanaan Sruktur Bangunan Bawah (Sub Structure)
Struktur bawah adalah struktur yang terletak di bawah permukaan tanah dan
berfungsi untuk mendukung struktur yang berada di atasnya. Struktur bawah
merupakan bagian struktur yang mempunyai fungsi meneruskan bahan bangunan
ke dalam tanah pendukung.
Perencanaan struktur bawah harus benar-benar optimal, sehingga beban
seluruh struktur dapat ditahan oleh lapisan yang kuat agar tidak terjadi penurunan
(settlement) di luar batas ketentuan, yang dapat menyebabkan kehancuran atau
kegagalan struktur.
Struktur bawah fondasi merupakan elemen bangunan yang berfungsi
menyalurkan semua beban yang bekerja pada struktur kedalam tanah, yaitu sampai
pada kedalaman tertentu yang mampu menerima beban tanpa mengalami deformasi
yang membahayakan bangunan.
Faktor yang harus diperhatikan dalam merencanakan struktur bawah, antara
lain:
1. Fungsi bangunan atas yang akan dipakai oleh fondasi.
2. Beban yang bekerja pada bangunan.
3. Kondisi tanah di bawah bangunan.
4. Faktor ekonomi atau biaya yang akan dikeluarkan.
5. Peralatan dan teknologi yang tersedia.
6. Keadaan di sekitar lokasi bangunan.
Mengingat semua bangunan didirikan di atas tanah atau di bawah
permukaan tanah, maka perlu sekali diketahui karakteristik maupun kondisi tempat
dimana bangunan itu akan didirikan agar bisa diperkirakan rencana fondasi yang
53
akan dibuat dengan berdasarkan kondisi tanah tersebut dan struktur yang akan
didirikan, dengan demikian beban dapat disalurkan atau didukung dengan baik.
Mengetahui jenis fondasi yang akan dipergunakan harus diketahui tentang
keadaan, susunan dan sifat lapisan tanah serta daya dukungnya. Masalah-masalah
teknis yang sering dijumpai oleh ahli-ahli teknik sipil adalah dalam menentukan
daya dukung tanah dan kemungkinan penurunan yang terjadi. Oleh karena itu
diperlukan penyelidikan terhadap kondisi tanah terlebihi dahulu.
3.5.2 Perencanaan Struktur Bangunan Atas (Upper Structure)
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang
berada di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat,
balok, dinding geser dan tangga, yang masing-masing mempunyai peran yang dan
sangat penting. Struktur atas atau Upper Structure berfungsi menerima beban mati
beban hidup.
Pelat lantai adalah elemen struktur yang menerima beban-beban di atasnya
dan menyalurkan ke balok. Pelat lantai dapat dianggap sebagai dasar atau landasan
dari struktur yang membentuk ruang. Sedangkan balok adalah elemen struktur yang
menerima distribusi beban dan pelat lantai dan menerima beban di atasnya dan
mendistribusikan ke kolom. Kolom adalah elemen struktur yang
menumpu/menahan distribusi beban dari balok-balok dan disalurkan ke fondasi.
Sehingga kolom sangat berarti bagi struktur atas. Jika kolom runtuh maka runtuh
pula bangunan secara keseluruhan.
Masing-masing elemen struktur harus memenuhi syarat-syarat dalam proses
perencanaannya. Syarat-syarat dalam mendesain suatu struktur diantaranya:
1. Kekuatan
Elemen struktur harus kuat terhadap gaya-gaya dan beban-beban yang
bekerja. Dalam hal ini yang ditinjau adalah beban yang bekerja dan mutu bahan
yang digunakan.
2. Kekakuan
Struktur dan elemen struktur harus aman dalam batas kekakuan dan
deformasinya seperti menahan momen lentur dan torsi.
3. Stabilitas
54
c. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada kolom,
ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap terjepit, selama ujung-ujung
tersebut menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya.
d. Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus
didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasaran
kekakuan relatif kolom dengan juga memperhatikan kondisi kekangan pada
ujung kolom.
Pengecoran menggunakan sistem cor di tempat (cor insitu). Tipe, dimensi
kolom, dan diameter tulangan yang digunakan pada Proyek Pembangunan Gedung
Sekolah Vokasi Undip sangat beragam, salah satu tipe kolom dapat dilihat pada
Gambar 3.2 Tipe Kolom K-2.
b. Slump : 10 + 2 cm
2. Perencanaan balok
Balok berfungsi memikul beban yang diterima oleh pelat, dan
meneruskannya ke kolom. Balok terdiri dari balok induk dan balok anak. Balok
induk berfungsi membagi pelat menjadi segmen-segmen, sehingga pelat menahan
beban dari luas yang lebih kecil. Sedangkan balok anak merupakan balok yang
menumpu pada balok induk. Pada proyek Pembangunan Gedung Museum
Muhammadiyah Yogyakarta ini balok induk dan balok anak memiliki dimensi
penampang yang berbeda-beda. Terdapat 12 tipe balok pada proyek ini. Salah
satunya adalah balok tipe B01. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 3.3 Detail Penulangan Balok Tipe B01.
Pelat lantai harus direncanakan: kaku, rata, lurus dan mempunyai ketinggian
yang sama dan tidak miring. Pada pelat lantai hanya diperhitungkan adanya beban
tetap saja yang bekerja secara tetap dalam waktu lama. Sedang beban tak terduga
seperti gempa, angin, getaran, tidak diperhitungkan.
