Anda di halaman 1dari 82

TUGAS BESAR

STRUKTUR BETON BERTULANG III

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR PADA PERENCANAAN GEDUNG PERKULI


AHAN DI KOTA MALANG

DOSEN PEMBIMBING :
BOBBY ASUKMAJAYA RAHARJO, S.ST., MT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11 / 3TS1
1. HUDIE SADEWA ADITYA (1931310026)
2. NABIL MUKTI TALATA (1931310086)

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingg
a penulis dapat menyelesaikan laporan berjudul “Analisis dan Desain Struktur Pada Peren
canaan Gedung Perkuliahan 4 Lantai Di Kota Malang”. Laporan ini disusun untuk meme
nuhi tugas besar mata kuliah Struktur Beton Bertulang III pada Semester 5 ini.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan laporan ini kami banyak mendapatkan ban
tuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Sugiharti, MT., selaku dosen ke-1 mata kuliah Struktur Beton Bertulang yang tela
h yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas besar in
i.,
2. Bapak Bobby Asukmajaya Raharjo, S.ST., MT selaku dosen ke-2 mata kuliah Struktur B
eton Bertulang III yang memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menangani tugas
besar ini,
3. Rekan-rekan satu kelas yang saling memotivasi untuk menyelesaikan laporan ini sesuai d
engan waktu yang ditetapkan,
4. Teman-teman satu kelompok yang sudah berusaha keras dalam mengerjakan tugas besar
ini,

Laporan ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekuranga
n, baik dalam hal isi maupun sistematika dan Teknik penulisannya. Oleh karena itu kami moh
om maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan l
aporan ini.

Malang, 12 September 2021

Penyusun

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini yang berjudul “Analisis dan Desain Struktur Pada


Perencanaan Gedung Perkuliahan di Kota Malang” disususn sebagai tugas besar
mata kuliah Struktur Beton Bertulang III sebagai salah satu syarat menyelesaikan
mata kuliah ini.

Malang,.................2021
Menyetujui,

Menyetujui,

Nabil Mukti T
NIM. 1931310086
Hudie Sadewa A.R
NIM. 1931310026

Menyetujui,
Dosen Penanggung Jawab

Bobby Asukmajaya Raharjo, S.ST., MT


NIP. 19930426019031011

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. ii


LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………… vi

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Denah Lantai 1......................................................................................................2
Gambar 1. 2 Denah Lantai 2......................................................................................................2
Gambar 1. 3 Denah Lantai 3....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 1. 4 Denah Lantai 4......................................................................................................3
Gambar 1. 5 Potongan A - A......................................................................................................4
Gambar 1. 6 Potongan B - B......................................................................................................4

iv
BAB I
KONSEP DASAR PERENCANAAN STRUKTUR

1.1 DISKRIPSI STRUKTUR

Struktur merupakan susunan atau bagian – bagian gedung yang menerima beban dari
gedung tanpa memperhatikan apakah konstruksi tersebut terlihat atau tidak. Secara
keseluruhan perencanaan struktur gedung umumnya terdiri dari dua bagian utama, yaitu
perencanaan struktur bagian bawah (sub structure) dan struktur bagian atas (upper
structure). Struktur bawah terdiri dari pondasi yang berfungsi untuk menyalurkan beban
dari struktur atas ke bawah sedangkan untuk struktur bagian atas meliputi plat lantai,
kolom, balok, dan atap yang berfungsi sebagai pendukung beban – beban yang bekerja
pada banguna.

Pada tugas besar mata kuliah Struktur Beton III bagunan yang akan didesain adalah
sebuah Gedung Perkuliahan 4 lantai yang memiliki fungsi sosial dan budaya dengan luas
bangunan 33 x 25 m atau 825 m2 dengan jarak antar kolom sebesar 5.5 x 5 m serta tinggi
setiap lantai 4.2 m. Lokasi gedung perkulihan ini terletak di Kota Malang dan dibangun
diatas lapisan tanah dengan kondisi tanah yang keras.

Pembangunan gedung perkuliahan ini ditata sedemikian rupa untuk menunjang


aktifitas serta kegiatan perkuliahan dan kegiatan organisasi, maka dari itu dalam
perancanaannya harus difikirkan secara teliti dan matang demi terwujudnya suatu
bangunan yang nyaman serta aman. Demi menunjang kenyamanan maka disediakannya
fasilitas – fasilitas seperti toilet, klinik, pastry, ATM Center, mushola, laboratorium dan
lain – lain.

1
Denah Bangunan :

1. Denah Lantai 1

Pada bangunan lantai 1 didapat fasilitas yang dapat digunakan untuk pengguna
gedung baik mahasiswa, dosen atau karyawan. Diantaranya 2 Ruang Bengkel, 2 Ruang
Laboratorium, Ruang Himpunan, Toiloet, ATM Center, food court, dan Gudang
Peralatan.

Gambar 1. 1 Denah Lantai 1


2. Denah Lantai 2

Untuk lantai 2 pada bangunan ini sudah di fungsikan sebagai kegiatan perkuliahan
dimana pada lantai 2 terdapat 6 Ruang Kelas, Gudang Peralatan, Toilet, dan Ruang
Akademik.

2
Gambar 1. 2 Denah Lantai 2

3. Denah Lantai 3

Pada lantai 3 hampir sama dengan lantai 2 dimana sama – sama difungsikan sebagai
kegiatan perkuliahan. Di lantai ini terdapat 6 Ruang Kelas, Koperasi, Toilet, dan
Perpustakaan.

Gambar 1. 3 Denah Lantai 3

4. Denah Lantai 4

Lantai 4 sebagai lantai paling atas pada gedung perkulihan digunakan untuk tempat
Auditorium, Ruang Sekretaris Jurusan, Ruang Ketua Jurusan, Ruang Dosen, pantry,
Ruang TU, dan Ruang Arsip.

3
Gambar 1. 3 Denah Lantai 4

Potongan Bangunan :

1. Potongan A – A

Potongan A – A merupakan potongan horizontal dimana pada gambar potongan


tersebut tampak beberapa ruangan yang ada di dalam gedung serta material yang
digunakan dan elevasi.

Gambar 1. 4 Potongan A - A
2. Potongan B – B
Sedangkan untuk potongan B – B merupakan potongan vertikal, sama dengan
potongan A – A yang memperlihatkan ruangan - ruangan yang ada di dalam gedung serta
material yang digunakan dan elevasi.

Gambar 1. 5 Potongan B - B

4
1.2 DASAR – DASAR PERATURAN PERENCANAAN
Dalam perencanaan struktur tentunya harus sesuai dengan peraturan – peraturan yang
berlaku, yaitu :
a. Peraturan Pembebanan Untuk Rumah Gedung 1987
b. Perancangan Struktur Beton Bertulang Agus Setiawan, 2013
c. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung fan
Non Gedung Berdasarkan SNI 1726:2019

1.3 MUTU BAHAN


Mutu bahan yang digunakan pada perencanaan struktur bagunan gedung perkulihan
yang terletak di Kota Malang adalah sebagai berikut :
a. Mutu beton (fc’) = 25 MPa
b. Mutu tulangan utama = BJTS 420 MPa
c. Mutu tulangan sengkang = BJTP 280 MPa

1.4 SISTEM PEMBEBANAN

A. Jenis – Jenis Beban

LRFD (Load And Resistance Factor Design) merupakan suatu metode dan perencan
aan bangunan gedung yang memperhitungkan faktor beban dan faktor ketahanan materia
l. Konsep desain ini pada prinsipnya tegangan yang terjadi dalam setiap elemen struktur
harus lebih kecil dari tegangan yang dijanjikan. Dengan pengertian lain beban yang beke
rja harus lebih kecil dari kapasitas kekurangan elemen dibagi dengan suatu faktor keama
nan (safety factor). Sisitem pembebanan yang akan diperhitungkan untuk memikul beba
n – beban dalam perencanaan berdasarkan SNI 1727 – 2020 sebagai berikut:

1) Beban Mati
Berdasarkan dari buku Perancangan Struktur Beton Bertulang (Agus Setiawan, 2013)
disebutkan bahwa beban mati merupakan beban gravitasi yang berasal dari berat semua
komponen gedung atau bangunanyang bersifat permanen selama masa layan struktur
tersebut. Selain itu menurut Peraturan Pembebanan Untuk Rumah Gedung 1987

5
disebutkan bahwa berat sendiri dari bahan bangunan dan beberapa komponen gedung
harus ditinjau di dalam menentukan beban mati suatu gedung.

No Material Berat
1 Baja 7850 kg/m³
2 Beton 2200 kg/m³
3 Beton bertulang 2400 kg/m³
4 Pasangan bata merah 1700 kg/m³
5 Penutup lantai 24 kg/m³
6 Plafond 18 kg/m³
Tabel 1.1 Beban Mati

2) Beban Hidup (Live Load)

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan
suatu gedung, termasuk beban pada lantai yang berasal dari barang yang dapat
dipindahkan serta peralatan yang tidak termasuk kedalam bagian yang tak terpisahkan
dari gedung serta dapat di ganti selama masa hidup dari gedung tersebut.

Beban Hidup
Penggunaan Merata (kN/m) Terpusat (kN)
Ruang kelas 1,92 4,45
Koridor di atas lantai pertama 3,83 4,45
Koridor lantai pertama 4,79 4,45
Ruang kantor 2,4 8,9
Ruang komputer 4,79 8,10
Lobi 4,79
Kursi dapat dipindahkan 4,79
Kursi tetap 2,87
Ruang pertemuan 4,79
Ruang baca 2,87 4,45
Ruang penyimpanan 7,118 4,45
Atap datar 0,96
Pantry 4,79
food court 4,79
Musholla 2,4
Toilet 1,92
Ruang fotocopy 6,0
Gudang 7,18
Tangga permanen 1,33

6
Ruang janitor 1,92

Tabel 1.2 Beban Hidup

3) Reduksi Beban Hidup Merata (L) Pasal 4.7.2 SNI 1727 – 2020

Kecuali untuk beban hidup merata pada atap, semua beban hidup terdistribusi merata
minimum lainnya, Lo dalam tabel dapat dikurangi sesuai dengan ketentuan pasal 4.7.2
sampai dengan 4.7.6. Rumus sebagai berikut :
15
L=Lo [0,25+ ]
√ K ¿ AT
Dalam SI :
4,57
L=Lo [0,25+ ]Dengan :
√ K ¿ AT
L = beban hidupdesain tereduksi per ft² (m²) dengan luasan yang didukung
oleh komponen struktur
𝐿𝑜 = beban hidup desain tanpa reduksi per ft² (m²) dengan luasan yang
didukung oleh komponen struktur
𝐾𝐿𝐿 = faktor beban elemen beban hidup

𝐴𝑇 = luas tributari dalam per ft² (m²)


𝐿 tidak boleh kurang dari 0,50 𝐿𝑜 untuk komponen struktur yang mendukung satu lantai
dengan 𝐿 tidal boleh kurang dari 0,40 𝐿𝑜 untuk komponen struktur yang mendukung dua
lantai atau lebih dari dua lantai.
Elemen K a¿
Kolom interior 4
Kolom eksterior tanpa slab kantilever 4
Kolom tepi dengan slab kantilever 3
Kolom sudut dengan slab kantilever 2
Balok interior 2

7
Balok tepi tanpa slan kantilever 2
Semua komponen struktur yang tidak disebutkan
diatas:
Balok tepi dengan slab kantilever
Balok kantilever
Slab satu arah 1
Komponen struktur tanpa ketentuan - ketentuan untuk
penyaluran geser menerus tegak lurus terhadap bentangnya

Tabel 1.3 Faktor Elemen Beban Hidup


Faktor Reduksi R1 dan R2 terdapat pada Pasal 4.8 SNI 1727 – 2019

Dengan syarat:

Ar = luas tributary dalam ft² (m²) yang di dukung oleh setiap komponen struktural

Dimana:
F = Jumlah peninggian dalam inci per foot
( dalam SI: F = 0,12 x kemiringan (slope), dengan kemiringan
dinyatakan dalam presentase), dan untuk atap lengkung atau kubah.
R = Rasio tinggi terhadap bentang dikalikan dengan 32.

