Anda di halaman 1dari 48

TINJAUAN ULANG KEKUATAN STRUKTUR GEDUNG

RUMAH SAKIT PERTAMEDIKA SENTUL CITY BOGOR

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas teknik Universitas Siliwangi

Oleh:
BIANCA YULIA SASQIA PUTRI
157011003

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA

2019
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pekerjaan pembangunan suatu gedung melalui berbagai tahapan pekerjaan


konstruksi. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
(Perpres No.4 Tahun 2015).

Dalam perencanaan pembangunan suatu gedung, faktor yang paling


berpengaruh adalah kekuatan struktur bangunan itu sendiri. Faktor ini sangat
terkait dengan keamanan dan ketahanan bangunan dalam menahan atau
menampung beban yang bekerja pada struktur.

Sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan wilayah yang memiliki


tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai
kejadian gempa pada beberapa tahun terakhir yang melanda beberapa daerah-
daerah di Indonesia sehingga menyebabkan kerusakan pada sarana dan prasarana
di daerah tersebut. Kondisi ini menyebabkan perlunya pemenuhan kaidah-kaidah
perencanaan/pelaksanaan sistem struktur tahan gempa pada setiap struktur
bangunan yang akan didirikan khususnya pada wilayah rawan gempa. Hal ini
bertujuan agar struktur bangunan dapat bertahan dan melindungi penghuninya dari
resiko bahaya gempa.

Rumah Sakit merupakan bangunan yang berfungsi sebagai pusat kesehatan


yang melayani masyarakat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit.
Rumah sakit juga dapat menjadi pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik. Pembangunan rumah sakit sangatlah diperlukan dalam menjamin
kesehatan dan keselamatan masyarakat. Maka dari itu dalam perencanaannya
haruslah sesuai dengan peraturan SNI (Standar Nasional Indonesia).

Keamanan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam


perencanaan gedung rumah sakit Pertamedika Sentul City Bogor ini. Gaya lateral
berupa gaya gempa, maupun gaya aksial berupa gaya akibat beban hidup serta

Proposal Tugas Akhir | 1


beban mati harus diperhitungkan agar struktur memiliki ketahanan terhadap gaya-
gaya tersebut. Maka dari itu dalam menganalisis pembebanan menggunakan acuan
dalam Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-
1987).

Metode atau konsep yang digunakan dalam tinjauan ulang struktur gedung
rumah sakit Pertamina Sentul City Bogor ini adalah konsep desain struktur beton
bertulang yang sesuai dengan peraturan SNI 2847-2013 tentang persyaratan beton
struktural untuk bangunan gedung.

Seperti yang terdapat di dalam Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa


untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 1726:2012. Struktur
gedung rumah sakit harus memiliki kekuatan 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan
gedung-gedung lainnya. Hal ini dikarenakan gedung Rumah sakit harus tetap
berdiri setelah mengalami kondisi extreme, gedung hanya boleh mengalami
kerusakan tanpa mengalami keruntuhan.

1.2 Maksud

Maksud dari tinjauan ulang kekuatan struktur Gedung Rumah Sakit


Pertamina Sentul City Bogor ini adalah:

Meninjau kembali hasil perencanaan gedung rumah sakit Pertamedika


Sentul City Bogor yang meliputi elemen-elemen struktur atas seperti pelat lantai,
kolom, balok, dak atap dan struktur bawah yaitu pondasi bored pile, pelat lantai
basement dan dinding basement, dengan gaya-gaya dalam yang bekerja.

1.3 Tujuan

Tujuan dari tinjauan ulang kekuatan struktur Gedung Rumah Sakit


Pertamina Sentul City Bogor ini adalah sebagai berikut:

1. Menghitung pembebanan yang bekerja pada Pelat Lantai Atap.


2. Menghitung pembebanan yang bekerja pada Pelat Lantai 1, 2, 3, 4 Dan
Kolom.
3. Menghitung pembebanan yang bekerja pada Pelat Lantai Basement Dan
Dinding Basement.

Proposal Tugas Akhir | 2


4. Mengitung gaya dalam yang bekerja pada portal Gedung Rumah Sakit
Pertamina Sentul City Bogor.
5. Menghitung kapasitas elemen struktur Pelat, Balok, Kolom, Dak Atap,
Basement Dan Pondasi.

1.4 Batasan Masalah

Agar penulisan tugas akhir ini dapat terarah dan terencana, maka penulis
membuat batasan masalah sebagai berikut:

1. Meninjau kapasitas elemen struktur mulai dari Pelat, Balok, Kolom, Dak
Atap, Basement Dan Pondasi.
2. Menghitung pembebanan dan gaya-gaya dalam yang terjadi pada stuktur
atas dan struktur bawah yang bekerja disyaratkan dalam SNI 1727:2013
mengenai beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan
struktur lain.
3. Analisis struktur dilakukan atas dasar pembebanan yang bekerja pada
struktur yang terdiri dari beban mati, beban hidup, beban hujan, beban lalu
lintas dan gempa beserta kombinasi pembebanannya mengacu pada
Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SKBI-1987.
4. Menghitung perencanaan elemen struktur menggunakan analisis yang
mengacu pada SNI 2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung.
5. Menghitung ketahanan gempa yang mengacu pada tata cara perencanaan
ketahanan gempa yang mengacu pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 1726:2012.
6. Perencanaan struktur bawah menggunakan pondasi bored pile dengan data
tanah di daerah Bogor.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Proposal Tugas Akhir | 3


Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan
masalah, maksud dan tujuan, Batasan masalah serta
sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dijelaskan mengenai pustaka-pustaka yang


menjadi landasan teori untuk mendukung penelitian yang
meliputi deskripsi kinerja analisis persimpangan jalan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan metode pelaksanaan dan


menjelaskan tentang pengumpulan data-data yang
dibutuhkan.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas mengenai analisis terhadap


masalah yang diteliti, dimana teori dan rumusan yang ada
pada bab sebelumnya digunakan untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini ditarik kesimpulan dari proses analisis dan


saran seobjektif mungkin. Juga disertakan daftar pustaka,
lampiran-lampiran untuk memudahkan pembaca dalam
menelaah isi laporan tugas akhir ini

Proposal Tugas Akhir | 4


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Tujuan utama dari struktur adalah memberikan kekuatan pada suatu


bangunan. Struktur bangunan dipengaruhi oleh beban mati (dead load) berupa berat
sendiri, beban hidup (live load) berupa penurunan pondasi, tekanan tanah atau air,
pengaruh temperatur dan beban akibat gempa.

Suatu beban yang bertambah dan berkurang menurut secara berkala disebut
beban bergoyang, beban ini sangat berbahaya apabila periode penggoyangannya
berimpit dengan periode struktur dan apabila beban ini diterapkan pada struktur
selama kurun waktu yang cukup lama, dapat menimbulkan lendutan. Lendutan
yang melampaui batas yang direncanakan dapat merusak struktur bangunan
tersebut.

