Anda di halaman 1dari 217

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit 7 Lantai di Jakarta Selatan yang tepatnya terdapat di Cilandak

Barat merupakan salah satu infrastruktur yang dibangun untuk mendukung

kesehatan dan fungsi pelayanan. Rumah Sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi

tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik, oleh karena itu Rumah Sakit harus

dibangun. Untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pasiennya, Rumah Sakit

harus dijaga kebersihan dan keamanannya. Rumah Sakit juga harus menyediakan

fasilitas yang menjamin kesembuhan pasiennya.

Konsekuensinya adalah pembangunan secara vertikal merupakan keharusan

terutama bagi kawasan pusat kota atau kawasan potensial lainnya. Disisi lain,

maraknya penyakit yang mulai beraneka ragam merupakan salah satu tuntutan bagi

sebagian besar warga kota seperti pembangunan Rumah Sakit.

Salah satu aspek penting dalam pembangunan gedung bertingkat tiggi adalah

perancangan struktur. Perencanaan Struktur Gedung bertingkat perlu

memperhatikan beberapa kriteria antara lain pembebanan, kekuatan, perilaku yang

baik pada taraf gempa rencana, serta aspek ekonomis. Merencanakan bangunan

bertingkat banyak dari segi struktur memerlukan pertimbangan yang matang,

pertimbangan struktur ini akan berpengaruh dalam menentukan alternative

perencanaan, misalnya tata letak kolom, panjang balok dan ukurannya.

1
2

Dari beberapa faktor di atas yang harus diperhatikan dalam perencanaan suatu

gedung bertingkat atas adalah keamanan gedung tersebut. Gaya lateral dan gaya

aksial harus diperhitungkan agar struktur tersebut mampu menahan gaya-gaya

tersebut. Karena Indonesia terletak di daerah rawan gempa, maka dalam

merencanakan bangunan Rumah Sakit ini gaya gempa harus diperhatikan.

Pelaksanaan analisis struktur dalam kasus ini dilakukan dengan

menggunakan bantuan komputer. Untuk mempermudah perhitungan struktur serta

menghemat waktu dalam pengerjaannya, maka dalam penulisan tugas akhir ini

digunakan program ETABS untuk menghitung faktor-faktor beban yang bekerja

pada gedung.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis

dapat merumuskan masalah dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini sebagai

berikut :

1. Bagaimana merencanakan struktur atas dengan metode analisis struktur?

2. Bagaimana cara merencanakan tulangan struktur atas meliputi pelat,

tangga, dinding geser, balok, dan kolom

3. Program apa saja yang digunakan dalam perencanaan struktur atas ?

4. Peraturan apa saja yang digunakan dalam perencanaan struktur atas ?


3

1.3 Batasan Masalah

Dalam tugas akhir ini, penulis merancang ulang struktur atas Rumah Sakit 7

lantai di Cilandak Barat. Agar penulisan tugas akhir ini dapat terarah dan terencana

dengan baik, maka penulis menentukan pembatasan ruang lingkup masalah.

Batasan masalah dalam perancangan ini meliputi :

1. Struktur bangunan yang ditinjau adalah gedung Rumah Sakit di Cilancak

Barat, yang berada di zona 4.

2. Perencanaan struktur atas meliputi perencanaan dimensi struktur, analisis

struktur, perencanaan penulangan fondasi, balok, kolom, pelat lantai, atap,

tangga, dan dinding geser.

3. Perancangan elemen struktur menggunakan analisis yang mengacu pada

“Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan Penjelasan”

SNI 2847:2019.

4. Analisis perencanaan ketahanan gempa mengacu pada “Tata Cara

Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan

Nongedung” SNI 1726:2019.

5. Analisis Pembebanan mengacu pada “Beban Minimum untuk Perencanaan

Bangunan Gedung dan Struktur Lain” SNI 1727:2020.

6. Analisis struktur dilakukan dengan bantuan program ETABS.

7. “Baja Tulangan Beton” SNI 2052:2017

8. Spesifikasi material yang digunakan :

a. Beton menggunakan mutu f’c = 30 MPa


4

b. Baja tulangan dengan :

fy = 280 MPa untuk diameter ≤ 12

fy = 420 MPa untuk diameter ≤ 19

1.4 Keaslian Tugas Akhir

Berdasarkan pengamatan dan pengecekan yang telah dilakukan penulis,

tentang judul tugas akhir “Perancangan Struktur Atas Rumah Sakit 7 Lantai di

Cilandak Barat” belum pernah dilakukan.

1.5 Tujuan Tugas Akhir

Penyusun Tugas Akhir ini dilakukan dengan tujuan menghitung estimasi

dimensi bangunan Rumah Sakit 7 lantai dimulai dari estimasi balok, pelat, kolom,

dan tangga. Menghitung beban gempa yang terjadi di suatu daerah gempa berdasar

golongan gempa di lokasi tersebut. Menghitung ulang kajian estimasi dimensi

menggunakan metode analisis struktur.

1.6 Manfaat Tugas Akhir

Penyusunan Tugas Akhir dimaksudkan untuk memperoleh pengalaman,

pengetahuan dan wawasan perancangan struktur bangunan gedung, disamping itu

juga sebagai usaha untuk merealisasikan semua ilmu yang berkaitan dengan teori

dan perancangan struktur yang diperoleh selama berada di bangku kuliah dengan

data gedung nyata.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembebanan Struktur

Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturan-peraturan

pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman.

Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban-beban yang

bekerja pada struktur bangunan tersebut. Pada suatu struktur gedung terdapat

beberapa jenis beban yang terjadi. beban yang akan diperhitungkan dalam tugas

akhir ini sesuai dengan peraturan beban minimum untuk perencanaan bangunan

gedung (SNI 1727:2013) adalah sebagai berikut:

1. Beban mati (D) adalah beban tetap yang selalu konstan yang terdapat suatu

bangunan, beban mati meliputi beban dinding, pelat, tangga, dan instalasi

lainnya seperti keran air dan kelistrikan.

2. Beban hidup (L) adalah beban yang terjadi karena adanya gerakan disuatu

bangunan dan selalu berubah posisinya atau tidak konstan, beban ini biasa

terjadi karena faktor fungsi bangunan tersebut yang diakibatkan oleh beban

manusia atau faktor lainnya seperti angin, banjir dan lainnya.

3. Beban gempa (E) adalah beban yang terjadi pada suatu struktur akibat dari

pergerakan tanah yang mengakibatkan seluruh struktur bergerak dari bawah

ke atas yang diakibatkan oleh gempa bumi. Beban gempa merupakan salah

satu beban yang harus diperhatikan dalam pembangunan struktur gedung

bertingkat untuk menjaga keamanan dari gedung tersebut.

5
6

2.2 Peraturan

Perancangan struktur gedung bertingkat tinggi harus menggunakan peraturan

yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu:

1. “Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan Penjelasan”

SNI 2847:2019.

2. “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan

Gedung dan Nongedung” SNI 1726:2019.

3. “Beban Minimum untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan Struktur Lain”

SNI 1727: 2013.

4. “Baja Tulangan Beton” SNI 2052:2017

2.3 Prinsip Dasar Struktur

Dasar pemilihan suatu sistem struktur untuk bangunan tinggi adalah harus

memenuhi syarat kekakuan, kekuatan dan kestabilan. Berikut ini adalah penjelasan

syarat kekakuan, kekuatan dan kestabilan.

1. Kestabilan

Kestabilan bangunan merupakan kemampuan bangunan dalam mengatasi

gaya-gaya lateral dari luar, seperti angin, gempa, ataupun gaya gravitasi bumi. Hal

ini dapat tercapai dari ekspresi massa ataupun pembentuk struktur bangunan yang

memberikan perilaku struktur yang stabil.


7

2. Kekakuan

Kekakuan struktur sangat berpengaruh dengan modulus elastis suatu bahan

yang digunakan untuk membangun sebuah struktur bangunan, kekakuan bahan

yang digunakan tergantung pada kondisi internal dan eksternal fungsi bangunan itu

sendiri.

3. Kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan elemen dan komponen struktur bangunan

yang bekerja secara vertikal ataupun horizontal. Komponen vertikal berupa kolom

yang terdapat pada suatu bangunan yang menahan komponen horisontal berupa

balok pelat lantai dan unsur lainnya.

2.4 Beton Bertulang

Elemen struktur utama bangunan yang menahan seluruh beban-beban yang

terjadi, terbuat dari beton bertulang. Beton bertulang itu sendiri terdiri dari material

komposit yang tingkat elastisitasnya tergolong rendah sehingga beton bertulang

memiliki tulangan yang dapat menopang beban yang relatif berat dengan tingkat

elastisitas yang cukup tinggi.

Yang digunakan dalam pembuatan beton bertulang meliputi :

1. Mutu beton diambil dari SNI 2847:2019

2. Material yang terkait dalam beton bertulang meliputi baja diambil dari SNI

2052:2017
8

2.5 Struktur Atas

Pada penulisan tugas akhir ini, bagian struktur yang ditinjau adalah struktur

atas gedung yang meliputi: balok, kolom, pelat lantai dan tangga.

1. Balok

Balok dibedakan menjadi 2 yaitu balok induk dan balok anak, kedua balok

tersebut memiliki funsinya masing-masing. Balok induk berfungsi untuk menopang

balok anak yang berada diatasnya, balok induk selalu menopang pada kolom

sebagai tumpuannya. Balok anak berfungsi untuk menopang pelat lantai yang

berada diatasnya, balok anak selalu bertumpu pada balok induk sebagai

tumpuannya.

2. Kolom

Kolom merupakan komponen struktur bangunan yang tugas utamanya adalah

menahan beban aksial tekan. Sebagai batang tekan, kolom juga menahan beban

yang diakibatkan kombinasi dari momen lentur dan gaya tekan. Elemen struktur ini

pada kondisi khusus misalnya karena adanya pengaruh beban gempa dan beban

angin pada struktur, kolom direncanakan untuk menahan gaya tarik aksial dan

momen lentur.

3. Pelat

Pelat adalah elemen horizontal utama yang menyalurkan beban hidup

maupun beban mati ke kerangka vertikal dari suatu sistem struktur. Pelat yang

difungsikan sebagai pelat lantai dan atap tidak terlalu berbeda, hanya pelat atap

langsung terpengaruh dengan cuaca. Pelat lantai sangat dipengaruhi oleh momen

lentur dan gaya geser yang terjadi. Sisi tarik pada pelat terlentur ditahan oleh
9

tulangan baja, sedangkan gaya geser pada pelat lantai ditahan oleh beton yang

menyusun pelat lantai itu sendiri.

4. Dinding Geser

Dinding geser merupakan salah satu elemen struktur yang sangat penting

dalam pembangunan gedung bertingkat, dinding geser adalah struktur vertikal yang

berfungsi untuk menahan beban lateral. Beban lateral yang biasanya ditahan oleh

dinding geser adalah beban gempa dan beban angin.

2.6 Filosofi Struktur Tahan Gempa

Bangunan tahan gempa merupakan bangunan yang dapat menahan beban

gempa agar tidak runtuh atau tetap berdiri kokoh walaupun bagian strukturnya

rusak. Kekuatan gempa itu sendiri dapat dibedakan menjadi 3 kekuatan gempa yaitu

gempa ringan , sedang, dan besar. Kinerja struktur pada waktu menerima beban

gempa dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

1. Akibat gempa ringan, struktur bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik

pada elemen strukturalnya maupun pada elemen non struktural.

2. Akibat gempa sedang, elemen struktural bangunan tidak boleh rusak tetapi

elemen nonstrukturalnya boleh mengalami kerusakan ringan, namun struktur

bangunan masih dapat dipergunakan.

3. Akibat gempa besar, baik elemen struktural maupun elemen nonstruktural

bangunan akan mengalami kerusakan, tetapi struktur bangunan tidak boleh

runtuh.
10

Ada berbagai macam zona gempa di Indonesia menurut BMKG dimulai dari

zona 1 sampai zona 5 yang memiliki potensi gempa yang berbeda-beda. Dalam

Tugas Akhir ini Cilandak Barat masuk ke dalam zona 4.


BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Kekuatan dan Kemampuan Layan

Dalam perancangan ulang kombinasi beban perlu memperhatikan kekuatan

dan kemampuan layan agar gedung yang akan dibangun tersebut memenuhi syarat

kekuatan dan layak pakai terhadap kombinasi beban-beban yang paling maksimal.

Jadi apabila bangunan terkena beban yang bersifat sementara tidak menyebabkan

bangunan runtuh tetapi tetap dapat berdiri kokoh dan minimal semua penghuni yang

berada pada bangunan bertingkat aman.

Pembebanan yang digunakan pada perhitungan perancangan ini adalah beban

mati, beban hidup, dan beban gempa.

3.1.1 Kuat Perlu

Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban sesuai SNI 2847:2019

dan SNI 1726:2019, berikut kombinasi kuat perlu yang digunakan:

U = 1,4 D (3-1)

U = 1,2 D + 1,6 L (3-2)

U = (1,2 + 0,2SDS)D + 1,0 L + 1,0 Ex + 0,3 Ey (3-3)

U = (1,2 + 0,2SDS)D + 1,0 L + 1,0 Ex – 0,3 Ey (3-4)

U = (1,2 + 0,2SDS)D + 1,0 L – 1,0 Ex + 0,3 Ey (3-5)

U = (1,2 + 0,2SDS)D + 1,0 L – 1,0 Ex – 0,3 Ey (3-6)

U = (1,2 + 0,2SDS)D + 1,0 L + 0,3 Ex + 1,0 Ey (3-7)

U = (1,2 + 0,2SDS)D + 1,0 L + 0,3 Ex – 1,0 Ey (3-8)

11
12

U = (1,2 + 0,2SDS)D + 1,0 L – 0,3 Ex + 1,0 Ey (3-9)

U = (1,2 + 0,2SDS)D + 1,0 L – 0,3 Ex – 1,0 Ey (3-10)

U = (0,9 – 0,2SDS)D + 1,0 Ex + 0,3 Ey (3-11)

U = (0,9 – 0,2SDS)D + 1,0 Ex – 0,3 Ey (3-12)

U = (0,9 – 0,2SDS)D – 1,0 Ex + 0,3 Ey (3-13)

U = (0,9 – 0,2SDS)D – 1,0 Ex – 0,3 Ey (3-14)

U = (0,9 – 0,2SDS)D + 0,3 Ex + 1,0 Ey (3-15)

U = (0,9 – 0,2SDS)D + 0,3 Ex – 1,0 Ey (3-16)

U = (0,9 – 0,2SDS)D – 0,3 Ex + 1,0 Ey (3-17)

U = (0,9 – 0,2SDS)D – 0,3 Ex – 1,0 Ey (3-18)

Keterangan :
U = Kuat Perlu
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
Ex= Beban Gempa ( arah x )
Ey= Beban Gempa ( arah y )
13

3.1.2 Kuat Rencana

Kekuatan desain harus diambil sebesar kekuatan nominal dihitung sesuai

dengan persyaratan dan asumsi dari standar SNI 2847:2019, yang dikalikan dengan

faktor reduksi kekuatan ɸ. Nilai ɸ yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1

sesuai dengan SNI 2847:2019 pasal 9.6.

Tabel 3.1 Faktor Reduksi Kekuatan


No Keterangan ø
1 Penampang terkendali tarik 0,90
Penampang terkendali tekan
2 a. Komponen struktur dengan tulangan spiral 0,75
b. Komponen struktur bertulang lainnya 0,65
3 Geser dan torsi 0,75
Tumpuan pada beton kecuali daerah angkur pasca tarik dan
4 0,65
model strat dan pengikat
5 Daerah angkur pasca tarik 0,85
Model strat dan pengikat, dan strat, pengikat, daerah
6 0,75
pertemuan, dan daerah tumpuan
Penampang lentur dalam komponen struktur pratarik
dimana penanaman strand kurang dari panjang penyaluran
7 a. Dari ujung komponen struktur ke ujung panjang transfer 0,75
b.Dari ujung panjang transfer ke ujung panjang penyaluran
0,75 - 0,9
ø boleh ditingkatkan secara linear
(Sumber : SNI 2847:2019)
14

3.2 Perencanaan Struktur Atas

3.2.1 Perencanaan Pelat

Dalam perencanaan pelat dibagi menjadi dua macam yaitu:

1. Sistem perencanaan pelat satu arah (one way slab)

2. Sistem perencanaan pelat dua arah (two way slab)

3.2.1.1 Penulangan Pelat Satu Arah

Menurut SNI 2847:2019 pasal 7.3.1.1 tebal minimum yang ditentukan

dalam Tabel 3.2 berlaku untuk konstruksi satu arah yang tidak menumpu atau tidak

disatukan dengan partisi atau konstruksi lain yang mungkin akan rusak akibat

lendutan yang besar, kecuali bila perhitungan lendutan menunjukkan bahwa 16

ketebalan yang lebih kecil dapat digunakan tanpa menimbulkan pengaruh yang

merugikan.

Dikatakan pelat satu arah jika:

>2 (3-19)

Untuk tebal minimum balok non pra-tegang atau pelat satu arah bila

lendutan tidak dihitung dapat dilihat pada Tabel 3.2.


15

Tabel 3.2 Tebal minimum balok non pra-tegang atau pelat satu arah bila lendutan
tidak dihitung.
Tebal minimum, h

Tertumpu Satu ujung Kedua ujung Kantilever


sederhana menerus menerus
Komponen Struktur Komponen struktur tidak menumpu atau tidak dihubungkan
dengan partisi atau konstruksi lainnya yang mungkin rusak
oleh lendutan yang besar

Pelat masif satu-arah l 20 l 24 l 28 l 10

Balok atau pelat rusuk


satu-arah l 16 l 18,5 l 21 l8

CATATAN:
Panjang bentang dalam mm.
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan
beton normal dan tulangan tulangan Mutu 420 MPa. Untuk kondisi lain, nilai di atas harus
dimodifikasikan sebagai berikut:
a. Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (equilibrium density), wc, di
antara 1440 sampai 1840 kg/m3, (a) Untuk struktur beton ringan dengan berat
jenis (equilibrium density), wc, di antara 1440 sampai 1840 kg/m3, nilai tadi
harus dikalikan dengan (1,65 – 0,0003 wc) tetapi tidak kurang dari
1,09.
b. Untuk fy selain 420 MPa, nilainya haarus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).
(Sumber : SNI 2847:2019)
16

3.2.1.2 Penulangan Pelat Dua Arah

Dikatakan pelat dua arah jika :

≤2 (3-20)

Menurut SNI 2847:2019 pasal 8.3.1.1 Untuk pelat tanpa balok interior

yang membentang di antara tumpuan dan mempunyai rasio bentang panjang

terhadap bentang pendek yang tidak lebih dari 2 tebal minimumnya harus

memenuhi ketentuan Tabel 3.3 dan tidak boleh kurang dari nilai berikut:

1. tanpa panel drop (drop panels).............................................. ...125 mm

2. dengan panel drop (drop panels).............................................. 100 mm

Tabel 3.3 Tebal minimum pelat tanpa balok interior*


Tanpa penebalan‡ Dengan penebalan‡
Panel Panel
Tegangan Panel eksterior interior Panel eksterior Interior
leleh, fy
Tanpa Dengan Tanpa Dengan
MPa † balok balok balok balok
pinggir pinggir § pinggir pinggir§
280 ln/33 ln/36 ln/36 ln/36 ln/40 ln/40
420 ln/30 ln/33 ln/33 ln/33 ln/36 ln/36
520 ln/28 ln/31 ln/31 ln/31 ln/34 ln/34
*Untuk konstruksi dua arah, ln adalah panjang bentang bersih dalam arah
panjang, diukur muka ke muka tumpuan pada pelat tanpa balok dan muka ke
muka balok atau tumpuan lainnya pada kasus yang lain.

Untuk fy antara nilai yang diberikan dalam tabel, tebal mínimum harus
ditentukan dengan interpolasi linier.

Panel drop
§
Pelat dengan balok di antara kolom kolomnya di sepanjang tepi eksterior.
Nilai αf untuk balok tepi tidak boleh kurang dari 0,8.

(Sumber : SNI 2847:2019)


17

Selanjutnya pada SNI 2847:2019 pasal 8.3.1.2, untuk pelat dengan balok

yang membentang diantara tumpuan pada semua sisinya, tebal minimumnya (h)

harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Untuk αfm yang sama atau lebih kecil dari 0,2, harus menggunakan SNI

2847:2019 pasal 8.3;

2. Untuk αfm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0, h tidak boleh

kurang dari :

,
ℎ= ( , )
(3-21)

dan tidak boleh kurang dari 125mm;

3. Untuk αfm lebih besar dari 2,0, ketebalan pelat minimum tidak boleh

kurang dari :

,
ℎ= (3-22)

dan tidak boleh kurang dari 90mm;

4. Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai rasio

kekuatan αf tidak kurang dari 0,8 atau sebagai alternatif ketebalan

minimum yang ditentukan Pers. (3-21) atau (3-22) harus dinaikan

paling tidak 10 persen pada panel dengan tepi yang tidak menerus.

Keterangan :
h = Tebal pelat
ln = Panjang bentang bersih yang diukur muka ke muka t
tumpuan
fy = Kekuatan leleh tulangan yang disyaratkan
β = Rasio panjang terhadap pendek bentang bersih untuk pelat dua
arah
αfm = Nilai rata-rata αf untuk semua balok tepi panel
18

3.2.1.3 Tulangan susut dan suhu

Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 8.8.1.7 tulangan ulir yang digunakan

sebagai tulangan susut dan suhu harus disediakan sesuai persyaratan berikut:

1. Luas tulangan susut dan suhu harus menyediakan paling sedikit

memiliki rasio luas tulangan terhadap luas bruto penampang beton,

tetapi tidak kurang dari 0,0014:

Tabel 3.4 Nilai Rasio (ρ)


Fy P
Slab yang menggunakan batang tulangan ulir Mutu 280
0,002
atau 350
Slab yang menggunakan batang tulangan ulir atau
0,0018
tulangan kawat las mutu 420
Slab yang menggunakan tulangan dengan tegangan leleh 0,0018 𝑥 420
melebihi 420Mpa yang diukur pada regangan leleh 𝑓𝑦
sebesar 0,35

2. Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan spasi tidak lebih jauh

dari lima kali tebal slab, atau tidak lebih jauh dari 450,

3. Pada semua penampang bilamana diperlukan, tulangan untuk menahan

tegangan susut dan suhu dan suhu pada semua penampang harus

mampu mengembangkan fy.

3.2.1.4 Syarat spasi tulangan susut dan suhu (dipilih nilai yang terkecil) :

s ≤ 5h (h tebal pelat)

s ≤ 450 mm
19

3.2.2 Perencanaan Balok

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam perencanaan balok adalah

sebagai berikut :

3.2.2.1 Menghitung Dimensi dan Momen Balok

Dimensi Balok yang umumnya digunakan di lapangan :

ℎ= 𝐿− 𝐿 (3-23)

𝑏= ℎ− ℎ (3-24)

Keterangan :
h = Tinggi balok
b = Lebar balok
L = Panjang bentang terpanjang

3.2.2.2 Penulangan Longitudinal Balok

Pada estimasi tulangan balok, Mu baru yang telah didapat dari perhitungan

sebelumnya digunakan untuk menghitung Rn perlu. Perencanaan tulangan lentur

nilai momen lentur akibat beban terfaktor (Mu) diperoleh dari hasil analisa struktur

program bantuan.

Koefisien tahanan didefinisikan dengan persamaan berikut ini:

𝑅 (3-25)
∅ .

(asumsi awal Ø = 0,9 berdasarkan SNI 2847:2019, pasal 9.6 )

Luas tulangan yang dibutuhkan pada komponen struktur lentur adalah

sebagai berikut :

Asperlu = ρ. b. d
20

ρ diambil nilai terbesar antara ρperlu dan ρmin

, .
pperlu = 1− 1− , .
(3-27)

,
pmin = .
atau (3-28)

As yang telah diperoleh digunakan untuk menghitung jumlah tulangan

dengan pembulatan ke atas, jumlah tulangan = As/luas satu buah tulangan. Dan

periksa syarat Ø Mn ≥ Mu.

ϕMn = ϕAs fy (d-0,59 ) (3-29)

Luas tulangan maksimum pada komponen struktur lentur adalah sebagai

berikut :

ρmax = 0,004 (3-30)

As max = ρmax. b.d (3-31)

Cek luas kebutuhan :

As min ≤ As perlu ≤ As max (3-32)

3.2.2.3 Tulangan Geser

Menurut SNI 2847:2019 pasal 9.7.3.5, perencanaan penampang terhadap

geser harus memenuhi persamaan sebagai berikut :

Φ Vn ≤ Vu (3-33)

dengan :
ϕ = Faktor reduksi kekuatan
Vn = Kuat geser nominal = Vc + Vs
Vu = Gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau
21

Kuat geser nominal untuk komponen struktur yang dikenai geser dan

lentur saja dapat dihitung dengan rumus yang terdapat dalam SNI 2847:2019 pasal

22.5.5.1:

Vc = 0,17 λ 𝑓′ bwd (3-34)

Pemasangan tulangan geser diperlukan jika:


≥ 𝑉n (3-35)

Jika pemasangan tulangan geser diperlukan, kuat geser nominal yang

harus ditahan oleh tulangan geser dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

seperti yang tercantum dibawah ini :

Vs = 
− 𝑉 ≤ 0,66 𝑓′ 𝑏 𝑑 (3-36)

Batasan spasi maksimum tulangan geser ditentukan dengan SNI

2847:2019, pasal 18.7 :

1. Spasi tulangan geser yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu

komponen struktur tidak boleh melebihi d/2 pada komponen struktur

non prategang dan 0,75 h pada komponen struktur prategang, ataupun

600 mm,

2. Sengkang miring dan tulangan longitudinal yang dibengkokan harus

dipasang dengan spasi sedemikian hingga setiap garis 45 derajat,

menerus ke arah reaksi dari tengah tinggi komponen struktur d/2 ke

tulangan Tarik longitudinal, harus disilang oleh paling sedikit satu

garis tulangan geser,


22

3. Bila Vs melebihi 0,33 𝑓 𝑏 𝑑 maka spasi maksimum seperti yang

terdapat pada point 1 dan 2 harus dikurangi setengahnya,

Menurut SNI 2847:2013 pasal 21.3.4.2, Sengkang perama harus dipasang

tidak boleh melebihi dari 50 mm dari muka tumpuan. Jarak maksimum antara

Sengkang tertutup tidak boleh melebihi :

(a) d/4

(b) delapan kali diameter terkecil tulangan memanjang,

(c) 24 kali diameter batang tulangan Sengkang tertutup, dan

(d) 300 mm .

Sengkang harus dispasikan tidak lebih dari d/2 sepanjang panjang balok.

Spasi sengkang :

. .
𝑠= (3-37)

Keterangan :
Vc = Kekuatan geser minimal beton
Vs = Kekuatan geser nominal angkur
s = Spasi antar Sengkang
Av = Luas tulangan geser
fy = Kekuatan leleh tulangan
D = Jarak dari serat terjauh ke pusat tulangan
23

3.2.3 Perencanaan Kolom

3.2.3.1 Dimensi Kolom

Dalam melakukan estimasi dimensi kolom, perlu diketahui beban aksial

yang bekerja diatas kolom.