4) Beban Gempa

Beban gempa merupakan beban dalam arah horizontal dari struktur yang ditimbulkan
oleh adanya gerakan tanah akibat bumi, baik dalam arah vertikal maupun horizontal
(Agus Setiawan, 2013). Pada saat bangunana bergetar, timbul gaya – gaya pada struktur
bangunan karena adanya kecenderungan massa bangunan untuk mempertahankan dirinya

8
dari gerakan, gaya yang timbul ini juga dengan gaya inersia. Faktor yang mempengaruhi
besar gaya ialah :

a. Massa bangunan
b. Pendistribusian massa bangunan
c. Kekuatan struktur
d. Jenis tanah
e. Mekanisme rendaman

5) Beban Angin

Bangunan gedung dan struktur lainnya termasuk Sistem Penahan Gaya Angin Utama
(SPGAU) dan seluruh Komponen dan Klading (K&K) gedung, harus dirancang dan
dilaksanakan untuk menahan beban angin. Kecepatan angin dasar, V, yang digunakan
dalam menentukan beban angin desain pada bangunan gedung dan struktur lain harus
ditentukan dari Buku Peta Angin Indonesia. Di luar wilayah rawan badai, data iklim
regional hanya digunakan sebagai pengganti dari kecepatan angin dasar yang diberikan
pada Buku Peta Angin Indonesia bila prosedur analisis statistik nilai ekstrem yang
teruji digunakan dalam mereduksi data, dan panjang rekaman, kesalahan pengambilan
sampel, waktu perata – rataan, tinggi anemometer, kualitas data, dan topografi
sekeliling dari anemometer telah diperhitungkan (SNI 1727 – 2020).
Dari data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Kota Malang diperoleh
kecepatan angin pada bulan Desember 2020 adalah 7 knot (1 knot = 0,5144 m/s).

Faktor Arah Angin


Tipe Struktur
Kd
Bangunan gedung
Sisitem Penahan Gaya Angin Utama (SPGAU) 0,85
Komponen dan Klading (K&K) 0,85
Atap lengkung 0,85
Kubah berbentuk bundar 1,0α
Cerobong, tangki, dan struktur serupa 0,90
Persegi 0,95
Segi enam 1,0α
Segi delapan 1,0α
Dinding solid yang berdiri bebas, peralatan bagian
atap, dan panel petunjuk solid yang berdiri bebas 0,85
serta panel petunjuk terikat

9
Panel petunjuk terbuka dan rangka terbuka bidang 0,
tunggal 85
Segitiga, persegi, atau persegi panjang 0,85
Semua penampang lainnya 0,95
Faktor arah angin Kd = 0,95 diizinkan untuk struktur bundar atau struktur segi delapan
dengan sistem struktur non – asimetris.

Tabel 1.4 Faktor Arah Angin (Kd)

B. Kombinasi Pembebanan
Untuk pembebanan pada bangunan gedung bertingkat banyak, sangat tidak mungkin
pada saata yang sama semua lantai memikul beban hidup yang maksimum secara
simultan. Oleh karena itu diijinkan untuk mereduksi beban hidup untuk keperluan
perencanaan elemen – elemen struktur dengan memperhatikan pengaruh dari kombinasi
pembebanan dan penempatan beban hidup.
Untuk memastikan bahwa suatu struktur bangunan dapat bertahan selama umur
rencananya, maka pada proses perancangan dari struktur, perlu ditinjau beberapa
kombinasi pembebanan yang mungkin terjadi pada struktur.
Dalam perencanaan struktur, beban harus dikombinasikan dengan faktor – faktor
tertentu sehingga mendapatkan envelope dari keseluruhan beban yang menghasilkan
beban ultimate sebagai dasar perencanaan, kombinasi beban terfaktor diatur dalam SNI-
1727:2018 yaitu sebagai berikut :
U1 = 1,4 DL
U2 = 1,2 DL + 1,6 LL + 0,5 (Lr atau R)
U3 = 1,2 DL + 1,6 LL (Lr atau R) + (1,0LL atau 0,5WL)
U4 = 1,2 DL + 1,0 WL + 1,0 LL + 0,5 (Lr atau R)
U5 = 0,9 DL + 1,0 WL
U6 = 1,2 DL + 1,0 E + 1,0 LL
U7 = 0,9 DL + 1,0 E

Keterangan :
DL = Beban Mati
LL = Beban Hidup
Lr = Beban hidup atap

10
1.5 PROSEDUR ANALITIS
Adapun beberapa prosedur analitis perencanaan gedung bertingkat sebagai berikut :

1) Siapkan data perencanaan, yaitu :

a. Peraturan dan standar perencanaan yang digunakan


b. Sistem Struktur SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus0
c. Mutu Mterial Beton
d. Mutu Mterial Tulangan (tulangan utama dan sengkang)
e. Data Lokasi, Tanah, dan Fungsi Bangunan.

2) Preliminary desain elemen Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus, dengan


menggunakan analisa perhitungan desain menurut standar perencanaan yang
berlaku.

a. Dimensi Balok

h = (1/10-1/15)L

b = (1/2-2/3)h

b. Dimensi Kolom = luas total kolom = 1% dari luas tapak gedung.

3) Permodelan Struktur 3D/2D

4) Sistem pembebanan, meliputi :

a. Sistem Pembebanan

b. Pengecekan Respon Dinamis

c. Pengecekan Efek P-Delta (opsional)

5) Penghitungan beban Gempa Statik

a. Sistem Pembebanan Gempa

b. Pengecekan efek P-Delta

6) Desain Struktur RC (Rainforce Concrete)

7) Detail Gambar

1.6 DESAIN ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG

11
Proses desain suatu struktur secara garis besar menurut Agus Setiawan (2019) dil
akukan melalui dua tahap sebagai berikut.

1. Menentukan gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur tersebut dengan


menggunakan metode-metode analisis struktur yang tepat.
2. Menentukan dimensi atau ukuran dari tiap elemen struktur secara ekonimi
s dengan mempertimbangkan factor keamanannya, stabilitas, kemampulayanan, serta
fungsi dari struktur tersebut.
Konsep perencanaan yang dianut oleh SNI 03-2847-2019 adalah berbasis
kekuatan, atau yang lebih sering dikenal sebagai metode LRFD (Load and Resistance
Factor Design). Maka konsep dasar yang harus dipenuhi ialah :

(Kuat Rencana ≥ Kuat Perlu) ; (Ø (Kuat Nominal) ≥ U)

Kuat rencana suatu struktur dihitung dari kuat nominalnya dikalikan factor
reduksi kekuatan yang disesuaikan dengan sifat beton (notasi Ø). Kuat nominal adalah
kekuatan suatu penampang struktur dihitung berdasarkan suatu metode perencanaan
sebelum dikalikan faktor reduksi kekuatan Ø.
 Jika berupa momen, maka kuat nominal dimaksud adalah momen nominal
(Mn)

 Jika berupa gaya tekan, kuat nominal dimaksud adalah kuat tekan nominal
(Pn)

 Jika berupa gaya geser, kuat nominal dimaksud adalah kuat geser nominal
(Vn) Faktor reduksi kekuatan Ø menurut SNI 03-2847-2019 adalah sebagai berikut :
- Untuk momen, gaya aksial, atau kombinasi momen dan gaya aksial : 0.65-
0.90

- Geser dan torsi : 0.75

- Tumpu (bearing) : 0.65

- Zona angkur pascatarik (post-tension) : 0.85

- Beton polos : 0.60

- Angkur dalam elemen beton : 0.45-0.

12
75
Struktur beton bertulang merupakan salah satu struktur penting yang umum
digunakan dalam pembangunan gedung-gedung tinggi, bendungan, jembatan, tower,
dan masih banyak lagi. Struktur beton bertulang lebih sering digunakan dalam sebuah
pekerjaan konstruksi dibandingkan dengan jenis struktur lain karena jenis beton yang
satu ini dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem struktur, khususnya dalam
menahan gaya tarik. Perhitungan gaya luar melibatkan dasar keamanan berupa faktor
beban sehingga dapat diketahui kuat perlu (U). Sementara pada gaya dalam berupa
gaya aksial, momen lentur (Bending moment), gaya geser, dan momen puntir perlu
disertakan dasar keamanan berupa faktor reduksi sehingga diperoleh kuat rencana
yang nilainya minimal sama dengan kuat perlu. Pada umumnya, struktur beton
bertulang terdiri dari beberapa komponen antara lain : Pelat Lantai, Balok, Kolom,
Dinding, Pondasi, dan Rangka.

A. PELAT LANTAI

Pelat lantai merupakan salah satu komponen struktur konstruksi baik pada
gedung maupun jembatan dan biasanya dibangun dengan konstruksi beton bertulang.
Pelat lantai sangat dipengaruhi oleh momen lentur dan gaya geser yang terjadi. Sisi
tarik pada pelat terlentur ditahan oleh tulangan baja, sedangkan gaya geser pada pelat
lantai ditahan oleh beton yang menyusun pelat lantai itu sendiri.
Berdasarkan perilaku pelat lantai dalam menahan beban yang bekerja, pelat
lantai dibagi menjadi dua yaitu pelat satu arah (one-way slab) dan pelat dua arah (two-
way slab).
Pelat lantai merupakan suatu konstruksi yang menumpu langsung pada balok dan
atau dinding geser. Pelat lantai dirancang dapat menahanbeban mati dan beban hidup
secara bersamaan sesuai kombinasi pembebanan yang bekerja di atasnya.
Tumpuan pada pelat untuk bangunan gedung, umumnya pelat ditumpu dengan
berbagai sistem sebagai berikut:
– Monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu k
esatuan.
– Ditumpu dinding-dinding/tembok bangunan.
– Didukung oleh balok-balok baja dengan sistem komposit.
– Didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, dikenal dengan pelat
13
cendawan.

B. PELAT TANGGA
Tangga adalah elemen dalam bangunan yang menghubungkan satu lantai dengan
lantai di atasnya. tangga dengan struktur pendukung berupa pelat (biasanya berupa
pelat beton bertulang), di atas pelat tangga yang miring terdapat anak tangga.

Semua tangga direncanakan dengan menggunakan tipe K dengan pelat miring


sebagai ibu tangga.

2x optrede + antrede = 61 cm s/d 65 cm

Keterangan :

- Optrede : langkah tegak

- Antrede : langkah datar

- Sudut tangga (α) = arc tan (x/y)

- Jumlah anterde = A

- Jumlah optred = O = A + 1

Analisa gaya yang bekerja pada tangga dengan menggunakan program RSAP
sedangkan desain struktur sama dengan desain pelat dan balok sekunder.