4. Perencanaan tangga
Tangga adalah suatu konstruksi sebagai penghubung antara lantai bawah
dengan lantai yang ada di atasnya. Tangga bukanlah konstruksi utama dalam
konstruksi struktur atas. Walaupun konstruksi tangga hanya sebagai pelengkap
namun dalam pembangunan proyek ini konstruksi tangga penting untuk dibuat
karena salah satu fungsi tangga adalah sebagai jalan akses darurat jika instalasi lift
ataupun eskalator tidak berfungsi. Perencanaan tangga pada proyek ini
menggunakan beton bertulang, dengan sistem konvensional yaitu metode cor di
tempat. Perencanaan tangga pada Proyek Pembangunan Gedung Museum
Muhammadiyah Yogyakarta
3.6 Perencanaan Mekanikal Elektrikal dan Plumbing
Perencanaan mekanikal elektrikal dan plumbing pada suatu bangunan tidak
selalu sama, tergantung pada kebutuhan dan fungsi bangunan tersebut. Yang
dimaksud dengan perencanaan mekanikal dan elektrikal adalah perencanaan yang
berkaitan dengan penyediaan fasilitas-fasilitas mekanis maupun elektrik yang akan
mendukung tingkat pelayanan bangunan. Perencanaan tersebut meliputi pemilihan
alat yang akan dipasang serta penempatan alat-alat tersebut nantinya.
Pekerjaan mekanikal dan elektrikal pada Proyek Pembangunan Gedung
Museum Muhammadiyah Yogyakarta meliputi:
3.6.1 Instalasi Penerangan
Instalasi penerangan sangat penting dalam pencahayaan dalam bangunan.
Hal yang perlu diperhatikan antara lain tata letak lampu-lampu pada ruangan serta
jenis lampu yang digunakan.
Perencanaan tata letak tanda peringatan kebakaran (fire alarm) dan alat
pemadam kebakaran haruslah ditempatkan pada tempat yang strategis atau rawan
kebakaran.
3.6.5 Tata Udara
Perencanaan tata udara yang dimaksud adalah tata letak kipas angin, AC,
serta ventilasi udara pada ruangan untuk meningkatkan kenyamanan dan kesejukan
udara di dalam gedung.
BAB IV
PERALATAN DAN BAHAN
4.1 Uraian Umum
Peralatan dan bahan pada suatu proyek memiliki peranan penting yang
saling berkaitan dengan manajemen proyek. Penggunaan peralatan dan bahan yang
dipilih, serta kebutuhan kerja harus sesuai dengan standar dan kondisi tahapan
pekerjaan yang sedang berlangsung. Penempatan material yang tepat dan efisien
perlu diperhatikan untuk mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Disamping
itu, penempatan material yang baik dan tertata rapi akan mendukung efektifitas
kerja dan keselamatan kerja.
Penyedia (supplier) bahan bangunan sebaiknya mudah ditempuh dari lokasi
proyek sehingga akan menghemat waktu dan biaya pengangkutan. Selain itu
ketersediaan bahan bangunan (stocking material) harus selalu dikontrol untuk
menghindari keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat terlambatnya pengadaan
bahan bangunan. Penempatan material harus disesuaikan dengan sifat bahan
sehingga risiko kerusakan bahan bangunan sebelum digunakan dapat dikurangi,
terutama pada bahan bangunan yang peka terhadap kondisi lingkungan seperti
semen dan baja tulangan.
Alat kerja berperan penting dalam menunjang keberhasilan suatu proyek.
Berperan membantu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang sulit untuk
dikerjakan dengan tenaga manusia. Penggunaan alat kerja dapat mempercepat
waktu pelaksanaan, mempermudah pelaksanaan dan meningkatkan efektifitas suatu
pekerjaan. Oleh karena itu, perawatan dan pemeliharaan alat kerja harus diperhatian
agar kerusakan alat kerja dapat dihindari.
Bahan atau material yang digunakan harus sesuai dengan RKS (Rencana
Kerja dan Syarat-syarat Teknis) dan telah mendapat persetujuan dari Pihak
konsultan MK memeriksa bahan/material yang datang secara langsung, apakah
bahan itu sesuai dengan contoh atau tidak. Jika disetujui, maka pekerjaan dapat
dilanjutkan, namun jika tidak, maka diganti sesuai dengan permintaan konsultan
MK atau sesuai dengan RKS.
61
62
pengecoran, baik pada pengecoran fondasi ataupun plat lantai yang bertujuan untuk
memastikan ketebalan pengecoran pada fondasi ataupun plat lantai agar mencapai
elevasi yang telah direncanakan. Peralatan survey dapat dilihat pada Gambar 4.1
Theodolit.
4.2.2 Peralatan Pengecoran
Peralatan untuk membantu pengecoran meliputi:
1. Concrete mixer truck
lintas agar campuran beton tidak setting atau mengalami pengerasan sebelum
mencapai lokasi proyek. Pembangunan proyek ini bekerjasama dengan Holcim
Ready mix dengan muatan sebesar 7 m3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 4.2 Concrete Mixer Truck.
2. Concrete bucket
Concrete bucket merupakan alat bantu untuk menuang beton segar dari
truck mixer menuju lokasi pengecoran. Dalam pengoperasian dibantu tower crane
denga cara dikaitkan ke tower crane, sehingga dapat mencapai lokasi pengecoran
yang telah ditentukan.
Penggunaan concrete bucket membutuhkan operator untuk membuka dan
menutup mulut bucket. Untuk beberapa kasus concrete bucket dipasang pipa tremie
pada mulut bucket sehingga mempermudah dalam pengecoran. Pada Proyek
Pembangunan Gedung Museum Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan
concrete bucket dengan volume 0,8 m3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 4.3 Concrete Bucket.