Pn = 0,80{0,85f’c (Ag – Ast ) + fy. Ast} (3-38)

dengan nilai  = 0,65

3.2.3.2 Pengaruh Kelangsingan Kolom

Menurut SNI 2847:2019 pasal 6.2.5, pengaruh kelangsingan pada

komponen struktur yang ditahan terhadap goyangan samping dapat diabaikan

apabila memenuhi persamaan berikut ini :

≤ 34 − 12 ≤ 40 (3-39)

Sedangkan control kelangsingan kolom untuk rangka portal bergoyang,

sesuai SNI 2847:2013 pasal 6.2.5 untuk komponen struktur yang tidak ditahan

terhadap goyangan samping, pengaruh kelangsingan dapat diabaikan bila :

≤ 22 ( 3-40)

dengan :
k = Faktor panjang efektif struktur tekan, yang besarnya didapat dari
gambar 6.2.5.1 SNI 2847:2019
lu = Panjang bersih komponen struktur tekan
r = Radius girasi struktur tekan, boleh diambil 0,3 kali dimensi total
dalam arah stabilitas yang ditinjau untuk komponen struktur tekan
persegi.
M1,M2 = Momen-momen ujung terfaktor pada kolom yang posisinya
berlawanan.
24

3.2.3.3 Kuat Lentur

Komponen struktur rangka momen khusus yang dikenai beban lentur dan

aksial berdasar SNI 2847:2019 merupakan :

a. Dimensi penampang terpendek, diukur pada garis lurus yang melalui

pusat geometri, tidak boleh kurang dari 300 mm

b. Rasio dimensi penampang terpendek terhadap dimensi tegak lurus

tidak boleh kurang dari 0,4

c. Kekuatan lentur kolom harus memenuhi persamaan

∑𝑀 ≥ (1,2) ∑ 𝑀 (3-41)

Dimana :
∑Mnc = Jumlah kekuatan lentur nominal kolom yang merangka ke
dalam joint, yang dievaluasi dimuka-muka joint. Kekuatan
lentur kolom harus dihitung untuk gaya aksial terfaktor,
konsisten dengan arah gaya-gaya lateral yang ditinjau, yang
menghasilkan kekuatan 26 lentur terendah,
∑Mnc = Jumlah kekuatan lentur nominal balok yang merangka ke
dalam joint, yang dievaluasi dimuka-muka joint.

3.2.3.4 Gaya Geser

Gaya geser rencana (Ve) untuk menentukan keperluan tulangan geser

kolom harus ditentukan dari kuat momen maksimum Mpr dari setiap ujung

komponen struktur yang bertemu di hubungan balok-kolom yang bersangkutan.

Gaya geser rencana (Ve) tersebut tidak perlu melebihi yang ditentukan dari kekuatan

joint berdasarkan pada Mpr komponen struktur transfersal yang merangka ke dalam

joint. pada gaya geser rencana berdasarkan kuat momen balok yang merangka pada
25

hubungan balok kolom tersebut, namun tidak boleh lebih kecil dari gaya geser

terfaktor berdasarkan analisis struktur.

Perencanaan penampang terhadap geser harus memenuhi persamaan

seperti berikut ini.

ØVn ≥ Vu (3-42)

Vu adalah gaya geser terfaktor dan Vn adalah kuat geser nominal yang

dihitung dari persamaan berikut.

Vn = Vc + Vs (3-43)

dengan :
Vc = kuat geser yang disumbangkan oleh beton

Kuat geser disumbang oleh beton untuk komponen struktur yang dibebani

gaya tekan aksial sesuai dengan SNI 2847:2019 pasal 11.5.4.6. ditentukan dengan

persamaan sebagai berikut:

𝑉 = 0,17 1 + .
 𝑓′ 𝑏 𝑑 (3-44)

dan

𝑉 = (3-45)

dengan:
Av = Luas tulang geser,
Vs = Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulang geser,
Ag = Luas bruto penampang kolam,
Nu = Beban aksial terfaktor yang terjadi, bw = Lebar balok,
fy = Tegangan leleh yang baja,
f’c = Kuat tekanan beton yang disyaratkan
26

3.2.3.5 Tulangan Transversal Kolom

Pada SNI 2847:2019 pasal 18.7.5.4, luas penampang total tulangan

sengkang persegi adalah sebagai berikut :

𝐴 = 0,3 −1 (3-46)

𝐴 = 0,09 (3-47)

dengan :
Ash = luas total penampang sengkang tertutup persegi,
Ag = luas brutto penampang,
Ach = luas penampang dari sisi luar ke sisi tulangan transversal,
bc = dimensi penampang inti kolom diukur dari sumbu ke sumbu
tulangan pengekang,
s = spasi tulangan transversal,
fyt = tegangan leleh baja tulangan transversal,
f’c = Kuat tekan beton

Tulangan transversal harus dipasang sepanjang lo dari setiap muka joint

dan pada kedua sisi seberang penampang dimana pelelehan lentur sepertinya terjadi

sebagai akibat dari perpindahan lateral inelastis, dengan panjang lo tidak kurang

dari:

a. Tinggi penampang kolom pada muka hubungan balok-kolom,

b. Seperenam bentang bersih komponen struktur,

c. 450 mm.
27

Spasi tulangan transfersal yang dipasang sepanjang lo (panjang minimum

dimana harus disediakan tulangan transversal yang dihitung dari muka join

sepanjang kolom) tidak boleh lebih kecil dari peraturan, yaitu sepanjang :

a. Seperempat dimensi komponen struktur minimum ( kolom terkecil )

b. Enam kali diameter tulangan longitudinal yang terkecil, dan

c. 𝑠 = 100

3.2.4 Perencanaan Tangga

Untuk perhitungan tangga dimodelkan dimana ujung perletakan pada pelat

dianggap sebagai sendi dan perletakan bordes dianggap rol dengan anggapan

tangga merupakan unsur sekunder yang tidak mempengaruhi kekuatan struktur

secara keseluruhan.

Hal-hal yang diperhatikan dalam merencanakan ruang tangga, antara lain

lebar bordes, tinggi optrade (O) antara 150-200 mm, antrede (A) antara 280-300

mm.

Jumlah anak tangga 𝑛 = (3-48)

Lebar tangga 𝐿 = − 1 .𝐴 (3-49)

Sudut kemiringan tangga α = 𝑡𝑎𝑛 (3-50)


28

Gambar 3.1 Perencanaan Tangga

Keterangan :
hlt = tinggi lantai
O = optrede
A = antrede
ntg = jumlah anak tangga
Ltg = Lebar tangga

Berdasarkan SNI 2847:2019 selimut beton untuk tulangan dengan

diameter ≤ 36 mm digunakan setebal 20 mm. Tangga dimodelkan sebagai balok

tipis dengan lebar 1000 mm. Penulangan lentur dapat dilakukan setelah mendapat

output program, hasil yang diperoleh adalah nilai momen lentur Mu. Koefisien

tahanan didefinisikan dengan persamaan berikut ini:

𝑅 = .
(3-51)

Luas tulangan yang dibutuhkan pada komponen struktur lentur adalah

sebagai berikut:

Asperlu = ρ.b.d (3-52)

ρ diambil nilai terbesar antara ρperlu dan ρmin

, .
ρperlu = 1− 1− , .
(3-53)

,
ρmin = .
atau (3-54)
29

As yang telah diperoleh digunakan untuk menghitung jumlah tulangan

dengan pembulatan ke atas, jumlah tulangan = As / luas satu buah tulangan. Dan

periksa syarat Ø Mn ≥ Mu.

∅𝑀𝑛 = ∅𝐴𝑠. 𝑓 (𝑑 − 0,59 ) (3-55)

Luas tulangan maksimum pada komponen struktur lentur adalah sebagai

berikut.

ρmax = 0,004 (3-56)

As max = ρmax. b. d (3-57)

Cek luas kebutuhan :

As min ≤ As perlu ≤ As max (3-58)

3.2.5 Perencanaan Dinding Geser

Perencanaan dinding geser diatur dalam SNI 2847:2019 pasal 11.5. sebagai

berikut:

1. Desain penampang horizontal untuk bidang dinding harus didasarkan

pada persamaan:

Vn Vu (3-59)

Keterangan:
Vu = Gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau
Vn = Kekuatan geser nominal yang dihitung sesuai persamaan
Vn  Vc Vs (3-60)
Vc = Kekuatan geser nominal yang disediakan oleh beton
30

Vn pada semua penampang horizontal untuk geser dalam bidang dinding

tidak boleh diambil lebih besar dari 0,83 𝑓′ . ℎ. 𝑑

Keterangan:
h = Tebal dinding
b = Harus diambil sama dengan 0,8.lw

2. Vc boleh lebih kecil dari nilai yang dihitung dari persamaan:


.
𝑉 = 0,27 .  . 𝑓′ . ℎ . 𝑑 + (3-61)

Atau

, . ,
𝑉 = 0,5.  . 𝑓′ + .
. ℎ. 𝑑 (3-62)

Keterangan :
lw = Panjang keseluruhan dinding
Nu = Positif untuk tekan dan negatif untuk Tarik

3. Bila Vu  Vc maka tulangan geser horizontal harus direncanakan untuk

memenuhi persamaan (3-59) dan (3-60), dimana Vs harus dihitung

dengan:
. .
𝑉 =

Keterangan:
Av = luas tulangan horizontal dalam spasi s
d = harus diambil sama dengan 0,8.lw

4. Rasio luas tulangan geser horizontal terhadap luas beton penampang

vertikal tidak boleh kurang dari 0,0025.

5. Spasi tulangan geser horizontal tidak boleh melebihi yang terkecil dari

lw/5, 3h, dan 450 mm, dimana lw adalah panjang keseluruhan dinding
31

6. Rasio luas tulangan geser vertikal terhadap luas beton bruto penampang

horizontal tidak boleh kurang dari yang lebih besar dari:

𝜌 = 0,0025 + 0,5 0,25 − (𝜌 − 0,0025) (3-63)

dan 0,0025

7. Spasi tulangan geser vertikal tidak boleh melebihi yang terkecil dari

lw/5, 3h, dan 450 mm.

3.2.6 Tata Cara Perencanaan Gempa menurut (SNI 1726:2019)

3.2.6.1 Gempa Rencana

Bangunan Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan

terlewati besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2

persen. Akibat pengaruh gempa rencana, struktur gedung secara keseluruhan masih

berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.

3.2.6.2 Penentuan SDS dan SD1

Nilai SDS dan SD1 ditentukan melalui web desain spectra Indonesia

hhtp://puskim.pu.go.id//Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

3.2.6.3 Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Struktur Bangunan

Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung

sesuai Tabel 3.5 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan

suatu faktor keutamaan Ie menurut Tabel 3.5.


32

Tabel 3.5. Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatas
untuk, antara lain :
a. Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan I
b. Fasilitas sementara
c. Gudang penyimpanan
d. Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk kategori
risiko I, III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
a. Perumahan
b. Rumah toko dan Rumah kantor
c. Pasar
d. Gedung perkantoran II
e. Gedung apartemen/ Rumah susun
f. Pusat perbelanjaan/ mall
g. Bangunan industry
h. Fasilitas manufaktur
i. Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, tapi tidak dibatasi untuk :
a. Bioskop
b. Gedung pertemuan
c. Stadion
d. Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
e. Fasilitas penitipan anak
f. Penjara
g. Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk dalam kategori IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar III
dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-
hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
a. Pusat pembangkit listrik biasa
b. Fasilitas penanganan air
c. Fasilitas penanganan limbah
d. Pusat telekomunikasi Gedung dan non gedung yang tidak
termasuk dalam risiko IV, (termasuk, tetapu tidak dibatasi untuk
fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan,
penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang
mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak
dimana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang
33

Tabel lanjutan…..
disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan
bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang IV
penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
a. Bangunan
b. Bangunan monumental
c. Gedung sekolah dan Fasilitas pendidikan
d. Rumah sakit dan Fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
e. Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta
IV garasi kendaraan darurat IV
f. Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan
tempat perlindungan darurat lainnya
g. Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, Pusat operasi dan
Fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
h. Pusat pembangkit energi dan Fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat Gedung dan non gedung
yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur
bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko
(Sumber : SNI 1726:2019)

Dalam perencanaan gempa rencana harus dikalikan dengan suatu faktor

pengali berdasarkan kategori resiko gedung untuk menyesuaikan periode ulang

gempa. Berikut ini merupakan faktor keutamaan gempa berdasarkan SNI

1726:2019 pasal 4.1.2.

Tabel 3.6. Faktor Keutamaan Gempa


Faktor Keutamaan
Kategori Risiko
Gempa le
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,5
(Sumber : SNI 1726:2019)
34

3.2.6.4 Klarifikasi Situs

Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan

tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan

dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebuat haru

diklasifikasikan terlebih dahulu. Klasifikasi situs ini, bertujuan untuk memberikan

kriteria desain seismik berupa faktor-faktor amplifikasi pada bangunan. Penetapan

kelas situs ini harus melalui penyelidikan tanah di lapangan dan di laboratorium.

Tipe kelas situs harus ditetapkan sesuai dengan definisi dari tabel dan pasal-pasal

berikut ini:

Tabel 3.7 Klarifikasi Situs


Kelas Situs Vs (m/detik) N atau Nch Su (kPa)
SA (Batuan
>1500 N/A N/A
Keras)
SB (Batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC(tanah keras,
sangat padat, dan 350 sampai 750 >50 ≥100
batuan lunak)
<175 <15 <50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m
tanah dengan karakteristik sebagai berikut :
SE (tanah lunak)
1. Indek plastisitas, PI > 20,
2. Kadar air, w ≥ 40%
3. Kuat geser nitralir Su < 25kPa
Setiap Profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau
SF (tanah khusus,
lebih dari karakteristik berikut yaitu :
yang
1. Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat
membutuhkan
gempa seperti mudah likuifaksi, lempung sangat
investigasi
sensitif, tanah tersedimentasi lemah
geoteknik
2. Lempung sangat organic dan/gambut (ketebalan H
spesifikasi dan
> 3m)
analisis respons
3. Lempung berplasititas sangat tinggi (ketebalan H
spesifik situs
>7,5m dengan indeks plastisitas PI >75
yang mengikuti
Lapisan tanah lempung lunak / setengah teguh
6.10.1)
dengan ketebalan H > 35m dengan Su < 50kP
35

3.2.6.5 Desain Respons Spektrum

Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur

gerak tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons

desain harus dikembangkan dengan mengacu dan mengikuti ketentuan dibawah ini:

1. Untuk perioda yang lebih kecil dari To, spektrum respons percepatan

desain, Sa harus diambil dari persamaan:

𝑆 =𝑆 0,4 + 0,6 (3-64)

2. Untuk perioda yang lebih besar dari atau sama dengan To dan lebih kecil

dari atau sama dengan Ts, spectrum respons percepatan desain Sa, sama

dengan SDS

3. Untuk Perioda lebih besar dari Ts, spectrum respons percepatan desain,

Sa diambil berdasarkan persamaan (3-2).

𝑆 = (3-65)

Keterangan :
SDS = Parameter respons spectral percepatan desain pada perioda pendek
SD1 = Parameter respons spectral percepatan desain pada perioda 1 detik
T = Perioda getar fundamental struktur
𝑇 = 0,2 (3-66)
𝑇 = (3-67)

Berdasarkan pasal 6.3 SNI 1726:2012 parameter percepatan spektral

desain untuk perioda pendek, SDS dan pada perioda 1 detik, SD1, harus ditentukan

dengan perumusan berikut ini:

SDS = 2/3.SMS (3-68)

SD1  2/3.SM1 (3-69)


36

Dalam penentuan respons spektral percepatan gempa MCER dipermukaan

tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda pendek 0,2 detik

dan pada perioda 1 detik . Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran

terkait percepatan pada getaran perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait

percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik (Fv). Parameter spektrum respons

percepatan pada perioda pendek (SMS) dan pada perioda 1 detik (SM1) yang

disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan perumusan

berikut ini:

SMS  Fa.Ss (3-70)

SM1  Fv.S1 (3-71)

Keterangan :
SS = Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan
untuk perioda pendek
S1 = Parameter respons spectral percepatan gempa MCER terpasang
untuk perioda 1,0 detik

Koefisien situs faktor implikasi getaran terkait percepatan pada getaran

perioda pendek, Fa dan faktor implikasi terkait percepatan yang mewakili getaran

perioda 1 detik, Fv dapat dilihat pada tabel 3.8 dan 3.9.

Tabel 3.8. Koefisien Situs, Fa


Parameter respons spectral percepatan gempa (MCER)
Kelas
terpetakan pada perioda pendek, T=0,2 detik, Ss
Situs
Ss ≤ 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss ≥ 1 Ss ≥ 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SSb
(Sumber : SNI 1726:2019)
37

Tabel 3.9. Koefisien Situs, FV


Parameter respons spectral percepatan gempa (MCER)
Kelas
terpetakan pada perioda pendek, T= 1 detik, S1
Situs
Ss ≤ 0,1 Ss = 0,2 Ss = 0,3 Ss ≥ 0,4 Ss ≥ 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
b
SF SS
(Sumber : SNI 1726:2019)

Catatan :
Untuk nilai-nilai antara SS dan S1 dapat dilakukan interpolasi linear
SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifikasi dan analisis respon
situs spesifik

3.2.6.6 Kategori Desain Seismik

Apabila nilai SDS dan SD1 sudah ditentukan maka, kategori desain

seismik struktur dapat ditetapkan sesuai tabel 3.10 dan 3.11.

Tabel 3.10. Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons


Percepatan pada Perioda Pendek
Kategori Risiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 < SDS < 0,33 B B
0,33 < SDS < 0,5 C C
0,5 ≤ SDS D D
(Sumber SNI 1726:2019)

Tabel 3.11. Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons


Percepatan pada Perioda 1 detik
Kategori Risiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
SD1 < 0,167 A A
0,167 < SD1 < 0,133 B B
0,133 < SD1 < 0,20 C C
0,5 ≤ SD1 D D
(Sumber SNI 1726:2019)
38

3.2.6.7 Struktur Penahan Gaya Gempa

Bila sistem yang berbeda digunakan maka, masing-masing nilai R , CD dan

(Ω0) harus dikenakan sesuai dengan sistem tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel

3.12.

Tabel 3.12. Faktor Koefisien Modifikasi Respons, Faktor Kuat Lebih Sistem,
Faktor Pembesar Defleksi, dan Batasan Tinggi Sistem Struktur
Faktor Faktor Batasan Sistem Struktur
Koefisien
Kuat pembesa dan Batasan Tinggi
Sistem Penahan Modifikas
Lebih ran struktur, hn (m)c Kategori
Gaya Seismik i Respons,
Sistem, Defleksi, Desain Seismik
Ra
Ω0g Cdb B C Dd Ed Fe
C.Sistem Rangka
Pemikul Momen
1. Rangka baja
pemikul momen 8 3 5½ TB TB TB TB TB
khusus
2. Rangka batang
baja pemikul 7 3 5½ TB TB 48 30 TI
momen khusus
3. Rangka batang
baja pemikul 4½ 3 4 TB TB 10hi Tih TIi
momen khusus
4. Rangka baja
pemikul momen 3½ 3 3 TB TB Tih TIh TIi
menengah
5. Rangka baja
pemikul momen 8 3 5½ TB TB TB TB TB
biasa
6. Rangka beton
bertulang
5 3 4½ TB TB TI TI TI
pemikul momen
khusus
7. Rangka beton
bertulang
3 3 2½ TB TI TI TI TI
pemikul momen
biasa
8. Rangka baja dan
beton komposit
8 3 5½ TB TB TB TB TB
pemikul momen
khusus
39

Tabel Lanjutan….
9. Rangka baja dan
beton komposit
5 3 4½ TB TB TI TI TI
pemikul momen
menengah
10. Rangka baja dan
beton komposit
6 3 5½ 48 48 30 TI TI
terkekang parsial
pemikul momen
11. Rangka baja dan
beton komposit
3 3 2½ TB TI TI TI TI
pemikul momen
biasa
12. Rangka Baja
canai dingin
pemikul momen 3½ 30 3½ TB 10 10 10 10
khusus dengan
pembautan
(Sumber SNI 1726:2019)

3.2.6.8 Geser Dasar Seismik

Geser dasar seismik, V dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai

dengan persamaan berikut:

V = CsW (3-72)

Keterangan :
Cs = Koefisien respons seismik (SNI 1726:2019 pasal 7.8.1.1)
V = Berat seismik efektif (SNI 1726:2019 pasal 7.7.2)

Koefisen respons seismik, S C , harus ditentukan sebagai berikut:

1. Cs maksimum = (3-73)

2. Cs hitungan = (3-74)

3. Cs minimum = 0,044SDS Ie ≥ 0,01 (3-75)


40

Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana C1

sama dengan atau lebih besar dari 0,6g, maka Csharus tidak kurang dari:
,
4. Cs minimum = (3-76)

Keterangan :
SDS = Parameter respons spectral percepatan desain pada perioda pendek
SD1 = Parameter respons spectral percepatan desain pada perioda 1 detik
T = Perioda getar fundamental struktur
R = Faktor modofikasi responds
Ie = Faktor keutamaan gempa yang ditentukan

3.2.6.9 Periode Fundamental

Menurut SNI 1726:2019 pasal 7.8.2, sebagai alternative pada pelaksanaan

analisis untuk menentukan periode fundamental struktur, T, diijinkan secara

langsung menggunakan periode bangunan pendekatan, Ta.

𝑇 =𝐶𝐻 (3-77)

hn adalah struktur, dalam (m), di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur,

dan koefisien Ct dan x ditentukan dari tabel dibawah ini :

Tabel 3.13. Koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung
(Nilai Cu)
Parameter Percepatan Respons Spektral desain pada 1 detik Koefisien
SD1 Cu
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
(Sumber SNI 1726:2019)
41

Tabel 3.14. Nilai parameter perioda pendekatan Ct dan x


Tipe Struktur Ct x

Sistem rangka pemikul momen dimana rangka pemikul 100 0,8


persen gaya gempa yang diisyaratkan dan tidak dilingkupi atau
dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan
mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa.
Rangka baja pemikul momen 0,0724a 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466a 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731a 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731a 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488a 0,75
(Sumber SNI 1726:2019)

3.2.6.10 Distribusi Vertikal Gaya Gempa

Berdasarkan SNI 1726:2019, gaya gempa lateral, (Fx) (kN) yang timbul

disemua tingkat harus ditentukan dari persamaan berikut:

𝐹 = 𝐶 𝑉 (3-78)

𝐶 =∑ (3-79)

Keterangan :
Cvx = Faktor distribusi vertikal
V = Gaya dasar seismik atau geser di dasar struktur
wi dan wx = Bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang
ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x
hi dan hx = Tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x, dinyatakan dalam
meter
k = Untuk struktur yang perioda sebesar 0,5 detik atau kurang,
k = 1. untuk struktur yang perioda sebesar 2,5 detik atau
kurang, k = 2. untuk struktur yang perioda antara 0,5 dan
2,5 detik, k harus sebesar 2 atau harus ditentukan dengan
interpolasi linear atara 1 dan 2
42

3.2.6.11 Distribusi Horisontal Gaya Gempa

Geser tingkat Desain gempa di semua tingkat , Vx (kN) harus ditentukan

dari persamaan berikut :

𝑉 =∑ 𝐹 (3-80)

Keterangan : Fi adalah bagian dari geser seismik V yang timbul di tingkat


i, dinyatakan dalam kilo newton (kN)
BAB IV

METODOLOGI PERENCANAAN

4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer yang sudah ada dari perusahaan yang berkaitan

tentang pembangunan Rumah Sakit 7 lantai di Cilancak Barat berupa gambar-

gambar pekerjaan proyek pembangunan Rumah Sakit tersebut diantaranya yaitu

gambar arsitektur dana gambar struktur.

Dalam studi literatur, kajian ini diambil dari publikasi hasil penelitian para

pakar di dunia Teknik sipil diantaranya adalah peraturan-peraturan yang berlaku,

dan buku-buku pelajaran terutama yang berhubungan dengan tema penelitian ini.

Adapun literatur yang digunakan dalam perancangan struktur Rumah Sakit 7 lantai

di Cilandak Barat adalah sebagai berikut :

1. “Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan

Penjelasan” SNI 2847:2019

2. “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan

Gedung dan Nongedung” SNI 1726:2019

3. “Beban Minimum untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan Struktur

Lain” SNI 1727:2013

4. “Baja Tulangan Beton” SNI 2052:2017

43
44

4.2 Estimasi Dimensi

Estimasi merupakan tahapan awal dalam perancangan struktur bangunan.

Estimasi dimensi struktur dilakukan dengan menggunakan perhitungan awal yang

merupakan perhitungan pendekatan, sehingga nantinya hasil yang didapat tidak

akan terlampau jauh berbeda dengan estimasi yang dilakukan. Estimasi

dimaksudkan agar proses analisis struktur dapat lebih cepat.

Dalam tugas akhir ini estimasi yang dilakukan meliputi balok, kolom, pelat

lantai,dan tangga. Estimasi dimensi struktur ini berpedoman pada standar nasional

yang berlaku yaitu SNI 2847:2019.

4.3 Pembebanan

Perhitungan pembebanan dalam tugas akhir ini menggunakan beban

gravitasi sesuai dengan SNI 2847:2019. Beban grafitasi yang diperhitungkan adalah

beban mati dan beban hidup. Sedangkan untuk beban gempa sesuai dengan SNI

1726:2019.

Beban yang diperhitungkan dalam perhitungan tangga dibagi menjadi dua

bagian, yaitu beban pada tangga dan beban pada bordes. Beban ini dibedakan

menjadi dua bagian karena masing-masing memiliki beban yang berbeda.

Perbedaan beban dikarenakan pada tangga memiliki anak tangga yang menambah

beban mati pada pelat tangga.


45

4.4 Permodelan Struktur

Setelah menentukan pembebanan gravitasi yang meliputi beban hidup dan

beban mati berdasarkan SNI 2847:2019, kemudian beban gravitasi diinput keadaan

model struktur. Selanjutnya menentukan nilai parameter-parameter yang digunakan

pada tiap peraturan gempa berdasarkan SNI 1726:2019. Setelah gaya gempa pada

masing-masing peraturan didapat, maka Analisa dapat dilakukan dengan

menggunakan Software ETABS yang dibuat oleh Computers and Structures, Inc.

University Avenue Berkeley, California.

4.5 Output Gaya Dalam Akibat Beban Gravitasi dan Gempa

Output gaya dalam pada struktur Rumah Sakit 7 lantai di Cilandak Barat

akibat beban gravitasi dan beban gempa adalah sebagai berikut :

1. Gaya aksial (Pu)

2. Gaya Geser (Vu)

3. Momen lentur (Mu)

4.6 Evaluasi dan Kontrol

Melakukan evaluasi dan control hasil perancangan dan hitungan struktur

yang menerima kombinasi lentur, beban aksial maupun gaya geser. Apakah desain

yang sudah cukup mampu memikul beban yang ada. Jika desain mampu memikul

beban yang ada maka dapat ditarik kesimpulan. Namun, jika desain tidak mampu
46

memikul beban yang ada maka harus dilakukan pengecekan ulang pada permodelan

struktur.

Gambar 4.1 Diagram Alir Perancangan Struktur Rumah Sakit 7 lantai di Cilancak
Barat

MULAI

Pengumpulan data :
1. Data Struktur ( Lokasi, Tinggi Lantai,
Jumlah Lantai, Sistem Struktur)
2. Denah Arsitektur

Analisis Beban Gempa (SNI 1726:2019) dan Perhitungan Beban


(SNI 1727: 2020) Pliminary design astimasi dimensi struktur

Permodelan Struktur menggunakan ETABS

Analisis Struktur
(berdasarkan hasil ETABS)

Tidak

YA

Hasil

SELESAI
BAB V

ESTIMASI DIMENSI

5.1 Estimasi Dimensi

Estimasi dimensi merupakan tahapan awal yang dilakukan dalam

perancangan struktur bangunan. Estimasi dimensi struktur dilakukan dengan

menggunakan perhitungan awal yang merupakan perhitungan pendekatan,

sehingga nantinya hasil yang didapat tidak akan terlampau jauh berbeda dengan

estimasi yang dilakukan. Estimasi dimensi dimaksudkan agar proses analisis

struktur dapat lebih cepat. dalam tugas akhir ini estimasi dimensi yang dilakukan

meliputi balok, pelat lantai, kolom, tangga, dan dinding geser. Estimasi dimensi ini

berpedoman pada peraturan SNI 2847:2019.