C. BALOK

Balok adalah elemen struktur yang menahan beban lentur dan menyalurkan
beban -beban dari slab lantai ke kolom penyangga yang vertikal. Pada umumnya
elemen balok dicor secara monolit dengan slab dan secara struktural ditulangi di
bagian bawah atau di bagian atas. Balok juga berfungsi sebagai pengekang dari
struktur kolom. Pada balok berlaku pula panjang bentang teoritis harus dianggap sama
dengan bentang bersih L ditambah dengan setengah panjang perletakan yang telah
ditetapkan.

Berdasarkan penulangannya, balok dibagi menjadi dua yaitu balok bertulangan


tunggal dan balok bertulangan rangkap. Balok bertulangan tunggal yaitu balok yang

14
memiliki tulangan yang terpasang pada daerah tariknya saja, sedangkan balok
bertulangan ganda yaitu balok yang memiliki tulangan yang terpasang pada daerah
tarik dan daerah tekan.

D. KOLOM

Kolom adalah elemen vertical dari rangka structural yang memikul beban dari
balok. Kolong sangat berperan penting dalam bangunan untuk menjaga agar bangunan
tidak roboh.

Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban
lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom bersifat kaku, bagian struktur yang bersifat ramping, dirancang untuk
menopang beban tekan aksial (Cing, 2003: 47).

E. PONDASI

Pondasi adalah suatu bagian dalam bangunan yang bertugas untuk meneruskan
beban yang ada pada bangunan ke dalam lapisan tanah yang cukup kuat.

Pondasi memiliki beberapa jenis diantaranya pondasi dangkal dan pondasi


dalam. Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung
sedangkan pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah
keras atau batuan yang terletak relative jauh dari permukaan.

15
BAB II
ANALISI STRUKTUR

2.1 Preliminary Desain


Dalam perencanaan struktur harus sesuai dengan peraturan yang sedang berlaku
dan standar spesifikasi teknis. Peraturan yang digunakan adalah SNI 2847:2019.
Dalam tahap ini akan di lakukan preliminary desain untuk struktur balok, pelat lantai,
dan kolom.
a. Mutu Bahan
1) Mutu Beton (fc’) = 25 MPa
2) Mutu Baja (fy) = 420 Mpa
3) Mutu Tulangan Utama = BJTS 420 Mpa
4) Mutu Tulangan Sengkang = BJTP 280 MPa

2.1.1 Balok
Dalam SNI 2487:2019 tercantum persyaratan balok sebagai berikut :

KONDISI PERLETAKAN MINIMUM lt


Perletakan Sederhana l/16
Menerus Satu Sisi l/18,5
Menerus Dua Sisi l/21
Kantilever l/8

Tabel 2.1 Tinggi Minimum Balok Prategang

16
Balok dengan mutu baja (fy) > 420 MPa maka persamaan tersebut harus
dikalikan dengan (0,4 + fy/700)

Untuk struktur gedung perkuliahan yang direncanakan dimensi balok dapat


dihitung dengan cara sebagai berikut :
- Bentang Arah x = 5,5 m = 550 cm
- Bentang Arah y = 5 m = 500 cm
- Mutu Tulangan Utama = BJTS 420 MPa

a. Balok Induk Melintang L = 550 cm


Kondisi perletakan menerus satu sisi, (h) = L/18,5
= 550/18,5
= 29.72 = 30 cm

b. Balok Induk Memanjang L = 500 cm


Kondisi Perletakan menerus satu sisi, (h) = L/18,5
= 500/18,5
= 27.027 = 28 cm

c. Lebar Balok (b)


b = h/2
= 30/2
= 15 cm

Maka, dimensi balok yang digunakan adalah 15/30.

17
Gambar 2.1 Denah Balok

2.1.2 Perencanaan Dimensi Plat Lantai

Gambar 2.2 Denah Pelat


Lantai
Sesuai dengan gambar denah plat lantai di atas, perhitungan preliminary desain
pelat lantai perlu dilakukan dengan system perhitungan pelat terlebih dahulu.
a. Meninjau Struktur Plat
L/W ≤ 2
550/500 ≤ 2
1,1 ≤ 2…………..(OK)

b. Ketebalan Minimum Pelat


Menghitung ketebalan minimum pelat dua arah untuk mencegah terjadinya
lendutan berlebih sesaui dengan SNI 287:2019. Ketebalan pelat dapat ditentukan
menggunakan rumus empiris sebagai berikut :

18
Nilai h Minimum dapat diperoleh apabila nilai αfm sudah diketahui, sehingga
perlu dihitung terlebih dahulu, dengan mencari nilai Ib, Is, dan αf.

Asumsi awal tebal pelat (hf) 120 mm


- bw + 2hb = 140 + 2(280 – 120) = 460 mm
- bw + 8hf = 140 + 8(120) = 1100 mm
maka, be (terkecil) = 460 mm
c. Tentukan titik berat penampang dengan mengambil statis momen terhadap sisi atas
sayap :
- Luas Bagian Sayap = 120 x 460 = 55.200 mm4
- Luas Bagian Badan = 140 x 160 = 22.400 mm4
- Luas Total = 77.600 mm4

55.200 ( 60 ) +22.400(80+ 120)


d. y= = 100.412 mm
77.600

e. Ib = ¿
¿

= 283163877,6 mm4

f. Momen Inersia plat arah panjang


1
II= [ 12 ]
x 5500 x 1203 =792.000.000 mm 4

Elb 283.163.877,6
α fl = = =0,357
Els 792.000.000

g. Momen Inersia plat arah pendek


1
I s= [ 12 ]
x 5000 x 1203 =720.000 .000 mm4

19
Elb 283.163.877,6
α fs = = =0,393
Els 720.000.000
h. Nilai αfm diperoleh dari rata-rata α fl dan α fs
0,357−0,393
αfm = =0,375
2
5500−500
β = =1,1
5000−500

i. Karena 0,2 ˂ αfm ˂ 2,0, maka nilai hmin dicari dengan menggunakan persamaan :
fy 420
ln( 0,8+ ) (5500−500)(0,8+ )
1400 1400
h= = =148,75 mm ˃125
36 +5 β(afm−0,2) 36+5 (1,1)( 0,375−0,2)

Gunakan tebal pelat 150 mm = 15 cm

2.1.3 Perencanaan Dimensi Kolom

Rumus pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi kolom :

Pu
Ag≥
0,2 fc '

Dengan keterangan :

Ag = Luas Penampang Kolom

Pu = Beban yang diterima kolom

Fc’ = Kuat tekan beton

20
Dengan syarat rasio dimensi b/h > 0,4.

Gambar 2.5 Kolom

2.1.3.1 Dimensi kolom interior (K1)


Berikut adalah perhitungan dimensi sementara untuk kolom interior
dan eksterior pada bangunan ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.5 Denah Kolom

a. Akibat Beban Mati


 Pelat = 0,15 x 5,5 x 5 x 24 x 4 = 396 kN
 Balok Induk = 0,3 x 0,15 x (5+5,5) x 24 x 4 = 45,36 kN

21
 Kolom = 0,6 x 0,6 x 16 x 24 = 138,24 kN
 Total DL = 396 + 45,36 + 138,24 = 579,6 kN
b. Akibat Beban Hidup
 LL = 5,5 x 5 x 1,92 x 4 = 211,2 kN
c. Total Pu
 Pu = 1,2 DL + 1,6 LL
= (1,2 x 579,6) + (1,6 x 211,2) = 1.033,44 kN
d. Diasumsikan Penampang Kolom b = h dengan fc’ = 25MPa
Pu
 Ag =
0,2 fc '
1.033,44
= = 206.688 mm²
0,2 x 0,025
 b=h = √ Ag
= √ 206.688
= 454,63 mm
e. Kesimpulan
Jadi digunakan dimensi kolom interior 50x50 cm

2.1.3.2 Kolom Eksterior (K2)


a. Akibat Beban Mati
 Pelat = 0,15 x 2,75 x 5 x 24 x 4 = 198 kN
 Balok = 0,3 x 0,15 x (2,5+5,5) x 24 x 4 = 34,56 kN
 Kolom = 0,6 x 0,6 x 16 x 24 = 138,24 kN
 Total DL = 198 + 34,56 + 138,24 = 404,8 kN
b. Akibat Beban Hidup
 LL = 5 x 2,75 x 1,92 x 4 = 105,6 kN
c. Total Pu
 Pu = 1,2 DL + 1,6 LL
= (1,2 x 404,8) + (1,6 x 105,6) = 654,72 kN
d. Diasumsikan Penampang Kolom b=h
Pu
 Ag =
0,2 fc '

654,72
=
0,2 x 0,025

22
= 130.943,38 mm²

 b=h = √ Ag
= √ 130.943,38
= 361,86 mm
e. Kesimpulan
Jadi digunakan dimensi 40x40 cm

2.1.3.1 DIMENSI ELEMEN STRUKTUR


Setelah melalui proses preliminary desain diperoleh ukuran atau dimensi
dari penampang balok, pelat lantai, dan kolom yang akan digunakan dalam
perencanaan gedung perkuliahan ini. Berikut data perencenaan :

1. BALOK = 15/30

2. PELAT = 15

3. KOLOM INTERIOR = 50/50

4. KOLOM EKSTERIOR = 40/40

2.2 Pembebanan Struktur

2.2.1 BEBAN MATI (DL)

Tinggi
JENIS BEBAN BERA BEBAN MATI
KOMPONEN GEDUNG unit(CM
MATI T (KN/M2)
)
DL1 (Selfwight) Berat yang dihitung otomatis oleh aplikasi (RSAP)

DL 2 Plat lantai spesi 0.21 5 1.05


satu(Beban
Merata) keramik 0.24 1 0.24

TOTAL 1.29
spesi 0.21 5 1.05
DL2 Plat Lantai keramik 0.24 1 0.24
Dua (Beban
Merata) Gypsum+Penggantung 0.18 0.18
MEP 0.2 0.2
TOTAL 1.67

23
spesi 0.21 5 1.05
DL 2 Plat lantai keramik 0.24 1 0.24
Tiga(Beban
Merata) Gypsum+penggantung 0.18 0.18
Mep 0.2 0.2
TOTAL 1.67
Dinding Kaca 1 (Meter) 0.3 4.2 1.26
Total Dinding 1 1.26
DL2 pelat balok
Dinding pasangan bata merah 1/2 2.5 4.2 10.5
(Beban Garis)
Spesi 0.21 2 0.42
Total Dinding 2 10.92

Tabel 2.1 Distribusi Beban Mati

2.2.2 Beban Hidup (LL)


Beban hidup yang direncanakan pada bangunan ini mengikuti fungsi bangun
an serta fungsi masing – masing ruang, untuk besaran beban hidup sendiri menga
cu pada SNI 1727-2020.

a. Beban Hidup Lantai 1

Pada bangunan lantai 1 didapat fasilitas yang dapat digunakan untuk penggun
a gedung baik mahasiswa, dosen atau karyawan. Diantaranya 2 Ruang Bengkel, 2
Ruang Laboratorium, Ruang Himpunan, Toilet, ATM Center, food court, dan Gu
dang Peralatan.

No Fungsi Merata (kN/m²) Terpusat (kN)


1 Hall (4,79)
2 ATM Center (1,92)
3 Foodcourt (4,79)
4 Ruang Himpunan (4,79)
5 Toilet Pria (1,92) (4,45)
6 Toilet Wanita (1,92) (4,45)
7 Gudang (6,00)
9 Tangga Darurat (1,33)

24
TABEL 2.2 Distribusi Beban Hidup Lantai 1

b. Beban Hidup Lantai 2

Untuk lantai 2 pada bangunan ini sudah di fungsikan sebagai kegiatan perkuli
ahan dimana pada lantai 2 terdapat 6 Ruang Kelas, Gudang Peralatan, Toilet, dan
Ruang Akademik.