3. Pipa tremie
Pipa tremie merupakan alat bantu pengecoran yang dapat mencapai lokasi
dengan luasan terbatas sehingga meminimalisir beton segar yang tercecer. Selain
itu, pipa tremie memiliki fungsi untuk mengatur tinggi jatuh beton sehingga
meminimalisir terjadinya segregasi pada beton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 4.4 Pipa Tremie.
pada satu tempat yang sama dalam waktu yang cukup lama dan harus lurus pada
saat menggetarkan serta tidak diperbolehkan mengenai tulangan karena akan
menyebabkan bergesernya letak tulangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 4.5 Concrete Vibrator.
a. Jack base
Jack base berfungsi sebagai tumpuan atau kaki dari rangkaian yang terletak
paling bawah. Digunakan untuk menopang beban-beban saat pelaksanaan
pekerjaan.
b. Main frame
Merupakan rangka utama pada rangkaian atau digunakan sebagai tubuhnya.
Ada beberapa ukuran tinggi 1,7m dan 1,9m sedangkan lebar 1,22m.
c. Ladder frame
Bagian yang berada pada atas main frame atau rangka atas dari scaffolding.
Biasa digunakan untuk menyambung agar lebih tinggi dan lebih kokoh.
Scaffolding yang digunakan pada Proyek Pembangunan Gedung Museum
Muhammadiyah Yogyakarta adalah jenis hollow. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 4.6 Scaffolding.
6. Air compressor
68
Concrete trowel machine atau concrete power trowel adalah alat atau mesin
yang digunakan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan beton yang masih
dalam proses pengerasan. Penyelesaian akhir permukaan beton dapat dilakukan
dengan cara manual atau masinal. Penyelesaian secara manual menggunakan
raskam/sendok dan dilakukan dengan tangan, sedangkan secara masinal
menggunakan mesin trowel. Mesin trowel mempunyai dasar yang terdiri dari
beberapa daun pelat baja yang dapat berputar dan menghaluskan permukaan beton.
Permukaan yang diselesaikan dengan mesin trowel lebih kuat dan awet
dibandingkan dengan pekerjaan tangan. Mesin trowel ini juga digunakan untuk
meratakan, mengamplas, serta menghaluskan permukaan lantai andhesit atau
batuan keras lainnya.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Museum Muhammadiyah Yogyakarta
mesin trowel digunakan pada bagian basement karena membutuhkan tingkat
kehalusan yang tinggi dilihat dari fungsi bangunan tersebut.
4.2.3 Peralatan Pembesian
4.2.3.1 Bar cutter
Bar cutter merupakan alat untuk memotong baja tulangan agar sesuai dengan
ukuran yang diinginkan. Alat ini bekerja dengan memasukkan baja yang ingin
dipotong kedalam gigi bar cutter, kemudian pedal pengendali dipijak, kemudian
baja akan terpotong sesuai dengan ukuran yang diperlukan pada gambar.
Pemotongan baja tulangan dengan diameter tulangan besar dilakukan satu persatu,
sedangkan untuk diameter tulangan kecil dapat dilakukan secara bersamaan sesuai
dengan kapasitas alat. Penggunaan bar cutter bertujuan untuk mempersingkat
waktu pengerjaan. Batas dimensi tulangan maksimal untuk pemotongan
menggunakan bar cutter ini adalah diameter 32 mm. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 4.8 Bar cutter.
4.2.3.2 Bar bender
Tower crane merupakan sebuah alat berat bangunan yang digunakan untuk
mengangkat benda/material yang tidak dapat diangkat oleh manusia, secara vertikal
maupun horizontal ke tempat yang tinggi dengan ruang gerak yang terbatas.
Bagian-bagian utama tower crane adalah sebagai berikut:
a. Jib, yaitu lengan panjang yang dapat berputar 360˚ secara horizontal. Peletakan
tower crane dipilih pada titik yang dapat menjangkau semua area proyek
dengan sudut putar tower crane tersebut.
b. Ruang operator, yaitu tempat pengendali tower crane, yang dikendalikan oleh
operator.
c. Tiang menara, bagian vertikal tower crane sebagai tiang crane, dibagian
tengah terdapat tangga untuk akses naik operator.
d. Pemberat penyeimbang, untuk menyeimbangkan lengan crane (jib) ketika
mengangkat beban,
e. Fondasi, sebagai bantalan dan penyangga tiang supaya stabil dan tidak roboh.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.10 Tower crane
2. Dump truck
Dump truck adalah jenis kendaraan yang digunakan untuk mengangkut bahan
material untuk keperluan konstruksi dari lokasi proyek menuju tempat pembuangan
(dispostal area). Dump truck dapat memindahkan material pada jarak menengah
sampai jarak jauh. Dump truck dilengkapi dengan bak terbuka yang dioperasikan
dengan bantuan hidrolik. Bagian belakang bak berfungsi sebagai engsel atau sumbu
putar sehingga memungkinkan material yang diangkut bisa melorot turun ke tempat
yang diinginkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.11 Dump truck.
3. Backhoe
angkat dari tempat penggalian dan dilakukan swing, dan pembuangan material hasil
galian dapat dilakukan ke truk atau tempat yang lain. Produktivitas backhoe pada
pekerjaan penggalian proyek ini adalah menggali tanah dengan volume 40 m3
dalam waktu 1 jam dengan operator 1 orang. Backhoe melakukan pekerjaan
penggalian selama 8 jam dalam satu hari. Sehingga produktivitas backhoe dalam
satu hari adalah menggali 320 m3 tanah galian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 4.12 Backhoe.
4.2.5 Perkakas Pertukangan Lain
Alat-alat penunjang yang membantu pekerja dalam mengerjakan proyek
dengan fungsinya masing-masing antara lain.
menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus
sampai habis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.13 Las Listrik.
2. Genset
Genset digunakan sebagai sumber listrik selain dari PLN terutama saat
listrik padam dan saat pengecoran dimalam hari.