5.2 Perencanaan Balok

5.2.1 Estimasi dimensi balok

Berdasarkan tabel 9.3.1.1 SNI 2847:2019, perencanaan tinggi minimum dan

lebar balok dapat direncanakan sebagai berikut :

5.2.1.1 Balok Bentang ( L ) = 9000 mm

a. Balok induk

ℎ = ,
= ,
= 486,48 mm

47
48

Dimensi balok yang digunakan :

ℎ= 𝑙 sampai 𝑙

ℎ= 9000 sampai 9000

ℎ = 600 sampai 900 mm

Dipakai h = 750 mm > hmin

Mencari lebar (b) balok

𝑏 = ℎ sampai ℎ

𝑏 = 750 sampai 750

𝑏 = 375 sampai 500 𝑚𝑚

Dipakai b = 500 mm

b. Balok anak

ℎ = ,
= ,
= 243,24 𝑚𝑚

Dimensi balok yang digunakan :

ℎ= 𝑙 sampai 𝑙

ℎ= 4500 sampai 4500

ℎ = 300 sampai 450 𝑚𝑚


49

Dipakai h = 400 mm > hmin

Mencari lebar (b) balok

𝑏 = ℎ sampai ℎ

1 2
𝑏 = 400 sampai 400
2 3

𝑏 = 200 sampai 266,67 𝑚𝑚

Dipakai b = 200 mm

5.2.1.2 Balok bentang ( L ) = 8000 mm

a. Balok induk

ℎ = ,
= ,
= 432,43 𝑚𝑚

Dimensi balok yang digunakan :

ℎ= 𝑙 sampai 𝑙

ℎ= 8000 sampai 8000

ℎ = 533,33 sampai 800 𝑚𝑚

Dipakai h = 700 mm > hmin

Mencari lebar (b) balok

𝑏 = ℎ sampai ℎ

𝑏 = 700 sampai 700

𝑏 = 350 sampai 466,66 𝑚𝑚

Dipakai b = 400 mm
50

b. Balok anak

ℎ = ,
= ,
= 216,21 𝑚𝑚

Dimensi balok yang digunakan :

ℎ= 𝑙 sampai 𝑙

ℎ= 4000 sampai 4000

ℎ = 266,66 sampai 400 𝑚𝑚

Dipakai h = 400 mm > hmin

Mencari lebar (b) balok

𝑏 = ℎ sampai ℎ

𝑏 = 400 sampai 400

𝑏 = 200 sampai 266,66 𝑚𝑚

Dipakai b = 200 mm

5.2.1.3 Balok Bentang ( L ) = 7500 mm

a. Balok induk

ℎ = ,
= ,
= 405,4 𝑚𝑚

Dimensi balok yang digunakan :

ℎ= 𝑙 sampai 𝑙

ℎ= 7500 sampai 7500

ℎ = 500 sampai 750 𝑚𝑚

Dipakai h = 600 mm > hmin


51

Mencari lebar (b) balok

𝑏 = ℎ sampai ℎ

𝑏 = 600 sampai 600

𝑏 = 300 sampai 400 𝑚𝑚

Dipakai b = 300 mm

b. Balok anak

ℎ = ,
= ,
= 202,7 𝑚𝑚

Dimensi balok yang digunakan :

ℎ= 𝑙 sampai 𝑙

ℎ= 3750 sampai 3750

ℎ = 250 sampai 375 𝑚𝑚

Dipakai h = 300 mm > hmin

Mencari lebar (b) balok

𝑏 = ℎ sampai ℎ

𝑏 = 300 sampai 300

𝑏 = 200 sampai 266,66 𝑚𝑚

Dipakai b = 200 mm
52

5.2.1.4 Balok bentang ( L ) = 7000 mm

a. Balok induk

ℎ = ,
= ,
= 378,37 𝑚𝑚

Dimensi balok yang digunakan :

ℎ= 𝑙 sampai 𝑙

ℎ= 7000 sampai 7000

ℎ = 466,66 sampai 700 𝑚𝑚

Dipakai h = 600 mm > hmin

Mencari lebar (b) balok

𝑏 = ℎ sampai ℎ

𝑏 = 600 sampai 600

𝑏 = 300 sampai 400 𝑚𝑚

Dipakai b = 300 mm

b. Balok anak

ℎ = ,
= ,
= 189,18 𝑚𝑚

Dimensi balok yang digunakan :

ℎ= 𝑙 sampai 𝑙

ℎ= 3500 sampai 3500

ℎ = 233,33 sampai 350 𝑚𝑚


53

Dipakai h = 300 mm > hmin

Mencari lebar (b) balok

𝑏 = ℎ sampai ℎ

𝑏 = 300 sampai 300

𝑏 = 200 sampai 266,66 𝑚𝑚

Dipakai b = 200 mm

5.2.1.5 Balok bentang ( L ) = 6000 mm

a. Balok induk

ℎ = = = 375 𝑚𝑚

Dimensi balok yang digunakan :

ℎ= 𝑙 sampai 𝑙

ℎ= 6000 sampai 6000

ℎ = 400 sampai 600 𝑚𝑚

Dipakai h = 500 mm > hmin

Mencari lebar (b) balok

𝑏 = ℎ sampai ℎ

𝑏 = 500 sampai 500

𝑏 = 250 sampai 333,33 𝑚𝑚

Dipakai b = 250 mm
54

b. Balok anak

ℎ = = = 187,5 𝑚𝑚

Dimensi balok yang digunakan :

ℎ= 𝑙 sampai 𝑙

ℎ= 3000 sampai 3000

ℎ = 200 sampai 300 𝑚𝑚

Dipakai h = 300 mm > hmin

Mencari lebar (b) balok

𝑏 = ℎ sampai ℎ

𝑏 = 300 sampai 300

𝑏 = 150 sampai 200 𝑚𝑚

Dipakai b = 200 mm

5.2.2 Ukuran Balok Yang Digunakan

Ukuran balok yang digunakan dalam permodelan adalah :

Tabel 5.1 Estimasi Balok Yang Digunakan


Balok Induk Balok Anak

Bentang ( mm ) b/h ( mm ) Bentang ( mm ) b/h ( mm )

9000 500/750 4500 200/400

8000 400/700 4000 200/400

7500 300/600 3750 200/300

7000 300/600 3500 200/300

5000 250/500 2500 200/300


55

5.3 Perancangan Pelat

Dalam Perancangan pelat ada dua macam tipe pelat yaitu pelat lantai satu

arah (one way slab) dan pelat lantai dua arah (two way slab). Kedua jenis pelat ini

dibagi berdasarkan perbandingan sisi panjang terhadap sisi lebarnya. Pemilihan

pelat yang ada dalam estimasi ini adalah pelat dengan bentangan terbesar.

5.3.1 Estimasi Tebal Pelat

Tebal pelat untuk lantai dasar dengan luas (4000 x 2500) mm2. Taksiran

dimensi awal pelat lantai dipilih berdasarkan pelat dengan luasan terbesar yang

dapat mewakili seluruh pelat. Pada lantai dasar difungsikan sebagai lobby rumah

sakit sedangkan lantai berikutnya difungsikan sebagai kamar pasien. Tebal pelat

harus memenuhi syarat ketebalan pelat minimum pada SNI 2847:2019 pasal

8.3.1.1.

Arah memanjang ( ly ) = 4000 mm

Arah melintang ( lx ) = 2500 mm

= = 1,6 < 2 , maka perancangan pelat dua arah.

a. Balok 3 dan 4 ( Balok 300x600 )

Gambar 5.1 Balok L Untuk Perhitungan Balok 3 dan 4


56

h = 600 mm

hf = 120 mm ( asumsi )

ℎ =ℎ −ℎ

hw = 600 – 120

hw = 480 mm

hw ≤ 4hf

480 ≤ 4(120)

480 ≤ 480 , Maka digunakan = 480 mm

Menghitung titik berat terhadap tepi bawah balok :

600 120
(600𝑥300) (120𝑥480) 600 −
𝑦= 2 + 2 = 358,1818 𝑚𝑚
(600𝑥300) + (120𝑥480)

Menghitung momen inersia :

IBalok A = (300𝑥600 ) + (300𝑥600) 358,1818 −

= 6009321933 mm

IBalok B = (480𝑥120 ) + (480𝑥120) 600 − − 358,1818

= 1973252612 mm4

IBalok = 6009321933 + 1973252612

=7982574545 mm4

IPelat 1 = 𝑥2000𝑥120 = 288000000 𝑚𝑚

IPelat 2 = 𝑥1250𝑥120 = 180000000 𝑚𝑚


57

𝛼 = = = 27,7172

𝛼 = = = 44,3476

b. Balok 1 dan 2 ( Balok 200x400 )

Gambar 5.2 Balok T Untuk Perhitungan Balok 1 dan Balok 2

h = 400 mm

hf = 120 mm ( asumsi )

ℎ =ℎ −ℎ

hw = 400 – 120

hw = 280 mm

hw ≤ 4hf

280 ≤ 4(120)

280 ≤ 480 , Maka digunakan = 280 mm

Menghitung titik berat terhadap tepi bawah balok :

120 280
(120𝑥680) 280 + + (280𝑥200) 2
𝑦= 2 = 258,6046 𝑚𝑚
(120𝑥680) + (280𝑥200)
58

Menghitung momen inersia :

IBalok C = (680𝑥120 ) + (680𝑥120) 280 + − 258,6046

= 638537229,1 mm

IBalok D = (200𝑥280 ) + (200𝑥280) 258,6046 −

= 1153621531 mm4

IBalok = 638537229,1 + 115362153

= 1792158760,1 mm4

IPelat 1 = 𝑥4000𝑥120 = 576000000 𝑚𝑚

IPelat 2 = 𝑥2500𝑥120 = 360000000 𝑚𝑚

,
𝛼 = = = 3,1113

,
𝛼 = = = 4,9782

Menghitung α fm

, , , ,
∝ = = 20,038

∝ = 20,038 ≥ 2

Menghitung tebal pelat :

𝑙 = 3250 − − = 3750 𝑚𝑚

𝛽= = 1,6667

Asumsi α > 2, menggunakan D12 dengan fy = 280 Mpa


59

,
ℎ =

,
ℎ =
( , )

ℎ = 73,5289 𝑚𝑚 atau 90 𝑚𝑚 (dipilih yang terbesar)

Maka digunakan ℎ = 90 𝑚𝑚

Tebal pelat (hf) digunakan dengan asumsi awal yaitu 120 mm.

5.3.2 Tebal Pelat Yang Digunakan

Tebal pelat lantai 2-atap = 120 mm

Tebal pelat basemen dan lantai 1 = 150 mm

5.3.3 Pembebanan Pelat

Pembebanan pelat meliputi beban mati ( DL ) dan beban hidup ( LL ) untuk

pelat lantai dan pelat atap.

a. Beban mati

1. Pelat atap dan lantai ATTIC

Berat sendiri pelat ( 120 mm ) = 0,12 x 24 = 2,88 kN/m2

Berat langit-langit dan penggantung = 0,11 x 0,07 = 0,18 kN/m2

Berat mekanikal dan elektrikal = 0,2 kN/m2

Berat lapisan waterproofing = 0,10 kN/m2

QDL = 3,36 kN/m2


60

2. Pelat lantai 2-7

Berat sendiri pelat ( 120 mm ) = 0,12 x 24 = 2,88 kN/m2

Berat pasir ( 30 mm ) = 0,03 x 16 = 0,48 kN/m2

Berat penutup lantai ( 10 mm ) = 0,01 x 24 = 0,24 kN/m2

Berat Spesi ( 20 mm ) = 0,02 x 21 = 0,42 kN/m2

Berat langit-langit dan penggantung = 0,11 x 0,07 = 0,18 kN/m2

Berat mekanikal dan elektrikal = 0,2 kN/m2

QDL = 4,4 kN/m2

3. Pelat lantai basement dan lantai 1

Berat sendiri pelat ( 120 mm ) = 0,15 x 24 = 3,6 kN/m2

Berat pasir ( 30 mm ) = 0,03 x 16 = 0,48 kN/m2

Berat penutup lantai ( 10 mm ) = 0,01 x 24 = 0,24 kN/m2

Berat Spesi ( 20 mm ) = 0,02 x 21 = 0,42 kN/m2

Berat langit-langit dan penggantung = 0,11 x 0,07 = 0,18 kN/m2

Berat mekanikal dan elektrikal = 0,2 kN/m2

QDL = 5,12 kN/m2

4. Beban hidup

Beban hidup pelat atap =1 kN/m2

Beban hidup rumah sakit = 1,92 kN/m2

Beban hidup untuk tempat parker dan lobby = 4,79 kN/m2


61

5.4 Perancangan Kolom

Perancangan dimensi kolom dilakukan dengan perhitungan beban aksial

yang bekerja di daerah yang ditumpu oleh kolom dan beban-beban yang berasal

dari beban lantai diatasnya.

Pembebanan kolom dilakukan dengan pembangunan area pembebanan

dengan tributary area. Pembebanan untuk kolom berupa pelat, berat pasir, berat

keramik, berat spesi, berat plafond dang penggantung, serta balok-balok yang

masuk dalam tributary are kolom.

f’c = 30 MPa

fy = 420 MPa

Luas yang ditumpu = 8000 x 9000

= 72000000 mm2 = 72 m2

Beban hidup ( fungsi rumah sakit ) = 1,92 kN/m2

Total beban hidup ( NL ) = beban hidup x luas yang ditumpu

= 1,92 x 72

= 138,24 kN

Berat jenis beton = 24 kN/m3


62

5.4.1 Estimasi Kolom Lantai 7 ( elevasi 29,4 m )

5.4.1.1 Pembebanan Kolom

Tinggi kolom = 4,2 m

Beban mati

Beban pelat atap = beban mati x luas yang ditumpu

= 6,72 x 72

= 483,84 kN

Berat balok tertumpu

= volume balok x berat jenis balok

= {(0,5x(0,6-0,12))(9+8)+(0,2(0,3-0,12))(18x16)}x24

= 127,296 kN

Berat sendiri kolom

= tinggi kolom x luas tampang kolom ( asumsi )

= 4,2 x 24 x 0,8 x 0,8

= 64,512 kN

Beban dinding

= 2,5 x 4,2 x ( 8 + 9 )

= 178,5 kN

Total beban mati kolom ( ND )

ND = 483,84 + 127,296 + 64,512 + 178,5 = 854,148 kN

Beban hidup

NL = 1 x 72 = 72 kN
63

5.4.1.2 Estimasi Dimensi

Pu = 1,2Nd + 1,6NL

= (1,2 x 854,148) + (1,6 x 72)

= 1140,1776 kN

𝑃 = 
;  = 0,65

,
𝑃 = ,

𝑃 = 1754,1193 𝑘𝑁 = 1754119,3 𝑁

𝑃 = 0,8 0,85 . 𝑓′ 𝐴 − 𝐴 +𝑓 . 𝐴 ; asumsi 𝐴 = 2% 𝐴

1754119,3 = 0,8 0,85 . 30 𝐴 − 0,02𝐴 + 420 . 0,02𝐴

𝐴 = 379861,397 mm2

Jika diasumsikan b = h maka,

√𝐴 = √65667,838 = 256,255 𝑚𝑚

b = 256,255 𝑚𝑚 , maka digunakan b = 600 mm

h = 256,255 𝑚𝑚 , maka digunakan h = 600 mm

5.4.2 Estimasi kolom lantai 6 ( elevasi 25,2 m )

5.4.2.1 Pembebanan Kolom

Tinggi Kolom = 4,2 m

Beban mati lantai 7 = 854,148 kN

Beban pelat lantai = beban mati x luas yang ditumpu

= 4,4 x 72

= 316,8 kN
64

Berat balok tertumpu

= volume balok x berat jenis balok

= {(0,5x(0,6-0,12))(9+8)+(0,2(0,3-0,12))(18x16)}x24

= 127,296 kN

Berat sendiri kolom

= tinggi kolom x luas tampang kolom ( asumsi )

= 4,2 x 24 x 0,8 x 0,8

= 64,512 kN

Beban dinding

= 2,5 x 4,2 x ( 8 + 9 )

= 178,5 kN

Total beban mati kolom ( ND )

ND = 854,148 + 316,8 + 127,296 + 64,512 + 178,5 = 1541,256 kN

Beban hidup

NL = 138,24 + 72 = 210,24 kN

5.4.2.2 Estimasi Dimensi

Pu = 1,2Nd + 1,6NL

= (1,2 x 1541,256) + (1,6 x 210,24)

= 2185,584 kN

𝑃 = 
;  = 0,65

,
𝑃 = ,

𝑃 = 3362,437 𝑘𝑁 = 3362437 𝑁
65

𝑃 = 0,8 0,85 . 𝑓′ 𝐴 − 𝐴 +𝑓 . 𝐴 ; asumsi 𝐴 = 2% 𝐴

3362437 = 0,8 0,85 . 30 𝐴 − 0,02𝐴 + 420 . 0,02𝐴

𝐴 = 125877,395 mm2

Jika diasumsikan b = h maka,

√𝐴 = √125877,395 = 354,792 𝑚𝑚

b = 354,792 𝑚𝑚 , maka digunakan b = 600 mm

h = 354,792 𝑚𝑚 , maka digunakan h = 600 mm

5.4.3 Estimasi Kolom lantai 5 ( elevasi 21 m )

5.4.3.1 Pembebanan Kolom

Tinggi Kolom = 4,2 m

Beban mati lantai 7 = 1541,256 kN

Beban pelat lantai = beban mati x luas yang ditumpu

= 4,4 x 72

= 316,8 kN

Berat balok tertumpu

= volume balok x berat jenis balok

= {(0,5x(0,6-0,12))(9+8)+(0,2(0,3-0,12))(18x16)}x24

= 127,296 kN

Berat sendiri kolom

= tinggi kolom x luas tampang kolom ( asumsi )

= 4,2 x 24 x 0,8 x 0,8

= 64,512 kN
66

Beban dinding

= 2,5 x 4,2 x ( 8 + 9 )

= 178,5 kN

Total beban mati kolom ( ND )

ND = 1541,256 + 316,8 + 127,296 + 64,512 + 178,5 = 2228,7072 kN

Beban hidup

NL = 210,24 + 138,24 = 348,58 kN

5.4.3.2 Estimasi Dimensi

Pu = 1,2Nd + 1,6NL

= (1,2 x 2228,7072) + (1,6 x 348,58)

= 3232,1767 kN

𝑃 = 
;  = 0,65

,
𝑃 = ,

𝑃 = 4972,579 𝑘𝑁 = 4972579 𝑁

𝑃 = 0,8 0,85 . 𝑓′ 𝐴 − 𝐴 +𝑓 . 𝐴 ; asumsi 𝐴 = 2% 𝐴

4972579 = 0,8 0,85 . 30 𝐴 − 0,02𝐴 + 420 . 0,02𝐴

𝐴 = 186155,248 mm2

Jika diasumsikan b = h maka,

√𝐴 = √186155,248 = 431,457 𝑚𝑚

b = 431,457 𝑚𝑚 , maka digunakan b = 700 mm

h = 431,457 𝑚𝑚 , maka digunakan h = 700 mm


67

5.4.4 Estimasi Kolom Lantai 4 ( elevasi 16,8 )

5.4.4.1 Pembebanan Kolom

Tinggi Kolom = 4,2 m

Beban mati lantai 5 = 2228,7072 kN

Beban pelat lantai = beban mati x luas yang ditumpu

= 4,4 x 72

= 316,8 kN

Berat balok tertumpu

= volume balok x berat jenis balok

= {(0,5x(0,6-0,12))(9+8)+(0,2(0,3-0,12))(18x16)}x24

= 127,296 kN

Berat sendiri kolom

= tinggi kolom x luas tampang kolom ( asumsi )

= 4,2 x 24 x 0,8 x 0,8

= 64,512 kN

Beban dinding

= 2,5 x 4,2 x ( 8 + 9 )

= 178,5 kN

Total beban mati kolom ( ND )

ND = 2228,7072 + 316,8 + 127,296 + 64,512 + 178,5 = 2915,8152 kN

Beban hidup

NL = 348,58 + 138,24 = 486,82 kN


68

5.4.4.2 Estimasi Dimensi

Pu = 1,2Nd + 1,6NL

= (1,2 x 2915,8152) + (1,6 x 486,82)

= 4277,89 kN

𝑃 = 
;  = 0,65

,
𝑃 = ,

𝑃 = 6581,369 𝑘𝑁 = 6581369 𝑁

𝑃 = 0,8 0,85 . 𝑓′ 𝐴 − 𝐴 +𝑓 . 𝐴 ; asumsi 𝐴 = 2% 𝐴

6581369 = 0,8 0,85 . 30 𝐴 − 0,02𝐴 + 420 . 0,02𝐴

𝐴 = 246382,487 mm2

Jika diasumsikan b = h maka,

√𝐴 = √246382,487 = 496,369 𝑚𝑚

b = 496,369 𝑚𝑚 , maka digunakan b = 700 mm

h = 496,369 𝑚𝑚 , maka digunakan h = 700 mm

5.4.5 Estimasi Kolom Lantai 3 ( elevasi 12,6 )

5.4.5.1 Pembebanan Kolom

Tinggi Kolom = 4,2 m

Beban mati lantai 4 = 2915,8152 kN

Beban pelat lantai = beban mati x luas yang ditumpu

= 4,4 x 72

= 316,8 kN
69

Berat balok tertumpu

= volume balok x berat jenis balok

= {(0,5x(0,6-0,12))(9+8)+(0,2(0,3-0,12))(18x16)}x24

= 127,296 kN

Berat sendiri kolom

= tinggi kolom x luas tampang kolom ( asumsi )

= 4,2 x 24 x 0,8 x 0,8

= 64,512 kN

Beban dinding

= 2,5 x 4,2 x ( 8 + 9 )

= 178,5 kN

Total beban mati kolom ( ND )

ND = 2915,8152 + 316,8 + 127,296 + 64,512 + 178,5 = 3602,9232 kN

Beban hidup

NL = 486,82 + 138,24 = 625,06 kN

5.4.5.2 Estimasi Dimensi

Pu = 1,2Nd + 1,6NL

= (1,2 x 3602,9232) + (1,6 x 625,06 )

= 5323,603 kN

𝑃 = 
;  = 0,65

,
𝑃 = ,

𝑃 = 8190,158 𝑘𝑁 = 8190158 𝑁
70

𝑃 = 0,8 0,85 . 𝑓′ 𝐴 − 𝐴 +𝑓 . 𝐴 ; asumsi 𝐴 = 2% 𝐴

8190158 = 0,8 0,85 . 30 𝐴 − 0,02𝐴 + 420 . 0,02𝐴

𝐴 = 306609,688 mm2

Jika diasumsikan b = h maka,

√𝐴 = √306609,688 = 553,723 𝑚𝑚

b = 553,723 𝑚𝑚 , maka digunakan b = 700 mm

h = 553,723 𝑚𝑚 , maka digunakan h = 700 mm

5.4.6 Estimasi Kolom Lantai 2 ( elevasi 8,4 )

5.4.6.1 Pembebanan Kolom

Tinggi Kolom = 4,2 m

Beban mati lantai 3 = 3602,9232 kN

Beban pelat lantai = beban mati x luas yang ditumpu

= 4,4 x 72

= 316,8 kN

Berat balok tertumpu

= volume balok x berat jenis balok

= {(0,5x(0,6-0,12))(9+8)+(0,2(0,3-0,12))(18x16)}x24

= 127,296 kN

Berat sendiri kolom

= tinggi kolom x luas tampang kolom ( asumsi )

= 4,2 x 24 x 0,8 x 0,8

= 64,512 kN
71

Beban dinding

= 2,5 x 4,2 x ( 8 + 9 )

= 178,5 kN

Total beban mati kolom ( ND )

ND = 3602,9232 + 316,8 + 127,296 + 64,512 + 178,5 = 4290,0312 kN

Beban hidup

NL = 625,06 + 138,24 = 763,3 kN

5.4.6.2 Estimasi Dimensi

Pu = 1,2Nd + 1,6NL

= (1,2 x 4290,0312) + (1,6 x 763,3)

= 6369,317 kN

𝑃 = 
;  = 0,65

,
𝑃 = ,

𝑃 = 9798,949 𝑘𝑁 = 9798949 𝑁

𝑃 = 0,8 0,85 . 𝑓′ 𝐴 − 𝐴 +𝑓 . 𝐴 ; asumsi 𝐴 = 2% 𝐴

9798949 = 0,8 0,85 . 30 𝐴 − 0,02𝐴 + 420 . 0,02𝐴

𝐴 = 366836,964 mm2

Jika diasumsikan b = h maka,

√𝐴 = √366836,964 = 605,67 𝑚𝑚

b = 605,67 𝑚𝑚 , maka digunakan b = 800 mm

h = 605,67 𝑚𝑚 , maka digunakan h = 800 mm


72

5.4.7 Estimasi Kolom Laintai 1 ( elevasi 4,2 )

5.4.7.1 Pembebanan Kolom

Tinggi Kolom = 4,2 m

Beban mati lantai 2 = 4290,0312 kN

Beban pelat lantai = beban mati x luas yang ditumpu

= 5,12 x 72

= 368,64 kN

Berat balok tertumpu

= volume balok x berat jenis balok

= {(0,5x(0,6-0,15))(9+8)+(0,15(0,3-0,15))(18x16)}x24

= 159,345 kN

Berat sendiri kolom

= tinggi kolom x luas tampang kolom ( asumsi )

= 4,2 x 24 x 0,8 x 0,8

= 64,512 kN

Beban dinding

= 2,5 x 4,2 x ( 8 + 9 )

= 178,5 kN

Total beban mati kolom ( ND )

ND = 4290,0312 + 368,64 + 159,345 + 64,512 + 178,5 = 5061,0282 kN

Beban hidup

NL = 763,3 + 414 = 1177,3 kN


73

5.4.7.2 Estimasi Dimensi

Pu = 1,2Nd + 1,6NL

= (1,2 x 5061,0282 ) + (1,6 x 1177,3 )

= 7956,913 kN

𝑃 = 
;  = 0,65

,
𝑃 = ,

𝑃 = 12241,404 𝑘𝑁 = 12241404 𝑁

𝑃 = 0,8 0,85 . 𝑓′ 𝐴 − 𝐴 +𝑓 . 𝐴 ; asumsi 𝐴 = 2% 𝐴

12241404 = 0,8 0,85 . 30 𝐴 − 0,02𝐴 + 420 . 0,02𝐴

𝐴 = 458273,584 mm2

Jika diasumsikan b = h maka,

√𝐴 = √458273,584 = 676,959 𝑚𝑚

b = 676,959 𝑚𝑚 , maka digunakan b = 800 mm

h = 676,959 𝑚𝑚 , maka digunakan h = 800 mm

5.4.8 Estimasi Kolom Lantai LG ( estimasi 0 )

5.4.8.1 Pembebanan Kolom

Tinggi Kolom = 4,2 m

Beban mati lantai 1 = 5061,0282 kN

Beban pelat lantai = beban mati x luas yang ditumpu

= 5,12 x 72 = 368,64 kN
74

Berat balok tertumpu

= volume balok x berat jenis balok

= {(0,5x(0,6-0,15))(9+8)+(0,15(0,3-0,15))(18x16)}x24

= 159,345 kN

Berat sendiri kolom

= tinggi kolom x luas tampang kolom ( asumsi )

= 4,2 x 24 x 0,8 x 0,8

= 64,512 kN

Beban dinding

= 2,5 x 4,2 x ( 8 + 9 )

= 178,5 kN

Total beban mati kolom ( ND )

ND = 5061,0282 + 368,64 + 159,345 + 64,512 + 178,5 = 5832,0252 kN

Beban hidup

NL = 1177,3 + 414 = 1591,3 kN

5.4.8.2 Estimasi Dimensi

Pu = 1,2Nd + 1,6NL

= (1,2 x 5832,0252 ) + (1,6 x 1591,3 )

= 9544,51 kN

𝑃 = 
;  = 0,65

,
𝑃 = ,
75

𝑃 = 14683,861 𝑘𝑁 = 14683861 𝑁

𝑃 = 0,8 0,85 . 𝑓′ 𝐴 − 𝐴 +𝑓 . 𝐴 ; asumsi 𝐴 = 2% 𝐴

14683861 = 0,8 0,85 . 25 𝐴 − 0,02𝐴 + 400 . 0,02𝐴

𝐴 = 549710,28 mm2

Jika diasumsikan b = h maka,

√𝐴 = √549710,28 = 741,424 𝑚𝑚

b = 741,424 𝑚𝑚 , maka digunakan b = 800 mm

h = 741,424 𝑚𝑚 , maka digunakan h = 800 mm

5.5 Dimensi Kolom

Tabel 5.2 Dimensi Kolom Yang Digunakan


Lantai b ( mm ) h ( mm )
LG 800 800
1 800 800
2 800 800
3 700 700
4 700 700
5 700 700
6 600 600
7 600 600

5.6 Estimasi Tangga

Dalam perencanaan arsitektur terdapat tangga dengan ukuran yang berbeda-

beda terapi tidak terlalu signifikan, sehingga dalam perhitungan tangga diambil satu

contoh untuk dihitung.

