Anda di halaman 1dari 74

PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH TINGGAL MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi Tugas Besar mata kuliah Struktur Beton dengan dosen pengampu Dr. Euis
Kania K, M.T.

Oleh :
Ruli Nere Ramdani 2030121001
M Daffa Akhdan 2030111010
Dadan Ruhimat 2030111035
Vanita Selviany 2030111044

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Besar ini dengan judul
“Perencanaan Rumah Tinggal” dengan baik. Dalam penyusunan Tugas Besar pada mata kuliah
Struktur Beton ini, penyusun banyak menerima bimbingan, bantuan dan dorongan yang sangat
berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan
rasa terima kasih kepada Ibu Euis Kania M.T selaku dosen pembimbing mata kuliah Struktur Beton
yang telah memberi bimbingan dan materi selama penyusunan tugas besar ini. Seluruh Asisten
dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah, yang telah memberikan ilmunya. Serta rekan – rekan
dari Teknik sipil yang telah mememberi dukungan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, dan
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan Tugas Akhir ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Besar ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran maupun masukan yang membawa ke arah perbaikan dan bersifat
membangun sangat penyusun harapkan. Semoga Tugas Besar ini dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Sukabumi, Januari 2022 Penyusun

Kelompok 3

2
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Jln.R. Syamsudin, SH No. 50 Sukabumi. Telp: 0266-218345, Fax/telp: 0266-218342

Lembar Asistensi
Kelompok : 3 Mata Kuliah : Struktur Beton
Dosen Pengampu : Dr. Euis Kania K, M.T.

No Tanggal Keterangan Paraf


Sukabumi, ………………2021

Dr. Euis Kania K, M.T


DAFTAR ISI

Daftar Isi ...................................................................................................................... 3


Ringkasan .......................................................................................................................
Bagian I ........................................................................................................................ 1
BAB 1. Pendahuluan .................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2. Tujuan ................................................................................................................. 4
1.3. Kriteria Perencanaan ............................................................................................ 5
1.4. Peraturan yang Berlaku ........................................................................................ 5
BAB 2. Dasar Teori ...................................................................................................... 6
2.1. Dasar Perencanaan .............................................................................................. 6
2.2. Perencanaan Atap ................................................................................................ 8
2.3. Perencanaan Beton Bertulang .............................................................................. 9
BAB 3. Perencanaan Atap ......................................................................................... 11
3.1. Perencanaan Atap .............................................................................................. 11
3.2. Dasar Perencanaan ............................................................................................ 11
3.3. Perencanaan Gording ......................................................................................... 12
3.4. Perencanaan Kuda-kuda .................................................................................... 18
BAB 4. Perencanaan Portal ....................................................................................... 33
4.1. Dasar Perencanaan ............................................................................................ 33
4.2. Data Perencanaan .............................................................................................. 34
4.3. Dasar Perencanaan ............................................................................................ 34
4.4. Data Perencanaan .............................................................................................. 34
BAB 5. Kesimpulan .................................................................................................... 66

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang
sangat banyak, hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk dinegara Indonesia sangat

3
pesat. Tingginya pertumbuhan penduduk berdampak pada tempat tinggal atau
pemukiman, sehingga lahan pertanian diubah menjadi pemukiman atau perumahan.
Pembangunan rumah yang pesat dengan jumlah penduduk yang sangat padat
ditambah tidak diperhatikan nya kekuatan stuktur sehingga rumah yang di bangun tidak
sesuai dengan kriteria rumah aman. Banyak rumah yang di bangun hanya alakadarnya
tanpa memperhatikan aspek aspek keselamatan.
Oleh Sebab itu harus ada pemerhatian khusus untuk memantau suatu
permukiman sesuai dengan permukiman yang aman. Rumah yang di bangun tidak boleh
asal asalan namun perlu perencanaan detail dan memperhatikan aspek keslamatan,
kenyamanan, kebersihan, dan kesehatan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Dalam menghadapi lonjakan penduduk yang mempengaruhi pembanguan
pemukiman maka sangat diperlukan seorang teknisi yang berkualitas. Dalam hal ini
khususnya teknik sipil sangat diperlukan teknisi-teknisi yang menguasai ilmu dan
keterampilan dalam bidangnya.
Universitas Muhammadiyah Sukabumi Prodi Teknik Sipil memberikan Tugas
Akhir dengan maksud dan tujuan:
1. Mahasiswa dapat merencanakan suatu konstruksi bangunan yang sederhana
sampai bangunan bertingkat.
2. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
merencanakan struktur gedung dan rumah tinggal.
3. Mahasiswa diharapkan dapat memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam
perencanaan suatu struktur gedung dan rumah tinggal.

1.3 Kriteria Perencanaan


1. Spesifikasi Bangunan
a. Fungsi bangunan : Rumah Tinggal
b. Luas bangunan : 57,23 m2
c. Jumlah lantai : 3 lantai
d. Tinggi antar lantai : 3,50 m
e. Penutup atap : Rangka kuda-kuda baja
f. Pondasi : Foot Plat
2. Spesifikasi Bahan
a. Mutu baja profil : BJ 34
b. Mutu beton (f’c) : 28 MPa
4
c. Mutu baja tulangan (fy) : Polos: 240 MPa.
Ulir: 380 MPa.