2.2 Pembebanan Struktur

Dalam perencanaan suatu bangunan tentunya ada umur rencana bangunan,


dimana selama umur rencananya struktur harus dapat menerima berbagai macam
kondisi pembebanan yang mungkin terjadi.

Kesalahan dalam menganalisis beban merupakan salah satu penyebab utama


kegagalan struktur. Mengingat hal tersebut, sebelum melakukan analisis dan desain
struktur, perlu adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban
yang bekerja pada struktur beserta karakteristiknya.

Beban – beban yang bekerja pada struktur bangunan dapat berupa


kombinasi dari beberapa beban yang terjadi secara bersamaan. Untuk memastikan
bahwa suatu struktur bangunan dapat bertahan selama umur rencananya, maka pada
proses perancangan dari struktur perlu ditinjau beberapa kombinasi pembebanan
yang mungkin terjadi.

Secara umum beban atau gaya luar yang bekerja pada struktur dapat
dibedakan menjadi dua yaitu seperti yang diuraikan dibawah ini :

Proposal Tugas Akhir | 5


2.2.1 Beban Mati (Dead Load / DL)

Menurut Pasal 3.1 SNI 1727-2013, beban mati adalah berat seluruh bahan
konstruksi bangunan gedung yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon,
tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading gedung dan komponen arsitektur
dan struktural lainnya serta peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran.

Berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung


(SKBI-1987) berikut merupakan berat sendiri bangunan serta komponen gedung
lainnya yang dapat dilihat pada Tabel berikut:

3
Bahan Bangunan Berat (kg/m )
Baja 7.850
Batu alam 2.600
Batu belah, batu bulat, batu gunung ( berat teumpuk ) 1.500
Batu karang ( berat tumpuk ) 700
Batu pecah 1.450
Besi tuang 7.250
Beton 2.200
Beton Bertulang 2.400
Kayu ( kelas I ) 1.000
Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1.650
Pasangan bata merah 1.700
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2.200
Pasangan batu cetak 2.200
Pasangan batu karang 1.450
Pasir (kering udara sampai lembab) 1.600
Pasir (jenuh air) 1.800
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1.850
Tanah lempung dan lanau ( kering udara sampai lembab ) 1.700
Tanah lempung dan lanau ( basah) 2.000
Timah hitam (timbel) 11.400
Tabel 2. 1 Berat Sendiri Bahan Bangunan

Proposal Tugas Akhir | 6


Komponen Gedung Berat (Kg/m2)
a) Adukan, per cm tebal
- Dari semen 21
- Dari kapur, semen merah atau tras 17
b) Aspal, termasuk bhan-bahan mineral penambah, per
cm tebal 14
c) Dinding pasangan bata merah
- Satu bata 450
- Setengah bata 250
d) Dinding pasangan batako:
Berlubang :
- Tebal dinding 20 cm (HB 20) 200
- Tebal dinding 10 cm (HB 10) 120
Tanpa Lubang :
- Tebal dinding 15 cm 300
- Tebal dinding 10 cm 200
e) Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya
tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri
dari :
- Semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis),
dengan tebal maksimum 4 mm 11
- Kaca, dengan tebal 3 – 5 mm 10
f) Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa
langit-langit dengan bentang maksimum 5 m dan
untuk beban hidup maksimum 200 kg/m2 40
g) Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan
bentang maksimum 5 m dan jarak s.k.s. minimum
0,80 m 7
h) Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per
m2 bidang atap 50
i) Penutup atas sirap dengan reng dan usuk/kaso, per m2
bidang atap 40
j) Penutup atap seng gelombang (BJLS-25) tanpa
gordeng 10
k) Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan
beton, tanpa adukan, per cm tebal 24
l) Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11
Tabel 2. 2 Berat Sendiri Komponen Gedung

Proposal Tugas Akhir | 7


2.2.2 Beban Hidup (Life Load / LL)

Menurut Pasal 4.1 SNI 1727-2013, beban hidup adalah beban yang
diakibatkan oleh penggunaan dan penghunian bangunan gedung atau struktur
lainyang tidak termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan, seperti beban
angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir, maupun beban mati.

Berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung


(SKBI-1987) berikut merupakan beban hidup pada lantai gedung yang disajikan
dalam Tabel berikut.

Beban Hidup Berat (Kg/m2)


a) Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut
dalam b 200
b) Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan
gudang-gudang tidak penting yang bukan untu toko,
pabrik atau bengkel 125
c) Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba,
restoran, hotel, asrama dan rumah sakit 250
d) Lantai ruang olahraga 400
e) Lantai ruang dansa 500
f) Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk
pertemuan yang lain daripada yang disebut dalam a
s/d e, seperti mesjid, gereja, ruang pagelaran, ruang
rapat, bioskop dan panggung penonton dengen tempat
duduk tetap 400
g) Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap
atau untuk penonton yang berdiri 500
h) Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
dalam c 300
i) Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
dalam d, e, f dan g 500
j) Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d,
e, f dan g 250
k) Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan,
ruang arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan
ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban
hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum 400
l) Lantai gedung parkir bertingkat:
- Untuk lantai bawah 800

Proposal Tugas Akhir | 8


- Untuk lantai tingkat lainnya 400
m) Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus
direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang
yang berbatasan, dengan minimum 300
Tabel 2. 3 Beban Hidup Pada Lantai Gedung
Sementara itu, beban hidup pada atap dan/atau bagian atap serta struktur
tudung (canopy) yang dapat dicapai dan dibebani oleh orang, harus diambil
minimum sebesar 100 kg/m2 bidang datar.

2.2.3 Beban Gempa (Quake Load)

Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung


(SKBI-1987), Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada
bangunan atau bagian bangunan yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah
akibat gempa itu. Dalam hal ini pengaruh gempa dalam struktur gedung ditentukan
berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang dimaksud dengan beban gempa di
sisni yaitu gaya-gaya di dalam struktur yang terjadi karena gerakan tanah akibat
gempa.

Berdasarkan peraturan SNI 1726:2012 tiap kota atau wilayah di Indonesia


memiliki grafik spektrum respons masing-masing, tidak hanya terbatas pada 6
Wilayah Gempa seperti sebelumnya. Adapun grafik spektrum respon gempa untuk
perencanaan struktur gedung rumah sakit Pertamedika Sentul City Bogor melalui
program grafik gempa, yang disajikan dalam Gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Grafik Spektrum Respon Gempa Bogor


(Sumber: http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/)

Proposal Tugas Akhir | 9


2.2.4 Beban Hujan

Unsur air jarang diperhitungkan ketika membuat perhitungan beban hidup,


faktor ini harus diperhatikan ketika sedang merancang. Beban hujan pada umumnya
tidak sebesar beban salju, tetapi harus diingat bahwa adanya akumulasi air akan
menghasilkan beban yang cukup besar. Beban yang besar terjadi pada atap datar
karena saluran yang mampat. Dengan menggenangnya air, atap akan mengalami
lendutan sehingga air akan semakin mengumpul dan mengakibatkan lendutan yang
semakin besar. Proses ini dinamai genangan (ponding) dan akhirnya dapat
menyebabkan runtuhnya atap.