Tinggi antar lantai (h) = 4,2 m

Tinggi anak tangga (Optrade) = 175 mm

Lebar anak tangga (Antrade) = 300 mm


76

Tebal Pelat tangga (t) = 150 mm

Jumlah anak tangga = −1= − 1 = 23 anak tangga

Syarat tangga = 60 ≤ 2.Op + An ≤ 65

= 60 ≤ 2.17,5 + 30 ≤ 65

= 60 ≤ 65 ≤ 65 ( ok )

Kemiringan tangga = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 30,2564°

, , , ,
𝑡𝑡 = = = 0,0755
, ,

, ,
ℎ = = = 0,261
∝ , °

Gambar 5.3 Perencanaan Anak Tangga


BAB VI

PERENCANAAN ATAP

6.1 Data Perencanaan

1. Tipe Profil = Wide Flang ( IWF ) 300 x 150 x 6,5 x 9

2. Gording Profil = C 125 x 50 x 20 x 3,2

3. Mutu Baja = BJ37 ( fy = 240 Mpa , fu = 370 Mpa )

4. Kemiringan Atap = 30⁰

5. Penutup Atap = Spandek + Peredam Panas ( 20 kg/m2 )

6. Bentang Kuda – Kuda = 14 m

7. Jarak Antar Kuda – Kuda yang diperhitungkan = 3 m

8. Jumlah Sagrod setiap gording = 2 ( D10 )

9. Ikatan Angin = D16

Gambar 6.1 Denah Rencana Atap Tinjauan

77
78

6.2 Perencanaan Gording

Bentuk Atap Kuda – Kuda

Menghitung Panjang balok :

Oversteak = 1 m

Jarak datar balok = 14000/2 = 700 cm

𝑅= °
= 808,2903 𝑐𝑚

Jarak datar gording = 700/10 = 70 cm

Dengan asumsi jumlah gording 10,

Jarak miring antar gording menjadi 80 cm

6.2.1 Pembebanan Gording

a. Beban Mati ( D )

Berat Penutup Atap = berat penutup atap x jarak antar gording

= 20 x 0,8 = 16 kg/m

Berat Sendiri Gording = 6,13 kg/m (tabel profil PT.Gunung Garuda)

Berat Plafond + Penggantung = berat plafond + jarak datar gording

= 18 x 0,7 = 12,6 kg/m

Berat Sagrod, baut dll = 2kg/m (asumsi)

Total = 36,73 kg/m

Dz = 36,73 x sin 30⁰

= 18,365 kg/m

= 0,1836 N/mm
79

Dy = 36,73 x cos 30⁰

= 31,8091 kg/m

= 0,318 N/mm

b. Beban Hidup ( L )

Beban Terpusat ( La ) = 100kg (beban pekerja)

Beban Air Hujan ( H ) = 40-0,8(α)

= 40-0,8 ( 30 ) = 16kg/m2

Dipilih Terbesar = 100 kg

Lz = 100 x sin 30⁰

= 50 kg/m

= 0,5 N/mm

Ly = 100 x cos 30⁰

= 86,6025 kg/m

= 0,866 N/mm

c. Beban Angin ( W )

Koefisien beban angina untuk Gedung tertutup dihitung dengan

persamaan 0,02 α – 0,4 bila kemiringan atap ( α ) < 65⁰ dan

menggunakan 0,9 bila kemiringan atap 65⁰ ≤ α < 90⁰ .

Tekanan Angin = 25kg/m2

Koefisien Angin = 0,02α – 0,,4

= ( 0,02 x 30⁰ ) – 0,4

= 0,2
80

Beban Angin = 25 kg/m2 x 0,4 x 0,8

= 8 kg/m

= 0,08 N/mm

6.2.2 Kombinasi Pembebanan Pada Gording

Kombinasi pembebanan yang digunakan dalam perencanaan gording

berdasarkan SNI 03-1729-2002. Adapun kombinasi yang digunakan adalah sebagai

berikut :

1. 1,4 D ( 4-1 )

2. 1,2 D + 1,6 ( La atau H ) + ( ℽLL atau 0,8 W ) ( 4-2 )

3. 1,2 D + 1,3 W + ℽLL + 0,5 ( La atau H ) ( 4-3 )

6.2.3 Momen Terfaktor Pada Gording

Gambar 6.2 Rencana Gording


81

Kombinasi Pembebanan 1 ( 1,4 D )

Muz =1,4 𝑥31,8091 x3

= 50,099 kg/m

= 0,05 kNm

Muy = 1,4 𝑥18,365x

= 28,9248 kg/m

= 0,028 kNm

Kombinasi Pembebanan 2 ( 1,2 D + 1,6 L + 0,8 W )

Muz =1,2 𝑥31,8091 x3 + 1,6 𝑥86,602𝑥3 + 0,8 𝑥8𝑥3

= 154,064 kg/m

= 1,54 kNm

Muy = 1,2 𝑥18,365x1,5 + 1,6 𝑥50𝑥1,5 + 0,8 𝑥8𝑥1,5

= 37,9981 kg/m

= 0,3799 kNm

Kombinasi Pembebanan 3 ( 1,2 D + 1,3 W + 0,5 L )


82

Muz =1,2 𝑥31,8091 x3 + 1,3 𝑥8𝑥3 + 0,5 𝑥86,602𝑥3

= 87,118 kg/m

= 0,871 kNm

Muy =1,2 𝑥18,365x1,5 + 1,3 𝑥8𝑥1.5 + 0,5 𝑥50𝑥1,5

= 18,498 kg/m

= 0,184 kNm

6.2.4 Pemeriksaan Penampang Gording

Gording yang digunakan adalah gording dengan profil C 125 x 50 x 3,2

dengan mutu baja BJ37

λp = = = 10,973

λr = = = 28,378

λ = = ,
= 15,625

Karena nilai λp < λ < λr maka penampang adalah penampang tak kompak,

sehingga akan mengalami kegagalan akibat tekuk sebelum tegangan luluh terjadi di

seluruh permukaan.
83

6.2.5 Momen Nominal

1. Momen nominal terhadap sumbu kuat ( Mnz )

Gambar 6.3 Momen Mnz

A1 = 62,5 x 3,2 = 200 mm2

A2 = 43,6 x 3,2 = 139,52 mm2

A3 = 20 x 3,2 = 64 mm2

Y1 = 31,25 mm

Y2 = 60,9 mm

Y3 = 52,5 mm

∑ , , , ,
Yi = ∑
= ,
= 44,872 𝑚𝑚

a = 2Yi

= 2 x 44,872

= 89,744 mm
84

Zz = 𝑥 𝑎

= 𝑥 89,744

= 35045,068 mm3

Mpz = fy x Zz x ≤ 1,5 x fy x Sz

= 240 x 35045,068 ≤ 1,5 x 240 x 29 x 1000

= 8410816 Nmm ≤ 10440000 Nmm

Dipilih nilai terkecil yaitu 8410816 Nmm = 8,411 kNm

Mr = 0,7 x fy x Z = 0,7 x 240 x 29 x 103 = 4872000 Nmm

Mnz = 𝑀𝑝 − (𝑀𝑝 − 𝑀𝑟)𝑥

, ,
= 8410816 − (8410816 − 4872000)𝑥 , ,

= 7465014,596 Nmm = 7,465 kNm

2. Momen nominal terhadap sumbu lemah ( Mny )

Gambar 6.4 Momen Mny


85

X = 𝑥

= 𝑥 = 3,12 𝑚𝑚

A1 = ( 50 – 3,2 + 3,2 ) x 3,2 = 139,52 mm

A2 = ( 3,2 – 3,12 ) x 62,5 = 9,5 mm

A3 = ( 50 – 3,2 + 3,2 ) x 3,2 = 139,52 mm

A4 = 20 x 3,2 = 64 mm

A5 = 20 x 3,2 = 64 mm

( , )
X1 = + 0,038 = 21,87 mm

( , )
X2 = = 0,038 mm

( , )
X3 = + 0,038 = 21,87 mm

X4 = 0,25 + (43,6) + + 3,2 = 45,276 mm

X5 = 0,25 + (43,6) + + 3,2 = 45,276 mm

∑ , . , , ,
Xi = ∑
= , ,
= 28,57 𝑚𝑚

a = + 𝑋𝑖

,
= + 28,57

= 30,131 mm

Zy = 𝑥 𝑎

= + 30,131

= 11766,002 mm3
86

Mpy= fy x Zy x ≤ 1,5 x fy x Sy

= 240 x 11766,002 ≤ 1,5 x 240 x 8,02 x 1000

= 2823841 Nmm ≤ 2887200 Nmm

Dipilih nilai terkecil yaitu 2823841 Nmm = 2,824 kNm

Mr = 0,7 x fy x Zy = 0,7 x 240 x 8020 = 1347360 Nmm

Mny = 𝑀𝑝 − (𝑀𝑝 − 𝑀𝑟)𝑥

, ,
= 2823841 − (2823841 − 1347360)𝑥 , ,

= 2429229 Nmm = 2,429 kNm

6.2.6 Kontrol Penampang

1,2 D + 1,6 La atau H + 0,8 W

Muz = 1,54 kNm

Mnz = 7,465 kNm

Muy = 0,3799 kNm

Mny = 2,434 kNm

M =∅ +∅

, ,
= , ,
+ , ,

= 0,402
87

Syarat 0,402 < 1 ( AMAN )

1,2 D + 1,3 W + 0,5 La atau H

Muz = 0,871 kNm

Mnz = 7,465 kNm

Muy = 0,184 kNm

Mny = 2,434 kNm

M =∅ +∅

, ,
= , ,
+ , ,
= 0,2136

Syarat 0,2136 < 1 ( AMAN )

6.2.7 Kontrol Lendutan

δijin = = = 12,5 𝑚𝑚

δz = 𝑥 +

( , ( ) , ) ( )
= 𝑥 +

= 0,748 mm

δy = 𝑥 +

( , ( ) , ) ( )
= 𝑥 +

= 1,578 mm

δ = 𝛿 +𝛿 = 0,748 + 1,578 = 1,746 𝑚𝑚

Syarat δ < δijin = 1,746 mm < 12,5 mm ( Aman )


88

6.2.8 Perhitungan Sagrod

Jumlah gording di bawah nok pada gambar 6.1 sejumlah n = 10 baris ,

sehingga gaya sagrod terbesar adalah :

FtD = n . ( Ly . q . sin α )

= 10 𝑥 𝑥0,500. 10 𝑥𝑠𝑖𝑛(30)

= 2500 N

FtL = 𝑥 𝑝 𝑥𝑠𝑖𝑛 𝛼

= 𝑥 1 𝑥 10 𝑥 sin 30

= 2500 N

Kombinasi Beban

FtD = 1,4FtD = 1,4 x 2500 = 3500 N

FtU = 1,2.FtD + 1,6.FtL = 1,2 x 2500 + 1,6 x 2500 = 7000 N

Asr = 𝐹𝑡𝑈/(𝜃. 𝐹𝑦) = 7000/0,9𝑥240 = 32,407 𝑚𝑚

Dipakai Ø10 mm , Asr = 32,407 mm2

6.3 Ikatan Angin

Untuk batang ikatan angin tidak dihitung secara terperinci, ditetapkan

menggunakan Ø19 mm.


89

6.4 Perencanaan Kuda-kuda

6.4.1 Pembebanan

Gambar 6.5 Pembebanan Kuda – Kuda

a. Beban Mati ( D )
,
P1a = Berat sendiri kuda-kuda = 𝑥0,7 = 0,271 kN

Berat gording = 0,0613 x 3 = 0,183 kN


,

Berat atap = 0,2𝑥 𝑥3 = 0,268 kN

Total = 0,722 kN

, ,
P1b = Berat sendiri kuda-kuda = + 𝑥0,7 = 0,516 kN

Berat gording = 0,0613 x 3 = 0,183 kN


, ,

Berat atap = 0,2𝑥 𝑥3 = 0,510 kN


90

, ,
Berat plafond, penngantung = 0,18𝑥 + 𝑥3 = 0,398 kN

, ,
Berat MEP = 0,2𝑥 + 𝑥3 = 0,442kN

Total = 2,049 kN

P2 = Berat sendiri kuda-kuda = 0,7 x 0,7 = 0,49 kN

Berat gording = 0,0613 x 3 = 0,183 kN


,
Berat atap = 0,2𝑥 𝑥3 = 0,484 kN

Berat plafond, penngantung = 0,18 𝑥 0,7 𝑥 3 = 0,378 kN

Berat MEP = 0,2 𝑥 0,7 𝑥 3 = 0,42 kN

Total = 1,955 kN

P3 = Berat sendiri kuda-kuda =0,7 x 0,7 = 0,49 kN

Berat gording = 0,0613 x 3 x 2 = 0,366 kN


,
Berat atap = 0,2𝑥 𝑥3 = 0,484 kN

Berat plafond, penngantung = 0,18 𝑥 0,7 𝑥 3 = 0,378 kN

Berat MEP = 0,2 𝑥 0,7 𝑥 3 = 0,42 kN

Total = 2,138 kN

b. Beban Hidup ( L )

Beban pekerja ( La ) = 1 kN
91

c. Beban Angin ( W )

Beban angin dari kiri, besarnya W1a, W1b, W2, W3, W4, W5,

W6b dan W6a, dihitung sesuai tiupan angin ( Qw ) , koefisien beban

angin ( Cti dan Cis ), jarak gording (lebar atap yang didukung), dan

Panjang gording ( jarak antar kuda-kuda ) dijelaskan sebagai berikut.

Gambar 6.6 Beban Kuda – Kuda Akibat Angin

Beban W1a = 𝐶𝑡𝑖 𝑥 𝐿 𝑥 𝑄𝑤 𝑥

= 0,2 𝑥 3 𝑥0,25 𝑥

= 0,067 kN
92

Beban W1b = 𝐶𝑡𝑖 𝑥 𝐿 𝑥 𝑄𝑤 𝑥

, ,

= 0,2 𝑥 3 𝑥 0,25 𝑥

= 0,127 kN

Beban W2 = 𝐶𝑡𝑖 𝑥 𝐿 𝑥 𝑄𝑤 𝑥

,
= 0,2 𝑥 3 𝑥 0,25 𝑥

= 0,121 kN

Beban W3 = 𝐶𝑡𝑖 𝑥 𝐿 𝑥 𝑄𝑤 𝑥

= 0,2 𝑥 3 𝑥 0,25 𝑥

= 0,06 kN

Beban W4 = 𝐶𝑖𝑠 𝑥 𝐿 𝑥 𝑄𝑤 𝑥

= −0,4 𝑥 3 𝑥 0,25 𝑥

= -0,121 kN

Beban W5 = 𝐶𝑖𝑠 𝑥 𝐿 𝑥 𝑄𝑤 𝑥

,
= −0,4 𝑥 3 𝑥 0,25 𝑥

= -0,242 kN
93

Beban W6b = 𝐶𝑖𝑠 𝑥 𝐿 𝑥 𝑄𝑤 𝑥

, ,

= −0,4 𝑥 3 𝑥 0,25 𝑥

= -0,255 kN

Beban W6a = 𝐶𝑖𝑠 𝑥 𝐿 𝑥 𝑄𝑤 𝑥

= −0,4 𝑥 3 𝑥 0,25 𝑥

= -0,134 kN

6.4.2 Data Perencanaan Elemen Kuda-Kuda

Pada perencanaan ini, kuda-kuda dirancang menggunakan baja profil IWF,

dengan memperhatikan kapasitas momen, kapasitas geser, dan stabilitas profil

sebagai berikut :

Data profil IWF 300 x 150 x 6,5 x 9

b = 150 mm A = 46,78 cm2

h = 300 mm Ix = 7210 cm4

tf = 9 mm Iy = 508 cm4

tw = 6,5 mm Zx = 481 cm3

r = 13 mm Zy = 67,7 cm3
94

6.4.3 Kestabilan Terhadap Tekuk Lokal

Batasan kelangsingan pelat sayap dan badan menurut SNI 1729:2015 tabel

4.1b yaitu :

pf = 0,38

= 0,38 = 10,970

pw = 3,76

= 3,76 = 108,542

Kelangsingan profil WF 300 x 150 x 6,5 x 9

f =

= = 8,33 < pf ( Penampang kompak )

w =

= ,
= 46,153 < pw ( Penampang kompak )

6.4.4 Kestabilan Terhadap Tekuk Lateral

Suatu penampang harus memiliki kestabilan terhadap tekuk lateral, sesuai

dengan SNI 1729:2015 pasal F2, jarak pengekang lateral ( L ) tidak boleh melebihi

Batasan jarak ijin ( Lp )


95

L = 0,8

ry =

= ,
= 32,953 𝑚𝑚

Lp = 1,76 𝑥 𝑟𝑦

= 1,76 𝑥 32,953 = 1,673 𝑚

Karena L < Lp , maka jarak pengekang lateral stabil terhadap tekuk lateral.

6.4.5 Kapasitas Momen Nominal

Sesuai dengan SNI 1729:2015 pasal F2, kondisi penampang stabil terhadap

tekuk local maupun tekuk lateral maka momen nominal yang diperhitungkan sama

dengan momen plastis.

Momen ultimit ( SAP 2000 )

Mu = 25,041 kNm

Momen nominal :

Mn = Mp

= fy x Zx

= 240 x 481 x 103

= 115,44 kNm

Mn = 0,9 x 115,44

= 103,896 kNm > Mu ( Aman )


96

6.4.6 Kapasitas Geser Nominal

Berdasarkan SNI 1729:2015 pasal G2, kekuatan geser nominal Vn untuk

badan dengan pengaku atau tidak dengan pengaku dihitung terhadap leleh geser

dan tekuk geser pada badan.

h = H – 2 ( r + tw )

= 300 – 2 ( 13 + 6,5 )

= 261 mm

Akibat leleh geser :

≤ 2,24

,
≤ 2,24

40,153 < 64,663

Akibat leleh tekuk :

.
≤ 1,1

,
≤ 1,1

40,153 < 71,004

Maka Nilai Cv = 1,0

Kapasitas geser penampang

Vn = 0,6 𝑥 𝐹𝑦 𝑥 𝐴𝑤 𝑥 𝐶𝑣

= 0,6 𝑥 240 𝑥 ( 6,5 𝑥 300 ) 𝑥 1

= 280800 N = 280,8 kN
97

Kapasitas geser ultimit ( SAP 2000 )

Vu = 16,6 kN

Kontrol kapasitas geser penampang

Vn = 0,9 x 280,8

= 252,72 > Vu ( Aman )

6.4.7 Kontrol Lendutan

Defleksi yang terjadi pada pertengahan bentang :

ijin =

= = 33,4 𝑚𝑚

Defleksi yang terjadi pada pertengahan bentang :

  𝑥 𝑀 − 0,1(𝑀 + 𝑀 )

( )
 . .
𝑥 110,2097 − 0,1(254,6658 + 196,0313) 

mm  ijin (Aman )


98

6.5 Perencanaan Sambungan

Gambar 6.7 Perencanaan Sambungan

a. Sambungan baut

Diameter baut = 16 mm

Luas Baut = 201.061

Jarak baut tepi :

1,5db ≤ S1 ≤ 7db

24 ≤ S1 ≤ 48

S1 = 40 mm

Jarak antar baut :

2,5db ≤ S2 ≤ 7db

40 ≤ S2 ≤ 112

S2 = 80 mm

Direncanakan 2 baut horizontal dan 4 baut vertikal.


99

Gambar 6.8 Sambungan Baut

1. Kontrol gaya tarik

Mu = 25,041 kN

n1 = 2 ( arah horizontal )

n2 = 4 ( arah vertikal )

Letak garis netral :

𝑑̅ =

= 159 mm
100

Jarak antar baut ke garis netral :

y1 = 39 y3 = 39

y2 = 119 y4 = 119

∑𝑦 = y12 + y22 + y32 + y42

= 31364 mm2

Kuat tarik baut terluar :

Tu = ∑

, .
= x 10-3

= 47,504 kN

Kuat tarik nominal baut :

fub = 825 Mpa

øTn = 0,75 x fub x Ab

= 0,75 x 825 x 201,061 x 10-3

= 124,406 kN > Tu ( Aman )

2. Kontrol gaya geser

fnv = 585 Mpa

n =8

Vu = 16,6 kN

Vn = fnv x Ab

= 0,75 x 585 x 201,061 x 10-3

= 88,215 kN > Vu ( Aman )


101

3. Kombinasi geser dan tarik

Keamanan baut dalam menerima gaya geser dan tarik dapat

dihitung sebagai berikut :

f = ∅
+3 ∅

, ,
= ,
+3 ,

= 0,502  1 ( Aman )

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa sambungan baut aman terhadap

gaya geser dan tarik yang terjadi.

b. Tebal pelat daerah panel

t ≥

t ≥

t ≥ 5 mm, maka digunakan tebal pelat 7 mm

Gambar 6.9 Sambungan Las


102

c. Sambungan las

fuw = 485 Mpa ( mutu E70XX )

Tebal minimum las sesuai SNI 1729:2015 tabel J2.4 dengan tebal

pelat 7mm yaitu :

tw = 5 mm

Tebal las rencana ( tt )

tt = 0,707 x tw

= 0,707 x 5

= 3,535 mm

d. Sambungan las

fuw = 485 Mpa ( mutu E70XX )

Tebal minimum las sesuai SNI 1729:2015 tabel J2.4 dengan tebal

pelat 7mm yaitu :

tw = 5 mm

Tebal las rencana ( tt )

tt = 0,707 x tw

= 0,707 x 5

= 3,535 mm
103

Panjang las memanjang ( Lt ) dan panjang las melintang ( Ll ) :

Lt = 2 x (150 – 6,5 )

= 287 mm

Ll = 2 ( 318 – 2(9/cos 30))

= 604,82 mm

Kuat desain las memanjang ( Rnwt ) dan ( Rnwl )

Rnwt = 0,6 x Fuw x tt x Lt

= 0,6 x 485 x 3,535 x 287

= 295,232 kN

Rnwl = 0,6 x Fuw x tt x Ll

= 0,6 x 485 x 3,535 x 604,82

= 662,169 kN

Berdasarkan SNI 1729:2015 Pasal J2.4.c untuk kuat nominal total

dari sambungan kombinasi las melintang dan memanjang ditentukan dari

nilai yang lebih besar antara :

Rnw = Rnwl + Rnwt

= 662,169 + 295,232

= 957,401 kN

Rnw = 0,85Rnwl + 1,5Rnwt

= 0,85(662,169) + 1,5(295,232)

= 1005,6916 kN
104

Dipakai yang terbesar yaitu Rn = 1005,6916 kN

Cek keamanan :
,
Ru =

,
= x 10-3

= 336,233 kN

Rnw = 0,75 x 1005,6916

= 750,426 kN > Ru ( Aman )

e. Sambungan baut angkur

Dari hasil perhitungan SAP 2000 didapatkan gaya geser yang

diterima angkur sebesar 32,353 , digunakan angkur dengan du = 370Mpa,

diameter 19 mm

Gaya geser angkur baut :

Rnangkur = f . r1 . fu . Ab

= ( 0,75 x 0,4 x 370 x (µ x 9,52) x 10-3

= 31,471 kN
105

Sehingga kebutuhan angkur :

n =

,
= ,

= 1,028 buah , dipasang 6 buah angkur

Gaya geser yang diterima angkur adalah

Vangkur =

,
=

= 5,39  Vu ( Aman )

Gambar 6.10 Perencanaan Angkur


BAB VII

PERHITUNGAN GEMPA

7.1 Menghitung Ss dan S1

Proyek yang digunakan penulis pada penyusunan Tugas Akhir ini terletak

pada wilayah Cilandak Barat. Berdasarkan hasil dari program Desain Spektra

Indonesia dengan lokasi Jakarta Selatan dan standar situs tanah sedang ( SD )

diakses melalui https://puskim.pu.go.id//Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

didapat nilai Ss = 0,849 g dan S1 = 0,405 g ( koordinat lokasi -6.280582933854913,

106.79583489999999 )

7.2 Menentukan Kelas Situs Tanah, Koefisien Fa dan Fv

Berdasarkan tabel 5 SNI 1726:2019 untuk wilayah Cilandak Barat termasuk

dalam kelas situs D yang merupakan klasifikasi tanah sedang. Kemudian tabel 6

dan 7 SNI 1726:2019 nilai Fa = 1,16 dan Fv = 1,894

7.3 Menentukan SMS dan SM1

Dari persamaan dibawah ini didapatkan nilai SMS dan SM1 :

SMS = Fa x Ss = 1,16 x 0,849 = 0,985 g

SM1 = Fv x S1 = 1,894 x 0,405 = 0,768g

106
107

7.4 Menentukan SDS dan SD1

Dari persamaan dibawah ini didapatkan nilai SDS dan SD1

𝑆 = 𝑆 = 𝑥0,985 = 0,656 g

𝑆 = 𝑆 = 𝑥0,768 = 0,512 g

7.5 Katergori Resiko dan Kategori Desain Seismik

Berdasarkan Tabel 3 SNI 1726:2019 tentang kategori bangunan gedung dan

non gedung untuk beban gempa, bangunan Rumah Sakit 7 lantai di Cilandak Barat

termasuk pada kategori resiko IV.

Berdasarkan tabel 8 SNI 1726:2019 dengan nilai SDS = 0,656 g maka

termasuk KDS = D. Kemudian berdasarkan tabel 9 SNI 1726:2019 dengan nilai SD1

= 0,512 g teemasuk pada KDS = D dari kedua hasil KDS tersebut maka KDS

terpakai = D.

7.6 Sistem Struktur dan Parameter Struktur

Sistem gedung yang dipilih dalam perancangan ini adalah sistem ganda.

Sistem ganda yang digunakan terdiri dari Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM)

dan Rangka Baja dan Beton Komposit Pemikul Momen Khusus, maka berdasarkan

tabel 12 SNI 1726:2019 nilai parameter struktur adalah sebagai berikut:

R =8

Ωo =3

Cd = 5,5
108

Berdasarkan tabel 4 SNI 1726:2019 dengan kategori resiko IV, maka faktor

keutamaan Ie = 1,50.

7.7 Desain Respon Spektrum

Nilai To dan Ts adalah sebagai berikut :


,
𝑇 = 0,2𝑥 = 0,2𝑥 ,
= 0,156

,
𝑇 = = ,
= 0,780

Setelah itu nilai To dan Ts dimasukan kedalam tabel yang akan digunakan dalam

membuat grafik respons spektrum pada software analisis struktur.

Tabel 6.1 Spectrum Respons Design


No T Sa
1 0 0,2627
2 0,050 0,3890
3 0,100 0,5153
4 0,150 0,6416
5 0,156 0,6568
6 0,200 0,6568
7 0,250 0,6568
8 0,300 0,6568
9 0,350 0,6568
10 0,400 0,6568
11 0,450 0,6568
12 0,500 0,6568
13 0,550 0,6568
14 0,600 0,6568
15 0,650 0,6568
16 0,700 0,6568
109

Tabel Lanjutan………
No T Sa
17 0,750 0,6568
18 0,780 0,6568
19 0,800 0,6405
20 0,850 0,6028
21 0,900 0,5693
22 0,950 0,5394
23 1,000 0,5124
24 1,050 0,4880
25 1,100 0,4658
26 1,150 0,4456
27 1,200 0,4270
28 1,250 0,4099
29 1,300 0,3941
30 1,350 0,3796
31 1,400 0,3660
32 1,450 0,3534
33 1,500 0,3416
34 1,550 0,3306
35 1,600 0,3202
36 1,650 0,3105
37 1,700 0,3014

Gambar 6.1 Grafik Respon Spektrum


110

7.8 Periode Fundamental

Berdasarkan analisis software ETABS, didapat periode getar bangunan

sebagai berikut :

Tcomp-x = 0,952 detik

Tcomp-y = 0,775 detik

Sebagai pembanding, T yang ditinjau tidak boleh melebihi hasil koefisien

untuk batasan atas pada periode yang dihitung ( Cu ) dan periode fundamental

pendekatan ( Ta ).

