Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas teknik Universitas Siliwangi
Oleh:
BIANCA YULIA SASQIA PUTRI
157011003
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Metode atau konsep yang digunakan dalam tinjauan ulang struktur gedung
rumah sakit Pertamina Sentul City Bogor ini adalah konsep desain struktur beton
bertulang yang sesuai dengan peraturan SNI 2847-2013 tentang persyaratan beton
struktural untuk bangunan gedung.
1.2 Maksud
1.3 Tujuan
Agar penulisan tugas akhir ini dapat terarah dan terencana, maka penulis
membuat batasan masalah sebagai berikut:
1. Meninjau kapasitas elemen struktur mulai dari Pelat, Balok, Kolom, Dak
Atap, Basement Dan Pondasi.
2. Menghitung pembebanan dan gaya-gaya dalam yang terjadi pada stuktur
atas dan struktur bawah yang bekerja disyaratkan dalam SNI 1727:2013
mengenai beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan
struktur lain.
3. Analisis struktur dilakukan atas dasar pembebanan yang bekerja pada
struktur yang terdiri dari beban mati, beban hidup, beban hujan, beban lalu
lintas dan gempa beserta kombinasi pembebanannya mengacu pada
Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SKBI-1987.
4. Menghitung perencanaan elemen struktur menggunakan analisis yang
mengacu pada SNI 2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung.
5. Menghitung ketahanan gempa yang mengacu pada tata cara perencanaan
ketahanan gempa yang mengacu pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 1726:2012.
6. Perencanaan struktur bawah menggunakan pondasi bored pile dengan data
tanah di daerah Bogor.
BAB I : PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu beban yang bertambah dan berkurang menurut secara berkala disebut
beban bergoyang, beban ini sangat berbahaya apabila periode penggoyangannya
berimpit dengan periode struktur dan apabila beban ini diterapkan pada struktur
selama kurun waktu yang cukup lama, dapat menimbulkan lendutan. Lendutan
yang melampaui batas yang direncanakan dapat merusak struktur bangunan
tersebut.
Secara umum beban atau gaya luar yang bekerja pada struktur dapat
dibedakan menjadi dua yaitu seperti yang diuraikan dibawah ini :
Menurut Pasal 3.1 SNI 1727-2013, beban mati adalah berat seluruh bahan
konstruksi bangunan gedung yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon,
tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading gedung dan komponen arsitektur
dan struktural lainnya serta peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran.
3
Bahan Bangunan Berat (kg/m )
Baja 7.850
Batu alam 2.600
Batu belah, batu bulat, batu gunung ( berat teumpuk ) 1.500
Batu karang ( berat tumpuk ) 700
Batu pecah 1.450
Besi tuang 7.250
Beton 2.200
Beton Bertulang 2.400
Kayu ( kelas I ) 1.000
Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1.650
Pasangan bata merah 1.700
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2.200
Pasangan batu cetak 2.200
Pasangan batu karang 1.450
Pasir (kering udara sampai lembab) 1.600
Pasir (jenuh air) 1.800
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1.850
Tanah lempung dan lanau ( kering udara sampai lembab ) 1.700
Tanah lempung dan lanau ( basah) 2.000
Timah hitam (timbel) 11.400
Tabel 2. 1 Berat Sendiri Bahan Bangunan
Menurut Pasal 4.1 SNI 1727-2013, beban hidup adalah beban yang
diakibatkan oleh penggunaan dan penghunian bangunan gedung atau struktur
lainyang tidak termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan, seperti beban
angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir, maupun beban mati.
1. Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama dengan
Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga beban
hidup L yang penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling
berbahaya, dan
Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban D, L, dan W, kuat perlu
gedung.
Keterangan :
Proses disain elemen struktur dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
(1) Desain umum, merupakan peninjauan secara garis besar keputusan-keputusan
desain. Tipe struktur dipilih dari berbagai alternatif yang memungkinkan. Tata letak
struktur, geometri atau bentuk bangunan, jarak antar kolom, tinggi lantai dan
A. Struktur Pelat
Pelat adalah struktur kaku yang secara khas terbuat dari material monolit
dengan tinggi yang kecil dibandingkan dengan dimensi – dimensi lainnya. Untuk
merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya
pembebanan, tetapi juga ukuran dan syarat – syarat serta peraturan yang ada.