1.4 Peraturan yang Berlaku


1. Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung Dan Struktur
Lain.
SNI 03-1727-2013.
2. Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural. SNI-1729-2015.
3. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung. SNI-2847-2013.
4. Persyaratan Beton stuktural untuk rumah tinggal
SNI 8140:2016

BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Dasar Perencanaan


2.1.1 Jenis Pembebanan
Dalam merencanakan struktur bangunan bertingkat, digunakan struktur yang
mampu mendukung berat sendiri, beban angin, beban hidup maupun beban khusus
yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Beban-beban yang bekerja pada struktur
dihitung menurut SNI 03-1727-2013. Beban-beban tersebut adalah :
1. Beban Mati (qD)
Beban mati adalah berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-
mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
gedung. Untuk merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat
sendiri bahan bangunan dan komponen gedung antara lain adalah : a. Bahan
Bangunan:
1. Beton Bertulang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2400 kg/m3
2. Pasir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .......1800 kg/m3
3. Beton. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..2200 kg/m3
b. Komponen Gedung:

1. Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa penggantung


langit-langit atau pengaku), terdiri dari :
- semen asbes (eternit) dengan tebal maximum 4mm ……..11 kg/m2
5
- kaca dengan tebal 3-4 mm ………………………………10 kg/m2
2. Penutup atap genteng dengan reng dan usuk ……………..50 kg/m2
3. Penutup lantai dari tegel, keramik dan beton (tanpa adukan) per cm
tebal ………………………………………………………24 kg/m2

4. Adukan semen per cm tebal ………………………………21 kg/m2


2. Beban Hidup (qL)
Beban hidup adalah semua bahan yang terjadi akibat penghuni atau
pengguna suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama
masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan
lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk
beban yang berasal dari air hujan (SNI 03-1727-2013).
Beban hidup yang bekerja pada bangunan ini disesuaikan dengan
rencana fungsi bangunan tersebut. Beban hidup untuk bangunan ini terdiri dari:
a. Beban atap . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100 kg/m2
b. Beban tangga dan bordes . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 200 kg/m2
c. Beban lantai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 250 kg/m2
Peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua
bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur
gedung tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan
portal dari sistem pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya
dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada
penggunaan gedung yang ditinjau.
3. Beban Angin (W)
Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif
dan tekanan negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang
ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m2 ini
ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisienkoefisien angin.

6
Tekan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2, kecuali untuk daerah di laut dan di
tepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai.
Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum 40 kg/m2.

Sedangkan koefisien angin untuk gedung tertutup:

1. Dinding Vertikal
a. Di pihak angin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . + 0,9
b. Di belakang angin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 0,4
2. Atap segitiga dengan sudut kemiringan α
a. Di pihak angin :
α < 65˚ ……………………………………………..0,02 α - 0,4

65 ˚ < α < 90 ˚ …………………………………………… + 0,9

b. Di belakang angin, untuk semua α . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 0,4


4. Beban Gempa (E)
Beban gempa adalah semua beban statik equivalen yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa itu (SNI 03-1727-2013).
2.1.2 Sistem Kerja Beban
Bekerjanya beban untuk bangunan bertingkat berlaku sistem gravitasi, yaitu
elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur di bawahnya,
atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih besar akan
menahan atau memikul elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih kecil.
Dengan demikian sistem bekerjanya beban untuk elemen-elemen struktur
gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut:
Beban pelat lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok
portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar
melalui pondasi.
2.2 Perencanaan Atap
1. Pembebanan Pada perencanaan atap, beban yang bekerja adalah :
a. Beban mati
b. Beban hidup

7
c. Beban air
2. Asumsi Perletakan
a. Tumpuan sebelah kiri adalah Sendi.
b. Tumpuan sebelah kanan adalah Rol.
3. Analisa struktur pada perencanaan ini menggunakan program SAP 2000. Analisa
tampang menggunakan peraturan SNI 03-1727-2013
4. Perhitungan profil kuda-kuda
a. Batang Tarik
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐹𝑛 =
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛
2

𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 = 𝑥(𝜎𝑙 = 2400 𝑘𝑔/𝑐𝑚2) = 1600 𝑘𝑔/𝑐𝑚2


3
𝐹𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜 = 1,15 𝑥 𝐹𝑛 (< 𝐹 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙)

𝐷𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝜎 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 < 0,75 𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛

𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠
𝜎𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 =
0,85 𝐹𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙
b. Batang Tekan

1𝑘
𝜆=
𝑖𝑥

𝐸
𝜆𝑔 = 𝜋√
0,7 . 𝜎𝑙𝑒𝑙𝑒 ℎ

𝜆
𝜆𝑠 =
𝜆𝑔

𝐴𝑝𝑎𝑏𝑖𝑙𝑎 𝜆𝑠 ≤ 0,25 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝜔 = 1

0,25 < 𝜆𝑠 < 1,2 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝜔 = − 0,6 . 𝜆

𝜆𝑠 ≥ 1,2 Maka ω = 1,25 . λ

8
2.3 Perencanaan Beton Bertulang
1. Pembebanan
a. Beban mati
b. Beban hidup
- Tangga = 200 kg/m2
- Plat Lantai = 250 kg/m2
- Balok anak = 250 kg/m2
- Portal = 200 kg/m2

2. Asumsi Perletakan
a. Plat lantai : jepit penuh
b. Balok anak : jepit jepit
c. Portal
- Jepit pada kaki portal.
- Bebas pada titik yang lain
3. Analisa struktur menggunakan tabel SNI 03-1727-2013 dan program SAP 2000.
4. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI 03-1727-2013. Pemasangan
tulangan lentur disyaratkan sebagai berikut :
a. Jarak minimum tulangan sengkang 25 mm
b. Jarak maksimum tulangan sengkang 240 atau 2h.