No Fungsi Merata (kN/m²) Terpusat (kN)


1 Ruang Akademik (4,79)
4 Ruang Kelas (1,92)
5 Gudang (6,00)
6 Toilet Pria (1,92) (4,45)
7 Toilet Wanita (1,92) (4,45)
8 Koridor (3,83)

TABEL 2.3 Distribusi Beban Hidup Lantai 2

c. Beban Hidup Lantai 3

Pada lantai 3 hampir sama dengan lantai 2 dimana sama – sama difungsikan
sebagai kegiatan perkuliahan. Di lantai ini terdapat 6 Ruang Kelas, Koperasi,
Toilet, dan Perpustakaan.

No Fungsi Merata (kN/m²) Terpusat (kN)


1 Perpustakaan (2,87)
2 Ruang Kelas (1,92)
3 Toilet Pria (1,92) (4,45)
4 Toilet Wanita (1,92) (4,45)
5 Koridor (3,83)
6 Koperasi (4,79)

25
TABEL 2.4 Distribusi Beban Hidup Lantai 3

d. Beban Hidup Lantai 4

Lantai 4 sebagai lantai paling atas pada gedung perkulihan digunakan


untuk tempat Auditorium, Ruang Sekretaris Jurusan, Ruang Ketua Jurusan,
Ruang Dosen, pantry, Ruang TU, dan Ruang Arsip.

No Fungsi Merata (kN/m²) Terpusat (kN)


1 Auditorium (2,87)
5 Ruang Sekjur (1,92)
6 Ruang Kajur (1,92)
7 Ruang Dosen (1,92)
8 Koridor (3,83)
9 Ruang TU (1,92)
10 Ruang Arsip (1,92)
11 Pantry (4,79)

TABEL 2.5 Distribusi Beban Hidup Lantai 4

e. Beban Hidup Atap

No Fungsi Merata (kN/m²) Terpusat (kN)


1 Atap Datar (0,96)

TABEL 2.6 Distribusi Beban Atap


2.2.2.1 Reduksi Beban Hidup
Diperoleh nilai KLL sebagai berikut :
 Luas Trbutari (AT) = 5,5 x 5 = 27,5
 KLL =2
4,57
 Beban Hidup tereduksi = L=Lo [0,25+ ]
√ K ¿ AT

26
4,57
[
L=Lo 0,25+
√55 ]=0,87

a. Reduksi Beban Hidup Merata Pada Lantai 1

NO Fungsi Merata (kN/m²) Terpusat L


(kN) (kN/m²)
Lo
1 Hall (4,79) (4,29)
2 ATM Center (1,92) (1,72)
3 Foodcourt (4,79) (4,29)
4 Ruang Himpunan (4,79) (4,29)
5 Toilet Pria (1,92) (4,45) (5,71)
6 Toilet Wanita (1,92) (4,45) (5,71)
7 Gudang (6,00) (5,38)
8 Tangga (1,33) (1,19)

TABEL 2.7 Reduksi beban hidup merata lantai 1

b. Reduksi Beban Hidup Merata Pada Lantai 2

NO Fungsi Merata (kN/m²) Terpusat L


(kN) (kN/m²)
Lo
1 Ruang Akademik (4,79) (4,29)
2 Ruang Kelas (1,92) (1,72)
3 Gudang (6,00) (5,38)
4 Toilet Pria (1,92) (4,45) (5,71)
5 Toilet Wanita (1,92)
(4,45) (5,71)
6 Koridor (3,83) (3,43)

TABEL 2.8 Reduksi beban hidup merata lantai 2

c. Reduksi Beban Hidup Merata Pada Lantai 3

NO Fungsi Merata (kN/m²) Terpusat L


(kN) (kN/m²)
Lo
1 Ruang Akademik (4,79) (4,29)
2 Ruang Kelas (1,92) (1,72)

27
3 Gudang (6,00) (5,38)
4 Toilet Pria (1,92) (4,45) (5,71)
5 Toilet Wanita (1,92)
(4,45) (5,71)
6 Koridor (3,83) (3,43)

TABEL 2.9 Reduksi beban hidup merata lantai 3


d. Reduksi Beban Hidup Merata Pada Lantai 4

NO Fungsi Merata (kN/m²) Terpusat L


(kN) (kN/m²)
Lo
1 Auditorium (2,87) (2,57)
2 Ruang Sekjur (1,92) (1,72)
3 Ruang Kaju (1,92) (1,72)
4 Ruang Dosen (1,92) (1,72)
5 Koridor (3,83) (3,43)
6 Ruang TU (1,92) (1,72)
7 Ruang Arsip (1,92) (1,72)
8 Pantry (4,79) (4,29)

TABEL 2.10 Reduksi beban hidup merata lantai 4

e. Beban Hidup Atap Tereduksi

Terpusat
Merata (kN/m²) L
NO Fungsi (kN)
(kN/m²)
Lo
1 Atap Datar (0,96) (0,86)
TABEL 2.11 Reduksi beban hidup atap

F = 0 ( atap datar)
AT = 5,5 x 5 = 27,5 m²
R1 = 1,2 – 0,011AT(18,58 m² < AT< 55,74 m²)
= 0,897
R2 =F≤4
=1
LR = Lo x R1x R2

28
= 0,96 x 0,897 x 1
= 0,861 kN/m²

2.2.3 Beban Air Hujan

 Rencana maksimum genangan air = 50 mm


 Beban hidup air hujan pada atap = R = 0,0098 (ds + dh)
 R = 0,0098 (ds + dh)
= 0,0098 (50)
= 0,49 kN/m²

Karena beban air hujan lebih kecil dari beban hidup atap (R < Lr), maka beban
yang digunakan pada atap adalah beban hidup (Lr) = 0,861 kN/m2
2.2.4 Beban Angin

Beban angin minumim menurut SNI 1727-2020, pembebanan angin desain


minimum untuk gedung yang tertutup maupun tertutup sebagian tidak boleh lebih
kecil dari 0,77 kN/m².
WL = Luas dinding x Desain aingin minimum
WL = Tinggi bangunan x Lebar bangunan x Desain angin

WL = 16,8 x 30 x 0,77
WL = 388.08Kn

2.2.5 Beban Gempa

Perencanaan beban hidup gempa gedung perkuliahan ini adalah sebagai berikut :

 Lokasi Bangunan : Malang


 Kondisi Tanah : Tanah Keras
 Fungsi Bangunan : Gedung Kuliah
 Sistem Struktur : Struktur Rangka Pemikul Momen
 Tingi Total Bangunan : 16,8m
 Mutu Beton : 25 MPa
 Mutu Baja BJTS : 420 MPa

Perencanaan beban gempa mengacu pada SNI 1726-2019, adapun urutan


perencanaan sebagai berikut :

29
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko

Gedung dan nongedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa


manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk, antara lain :

I
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan
- Fasilitas penyimpanan
- Gudang Penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya

Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam


kategori risiko I, II, III, IV, termasuk, tapi tidak dibatas untuk :
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
II
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik

30
Gedung dan nongedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatas
untuk :
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo

Gedung dan nongedung tidak termasuk kedalam kategori risiko


IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi
yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan III
masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tetapi
tidak dibatasi untuk :
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat Telekomunikasi

Gedung dan nongedung yang tidak termasuk dalam kategori


risiko IV,( termasuk, tapi tidak dibatasi untuk fasilitas
manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunanan
atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia
berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak)
yang mengandung bahan beracun atau peledak dimana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh
instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.

31
Gedung dan nongedung tang dikategorikan sebagai fasilitas yang
penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah ibadah
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans dan kantor polisi serta
garansi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, tsunami, angin badai IV

dan untuk tanggap darurat


- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas
lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun
listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau
struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam
kebakaran) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan
darurat.
Gedung dan nongedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan
fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko
IV.

Tabel 2.12 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Nongedung untuk Beban Gempa

Kategori Risiko Faktor Keutamaan Gempa, Ie


I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50

Tabel 2.13 Faktor Keutamaan Gempa

32
Faktor keutamaan gempa menurut kagetori resiko struktur IV adalah 1.5

2.2.6 Klasifikasi Situs

2.2.7 Menentukan Parameter Struktur

Pada periode pendek (0.2 detik) dan periode pamjang (1.0 detik)

Parameter spektrum respons percepatan pada periode pendek (Ss) dan (S1)

33
Pada aplikasi didapatkan nilai Ss = 0,8798 dan S1= 0,4101 Parameter
Percepatan Spektral Desain.

Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum yang


Kelas
dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) terpetakan pada
Situs
periode pendek, T = 0,2 detik, Ss.
Ss ≤ 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss = 1,25 Ss ≥ 1,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
SC 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0 1,0
SE 2,4 1,7 1,3 1,1 0,9 0,8
SF Ssa

Tabel 2.14 Koefisien Situs, Fa

Koefision situs pada periode 0.2, fa= 1,2

Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum yang


Kelas
dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) terpetakan pada
Situs
periode 1,0 detik, S1.
S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 = 0,5 S1 ≥ 0,6
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SC 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,4
SD 2,4 2,2 2,0 1,9 1,8 1,7
SE 4,2 3,3 2,8 2,4 2,2 2,0
SF Ssa

Tabel 2.15 Koefisien Situs, Fv

34
 Koefisien situs pada periode 1.0, fv= 1,5
 SMS = Fa.SS

= 1,2 x 0.879

= 1,056

 SM1 = FV.S1

= 1,5 x 0.410

= 0.615

 SDS = 2/3.SMS

= 2/3 x 1,056

= 0.704

 SD1 = 2/3.SM1

= 2/3 x 0.615

= 0.41

2.2.8 Periode fundamental

SD 1
T0 = 0.2
SDS

0.41
= 0.2 X
0.7 0

= 0.117

SD 1
TS =
SDS
0.41
=
0.7 04
= 0.583

35
2.2.9 Periode Fundamental Pendekatan

Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen dimana raangka
memikul 100% gaya seismik yang disyaratkan
dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan
komponen yang lebih kaku dan akan mencegah
rangka dari defleksi jika dikenal gaya gempa :
 Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8

 Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9

Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75


Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap 0,0731 0,75
tekuk
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75

Tabel 2.16 Nilai Periode Parameter Pendekatan, Ct dan X

Ta = Ct.h n x

= 0.0466 x 16.80.9
= 0.5904
Gambar Respons Spektrum
Pada Perioda T<T0,Maka Spektrum Respons Desain (Sa)
T
Sa =SDS x (0.4+0.6 )
T0
0
= 0.704 x (0.4+0.6 )
0.117
= 0.2816
Pada periode T0 ≤ T ≤ Ts,maka Spektrum Respons Desain (Sa) =SDS
Sa = SDS
0.2816 = 0.704
Pada Periode Ts < T,maka Spektrum Respons Desain (Sa) =SD1/Ta
Sa = SD1/Ta

36
= 0.41/0.5904
= 0.694

Grafik 2.1 Kurva respons spektrum desain


Kagetori Desain Seismik,KDS
SDS = 0.704
SD1 = 0.41

Kategori Risiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,50 C D
0,50 ≤ SDS D D

Tabel 2.17 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter R


espons Percepatan Periode Pendek

37
Kategori Risiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
SD1 < 0,067 A A
0,067 ≤ SD1 < 0,133 B C
0,133 ≤ SD1 < 0,20 C D
0,20 ≤ SD1 D D