3. Lighting
Alat ini digunakan untuk penerangan ditempatkan ditempat yang gelap
seperti basement dan penerangan pekerjaan di malam hari, misal karena pekerjaan
mengalami keterlambatan maka dilakukan pekerjaan lemburan pada malam hari
dan juga waktu pekerjaan pengecoran yang sering dilakukan pada malam hari.
Untuk lebih jelasnya dapa dilihat pada Gambar 4.14 Lighting.
dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan agar proyek dapat selesai tepat waktu
sehingga menghemat biaya. Pengadaan mencakup pembelian peralatan, material,
perlengkapan, tenaga kerja dan jasa yang dibutuhkan dalam pembangunan dan
pelaksanaan suatu proyek. Biaya untuk bahan yang dibutuhkan pada pendirian
suatu bangunan merupakan faktor dominan dalam menentukan biaya proyek, tetapi
faktor waktu juga merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dan dijaga dengan
cermat.
Berikut adalah bahan konstruksi yang digunakan pada Proyek
Pembangunan Gedung Museum Muhammadiyah Yogyakarta:
4.3.1 Beton Ready mix
telah melakukan trial mix bersama dengan owner, kontraktor, dan konsultan.
Batching plant yang digunakan adalah Holcim. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 4.16 Beton Ready mix.
Pada beton ready mix ditambah campuran integral berupa Sika Viscocrete
sebagai waterproffing. Uji beton dilakukan dengan dua cara yaitu uji slump dan uji
kuat tekan beton pada 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Tinggi jatuh slump yang
diperbolehkan adalah 10 ± 2 cm. Berikut merupakan bahan yang digunakan dalam
pembuatan ready mix:
1. Semen
Semen portland memenuhi persyaratan Spesifikasi Bahan Bangunan
Bagian A SK SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII-0013-82. Semen yang cepat
mengeras dipergunakan dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas
oleh pengawas.
Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen Portland
dan bahan Pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi ketentuan SII 0132 Mutu
dan Cara Uji Semen Portlanda Pozoland atau spesifikasi untuk semen hidraulis
campuran. Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan
jelas jenis semen yang boleh dipakai dan jenis semen ini harus sesuai dengan jenis
semen yang digunakan dalam ketentuan persyaratan mutu.
2. Agregat
a. Agregat Halus (Pasir)
Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persaratan dari SII
0052-80 “Mutu dan Cara Uji Agregat Beton” dan bila tidak tercakup dalam SII
0052-80, maka harus memenuhi spesifikasi untuk beton.
Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari:
1) Butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-
bahan organis.
2) Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel seperti yang
ditentukan di pasal 3.5. dari NI-2. PBI’71
3) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
79
yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5%,
maka agregat halus harus dicuci. Sesuai dengan PBI’71 bab 3.3. atau SII 0051-
82.
4) Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2%
berat, sisa di atas ayakan 2 mm harus minimum 10% berat, sisa di atas ayakan
0,25 mm harus berkisar antara 80% dan 90% berat.
5) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua beton.
6) Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran
oleh bahan-bahan lain.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Museum Muhammadiyah Yogyakarta
agregat halus digunakan sebagai bahan campuran semen dan air untuk pengecoran
kolom praktis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.17 Agregat Halus.
mengandung zat-zat alkali, bersifat kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca. Ukuran agregat kasar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pengecoran
di lapangan. Agregat kasar yang digunakan sudah tercampur dengan olahan ready
mix yang dipesan langsung sebagai bahan pengecoran yaitu dari Holcim. Split yang
berada di lapangan digunakan sebagai bahan campuran pembuatan lantai kerja
karena pembutan lantai kerja menggunakan metode konvensional.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Museum Muhammadiyah Yogyakarta
agregat kasar digunakan sebagai bahan campuran semen dan air untuk pengecoran
kolom, balok, dan pelat lantai.
3. Air
Air kerja yang digunakan dalam proyek harus sesuai dengan SNI 03-2847-
2002 tentang “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung”,
yaitu:
a. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-
bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau
bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
b. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di
dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.
c. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
1) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton
yang menggunakan air dari sumber yang sama.
2) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat
dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat
dengan adukan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut
harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang
dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode uji tekan untuk mortar semen hidrolis
(Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)”.
81
Seperti halnya dengan tulangan polos, tidak semua tulangan ulir terjual di
pasaran, karena itu saat pendesainan suatu gedung perlu ditinjau ukuran yang
tersedia di pasaran. Diameter tulangan ulir yang tersedia di Indonesia sesuai dengan
SNI 2052-2014 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
telah direncanakan. Bekisting pada balok berupa papan kayu atau multiplek
Sedangkan bekisting pada kolom yaitu bekisting sistem knock down yang dapat
digunakan berkali-kali. Penggunaan bekisting ini bertujuan untuk menghemat
material dan biaya. Bekisting tersusun dari plywood, kayu, dan rangka bekisting
dari besi yang akan dijelaskan di bawah ini:
1. Plywood
Plywood merupakan bahan yang digunakan untuk membuat bekisting. Terdapat
tiga jenis plywood yaitu:
a. Plywood Biasa
Plywood biasa tidak menggunakan pelapisan pada permukaannya, sehingga
saat digunakan sebagai bekisting akan menghasilkan permukaan yang tidak halus.
Plywood biasa hanya bisa digunakan 2 hingga 3 kali pemakaian. Plywood biasa
yang digunakan untuk bekisting memiliki ketebalan 9 mm, 12 mm, dan 15 mm.