Berdasarkan tabel 18 SNI 1726:2019 dengan tipe struktur rangka beton

pemikul momen maka didapatkan Ct = 0,0466 dan x = 0,9

Untuk menentukan besarnya nilai Ta , maka dilakukan dengan

menggunakan persamaan di bawah ini :

Tinggi gedung, h = 39,6 m

Ta = Ct . hx = 0,0466 x 39,60,9

= 1,286 detik

Berdasarkan tabel 17 SNI 1726:2019 dengan nilai SD1 = 0,512 didapatkan

nilai Cu = 1,4.

Cu . Ta = 1,4 x 1,286

= 1,8004 detik
111

Dengan syarat :

Ta  Tcomp  Cu . Ta , maka digunakan Tcomp

Tcomp  Ta , maka digunakan Ta

Tcomp  Cu . Ta , maka digunakan Cu . Ta

Maka periode fundamental yang digunakan adalah :

Tx = 1,8004 detik

Ty = 1,8004 detik

7.9 Faktor Respon Gempa


,
𝐶 = = = 0,0533
,
,

Nilai Cs tidak boleh kurang dari :

𝐶 = 0,044 𝑥 𝑆 𝑥 𝐼 = 0,044 𝑥 0,656 𝑥 1,5 = 0,0432

7.10 Eksponen k

Nilai dari eksponen k dapat dihitung sebagai berikut :

k = 0,5T + 0,75 = ( 0,5 x 1,542 ) + 0,75 = 1,521


112

7.11 Gaya Geser Seismik

Dari hasil software ETABS diperoleh berat bangunan yaitu 31829,29 kN.

Gaya dasar seismic dapat dilihat pada tabel 7.2 dibawah ini :

Tabel 7.2 Gaya Geser Dasar


Gaya Geser Statik ≥
Arah V statik V dinamik 100% Gaya Geser
Dinamik
X 2773,5018 1691,1731 Tidak Memenuhi 1,6455
Y 3393,6445 2392,9627 Tidak Memenuhi 1,42

Berdasarkan SNI 1726:2019 jika respons terkombinasi untuk geser dengan

ragam ( Vt ) kurang dari 100% dari Cs . Ws , maka pada tabel 7.2 dapat dilihat

bahwa hasil Vstatik lebih besar dari Vdinamik sehingga perencanaan Tugas Akhir ini

dikalikan dengan faktor kali untuk arah x = 1,6455 dan arah y = 1,42.

Tabel 7.3 Perbandingan Gaya Geser Dasar


Gaya Geser Statik ≥
Arah V statik V dinamik 100% Gaya Geser
Dinamik
X 2773,5018 2773,5265 Memenuhi 1,6455
Y 3393,6445 3876,6054 Memenuhi 1,42

7.12 Partisipasi Massa

Berdasarkan SNI 1729:2019 pasal 7.9.1 analisis harus dilakukan untuk

menentukan ragam getar alami struktur. Analisis tersebut harus menyertakan

jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam

terkombinasi sebesar paling sedikit 90% dari massa actual dalam masing-masing

arah horizontal orthogonal dari respons yang ditinjau oleh model. Berdasarkan

analisis ETABS, jumlah partisipasi massa pada mode ke 12 telah melebihi 90%.
113

Tabel 7.4 Partisipasi Massa


Period
Mode SumUX SumUY
sec
1 0,952 0,5314 0
2 0,775 0,5314 0,6604
3 0,586 0,6617 0,6604
4 0,343 0,7668 0,6604
5 0,239 0,7668 0,8252
6 0,195 0,7988 0,8252
7 0,153 0,8711 0,8252
8 0,118 0,8912 0,8252
9 0,111 0,8912 0,8943
10 0,082 0,9056 0,8943
11 0,068 0,9323 0,8943
12 0,063 0,9323 0,9323
13 0,063 0,9397 0,9323
14 0,048 0,9442 0,9323
15 0,042 0,9442 0,9538
16 0,041 0,9579 0,9538
17 0,039 0,9613 0,9538
18 0,031 0,9613 0,9643
19 0,029 0,9672 0,9643
20 0,026 0,9672 0,9696
21 0,023 0,9697 0,9696
22 0,023 0,9697 0,9708
23 0,02 0,9707 0,9708
24 0,018 0,9708 0,9708
25 0,01 0,9708 0,9708
26 0,01 0,9708 0,9708
27 0,01 0,9708 0,9708
28 0,01 0,9708 0,9708
29 0,009 0,9708 0,9708
30 0,009 0,9708 0,9708
31 0,009 0,9708 0,9708
32 0,009 0,9708 0,9708
33 0,009 0,9708 0,9708
34 0,009 0,9708 0,9708
35 0,009 0,9708 0,9708
36 0,009 0,9708 0,9708
114

7.13 Simpangan Antar Lantai Ijin (Δα)


Simpangan antar lantai yang diijinkan untuk struktur rangka pemikul

momen khusus menurut SNI 1726:2019 pasal 7.12.1.1 adalah (Δα/ρ). Dengan

uraian sebagai berikut gedung digunakan untuk rumah sakit, maka nilai faktor

keutamaannya adalah 1,5. Kategori desain seismik D, maka faktor redundasi ( ρ )

berdasarkan SNI 1726:2019 pasal 7.3.4.2 adalah 1 adalah SRPM dan RBPMK,

maka faktor amplikasi defleksi ( Cd ) adalah 5,5. Kategori resiko IV, Simpangan

ijin antar lantai ( Δα ) berdasarkan SNI 1726:2019 pasal 7.12.1 adalah 0,010hsx.

Contoh perhitungan simpangan antar lantai :

1. Arah x

Cd = 5,5

Ie = 1,5

x lantai 2 = 14,154

x lantai 1 = 5,137

Δe = 14,154 - 5,137

= 9,017 mm

Simpangan lantai 1 dan 2 =

, ,
= ,

= 33,0623 mm

Simpangan ijin =

,
= = 42 mm
115

2. Arah y

Cd = 5,5

Ie = 1,5

y lantai 2 = 6,648

y lantai 1 = 2,116

Δe = 6,648-2,116

= 4,532 mm

Simpangan lantai 1 dan 2 =

, ,
= ,

= 16,61 mm

Simpangan ijin =

,
=

= 42 mm
116

Tabel 7.5 Simpangan ijin arah X


Elevation h δ Δe Simpangan Simpangan
Story Ket
m mm mm mm lantai Ijin
Atap 39,6 6 70,756 0,003 0,011 42 OKE
ATTIC 33,6 4,2 70,753 6,469 23,71966667 42 OKE
L7 29,4 4,2 64,284 8,666 31,77533333 42 OKE
L6 25,2 4,2 55,618 9,371 34,36033333 42 OKE
L5 21 4,2 46,247 10,96 40,18666667 42 OKE
L4 16,8 4,2 35,287 11,279 41,35633333 42 OKE
L3 12,6 4,2 24,008 9,893 36,27433333 42 OKE
L2 8,4 4,2 14,115 8,992 32,97066667 42 OKE
L1 4,2 4,2 5,123 5,123 18,78433333 42 OKE
LG 0 4,2 0 0 0 42 OKE

Tabel 7.6 Simpangan ijin arah Y


Elevation h δ Δe Simpangan Simpangan
Story Ket
m mm mm mm lantai Ijin
Atap 39,6 6 44,86 0,011 0,0403333 42 OKE
ATTIC 33,6 4,2 44,849 5,916 21,692 42 OKE
L7 29,4 4,2 38,933 6,363 23,331 42 OKE
L6 25,2 4,2 32,57 6,618 24,266 42 OKE
L5 21 4,2 25,952 6,887 25,252333 42 OKE
L4 16,8 4,2 19,065 6,64 24,346667 42 OKE
L3 12,6 4,2 12,425 5,777 21,182333 42 OKE
L2 8,4 4,2 6,648 4,532 16,617333 42 OKE
L1 4,2 4,2 2,116 2,116 7,7586667 42 OKE
LG 0 4,2 0 0 0 42 OKE
BAB VIII

ANALISIS STRUKTUR

8.1 Pelat Lantai

8.1.1 Pelat Lantai LG Dan Lantai 1

Perhitungan pelat lantai LG dan lantai 1 menggunakan ketebalan pelat pada

estimasi dimensi struktur pada bab sebelumnya yaitu 150 mm.

8.1.1.1 Pembebanan Pelat

Beban mati pelat lantai LG dan lantai 1 yang berfungsi sebagai lobby adalah

sebagai berikut :

Berat sendiri pelat ( 150 mm ) = 0,15 x 24 = 3,6 kN/m2

Berat pasir ( 30 mm ) = 0,03 x 16 = 0,48 kN/m2

Berat penutup lantai ( 10 mm ) = 0,01 x 24 = 0,24 kN/m2

Berat Spesi ( 20 mm ) = 0,02 x 21 = 0,42 kN/m2

Berat langit-langit dan penggantung = 0,11 x 0,07 = 0,18 kN/m2

Berat mekanikal dan elektrikal = 0,2 kN/m2

QDL = 5,12 kN/m2

Fungsi lantai sebagai lobby maka beban hidup (QLL) yang digunakan yaitu

4,79 kN/m2

Beban terfaktor, Wu = ( 1,2 x 5,12 ) + ( 1,6 x 4,79 )

= 13,808 kN/m2

Luas Pelat = (4000 x 2500 ) mm2

117
118

8.1.1.2 Penulangan Pelat Lantai

a. Perhitungan momen pelat

Dalam perhitungan pelat 2 arah, momen lentur akibat beban terfaktor

dapat dihitung dengan bantuan tabel koefisien momen pelat lantai.

Koefisien momen yang digunakan yaitu berdasarkan perbandingan bentang

panjang terhadap bentang pendek.

𝑙 4000
= = 1,6
𝑙 2500

Direncanakan :

Tebal pelat = 150 mm

Tebal selimut beton = 20 mm

f’c = 30 Mpa

Tulangan = 12 mm

f’y = 280 Mpa

dx = 150 − 20 − = 124 𝑚𝑚

dy = 150 − 20 − 10 − = 114 𝑚𝑚

Dengan cara interpolasi, maka nilai koefisien dapat dilihat pada tabel 8.1

Tabel 8.1 Nilai Koefisien (Pelat t = 150 mm)


𝑙
= 1,6
𝑙

k lx 49

k ly 15

k tx 78

k ty 54
119

Perhitungan momen yang akan terjadi :

𝑀 = 0,001 𝑥 𝑊 𝑥 𝑙 𝑥𝑘 = 0,001𝑥13,808𝑥2,5 𝑥49 = 4,2287 𝑘𝑁𝑚

𝑀 = 0,001 𝑥 𝑊 𝑥 𝑙 𝑥𝑘 = 0,001𝑥13,808𝑥2,5 𝑥15 = 1,2945 𝑘𝑁𝑚

𝑀 = −0,001 𝑥 𝑊 𝑥 𝑙 𝑥𝑘 = −0,001𝑥13,808𝑥2,5 𝑥78 = −6,7314 𝑘𝑁𝑚

𝑀 = −0,001 𝑥 𝑊 𝑥 𝑙 𝑥𝑘 = −0,001𝑥13,808𝑥2,5 𝑥54 = −4,6602 𝑘𝑁𝑚

b. Cek kuat geser

∅𝑉 ≥ 𝑉

1,15𝑥𝑊 𝑥𝑙 1,15𝑥13,808𝑥3,75
𝑉 = = = 29,7735 𝑘𝑁
2 2

ɸVc = 0,17 .λ. 𝑓′ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑

= 0,17 × 1 × 30 𝑥 1000 𝑥 124

= 115459,9151 𝑁

= 115,45 𝑘𝑁 > 29,7735𝑘𝑁 (𝑂𝐾)

c. Penulangan pelat tumpuhan dan lapangan arah x

 Tumpuan

𝑀
𝑘=
∅𝑏𝑑

6,7314 . 10
=
0,9 × 1000 × 124

= 0,486
120

0,85 . 𝑓′ 2𝑘
𝜌 = 1− 1−
𝑓 0,85𝑓′

0,85 × 30 2𝑥 0,486
= 1− 1− = 0,0017
280 0,85 𝑥 30

𝐴 = 0,002 × 𝑏 × ℎ

= 0,002 × 1000 × 150

= 300𝑚𝑚

𝐴 =𝜌 × 𝑏 × 𝑑

= 0,0017 × 1000 × 124

= 210,8 𝑚𝑚

𝐴 < 𝐴 maka pilih yang terbesar yaitu 300 𝑚𝑚

1
𝜋 ×𝑑 × 𝑏
𝑆=4
𝐴

1
𝜋 × 12 × 1000
=4
300

= 376,991 𝑚𝑚 ≈ 250 𝑚𝑚

1
× 𝜋 × 12 × 1000
𝐴 =4
250

= 452,3893 𝑚𝑚 > 300 𝑚𝑚 (OK)

Pemeriksaan kekuatan pelat daerah tumpuan arah x

𝐴 × 𝑓
𝑎=
0,85 × 𝑓′ × 𝑏

452,3893 × 280
= = 4,9674
0,85 × 30 × 1000
121

𝑎
𝑐=
𝛽

4,9674
= = 5,844 𝑚𝑚
0,85

𝑑−𝑐
𝜀 = × 0,003
𝐶

124 − 5,844
= × 0,003
5,844

= 0,06

𝜀 > 0,005 (terkendali Tarik dengan ∅ = 0,9)

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 × 𝑑−
2
4,9674
= 452,3893 × 280 × 124 −
2

= 15391930 𝑁𝑚𝑚

= 15,391 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,9 𝑥 15,391

= 13,851 kNm > 13,808 kNm (OK)

Digunakan tulang D12-250

 Lapangan

𝑀
𝑘 =
∅𝑏𝑑

4,2287. 10
=
0,9 × 1000 × 124

= 0,305
122

0,85𝑓′ 2𝑘
𝜌 = 1− 1−
𝑓 0,85𝑓′

0,85 × 30 2 × 0,305
= 1− 1− = 0,001
280 0,85 × 30

𝐴 = 0,002 × 𝑏 × ℎ

= 0,002 × 1000 × 150

= 300𝑚𝑚

𝐴 = 𝜌 ×𝑏 ×𝑑

= 0,001 × 1000 × 124

= 124 𝑚𝑚

𝐴 < 𝐴 maka pilih yang terbesar yaitu 300 𝑚𝑚

1
𝜋×𝑑 ×𝑏
𝑆=4
𝐴

1
× 𝜋 × 12 × 1000
=4
300

= 376,991 𝑚𝑚 ≈ 250𝑚𝑚

1
× 𝜋 × 12 × 1000
𝐴 =4
250

= 452,3893 𝑚𝑚 > 300𝑚𝑚 (OK)


123

Pemeriksaan kekuatan pelat daerah lapangan arah x

𝐴 ×𝑓
𝑎=
0,85 × 𝑓′ × 𝑏

452,3893 × 280
= = 4,9674
0,85 × 30 × 1000
𝑎
𝑐=
𝛽

4,9674
=
0,85

= 5,844 𝑚𝑚

𝑑−𝑐
𝜀 = × 0,003
𝑐

124 − 5,844
= × 0,003
5,844

= 0,06

𝜀 > 0,005 (terkendali Tarik dengan ∅ = 0,9

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 𝑑−
2
4,9674
= 452,3893 × 280 × 124 −
2

= 15391930 𝑁𝑚𝑚 = 15,391 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,9 × 15,391

= 13,851 𝑘𝑁𝑚 > 4,2287 𝑘𝑁𝑚 (OK)

Digunakan tulangan D12-250.


124

d. Penulangan pelat tumpuan dan lapangan arah y

 Tumpuan

𝑀
𝑘=
∅𝑏𝑑

4,6602 . 10
= = 0,398
0,9 × 1000 × 114

0,85𝑓′ 2𝑘
𝜌 = 1− 1−
𝑓 0,85𝑓′

0,85 × 30 2 × 0,398
= 1− 1−
280 0,85 × 30

= 0,0014

𝐴 = 0,002 × 𝑏 × ℎ

= 0,002 × 1000 × 150

= 300 𝑚𝑚

𝐴 =𝜌 ×𝑏×𝑑

= 0,0014 × 1000 × 114

= 159,6 𝑚𝑚

𝐴 < 𝐴 maka pilih yang terbesar yaitu 300 𝑚𝑚

1
𝜋×𝑑 ×𝑏
𝑆=4
𝐴

1
× 𝜋 × 12 × 1000
=4
300

= 376,991 𝑚𝑚 ≈ 250𝑚𝑚
125

1
× 𝜋 × 13 × 1000
𝐴 =4
250

= 452,389 𝑚𝑚 > 300𝑚𝑚 (OK)

Pemeriksaan kekuatan pelat daerah lapangan arah y

𝐴 ×𝑓
𝑎=
0,85 × 𝑓′ × 𝑏

452,389 × 280
=
0,85 × 30 × 1000

= 4,967

𝑎
𝑐=
𝛽

4,967
= = 5,843 𝑚𝑚
0,85

𝑑−𝑐
𝜀 = × 0,003
𝑐

114 − 5,843
= × 0,003
5,843

= 0,055

𝜀 > 0,005 (terkendali Tarik dengan ∅ = 0,9)

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 × 𝑑−
2
4,967
= 452,389 × 280 × 114 −
2

= 14125674,62 𝑁𝑚𝑚 = 14,125 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,9 × 14,125

= 12,7125 𝑘𝑁𝑚 > 4,6602 𝑘𝑁𝑚 (OK)

Digunakan tulangan D12-250.


126

 Lapangan

𝑀
𝑘=
∅𝑏𝑑

1,2945 . 10
=
0,9 × 1000 × 114

= 0,11

0,85𝑓′ 2𝑘
𝜌 = 1− 1−
𝑓 0,85𝑓′

0,85 × 30 2 × 0,11
= 1− 1−
280 0,85 × 30

= 0,0003

𝐴 = 0,002 × 𝑏 × ℎ

= 0,002 × 1000 × 150

= 300𝑚𝑚

𝐴 =𝜌 ×𝑏×𝑑

= 0,0003 × 1000 × 114

= 34,2 𝑚𝑚

𝐴 < 𝐴 maka pilih yang terbesar yaitu 300 𝑚𝑚

1
𝜋×𝑑 ×𝑏
𝑆=4
𝐴

1
× 𝜋 × 12 × 1000
=4
300

= 376,991 𝑚𝑚 ≈ 250 𝑚𝑚
127

1
× 𝜋 × 12 × 1000
𝐴 =4
250

= 452,389 𝑚𝑚 > 300𝑚𝑚 (OK)

Pemeriksaan kekuatan pelat daerah tumpuan arah y

𝐴 ×𝑓
𝑎=
0,85 × 𝑓′ × 𝑏

452,389 × 280
=
0,85 × 30 × 1000

= 4,967

𝑎
𝑐=
𝛽

4,967
= = 5,843 𝑚𝑚
0,85

𝑑−𝑐
𝜀 = × 0,003
𝑐

114 − 5,843
= × 0,003
5,843

= 0,055

𝜀 > 0,005 (terkendali Tarik dengan ∅ = 0,9)

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 × 𝑑−
2
4,967
= 452,389 × 280 × 114 −
2

= 14125674 𝑁𝑚𝑚 = 14,125 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,9 × 14,125

= 12,7125 kNm > 1,2945 Knm (OK)

Digunakan tulangan D12-250.


128

e. Tulangan susut dan suhu

Kebutuhan tulangan susut diambil sebesar kebutuan tulangan minimum.

𝜌 = 0,001857 (SNI 2847:2019, pasal 7.6.1.1)

𝐴 =𝜌 . 𝑏. ℎ

= 0,001857 × 1000 × 150

= 278,55𝑚𝑚

1 1
1000. 4 . 𝜋. 𝑑 1000. 4 . 𝜋. 12
𝑆𝑝𝑎𝑠𝑖 = = = 406,021 𝑚𝑚 ≈ 250𝑚𝑚
𝐴 278,55

1 1
1000. 4 . 𝜋. 𝑑 1000. 4 . 𝜋. 12
𝐴 = = = 452,389 > 278,55𝑚𝑚
𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 250

Digunakan D12-250 mm

8.1.2 Pelat Lantai 2-ATTIC

Perhitungan pelat lantai Gudang Rumah Sakit menggunakan ketebalan pelat

pada estimasi dimensi struktur pada bab sebelumnya yaitu 120mm.

8.1.2.1 Pembebanan Pelat

Beban mati pada lantai Gudang adalah sebagai berikut:

Beban sendiri pelat = 0,12 × 24 = 2,88 𝑘𝑁/𝑚

Berat pasir (30 mm) = 0,03 × 16 = 0,48 𝑘𝑁/𝑚

Berat penutup lantai (10 mm) = 0,01 × 24 = 0,24 𝑘𝑁/𝑚

Berat spesi (20 mm) = 0,02 × 21 = 0,42 𝑘𝑁/𝑚

Berat langit-langit dan penggantung = 0,11 + 0,07 = 0,18 𝑘𝑁/𝑚

Berat mekanik dan elektrikal = 0,2

𝑄 = 4,4
129

Fungsi lantai sebagai Ruang Pasien yaitu sebesar 1,92 𝑘𝑁/𝑚 .

Berat terfaktor, 𝑊 = (1,2 × 4,4) + (1,6 × 1,192)

= 8,352 𝑘𝑁/𝑚

Luas pelat = (4000 × 2500)𝑚𝑚

8.1.2.2 Penulangan Pelat Lantai

a. Perhitungan momen pelat

Dalam perhitungan pelat 2 arah, momen lentur akibat beban factor dapat

dihitung dengan bantuan table koefisien momen pelat lantai. Koefisien momen

yang digunakan yaitu berdasarkan perbandingan bentang Panjang terhadap bentuk

pendek.

𝑙 4000
= = 1,6
𝑙 2500

Direncanakan:

Tabel pelat = 120 mm

Tebal selimut beton = 20 mm

𝑓′ = 30 mm

Tulangan = 12 mm

𝑓′ = 280 MPa

𝑑 = 120 − 20 − = 94 𝑚𝑚

𝑑 = 120 − 20 − 10 − = 84 𝑚𝑚
130

Dengan Cara interpolasi, maka nilai koefisien dapat dilihat pada table 8.2

Tabel 8.2 Nilai Koefisien (Pelat t = 120 mm)

𝑙
= 1,6
𝑙

k lx 49

k ly 15

k tx 78

k ty 54

Perhitungan momen yang akan terjadi :

𝑀 = 0,001 𝑥 𝑊 𝑥 𝑙 𝑥𝑘 = 0,001𝑥8,352𝑥2,5 𝑥49 = 2,5578 𝑘𝑁𝑚

𝑀 = 0,001 𝑥 𝑊 𝑥 𝑙 𝑥𝑘 = 0,001𝑥8,352𝑥2,5 𝑥15 = 0,783 𝑘𝑁𝑚

𝑀 = −0,001 𝑥 𝑊 𝑥 𝑙 𝑥𝑘 = −0,001𝑥8,352𝑥2,5 𝑥78 = −4,0716 𝑘𝑁𝑚

𝑀 = −0,001 𝑥 𝑊 𝑥 𝑙 𝑥𝑘 = −0,001𝑥8,352𝑥2,5 𝑥54 = −2,8188 𝑘𝑁𝑚

b. Cek kuat geser

∅𝑉 ≥ 𝑉

, , , ,
𝑉 = =

= 18,009 𝑘𝑁

∅𝑉 = 0,17 .λ. 𝑓′ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑

= 0,17 × 1 × 30 𝑥 1000 𝑥 94

= 87526,0646 𝑁

= 87,526 𝑘𝑁 > 18,009 𝑘𝑁 (𝑂𝐾)


131

c. Penulangan pelat tumpuhan dan lapangan arah x

 Tumpuan

𝑀
𝑘=
∅𝑏𝑑

4,0716 . 10
=
0,9 × 1000 × 94

= 0,512

0,85 . 𝑓′ 2𝑘
𝜌 = 1− 1−
𝑓 0,85𝑓′

0,85 × 30 2𝑥 0,512
= 1− 1−
280 0,85 𝑥 30

= 0,0018

𝐴 = 0,002 × 𝑏 × ℎ

= 0,002 × 1000 × 120

= 240 𝑚𝑚

𝐴 =𝜌 × 𝑏 × 𝑑

= 0,0018 × 1000 × 94

= 169,2 𝑚𝑚

𝐴 < 𝐴 maka pilih yang terbesar yaitu 240 𝑚𝑚

1
𝜋 ×𝑑 × 𝑏
𝑆=4
𝐴

1
𝜋 × 12 × 1000
=4
240

= 471,238 𝑚𝑚 ≈ 250 𝑚𝑚
132

1
× 𝜋 × 12 × 1000
𝐴 =4
250

= 452,3893 𝑚𝑚 > 300 𝑚𝑚 (OK)

Pemeriksaan kekuatan pelat daerah tumpuan arah x

𝐴 × 𝑓
𝑎=
0,85 × 𝑓′ × 𝑏

452,3893 × 280
=
0,85 × 30 × 1000

= 4,9674

𝑎
𝑐=
𝛽

4,9674
= = 5,844 𝑚𝑚
0,85

𝑑−𝑐
𝜀 = × 0,003
𝐶

94 − 5,844
= × 0,003
5,844

= 0,045

𝜀 > 0,005 (terkendali Tarik dengan ∅ = 0,9)

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 × 𝑑−
2
4,9674
= 452,3893 × 280 × 94 −
2

= 11592278 𝑁𝑚𝑚 = 11,592 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,9 𝑥 11,592

= 10,4328 kNm > 4,0716 kNm (OK)

Digunakan tulang D12-250


133

 Lapangan

𝑀
𝑘=
∅𝑏𝑑

2,5578 . 10
=
0,9 × 1000 × 94

= 0,321

0,85𝑓′ 2𝑘
𝜌 = 1− 1−
𝑓 0,85𝑓′

0,85 × 30 2 × 0,321
= 1− 1−
280 0,85 × 30

= 0,001

𝐴 = 0,002 × 𝑏 × ℎ

= 0,002 × 1000 × 120

= 240 𝑚𝑚

𝐴 = 𝜌 ×𝑏 ×𝑑

= 0,001 × 1000 × 94

= 94 𝑚𝑚

𝐴 < 𝐴 maka pilih yang terbesar yaitu 240 𝑚𝑚

1
𝜋×𝑑 ×𝑏
𝑆=4
𝐴

1
× 𝜋 × 12 × 1000
=4
240

= 471,238 𝑚𝑚 ≈ 250𝑚𝑚
134

1
× 𝜋 × 12 × 1000
𝐴 =4
250

= 452,3893 𝑚𝑚 > 300𝑚𝑚 (OK)

Pemeriksaan kekuatan pelat daerah lapangan arah x

𝐴 ×𝑓
𝑎=
0,85 × 𝑓′ × 𝑏

452,3893 × 280
=
0,85 × 30 × 1000

= 4,9674

𝑎
𝑐=
𝛽

4,9674
= = 5,844 𝑚𝑚
0,85

𝑑−𝑐
𝜀 = × 0,003
𝑐

94 − 5,844
= × 0,003
5,844

= 0,045

𝜀 > 0,005 (terkendali Tarik dengan ∅ = 0,9

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 𝑑−
2
4,9674
= 452,3893 × 280 × 94 −
2

= 11592278 𝑁𝑚𝑚 = 11,59 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,9 × 15,391

= 13,851 𝑘𝑁𝑚 > 2,5578 𝑘𝑁𝑚 (OK)

Digunakan tulangan D12-250.