Tabel 2.18 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter R


espons Percepatan Periode 1 detik
Berdasarkan Tabel 8,KDS =D
Berdasarkan Tabel 9,KD1 =D

Batasan Sistem Struktur da


n Batasan Tinggi Struktur,
ha

(m)d

Kategori Desain
Sistem Pemikul Gaya Seismik Ra Ω0b Cdc
Seismik
B C De Ee Ff
c. Sistem rangka pemikul momen
1. Rangka baja pemikul momen 8 3 5½ TB TB TB TB TB
khusus
2. Rangka batang baja pemikul 7 3 5½ TB TB 48 30 TI
momen khusus
3. Rangka baja pemikul momen 4½ 3 4 TB TB 10I TIK TIK
menengah
4. Rangka baja pemikul momen 3½ 3 3 TB TB TII TII TII
biasa
5. Rangka beton bertulang 8 3 5½ TB TB TB TB TB

38
pemikul momen khususm

6. Rangka beton bertulang 5 3 4½ TB TB TI TI TI


Pemikul momen menengah
7. Rangka beton bertulang 3 3 2½ TB TI TI TI TI
pemikul momen biasa
8. Rangka baja dan beton
komposit pemikul momen khusus 8 3 5½ TB TB TB TB TB

9. Rangka baja dan beton komposit p


emikul momen
5 3 4½ TB TB TI TI TI
menengah

10. Rangka baja dan beton


komposit terkekang parsial pemikul 6 3 5½ 48 48 30 TI TI
momen

11. Rangka baja dan beton


komposit pemikul momen biasa 3 3 2½ TB TI TI TI TI

12. Rangka baja canai dingin pemikul


momen khusus
3½ 30 3½ 10 10 10 10 10
n
dengan pembautan

Tabel 2.19 Faktor R, Cu dan Cb untuk Sistem Pemikul Gaya S


eismik (lanjutan)

Koefisien modifikasi Respons,R= 8,


Koefisien Respons Seismic,Cs
Karena T0<Ta= 0.16<Ts Maka
Cs = SDS/(R/Ie)
= 0.704/(8/1.50)
= 0.13
Cs Max =SD1/Ta (R/Ie)

39
= 0.41/0,5904/(8/1.5)
= 0.13
Cs Min =0.044.SDS.Ie
= 0.044 x 0.70 x 1.5
= 0.46
Maka,CS Terpakai = 0.13
2.2.10 Analisis Struktur
Beban Struktur (Wt)
Beban Mati (Story 1-4)
 Pelat = 0.15 x 33 x 25 x 24 = 2970 kn/M3
 Balok = 0,15 x 0,30 x ((33 x 6) + (25 x 7)) x 24 = 402,84 kN/m3
 Kolom 1 = 0,50 x 0,50 x 4,2 x 20 x 24 = 504,00 kN/m3
 Kolom 2 = 0,40 x 0,40 x 4,2 x 22 x 24 = 354,82 kN/m3
 Total = 2970 + 402,84 + 504,00 + 354,82 = 4231,66 kN/m3

Beban Mati Tambahan (Story 1-4)

 DL2 Pelat Base = 0,77 x 33 x 25 = 635,25 kN


 DL2 Pelat Lantai = 1,132 x 33 x 25 = 933,900 kN
 DL2 Pada Balok = 14,292 x 0,30 x 0,15 x ((33 x 6) + (25 x 7))

= 239,89 kN
 Total = 1809,04 kN
 DL2 Pelat Atap = 0,432 x 33 x 25 = 356,400 kN

Beban Hidup

A. Story 2

NO Fungsi Beban Luas Total


(kN/m²) (kN/m²) (kN)
1 Ruang Akademik 4,29 55,000 235,950
4 Ruang Kelas 1,72 330,000 516,000
5 5,38 27,500 147,95
Gudang
6 Toilet Pria 5,71 13,750 78,513
7 Toilet Wanita 5,71 13,750 78,513

40
8 Koridor 3,43 316,250 1036,718
Total 2141,666

B. Story 3

NO Fungsi Beban Luas Total


(kN/m²) (kN/m²) (kN)
1 Perpustakaan 4,29 55,000 235,950
2 Ruang Kelas 1,72 330,000 516,000
3 5,38 27,500 147,95
Koperasi
4 Toilet Pria 5,71 13,750 78,513
5 Toilet Wanita 5,71 13,750 78,513
6 Koridor 3,43 316,250 1084,74
Total 2141,666

C. Story 4

NO Fungsi Beban Luas Total


(kN/m²) (kN/m²) (kN)
1 Auditorium 2,57 165,000 424,050
4 Ruang Sekjur 1,72 27,500 47,300
5 Ruang Kajur 1,72 27,500 47,300
6 Ruang Dosen 1,72 110,000 189,200
7 Koridor 3,43 233,75 801,76
8 Ruang Admin 1,72 27,500 47,300
9 Ruang Arsip 1,72 27,500 47,300
11 Pantry 4,29 27,500 117,975
Total 1722,185

A. Roof

Luas Total
Beban (kN/m²)
NO Fungsi (kN/m²) (kN)
1 Atap Datar 0,96 825 792,000

41
2.2.11 TOTAL NILAI WT

Berat Sendiri Beban Mati Beban Mati Total Beban Hidup 25% Beban
Story (DL1), kN (DL2), kN (DL), kN (LL), kN Hidup, kN Total Wt, kN
1 4231,66 1809,04 6130,7 2141,666 428,333 6559,033
2 4231,66 1809,04 6130,7 2141,666 428,333 6559,033
3 4231,66 1809,04 6130,7 1722,185 344,437 6475,137
4 4231,66 356,400 4588,06 792,000 158,400 4746,46
Total 24339.663

Tabel 2.19 Beban Gempa Setiap lantai


Jadi Gaya Dasar Seismik, V = Cs x WT

= 0.13 x 24339,663

= 3164,15619

Wi = DL + Tinggi Gaya
Story 25%LL Tingkat Wi. Hi^k Tingkat Fix (kN) Fiy (kN)
(kN) (hi, m) (Fi, kN)
4 4746.46 16.8 90535.317 1053.213 191.493 210.643
3 6475.137 12.6 91439.992 1063.737 193.407 212.747
2 6559.033 8.4 60633.365 705.358 128.247 141.072
1 6559.033 4.2 29385.652 341.848 62.154 68.370
TOTAL 24339.663 271994.325 3164.156 575.301 632.831

Tabel 2.19 Beban Gempa Setiap lantai

K = (0,5.Ta) + 0,75
K = (0,5.0,5904) + 0,75
K = 1,045

Total Fi harus sama dengan V = Fi (3164,156 kN) = V (3164,156 kN) Total Wt harus sa
ma dengan Effective Seismic Weight (W)

2.3 Beban Kombinasi

42
Kombinasi beban mengacu pada SNI 2847-2019 Persyaratan Beton Struktural
Untuk Bangunan Gedung. Beban kombinasi tersebut dimasukkan ke dalam software
aplikasi RSAP 2019.
Beban
No. Kombinasi Beban
Utama
1 U = 1,4 DL D
2 U = 1,2DL+1,6L+0,5(Lr atau R) L
3 U = 1,2DL+1,6(Lr atau R)+(1,0 LL atau 0,5W) Lr atau R
4 U = 1,2DL+1,0WL+1,0 LL+ 0,5(Lr atau R W

5 U = 1,2DL+1,0E+1,0LL E
6 U = 0,9DL+1,0WL W
7 U = 0,9DL+1,0E E

Tabel 2.27 Beban Kombinasi


2.4 Pembebanan Kombinasi Beban

Akibat Beban Lateral

E = Eh + Ev
= ρ . QE ± 0,2 . SDS . DL

S
DS
=0.704

KDS bangunan =D

maka ρ = 1,3

E = 1,3 Fi ± 0,2 . 0,704 . DL


= 1,3 Fi ± 0,1408 DL

U6 = 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 (1,3 Fix + 0,1408 DL) + 0,3 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 1,383 DL + 1,0 LL + 1,3 Fix + 0,39 Fiy

U7 = 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 (1,3 Fix + 0,1408 DL) - 0,3 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 1,2986 DL + 1,0 LL + 1,3 Fix - 0,39 Fiy

U8 = 1,2 DL + 1,0 LL - 1,0 (1,3 Fix + 0,1408 DL) + 0,3 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

43
= 1,1014 DL + 1,0 LL - 1,3 Fix + 0,39 Fiy

U9 = 1,2 DL + 1,0 LL - 1,0 (1,3 Fix + 0,1408DL) - 0,3 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 1,017 DL + 1,0 LL - 1,3 Fix - 0,39 Fiy

U10 = 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 (1,3 Fix - 0,1408 DL) + 0,3 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 1,017 DL + 1,0 LL + 1,3 Fix + 0,39 Fiy

U11 = 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 (1,3 Fix - 0,1408 DL) - 0,3 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 1,1014 DL + 1,0 LL + 1,3 Fix - 0,39 Fiy

U12 = 1,2 DL + 1,0 LL - 1,0 (1,3 Fix - 0,1408 DL) + 0,3 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 1,2986 DL + 1,0 LL - 1,3 Fix + 0,39 Fiy

U13 = 1,2 DL + 1,0 LL - 1,0 (1,3 Fix - 0,1408 DL) - 0,3 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 1,383 DL + 1,0 LL - 1,3 Fix - 0,39 Fiy

U14 = 1,2 DL + 1,0 LL + 0,3 (1,3 Fix + 0,1408 DL) + 1,0 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 1,383 DL + 1,0 LL + 0,39 Fix + 1,3 Fiy

U15 = 1,2 DL + 1,0 LL + 0,3 (1,3 Fix + 0,1408 DL) – 1,0 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 1,1014 DL + 1,0 LL + 0,39 Fix - 1,3 Fiy

U16 = 1,2 DL + 1,0 LL - 0,3 (1,3 Fix + 0,1408 DL) + 1,0 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 1,2986 DL + 1,0 LL - 0,39 Fix + 1,3 Fiy

U17 = 1,2 DL + 1,0 LL - 0,3 (1,3 Fix + 0,1408 DL) – 1,0 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 1,017 DL + 1,0 LL - 0,39 Fix - 1,3 Fiy

U18 = 1,2 DL + 1,0 LL + 0,3 (1,3 Fix - 0,1408 DL) + 1,0 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 1,017 DL + 1,0 LL + 0,39 Fix + 1,3 Fiy

U19 = 1,2 DL + 1,0 LL + 0,3 (1,3 Fix - 0,1408 DL) – 1,0 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 1,2986 DL + 1,0 LL + 0,39 Fix - 1,3 Fiy

44
U20 = 1,2 DL + 1,0 LL - 0,3 (1,3 Fix - 0,1408 DL) + 1,0 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 1,1014 DL + 1,0 LL - 0,39 Fix + 1,3 Fiy

U21 = 1,2 DL + 1,0 LL - 0,3 (1,3 Fix - 0,1408 DL) – 1,0 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 1,383 DL + 1,0 LL - 0,39 Fix - 1,3 Fiy

U18 = 1,2 DL + 1,0 LL + 0,3 (1,3 Fix - 0,1408 DL) + 1,0 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 1,017 DL + 1,0 LL + 0,39 Fix + 1,3 Fiy