9
BAB 3 PERENCANAAN ATAP
3.1 Perencanaan Atap

Keterangan :
KU = Kuda-kuda utama
G = Gording
N = Nok
Tipe kuda-kuda = Pelana
Penutup atap = Genting
Luas bangunan = 57,23 m2
3.2 Dasar Perencanaan
Dasar perencanaan yang dimaksud di sini adalah data dari perencanaan atap itu
sendiri, seperti perencanaan kuda-kuda dan gording, yaitu :
a. Bentuk rangka kuda-kuda : seperti tergambar.
b. Jarak antar kuda-kuda : 2,95 meter.
c. Kemiringan atap : 30º
d. Bahan gording : baja profil light lip channels.
e. Bahan rangka kuda-kuda : baja profil double siku sama kaki.
f. Bahan penutup atap : genteng
g. Alat sambung : baut-mur.
h. Jarak antar gording : 1,12 meter.
i. Bentuk atap : pelana.

j. Mutu baja profil : BJ-34 (σijin = 1600 kg/cm2).

(σleleh = 2400 kg/cm2).


10
3.3 Perencanaan Gording
3.3.1 Perencanaan Pembebanan
Dicoba menggunakan gording dengan dimensi baja profil tipe lip channels 100 × 50 × 20
× 4,5 dengan data sebagai berikut:
a. Berat gording = 7,43 kg/m.
b. b. Ix = 139 cm4.
c. c. Iy = 30,9 cm4.
d. h = 100 mm.
e. b = 50 mm.
f. ts = 4,5 mm.
g. tb = 4,5 mm.
h. Zx = 27,7 cm3.
i. Zy = 9,82 cm3.
Kemiringan atap (α) = 30º.
Jarak antar gording (s) = 1,12 meter.
Jarak antar kuda-kuda (L) = 2,95 meter.
Pembebanan berdasarkan tata cara perhitungan pembebanan untuk bangunan rumah
dan gedung SNI 03-1727-2020, sebagai berikut:
a. Berat penutup atap = 50 kg/m2
b. Beban angin = 25 kg/m2
c. Berat hidup (pekerja) = 100 kg
d. Berat penggantung dan plafond = 18 kg/m2

3.3.2 Perhitungan Pembebanan


a. Beban mati (DL)

Gambar 3.2 Arah Momen Beban Mati Pada Gording

Berat gording = 7,43 kg/m


11
Berat plafond = s × berat penggantung dan plafond
= 1,12 meter × 18 kg/𝑚2
= 20 kg/m
Berat penutup atap = s × berat penutup atap
= 1,12 meter × 50 kg/m
= 56 kg/m
q = berat gording + berat plafond + berat penutup atap
= 7,43 kg/m + 20 kg/m + 56 kg/m
= 83,43 kg/m
qx = q × sin α
= 83,43 kg/m × sin 30º
= 41,715 kg/m
qy = q × cos α
= 83,43 kg/m × cos 30º
= 72,252 kg/m
Mx1 = 1/8 × qy × L2
= 1/8 × 72,252 kg/m × (2,95m)2
= 78,596 kgm
My1 = 1/8 × qx × L2
= 1/8 × 41,715 kg/m × (2,95m)2
= 45,378 kgm
b. Beban hidup (LL)

Gambar 3.3 Arah Momen Beban Hidup Pada Gording


Berat pekerja (P) = 100 kg
Px = P × sin α
= 100 kg × sin 30º
12
= 50 kg

Py = P × cos α
= 100 kg × cos 30º
= 86,60 kg
Mx2 = 1/4 × Py × L
= 1/4 × 86,60 kg × 2,95 m
= 63,867 kgm
My2 = 1/4 × Px × L
= 1/4 × 50 × 2,84 m
= 36,875 kgm
c. Beban angin (WL)

Gambar 3.3 Arah Momen Beban Angin Pada Gording


Beban angin kondisi normal = 25 kg/ m2

Koefisien kemiringan atap = 30º

Koefisien angin tekan = (0,2 α – 0,4) = 0,2

Koefisien angin hisap = - 0,4

Angin tekan (W1) = Koef. Angin tekan × Beban angin × s


= 0,2 × 25 × 1,12
= 5,6 kg
Angin hisap (W2) = Koef. Angin hisap × Beban angin × s
= -0,4 × 25 × 1,12
= -11,2 kg
Mx tekan = 1/8 × W1 × L2

= 1/8 × 5,6 kg × (2,95 m)2


= 6,091 kgm
Mx hisap = 1/8 × W2 × L2

13
= 1/8 × (-11,2 kg) × (2,95 m)2

= -12,183 kgm
d. Beban hujan (RL)
Koefisien berat air hujan = 20 kg/m

Beban air hujan = s × Berat air hujan

= 1,12 meter × 20 kg/m


= 22,4 kg/m
Rx = Beban air hujan × cos α

= 22,4 kg/m × cos 30º


= 19,398 kg/m

Ry = Beban air hujan × sin α

= 22,4 kg/m × sin 30º


= 11,2 kg/m
Mx = 1/8 × Ry × L2

= 1/8 × 11,2 kg/m × (2,95m)2

= 12,183 kgm
My = 1/8 × Rx × L2

= 1/8 × 11,2 kg/m × (2,95m)2

= 21,101 kgm

e. Kombinasi pembebanan gording

Berdasarkan beban-beban yang ada di atas maka struktur baja harus mampu memikul
semua kombinasi pembebanan. Adapun kombinasi pembebanan yang digunakan SNI 03-
1727-2020 yaitu sebagai berikut:

Beban Kombinasi Mx My
1 1,4 D 110,034 63,529
2 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Ls atau S atau R) 197,002 124,101
3 1,2 D + 1,6 (Ls atau R) + (l atau 0,5 W) 177,675 125,090
4 1,2 D + 1 W+ L + 0,5 (Lr atau S atau R) 170,364 -
152,090 -
5 1,2 D + 1 E + L + 0,25 L - -

14
6 0,9 D + 1 W 76,827 -
58,553 -
7 0,9 D + 1 E - -
Tabel 3.1 Perhitungan Beban Kombinasi pada Gording

Momen Beban Mati Beban Hidup Beban Angin Beban Hujan Kombinasi
Tekan Hisap Min Max
X 78,596 63,867 6,091 -12,183 12,183 58,553 197,002
Y 45,378 36,875 21,101 64,529 125,090

Tabel 3.2 Kombinasi gaya dalam pada Gording

3.3.3 Kontrol Terhadap Tengangan


a. Kontrol terhadap tegangan minimum
Mx = 58,553 kgm = 5855,3 kgcm My =
63,520 kgm = 6352 kgcm

b. Kontrol terhadap tegangan maksimum


Mx = 197,002 kgm = 19700,2 kgcm My =
125,090 kgm = 12509 kgcm

= 1458,918 kg/𝑐𝑚2 ≤ 1600 kg/𝑐𝑚2 (OK)

15
3.3.4 Kontrol Terhadap Lendutan
Dicoba menggunakan profil tipe lip channels 100 × 50 × 20 × 4,5 dengan data sebagai
berikut:
a. E = 2,1 × 106 kg/𝑐𝑚2

b. Ix = 139 𝑐𝑚4
c. Iy = 30,9 𝑐𝑚4
d. Zx = 27,7 𝑐𝑚3
e. Zy = 9,82 𝑐𝑚3
f. qx = 41,715 kg/m = 0,41715 kg/cm
g. qy = 72,252 kg/m = 0,72 kg/cm
h. Px = 50 kg = 0,5 kg/cm
i. Py = 86,6 kg = 0,866 kg/cm
Zijin = 1/180 × L

= 1/180 × 295 cm

= 1,65 cm

Zx = 5 ×𝑞𝑥 × 𝐿4 + 𝑃𝑥 ×𝐿3
384 ×𝐸𝐼 × 𝐼𝑦 48 ×𝐸𝐼 × 𝑙𝑦

+
= 384 5 × ×02,41715,1 × 10 ×6 295× 304,9 48 ×20,,15
3
×× 295106 ×30,9

= 0,638 cm

Zy = 5 ×𝑞𝑥 × 𝐿4 + 𝑃𝑥 ×𝐿3
384 ×𝐸𝐼 × 𝐼𝑦 48 ×𝐸𝐼 × 𝑙𝑦

+
= 384 4
5 × ×02,417,1 ×15 10 ×6 295× 30 ,9 48 ×20,,15
3
×× 295106 ×30,9

= 0,638 cm

Z =

= 0,683 < 1,65 (OK)

16
3.4 Perencanaan Kuda-kuda
3.4.1 Perhitungan Panjang Kuda-kuda Utama

16

15
17

14
28

30
18

13
26

32
9

12
24
22 1

34
29
27

31
25

33
23

35
36
20
21

37
11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 3.5 Desain Rangka Kuda-Kuda Utama


Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3.3 Perhitungan Panjang Batang pada Kuda-Kuda Utama


Batang Panjang (m) Batang Panjang (m) Batang Panjang (m)
1 0,97 16 1,12 31 2,24
2 0,97 17 1,12 32 2,50
3 0,97 18 1,12 33 1,68
4 0,97 19 1,12 34 1,94
5 0,97 20 1,12 35 1,12
6 0,97 21 0,56 36 1,48
7 0,97 22 1,48 37 0,56
8 0,97 23 1,12
9 0,97 24 1,94
10 0,97 25 1,68
11 1,12 26 2,50
12 1,12 27 2,24
13 1,12 28 2,96
14 1,12 29 2,80
15 1,12 30 2,96

3.4.2 Perhitungan Gaya Batang Kuda-kuda Utama


Beban Mati
1) Beban P1 = P11

17
 Beban gording = Berat profil gording × Panjang Gording

= 7,43 x 2,95

= 21,918 kg
 Beban atap = Luasan × Berat atap

= 3,304 × 50

= 165,2 kg
 Beban plafon = Luasan × berat plafon

= 3,304 × 18

= 59,472 kg
 Beban kuda-kuda = ½ × Btg (1 + 11) × berat profil kuda kuda

= ½ × (0,97 + 1,12) × 6,76

= 7,064

 Beban plat sambung = 30 % × beban kuda-kuda


= 30 % × 7,064
= 2,119 kg
 Beban bracing = 10 % × beban kuda-kuda
= 10 % × 7,064
= 0,706 kg