B. Struktur Balok
Tebal minimum, h
Komponen struktur Tertumpu Satu ujung Kedua ujung Kantilever
sederhana menerus menerus
Komponen struktur tidak menumpu atau tidak
dihubungkan dengan partisi atau konstruksi lainnya
yang mungkin rusak oleh lendutan yang besar
Pelat masif satu-arah l/20 l/24 l/28 l/10
Pada struktur balok terdapat 3 beban yang bekerja yaitu momen lentur,
gaya geser, dan torsi. Akibat beban yang bekerja pada balok, maka diberikan
tulangan pokok longitudinal untuk mendukung momen lentur serta tulangan
geser (begel) serta untuk mendukung gaya geser dan torsi. Tulangan pokok
dipasang memanjang yang sesuai pada arah penampang balok serta tulangan
geser (begel) dipasang vertikal mengelilingi tulangan pokok longitudinal.
C. Struktur Kolom
Beban-beban yang bekerja yaitu beban aksial, momen lentur dan gaya
geser. Akibat beban yang diterimanya, maka kolom diberi tulangan longitudinal
untuk menahan beban aksial, momen lentur, serta menggunakan tulangan begel
untuk menahan gaya geser. Tulangan longitudinal kolom dipasang searah
memanjang dengan penampang kolom dan tulangan begel dipasang horisontal
mengelilingi tulangan longitudinal kolom.
Untuk perencanaan gedung ini dipergunakan pondasi bor pile, Pondasi bor
pile adalah pondasi tiang dalam berbentuk tabung yang berfungsi meneruskan
dalam lainya seperti pancang. Bedanya ada pada cara pengerjaanya. Pengerjaan
bored pile dimulai dengan pelubangan tanah dahulu sampai kedalaman yang
pengecoran beton.
Material atau bahan adalah zat atau benda yang dari mana sesuatu dapat
dibuat darinya, atau barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu. Struktur
adalah sebuah sistem, artinya gabungan atau rangkaian dari berbagai macam
elemen-elemen yang dirakit sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan yang
utuh.
Sedangkan Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan
jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan
atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material
bekerja bersama-sama menahan gaya yang bekerja.
Baja tulangan memiliki sifat yang sangat kuat terhadap beban tarik
maupun tekan akan tetapi dari segi ekonomi harga baja tulangan cukup tinggi, maka
dari itu sedapat mungkin dihindari penggunaan baja tulangan untuk memikul beban
tekan. Sedangkan sifat utama beton yaitu kuat terhadap beban tekan akan tetapi
Syarat: 𝑅𝑟 atau ϕ 𝑅𝑛 ≥ 𝑅𝑢
Kuat tekan beton bertulang relatif lebih tinggi dari bahan konstruksi
lain.
Memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air.
Struktur beton bertulang sangat kokoh.
Biaya pemeliharaan beton bertulang hampir sangat rendah
Durabilitas yang tinggi dibandingkan dengan bahan lain. Hal
tersebut karena hukum kimia proses pemadatan semen yang semakin
lama akan semakin membatu.
Beton bertulang bisa dibuat dalam banyak bentuk untuk beragam
fungsi dan kegunaan.
1) Faktor keamanan yang berkaitan dengan beban luar yang bekerja pada
struktur, disebut faktor beban.
2) Faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur (gaya dalam),
disebut faktor reduksi kekuatan ( ).
(a) Reduksi beban aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur : 0,90
(b) Reduksi beban aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur:
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam Tugas Akhir ini, stuktur bangunan yang akan dianalisis adalah
struktur gedung Rumah Sakit Pertamedika Sentul City yang merupakan hasil
kerjasama antara PT Pertamina Bina Medika, anak perusahaan Pertamina yang
mengelola manajeman rumah sakit jaringan Pertamina dengan perusahaan
pengembang property Sentul City.