135

d. Penulangan pelat tumpuan dan lapangan arah y

 Tumpuan

𝑀
𝑘=
∅𝑏𝑑

2,8188 . 10
=
0,9 × 1000 × 94

= 0,321

0,85 . 𝑓′ 2𝑘
𝜌 = 1− 1−
𝑓 0,85𝑓′

0,85 × 30 2𝑥 0,321
= 1− 1−
280 0,85 𝑥 30

= 0,001

𝐴 = 0,002 × 𝑏 × ℎ

= 0,002 × 1000 × 120

= 240 𝑚𝑚

𝐴 =𝜌 × 𝑏 × 𝑑

= 0,001 × 1000 × 94

= 94 𝑚𝑚

𝐴 < 𝐴 maka pilih yang terbesar yaitu 240 𝑚𝑚

1
𝜋 ×𝑑 × 𝑏
𝑆=4
𝐴

1
𝜋 × 12 × 1000
=4
240

= 471,238 𝑚𝑚 ≈ 250 𝑚𝑚
136

1
× 𝜋 × 12 × 1000
𝐴 =4
250

= 452,3893 𝑚𝑚 > 300 𝑚𝑚 (OK)

Pemeriksaan kekuatan pelat daerah tumpuan arah x

𝐴 × 𝑓
𝑎=
0,85 × 𝑓′ × 𝑏

452,3893 × 280
=
0,85 × 30 × 1000

= 4,9674

𝑎
𝑐=
𝛽

4,9674
= = 5,844 𝑚𝑚
0,85

𝑑−𝑐
𝜀 = × 0,003
𝐶

94 − 5,844
= × 0,003
5,844

= 0,045

𝜀 > 0,005 (terkendali Tarik dengan ∅ = 0,9)

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 × 𝑑−
2
4,9674
= 452,3893 × 280 × 94 −
2

= 11592278 𝑁𝑚𝑚 = 11,592 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,9 𝑥 11,592

= 10,4328 kNm > 2,8188 kNm (OK)

Digunakan tulang D12-250


137

 Lapangan

𝑀
𝑘=
∅𝑏𝑑

0,783 . 10
=
0,9 × 1000 × 94

= 0,09

0,85𝑓′ 2𝑘
𝜌 = 1− 1−
𝑓 0,85𝑓′

0,85 × 30 2 × 0,09
= 1− 1−
280 0,85 × 30

= 0,0003

𝐴 = 0,002 × 𝑏 × ℎ

= 0,002 × 1000 × 120

= 240 𝑚𝑚

𝐴 = 𝜌 ×𝑏 ×𝑑

= 0,0003 × 1000 × 94

= 28,2 𝑚𝑚

𝐴 < 𝐴 maka pilih yang terbesar yaitu 240 𝑚𝑚

1
𝜋×𝑑 ×𝑏
𝑆=4
𝐴

1
× 𝜋 × 12 × 1000
=4
240

= 471,238 𝑚𝑚 ≈ 250𝑚𝑚
138

1
× 𝜋 × 12 × 1000
𝐴 =4
250

= 452,3893 𝑚𝑚 > 300𝑚𝑚 (OK)

Pemeriksaan kekuatan pelat daerah lapangan arah x

𝐴 ×𝑓
𝑎=
0,85 × 𝑓′ × 𝑏

452,3893 × 280
=
0,85 × 30 × 1000

= 4,9674

𝑎
𝑐=
𝛽

4,9674
= = 5,844 𝑚𝑚
0,85

𝑑−𝑐
𝜀 = × 0,003
𝑐

94 − 5,844
= × 0,003
5,844

= 0,045

𝜀 > 0,005 (terkendali Tarik dengan ∅ = 0,9

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 𝑑−
2
4,9674
= 452,3893 × 280 × 94 −
2

= 11592278 𝑁𝑚𝑚 = 11,59 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,9 × 11,59

= 10,431 𝑘𝑁𝑚 > 0,783 𝑘𝑁𝑚 (OK)

Digunakan tulangan D12-250.


139

e. Tulangan susut dan suhu

Kebutuhan tulangan susut diambil sebesar kebutuan tulangan minimum.

𝜌 = 0,001857 (SNI 2847:2019, pasal 7.6.1.1)

𝐴 =𝜌 . 𝑏. ℎ

= 0,001857 × 1000 × 120

= 222,84 𝑚𝑚

1 1
1000. 4 . 𝜋. 𝑑 1000. 4 . 𝜋. 12
𝑆𝑝𝑎𝑠𝑖 = = = 507,527 𝑚𝑚 ≈ 250𝑚𝑚
𝐴 222,84

1 1
1000. 4 . 𝜋. 𝑑 1000. 4 . 𝜋. 12
𝐴 = = = 452,389 > 222,84 𝑚𝑚
𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 250

8.2 Tangga dan Balok Bordes

8.2.1 Pembebanan Tangga

Dalam pembebanan tangga, beban mati dibagi menjadi dua bagian yaitu

beban mati pada tangga dab beban mati pada bordes. Beban ini dibedakan menjadi

dua bagian karena masing-masing beban memiliki bebean yang berbeda. Perbedaan

ini dikarenakan pada tangga yang memiliki anak tangga yang menambah beban

mati pada pelat tangga

1. Pelat tangga untuk tinggi 4,2 m

a. Beban mati (DL)

Pelat tangga dan anak tangga = 0,261 × 24 = 6,264 𝑘𝑁/𝑚

Beban ubin + spesi = 0,05 × 21 = 1,05𝑘𝑁/𝑚

Beban pasir 30 mm = 0,03 × 18 = 0,54𝑘𝑁/𝑚


140

Railing tangga (asumsi) =1 𝑘𝑁/𝑚

𝑄 = 8,854 𝑘𝑁/𝑚

b. Beban Hidup (LL)

Untuk beban hidup merata per 𝑚 menurut SNI 1727-2013 Tabel 4.1

yaitu sebesar 4,79 𝑘𝑁/𝑚.

Beban rencana (𝑈) = 1,2𝐷 + 1,6 𝐿

= (1,2 × 8,854) + (1,6 × 4,79)

= 18,2888 𝑘𝑁/𝑚

2. Pelat Bordes

a. Beban mati (DL)

Beban pelat bordes = 0,15 × 24 = 3,6 𝑘𝑁/𝑚

Beban ubin + spesi = 0,05 × 21 = 1,05𝑘𝑁/𝑚

Beban pasir 30 mm = 0,03 × 18 = 0,54𝑘𝑁/𝑚

Railing tangga (asumsi) =1 𝑘𝑁/𝑚

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑄 = 6,19𝑘𝑁/𝑚

b. Beban Hidup (LL)

Untuk beban hidup merata per 𝑚 menurut SNI 1727-2013 Tabel 4.1

yaitu sebesar 4,79 𝑘𝑁/𝑚.

Beban rencana (𝑈) = 1,2𝐷 + 1,6 𝐿

= (1,2 × 6,19) + (1,6 × 4,79)

= 15,092𝑘𝑁/𝑚
141

Gaya-gaya rencana dihitung dengan bantuan software ETABS, kombinasi

beban yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. U = 1,4 D (7-1)

2. U = 1,2 D + 1,6 L (7-2)

Melalui analisis pada software ETABS didapatkan gaya-gaya dalam yang

berkerja sebagai berikut:

Tabel 7.3 Gaya-gaya dalam yang bekerja


Momen dan Gaya-gaya Pelat Tangga dan Bordes

Momen Lapangan 97,6676 kNm

Gaya Geser (𝑉 ) 14,6455kN

8.2.2 Penulangan Pelat Tangga

Dalam perencanaan penulangan tangga digunakan data-data sebagai

berikut:

Tebal selimut beton = 20 mm

Tulang yang digunakan = 16 mm

Tulang susut = 10 mm

Tebal pelat = 150 mm

Mutu beton (𝑓 ) = 30 MPa

𝑓 = 280 MPa untuk diameter tulang ≥ D12

𝑓 = 420 MPa untuk diameter tulang ≤ D19.


142

1. Perhitungan Tulang Lapangan

𝑀 = 97,6676 kNm

𝑏 = 1000 mm

𝑑 =ℎ−𝑑

16
= 150 − 20 +
2

= 122 mm

𝑀
𝑘=
∅𝑏𝑑

97,6676 . 10
=
0,9 × 1000 × 122

= 7,291

Asumsi, digunakan tulangan pelat D16 mm

0,85 × 𝑓′ 2𝑘
𝜌 = 1 1−
𝑓 0,85 × 𝑓′

0,85 × 30 2 × 7,291
= 1− 1−
420 0,85 × 30

= 0,02

𝐴 = 0,001857 × 𝑏 × ℎ

= 0,001857 × 1000 × 150

= 278,55𝑚𝑚

𝐴 =𝜌 ×𝑏×𝑑

= 0,02 × 1000 × 122 = 2440 𝑚𝑚


143

𝐴 < 𝐴 maka 𝐴 = 2440 𝑚𝑚

𝑏×𝐴
𝑠=
𝐴

1
1000 × × 𝜋 × 16
= 4
2440

= 82,4 𝑚𝑚 ≈ 50 𝑚𝑚

𝑏×𝐴
𝐴 =
𝑠
1
1000 × × 𝜋 × 16
= 4
50

= 4021,23 𝑚𝑚 > 2440 𝑚𝑚 (OK)

Digunakan D16-50

Pemeriksaan kekuatan pelat untuk dengan tumpuan

𝐴 ×𝑓
𝑎= ×𝑏
0,85 × 𝑓′

4021,23 × 420
=
0,85 × 30 × 1000

= 66,23 mm

𝛽 = 0,85

𝑎 66,23
𝑐= = = 77,92 𝑚𝑚
𝛽 0,85

𝑑 −𝑐
𝜀 = 0,003 ×
𝑐
122 − 77,92
= 0,003 = 0,0016
77,92
144

Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 9.3.2.1, apabila 𝜀 < 0,005

maka penampang terkendali tarik sehingga ∅ = 0,75.

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 × 𝑑 −
2
66,23
= 4021,23 × 420 122 −
2

= 150119352 𝑁𝑚𝑚 = 150,119 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,75 × 150,119

= 112,589 𝑘𝑁𝑚 > 𝑀 lapangan = 97,6676 kNm (OK)

2. Perhitungan Tulang susut

Bersadarkan SNI 2847:2019 pasal 7.12.2.1, rasio luas tulangan

terhadap luas bruto penampang beton adalah 0,0022

𝐴 =𝜌 ×𝑏×𝑑

= 0,0022 × 1000 × 150

= 330

𝑏×𝐴
𝑠=
𝐴

1
1000 × × 𝜋 × 10
= 4
330

= 237,9994 𝑚𝑚 ≈ 100 𝑚𝑚
145

1
1000 × ×𝜋×𝑑
𝐴 = 4
𝑠
1
1000 × × 𝜋 × 10
= 4
100

= 785,3982 𝑚𝑚 > 330 𝑚𝑚 (OK)

Digunakan P10-100

3. Kontrol Terhadap Geser

d = 122 mm

𝑉 = 14,645 Kn

𝑉 = × 𝑓 ×𝑏×𝑑

1
= × √30 × 1000 × 122
6

= 111370,2534 Nmm

= 111,370 kNm

∅𝑉 = 0,75 × 111,370 = 83,527 kNm

Karena 𝑉 < ∅𝑉 , maka tulangan geser tidak diperlukan penampang

beton sendiri sudah mampu menahan gaya geser yang terjadi.

8.2.3 Penulangan Balok Berdes

Dalam perecanaan penulangan balok bordes digunakan data-data sebagai

berikut:

Ukuran balok bordes = 200 × 400 mm

Panjang bordes =3m

Tebal selimut beton = 40 mm


146

Tulangan yang digunakan = 13 mm

Tulangan susut = 10 mm

Mutu beton (𝑓 ) = 30 MPa

𝑓 = 280 MPa untuk diameter tulang ≤ D12

𝑓 = 420 MPa untuk diameter tulang ≥ D19.

𝑑 = 40 + 10 + × 13 = 56,6 mm

d = 400 – 56,5 =343,5 mm

Pembebanan pada balok bordes :

Berat sendiri balok = 0,20 × 0,40 × 24 × 1,2 = 2,304 𝑘𝑁/𝑚

Berat dinding = 2 × 2,5 × 1,2 = 6 𝑘𝑁/𝑚

Reaksi tangga (ETABS) = 43,328 𝑘𝑁/𝑚

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑄 = 51,632 𝑘𝑁/𝑚

1. Penulangan Longitudinal Tumpuan

𝑀 = ×𝑄 ×𝑙

= × 51,632 × 3 = 38,724 kNm

𝑅 = , × ×

38,724 × 10
= = 1,823
0,9 × 200 × 343,5

0,85 × 𝑓′ 2𝑅
𝜌 = 1 1−
𝑓 0,85 × 𝑓′

0,85 × 30 2 × 1,823
= 1− 1− = 0,0045
420 0,85 × 30
147

𝑓 √30
𝜌 = = = 0,0032
4𝑓 4 × 420

1,4 1,4
𝜌 = = = 0,0034
𝑓 420

𝐴 =𝜌 ×𝑏×𝑑

= 0,0034 × 200 × 343,5

= 233,58 𝑚𝑚

𝐴 =𝜌 ×𝑏×𝑑

= 0,0045 × 200 × 343,5

= 316,02 𝑚𝑚

Maka 𝐴 = 316,02 𝑚𝑚

,
Jumlah tulangan = = = 2,38 ≈ 3
. . ×

1
𝐴 = 3× × 𝜋 × 13 = 398,1969𝑚𝑚
4

Periksa momen nominal

𝐴 ×𝑓
𝑎= ×𝑏
0,85 × 𝑓′

398,1969 × 420
=
0,85 × 30 × 1000

= 32,792 mm

𝛽 = 0,85

𝑎 32,792
𝑐= = = 38,57 𝑚𝑚
𝛽 0,85
148

𝑑 −𝑐
𝜀 = 0,003 ×
𝑐

343,5 − 38,57
= 0,003
38,57

= 0,0238

Karena 𝜀 > 0,005, maka penampang terkendali Tarik dengan ∅ = 0,9

(SNI 2847:2019 Pasal 10.3.4)

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 × 𝑑 −
2
32,792
= 398,1969 × 420 343,5 −
2

= 54705755,49 𝑁𝑚𝑚 = 54,7057 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,9 × 54,7057

= 49,2351 𝑘𝑁𝑚 > 𝑀 tumpuan = 38,724 kNm (OK)

2. Penulangan Longitudinal Lapangan

𝑀 = ×𝑄 ×𝑙

= × 51,632 × 3 = 19,362 kNm

𝑅 = , × ×

19,362 × 10
= = 0,629
0,9 × 200 × 343,5
149

0,85. 𝑓′ 2𝑅
𝜌 = 1 1−
𝑓 0,85 × 𝑓′

0,85 × 30 2 × 0,629
= 1− 1− = 0,0015
420 0,85 × 30

𝑓 √30
𝜌 = = = 0,0032
4𝑓 4 × 420

1,4 1,4
𝜌 = = = 0,0034
𝑓 420

𝐴 =𝜌 ×𝑏×𝑑

= 0,0034 × 200 × 343,5

= 233,58 𝑚𝑚

𝐴 =𝜌 ×𝑏×𝑑

= 0,0015 × 200 × 343,5

= 103,05 𝑚𝑚

Maka 𝐴 = 233,58 𝑚𝑚

,
Jumlah tulangan = = = 1,75 ≈ 2
. . ×

1
𝐴 = 2 × × 𝜋 × 13 = 265,464 𝑚𝑚
4
150

Periksa momen nominal

𝐴 ×𝑓
𝑎= ×𝑏
0,85 × 𝑓

265,464 × 420
=
0,85 × 30 × 200

= 21,861 mm

𝛽 = 0,85

𝑎 21,861
𝑐= = = 25,71 𝑚𝑚
𝛽 0,85

𝑑 −𝑐
𝜀 = 0,003 ×
𝑐

343,5 − 25,71
= 0,003
25,71

= 0,0238

Karena 𝜀 > 0,005, maka penampang terkendali tarik dengan ∅ = 0,9

(SNI 2847:2019 Pasal 10.3.4)

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 × 𝑑 −
2
21,861
= 265,464 × 420 343,5 −
2

= 37079796,49 𝑁𝑚𝑚 = 37,0797 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,9 × 37,0797

= 33,371 𝑘𝑁𝑚 > 𝑀 lapangan = 19,362 kNm (OK)


151

3. Penulangan Tulang Geser

𝑉 = 43,328 kN

𝑉 = × 𝑓 ×𝑏×𝑑

1
= × √30 × 200 × 343,5
6

= 62714,2328 Nmm

= 62,7142 kNm
,
𝑉 = ∅
= ,
= 83,6189 kN

2
𝑉 = 𝑓 .𝑏 .𝑑
3
2
= √30 × 200 × 343,5
3

= 250856,9313 N

= 250,8569 kN ≥ 83,6189 Kn (OK)

Dengan menggunakan tulang geser 2 kali P10

1
𝐴 = 𝜋𝑑
4
1
= 𝜋 × 10 = 78,5398𝑚𝑚
4

𝐴 ×𝑓 ×𝑑
𝑠=
𝑉

78,5398 × 420 × 343,5


=
83,6189 × 10

= 135,506 mm ≈ 120 mm

𝑑 343,5
𝑆 = = = 171,75 mm
2 2

Digunakan tulangan geser 2P10-120


152

8.3 Perencanaan dinding geser

Dalam perencanaan dinding geser ini yang ditinjau adalah dinding geser

pada lantai 1. Dinding struktur ini dipilih karena gaya-gaya yang bekerja padat

mewakili keseluruhan gaya yang bekerja pada dinding struktur ainnya.

Data yang digunakan dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut:

𝑓 = 30MPa

𝑓 = 280 MPa untuk diameter tulang ≤ D 12

𝑓 = 420 MPa untuk diameter tulang ≤ D 19

𝛽 = 0,85

Tebal dinding geser = 0,35 m

Panjang dinding geser (𝑙 ) =4m

Tinggi dinding geser (ℎ ) = 33,6 m

Gaya- gaya yang bekerja pada dinding struktur adalah sebagai berikut :

Tabel 8.4 Gaya-gaya Pada Dinding Geser


𝑃 𝑃 𝑀 𝑀 𝑉
(kN) (kN) (kN) (Kn) (kN)

1992,9916 7772,0235 674,853 769,7917 1515,5956

8.3.1 Kebutuhan Tulang Vertikal dan Horizontal

1. Periksa apakah dibutuhkan dua lapis tulangan

Menurut SNI 2847:2019 pasal 21.9.2.2, baja tulangan vertical dan

horizontal masing-masing harus dipasang dua lapis apalagi gaya geser

bidang terfaktor yang bekerja pada dinding melebihi :


0,17 × 𝐴 ×  × 𝑓𝑐
153

𝐴 = 350 × 4000

= 1400000 𝑚𝑚

Untuk beton normal,  = 1 sehingga:

0,17 × 𝐴 ×  × 𝑓′ = 0,17 × 1400000 × 1 × √30

= 1303579,687 𝑁

= 1303 kN

0,17 × 𝐴 ×  × 𝑓′𝑐 < 𝑉𝑢 ,sehingga diperlukan tulangan dua

lapis.

2. Perhitungan kebutuan tulang longitudinal

Menurut SNI 2847:2019 pasal 21.9.2.1, rasio tulangan longitudinal

𝜌 minimum adalah 0,0025 dan spasi maksimum masing-masing arah

tulangan adalah 450.

𝐴 =𝜌×𝑏×𝑑

= 0,01 × 350 × 4000

= 14000𝑚𝑚

Jumlah tulangan =
× ×

14000
=
1
× 𝜋 × 25
4

= 28,5

= 30
154

𝐴 =𝑛× ×𝜋×𝑑

1
= 30 × × 𝜋 × 25
4

= 147,26 𝑚𝑚

𝑠 = = 133 𝑚𝑚 = 120

Maka digunakan D25-120

Tulangan longitudinal yang digunakan adalah 25D120

dikarenakan berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 10.9.1 nilai 𝐴 harus

memenuhi persamaan:

1% 𝐴 ≤ 𝐴 ≤ 8% 𝐴

14000 ≤ 14726,215 ≤ 112000, memenuhi syarat

3. Perhitungan baja tulangan yang diperlukan untuk menahan geser

Menurut SNI 2847:2019 pasal 21.9.4.1, kuat geser nominal

dinding geser dihitung sesuai persamaan berikut:

Vn =𝐴 (𝑎  𝑓 + 𝜌 𝑓 )

dengan ℎ /𝑙 = 33,6/4 = 8,4 > 2, maka 𝑎 = 0,17

rasio tulangan transversal:

𝜌 =

1
× 𝜋 × 16
=4
350 × 120

= 0,008 > 0,0025 (SNI 21.9.4.2)


155

Kuat geser nominal:

Vn =𝐴 (𝑎  𝑓 + 𝜌 𝑓 )

= 350 × 4000 × 0,17 × 1 × √30 + 0,008 × 420

= 4380027,748 𝑁

= 4380,027 𝑘𝑁

∅𝑉 = 0,75 × 4380,027 = 3285,02 kNm

Dari perhitungan diperoleh ∅𝑉 > 𝑉 , dinding geser mampu

menahan gaya geser yang terjadi. Menurut SNI 2847:2019 pasal 21.9.4.4,

kuat geser nominal dinding tidak boleh melebihi kuat geser nominal

maksimum dinding sebagai berikut:

𝑉 = 0,83 × 𝐴𝑐𝑣 × 𝑓′

= 0,83 × 350 × 4000 × √30

= 6364536,118 N

= 6364,536 kN

Untuk tulangan geser digunakan D16-120

4. Menentukan Special Boundary Element

Dalam perencanaan ini special boundary element ditentukan

berdasarkan pendekatan tegangan, dalam hal ini berdasarkan SNI

2847:2019 SBE diperlukan jika tegangan tekanan maksimum akibat

kombinasi momen daya gaya aksial terfaktor yang bekerja pada penampang

dinding geser melebihi 0,2𝑓′ . Jadi, SBE diperlukan jika:


156

Jadi, SBE diperlukan jika:

𝑃 𝑀
= + > 0,2𝑓
𝐴 𝑙

1992,9916 × 1000 674,853


= + < 0,2 × 30
350 × 4000 1
12 × 350 × 4000

= 1,42 < 6, maka dinding geser tidak membutuhkan SBE.

8.4 Perencanaan Balok

Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, mengingat perhitungan yang

cukup Panjang maka hasil perhitungan balok yang akan ditampilkan adalah balok

700 𝑥 400 𝑚𝑚 yang terletak dilantai 4. Untuk dan analisis struktur balok

digunakan data terbesar pada pelat lantai yang ditinjau. Data-data yang akan

digunakan dalam perencanaan balok sebagai berikut:

𝑓 = 30MPa

𝑓 = 280 MPa untuk diameter tulang ≤ D 12

𝑓 = 420 MPa untuk diameter tulang ≤ D 19

Diameter tulangan longitudinal = 25 mm (asumsi)

Diameter Sengkang = 10 mm (asumsi)

Selimut beton = 40 mm (SNI 2847:2019 pasal 4.11.2 )

Bentang total (𝑙) = 5000 mm

Bentang bersih (𝑙 ) = 4300 mm

Lebar balok (𝑏 ) = 400 mm

Tinggi balok (ℎ) = 700 mm


157

d = 700 − (40 + 10 + 0,5 × 25) = 637,5 mm

1992,9916 × 1000 674,853


= + < 0,2 × 30
350 × 4000 1
12 × 350 × 4000

= 1,42 < 6, maka dinding geser tidak membutuhkan SBE.

8.5 Perencanaan Balok

Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, mengingat perhitungan yang

cukup Panjang maka hasil perhitungan balok yang akan ditampilkan adalah balok

700 𝑥 400 𝑚𝑚 yang terletak dilantai 4. Untuk dan analisis struktur balok

digunakan data terbesar pada pelat lantai yang ditinjau. Data-data yang akan

digunakan dalam perencanaan balok sebagai berikut:

𝑓 = 30MPa

𝑓 = 280 MPa untuk diameter tulang ≤ D 12

𝑓 = 420 MPa untuk diameter tulang ≤ D 19

Diameter tulangan longitudinal = 25 mm (asumsi)

Diameter Sengkang = 10 mm (asumsi)

Selimut beton = 40 mm (SNI 2847:2019 pasal 4.11.2 )

Bentang total (𝑙) = 5000 mm

Bentang bersih (𝑙 ) = 4300 mm

Lebar balok (𝑏 ) = 400 mm

Tinggi balok (ℎ) = 700 mm

d = 700 − (40 + 10 + 0,5 × 25)

= 637,5 mm
158

8.5.1 Tulangan Longitudinal

Dari hasil analisis struktur menggunakan ETABS maka diperoleh hasil

sesuai dengan table 8.5.

Tabel 8.5 Gaya Geser Dan Momen Balok B2 (400 × 700)


Posisi Momen Vu ( kN ) Mu ( kN )

Positif 176,2392 186,0512


Tumpuan
Negatif -160,011 -276,4452

Positif 128,4488 105,8268


Lapangan
Negatif -122,0905 -60,6398

1. Tulangan Tumpuan Negatif

𝑅 = , × ×

276,4452 × 10
= = 1,889
0,9 × 400 × 637,5

0,85. 𝑓′ 2×𝑅
𝜌 = 1 1−
𝑓 0,85 × 𝑓′

0,85 × 30 2 × 1,889
= 1− 1− = 0,0047
420 0,85 × 30

𝐴 =𝜌 ×𝑏×𝑑

= 0,0047 × 400 × 637,5

= 1198,5 𝑚𝑚
159

𝑓
𝐴 = ×𝑏 ×𝑑
4𝑓

√30
= × 400 × 637,5 = 831,364 𝑚𝑚
4 × 420

Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 9.6.1.2 𝐴 tersebut

tidak boleh lebih kecil dari :


,
𝐴 = ×𝑏 ×𝑑

1,4
= × 400 × 637,5
420

= 850 𝑚𝑚

𝜌 berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 9.6.1.3 diambil nilainya

sebesar 0,025

𝐴 =𝜌 ×𝑏 ×𝑑

= 0,025 × 400 × 637,5

= 6375 𝑚𝑚

Karena 𝐴 <𝐴 <𝐴 , maka 𝐴 = 1198,5 𝑚𝑚

1198,5
𝑛=
1
4 × 𝜋 × 19

= 4,227 ≈ 5

𝐴 = 𝑛 × 𝜋𝑑

1
= 5 × 𝜋 × 19
4

= 1417,643 𝑚𝑚 > 1198,5 𝑚𝑚

Jadi digunakan tulangan 5D19.


160

( × ) ( × ) ( × )
𝑥 =

= 43,75 mm > 25 mm (syarat minimal pasal 9.6.)

Jarak bersih memenugi syarat, maka untuk tulangan tumpuan

negatif disusun menjadi 1 lapis.

Pemeriksaan momen nominal

𝐴 ×𝑓
𝑎=
0,85 × 𝑓′ 𝑥 𝑏

1417,643 × 420
=
0,85 × 30 × 400

= 58,3735 mm

𝛽 = 0,85

𝑎
𝑐=
𝛽

58,3735
= = 49,617 𝑚𝑚
0,85

𝑑 −𝑐
𝜀 = 0,003 ×
𝑐

637,5 − 49,617
= 0,003
49,617

= 0,0355

Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 21, apabila 𝜀 ≥ 0,005 maka

penampang terkendali Tarik sehingga ∅ = 0,09.