U19 = 1,2 DL + 1,0 LL + 0,3 (1,3 Fix - 0,1408 DL) – 1,0 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 1,2986 DL + 1,0 LL + 0,39 Fix - 1,3 Fiy

U20 = 1,2 DL + 1,0 LL - 0,3 (1,3 Fix - 0,1408 DL) + 1,0 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 1,1014 DL + 1,0 LL - 0,39 Fix + 1,3 Fiy

U21 = 1,2 DL + 1,0 LL - 0,3 (1,3 Fix - 0,1408 DL) – 1,0 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 1,383 DL + 1,0 LL - 0,39 Fix - 1,3 Fiy

U26 = 0,9 DL + 1,0 (1,3 Fix - 0,1408 DL) + 0,3 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 0,717 DL + 1,3 Fix + 0,39 Fiy

U27 = 0,9 DL + 1,0 (1,3 Fix - 0,1408 DL) - 0,3 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 0,8014 DL + 1,3 Fix - 0,39 Fiy

U28 = 0,9 DL - 1,0 (1,3 Fix - 0,1408 DL) + 0,3 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 0,9986 DL - 1,3 Fix + 0,39 Fiy

U29 = 0,9 DL - 1,0 (1,3 Fix - 0,1408 DL) - 0,3 (1,3 Fiy - 0,1408 DL)

= 1,083 DL - 1,3 Fix - 0,39 Fiy

U30 = 0,9 DL + 0,3 (1,3 Fix + 0,1408 DL) + 1,0 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 1,083 DL + 0,39 Fix + 1,3 Fiy

U31 = 0,9 DL + 0,3 (1,3 Fix + 0,1408 DL) – 1,0 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

45
= 0,8014 DL + 0,39 Fix - 1,3 Fiy

U32 = 0,9 DL – 0,3 (1,3 Fix + 0,1408 DL) + 1,0 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 0,9986 DL - 0,39 Fix + 1,3 Fiy

U33 = 0,9 DL – 0,3 (1,3 Fix + 0,1408 DL) – 1,0 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 0,717 DL - 0,39 Fix - 1,3 Fiy

U30 = 0,9 DL + 0,3 (1,3 Fix + 0,1408 DL) + 1,0 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 1,083 DL + 0,39 Fix + 1,3 Fiy

U31 = 0,9 DL + 0,3 (1,3 Fix + 0,1408 DL) – 1,0 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 0,8014 DL + 0,39 Fix - 1,3 Fiy

U32 = 0,9 DL – 0,3 (1,3 Fix + 0,1408 DL) + 1,0 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 0,9986 DL - 0,39 Fix + 1,3 Fiy

U33 = 0,9 DL – 0,3 (1,3 Fix + 0,1408 DL) – 1,0 (1,3 Fiy + 0,1408 DL)

= 0,717 DL - 0,39 Fix - 1,3 Fiy

46
BAB III

DESAIN ELEMEN STRUKTUR

3.1 BALOK

Gambar 3.1 Momen My pada Grid D arah sumbu x

Gambar 3.2 Momen My pada Grid D arah sumbu x pada story 1

47
Gambar 3.3 Momen Fz pada Grid D arah sumbu x pada story 1

Flow Chart perhitungan balok adalah sebagai berikut :

a. Data Perencanaan :
- Mutu beton (fc’) = 25MPa
- Mutu tulangan utama (fy) = BJTS 420MPa
- Mutu tulangan sengkang (fy)= BJTP 280 MPa
- Tebal plat = 15 cm
- 𝛾 beton bertulang = 2400 kg/m3
- 𝛾 keramik = 24 kg/m3
- 𝛾 spesi = 21 kg/m3
- Tebal keramik = 1cm
- Tebal spesi = 3 cm
- Berat plafon = 18 kg/m3
- D tulangan utama = D19
- D tulangan bagi = D13
- Tebal selimut = 2 cm
- Mmax lapangan = 54,33 kNm
- Mmax Tumpuan = 91,04 kNm
- Vu max = 75.57 kNm
- Selimut beton = 40 mm
- Dimensi balok = 20/40

3.1.1 Tulangan Lapangan

3.1.1.1 Kontrol Perilaku Balok T


a. Lebar efektif balok (be)

be = bw + 2 (8t) = 200 + 2 (8 x 150) = 2550 mm


= bw + 2 (Sw/2) = 200 + 2 (5000/2) = 5150 mm
= bw + 2(Ln/8) = 200 + 2 (5500/8) = 1575 mm
Maka diambil nilai be adalah 1575 mm

48
b. Menentukan posisi garis netral balok tekan
Diasumsikan bahwa garis netral tepat dibawah pelat atau blok tekan setinggi pelat.
d = h – selimut beton – diameter sengkang – db/2
= 400 – 40 – 13 – 19/2
= 337,5 mm
φMR = φ.0,85.fc’.be.t (d-t/2)
= 0,9.0,85.25.1575.200.(337,5 – 200/2) x 106
= 1430,789 kNm > 29,24 kNm

Dengan demikian garis netral terletak pada plat (a<t), sehingga balok berperilaku
Balok Persegi. Desain dapat dilakukan seperti penampang balok persegi.
c. Menghitung luas tulangan tarik
As,min harus lebih besar dari a) dan b), kecuali jika disediakan pada setiap
penampang sekurang-kurangnya sepertiga lebih besar dari As analisis, 9.6.1.1 dan
9.6.1.2 (pada SNI 2847:2019). Untuk balok statis tertentu dengan sayap dalam
keadaan tarik, nilai bw harus lebih kecil dari bf dan 2bw.
0,25 √ fc '
a) bw d
ft
1,4
b) b d
fy w

Luas Tulangan Tarik


Asumsikan ȹ = 0,9
0,85 x 25 x 1575
As = ¿ = 429,293
4 20
0,25. √ 25
As Min = 400.337,5
420
= 401.786 mm2
1,4
As Min = 400.337,5
420
= 450 mm2
As Max = 0,025.bw.d
= 0.025.400.337,5
= 3375

Maka As yang digunakan adalah = 429,293 mm2


Dipakai Tulangan 3D19, As = 850,586 mm2
As’ = 60% As

49
= 2D19

d. Kontrol regangan tulang tarik terkendali Tarik


Tinggi Balok Tekan
As . fy 850,586.420
a = ' =
0,85. f c . be 0.85.25 .1575
= 10.674
β1 = 0.85 – 0.05(25 – 28)/7
= 0,871
c = a/ β1
= 12,254

Regangan tulangan tarik (εt)

εt = 0.003(d-c)/c
= 0.003(337,5-12,524)/12,524
= 0,077 > 0.04…………………..(Terkontrol Tarik, OK)
Nilai faktor reduksi φ = 0,9.............(sesuai)
e. Kontrol momen kapasitas penampang
Mn = As.fy(d-1/2a)
= 850,586.420(337,5 -0,5. 10,674)10-6
= 118,664 kNm
Mu
Rasio Desain, R =
∅ Mn
54,33
=
0,9 .118,664
= 0,508 ˂ 1………OK
3.1.2 Tulangan Tumpuan Pada Balok
Kekuatan momen positif pada muka joint harus dari setengah kekuatan momen
negatif pada muka joint tersebut. Kekuatan momen negative dan positif pada
sebarang penampang di sepanjang bentang komponen struktur tidak boleh kurang
dari seperempat kekuatan momen maksimum pada muka kejua joint.
a. Luas tulangan tarik (As)
Asumsikan ∅ = 0,9
2.91.04
As = 0,85.25.200
420
= 809,575mm2

x (337,5− 337,52−
0,9
.10 6
0,85.25 .200
)

50
0,25. √ 25
As Min = 200.337,5
420
= 200,893 mm2
1,4
As Min = 200.337,5
420
= 225 mm2
As Max = 0,025.bw.d
= 0.025.200.337,5
= 1678,5 mm2
Maka As yang digunakan adalah = 809,575 mm2
Dipakai Tulangan 3D19, As = 850,586 mm2
As’ = 60% As
= 2D19
b. Kontrol regangan tulang tarik terkendali Tarik
Tinggi Balok Tekan
As . fy 850,586.420
a = ' =
0,85. f c . be 0.85 .25.200
= 84,085 mm
β1 = 0.85 – 0.05(25 – 28)/7
= 0,871
c = a/ β1
= 96,538

Regangan tulangan tarik (εt)

εt = 0.003(d-c)/c
= 0.003(337,5-96,538)/96,538
= 0,00749 > 0.004…………………..OK
Nilai faktor reduksi φ = 0,9.............(sesuai)
c. Kontrol momen kapasitas penampang
Mn = As.fy(d-1/2a)x10-6
= 850,586.420(337,5 -0,5. 84,085)x10-6
= 105,551 kNm
Mu
Rasio Desain, R =
∅ Mn
91,04
=
0,9.105,551
= 0,958 ˂ 1………OK

51
3.1.3 Tulangan Lentur Balok

Kapasitas atau kekuatan lentur balok daerah lapangan

a. Kekuatan Momen Positif


As . fy
a =
0,85. f c ' . b
850,586 . 420
=
0,85.25 .200
= 84,058 mm

Mn (+) = As . fy (d – ½ a)x10-6
= 850,586 . 420 (337,5 – ½ .84,058)x 10-6
= 105,556 kN.m

b. Kekuatan Momen Negatif (-)


As . fy
a =
0,85. f c ' . b
567,06 . 420
=
0,85.25.200
= 56,039 mm

Mn (+) = As . fy (d – ½ a)x10-6
= 567,06 . 420 (337,5 – ½ .56,039)x10-6
= 73,707 kN.m

Kapasitas atau kekuatan lentur daerah Tumpuan

a. Kekuatan Momen Positif


As . fy
a =
0,85. f c ' . b
567,058. 420
=
0,85.25.200
= 56,039 mm

52
Mn (+) = As . fy (d – ½ a)
= 567,058 . 420 (337,5 – ½ .56,039)x10-6
= 73,707 kN.m

b. Kekuatan Momen Negatif (-)


As . fy
a =
0,85. f c ' . b
850,596 . 420
=
0,85.25 .200
= 84,508 mm

Mn (+) = As . fy (d – ½ a)
= 850,596 . 420 (237,5 – ½ .74,718)
=105,556 kN.m

Rangkuman
Kekuatan momen positif pada muka joint harus dari setengah kekuatan
momen negatif pada muka joint tersebut. Kekuatan momen negative dan positif
pada sebarang penampang di sepanjang bentang komponen struktur tidak boleh
kurang dari seperempat kekuatan momen maksimum pada muka kejua joint.
Syarat kontrol tulangan lentur :
1. Minimal 2 tulangan menerus................................................(OK)
2. Asmin < As pasang < Asmax............................................................................(OK)
3. Pada muka joint (kolom)
φMn+ki ≥ ½ φMn- ki

φMn+ka ≥ ½ φMn- ka

73,707 ≥ ½ 105,556 → 74,718 ≥ 52,778.............(OK)

4. Pada sembarang tempat :


φMn+ki atau φMn- ki ≥ ¼ φMn max join
73707 ≥ ¼ 105,556 → 74,718 ≥ 26,389.................(OK)

3.1.4 Tulangan Tranversal (Sengkang)


Gaya desain – gaya geser desan Vc harus dihitung dari tinjauan gaya-gaya
pada bagian balok di antara kedua muka joint. Momen-momen dengan tanda
berlawanan yang terkait dengan kekuatan momen lentur maksimum yang mungkin