Plywood biasa tersedia ukuran 120 cm x 240 cm dan 90 cm x 180 cm.
b. Plywood Poly Resin (Poly Film)
Polywood poly resin merupakan plywood yang dilapisi dengan cairan poly
resin, sehingga dapat membentuk permukaan yang halus saat digunakan menjadi
bekisting. Plywood poly resin dapat digunakan 4 hingga 6 kali yang digunakan utuk
bekisting memiliki ketebalan 12 mm, 15 mm, dan 18 mm tersedia ukuran 120 cm x
240 cm di pasaran.
c. Plywood Film Face
Plywood film face merupakan plywood yang dilapisi dengan lembaran
phenol formaldehyde film, sehingga dapat membentuk permukaan yang halus saat
digunakan menjadi bekisting. Plywood film face dapat digunakan 8 hingga 10 kali,
yang digunakan untuk bekisting memiliki ketebalan 12 mm, 15 mm, dan 18 mm
tersedia ukuran 120 cm x 240 cm.
87
3. Rangka Bekisting
Rangka bekisting pada Proyek Pembangunan Gedung Museum
Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan rangka besi. Penggunaan bekisting
dengan rangka kayu memiliki kelebihan tersendiri yaitu lebih ekonomis
dibandingkan rangka besi, pada awalnya dilakukan pemesanan dahulu sesuai
dengan ukuran perencanaan.
4.3.5 Waterproofing
Pada Proyek Pembangunan Gedung Museum Muhammadiyah Yogyakarta
dibutuhkan waterproofing yang bertujuan agar beberapa bagian struktur kedap air.
Berdasarkan jenisnya waterproofing dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Membrane Sheet
Membrane sheet merupakan membrane atau lembaran yang dapat terbuat
dari plastik atau aspal yang ditempel pada struktur yang membutuhkan, Membrane
sheet biasanya digunakan pada struktur dak atau atap beton.
2. Coating
Coating merupakan perlindungan rembesan dengan menggunakan bahan
polimer berbentuk bahan cat untuk menutup permukaan struktur yang dilindungi.
Umumnya digunakan untuk perlindungan dinding, bak, tangki, dan juga
dipergunakan untuk perlindungan terhadap permukaan kayu.
3. Integral
Integral merupakan bahan campuran pada beton segar yang berupa bahan
aditif berbentuk cairan ataupun bubuk kering. Cara kerja integral adalah dengan
penambahan bahan additive ke dalam campuran beton ready mix, maka akan
meningkatkan slump beton sehingga beton akan padat dan kedap air.
Waterproofing yang digunakan pada Proyek Pembangunan Gedung
Museum Muhammadiyah Yogyakarta adalah:
1. Untuk dinding basement, GWT, dan plat lantai menggunakan additive yaitu
berupa Sika Viscocrete.
2. Untuk lantai atap dipakai membrane sheet degan sistem self adhesive berupa
Rubberized Asphalt.
3. Untuk kolam renang, kamar mandi, dan WC menggunakan tipe coating.
89
4.3.6 Waterstop
Waterstop adalah material pengisi celah pada rongga sambungan beton.
Pemasangan waterstop dilaksanakan pada setiap joint, baik pada construction,
contraction ataupun expansion joint. Waterstop berfungsi untuk menahan jalannya
air baik yang berasal dari samping, atas maupun arah lainnya agar tidak merembes
ke beton. Pada Proyek Pembangunan Gedung Museum Muhammadiyah
Yogyakarta menggunakan waterstop jenis Waterstop tipe Blanded Polymer
Hydrophilic.
4.3.7 Beton Decking
Selain itu, selimut beton juga menjaga agar tulangan pada beton tidak berkarat
(korosi). Pada Proyek Pembangunan Gedung Museum Muhammadiyah Yogyakarta
ukuran beton decking yang digunakan adalah 3 cm dan 5 cm. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 4.23 Beton Decking.
BAB V
PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1 Uraian Umum
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap rencana
yang dibuat oleh pihak perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang
sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang
baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat pada waktunya, dan sesuai dengan
apa yang sudah direncanakan sebelumnya.
Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil
tidaknya suatu proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksanaan
khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan dengan baik
serta dapat mengambil keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah yang
ditemui di lapangan.
Pada saat ini kemampuan dari kontraktor dalam mengimplementasikan
rencana-rencana yang telah dibuat oleh owner bersama konsultan akan diuji.
Pelaksanaan yang dilakukan secara professional dengan mengikuti peraturan-
peraturan dan spesifikasi yang ada dan menggunakan material dan peralatan yang
sudah ditetapkan akan menghasilkan konstruksi yang baik yang sesuai dengan
perencanaan. Metode pelaksanaan harus dipilih sesuai dengan kondisi lapangan,
jenis pekerjaan, waktu yang tersedia, volume pekerjaan serta biaya yang
dialokasikan.
Pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak
terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya
rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama. Sebagai
langkah awal dalam pelaksanaan, kontraktor harus memiliki dokumen awal
pelaksanaan, seperti berita acara, gambar-gambar detail, RKS, dan dokumen
lainnya. Di dalam tahap pelaksanaan pekerjaan di lapangan mengikuti rencana yang
telah dibuat oleh pihak perencana. Antara lain gambar rencana dan segala detailnya,
jenis material, dan dokumen lainnya. Tahap selanjutnya kontraktor mengerjakan
shop drawing sebagai gambar pelaksanaan dengan ruang lingkup serta detail yang
91
92
lebih sempit. Kemudian untuk tahap akhir, kontraktor membuat as built drawing
sebagai gambar akhir sesuai dengan yang ada di lapangan yang digunakan sebagai
laporan akhir.
Pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan pada Proyek Pembangunan
Gedung Museum Muhammadiyah Yogyakarta berlangsung dua bulan. Pelaksanaan
yang akan penulis uraikan pada bab ini adalah pekerjaan struktur bawah dan
pekerjaan struktur atas.