2.2.5 Kombinasi Pembebanan

Menurut pasal 9 SNI 2847–2013, Agar struktur dan komponen struktur


memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap bermacam – macam kombinasi
beban, maka harus dipenuhi ketentuan dari kombinasi – kombinasi beban berfaktor
sebagai berikut :

1. Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama dengan

U = 1,4 D............................................................................................. (2.2.1)

Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga beban

atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan

U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)……………………................…… (2.2.2)

Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan

dalam perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D, L, dan W berikut

harus ditinjau untuk menentukan nilai U yang terbesar, yaitu:

U = 1,2 D + 1,6 (A atau R) + (1,0 L atau 0,5 W)………...............…… (2.2.3)

U = 1,2 D + 1,0 W + 1,0 L + 0,5 (A atau R)……………................….. (2.2.4)

Dimana kombinasi beban harus memperhitungkan kemungkinan beban

hidup L yang penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling

berbahaya, dan

Proposal Tugas Akhir | 10


U = 0,9 D ± 1,0 W…………………………………..........………….. (2.2.5)

Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban D, L, dan W, kuat perlu

U tidak boleh kurang dari Pers. (2.2.2)

2. Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa (E) harus diperhitungkan

dalam perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai:

U = 0,9 D  1,0 E………………………………………….............… (2.2.6)

Dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI 1726-2012

tentang standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan

gedung.

Keterangan :

U = Kombinasi beban terfaktor

D = Beban mati ( Dead Load )

L = Beban hidup ( Live Load )

A = Beban hidup atap

R = Beban air hujan

W = Beban angin ( Wind Load )

E = Beban gempa ( Earth Quake Load )

2.3 Dasar Perencanaan

Dalam merencanakan suatu gedung, dasar-dasar perencanaan yang perlu


ditinjau antara lain sebagai berikut:

2.3.1 Desain Elemen Struktur

Proses disain elemen struktur dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
(1) Desain umum, merupakan peninjauan secara garis besar keputusan-keputusan
desain. Tipe struktur dipilih dari berbagai alternatif yang memungkinkan. Tata letak
struktur, geometri atau bentuk bangunan, jarak antar kolom, tinggi lantai dan

Proposal Tugas Akhir | 11


material bangunan ditetapkan secara baik dalam tahap ini. (2) Desain terinci,
mencakup peninjauan tentang penentuan besar penampang tentang balok, kolom,
dan elemen struktur lainnya.

Struktur bangunan gedung terdiri dari elemen-elemen struktur yang


menyatu menjadi satu kesatuan struktur bangunan Gedung yang utuh, berikut ini
adalah penjelasannya:

2.3.1.1 Struktur Atas


Struktur atas adalah struktur bangunan gedung yang secara visual berada
diatas tanah, yang terdiri dari struktur portal utama yaitu kesatuan antara lain
sebagai berikut:

A. Struktur Pelat

Pelat adalah struktur kaku yang secara khas terbuat dari material monolit
dengan tinggi yang kecil dibandingkan dengan dimensi – dimensi lainnya. Untuk
merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya
pembebanan, tetapi juga ukuran dan syarat – syarat serta peraturan yang ada.

Sistem perencanaan tulangan pelat pada dasarnya dibagi menjadi 2


macam, yaitu sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (One
way slab) dan sistem perncanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (Two
way slab).

B. Struktur Balok

Balok adalah komponen struktur yangg berfungsi memikul beban lantai


dan beban lainnya yang bekerja diatasnya dan kemudian menyalurkan beban
tersebut ke kolom. Untuk desain awal (preliminary design) penampang balok
ditentukan sesuai persyaratan SNI-2847-2013 pada Tabel 2.4.

Tebal minimum, h
Komponen struktur Tertumpu Satu ujung Kedua ujung Kantilever
sederhana menerus menerus
Komponen struktur tidak menumpu atau tidak
dihubungkan dengan partisi atau konstruksi lainnya
yang mungkin rusak oleh lendutan yang besar
Pelat masif satu-arah l/20 l/24 l/28 l/10

Proposal Tugas Akhir | 12


Tebal minimum, h
Balok atau pelat
l/16 2/18,5 l/21 l/8
rusuk satu-arah
Catatan :
Panjang bentang dalam mm.
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur
dengan beton normal dan tulangan tulangan Mutu 420 MPa. Untuk kondisi
lain, nilai di atas harus dimodifikasi sebagai berikut :
a. Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (equilibrium density), Wc,
di antara 1440 sampai 1840 kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan (1,65-
0,0003Wc) tetapi tidak kurang dari 1,09.
b. Untuk fy selain 420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).
Tabel 2. 4 Tebal Minimum Balok Non-Prategang atau Pelat Satu Arah Bila
Lendutan Tidak Dihitung
Sedangkan pemilihan lebar balok (b) diambil tidak boleh kurang dari sama
𝑓𝑦
dengan ℎ⁄2. Untuk 𝑓𝑦 selain 400 MPa harus dikalikan dengan ( 0,4 + ⁄
700 ).

Pada struktur balok terdapat 3 beban yang bekerja yaitu momen lentur,
gaya geser, dan torsi. Akibat beban yang bekerja pada balok, maka diberikan
tulangan pokok longitudinal untuk mendukung momen lentur serta tulangan
geser (begel) serta untuk mendukung gaya geser dan torsi. Tulangan pokok
dipasang memanjang yang sesuai pada arah penampang balok serta tulangan
geser (begel) dipasang vertikal mengelilingi tulangan pokok longitudinal.

C. Struktur Kolom

Menurut SNI 03-2847-2002, kolom merupakan komponen struktur dengan


rasio tinggi terhadap dimensi lateral kecil melebihi 3 yang digunakan terutama
untuk mendukung beban aksial tekan.

Beban-beban yang bekerja yaitu beban aksial, momen lentur dan gaya
geser. Akibat beban yang diterimanya, maka kolom diberi tulangan longitudinal
untuk menahan beban aksial, momen lentur, serta menggunakan tulangan begel
untuk menahan gaya geser. Tulangan longitudinal kolom dipasang searah
memanjang dengan penampang kolom dan tulangan begel dipasang horisontal
mengelilingi tulangan longitudinal kolom.

Proposal Tugas Akhir | 13


2.3.1.2 Struktur Bawah
A. Dinding Penahan Tanah

Menurut Pasal 14.5. SNI 2847-2013, Tebal dinding besmen (basement)


eksterior dan dinding fondasi tidak boleh kurang dari 190mm.