2) Beban P2 = P10
• Beban gording = Berat profil gording × Panjang Gording
= 7,43 × 2,95

= 21,918 kg

• Beban atap = Luasan × Berat atap


= 3,304 × 50

= 165,2 kg

• Beban kuda-kuda = ½ × Btg (11+21+22+12) × berat profil kuda kuda


= ½ × (1,12+0,56+1,48+1,12) × 6,76

= 14,466 kg
 Beban plat sambung = 30 % × beban kuda-kuda

18
= 30 % × 14,466

= 4,339 kg
 Beban bracing = 10 % × beban kuda-kuda

= 10 % × 60,6

= 1,446 kg

3) Beban P3 = P9

 Beban gording = Berat profil gording × Panjang Gording

= 7,43 x 2,95

= 21,918 kg
 Beban atap = Luasan × Berat atap

= 3,304 × 50

= 165,2 kg
 Beban kuda-kuda = ½ × Btg (12+23+24+13) × berat profil kuda kuda

= ½ × (1,12+1,12+1,94+1,12) × 6,76

= 17,914 kg
 Beban plat sambung = 30 % × beban kuda-kuda

= 30 % × 17,914

= 5,374 kg
 Beban bracing = 10 % × beban kuda-kuda

= 10 % × 17,914

= 1,791 kg
4) Beban P4 = P8
 Beban gording = Berat profil gording × Panjang Gording
= 7,43 x 2,95

= 21,918 kg

 Beban atap = Luasan × Berat atap

= 3,304 × 50

= 165,2 kg
 Beban kuda-kuda = ½ × Btg (13+25+26+14) × berat profil kuda kuda
19
= ½ × (1,12+1,68+2,50+1,12) × 6,76

=21,699 kg


Beban plat sambung = 30 % × beban kuda-kuda
= 30 % × 21,699

= 6,509 kg
 Beban bracing = 10 % × beban kuda-kuda

= 10 % × 21,699

= 2,169 kg

5) Beban P5 = P7
 Beban gording = Berat profil gording × Panjang Gording

= 7,43 x 2,95

= 21,918 kg
 Beban atap = Luasan × Berat atap

= 3,304 × 50

= 165,2 kg

 Beban kuda-kuda = ½ × Btg (14+27+28+15) × berat profil kuda kuda


= ½ × (1,12+2,24+2,95+1,12) × 6,76

= 25,147 kg

• Beban plat sambung = 30 % × beban kuda-kuda


= 30 % × 25,147

= 7,544 kg

• Beban bracing = 10 % × beban kuda-kuda


= 10 % × 25,147

= 2,514 kg

6) Beban P6
• Beban gording = Berat profil gording × Panjang Gording
= 7,43 x 2,95

= 21,918 kg

• Beban atap = Luasan × Berat atap


20
= 3,304 × 50

= 165,2 kg

• Beban kuda-kuda = ½ × Btg (15 + 29 + 16) × berat profil kuda kuda


= ½ × (1,12+2,80+1,12) × 6,76

= 17,035 kg

• Beban plat sambung = 30 % × beban kuda-kuda


= 30 % × 17, 035

= 5,110 kg

• Beban bracing = 10 % × beban kuda-kuda


= 10 % × 17,035

= 1,703 kg

7) Beban P12 = P20


• Beban plafon = Luasan × berat plafon
= 3,304 × 18

= 59,472 kg

• Beban kuda-kuda = ½ × Btg (10 + 37 + 9) × berat profil kuda kuda


= ½ × (0,97+0,56+0,97) × 6,76

= 8,45 kg

• Beban plat sambung = 30 % × beban kuda-kuda


= 30 % × 8,45

= 2,538 kg

• Beban bracing = 10 % × beban kuda-kuda


= 10 % × 8,45

= 0,845 kg

8) Beban P13 = P19


• Beban plafon = Luasan × berat plafon
= 3,304 × 18

= 59,472 kg

• Beban kuda-kuda = ½ × Btg (9+36+35+8) × berat profil kuda kuda

21
= ½ × (0,97+1,48+1,12+0,97) × 6,76

= 15,345 kg

• Beban plat sambung = 30 % × beban kuda-kuda


= 30 % ×15,345

= 4,603 kg

• Beban bracing = 10 % × beban kuda-kuda


= 10 % × 15,345

= 1,534 kg

9) Beban P14 = P18


• Beban plafon = Luasan × berat plafon
= 3,304 × 18

= 59,472 kg

• Beban kuda-kuda = ½ × Btg (8+34+33+7) × berat profil kuda kuda


= ½ × (0,97+1,94+1,68+0,97) × 6,76

= 18,792 kg

• Beban plat sambung = 30 % × beban kuda-kuda


= 30 % × 18,792

= 5,637 kg
 Beban bracing = 10 % × beban kuda-kuda

= 10 % × 18,792

= 1,879 kg

10) Beban P15 = P17

 Beban plafon = Luasan × berat plafon


= 3,304 × 18
= 59,472 kg
• Beban kuda-kuda = ½ × Btg (7+32+31+6) × berat profil kuda kuda