5.2 Pekerjaan Struktur Bawah (Fondasi Raft)
Pekerjaan struktur bawah terdiri dari beberapa kegiatan antara lain adalah
pembuatan soldier pile, penggalian tanah, pembuatan lantai kerja, pembuatan
bekisting, penulangan, penentuan stop cor, pengecoran, dan perawatan beton.
Berikut adalah proses pelaksanaan pada struktur bawah yaitu menggunakan fondasi
raft.
5.2.1 Pembuatan Soldier pile
Soldier pile berfungsi sebagai dinding penahan tanah atau retaining wall.
sehingga mempermudah dalam pembuatan basement dan fondasi. Soldier pile yang
dipasang terdapat dua jenis yaitu soldier pile yang memiliki panjang 8 m dan
dilengkapi dengan tulangan diseluruh bagian tiang, dan soldier pile yang memiliki
panjang 6 m dan hanya dilengkapi dengan tulangan pada 1 m bagian tiang dari sisi
atas tiang. Kedua jenis soldier pile memiliki diameter 80 cm.
Metode kerja dari pembuatan soldier pile sendiri diawali dengan
pengeboran Setelah tulangan terpasang, pengecoran dilakukan dan bekisting
diangkat kembali. Pekerjaan pemasangan soldier pile dilakukan terus menerus
sampai dengan yang direncanakan dan menggunakan cara yang sama.
Penggalian Tanah
Penggalian tanah dilakukan setelah soldier pile kering dan sudah kuat
menahan beban. Di dalam dunia teknik sipil terdapat dua metode penggalian tanah,
yaitu:
1. Metode bottom-up
Metode bottom-up adalah metode pembangunan gedung yang dimulai dari
bawah menuju ke atas. Pada pekerjaan ini difokuskan pada pembangunan
93
3. Produktivitas alat/hari
94
Backhoe mampu melayani 40 truk per harinya, dengan satu dump truck
memiliki ukuran 8 m3 sehingga backhoe dapat membuang tanah hingga sebanyak
320 m3.
4. Area yang digali
Basement, STP (Sewage Treatment Plant), GWT (Ground Water Tank),
area drop kolom, pit lift, dan sump pit.
yang berfungsi sebagai aliran air hujan dan grastape sebagai aliran air kotor.
Bekisting terbuat dari batako dikarenakan bekisting tidak akan dilakukan pelepasan
maka dipilihlah batako yang memiliki sifat cukup kuat untuk menahan beban.
Kepadatan dan komposisi adonan yang tepat juga bisa dilihat dari tampilan pori-
porinya. Batu batako yang mempunyai kualitas baik tampilan pori-porinya lebih
padat dan tertutup rapat dan tidak menimbulkan rongga-rongga di permukaan dan
laposan luarnya. Permukaan tersebut juga tampak rata dan halus.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Museum Muhammadiyah Yogyakarta
pemasangan bekisting dilakukan setelah pemasangan tulangan inti pile cap.
Pemasangan bekisting dari pasangan batako dibuat dengan cara dipasang secara
bertumpuk dengan pasangan setengah bata dan menggunakan bahan perekat adukan
semen. Ukuran batako yang digunakan adalah 10 cm x 20 cm x 40 cm.
5.2.5 Pemasangan Tulangan Fondasi Borepile
Terdapat foot plat pada struktur fondasi borepile yang digunakan. Untuk
foot plat digunakan tulangan dengan diameter tulangan utama D25 dan tulangan
sengkang D10. Tulangan yang digunakan sebagai plat fondasi terdapat dua tipe
yaitu, D25-200 sebagai tulangan utama, dan D22-200 sebagai tulangan ekstra.
Diantara dua lapisan tulangan terdapat penumpu tulangan pada setiap meter yang
berfungsi agar kedua lapisan tulangan tidak menempel. Selain itu terdapat pula tahu
beton dikedua sisi plat pada setiap meter pekerjaan yang berfungsi sebagai
pengontrol ketebalan selimut beton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
5.6 Detail penulangan fondasi raft dan gambar 5.7 Pembesian Fondasi Raft.
Langkah-langkah pembesian pile cap adalah:
1. Menentukan daftar lengkungan besi sesuai dengan gambar rencana.
2. Membengkokkan besi yang telah disediakan dengan bar bender sesuai dengan
daftar pada poin 1.
3. Membawa tulangan yang sudah dibengkokkan ke lokasi pile cap dan
merakitnya sesuai dengan yang tertera pada shop drawing.
4. Memberi bagian bawah tulangan tahu dengan beton agar terdapat selimut beton
pada pile cap.
5.2.6 Penentuan Stop Cor
97
kolom memiliki bentuk yang tipis maka semakin besar pula area yang dapat
digunakan untuk parkir. Karena jumlah perhitungan luasan lahan parkir merupakan
salah satu syarat agar memenuhi analisis dampak lingkungan. Jika analisis dampak
lingkungan telah memenuhi maka surat izin mendirikan bangunan akan didapatkan.
Berikut merupakan langkah pembuatan kolom pada Proyek Pembangunan
Gedung Museum Muhammadiyah Yogyakarta:
1. Pekerjaan persiapan kolom
Dimulai dengan pembuatan gambar rencana penulangan dan struktur yang
disebut shop drawing atau gambar kerja, dengan persetujuan/control oleh konsultan
pengawas. Gambar tersebut mengacu pada gambar for construction yang
dikeluarkan oleh konsultan perencana.
2. Pabrikasi baja tulangan kolom
Setelah shop drawing disetujui, dilakukan perhitungan pembesian dengan
metode bar bending schedule (BBS). Dar hasil perhitungan BBS ini, dilakukan
perencanaan dan pemotongan besi dengan bar cutter.