Untuk melaksanakan perencanaan dinding penahan tanah, langkah-


langkah kegiatan adalah sebagai berikut:

 Memperkirakan ukuran/dimensi yang diperlukan dari dinding penahan


tanah.
 Mencari besarnya tekanan tanah baik secara analitis maupun secara grafis
berdasarkan cara yang sesuai dengan tipe dinding penahan tanahnya,
apakah dengan cara Coulomb atau cara Rankine.
 Lebar dasar dinding penahan tanah harus cukup untuk memobilisasi daya
dukung tanahnya atau dengan perkataan lain, tegangan yang bekerja akibat
konstruksi ditambah dengan gaya-gaya lainnya tidak melebihi daya
dukung ijin. Disamping itu diusahakan agar tegangan yang timbul pada
dasar dinding penahan tanah adalah tekan.
 Perhitungan kekuatan struktur dari konstruksi dinding penahah tanah,
yaitu dengan memeriksa tegangan geser dan tegangan tekan yang diijinkan
dari struktur dinding penahan tanah.
 Dinding penahan tanah harus aman terhadap stabilitas gesernya (sliding
stability) dan stabilitas gulingnya (overtuning stability).
 Tinjauan terhadap lingkungan lokasi dari penempatan dinding penahan
tanah.
B. Struktur Pondasi

Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur (sub-structure)


yang berfungsi meneruskan beban dari bagian atas struktur (upper-structure) ke
lapisan tanah yang berada dibagian bawahnya tanpa mengakibatkan keruntuhan
geser tanah dan penurunan (settlement tanah atau pondasi yang berlebihan.

Untuk perencanaan gedung ini dipergunakan pondasi bor pile, Pondasi bor

pile adalah pondasi tiang dalam berbentuk tabung yang berfungsi meneruskan

Proposal Tugas Akhir | 14


beban bangunan kedalam permukaan tanah.Fungsinya sama dengan pondasi

dalam lainya seperti pancang. Bedanya ada pada cara pengerjaanya. Pengerjaan

bored pile dimulai dengan pelubangan tanah dahulu sampai kedalaman yang

diinginkan, kemudian pemasangan tulangan besi yang dilanjutkan dengan

pengecoran beton.

2.3.2 Material/Bahan Struktur

Material atau bahan adalah zat atau benda yang dari mana sesuatu dapat
dibuat darinya, atau barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu. Struktur
adalah sebuah sistem, artinya gabungan atau rangkaian dari berbagai macam
elemen-elemen yang dirakit sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan yang
utuh.

Jadi yang dimaksud material struktur adalah bahan-bahan yang dirangkai


menjadi sebuah rangkaian utuh dalam konstruksi bangunan. Material struktur yang
digunakan untuk mambangun gedung Rumah sakit ini adalah sebagai berikut:

2.3.2.1 Beton Bertulang

Menurut SNI 2847-2013, Beton (Concrete) adalah campuran semen


portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan
atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Sifat utama beton yaitu kuat
terhadap beban tekan akan tetapi getas/ mudah patah atau rusak terhadap beban
tarik.

Sedangkan Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan
jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan
atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material
bekerja bersama-sama menahan gaya yang bekerja.

Baja tulangan memiliki sifat yang sangat kuat terhadap beban tarik
maupun tekan akan tetapi dari segi ekonomi harga baja tulangan cukup tinggi, maka
dari itu sedapat mungkin dihindari penggunaan baja tulangan untuk memikul beban
tekan. Sedangkan sifat utama beton yaitu kuat terhadap beban tekan akan tetapi

Proposal Tugas Akhir | 15


getas/ mudah patah atau rusak terhadap beban tarik, maka jika kedua bahan
dipadukan menjadi satu kesatuan secara komposit akan diperoleh bahan yang kuat
terhadap beban tarik maupun beban tekan.

A. Kekuatan Beton Bertulang


1) Jenis kekuatan
Menurut SNI 2847-2013, pada perhitungan struktur beton bertulang
ada beberapa istilah untuk menyatakan kekuatan suatu penampang yaitu
sebagai berikut:
 Kuat nominal (𝑅𝑛 ) diartikan kekuatan komponen struktur atau
penampang yang dihitung sesuai dengan ketentuan asumsi metode
perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan
yang sesua. Pada penampang beton bertulang, nilai kuat nominal
bergantung pada dimensi penampang, jumlah dan letak tulangan,
serta mutu beton dan baja tulangan.
 Kuat rencana (𝑅𝑟 ) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen
struktur atau penampang yang diperoleh dari hasil perkalian antara
kuat nominal (𝑅𝑛 ) dan faktor reduksi kekuatan ϕ.
 Kuat perlu (𝑅𝑢 ) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur
atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor
atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut
dalam suatu kombinasi beban U.
Karena pada dasarnya kuat rencana (𝑅𝑟 ) merupakan kekuatan gaya
dalam (berada di dalam struktur), sedangkan kuat perlu (𝑅𝑢 ) merupakan
kekuatan gaya luar (berada di luar struktur) yang bekerja pada struktur,
maka agar perencanaan struktur dapat dijamin keamanannya harus
dipenuhi syarat berikut
Kuat rencana (𝑅𝑟 ) ≥ kuat perlu (𝑅𝑢 ).................................... (2.3.1)
2) Prinsip hitungan struktur beton bertulang
Hitungan struktur beton bertulang meliputi 2 hitungan, yaitu
hitungan yang berkaitan dengan gaya luar dan hitungan yang berkaitan
pada gaya dalam.

Proposal Tugas Akhir | 16


Prinsip hitungan struktur beton bertulang yang menyangkut gaya
luar dan gaya dalam tersebut secara jelas dapat dilukiskan dalam bentuk
skematis, seperti tampak pada Gambar 2.2.
Hitung struktur beton bertulang

Hitung gaya dalam


Hitung gaya luar

Momen, gaya geser, torsi


dan lainnya
Beban mati, beban hidup,
beban gempa dan lainnya
Kuat nominal 𝑅𝑛

Kuat rencana 𝑅𝑟 = ϕ 𝑅𝑛 Kuat perlul 𝑅𝑢

Syarat: 𝑅𝑟 atau ϕ 𝑅𝑛 ≥ 𝑅𝑢

Gambar 2. 2 Skema Dasar Hitungan Struktur Beton Bertulang


B. Kelebihan dan Kekurangan Beton Bertulang

Berikut ini kelebihan dan kekurangan struktur beton bertulang yaitu


sebagai berikut:

1) Kelebihan struktur beton bertulang


Adapun kelebihan beton bertulang sebagai bahan konstruksi utama
pekerjaan teknik sipil adalah sebagai berikut:

 Kuat tekan beton bertulang relatif lebih tinggi dari bahan konstruksi
lain.
 Memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air.
 Struktur beton bertulang sangat kokoh.
 Biaya pemeliharaan beton bertulang hampir sangat rendah
 Durabilitas yang tinggi dibandingkan dengan bahan lain. Hal
tersebut karena hukum kimia proses pemadatan semen yang semakin
lama akan semakin membatu.
 Beton bertulang bisa dibuat dalam banyak bentuk untuk beragam
fungsi dan kegunaan.