161

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 × 𝑑 −
2

58,3735
= 1417,643 × 420 637,5 −
2

= 362195828,7 𝑁𝑚𝑚 = 362,195 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,9 × 362,195

= 325,9755 𝑘𝑁𝑚 > 276,4452 kNm (OK)

2. Tulang Tumpuan Positif

Sesuai dengan pasal SNI 2847:2019 pasal 18.6.3.2, bahwa

kekuatan momen positif pada muka joint harus tidak kurang dari

setengah kekuatan momen negative yang disediakan pada muka joint

tersebut,

Sehingga dapat dihitung:

𝑀 = 276,4452 kNm

𝑀 ≥ 0,5 𝑀 –

𝑀 ≥ 0,5 × 276,4452

= 138,2226 kNm

𝑀 terpakai = 138,2226 kNm

𝑅 = , × ×

138,2226 × 10
= = 0,9447
0,9 × 400 × 637,5
162

0,85. 𝑓′ 2𝑅
𝜌 = 1 1−
𝑓 0,85 × 𝑓′

0,85 × 30 2 × 0,9447
= 1− 1− = 0,0023
420 0,85 × 30

𝐴 =𝜌 ×𝑏×𝑑

= 0,0023 × 400 × 637,5

= 586,5 𝑚𝑚

𝑓
𝐴 = ×𝑏 ×𝑑
4𝑓

√30
= × 400 × 637,5 = 831,364 𝑚𝑚
4 × 420

Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 9.6.1.2 𝐴 tersebut tidak

boleh lebih kecil dari :


,
𝐴 = ×𝑏 ×𝑑

1,4
= × 400 × 637,5
420

= 850 𝑚𝑚

𝜌 berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 18.6.3.1 diambil nilainya

sebesar 0,025.

𝐴 =𝜌 ×𝑏 ×𝑑

= 0,025 × 400 × 637,5

= 6375 𝑚𝑚
163

Karena 𝐴 >𝐴 <𝐴 , maka 𝐴 = 1000 𝑚𝑚

𝐴
𝑛=
1
4 𝜋𝑑

=
× ×

= 3,526 ≈ 4

𝐴 = 𝑛 × 𝜋𝑑

1
= 4 × × 𝜋 × 19
4

= 1134,114 𝑚𝑚 > 1000 𝑚𝑚

Jadi digunakan tulangan 4D19.

( × ) ( × ) ( × )
𝑥 =

= 66,7 mm > 25 mm (syarat minimal pasal 7.6.1)

Pemeriksaan momen nominal

𝐴 ×𝑓
𝑎= ×𝑏
0,85 × 𝑓′

1000 × 420
=
0,85 × 30 × 400

= 41,176 mm

𝛽 = 0,85

𝑎
𝑐=
𝛽

41,176
= = 48,4429 𝑚𝑚
0,85
164

𝑑 −𝑐
𝜀 = 0,003 ×
𝑐

637,5 − 48,4429
= 0,003
48,4429

= 0,0364

Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 21, apabila 𝜀 ≥ 0,005 maka

penampang terkendali Tarik sehingga ∅ = 0,09.

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 × 𝑑 −
2
41,176
= 1000 × 420 637,5 −
2

= 259103040 𝑁𝑚𝑚 = 259,103 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,9 × 259,103

= 233,192 𝑘𝑁𝑚 > 138,2226 kNm (OK)

3. Tulangan Lapangan Positif dan Negatif

Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 21.5.2.2 mengatakan

bahwa kekuatan momen negatif dan positif pada sebrang penampang

sepanjang komponen struktur harus tidak kurang dari seperempat

kekuatan momen maksimum yang di sediakan pada muka joint

tersebut, sehingga dapat dihitung :

𝑀 = 489,833kNm

𝑀 ≥ 0,25 𝑀 –
165

𝑀 ≥ 0,25 × 276,4452

= 69,1113 kNm

Nilai 𝑀 pada bagian lapangan hasil analisi struktur adalah sebesar

105,8268 kNm dan 𝑀 pada bagian lapangan sebesar 60,6398 kNm

sehingga digunakan 𝑀 = 105,8268 kNm sebagai momen desain

lapangan.

𝑀 terpakai = 105,8268 kNm

𝑅 = , × ×

105,8268 × 10
= = 0,7233
0,9 × 400 × 637,5

0,85. 𝑓′ 2𝑅
𝜌 = 1 1−
𝑓 0,85 × 𝑓′

0,85 × 30 2 × 0,7233
= 1− 1− = 0,0017
420 0,85 × 30

𝐴 =𝜌 ×𝑏×𝑑

= 0,0017 × 400 × 637,5

= 433,5 𝑚𝑚

𝑓
𝐴 = ×𝑏 ×𝑑
4𝑓

√30
= × 400 × 637,5 = 831,3645 𝑚𝑚
4 × 420
166

Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 9.6.1.2 𝐴 tersebut tidak

boleh lebih kecil dari :


,
𝐴 = ×𝑏 ×𝑑

1,4
= × 400 × 637,5
420

= 850 𝑚𝑚

𝜌 berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 18.6.3.1 diambil nilainya

sebesar 0,025.

𝐴 =𝜌 ×𝑏 ×𝑑

= 0,025 × 400 × 637,5

= 6375 𝑚𝑚

Karena 𝐴 >𝐴 <𝐴 , maka 𝐴 = 1000 𝑚𝑚

𝐴
𝑛=
1
4 𝜋𝑑

=
× ×

= 3,526 ≈ 4

𝐴 = 4 × 𝜋𝑑

1
= 4× × 𝜋 × 19
4

= 1134,114 𝑚𝑚 > 1000 𝑚𝑚

Jadi digunakan tulangan 4D19.

×( × ) ( × ) ( × )
𝑥 =

= 66,7 mm > 25 mm (syarat minimal pasal 7.6.1)


167

Pemeriksaan momen nominal

𝐴 ×𝑓
𝑎= ×𝑏
0,85 × 𝑓′

1134,114 × 420
=
0,85 × 30 × 400

= 46,6988 mm

𝛽 = 0,85

𝑎
𝑐=
𝛽

46,6988
= = 54,939 𝑚𝑚
0,85

𝑑 −𝑐
𝜀 = 0,003
𝑐

637,5 − 54,939
= 0,003
54,939

= 0,031

Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 9.3.2.1, apabila 𝜀 ≥ 0,005

maka penampang terkendali Tarik sehingga ∅ = 0,09.

𝑎
𝑀 =𝐴 ×𝑓 × 𝑑 −
2
46,6988
= 1000 × 420 637,5 −
2

= 257943252 𝑁𝑚𝑚 = 257,943 𝑘𝑁𝑚

∅𝑀 = 0,9 × 257,943

= 232,148 𝑘𝑁𝑚 > 105,8268 kNm (OK)


168

8.5.2 Tulangan Transversal

Pada pasal R18.6.5 SNI 2847:2019 menyatakan bahwa geser rencana akibat

gempa pada balok dihitung dengan mengasumsikan sendi plastis terbentuk dari

ujung-ujung balok dengan tegangan lentur balok mencapai 1,25𝑓 dan factor

reduksi kuat lentur f = 1.

1. Perhitungan Probable Moment

Momen Kapasitas Negatif

𝑀 ditinjau dari tumpuan yang mengalami tarik dengan tulangan atas 7D22.

, × ×
𝑎 =
, ×

1,25 × 1417,643 × 420


=
0,85 × 30 × 400

= 72,966 mm

𝑎
𝑀 = 1,25 × 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × 𝑑𝑥 −
2
72,966
= 1,25 × 1417,643 × 420 637,5 −
2

= 447314460 𝑁𝑚𝑚 = 447,314 𝑘𝑁𝑚

Momen Kapasitas Positif

𝑀 ditinjau dari tumpuan yang mengalami tarik dengan tulangan bawah

4D23.

, × ×
𝑎 =
, ×

1,25×1134,114 ×
= = 58,373 mm
, × ×
169

M pr+ = 1,25 × 𝐴 × 𝑓 × 𝑑 −

,
= 1,25 × 1134,114 × 420 637,5 −

= 362195849,8 𝑁𝑚𝑚 = 362,195 𝑘𝑁𝑚

2. Perhitungan Gaya Geser Akibat Gravitasi

Sebagai pendekatan gaya geser akibat gravitasi diambil dari hasil ETABS

dalam kondisi yang belum luluh. Dengan menggunakan beban mati dan hidup

dengan kombinasi 1,2D +1L. hasil dari analisis ETABS diketahui

Vg=73,3582kN.

3. Perhitungan Gaya Geser Akibat Gempa

𝑀𝑝𝑟− × 𝑀𝑝𝑟+
𝑉 = ±𝑉
𝑙

447,314 + 362,195
= ± 73,3582
4,3

𝑉 = 261,616𝑘𝑁

𝑉 = 114,89 𝑘𝑁

𝑉 disendi plastis sejauh d = 637,5 mm

(4300 − 637,5)
𝑉 = × (261,616 − 114,89) + 114,89
4300

= 239,863 kN

Untuk perhitungan tulangan geser lapangan, maka dihitung tulangan

sejauh 2h dari muka kolom. Maka untuk daerah lapangan sejauh 1400

mm dari muka kolom.


170

(4300 − 1400)
𝑉 = × (261,616 − 114,89) + 114,89
4300

= 237,65 kN

𝑉 = 239,863 kN

𝑉 = 237,65 kN

4. Sengkang Daerah Tumpuan

Untuk menghindari terjadi keretakan beton pada tumpuan maka beton

diasumsikan tidak berpengaruh menahan gaya geser, 𝑉 = 0.

𝑉
𝑉 = − 𝑉𝑐

239,863
= −0
0,75

= 319,814 kN

Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 11.4.7.9 𝑉 dapat dihitung sebagai

berikut:

𝑉 = 0,66 𝑓 𝑏 . 𝑑

= 0,66√30 × 400 × 637,5

= 921817,0643 N

= 921,817 kN

Dicoba dengan menggunakan tulang geser 2 kali diameter 10 mm.

1
𝐴 = 2 × × 𝜋 × 10
4

=157,0796 𝑚𝑚
171

𝐴 ×𝑓 ×𝑑
𝑠=
𝑉

157,0796 × 420 × 637,5


=
319,814

= 131,507 mm

Berdasarkan SNI 2847:2019 mengatakan bahwa sengkang tertutup pertama

harus ditempatkan tidak lebih dari 50 mm dari muka komponen struktur

penumpu. Spasi sengkang tertutup tidak boleh melebihi yang terkecil dari:

a. = 159,375 mm

b. 6𝑑 = 150 mm

c. 150 mm

Sehingga tulangan geser yang digunakan adalah 2P10-150.

5. Sengkang Daerah Lapangan

Kontribusi beton dalam menahan gaya geser lapangan diperhitungkan

berdasarkan pasal 11.2.1.1 pada SNI 2847:2019.

𝑉 = 0,17 𝑓 𝑏 . 𝑑

= 0,17√30 × 400 × 637,5

= 237,437 kN

𝑉
𝑉 = − 𝑉𝑐
0,75

237,65
= − 237,437
0,75

= 79,429 kN
172

Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 11.4.7.9 𝑉 dapat dihitung sebagai

berikut:

𝑉 = 0,66 𝑓 𝑏 . 𝑑

= 0,66√30 × 400 × 637,5

= 921,817 kN

Dicoba dengan menggunakan tulang geser 2 kali diameter 6 mm.

1
𝐴 = 2× ×𝜋×6
4

=56,548 𝑚𝑚

𝐴 ×𝑓 ×𝑑
𝑠=
𝑉

56,548 × 420 × 637,5


=
79,427

= 190,624 mm

Berdasarkan pasal 21.3.4.3 SNI 2847:2019 diluar sendi plastis spasi tidak

boleh melebihi:
,
= = 318,75 mm

Sehingga tulangan geser yang digunakan adalah 2P6-300.

8.6 Perencanaan Kolom

Pada perencanaan kolom, ditinjau pada kolom yang terletak pada balok

portal 2 dan B ( C18 ) dengan dimensi kolom 800 𝑥 800. Data yang digunakan

dalam perencanaan kolom adalah sebagai berikut:

𝑓 = 30MPa
173

𝑓 = 280 MPa untuk diameter tulang ≤ D 12

𝑓 = 420 MPa untuk diameter tulang ≤ D 19

Diameter tulang lentur = 25 mm (asumsi)

Diameter Sengkang = 13 mm (asumsi)

Selimut beton = 40 mm (SNI 2847:2019 pasal 7.7.2)

8.5.1 Cek Syarat Kolom

Berdasarkan SNI 2847 : 2019 pasal 21.6.1 kolom harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

1. Nilai Pu harus lebih besar dari

Pu = 2170,5634 kN

( )
= 𝑥 10 = 1920 𝑘𝑁

Pu > , maka memenuhi syarat

2. Dimensi penampang terpendek ( b ) tidak boleh kurang dari 300mm.

b = 800 mm > 300 mm maka memenuhi syarat.

3. Rasio dimensi penampang b/h tidak boleh kurang dari 0,4.

= = 1 > 0,4 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡

8.5.2 Pemeriksaan tipe portal

Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 10.10.5.2 suatu tingkat pada struktur boleh

dianggap tidak bergoyang apabila :

∑ ∆
𝑄= ≤ 0,050
174

Pemeriksaan tipe portal kolom K1 lantai 2 ( elevasi 4,2 m )

Berdasarkan data ETABS untuk arah x :

∑ 𝑃𝑢 = 40746,902 kN

V = 182,9042

Δ0 = 5,123

, ,
𝑄 =
,

= 0,271 > 0,05 maka portal bergoyang

Berdasarkan data ETABS untuk arah y :

∑ 𝑃𝑢 = 40746,902 kN

V = 90,7588

Δ0 = 2,116

, ,
𝑄 =
,

= 0,226 > 0,05 maka portal bergoyang

8.5.3 Pemeriksaan Kelangsingan Kolom

Berdasarkan SNI 2847 : 2019 pasal 10.10.1, pengaruh kelangsingan boleh

diabaikan untuk komponen struktur tekan yang tidak dibresing terhadap goyangan

apabila :

.
≤ 22
175

Nilai k diperoleh dari nilai faktor kekangan ujung kolom yang ditinjau ujung

atas ( Ψa ) dan ujung bawah ( Ψb ) kolom.


.

𝛹= .

𝐼 = Momen Inersia Kolom = 0,7 Ig

𝐼 = Momen Inersia Balok = 0,35 Ig

1. Kekangan ujung atas kolom arah x :

Kolom tinjauan ( lantai 2, K1 )

b = 800 mm

h = 800 mm

l = 4200 mm

Ik = 0,7

= 0,7

= 2,389. 10 𝑚𝑚

EcIk = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 2,389 . 10

= 6,15. 10 𝑚𝑚

Kolom atas ( lantai 3 , K1 )

b = 800 mm

h = 800 mm

l = 4200 mm
176

Ik = 0,7

= 0,7

= 2,389. 10 𝑚𝑚

EcIk = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 2,389 . 10

= 6,15. 10 𝑚𝑚

Balok kiri ( lantai 3, B1 )

b = 500 mm

h = 750 mm

l = 5000 mm

Ib = 0,35

= 0,35

= 6,15 𝑥 10 𝑚𝑚

EcIb = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 6,15 𝑥 10

= 1,58 . 10 𝑚𝑚

Balok kanan ( lantai 3, B1 )

b = 500 mm

h = 750 mm

l = 4000 mm
177

Ib = 0,35

= 0,35

= 6,15 𝑥 10 𝑚𝑚

EcIb = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 6,15 𝑥 10

= 1,58 . 10 𝑚𝑚

.

𝛹 = .

, . , .

𝛹 =
, . , .

𝛹 = 4,12

2. Kekangan ujung bawah arah x :

Kolom tinjauan ( lantai 2 , K1 )

b = 800 mm

h = 800 mm

l = 4200 mm

Ik = 0,7

= 0,7

= 2,389. 10 𝑚𝑚
178

EcIk = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 2,389 . 10

= 6,15. 10 𝑚𝑚

Kolom bawah ( lantai 1 , K1 )

b = 800 mm

h = 800 mm

l = 4200 mm

Ik = 0,7

= 0,7

= 2,389. 10 𝑚𝑚

EcIk = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 2,389 . 10

= 6,15. 10 𝑚𝑚

Balok kiri ( lantai 1, B1 )

b = 500 mm

h = 750 mm

l = 5000 mm

Ib = 0,35

= 0,35

= 6,15 𝑥 10 𝑚𝑚
179

EcIb = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 6,15 𝑥 10

= 1,58 . 10 𝑚𝑚

Balok kanan ( lantai 1, B1 )

b = 500 mm

h = 750 mm

l = 4000 mm

Ib = 0,35

= 0,35

= 6,15 𝑥 10 𝑚𝑚

EcIb = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 6,15 𝑥 10

= 1,58 . 10 𝑚𝑚

.

𝛹 = .

, . , .

𝛹 =
, . , .

𝛹 = 4,12
180

3. Kekangan ujung atas kolom arah y :

Kolom tinjauan ( lantai 2, K1 )

b = 800 mm

h = 800 mm

l = 4200 mm

Ik = 0,7

= 0,7

= 2,389. 10 𝑚𝑚

EcIk = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 2,389 . 10

= 6,15. 10 𝑚𝑚

Kolom atas ( lantai 3 , K1 )

b = 800 mm

h = 800 mm

l = 4200 mm

Ik = 0,7

= 0,7

= 2,389. 10 𝑚𝑚

EcIk = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 2,389 . 10

= 6,15. 10 𝑚𝑚
181

Balok kiri ( lantai 3, B1 )

b = 500 mm

h = 750 mm

l = 4000 mm

Ib = 0,35

= 0,35

= 6,15 𝑥 10 𝑚𝑚

EcIb = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 6,15 𝑥 10

= 1,58 . 10 𝑚𝑚

Balok kanan ( lantai 3, B1 )

b = 500 mm

h = 750 mm

l = 4000 mm

Ib = 0,35

= 0,35

= 6,15 𝑥 10 𝑚𝑚

EcIb = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 6,15 𝑥 10

= 1,58 . 10 𝑚𝑚
182

.

𝛹 = .

, . , .

𝛹 =
, . , .

𝛹 = 3,7

4. Kekangan ujung bawah kolom arah y :

Kolom tinjauan ( lantai 2 , K1 )

b = 800 mm

h = 800 mm

l = 4200 mm

Ik = 0,7

= 0,7

= 2,389. 10 𝑚𝑚

EcIk = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 2,389 . 10

= 6,15. 10 𝑚𝑚

Kolom bawah ( lantai 1 , K1 )

b = 800 mm

h = 800 mm

l = 4200 mm
183

Ik = 0,7

= 0,7

= 2,389. 10 𝑚𝑚

EcIk = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 2,389 . 10

= 6,15. 10 𝑚𝑚

Balok kiri ( lantai 1, B1 )

b = 500 mm

h = 750 mm

l = 4000 mm

Ib = 0,35

= 0,35

= 6,15 𝑥 10 𝑚𝑚

EcIb = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 6,15 𝑥 10

= 1,58 . 10 𝑚𝑚

Balok kanan ( lantai 1, B1 )

b = 500 mm

h = 750 mm

l = 4000 mm
184

Ib = 0,35

= 0,35

= 6,15 𝑥 10 𝑚𝑚

EcIb = 4700 𝑥 𝑓′ 𝑥 𝐼

= 4700√30 × 6,15 𝑥 10

= 1,58 . 10 𝑚𝑚

.

𝛹 = .

, . , .

𝛹 =
, . , .

𝛹 = 3,7
185

Komponen struktur merupakan komponen struktur bergoyang maka

untuk mencari nilai k, digunakan grafik ( b ) pada SNI 2847 : 2019 pasal 10.10.7.2

sehingga didapatkan :

a. Faktor Panjang efektif arah x.

k = 2,06
186

b. Faktor panjang efektif arah y.

k = 1,97

Sesuai SNI 2847 : 2019 pasal 10.10.1.2 radius ( r ) untuk komponen struktur

persegi boleh diambil sebesar 0,3 dimensi pada arah stabilitas yang ditinjau, maka:

a. Kelangsingan arah x

rx = 0,3 x 800

= 240 mm

. , .
=

= 30,04 > 22 maka kelangsingan diperhitungkan


187

b. Kelangsingan arah y

ry = 0,3 x 800

= 240 mm

. , .
=

= 28,72 > 22 maka kelangsingan diperhitungkan

8.5.4 Pembesaran Momen

Pembesaran momen di ujung komponen struktur untuk portal bergoyang

sesuai SNI 2847 : 2019 pasal 10.10.7 dihitung sebagai berikut.

1. Pembesaran momen arah x.

Berdasarkan SNI 2847 : 2019 pasal 10.10.7.3 pembesaran momen ( δs )

dihitung sebagai berikut :

δs =

= ,

= 1,371

Momen ujung yang diperoleh dari hasil perhitungan ETABS sebagai

berikut :

M1ns = - 14,0671 kN

M1s = - 69,1801 kN

M2ns = - 191,5811 kN

M2s = - 192,0720 kN
188

M1 = M1ns + δs x M1s

= - 14,0671 + ( 1,371 x - 69,1801 )

= -108,913 kNm

M2 = M2ns + δs x M2s

= - 191,5811 + ( 1,371 x - 192,0720 )

= - 454,9118 kNm

Mpr balok = 447,314 kNm < M2

Maka digunakan Mux = Mu3 = 447,314 kNm

2. Pembesaran momen arah y

Berdasarkan SNI 2847 : 2019 pasal 10.10.7.3 pembesaran momen ( δs )

dihitung sebagai berikut :

δs =

= ,

= 1,371

Momen ujung yang diperoleh dari hasil perhitungan ETABS sebagai

berikut :

M1ns = - 13,7666 kN

M1s = - 96,7099 kN

M2ns = - 239,3269 kN

M2s = - 279,3049 kN
189

M1 = M1ns + δs x M1s

= - 13,7666 + ( 1,371 x – 96,7099 )

= -146,3558 kNm

M2 = M2ns + δs x M2s

= - 239,3269 + ( 1,371 x – 279,3049 )

= - 622,2539 kNm

Mpr balok = 362,195 kNm < M2

Maka digunakan Muy = Mu2 = 622,2539 kNm

8.5.5 Tulangan Longitudinal

Dalam penulangan longitudinal untuk kolom menggunakan aplikasi

IKOLAT untuk memerikasa rasio penulangan sesuai dengan hasil analisis struktur.

Sesuai dengan SNI 2847 : 2019 pasal 21.6.3.1 menyatakan bahwa rasio

tulangan tidak boleh kurang dari 0,01 maka dicoba rasio tulangan minimum.

ρ = 0,01

As =ρxbxh

= 0,01 x 800 x 800

= 6400 mm2
190

n =

= 13,037 16 buah

Spasi tulangan harus dicek sesuai dengan SNI 2487:2013 pasal 7.6.3
( ) ( ) ( )
x = ( )
\

= 142,250 mm > 40 mm maka jarak bersih memenuhi syarat

( ) ( ) ( )
y = ( )
\

= 142,250 mm > 40 mm maka jarak bersih memenuhi syarat

3. Pemeriksaan kapasitas momen

Gambar Diagram Interaksi Kolom IKOLAT C18 Lt.2


191

Dari diagram interaksi kolom IKOLAT diperoleh :

Untuk arah x

ɸMnx = 1350 kNm > Mux = 622,2539 kNm ( aman )

Untuk arah y

ɸMnu = 1350 kNm > Muy = 622,2539 kNm ( aman )

8.5.6 Pemeriksaan Kuat Kolom

Agar kolom dapat memenuhi syarat “ Strong Column-Weak Beam”,

diperlukan pemeriksaan kekuatan kolom dan kekuatan balok yang merangkai pada

titik pertemuan yang ditinjau. Momen nominal kolom harus lebih besar dari 1,2 x

momen nominal balok sesuai dengan SNI 2847 : 2019 pasal 21.6.2.2.

∑ 𝑀𝑛𝑐 ≥ 1,2 ∑ 𝑀𝑛𝑏

1. Joint atas ( lantai 2 dan lantai 3 )

Mnc tinjau = 385,1560 kNm

Mnc Lantai 3 = 332,6551 kNm

Mnb Kiri = 236,7414 kNm

Mnb Kanan = 275,7908 kNm

∑ 𝑀𝑛𝑐 = 385,1560 + 332,6551

= 717,8111 kNm

1,2 ∑ 𝑀𝑛𝑏 = 1,2 ( 236,7414 + 275,7908 )

= 625,0386 kNm

∑ 𝑀𝑛𝑐 ≥ 1,2 ∑ 𝑀𝑛𝑏 , maka memenuhi syarat kolom kuat balok lemah
192

2. Joint Bawah ( lantai 2 dan lantai 1 )

Mnc tinjau = 385,1560 kNm

Mnc Lantai 1 = 514,5710 kNm

Mnb Kiri = 182,0914 kNm

Mnb Kanan = 211,1891 kNm

∑ 𝑀𝑛𝑐 = 385,1560 + 514,5710

= 899,727 kNm

1,2 ∑ 𝑀𝑛𝑏 = 1,2 ( 182,0914 + 211,1891 )

= 471,9366 kNm

∑ 𝑀𝑛𝑐 ≥ 1,2 ∑ 𝑀𝑛𝑏 , maka memenuhi syarat kolom kuat balok lemah

8.5.7 Tulangan Transversal

8.5.7.1 Gaya geser tulangan

Perhitungan haya geser tulangan menggunakan nilai Probable Moment

Capacities ( Mpr ) dari kolom lantai 1 dan 2. Nilai Mpr yang digunakan adalah nilai

Mn dengan bantuan diagram interaksi kolom IKOLAT sebagai berikut.

M pr – atas = Mn = ,

= ,

= 2076,923 kNm
193

M pr – bawah = Mn = ,

= ,

= 2153,8461 kNm

Gambar Diagram Interaksi kolom C18 lantai 2


194

Gambar Diagram Interaksi Kolom C18 Lantai 1

Faktor distribusi momen untuk kolom :

DFbawah =

,
= , ,

= 0,5

DFatas =

,
= , ,

= 0,5
195

Gaya geser gempa desain ( Ve ) akibat Mpr :

Ve =

, , , ,
= ,

= 613,1549 kN

Vu maks = 182,9042 kN ( dari ETABS )

Ve > Vu maks , maka digunakan Vu = 613,1549 kN

8.5.7.2 Gaya geser tulangan

Berdasarkan SNI 2847 : 2019 pasal 21.5.4.2. , gaya geser nominal yang di

sediakan beton ( Vc ) diambil sebesar 0 apabila :

Syarat ( a ) :

Gaya geser akibat gempa melebihi setengah atau lebih dari kekuatan geser,

perlu maksimum di sepanjang bentang.

0,5 Vu < Ve

0,5 Vu = 0,5 x 182,9042

= 613,1549 > 91,4521 maka memenuhi syarat

Syarat ( b )

Gaya tekan aksial terfaktor , Pu termasuk pengaruh gempa kurang dari

> 𝑃𝑢

( )
= = 960 kN

Pu = 2170,5624 > 960 kN maka tidak memenuhi syarat


196

Karena tidak memenuhi syarat kedua maka Vc diperhitungkan.

Vc = 0,17𝜆 𝑓′ 𝑏 𝑑

= 0,17𝑥1√30 𝑥 800 𝑥 734,5 𝑥 10

= 547,181 kN

ɸVc = 0,75 x 547,181

= 410,385 kN

ɸVc < Vc , maka perlu dihitung kebutuhan tulangan transversal

8.5.7.3 Gaya geser tulangan

Penulangan geser menurut SNI 2847 : 2019 pasal 21.6.4, dibedakan menjadi

2 bagian yaitu bagian daerah lo dan diluar daerah lo. Dimana lo tidak boleh

kurang dari :

a. h kolom = 800 mm

b. 𝑥𝑙 = 𝑥( 4200 − 750 ) = 575 𝑚𝑚

c. 450 𝑚𝑚

Maka dipilih lo = 800 mm

Menurut SNI 2847 : 2019, pasal 21.6.4.3. spasi tulangan transversal

sepanjang lo komponen struktur tidak boleh melebihi ketentuan berikut :

a. = = 200 mm

b. 6db = 6 x 25 = 150 mm
197

c. Nilai S0 berkisaran antara 100 mm sampai 150 mm

So = 100 +

,
= 100 +

= 177,583 mm

Maka sepanjang daerah lo dicoba spasi 100 mm

Berdasarkann SNI 2847 : 2019 Pasal 21.6.4.4, luas Sengkang

minimum daerah lo harus dihitung dengan persamaan berikut dan diambil

nilai yang terbesar.