= ½ × (0,97+2,24+2,24+0,97) × 6,76

= 21,699 kg

• Beban plat sambung = 30 % × beban kuda-kuda

= 30 % × 21,699

22
= 6,509 kg
 Beban bracing = 10 % × beban kuda-kuda

= 10 % × 21,699

= 2,169 kg

11) Beban P16


 Beban plafon = (2 × Luasan) × berat plafon

= (2 × 3,304) × 18

= 118,944 kg
 Beban kuda-kuda =½ × Btg (5+28+29+30+6) × berat profil kuda-kuda

= ½ × (0,97+2,96+2,80+2,96+0,97) × 6,76

= 26,026 kg

• Beban plat sambung = 30 % × beban kuda-kuda


= 30 % × 26,026

= 7,807 kg

• Beban bracing = 10 % × beban kuda-kuda


= 10 % × 26,026

= 2,602 kg

23
Beban Beban Beban Beban Bracing Beban Plat Beban Plafon Beban Jumlah Beban
Beban
Atap (kg) Gording (kg) Kudakuda (kg) (kg) Sambung (kg) (kg) Reaksi (kg) (kg)
P1 = P11 165.2 21.9185 7.0642 0.70642 2.11926 59.472 - 256.48038
P2 = P10 165.2 21.9185 14.4664 1.44664 4.33992 - - 207.37146
P3 = P9 165.2 21.9185 17.914 1.7914 5.3742 - - 212.1981
P4 = P8 165.2 21.9185 21.6996 2.16996 6.50988 - - 217.49794
P5 = P7 165.2 21.9185 25.1472 2.51472 7.54416 - - 222.32458
P6 165.2 21.9185 17.0352 1.70352 5.11056 - - 210.96778
P12 = P20 - - 8.45 0.845 2.538 59.472 - 71.305
P13 = P19 - - 15.3452 1.53452 4.60356 59.472 - 80.95528
P14 = PP18 - - 18.7928 1.87928 5.63784 59.472 - 85.78192
P15 = P17 - - 21.6996 2.16996 6.50988 59.472 - 89.85144
P16 - - 26.026 2.6026 7.8078 118.944 - 155.3804
B. Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada P1, P2, P3, P4, P6, P7, P8, P9, P10, P11 = 100 kg

C. Beban Mati
Perhitungan beban angin :

Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m2

1) Koefisien angin tekan = 0,02α - 0,40

= (0,02 × 30) – 0,40 = 0,2

a) W1 = luasan × koef. angin tekan × beban angin

= 3,304 × 0,2 × 25 : 2 = 8,26 kg

b) W2 = luasan × koef. angin tekan × beban angin

= 3,304 × 0,2 × 25 = 16,52 kg

c) W3 = luasan × koef. angin tekan × beban angin

= 3,304 × 0,2 × 25 = 16,52 kg

d) W4 = luasan × koef. angin tekan × beban angin

= 3,304 × 0,2 × 25 = 16,52 kg

e) W5 = luasan × koef. angin tekan × beban angin

= 3,304 × 0,2 × 25 = 16,52 kg

f) W6 = luasan × koef. angin tekan × beban angin

= 3,304 × 0,2 × 25 : 2 = 8,26 kg

2) Koefisien angin hisap = - 0,40

a) W7 = luasan × koef. angin tekan × beban angin

= 3,304 × -0,4 × 25 : 2 = -16,52 kg

b) W8 = luasan x koef. angin tekan x beban angin

= 3,304 × -0,4 × 25 = -33,04 kg

c) W9 = luasan × koef. angin tekan × beban angin

= 3,304 × -0,4 × 25 = -33,04 kg

d) W10 = luasan × koef. angin tekan × beban angin

= 3,304 × -0,4 × 25 = -33,04 kg


e) W11 = luasan × koef. angin tekan × beban angin

= 3,304 × -0,4 × 25 = -33,04 kg

f) W12 = luasan × koef. angin tekan × beban angin

= 3,304 × -0,4 × 25 : 2 = -16,52 kg


BEBAN BEBAN WX WY
ANGIN (kg) (W.COS α) (W.SIN α)
W1 8.26 7.15337 4.13
W2 16.52 14.30674 8.26
W3 16.52 14.30674 8.26
W4 16.52 14.30674 8.26
W5 16.52 14.30674 8.26
W6 8.26 7.15337 4.13
W7 -16.52 -14.30674 -8.26
W8 -33.04 -28.61348 -16.52
W9 -33.04 -28.61348 -16.52
W10 -33.04 -28.61348 -16.52
W11 -33.04 -28.61348 -16.52
W12 -16.52 -14.30674 -8.26

26
Tabel Gaya Batang
Perhitungan menggunakan titik buhul.

BATANG TARIK TEKAN


1 292,782 -
2 292,782 -
3 292,782 -
4 292,782 -
5 292,782 -
6 292,782 -
7 292,782 -
8 292,782 -
9 292,782 -
10 292,782 -
11 - -1897,616
12 1897,053 -
13 1896,342 -
14 - -1896,015
15 1896,556 -
16 1896,556 -
17 - -1896,015
18 1896,342 -
19 1897,053 -
20 - -1897,616
21 252,168 -
22 - -246,421
23 - -3394,837
24 - -1128,796
25 225,658 -
26 - -633,462
27 230,121 -
28 865,566 -
29 3826,475 -
30 865,566 -
31 230,121 -
32 - -633,462