Proposal Tugas Akhir | 17


 Material beton bertulang bisa dibuat dari bahan-bahan lokal yang
murah.
 Dibanding struktur baja, pembuatan dan instalasi konstruksi beton
bertulang lebih mudah dan cukup dengan tenaga berkeahlian rendah.
2) Kekurangan Struktur Beton Bertulang
Dalam memilih beton bertulang material struktur, perlunya
pertimbangan dalam kondisi pekerjaan konstruksi tertentu. Adapun
kekurangan beton bertulang adalah sebagai berikut:

 Kuat tarik yang sangat rendah karenanya diperlukan penggunaan


tulangan tarik.
 Waktu pengerjaan beton bertulang lebih lama.
 Kualitas beton bertulang yang variatif.
 Dibutuhkan bekisting penahan pada saat pengecoran beton agar tetap
di tempatnya sampai beton tersebut mengeras.
 Diperlukannya penopang sementara untuk menjaga agar bekisting
tetap berada pada tempatnya sampai beton mengeras dan cukup kuat
untuk menahan beratnya sendiri.
 Biaya bekisting relatif mahal hingga sepertiga atau dua pertiga dari
total biaya sebuah struktur beton.
 Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan
beton bertulang menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada
struktur-struktur bentang-panjang dimana berat beban mati beton
yang besar akan sangat mempengaruhi momen lentur.
 Bervariasinya sifat-sifat beton dan proporsi-campuran serta
pengadukannya.
 Proses penuangan dan perawatan beton tidak bisa kontrol dengan
ketepatan maksimal, berbeda dengan proses produksi material
struktur lain.

Proposal Tugas Akhir | 18


2.3.3 Faktor Keamanan

Agar dapat terjamin bahwa suatu struktur yang direncanakan mampu


menahan beban yang bekerja, maka pada perencanaan struktur digunakan faktor
keamanan tertentu. Faktor keamanan ini terdiri atas 2 jenis, yaitu :

1) Faktor keamanan yang berkaitan dengan beban luar yang bekerja pada
struktur, disebut faktor beban.
2) Faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur (gaya dalam),
disebut faktor reduksi kekuatan (  ).

2.3.3.1 Faktor Beban

Besar faktor beban yang diberikan untuk masing-masing beban yang


bekerja pada suatu penampang struktur akan berbeda-beda, tergantung dari jenis
kombinasi beban yang digunakan. Menurut Pasal 9.1 SNI 2847:2013, struktur dan
komponen struktur harus didesain agar mempunyai kekuatan desain di semua
penampang paling sedikit sama dengan kekuatan perlu yang dihitung untuk beban
dan gaya terfaktor dalam kombinasi sedemikian rupa seperti diterapkan dalam
standar yang ada.

2.3.3.2 Faktor Reduksi Kekuatan

Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen

struktur dianggap sebagai faktor reduksi kekuatan (  ), yang nilainya ditentukan

menurut pasal 9.3 SNI – 2847 – 2013 sebagai berikut :

1. Reduksi kekuatan lentur, tanpa beban aksial : 0,90

2. Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur:

(a) Reduksi beban aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur : 0,90

(b) Reduksi beban aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur:

Komponen struktur dengan tulangan spiral : 0,75

Komponen struktur lainnya : 0,65

3. Reduksi untuk geser dan torsi : 0,75

Proposal Tugas Akhir | 19


4. Tumpuan pada beton : 0,65

5. Daerah angkur pasca tarik : 0,85

6. Model strat dan pengikat, dan strat, pengikat, daerah pertemuan

(nodal), dan daerah tumpuan dalam model tersebut : 0,75

7. Penampang lentur dalam komponen struktur pratarik dimana penanaman

strand kurang dari panjang penyaluran :

(a) Dari ujung komponen struktur ke ujung panjang transfer : 0,75

(b) Dari ujung panjang transfer ke ujung panjang penyaluran

 boleh ditingkatkan secara linier dari :0,75-0,90

Proposal Tugas Akhir | 20


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Perencanaan

Dalam Tugas Akhir ini, stuktur bangunan yang akan dianalisis adalah
struktur gedung Rumah Sakit Pertamedika Sentul City yang merupakan hasil
kerjasama antara PT Pertamina Bina Medika, anak perusahaan Pertamina yang
mengelola manajeman rumah sakit jaringan Pertamina dengan perusahaan
pengembang property Sentul City.

Berlokasi di kawasan perumahan Sentul City, Kabupaten Bogor, Jawa


Barat. Rumah sakit ini cukup mudah untuk ditemukan, karena terletak di pinggir
Jalan MH Thamrin yang menghibungkan exit toll Sentul Selatan menuju
perumahan Sentul City.

Prinsip dari perencanaan struktur gedung ini adalah menghasilkan suatu


bangunan yang aman, nyaman, kuat, efisien dan ekonomis. Suatu konstruksi
gedung harus mampu menahan beban dan gaya-gaya yang bekerja pada konstruksi
itu sendiri, sehingga bangunan atau struktur gedung aman dalam jangka waktu yang
direncakanan.

3.1.1 Data Teknis Gedung

Perencanaan gedung Rumah Sakit Pertamedika Sentul City ini direncanakan


sebanyak 4 lantai dan 1 basement dengan data sebagai berikut:

1. Nama Bangunan : Rumah Sakit Pertamedika Sentul City


2. Lokasi Proyek : Jl MH Thamrin No. 1, Sentul City,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
3. Fungsi Bangunan : Pelayanan Kesehatan dan Penelitian
4. Wilayah Gempa : Zona 3 (SNI-1726-2012)
5. Jumlah Lantai : 4 Lantai dan 1 Basement
6. Luas Bangunan
Lantai Semi Basement : m2
Lantai 1 : m2
Lantai 2 : m2

Proposal Tugas Akhir | 21


Lantai 3 : m2
Lantai 4 : m2
7. Tinggi Antar Lantai
Lantai Semi Basement : -3.50 m
Lantai 1 : +4.90 m
Lantai 2 : +4.90 m
Lantai 3 : +4.20 m
Lantai 4 : +4.20 m
8. Struktur Bangunan : Struktur Beton Bertulang
- 9.- Penutup Atap : Dak Beton
- 10.
- Jenis Pondasi : Bored Pile D600
- 11.
- Jenis Pelat Lantai : Beton Bertulang
- 12.
- Tebal Pelat Lantai : 130 mm
- 13.
- Jenis Atap : Dak Beton
14. Mutu Beton Struktur : K-300
- 15. Mutu Baja Tulangan
- - BJTD 40 : D10, D13, D16, D19, D22
- - BJTP 24 : Ø8
3.1.2 Gambaran Perencanaan