53
terjadi, Mpr harus diasumsikan bekerja pada muka-muka joint dan balok dibebani
dengan beban gravitasi tributary terfaktor di sepanjang bentangnya.
Gaya Geser
a. Menghitung Mpr pada join 3D19
As .1,25 . fy
a =
0,85. f c ' . b
850,586.1,25.420
=
0,85.25.200
= 105,072 mm
a
Mpr-ki = As . 1,25 fy (d – ¿
2
105,072
= 850,586 .1,25. 420 (337,5 - ).
2
10-6
= 127,253 kN.m
b. Menghitung Mpr pada join 2D19
As .1,25 . fy
a =
0,85. f c ' . b
567,06.1,25.420
=
0,85.25.200
= 70,048 mm
a
Mpr+ka = As . 1,25 fy (d – ¿
2
70,048
= 567,06 .1,25. 420 (337,5 - ) . 10-
2
6

= 90,167 kN.m

Gaya Geser (Vu)


+ ¿ka
Mpr Dki+ Dka
Vki = Mpr −¿ki + ln + 2 ¿ ¿
127,253+ 90,167 65,03+ 67,52
= +
5,5−0,2 2
= 107,298 kN
+ ¿ka
Mpr Dki +Dka
Vka = Mpr −¿ki + ln − 2 ¿ ¿
90,167+127,253 65,03+67,52
= −
5,5−0,2 2
= 25,252 kN

54
Gaya Geser Beton (Vc)
Tulangan transversal sepanjang daerah yang diidentifikasi dalam 18.6.4.1
(pada SNI 2847:2019) harus didesain untuk menahan geser dengan didesain untuk
menahan geser dengan mengansumsikan Vc = 0 bilamana kedua a) dan b) terpenuhi :

a) Gaya geser akibat gempa yang dihitung sesuai 18.6.5.1 (pada SNI 2847:2019) m
ewakili setidaknya setengah kekuatan geser perlu maksimum dalam bentang tersebut.
b) Gaya tekan aksial terfaktor Pu termasuk pengaruh gempa kurang dari Ag fc’/20.

Vu = φ Vc + φ Vs ; φ = 0,75

Gaya Geser Akibat Gempa

127,253+ 90,167
Ve =
5,5−0,2
= 41,023
Ve ˃ ½ Vc Max = ½ 107,298
Ve ˂ 53,649 kN sehingga Vc ≠ 0

Maka Demikian nilai Vc :


Vc = 0,17 λ √ fc' . bw . d
= 0,17 . 1,0 √25 . 20 0.3 37,5
= 57,375 kN

Periksa Kecukupan Penampang

φ (Vc + 0,66 √𝑓𝑐′ . bw . d) > Vu

= 0,75 (57,375 + 0,66 √25 . 200 . 337,5) x 10-3 > 71,295


= 167,106 kN > 107,298 kN....................................(O.K)

½ φ Vc < Vu
= ½ 0,75 . 57,375 < 107,298
= 21,516 kN < 107,298 kN.....................................(diperlukan tulangan geser)

Kebutuhan Tulangan Transversal

55
Jarak Sengkang max Balok pada SRPMK :
18.6.4.4 Sengkang pengengkang pertama harus ditempatkan tidak bebih dari 50
mm dari muka kolom penumpu. Spasi sengkang pengengkang tidak boleh melebihi
nilai terkecil dari a) hingga c) :
a) d/4
b) Enam kali diameter terkecil batang tulangan lentur utama, tidak termasuk tulanga
n longitudinal samping yang disyaratkan 9.7.2.3
c) 150 mm
18.6.4.6 Bila Sengkang pengengkang tidak diperlukan, Sengkang dengan kait
gempa pada kedua pada kedua ujungnya harus dipasang dengan spasi tidak lebih dari
d/2 sepanjang bentang balok.

Vu−∅ Vc
Vs =

107,298−0,75.57,375
=
0,75
= 85,689 kN
Dengan menggunakan Sengkang D13 (2 kaki, As = 266 mm2 ). Jarak antar Sengkang
adalah :
As . fy . d
s =
Vs
266.280. 337,5
=
85,689 x 103
= 328,119 mm

Jarak max sengkang tertutup sepanjang 2h (1200 mm) adalah naik terkecil dari
berikut: 1. d/4 = 337,5/4 = 84,375
2. 6db = 6 . 19 = 114 mm
3. 150 mm
Digunskan sengkang sepanjang 1500 mm adalah D13-100. Sedangkan bagian tengah
dipasang sengkang D13-200.

56
3.2 PELAT LANTAI
Pada dibawah ini merupakan gambar denah perencanaan pelat gedung pe
rkuliahan sebagai berikut:

Gambar 3.4 Denah Plat Lantai

3.2.1 Data Perencanaan Pelat Lantai


A. Data Perencanaan :
- Mutu beton (fc’) = 25MPa
- Mutu tulangan utama (fy) = BJTS 420MPa
- Tulangan Utama = D19
- Tebal plat = 0,15 m
- 𝛾 beton bertulang = 24 kg/m2
- 𝛾 keramik = 24 kg/m2
- 𝛾 spesi = 21 kg/m2
- Tebal keramik = 0,01 m
- Tebal spesi = 0,05 m
- Berat plafon = 18 kg/m2
- Selimut beton = 0,02 m
- Lx = 5,5 m
- Ly = 5m

3.2.2 Pembebanan Struktur Pelat Lantai


a) Beban Mati (DL)
- Berat sendiri pelat = tebal pelat x γ beton bertulang
= 0,15 m x 2400kg/m3
= 360 kg/m2

57
- Berat spesi = tebal spesi x γ spesi

= 0,05 m x 2100 kg/m3


= 105 kg/m2
- Berat keramik = tebal keramik x γ keramik

= 0,01 m x 2400 kg/m3


= 0,24 kg/m2
- Berat plafond dan penggantung = berat plafond dan penggantung / m2
= 18 kg/m2
- Total Beban Mati (DL) = 3,6 + 1,05 + 0,24 + 0,18 = 507 kg/m2
b) Beban Hidup (LL)
2
- Beban hidup lantai gedung perkuliahan = 250 kg/m
c) Beban Kombinasi
Wu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 (5,07) + 1,6 (250)
2
= 10084 kg/m

3.2.3 Menghitung Kebutuhan Tulangan


Perencanaan pelat menggunakan pelat 2 arah dengan rumus berikut:

Lx 5,5
≤2→ ≤ 2 → 1,1≤ 2 (Pelat 2 Arah)
Ly 5

a) Menentukan tinggi efektif (d)


dx = h –selimut beton – ½ D tulangan utama
= 150 – 40 – ½ . 19 = 100,5 mm
dy = h – selimut beton – D tulangan utama x – ½ D tulangan utama y
=150 – 40 – 19 – ½ . 19 =81,5 mm
a) Momen
Pada momen ini menggunakan langsung pada hasil perhitungan otomatis soft
ware di RSAP berikut hasilnya:
- Momen maksimum arah X = 8,71 kN/m
- Momen maksimum arah Y = 9,09 kN/m

58
Gambar 3.5 Momen arah X dan Y terbesar story 1

59
3.2.4 Penulangan Pelat Arah x

Mu = 8,71 kN/m = 8710000 Nmm


Mu 8710000
Mn = = = 9677777,778 Nmm
φ 0.9
Mn 9677777,778
Rn = = = 0,958
b . d2 1000.( 100.5)2
fy 420
m = = = 19,76
0.85 fc 0.85 .25
1
ρ = ¿)
m
1
= ¿)
19,76
= 0,002335
1,4 1,4
ρmin = –= – = 0.00333
fy 420
0,85 . fc 600
ρmax = 0,75 x x 0,85 x
fy (600+ fy)
0,85 .25 600
= 0,75 x x 0,85 x
420 (600+ 420)
= 0,01897

Maka digunakan nilai ρmin sebesar 0,00333


Luas tulangan utama yang diperlukan (ASperlu)
ASperlu = ρ x b x d = 0,00333 x 1000 x 100,5 = 334,665 mm2
Maka tulangan yang digunakan D19 – 300 dapat dilihat pada tabel tulangan
pelat dengan nilai As 945 mm2

60
3.2.5 Penulangan Pelat Arah y

Mu = 9,09 kN/m = 9090000 Nmm


Mu 9090000
Mn = = = 10100000 Nmm
φ 0.9
Mn 10100000
Rn = = 2 = 1,521
b . d2 1000.( 81,5)
fy 420
m = = = 19,76
0.85 fc 0.85 .25
1
ρ = ¿)
m
1
= ¿)
19,76
= 0,003761
1,4 1,4
ρmin = –= – = 0.00333
fy 420
0,85 . fc 600
ρmax = 0,75 x x 0,85 x
fy (600+ fy)
0,85 .25 600
= 0,75 x x 0,85 x
420 (600+ 420)
= 0,01897

Maka digunakan nilai ρmin sebesar 0,003761


Luas tulangan utama yang diperlukan (ASperlu)
ASperlu = ρ x b x d = 0,003761 x 1000 x 81,5 = 306,521 mm2
Maka tulangan yang digunakan D19 – 300 dapat dilihat pada tabel tulangan
pelat dengan nilai As 945 mm2.

61
3.3 KOLOM

3.3.1 Dasar Teori Mendesain Kolom SRPMK Sesuai SNI 2847:2019

Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) adalah suatu sistem struktur
yang didesain dan diberi detailing yang cukup guna menahan beban gempa bumi.
SRPMK digunakan pada daerah yang termasuk ke dalam Kategori Desain Seismic, D, E
dan F.

Tabel 3.1 Bagian pasal 18 yang harus dipenuhi dalam penerapan pada umumnya

 Syarat Dimensi Penampang (SNI 2847:2019 pasal 18.7.2.1)

a. Dimensi penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui pusat g
eometri, tidak kurang dari 300 mm.
b. Rasio dimensi penampang terkecil terhadap dimensi tegak lurusnya tidak k

62
urang dari 0,4.

 Kuat Lentur Minimum (SNI 2847:2019 pasal 18.7.3.2)

Kekuatan lentur kolom harus memenuhi :


Σ Mnc ≥ ( 1,2 ) Σ Mnb

Σ Mnc : Jumlah kekuatan lentur nominal kolom-kolom yang merangka ke


dalam joint, yang di evaluasi di muka-muka joint.
Σ Mnb : Jumlah kekuatan lentur nominal balok yang merangka ke dalam joint,
yang dievaluasi di muka-muka joint.

Gambar 3.10 Konsep Kolom Kuat – Balok Lemah

 Tulangan Lentur (SNI 2847:2019 pasal 18.7.4)

 Luas tulangan longitudinal Ast tidak boleh kurang dari 0,01Ag dan tidak
lebih dari 0,06Ag.
 Pada kolom dengan Sengkang bundar, jumlah batang tulangan longitudin
al minimum harus 6.
 Sambungan mekanis harus memenuhi 18.2.7 dan sambungan las 18.2.8.
Sambungan lewatan diizinkan hanya dalam daerah tengah tinggi kolom
dan harus didesain sebagai sambungan lewatan arik dan harus dilingkupi
tulangan transversal.