Memotong Baja tulangan sebelumnya dengan berbagai ukuran dan
membengkokkan sedemikian rupa di stockyard, sehingga membentuk bagian per-
bagian tulangan kolom yang mudah dirakit dan efisien. Pekerjaan pembengkokan
baja tulangan diperhitungkan sedemikian rupa, agar tidak banyak sisa potongan
baja yang terbuang begitu saja, dengan demikian akan meningkatkan cost
efficiency. Pemotongan dan pembentukan (pembengkokkan) dilakukan oleh tenaga
ahli yang bertanggungjawab melakukan pemotongan sesuai ukuran dan spesifikasi
gambar rencana/shop drawing. Untuk seluruh kolom digunakan jenis tulangan yang
sama yaitu tulangan ulir D25 untuk tulangan utama, dan tulangan ulir D10 untuk
tulangan sengkang. Pengikatan antar tulangan menggunakan kawat bendrat. Besi-
besi tulangan yang telah dibentuk untuk sementara ditempatkan di tempat khusus
yang mudah dijangkau oleh tower crane. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 5.7 Pabrikasi Baja Tulangan Kolom.
102
terjadinya tulangan yang keluar dari selimut beton. Ukuran beton decking yang
digunakan adalah dengan ketebalan 3 cm dan 5 cm. Pemasangan beton decking
pada tulangan kolom dibantu dengan menggunakan kawat bendrat untuk mengikat
antara beton decking dengan baja tulangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 5.10 Pemasangan Beton Decking.
dikarenakan muatan concrete bucket pada satu kali pengangkutan adalah 0,8 m3.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.12 Beton Dituangkann dari
Concrete Bucket.
kekuatan kolom. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.14 Keropos
pada Kolom.
5.3.2 Pelaksanaan Balok dan Pelat Lantai
Terdapat 12 tipe balok dengan dimensi dan jumlah tulangan yang berbeda.
Tipe tersebut berkaitan dengan fungsi ruangan di atas balok tersebut, dikarenakan
fungsi ruangan akan mempengaruhi beban yang akan disalurkan pada balok. Selain
itu, bentang antar kolom juga mempengaruhi dimensi balok, dikarenakan semakin
besar bentang antar kolom maka semakin besar beban yang akan didistribusikan ke
balok. Untuk pelat terdapat 3 tipe yang memiliki ketebalan dan jumlah tulangan
yang berbeda. Seperti halnya balok, fungsi ruangan di atas pelat sangat
mempengaruhi ketebalan dan jumlah tulangan pelat. Untuk membuat kolom dan
pelat monolit maka pengecoran harus dilakukan secara bersamaan, sehubungan
dengan itu maka metode kerja pembuatan balok dan pelat saling terkait. Berikut
adalah metode kerja pembuatan balok dan pelat lantai:
1. Penentuan as balok dan pelat
Penentuan as balok dan pelat lantai dilakukan dengan mengukur dari kolom atau
dinding yang telah diberi label. Tahapan penentuan elevasi balok dan pelat lantai
meliputi:
a. Pengukuran setinggi 1 m dari dasar kolom sebagai pinjaman untuk pengukuran
level bekisting balok dan diberi kode pada kolom dengan menggunakan alat
waterpass.
b. Kemudian memberikan tanda pada kolom-kolom yang lain dengan metode
yang sama.
c. Dari kode tersebut, dapat mengukur sesuai tinggi yang diinginkan sebagai
elevasi dasar bekisting balok.
d. Kemudian dari dasar bekisting balok tersebut dapat mengukur setinggi jarak
tertentu sesuai dengan tinggi balok rencana sebagai elevasi dasar bekisting
pelat lantai.
2. Pemasangan scaffolding
Berbeda dengan kolom yang dapat menumpu beban sendiri karena dapat
disalurkan melalui kolom atau tanah di bawahnya, maka balok dan plat
111
membutuhkan scaffolding untuk menahan beban sendiri arah vertikal dari adukan
beton yang akan dituangkan. Scaffolding akan dipasang hingga umur beton 14 hari.
Penentuan posisi scaffolding sangat penting, selain berkaitan agar menjaga elevasi
balok dan plat tepat, namun juga berkaitan dengan keamanan seluruh pekerja agar
beton segar pada beton tidak menjauhi pekerja yang berada di bawahnya.
Pemasangan scaffolding memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Pemasangan jack base di atas lantai sesuai dengan layout yang telah
direncanakan.
b. Setelah jack base terpasang, pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan inner
table yang berada di atas jack base.
c. Setelah inner table terpasang di atas jack base, maka segera memasang pipe
ledger, vertical post dan vertical diagonal.
d. Setelah itu memasang u-head di atas vertical post, yang di atasnya dipasang
gelagar besi melintang balok sebagai penyangga suri-suri dari balok maupun
pelat lantai.
e. Memasangan suri-suri arah memanjang balok di atas gelagar. Suri-suri
menggunakan besi double hollow.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.15 Pemasangan Scaffolding.
Seng yang dipasang pada tepi area pengecoran digunakan menjadi pembatas
pengecoran atau lebih dikenal dengan istilah stop cor berfungsi untuk membatasi
aliran adukan beton sehingga tidak melewati batas area pengecoran karena agregat
akan berhenti di seng.
7. Pengecekan elevasi
Menentukan apakah pemasangan tulangan dan bekisting balok dan pelat
sesuai dengan perencanaan, maka diperlukan pengecekan elevasi yang dilakukan
oleh surveyor dengan menggunakan alat Theodolite.