Proposal Tugas Akhir | 22


Gambar 3. 1 Denah Pondasi dan Semi Basement

Gambar 3. 2 Denah Lantai 1

Gambar 3. 3 Denah Lantai 2

Gambar 3. 4 Denah Lantai 3, 4 dan Dak Atap

3.1.3 Data Tanah

Data tanah yang digunakan merupakan data hasil pengeboran dan data uji
DCPT pada lokasi pembangunan Rumah Sakit Pertamedika Sentul City di
Kabupaten Bogor. Berikut ini merupakan data hasil penyelidikan tanah yang
digunakan, yaitu:

Titik Kedalaman
DCPT-1 13,60 meter
DCPT-2 2,80 meter
DCPT-3 14,40 meter
DCPT-4 3,20 meter
DCPT-5 4,40 meter
DCPT-6 4,80 meter

Proposal Tugas Akhir | 23


DCPT-7 3,00 meter
DCPT-8 2,40 meter
DCPT-9 9,40 meter
BH-1 14,00 meter
BH-2 20,00 meter
BH-3 14,00 meter
BH-4 12,00 meter
BH-5 2,00 meter
BH-6 8,00 meter
BH-7 8,00 meter
Tabel 3. 1 Data Hasil Penyelidikan Tanah

Gambar 3. 5 Denah Lokasi Titik Pengujian Tanah

Proposal Tugas Akhir | 24


3.2 Tahapan Perencanaan Struktur

Tahapan perencanaan dalam penyusunan Tugas Akhir (TA) ini dtampilkan

dengan diagram alur perencanaan berikut:

START

Pengumpulan Data dan Studi Literatur

Pemodelan Struktur

Desain Awal (Preliminary design)

Pembebanan

Analisa Struktur Dengan


Program Etabs Vers.9.7.0.

Output Etabs Vers.9.7.0.

Perencanaan Struktur

Perencanaan Struktur Atas Perencanaan Struktur Bawah

Pelat Balok Kolom Dinding Penahan Tanah Pondasi

Gambar Detailing
Struktur

FINISH

Gambar 3. 6 Diagram Alir Perencanaan

Proposal Tugas Akhir | 25


3.2.1 Analisis Perhitungan dengan ETABS v.9.7.2

ETABS v.13.1.1 Merupakan Program perhitungan analisa struktur. Program


ETABS v.13.1.1 digunakan hanya sebatas mencari harga – harga momen, normal,
dan lintang pada elemen struktur portal gedung.

START

Input data:
𝐸𝑐, 𝑓𝑦, 𝑓 ′ 𝑐, 𝑓𝑦𝑠
Define → materials

Masukkan rencana dimensi elemen struktur


Define → frame sections

Tentukan jenis pembebanan


Define → load cases

Tentukan kombinasi pembebanan


Define → combinations

Gambar portal 3D
Define → coordinate systems

Tentukan dimensi tiap elemen batang struktur


Assign → frame → frame sections

Tentukan jenis dan besarnya beban untuk tiap elemen


𝑗𝑜𝑖𝑛𝑡𝑙𝑜𝑎𝑑 → 𝑓𝑜𝑟𝑐𝑒𝑠 (𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑗𝑜𝑖𝑛)
Assign ቐ 𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡 (𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 + 𝑗𝑜𝑖𝑛𝑡)
𝑓𝑟𝑎𝑚𝑒 ൜
𝑑𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑒𝑑 (𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎)

Analisis
Analize → run anaysis

Output hasil analisis


𝐽𝑜𝑖𝑛𝑡 (𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛)
Define → show forces ൜
𝐹𝑟𝑎𝑚𝑒𝑠 (𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛, 𝑠ℎ𝑒𝑎𝑟, 𝑎𝑥𝑖𝑎𝑙 𝑓𝑜𝑟𝑐𝑒𝑠)

Desain dan cek struktur desain

FINISH

Gambar 3. 7 Diagram Alir Pengerjaan ETABS v. 9.7.2

Proposal Tugas Akhir | 26


3.2.2 Tahapan Perencanaan Struktur Portal Beton Bertulang

Langkah perencanaan struktur gedung berdasarkan ketentuan yang berlaku,


diantaranya berdasarkan SNI 2847-2013 tentang Persyaratan Beton Struktural
untuk Bangunan Gedung, SNI 1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, dan sebagainya. Berikut ini
merupakan langkah perencanaannya:

START

Landasan teori

Data : Data teknis


Gambar Rencana Bangunan
fc’ , fy

Perencanaan

Estimasi dimensi Analisis beban

(SNI 2847-2013) (PPPURG 1987)


(SNI 1726-2012)

Pelat Balok Kolom Gravitasi Gempa Angin

Input Etabs Vers.9.7.0.


(Beban D, L,W,Q)

Analisis Etabs Vers.9.7.0.

Output Etabs Vers.9.7.0.


(momen, shear, axial forces, deformation)

FINISH

Gambar 3. 8 Diagram Alir Perencanaan Struktur Portal Beton Bertulang

Proposal Tugas Akhir | 27


3.2.3 Tahapan Analisa Perhitungan Kapasitas Momen Pelat

Perencanaan pelat lantai mengacu pada SNI 2847-2013. Berikut tahap

perencanaan pelat lantai ditampilkan dalam diagram berikut:

START

bw, Lx, Ly, f’c, fy, ø, h

Lny = Ly – (½ bw + ½ bw)
Lnx = Lx – (½ bw + ½ bw)

𝑙𝑛𝑦
β=
𝑙𝑛𝑥

≤ hf ≤

Qu = 1,2 D + 1,6 L

Perhitungan Momen
Mlx,Mtx,Mly, Mty

Tidak
Penampang harus Kontrol Desain Penulangan
diperbesar pelat

Ya

1−2𝐾
𝑎 = ቌ1 − ඨ ቍ .𝑑
0,85 𝑓′𝑐

II

Gambar 3. 9 Diagram Alir Perencanaan Pelat Bagian I

Proposal Tugas Akhir | 28


II

Luas tulangan Perlu :


0,85 . 𝑓 ′ 𝑐 . 𝑎 . 𝑏
𝐴𝑠, 𝑢 =
𝑓𝑦

Tidak Ya
Fc’ < 31,36

1,4
𝐴𝑠 ≤ 𝑏. 𝑑 𝑓𝑐′
𝑓𝑦 𝐴𝑠 ≥ ඨ .𝑏 .𝑑
4 . 𝑓𝑦

Mencari jarak tulangan :


1
𝜋 . 𝐷2 . 𝑆
𝑠= 4
𝐴𝑠

Luas tulangan :
1
𝜋 𝐷2 . 𝑆
𝐴𝑠, 𝑡𝑢𝑙 = 4
𝑠

kapasitas momen peat


Mn = 0,85 fC ab (d – 0,5 a) + A’S fC (d – d’)