63
 Tulangan Transversal (SNI 2847:2019 pasal 18.7.5.1)

Pada daerah sendi plastis kolom, (daerah sepanjang l o dari muka hubungan
balok-kolom, di kedua ujungnya) harus disediakan tulangan transversal yang
mencakupi. Panjang l o daerah sendi kolom, diambil tidak kurang dari :
- Tinggi penampang komponen struktur pada muka hubungan balok-kolom
atau pada segmen yang memiliki potensi terjadi leleh lentur.
- 1/6 dari bentang bersih komponen struktur.
- 450 mm.
Tulangan transversal harus sesuai dengan (SNI 2847:2019 pasal 18.7.5.2)
- Tulangan transversal harus terdiri dari spiral tunggal atau spiral saling
tumpuk (overlap), sengkang pengekang bundar, atau sengkang pengekang
persegi, dengan atau tanpa ikat silang.
- Setiap tekukan ujung sengkang pengekang persegi dan ikat silang harus
mengait batang tulangan longitudinal terluar.
- Ikat silang yang berurutan harus di selang selingi ujungnya sepanjang
tulangan longitudinal dan sekeliling parimeter penampang.

Gambar 3.1.1 Contoh Penulangan Transversal Pada Kolom

Tulangan harus diatur sedmikian rupa sehingga spasi hx antara tulangan-


tulangan longitudinal di sepanjang parimeter penampang kolom yang tertumpu secarta
lateral oleh sudut sikat silang atau kaki-kaki sengkang pengekang tidak boleh melebihi
350 mm .

64
Jarak tulangan tranversal pada daerah sepanjang l o harus diambil tidak melebihi
nilai terkecil dari (SNI 284:2019 pasal 18.7.5.3)

Ketika Pu > 0,3Ag f’c atau f’c > 70 MPa pada kolom dengan Sengkang pengekang,
setiap batang atau bundle tulangan longitudinal di sekeliling inti kolom harus memiliki
tumpuan lateral yang diberikan oleh sudut dari Sengkang pengekang ataupun oleh kait
gempa, dan nilai hx tidak boleh lebih dari 200 mm.

Pu harus merupakan gaya tekan terbesar yang konsisten dengan kombinasi beban
terfaktor termasuk E. (SNI 2847:2019 pasal 18.7.5.2)

Gambar 3.1.2 Contoh Penulangan Transversal Pada Kolom

dengan Pu > 0,3Ag f’c atau f’c > 70 Mpa

Faktor kekuatan beton kf dan faktor keefektifan pengekangan kn dihitung berdasarkan


persamaan berikut: (SNI 2847:2019 18.7.5.4)

nℓ adalah jumlah batang atau bundel tulangan longitudinal di sekeliling inti kolom
dengan sengkang persegi yang ditumpu secara lateral oleh sudut dari sengkang
pengekang atau kait seismic.

65
Diluar Panjang 𝑙0 kolom harus diberi tulangan spiral atau sengkang dengan spasi s tidak
melebihi nilai terkecil dari 6db dan 150 mm, kecuali bila jumlah tulangan transversal
yang lebih besar disyaratkan oleh 18.7.4.3 atau 18.7.6. (SNI 2847:2019 pasal 18.7.5.5)

- Kekuatan Geser (SNI 2847:2019 pasal 18.7.6.1)

Tulangan transversal harus didesain untuk memikul gaya geser rencana (V e) yang
ditentukan menggunakan kuat momen maksimum (Mpr) dari komponen struktur

tersebut yang terkait dengan rentang beban-beban aksial terfaktor yang bekerja
(Pu).

Indeks a dan b menyatakan sisi atas dan bawah kolom yang ditinjau, sedangkan 𝑙𝑐
adalah panjang dari kolom tersebut.

Gaya geser rencana tersebut tidak perlu lebih besar daripada gaya geser rencana
maksimum (Mpr) dari komponen struktur balok yang merangka pada hubungan
balok-balok tersebut.
Gaya geser rencana (Ve) tidak boleh lebih kecil daripada geser terfaktor yang
dihasilkan melalui perhitungan analisis struktur.

Tulangan transversal sepanjang 𝑙0 berdasarkan 18.7.5.1 harus didesain untuk


menahan geser dengan asumsi Vc = 0 bila a) dan b) terjadi :
- Gaya geser akibat gempa berdasarkan 18.7.6.1 setidaknya setenga
h kekuatan geser perlu maksimum di sepanjang 𝑙0.
- Gaya tekan aksial terfaktor Pu termasuk pengaruh gempa kurang
dari Agf’c/20.

66
Gambar 3.13 Kuat Geser Kolom

3.3.2 Perhitungan Struktur Kolom


 Kontrol Dimensi K1 (50/50)
Berdasarkan SNI pasal 18.7.2.1 Kolom – kolom harus memenuhi a) dan b) :
a) Dimensi penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui pusat
geometri, tidak kurang dari 300 mm.
b) Rasio dimensi penampang terkecil terhadap dimensi tegak lurusnya tidak
kurang dari 0,4.
18.7.4.1 Luas tulangan longitudinal Ast tidak boleh kurang dari 0,01Ag dan tidak
lebih dari 0,06Ag
18.7.4.2 Pada kolom – kolom dengan Sengkang bundar, jumlah batang tulangan
longitudinal minimum harus 6.

Dari persyaratan diatas maka dapat kita kontrol dimensi K1 (50/50) :


 Dimensi terkecil ≥ 300 mm
500 mm ≥ 300 mm (OK)
 Perbandingan b/h ≥ 0,4
500/500 ≥ 0,4
1 ≥ 0,4 (OK)
 Di coba luas Ast = 0,025 Ag
= 0,025 x 500 x 500
= 6250 mm2
 Dipakai 20 D25, Ast = 20 x 491
= 9820 mm2 = 0,04 Ag
Jadi, 0,01 Ag < Ast < 0,06 Ag
0,01 Ag < 0,04 Ag < 0,06 Ag

 Kontrol Dimensi K2 (40/40)

4 Dimensi terkecil ≥ 300 mm


400 mm ≥ 300 mm (OK)
5 Perbandingan b/h ≥ 0,4

67
400/400 ≥ 0,4
1 ≥ 0,4 (OK)
Di coba luas Ast = 0,025 Ag
= 0,025 x 400 x 400
= 4000 mm2
 Dipakai 18 D25, Ast = 18 x 491
= 8838 mm2 = 0,055 Ag
Jadi, 0,01 Ag < Ast < 0,06 Ag
0,01 Ag < 0,055 Ag < 0,06 Ag

3.3.3 Momen Kolom yang ditinjau

Gambar 3.13 Kolom yang akan ditinjau

68
Gambar 3.14 Diagram My dan Mz

3.3.4 Gaya-gaya kolom yang ditinjau

Gambar 3.15 Join kolom yang ditinjau

69
Tabel 3.2 Gaya-gaya yag ditinjau

Gaya Dalam DL LL E
Beban Aksian (kN) Fx Fx Fy->Ey
Kolom Atas (23-24) 286.56 89.08 90.25
Kolom yang didesain (24-106) 429.82 222.61 121.9
Kolom Bawah (106-158) 573.72 356.75 141.09
Momen Lentur My (kN-m) My My My->Ex
Ujung Atas (Join 106) -1.46 -5.5 247.62
Ujung Bawah (Join 24) 1.34 6.15 -276.54
Momen Lentur Mz (kN-m) Mz Mz Mz->Ey
Ujung Atas (Join 106) -2.36 -3.66 244.17
Ujung Bawah (Join 24) 2.38 2.48 -267.83
Gaya Geser (kN) - - Fz
Arah X 0 0 124.8
Arah Y 0 0 0.58

3.3.4 Kombinasi Gaya-Gaya Kolom


Tabel 3.3 Gaya-gaya kolom pada pada beban kombinasi terbesar U13
Momen Momen
Gaya Lentur Y Lentur Z Gaya Geser
Aksial (kN-m) (kN-m) (kN)
KOLOM My Mz
(kN)
Fx Bawa Bawa Fx Fy
Atas Atas
h h (Fy) (Fz)
10.0
500.98 -9.11 9.35 0.02 - -
Kolom Atas (23-24) 6
Kolom yang didesain (24- -
886.54 11.46 -8.72 7.07 3.76 -5.26
106) 10.62
Kolom Bawah (106-158) 1273.8 -8.69 3.68 -3.11 2.12 - -

70
2

3.3.5 Kontrol Kuat Lentur Minimum (Strong Column Weak Beam)


Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 18.7.3.2 kekuatan lentur kolom memenuhi
ketentuan sebagai berikut.
 Momen kapasitas balok join atas (lapangan)
- Kekuatan momen positif (+)
As . fy
a =
0,85 f c ' . b
850,586 . 420
=
0.85 .25 . 20 0
= 84.650 mm

−1
Mn (+) = As . fy (d a)
2
1
= 850,586 . 420 (337,5−¿ . 84.650).10-6
2
= 105,450 kN.m
- Kekuatan momen negatif (−¿)
As . fy
a =
0,85 f c ' . b
567.06 . 420
=
0.85 .25 . 200
= 84,058 mm

−1
Mn (−¿) = As . fy (d a).10-6
2
1
= 850,586 . 420 (237,5−¿ . 84,058).10-6
2
= 105,555 kN.m

 Momen kapasitas balok join bawah (tumpuan)


- Kekuatan momen positif (+)
As . fy
a =
0,85 f c ' . b
850,586 . 420
=
0.85 .25 . 20 0
= 84.650 mm

71
−1
Mn (+) = As . fy (d a)
2
1
= 850,586 . 420 (337,5−¿ . 84.650).10-6
2
= 105,450 kN.m
- Kekuatan momen negatif (−¿)
As . fy
a =
0,85 f c ' . b
567.06 . 420
=
0.85 .25 . 200
= 84,058 mm

−1
Mn (−¿) = As . fy (d a).10-6
2
1
= 850,586 . 420 (237,5−¿ . 84,058).10-6
2
= 105,555 kN.m
3.3.6 Momen Kapasitas Kolom

Gambar 3. 16 Diagram gaya aksial Fy pada kolom atas

72
Gambar 3. 17 Diagram gaya aksial Fy pada kolom tengah

73
Gambar 3. 18 Diagram gaya aksial Fy pada kolom bawah

Gaya Aksial Kolom Join Atas :

Kuat aksial Kolom Atas, Pu = 484,86 kN

Kuat aksial Kolom Bawah, Pu = 781,98 kN

Join Bawah:

Kuat aksial Kolom Atas, Pu = 816,216 kN

Kuat aksial Kolom Bawah, Pu = 1114,69 kN

Kapasitas Kolom pada join atas:

Kuat aksial Kolom Atas, Pu = 484,86 kN

ϕ Mn =

Mnc a =

Kuat aksial Kolom Bawah, Pu =781,298 kN

ϕ Mn =
74
Mnc b =

Kapasitas Kolom pada join bawah:

Kuat aksial Kolom Atas, Pu = 816,216 kN

ϕ Mn =

Mnc a =

Kuat aksial Kolom Bawah, Pu = 1114,69 kN

ϕ Mn =

Mnc b =

- Kontrol Kuat Lentur Minimum (Strong Column Weak Beam)

Kontrol Join Atas

Mnc a + Mnc b > 1,2 (2 x Mnbki + 2x Mnbka)

Kontrol Join Bawah

Mnc a + Mnc b > 1,2 (2 x Mnbki + 2x Mnbka)

3.3.7 Analisis Kolom Lentur 2 Arah (Biaxial Bending)

Struktur yang dianalisis 3D akan menimbulkan momen arah y dan z pada sebuah
kolom, analisis kolom yang yang mengalami gaya demikian di sebut Biaxial
Bending Analisis.

Mny = Pn * ex

Mnx = Pn * ey

75
Gambar 3. 19 Beban aksial yang bekerja pada kolom pengaruh U13

76

Anda mungkin juga menyukai