8. Pembersihan bekisting dan tulangan
Pembersihan berguna untuk menghilangkan zat organis yang berada pada
tulangan dan bekisting yang terpasang sehingga dapat menjaga mutu beton sesuai
dengan mutu rencana.
9. Pengecoran balok dan pelat
Balok dan pelat menggunakan mutu beton K-275, untuk plat yang berada di
basement 1, dan lantai dasar diberikan bahan integral tambahan yang berupa Sika
Visocrete berfungsi sebagai waterproffing lantai tersebut. Seperti halnya fondasi
dan kolom, saat akan dilakukan pengecoran balok dilakukan uji slump dengan batas
toleransi slump beton 10 ± 2 cm, dan pembuatan enam silinder beton berdiameter
15 cm dan tinggi 30 cm untuk uji kuat tekan beton pada umur 7 hari, 14 hari, 21
hari, dan 28 hari.
Pengecoran lantai di bawah permukaan tanah menggunakan sistem talang
yang terbuat dari seng dan ditumpu oleh scaffolding. Pengecoran di atas permukaan
tanah menggunakan bantuan tower crane dengan menampung adukan beton di
concrete bucket secara bertahap. Saat pengecoran dibantu dengan alat serok untuk
meratakan adukan beton dan vibrator agar beton mengisi rongga dan meminimalisir
terjadinya keropos pada beton.
10. Pengecekan elevasi
Dilakukan pengecekan ulang terdapat elevasi dan lendutan yang terjadi
setelah pengecoran selesai dilakukan. Jika lendutan yang terjadi terlalu besar maka
perlu ditambah scaffolding.
11. Perawatan beton
115
Perawatan beton yang dilakukan setelah 8 jam adalah dengan memberi air
di atas lapisan yang dicor sehingga diharapkan suhu beton tetap konstan.
12. Pelepasan bekesting
Balok dan pelat tidak bisa menahan beban sendiri saat beton belum
mengeras, maka dibutuhkan 14 hari untuk melakukan pelepasan bekisting, namun
tetap disangga oleh scaffolding hingga 28 hari. Pembongkaran bekisting balok dan
pelat lantai dilakukan secara bertahap mulai dari tepi ke arah tengah bentang
sehingga balok dan pelat lantai tidak secara mendadak menahan berat sendiri yang
dapat mengakibatkan keretakan pada struktur. Berdasarkan waktu pembongkaran
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Untuk cetakan samping atau yang tidak menahan momen, acuan ini boleh
dibongkar setelah bentuk beton stabil (cetakan dinding balok, cetakan dinding)
> 24 jam.
b. Untuk penyangga datar yang menahan momen: boleh dibongkar setelah beton
mencapai kekuatan penuh, dibuktikan dengan hasil uji kubus di laboratorium,
untuk beton konvensional 28 hari (beton tanpa bahan tambahan).
Tahapan pembongkaran bekisting balok dan pelat lantai meliputi:
a. Mengendorkan dan melepaskan scaffolding pada bekisting balok dan pelat
lantai.
b. Setelah melepas scaffolding kemudian melepas gelagar-gelagar arah
memanjang dan melintang.
c. Kemudian melepas bekisting balok dan pelat lantai.
13. Perbaikan beton
Beton mengalami kerusakan pada permukaannya maka akan dilakukan
penambahan pada bagian yang rusak. Jika beton berongga maka akan dilakukan
grotting yaitu air semen yang disuntikan pada bagian yang berrongga.
5.3.3 Pelaksanaan Tangga
Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungkan
dua tingkat vertikal yang memilik jarak satu sama lain.
1. Penentuan As Tangga
116
119
120
awal dengan keadaan saat pelaksanaan sangat mungkin tidak sama dan semua pihak
harus dapat mewujudkan proyek dengan biaya yang telah dianggarkan.
6.4 Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
pelaksanaan suatu proyek. Kegiatan ini bertujuan agar seluruh pekerjaan dapat
diselesaikan dengan jangka waktu yang telah direncanakan, dan juga agar pekerjaan
terhindar dari kerugian baik kerugian waktu maupun biaya.
Pengendalian waktu pada proyek ini meliputi:
1. Perencanaan Time Schedule
Pengendalian waktu sangat penting untuk mencapai efisiensi waktu, biaya
dan tenaga dalam pelaksanaan pekerjaan. Hal ini berhubungan dengan batasan
waktu dan biaya yang telah ditentukan. Untuk itu dibuatlah time schedule, time
schedule merupakan rencana jadwal waktu yang akan dilaksanakan. Dengan
adanya time schedule maka pelaksanaan pekerjaan akan lebih mudah diperkirakan,
dan ditentukan pekerjaan mana yang lebih dahulu dikerjakan, kapan pekerjaan
dimulai, berapa lama pekerjaan itu diselesaikan. Sehingga dengan adanya time
schedule, keterlambatan pekerjaan dapat diketahui secara dini.
Hal-hal yang tercantum dalam time schedule antara lain:
a. Uraian jenis pekerjaan.
b. Satuan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pada masing-masing jenis
pekerjaan.
c. Biaya tiap unit dan total biaya.
d. Bobot masing-masing jenis pekerjaan.
e. Waktu pelaksanaan dari masing-masing jenis pekerjaan yang menunjukkan
kapan suatu pekerjaan akan dimulai dan kapan pekerjaan itu akan selesai.
f. Batas waktu pelaksanaan pekerjaan.
g. Inventarisasi hambatan.
2. Laporan Hasil Pekerjaan
Laporan hasil pekerjaan disusun untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan
pekerjaan dan untuk mempertanggungjawabkan pekerjaan yang telah dilaksanakan.
123
124
125
DAFTAR PUSTAKA
Baja Tulangan Beton, 2014, SNI 2052-2014, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.