Tidak Kontrol
Diameter tulangan
harus diperbesar Mn ≥ Mly

Ya

FINISH

Gambar 3. 10 Diagram Alir Perencanaan Pelat Bagian II

3.2.4 Tahapan Analisa Perhitungan Kapasitas Momen Balok

Berikut ini merupakan tahapan perhitungan kapasitas momen balok yaitu


sebagai berikut:

Proposal Tugas Akhir | 29


START

Data material
f’c, fy, Es

Desain Dimensi

Masukan = b, h, d, d’, As, As’, f’c, fy


Diberikan Es = 2.105 MPa

Tidak 𝑀𝑢
𝐾=
∅ . 𝑏 . 𝑑2

Tidak Ya
Kontrol Syarat batas
f’c ≤28 MPa

Ya
f’c > 56 MPa β1= 0,65 β1= 0,85

Tidak
f’s =fy
𝑓 ′ 𝑐 − 28
𝛽1 = 0,85 − 0,05
7
𝐴𝑠. 𝑓𝑦
𝑎=
0,85 𝑓 ′ 𝑐. 𝑏

Kontrol Syarat batas

Ya

Kontrol Syarat batas


Perbaiki ukuran
penampang
Tidak

Kapasitas Momen
Tidak
Mn = 0,85 fC ab (d – 0,5 a) + A’S fC (d – d’)

Kontrol
FINISH
ϕMn ≥ Mu

Gambar 3. 11 Diagram Alir Perhitungan Kapasitas Momen Balok

Proposal Tugas Akhir | 30


3.2.5 Tahapan Analisa Perhitungan Kapasitas Geser Balok

Berikut ini merupakan tahapan perhitungan kapasitas geser balok yaitu


sebagai berikut:

START

f;c, bw, d, fy, Vu

Ø = 0,75

Kapasitas gaya geser yang di tahan oleh beton

1
Vc = x bw x d
6

Kapasitas gaya geser yang di tahan oleh begel

Ya Kontrol Syarat batas Tidak


Penampang harus
𝑉𝑢 2
- Vc ≥ xbwxd diperbesar
Ø 3

Ya Ya
Vu >0,5 ØVc Kontrol
Vu >0,5 ØVc

Tidak

Tidak perlu tulangan geser 𝑉𝑢


ቀ − 𝑉𝑐ቁ 𝑆
Ø
(pakai tulangan praktis) 𝐴𝑣 =
𝑓𝑦 x 𝑑
Dengan tulangan geser

𝑏𝑤 x 𝑆
𝐴𝑣 =
3 𝑓𝑦
Tulangan geser minimum

FINISH

Gambar 3. 12 Diagram Alir Perhitungan Kapasitas Geser Balok

Proposal Tugas Akhir | 31


3.2.6 Tahapan Analisa Perhitungan Kapasitas Momen Kolom

Berikut ini merupakan tahapan perhitungan kapasitas momen kolom yaitu


sebagai berikut:

Proposal Tugas Akhir | 32


3.2.7 Tahapan Analisa Perhitungan Kapasitas Geser Kolom

Berikut ini merupakan tahapan perhitungan kapasitas geser kolom yaitu


sebagai berikut:

START

f;c, bw, d, fy, Vu

Ø = 0,75

Kapasitas gaya geser yang di tahan oleh beton

1
Vc = x bw x d
6

Kapasitas gaya geser yang di tahan oleh begel

Ya Kontrol Syarat batas Tidak


Penampang harus
𝑉𝑢 2
- Vc ≥ xbwxd diperbesar
Ø 3

Ya Ya
Vu >0,5 ØVc Kontrol
Vu >0,5 ØVc

Tidak

Tidak perlu tulangan geser 𝑉𝑢


ቀ − 𝑉𝑐ቁ 𝑆
Ø
(pakai tulangan praktis) 𝐴𝑣 =
𝑓𝑦 x 𝑑
Dengan tulangan geser

𝑏𝑤 x 𝑆
𝐴𝑣 =
3 𝑓𝑦
Tulangan geser minimum

FINISH

Gambar 3. 13 Diagram Alir Perhitungan Kapasitas Geser Kolom

Proposal Tugas Akhir | 33


3.2.8 Tahapan Desain Dinding Penahan Tanah

Proposal Tugas Akhir | 34


3.2.9 Tahapan Desain Pile Cap

Berikut merupakan tahap perencanaan perhitungan pile cap hingga desain


penulangan pile cap pada gambar berikut:

START

Tekanan Tanah pada Pelat


ɣt, ∅, c

Kontrol Daya Dukung Tanah


𝜎𝑚𝑎𝑥≤ 𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛
𝜎𝑚𝑖𝑛> 0

Beban Rencana Pondasi


(Berat sendiri pile cap)

Beban Kerja pada Pondasi


Pile Cap
(Output Etabs Vers.9.7.0.)

Kontrol Stabilitas

Terhadap Guling Terhadap Geser


𝑃. 𝐵𝑥 𝐹𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 = ൫𝐶. 𝐵𝑦 . 𝐵𝑥 ൯ + (𝑃𝑡𝑜𝑡 . tan ∅)
𝑀𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 =
2 𝐹𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑀𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑆𝐹 = > 1,5
𝑆𝐹 = > 1,5 𝐹𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔
𝑀𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔
Tidak

1
𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛 = [(1,3. 𝑐. 𝑁𝑐) + (𝐻. ɣ𝑡. 𝑁𝑞) + (0,3. ɣ𝑡. 𝐵. 𝑁ɣ)
3

𝑏 ∑𝑀𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 − ∑𝑀𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑏
𝑒= − <
2 ∑𝑣 6

∑𝑣 6. 𝑒
𝜎 max = [1 + ]
𝐴 𝑏

𝜎𝑚𝑎𝑥 ≤ 𝜎ijin
𝜎𝑚𝑖𝑛 > 0
Ya

II

Proposal Tugas Akhir | 35


Gambar 3. 14 Diagram Alir Desain Pile Cap Bagian I

II

Penulangan Pile Cap

Beban yang Bekerja


Pu, Mx, My, f’c, fy

Lebar Penampang Kritis B’


𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑃𝑖𝑙𝑒𝐶𝑎𝑝 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚
𝐵′ = −
2 2

Berat Pile Cap pada Penampang Kritis q’


q’ = 2400 . l . t
Mu = 2(Pu/4)(s) – ½.q’.B’
ϕMn= ϕAs .fy (d-1/2. a)
𝐴𝑠 .𝑓𝑦
a=
0,85.𝑓.𝑐 .𝑏

Gambar Detail

FINISH

Gambar 3. 15 Diagram Alir Desain Pile Cap Bagian I


3.2.10 Tahapan Analisa Perhitungan Kapasitas Momen Pondasi Bored Pile

Berikut adalah tahap perhitungan kapasitas momen pondasi Bored Pile dari

hasil data tanah yang telah diuji.