Ash 1 = 0,3 𝑥 𝑥 −1

,
Ash 1 =

Dimana nilai bc ditentukan seperti gambar berikut :

Gambar Contoh Pemasangan Sengkang pada Kolom


198

Ag = ( 800 ) x ( 800 )

= 640000 mm2

bc1 = 800 – 2 x ( 40 )

= 720 mm

bc2 = 800 – 2 x ( 40 )

= 720 mm

Ach = 720 x 720

= 518400 mm2

Dari luasan nilai tersebut dapat dihitung luasan tulangan geser

minimum, yakni :

Ash 1 = 0,3 𝑥 𝑥 −1

( )
= 0,3 𝑥 𝑥 −1

= 361,904 mm2

,
Ash 1 =

,
=

= 694,286 mm2

Maka diambil Ash 1 = 694,286 mm2


199

Ash 2 = 0,3 𝑥 𝑥 −1

( )
= 0,3 𝑥 𝑥 −1

= 361,904 mm2
,
Ash 2 =

,
=

= 694,286 mm2

Maka diambil Ash 2 = 694,286 mm2

Jumlah tulangan yang digunakan

Arah X
,
n1 = = = 4,98 ≈ 5 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

Arah Y
,
n2 = = = 4,98 ≈ 5 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

Pada daerah lo arah x dan arah y menggunakan tulangan 5d13-100.

Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 21.6.4.5 untuk daerah di luar daerah lo spasi

maksimum tulangan transversal tidak melebihi yang terkecil dari :

a. 6db = 6 x 25 = 150 mm

b. 150 mm

Pada arah x dan y digunakan 5d13 – 150

Pemeriksaan terhadap geser

Arah X :

Av x = 5 𝑥 1 4 𝜋13 = 663,929 𝑚𝑚
200

, ,
Vs x = 𝑥10

= 1365,435 kN

ɸVn = 0,75 x ( Vs + Vc )

= 0,75 x ( 1365,435 + 547,181 )

= 1434,462 kN > Vu = 613,1549 kN ( Aman )

Arah Y :

Av y = 5 𝑥 1 4 𝜋13 = 663,929 𝑚𝑚

, ,
Vs y = 𝑥10

= 1365,435 kN

ɸVn = 0,75 x ( Vs + Vc )

= 0,75 x ( 1365,435 + 547,181 )

= 1434,462 kN > Vu = 613,1549 kN ( Aman )

8.6. Hubungan Balok dan Kolom

Hitungan hubungan balok dan kolom yang dipaparkan adalah pada kolom

lantai 2 yaitu C18 ( 800 x 800 ) dan balok lantai 2 yaitu B1 ( 500 x 750 ). Gaya

geser kolom akibat Mpr ( Ve ) sesuai dengan perhitungan sebelumnya yaitu

182,0914 kN.

Gaya Tarik balok kiri ( 8D25 )

T1 = 1,25fyAx

= 1,25 x 420 x 8 ( 0,25 x π x 252 ) x 10-3

= 2062,500 kN
201

Gaya tekan balok kiri

C1 = T1

= 2062,500 kN

Gaya Tarik balok kanan ( 8D25 )

T2 = 1,25fyAx

= 1,25 x 420 x 8 ( 0,25 x π x 252 ) x 10-3

= 2062,500 kN

Gaya tekan balok kanan

C2 = T2

= 2062,500 kN

Vs x = T1 + C2 – Vu

= 2062,500 + 2062,500 - 613,1549

= 3511,8451 kN

Sesuai dengan SNI 2847 : 2019 pasal 21.7.4.1 untuk beton berat normal,

joint diambil tidak lebih dari :

Vn = 1,7 𝑥 𝐴 𝑥 𝑓′

= 1,7 𝑥 800 𝑥 800 𝑥 √30

= 5959,221 kN

Vn = 0,75 x 5959,221

= 4469,4157 kN > 3511,8451 ( Aman )

Maka kuat geser beton pada joint mencukupi


BAB IX

KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

Pada perencanaan Rumah Sakit 7 Lantai di Cilandak Barat, komponen

struktur yang ditinjau yaitu pelat, balok, kolom, tangga dan dinding geser struktur.

Dalam perancangan ini dimensi yang digunakan adalah dimensi dari proyek dan

juga beberapa dimensi yang dirubah karena peninjauan keamanan Gedung tersebut.

Setelah melakukan perhitungan gempa, analisis struktur serta perhitungan elemen

struktur pada Rumah Sakit 7 Lantai di Cilandak barat, didapat beberapa kesimpulan

1. Waktu getar berdasarkan analisis yang digunakan adalah 1,8004 detik

2. Jumlah partisipasi massa pada mode ke-12 telah melebihi 90%

3. Simpangan lantai terbesar :

a. X = 41,356 mm

b. Y = 25,252 mm

Sedangkan simpangan yang diijinkan adalah 42 mm , maka

bangunan aman karena simpangan geser tidak lebih besar dari

simpangan ijin.

4. Pelat lantai 2 – pelat ATTIC menggunakan tebal pelat yang sama yaitu

120 m, sedangkan untuk pelat lantai LG dan lantai 1 menggunakan tebal

202
203

pelat 150 mm. Untuk tulangan yang digunakan pada pelat lantai LG

sampai Pelat ATTIC yaitu :

a. Tulangan pokok = D12-250

b. Tulangan susut = D12-250

5. Tebal pelat pada tangga 4,2 m yaitu 150 mm. Tulangan pelat tangga

menggunakan tulangan longitudinal D16-50, sedangkan untuk tulangan

susut P10-100.

6. Dimensi balok induk pada lantai 4 yang digunakan adalah 400 x 700

mm dengan bentang 5 m dengan tulangan pada daerah tumpuan negatif

5D19, tulangan pada daerah tumpuan positif 4D19, tulangan pada

daerah lapangan negatif 4D19, tulangan pada daerah lapangan positif

4D19. Sengkang pada daerah tumpuan 2P10-150 dan Sengkang pada

daerah lapangan 2P6-300.

7. Kolom yang ditinjau adalah kolom C18 Lantai 2 dengan dimensi kolom

800x800.Tinggi kolom yang ditinjau adalah 4,2 m dengan penulangan

pada kolom sebagai berikut :

a. Tulangan utama = 16D25

b. Sengkang tumpuan = 5D13-100

c. Sengkang lapangan = 5D13-150

8. Dinding struktur yang direncanakan dengan ukuran 350 x 4000 mm.

Dinding geser ini memerlukan tulangan dengan jumlah 30D25 dan

tulangan geser D16-120.


204

9.2 Saran

Dari hasil yang telah dipaparkan pada Laporan Tugas Akhir ini, berikut

adalah beberapa saran yang dapat penulis berikan :

1. Pemahaman perencana terhadap denah arsitektural bersifat sangat

penting karena akan berdampak pada pembebanan dan konfigurasi

struktur yang akan dirancang.

2. Lebih memperhatikan peraturan yang terbaru dan berlaku pada saat

pengerjaan perancangan.

3. Dalam mengerjakan analisis struktur, ada beberapa program bantu yang

dapat mempermudah proses perhitungan, sebaiknya dipelajari lebih

lanjut agar lebih mudah dalam pengerjaan perhitungan maupun

penggambaran.

4. Banyak membaca buku,jurnal, modul kuliah dan bertanya jika ada

kesulitan dalam mengerjakan Tugas Akhir.

5. Dalam mengerjakan perencanaan ini, sebaiknya dikerjakan dengan

sangat teliti sehingga semua perhitungan dapat memenuhi syarat-syarat

dalam perencanaan yang sesuai dengan aturan yang berlaku di

Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, A., 2012, Analisis dan Desain Struktur Beton Bertulang. Penerbit ITB.

Bandung.

Nawy, E. G., 2003, Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, PT. Eresco,

Bandung.

Panitia Teknik Kontruksi Bangunan,, 2013, Tata Cara Beban Minimum untuk

Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain, SNI 1727:2013, Badan

Standardisasi Nasional, Jakarta.

Panitia Teknik Kontruksi Bangunan,, 2015, Spesifikasi untuk Bangunan Gedung

Baja Struktural, SNI 1729:2015, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

Panitia Teknik Kontruksi Bangunan,, 2017, Baja Tulangan Beton, SNI 2052:2017,

Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

Panitia Teknik Kontruksi Bangunan,, 2019, Persyaratan Beton Struktural untuk

Bangunan Gedung dan Penjelasan (ACI 318M-14 dan ACI 318RM-14,

MOD), SNI 2847:2019, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

Panitia Teknik Kontruksi Bangunan,, 2019, Tata Perencanaan Ketahanan Gempa

Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Nongedung, SNI 1726 : 2019, Badan

Standardisasi Nasional, Jakarta.


LAMPIRAN A
OUTPUT ETABS
Lampiran A1. Output ETABS C18 ( 800 x 800 )

Sto Colu Output Case Step


ry mn Case Type Type P V2 V3 T M2 M3
- - - - - -
Combinat 2170,56 171,17 101,54 61,669 239,32 361,98
L2 C18 Envelope ion Min 34 38 2 2 69 79
- - - - -
Combinat 2136,00 171,17 101,54 61,669 68,968
L2 C18 Envelope ion Min 51 38 2 2 -64,813 8
- - - - - -
Combinat 2101,44 171,17 101,54 61,669 96,709 247,17
L2 C18 Envelope ion Min 67 38 2 2 9 46
-
Combinat 674,996 182,90 90,758 61,656 217,14 385,15
L2 C18 Envelope ion Max 2 42 8 7 13 6
-
Combinat 654,988 182,90 90,758 61,656 61,227
L2 C18 Envelope ion Max 8 42 8 7 7 71,902
-
Combinat 634,981 182,90 90,758 61,656 111,72 229,87
L2 C18 Envelope ion Max 3 42 8 7 5 29

Lampiran A2. Output Balok Lantai 4 ( 400 x 700 )

Stor Bea Output Step


y m Case Case Type Type P V2 V3 T M2 M3
- - - - - -
Combinati 1,162 122,090 0,232 14,478 0,048 60,639
L4 B28 Envelope on Min 2 5 8 5 2 8
- - - - - -
Combinati 1,162 118,438 0,232 14,478 0,048 16,528
L4 B28 Envelope on Min 2 5 8 5 9 4
- - - - -
Combinati 1,162 114,786 0,232 14,478 0,145 16,400
L4 B28 Envelope on Min 2 5 8 5 8 6
- - -
Combinati 1,140 - 0,227 - 0,141 17,097
L4 B28 Envelope on Min 9 82,1934 7 8,2395 4 3
Combinati 1,162 0,232 13,843 0,048 105,82
L4 B28 Envelope on Max 2 84,0547 8 4 2 68
Combinati 1,162 0,232 13,843 0,048 76,362
L4 B28 Envelope on Max 2 86,169 8 4 9 3
Combinati 1,162 0,232 13,843 0,145 55,677
L4 B28 Envelope on Max 2 88,2834 8 4 8 5
Combinati 1,140 128,448 0,227 0,141 55,191
L4 B28 Envelope on Max 9 8 7 8,4545 4 8
Lampiran A3. Output Shear Wall

Story Pier Output Case P V2 V3 T M2 M3


L3 P1 Envelope -5198,1232 -802,8516 -304,2682 -279,105 -769,7917 -5498,1032
L5 P1 Envelope -2813,0803 -636,3066 -225,6281 -247,96 -623,8258 -1919,3927
L3 P1 Envelope -5550,4678 -802,8516 -304,2682 -279,105 -612,8121 -8513,6167
L1 P1 Envelope -7772,0235 -1119,6684 -156,7101 -182,545 -597,5434 -16093,929
L2 P1 Envelope -6773,6514 -1023,4132 -233,3295 -255,926 -596,0684 -11907,555
L4 P1 Envelope -3889,9075 -768,9589 -221,8344 -228,441 -531,1503 -3461,3687
L4 P1 Envelope -4202,8105 -768,9589 -221,8344 -228,441 -478,8717 -6297,0404
L2 P1 Envelope -6421,3068 -1023,4132 -233,3295 -255,926 -454,5764 -7880,1844
L5 P1 Envelope -3125,9834 -636,3066 -225,6281 -247,96 -405,0034 -4051,3136
ATTIC P1 Envelope -341,4104 -115,0971 -119,4337 -133,804 -399,0875 -382,3303
L6 P1 Envelope -1742,6072 -411,0485 -141,4301 -210,435 -364,1148 -1175,3781
L1 P2 Envelope -5258,331 -1491,2261 -114,5001 -120,727 -351,4058 -11855,684
L1 P3 Envelope -5429,4888 -1484,868 -87,0295 -119,288 -313,485 -11813,789
L3 P3 Envelope -3694,8795 -677,4771 -98,564 -187,975 -303,6119 -1787,5427
L2 P2 Envelope -4512,3536 -1090,7317 -129,6184 -181,845 -298,1859 -6772,4438
L6 P1 Envelope -2055,5103 -411,0485 -141,4301 -210,435 -296,542 -2416,3254
L3 P2 Envelope -3724,1095 -680,201 -137,1391 -194,856 -271,1707 -4056,2675
L6 P3 Envelope -1506,9275 -367,5099 -65,8364 -136,53 -266,5645 -1651,893
L5 P3 Envelope -2204,9522 -641,3024 -72,4508 -153,946 -264,6643 -1874,0491
L4 P3 Envelope -2906,0929 -828,9072 -84,017 -163,82 -256,9645 -1485,835
L4 P2 Envelope -2896,0654 -833,5508 -121,9268 -172,195 -254,4823 -3650,6183
L2 P3 Envelope -4468,846 -1084,742 -88,8011 -172,152 -247,3733 -2487,638
L7 P1 Envelope -1023,8258 -377,3889 -71,3781 -135,542 -234,3481 -814,3901
L3 P2 Envelope -3501,9221 -680,201 -137,1391 -194,856 -220,0925 -1801,4238
L2 P3 Envelope -4691,0334 -1084,742 -88,8011 -172,152 -211,9466 -6742,6222
L5 P2 Envelope -2174,9896 -651,0628 -112,6526 -162,454 -206,9631 -2011,8274
L3 P3 Envelope -3917,067 -677,4771 -98,564 -187,975 -198,1559 -4020,3422
L6 P2 Envelope -1490,1148 -264,4944 -108,1885 -146,63 -186,2611 -1335,7807
L5 P2 Envelope -1972,523 -651,0628 -112,6526 -162,454 -183,7242 -1858,4657
ATTIC P1 Envelope -620,1308 -115,0971 -119,4337 -133,804 -182,5018 -540,712
L4 P3 Envelope -3108,5596 -828,9072 -84,017 -163,82 -180,8062 -3604,447
L4 P2 Envelope -2693,5987 -833,5508 -121,9268 -172,195 -175,3987 -1487,9412
L6 P2 Envelope -1287,6481 -264,4944 -108,1885 -146,63 -174,3117 -1306,0754
L7 P3 Envelope -839,3052 -479,2159 -38,1149 -93,2794 -166,1865 -1876,9595
ATTIC P3 Envelope -294,4147 -168,7267 -24,8934 -69,9764 -164,6126 -708,1983
L2 P2 Envelope -4290,1661 -1090,7317 -129,6184 -181,845 -163,7948 -2496,7479
L7 P2 Envelope -1050,2974 -388,4355 -74,3692 -102,577 -146,4836 -1046,9647
L1 P3 Envelope -5207,3013 -1484,868 -87,0295 -119,288 -132,6068 -5679,7812
Lanjutan Lampiran A3. Output Shear Wall

L1 P1 Envelope -7419,6789 -1119,6684 -156,7101 -182,545 -130,2823 -11558,771


L5 P3 Envelope -2407,4189 -641,3024 -72,4508 -153,946 -126,2607 -1940,2793
L7 P1 Envelope -1302,5461 -377,3889 -71,3781 -135,542 -115,4964 -1330,6189
L6 P3 Envelope -1709,3942 -367,5099 -65,8364 -136,53 -103,9929 -1302,2174
ATTIC P2 Envelope -494,692 -164,5036 -63,0898 -72,1062 -97,8272 -1130,9903
ATTIC P2 Envelope -309,3167 -164,5036 -63,0898 -72,1062 -88,3648 -747,0907
L7 P2 Envelope -864,9221 -388,4355 -74,3692 -102,577 -86,896 -1899,7974
L7 P3 Envelope -1024,6806 -479,2159 -38,1149 -93,2794 -74,0833 -1067,7013
L1 P2 Envelope -5036,1435 -1491,2261 -114,5001 -120,727 -54,9523 -5693,8272
ATTIC P3 Envelope -479,79 -168,7267 -24,8934 -69,9764 -21,5595 -1133,992
ATTIC P2 Envelope -127,5223 217,0869 26,4803 68,9818 24,5432 1174,9184
L1 P3 Envelope -466,5945 1509,1727 114,1248 120,9597 55,103 5570,0251
L1 P1 Envelope 1992,9916 1119,5474 178,0573 182,4125 64,2668 11588,209
L7 P2 Envelope -251,1551 426,7394 37,1333 93,4206 70,3766 1007,9681
ATTIC P3 Envelope -35,7844 221,0149 61,3435 73,0883 84,9291 533,7405
L7 P3 Envelope -170,3764 518,5796 74,2063 100,9306 87,1649 1679,4512
ATTIC P3 Envelope -143,1069 221,0149 61,3435 73,0883 94,9661 1179,1444
L6 P2 Envelope -561,5578 329,0972 66,2591 137,7651 105,7666 1426,0305
L5 P2 Envelope -625,537 700,7039 74,0569 152,8609 129,3132 2035,325
L1 P2 Envelope -633,6979 1515,5956 87,3768 119,0405 132,3252 5585,1659
L7 P1 Envelope 56,8414 376,1868 89,5253 141,4949 144,2824 1315,3678
L7 P3 Envelope -277,699 518,5796 74,2063 100,9306 146,6458 1035,5204
L2 P3 Envelope -343,5495 1128,2295 128,8203 182,1952 163,0161 2400,3896
L7 P2 Envelope -143,8325 426,7394 37,1333 93,4206 167,18 1699,9244
ATTIC P2 Envelope -20,1997 217,0869 26,4803 68,9818 168,8408 570,169
L4 P3 Envelope -325,3211 866,7228 120,6314 172,4476 173,6104 1244,1972
L6 P3 Envelope -226,9888 433,2068 106,5318 143,6991 174,3192 1460,7019
L5 P3 Envelope -277,9773 690,8277 110,9394 163,611 180,0586 1684,8782
L6 P3 Envelope -344,2063 433,2068 106,5318 143,6991 182,6683 1386,9535
L4 P2 Envelope -652,0981 871,817 85,0538 163,4943 183,3508 3571,3398
L7 P1 Envelope 218,2058 376,1868 89,5253 141,4949 186,9156 804,1879
L3 P2 Envelope -628,4216 722,5401 99,8961 187,8514 201,1345 4200,7166
L5 P3 Envelope -395,1948 690,8277 110,9394 163,611 203,307 1959,1147
L2 P2 Envelope -646,9782 1134,4368 89,4931 171,7801 214,0405 6869,6417
L3 P3 Envelope -310,316 719,4975 135,6012 194,9839 217,494 1753,1148
ATTIC P1 Envelope 17,1943 113,9122 151,4475 131,5289 237,2053 532,6573
L2 P2 Envelope -518,3433 1134,4368 89,4931 171,7801 248,1754 2410,3843
L4 P3 Envelope -442,5387 866,7228 120,6314 172,4476 251,2329 3521,635
L4 P2 Envelope -534,8806 871,817 85,0538 163,4943 259,1337 1247,9445
L3 P3 Envelope -438,9508 719,4975 135,6012 194,9839 267,5941 4162,4002
Lanjutan Lampiran A3. Output Shear Wall
L5 P2 Envelope -508,3195 700,7039 74,0569 152,8609 268,1762 1673,4709
L6 P2 Envelope -444,3402 329,0972 66,2591 137,7651 269,9206 1124,9934
L2 P3 Envelope -472,1844 1128,2295 128,8203 182,1952 295,6701 6838,0212
L6 P1 Envelope 271,8118 409,7174 169,1941 228,2041 299,9041 1238,2266
L3 P2 Envelope -499,7868 722,5401 99,8961 187,8514 306,4769 1768,0489
L1 P2 Envelope -762,3327 1515,5956 87,3768 119,0405 314,8606 11849,375
ATTIC P1 Envelope 178,5588 113,9122 151,4475 131,5289 319,3331 379,2524
L6 P1 Envelope 90,6574 409,7174 169,1941 228,2041 348,9402 2473,5837
L1 P3 Envelope -595,2294 1509,1727 114,1248 120,9597 349,7814 11806,1126
L2 P1 Envelope 1825,9489 1022,9834 262,0325 255,7424 385,7487 7912,3732
L4 P1 Envelope 918,7709 768,1043 252,1335 229,1532 455,2254 3506,3385
L5 P1 Envelope 408,4127 635,0111 256,7827 242,24 456,7416 4100,0691
L4 P1 Envelope 737,6165 768,1043 252,1335 229,1532 530,2032 6338,4206
L5 P1 Envelope 589,5671 635,0111 256,7827 242,24 544,7148 1973,5892
L1 P1 Envelope 1789,0026 1119,5474 178,0573 182,4125 621,1863 16122,8587
L2 P1 Envelope 1621,9599 1022,9834 262,0325 255,7424 647,7935 11937,9388
L3 P1 Envelope 1435,5539 801,8822 343,6064 278,1629 666,6122 5536,407
L3 P1 Envelope 1231,5649 801,8822 343,6064 278,1629 674,853 8547,8491

Lampiran A4. Partisipasi Massa

Cas Mo Peri U Sum Sum Sum Sum Sum Sum


e de od UX UY Z UX UY UZ RX RY RZ RX RY RZ
Mo 0,95 0,53 0,53 0,35 0,16 0,35 0,16
dal 1 2 19 0 0 19 0 0 0 31 26 0 31 26
Mo 0,77 0,66 0,53 0,66 0,49 0,49 0,35 0,16
dal 2 5 0 1 0 19 1 0 64 0 0 64 31 26
Mo 0,58 0,13 0,66 0,66 0,14 0,51 0,49 0,49 0,67
dal 3 6 04 0 0 23 1 0 0 36 42 64 68 68
Mo 0,34 0,10 0,76 0,66 0,15 0,03 0,49 0,65 0,70
dal 4 3 52 0 0 75 1 0 0 55 09 64 23 76
Mo 0,23 0,16 0,76 0,82 0,20 0,70 0,65 0,70
dal 5 9 0 5 0 75 6 0 99 0 0 64 23 76
Mo 0,19 0,03 0,79 0,82 0,04 0,02 0,70 0,69 0,73
dal 6 5 21 0 0 96 6 0 0 21 6 64 43 37
Mo 0,15 0,07 0,87 0,82 0,06 0,12 0,70 0,76 0,86
dal 7 3 24 0 0 2 6 0 0 58 69 64 01 06
Mo 0,11 0,02 0,89 0,82 0,03 0,01 0,70 0,79 0,87
dal 8 8 01 0 0 2 6 0 0 67 16 64 68 23
Mo 0,11 0,06 0,89 0,89 0,08 0,79 0,79 0,87
dal 9 1 0 92 0 2 52 0 9 0 0 54 68 23
Mo 0,08 0,01 0,90 0,89 0,02 0,00 0,79 0,82 0,87
dal 10 2 44 0 0 64 52 0 0 58 63 54 26 85
Mo 0,06 0,02 0,93 0,89 0,03 0,04 0,79 0,85 0,92
dal 11 8 68 0 0 32 52 0 0 62 89 54 89 75
Mo 0,06 0,03 0,93 0,93 0,06 0,85 0,92
dal 12 3 0 8 0 32 32 0 46 0 0 0,86 89 75
Lanjutan Lampiran A4. Partisipasi Massa
Mo 1 0,0 0,94 0,93 0,87 0,93
dal 3 63 0,0074 0 0 06 32 0 0 0,0154 0,0039 0,86 43 13
Mo 1 0,0 0,94 0,93 0,88 0,93
dal 4 48 0,0045 0 0 51 32 0 0 0,0082 0,0025 0,86 25 39
Mo 1 0,0 0,02 0,94 0,95 0,03 0,89 0,88 0,93
dal 5 42 0 15 0 51 47 0 88 0 0 88 25 39
Mo 1 0,0 0,95 0,95 0,89 0,90 0,95
dal 6 41 0,0137 0 0 88 47 0 0 0,0238 0,0233 88 63 72
Mo 1 0,0 0,96 0,95 0,89 0,91 0,95
dal 7 39 0,0034 0 0 22 47 0 0 0,0066 0,0026 88 29 98
Mo 1 0,0 0,01 0,96 0,96 0,02 0,91 0,91 0,95
dal 8 31 0 06 0 22 52 0 02 0 0 9 29 98
Mo 1 0,0 0,96 0,96 0,91 0,92 0,97
dal 9 29 0,0059 0 0 81 52 0 0 0,0111 0,011 9 41 08
Mo 2 0,0 0,00 0,96 0,97 0,00 0,92 0,92 0,97
dal 0 26 0 53 0 81 05 0 99 0 0 88 41 08
Mo 2 0,0 0,97 0,97 0,92 0,92 0,97
dal 1 23 0,0026 0 0 07 05 0 0 0,0051 0,0049 88 92 56
Mo 2 0,0 0,00 0,97 0,97 0,00 0,93 0,92 0,97
dal 2 23 0 13 0 07 18 0 25 0 0 14 92 56
Mo 2 0,0 0,97 0,97 0,93 0,93 0,97
dal 3 2 0,0009 0 0 16 18 0 0 0,0019 0,0018 14 11 75
Mo 2 0,0 0,97 0,97 0,93 0,93 0,97
dal 4 18 0,0001 0 0 18 18 0 0 0,0003 0,0003 14 14 77
Mo 2 0,0 0,97 0,97 0,93 0,93 0,97
dal 5 1 0 0 0 18 18 0 0 0 0 14 14 77
Mo 2 0,0 0,97 0,97 0,93 0,93 0,97
dal 6 1 0 0 0 18 18 0 0 0 0 14 14 77
Mo 2 0,0 0,97 0,97 0,93 0,93 0,97
dal 7 1 0 0 0 18 18 0 0 0 0 14 14 77
Mo 2 0,0 0,97 0,97 0,93 0,93 0,97
dal 8 1 0 0 0 18 18 0 0 0 0 14 14 77
Mo 2 0,0 0,97 0,97 0,93 0,93 0,97
dal 9 09 0 0 0 18 18 0 0 0 0 14 14 77
Mo 3 0,0 0,97 0,97 0,93 0,93 0,97
dal 0 09 0 0 0 18 18 0 0 0 0 14 14 77
Mo 3 0,0 0,97 0,97 0,93 0,93 0,97
dal 1 09 0 0 0 18 18 0 0 0 0 14 14 77
Mo 3 0,0 0,97 0,97 0,93 0,93 0,97
dal 2 09 0 0 0 18 18 0 0 0 0 14 14 77
Mo 3 0,0 0,00000 0,97 0,97 0,00000 0,00000 0,93 0,93 0,97
dal 3 09 1007 0 0 18 18 0 0 1887 1801 14 14 77
Mo 3 0,0 0,97 0,97 0,93 0,93 0,97
dal 4 09 0 0 0 18 18 0 0 0 0 14 14 77
Mo 3 0,0 0,97 0,97 0,93 0,93 0,97
dal 5 09 0 0 0 18 18 0 0 0 0 14 14 77
Mo 3 0,0 0,97 0,97 0,93 0,93 0,97
dal 6 09 0 0 0 18 18 0 0 0 0 14 14 77
LAMPIRAN B
GAMBAR
RENCANA
STUKTUR
DETAIL PENULANGAN
PELAT
DETAIL PENULANGAN
TANGGA

DETAIL PENULANGAN
BALOK
DETAIL PENULANGAN
KOLOM
DETAIL PENULANGAN
SHEAR WALL

Anda mungkin juga menyukai