27
33 225,658 -
34 - -1128,796
35 - -3394,837
36 - -246,421
37 252,168 -
3.4.3 Perhitungan Dimensi Batang
a) Perhitungan Profil Batang Tarik
• P maks = 292,782
• ijin = 1600 Kg
• F netto = 𝑃 𝑀𝐴𝐾𝑆
= 292,782 = 0,183 cm2
 ijin 1600

• Fbruto = 1,15 . Fnetto = 1,15 . 0,183 = 0,210 cm2

Dicoba, menggunakan baja profil  60. 60. 6

• F = 2 . 5,89 cm2 = 11,78 cm2 Kontrol tegangan yang terjadi :   = 𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠

0,85.𝑓

=
=29,240 Kg/cm2

  0,75 . ijin

29,240 Kg/cm2  1200 kg/cm2 ...... aman !!

b) Perhitungan profil batang tekan 


Pmaks : 1897,616
• Lk = 2,30705 = 230,705
Dicoba, menggunakan baja profil  50. 50. 5

• Ix = 1,51
• F = 2 . 4,10 = 8,2


• Λg = π√ 𝐸
………dimana, σ = 2400 kg/cm2
0,7.leleh

= 111,02cm

Λs =
Karena c < 1,2 maka :

28
= 1,43
1,6−0,67c

=
=1,455

Kontrol tegangan yang terjadi : =


𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 .ω
𝐹

= 136,684 Kg/cm2

  ijin

136,684 kg/cm2  1600 kg/cm2 …… OK !!

3.4.4 Sambungan Baut Data


Perencanaan :

o Alat sambung dengan baut = 14 mm o


Tebal plat simpul = 8 mm o Mutu
baja BJ 37 σijin = 1600 Kg/cm2 o Kekuatan
2
baut BJ 52 σijin = 2400 Kg/cm Kekuatan 1 buah
baut Ø 14 m
A. terhadap geser F = m.n.1/4.Л. d2. σ

= 2x1x1/4xЛ x1,42x (0,6 x 2400)

= 4431,168 Kg

B. terhadap desak

F = ϕ· dl · σdesak

= 0,8· 1,5· (1,5 · 1600)

= 2880 Kg

Kekuatan yang menentukan adalah 2880 Kg

1. Untuk Batang 21-37


Profil yang digunakan ⊥50.50.5

P max = 574 Kg
29
Jumlah n baut = 574 / 2880 =0,12 =2 buah S1 =
3d
= 3 x 1,4

= 4,2 ~ 5
S = 7d

= 7 x 1,4

2. Untuk Batang 1-20


Profil yang digunakan ⊥60.60.6 menggunakan baut Ø
14 mm

P max = 574 Kg

Jumlah n baut =574 / 2880 =0,12 = 2 buah

S1 = 3d

= 3 x 1,4

= 4,2 ~ 5 cm

S = 7d

= 7 x 1,4
= 9,8 ~ 10 cm

TABEL JUMLAH BAUT


NO GAYA DIAMETER JUMLAH
BATANG BATANG BAUT BAUT JARAK JARAK PROFIL
30
(KG) s1 s
1 292,782 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
2 292,782 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
3 292,782 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
4 292,782 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
5 292,782 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
6 292,782 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
7 292,782 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
8 292,782 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
9 292,782 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
10 292,782 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
11 -1897,616 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
12 1897,053 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
13 1896,342 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
14 -1896,015 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
15 1896,556 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
16 1896,556 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
17 -1896,015 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
18 1896,342 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
19 1897,053 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
20 -1897,616 14 2 5 10 2L 60. 60. 6
21 252,168 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
22 -246,421 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
23 -3394,837 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
24 -1128,796 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
25 225,658 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
26 -633,462 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
27 230,121 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
28 865,566 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
29 3826,475 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
30 865,566 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
31 230,121 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
32 -633,462 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
33 225,658 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
34 -1128,796 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
35 -3394,837 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
36 -246,421 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
37 252,168 14 2 5 10 2L 50. 50. 5
31
BAB 4 PERENCANAAN PORTAL
4.1 Dasar Perencanaan
Dalam perencanaan portal terdiri dari perencanaan balok induk, perencanaan
kolom, dan perencanaan pondasi. Portal yang direncanakan terdiri dari kolom yang
diperkuat dengan balok-balok yang dicor secara monolit untuk menahan beban akibat
gravitasi dan gempa. Balok-balok tersebut terdiri dari balok induk, balok anak, ring balk
dan sloof. Perencanaan portal ini terdiri dari dua bagian, yaitu perencanaan portal
melintang dan perencanaan portal memanjang serta dibuat secara dua dimensi. Dalam
perencanaan portal ini menggunakan mutu beton f`c = 25 Mpa dan mutu tulangan fy =
240 Mpa. Perhitungan portal ini meliputi perhitungan pembebanan beban mati, beban
hidup, beban angin, dan beban gempa.
- Beban Mati
Beban gravitasi termasuk beban mati yang terdiri dari berat sendiri balok, berat
sendiri kolom, berat sendiri plat lantai, beban dinding yang bekerja di atas balok
portal.
- Beban Hidup
Beban hidup besarnya berasal dari fungsi bangunan tersebut, dan ditentukan
berdasarkan pada Peraturan Pembebanan Indonesia tahun 1983 untuk gedung.
Perhitungan pembebanan dengan menggunakan sistem amplop dengan
menggunakan sudut 45°. Ada dua macam pembebanan yang dihasilkan dari
sistem amplop ini yaitu segitiga dan trapesium. Untuk perhitungan pembebanan
yang diperhitungkan antara lain beban mati dan beban hidup. Sedangkan untuk
analisa statika meliputi perhitungan momen, gaya lintang, dan gaya normal.
Jenis perletakan portal direncanakan dengan anggapan bahwa bangunan
tersebut menggunakan perletakan jepit. Perhitungan statika pada perencanaan
portal ini dibantu dengan menggunakan metode cross.