Proposal Tugas Akhir | 36


Start

Data Rencana Bore Pile


ɣt, ∅, c, P, Vu, Mu, 𝜎𝑢, dimensi tiang

Analisis Daya Dukung Masing-masing Tiang


1
𝑃1 = . 𝐾. 𝐿. 𝐶
𝐹𝑆
1 1
𝑃2 = . 𝐾 ൬ . 𝑙 2 . ɣ𝑡൰ (1 + 𝑡𝑎𝑛∅)𝑡𝑎𝑛∅
Tidak 𝐹𝑆 2
𝑃3 = 𝐴. 𝜎𝑢
= P1 + P2 + P3 – A . L . ɣb

Jumlah Tiang
𝑉𝑢
𝑛=
𝑃𝑛𝑒𝑡𝑡𝑜

Kontrol beban yang terjadi pada tiang

Pterjadi ≤ Pnetto

Ya

Penulangan Bore Pile

Momen untuk 1 Tiang


𝑀𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
𝑀1 =
𝑛

Gaya Geser Max Horizontal


𝐻
𝐻𝑢 =
𝑛

Kapasitas Momen
𝑀1 = 𝐾𝑐𝑅 . 𝐴𝑠𝑡 . 𝑓𝑦. 𝑑

Kontrol Tulangan Utama

II

Gambar 3. 16 Diagram Alir Perencanaan Bored Pile Bagian I

Proposal Tugas Akhir | 37


II

Menentukan Sumbu Netral


𝑓𝑦
𝜀𝑦 =
𝐸𝑠
𝐶𝑏 0,003
=
𝑑 0,003 + 𝑒𝑦
𝑎𝑏 = 0,85. 𝐶𝑏

Menghitung Properti Segmen Lingkaran


L = r2 (α – sin α . cos α )

Menghitung Gaya Tekan Cc


Cc = 0,85 . f’c . Luas Segmen Lingkaran

Menghitung Gaya Tekan Seimbang


Pb = Cc + ∑cs - ∑T

Menghitung Kapasitas Momen


𝑀𝑏 = 𝐶𝑐 . 𝑥ҧ + 𝐶𝑠1 . 𝑆1 + 𝐶𝑠2 . 𝑆2 + 𝑇1 . 𝑆1 + 𝑇2 . 𝑆2

Kontrol
ϕPn ≥ Pu
ϕMn ≥ Mu
ϕVn ≥ Vu

Nilai Eksentrisitas Seimbang


Mb
eb =
Pb

Ya
Gambar Detail

Finish

Gambar 3. 17 Diagram Alir Perencanaan Bored Pile Bagian II


3.3 Pedoman Perencanaan

Peraturan-peraturan yang menjadi pedoman dalam pengerjaan Tugas Akhir


ini adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI –


1.3.53.1987).

Proposal Tugas Akhir | 38


2. Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung (SNI 2847:2013).
3. Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung
dan non gedung (SNI 1726:2012).

3.4 Jadwal Pelaksanaan

Berikut adalah jadwal pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir Tinjauan


Ulang Kekuatan Struktur Gedung Rumah Sakit Pertamina Sentul City Bogor.

Jadwal Pelaksanaan
Tahapan Pelaksanaan Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengumpulan Data Dan Studi
Literatur.

Permodelan Struktur

Desain Awal (Preliminary


Design)

Penentuan Pembebanan

Analisis Pembebanan Dengan


Program Etabs

Kontrol Desain

Output Gaya Dalam

Desain Akhir Dan


Penulangan Struktur
Penggambaran Hasil Desain
Dalam Gambar Teknik
Penyusunan Laporan Tugas
Akhir

Proposal Tugas Akhir | 39


BAB IV

PERENCANAAN TEKNIS

4.1 Perhitungan Pelat

4.1.1 Pembebanan Pelat Lantai

4.1.2 Penulangan Pelat Lantai Dua Arah

4.2 Perhitungan Balok

4.2.1 Perhitungan Penulangan Lentur

4.2.2 Perhitungan Penulangan Geser

4.2.3 Perhitungan Penulangan Torsi

4.2.4 Perhitungan Panjang Sambungan

4.3 Perhitungan Kolom

4.3.1 Perhitungan Penulangan Lentur

4.3.2 Perhitungan Penulangan Geser

4.4 Perhitungan Shear Wall

4.5 Perhitungan Pondasi

4.5.1 Menghitung Daya Dukung Ujung Pondasi Bore Pile

4.5.2 Perhitungan Penulangan Pile Cap

4.5.3 Perhitungan Penulangan Bore Pile

4.6 Perhitungan Gaya Gempa (Static Analitic)

4.6.1 Perhitungan Gaya Geser Dasar Horisontal

4.6.2 Perhitungan Waktu Getar

Proposal Tugas Akhir | 40


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Proposal Tugas Akhir | 41


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 2013. SNI-2847-2013 : Persyaratan Beton


Struktural Untuk Bangunan Gedung. Jakarta : Yayasan Badan Penerbit PU.

Departemen Pekerjaan Umum. 2013. SNI-1727-2013 : Beban Minimum Untuk


Perancangan Bangunan Gedung Dan Struktur Lain. Jakarta : Yayasan Badan
Penerbit PU.

Departemen Pekerjaan Umum. 2012. SNI-1726-2012 : Standar Perencanaan


Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung. Jakarta : Yayasan
Badan Penerbit PU.

Departemen Pekerjaan Umum. 2012. SNI-1726-2012 : Tata Cara Perencanaan


Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Jakarta : Yayasan Badan Penerbit PU.

Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk


Rumah dan Gedung (SKBI-1987). Jakarta : Yayasan Badan Penerbit PU.

PUSKIM. 2016. Desain Spektra Indonesia. [Online]. Tersedia:

http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/. [27 Maret 2019].

Hadihardaja, Joetata. 1997. Rekayasa Pondasi I: Kontruksi Penahan Tanah.


Jakarta: Penerbit Gunadarma.

Schueller, Wolfgang. 2001. Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi. Bandung:


Penerbit PT Refika Aditama.

Nawy, Edward G., 2008. Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar. Terjemahan
oleh Bambang Suryoatmono. Bandung : PT. Refika Aditama.

Imran, Iswandi, dan Fajar Hendrik. 2010. Perencanaan Struktur Gedung Beton
Bertulang Tahan Gempa. Bandung : ITB Bandung.

Asroni, Ali. 2010. Balok Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Proposal Tugas Akhir | 42


Hartoyo, Dewi Suryaningsih. 2019. Perencanaan Struktur Gedung Pusat
Pendidikan Dan Pelatihan Kabupaten Ciamis. Tugas Akhir. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Teknik. Universitas Siliwangi: Tasikmalaya.

Undang–undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang : Bangunan


Gedung

http://pertamedika-tarakan.blogspot.com/2014/03/rsp-sentul.html

http://digilib.unila.ac.id/5319/13/BAB%20II.pdf

Proposal Tugas Akhir | 43

Anda mungkin juga menyukai