Data tanah yang digunakan merupakan data hasil pengeboran dan data uji
DCPT pada lokasi pembangunan Rumah Sakit Pertamedika Sentul City di
Kabupaten Bogor. Berikut ini merupakan data hasil penyelidikan tanah yang
digunakan, yaitu:
Titik Kedalaman
DCPT-1 13,60 meter
DCPT-2 2,80 meter
DCPT-3 14,40 meter
DCPT-4 3,20 meter
DCPT-5 4,40 meter
DCPT-6 4,80 meter
START
Pemodelan Struktur
Pembebanan
Perencanaan Struktur
Gambar Detailing
Struktur
FINISH
START
Input data:
𝐸𝑐, 𝑓𝑦, 𝑓 ′ 𝑐, 𝑓𝑦𝑠
Define → materials
Gambar portal 3D
Define → coordinate systems
Analisis
Analize → run anaysis
FINISH
START
Landasan teori
Perencanaan
FINISH
START
Lny = Ly – (½ bw + ½ bw)
Lnx = Lx – (½ bw + ½ bw)
𝑙𝑛𝑦
β=
𝑙𝑛𝑥
≤ hf ≤
Qu = 1,2 D + 1,6 L
Perhitungan Momen
Mlx,Mtx,Mly, Mty
Tidak
Penampang harus Kontrol Desain Penulangan
diperbesar pelat
Ya
1−2𝐾
𝑎 = ቌ1 − ඨ ቍ .𝑑
0,85 𝑓′𝑐
II
Tidak Ya
Fc’ < 31,36
1,4
𝐴𝑠 ≤ 𝑏. 𝑑 𝑓𝑐′
𝑓𝑦 𝐴𝑠 ≥ ඨ .𝑏 .𝑑
4 . 𝑓𝑦
Luas tulangan :
1
𝜋 𝐷2 . 𝑆
𝐴𝑠, 𝑡𝑢𝑙 = 4
𝑠
Tidak Kontrol
Diameter tulangan
harus diperbesar Mn ≥ Mly
Ya
FINISH
Data material
f’c, fy, Es
Desain Dimensi
Tidak 𝑀𝑢
𝐾=
∅ . 𝑏 . 𝑑2
Tidak Ya
Kontrol Syarat batas
f’c ≤28 MPa
Ya
f’c > 56 MPa β1= 0,65 β1= 0,85
Tidak
f’s =fy
𝑓 ′ 𝑐 − 28
𝛽1 = 0,85 − 0,05
7
𝐴𝑠. 𝑓𝑦
𝑎=
0,85 𝑓 ′ 𝑐. 𝑏
Ya
Kapasitas Momen
Tidak
Mn = 0,85 fC ab (d – 0,5 a) + A’S fC (d – d’)
Kontrol
FINISH
ϕMn ≥ Mu
START
Ø = 0,75
1
Vc = x bw x d
6
Ya Ya
Vu >0,5 ØVc Kontrol
Vu >0,5 ØVc
Tidak
𝑏𝑤 x 𝑆
𝐴𝑣 =
3 𝑓𝑦
Tulangan geser minimum
FINISH
START
Ø = 0,75
1
Vc = x bw x d
6
Ya Ya
Vu >0,5 ØVc Kontrol
Vu >0,5 ØVc
Tidak
𝑏𝑤 x 𝑆
𝐴𝑣 =
3 𝑓𝑦
Tulangan geser minimum
FINISH
START
Kontrol Stabilitas
1
𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛 = [(1,3. 𝑐. 𝑁𝑐) + (𝐻. ɣ𝑡. 𝑁𝑞) + (0,3. ɣ𝑡. 𝐵. 𝑁ɣ)
3
𝑏 ∑𝑀𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 − ∑𝑀𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑏
𝑒= − <
2 ∑𝑣 6
∑𝑣 6. 𝑒
𝜎 max = [1 + ]
𝐴 𝑏
𝜎𝑚𝑎𝑥 ≤ 𝜎ijin
𝜎𝑚𝑖𝑛 > 0
Ya
II
II
Gambar Detail
FINISH
Berikut adalah tahap perhitungan kapasitas momen pondasi Bored Pile dari
Jumlah Tiang
𝑉𝑢
𝑛=
𝑃𝑛𝑒𝑡𝑡𝑜
Pterjadi ≤ Pnetto
Ya
Kapasitas Momen
𝑀1 = 𝐾𝑐𝑅 . 𝐴𝑠𝑡 . 𝑓𝑦. 𝑑
II
Kontrol
ϕPn ≥ Pu
ϕMn ≥ Mu
ϕVn ≥ Vu
Ya
Gambar Detail
Finish
Jadwal Pelaksanaan
Tahapan Pelaksanaan Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengumpulan Data Dan Studi
Literatur.
Permodelan Struktur
Penentuan Pembebanan
Kontrol Desain
PERENCANAAN TEKNIS
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Nawy, Edward G., 2008. Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar. Terjemahan
oleh Bambang Suryoatmono. Bandung : PT. Refika Aditama.
Imran, Iswandi, dan Fajar Hendrik. 2010. Perencanaan Struktur Gedung Beton
Bertulang Tahan Gempa. Bandung : ITB Bandung.
Asroni, Ali. 2010. Balok Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta : Graha Ilmu.
http://pertamedika-tarakan.blogspot.com/2014/03/rsp-sentul.html
http://digilib.unila.ac.id/5319/13/BAB%20II.pdf