4.2 Data Perencanaan


Adapun dimensi-dimensi yang direncanakan adalah :

1. Plat Lantai = 12 cm = 120 mm


2. Kolom = 40/40 cm
3. Balok = 25/30 cm

32
4.3 Peraturan Yang Digunakan
Perencanaan struktur ini tidak lepas dari penggunaan beberapa peraturan yang ditetapkan
oleh pemerintah, diantaranya adalah:
1. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang biasa dan Struktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.
2. Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SK SNI T15-
1991-03.
3. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.

4.4 Pembebanan Pada Balok

Gambar 3.5 Pembebanan Pada Balok Metode Amplop


- Beban Yang Bekerja Pada Plat Lantai

1. Beban Mati (DL)

a. Berat sendiri plat = 0,12 × 24 = 2,88 kN/m


b. Berat plafond + penggantung = 0,11 + 0,07 = 0,18 kN
c. Spesi = 0,03 × 21 = 0,63 kN/m
d. Tegel keramik = 0,02 × 24 = 0,48 kN/m

33
Jumlah beban mati = 2,88 + 0,18 + 0,63 + 0,48
= 4,17 kN

4.4.1 Analisa Beban yang Bekerja


a) Beban Segitiga

1 1 1 1 1
𝑅𝐴 = 𝑅 𝐵 = [( 𝑞 × 𝑙𝑥 × × ) + ( 𝑞 × 𝑙𝑥 × × )
2 2 2 2 2

…………= [(𝑞 × 𝑙𝑥 × ) + (𝑞 × 𝑙𝑥 × )

…………= × 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑀𝑚𝑎𝑥 segitiga ditengah bentang :

1 1 1
1
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝑅𝐴 × × 𝑙𝑥 − [(𝑞 × 𝑙𝑥 × × ) × (𝑙𝑥 × × )]
2 2 2 3
1 𝑞 × 𝑙𝑥2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝑅𝐴 × × 𝑙𝑥 − [( )
2 24

Jika 𝑅𝐴 = 18 × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥2

𝑞= × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥

Maka :

𝑙𝑥
2
2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = ( × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥 ) × × 𝑙𝑥 − ( × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥 − 24 )

34
1
𝑀𝑚𝑎𝑥 = × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥3 − × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥3
16

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 1 × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥3
24
Beban segitiga tersebut diequivalensikan menjadi beban persegi sehingga

2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 1
× 𝑞𝑒𝑞 × 𝑙𝑥
8
𝑀𝑚𝑎𝑥𝑆𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 = 𝑀𝑚𝑎𝑥𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑔𝑖

3
= 1 × 𝑞𝑒𝑞 × 𝑙𝑥2
× 𝑊𝑢 ×
𝑙𝑥
8
1
𝑞𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥
3
b) Pembebanan Trapesium

Dimana :

𝑅𝐴𝑉 = 𝑅𝐵𝑉

𝑅𝐴 = 𝑞 ×

𝑞= × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥
1 = 𝑙𝑦

35
𝑎= × 𝐿𝑥

Maka :

1 1
𝑅𝐴 = 𝑅𝐵 = 2 × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥 × (𝑙𝑦 − 𝑙𝑥) 22

= × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥 × (2𝑙𝑦 − 𝑙𝑥)

2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝑎 − 4𝑎2)
× 𝑊𝑢 × (3 × 𝑙𝑦
24

1
(3 × 𝑙𝑦2 − 4 × ×
𝑙𝑥2)

= × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥 ×

= × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥 × (3 × 𝑙𝑦2 − 𝑙𝑥2)

𝑀𝑚𝑎𝑥𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑔𝑖 = 𝑀𝑚𝑎𝑥𝑇𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚

× 𝑄𝑒𝑘 × 𝑙𝑦2 = × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥 × (3 × 𝑙𝑦2 − 𝑙𝑥2)

1 𝑙𝑥 2
𝑞𝑒𝑘 = )
× 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥 × (3
− ()
6 𝑙𝑦

4.4.2 Pembebanan Pada Portal


A. Beban-beban yang Bekerja Pada Portal As

36
Gambar 3.5 Gambar Portal As

Gambar 3.5 Gambar Pembebanan Metode Amplop


1. Beban Terbagi Merata Balok I (qB1) Atap
a. Dimensi Rencana = 20/35
Berat sendiri balok = 0,20 × 0,35 × 24 = 1,68 kN/m

37
Total beban merata = 1,68 kN/m

2. Beban Terbagi Merata Balok I (qB1) Lantai


a. Dimensi Rencana = 20/35
Berat sendiri balok = 0,20 × 0,35 × 24 = 1,68 kN/m

b. Beban terbagi Plat A + Plat C (trapesium) Wu = 8,204


1 𝑙𝑥 2
𝑞𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = × 𝑊𝑢 × 𝑙𝑥 × (3 − ( ) )
6 𝑙𝑦

22
𝑞𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = (× 8,204 × 2 × (3 − ( ) )) + (× 8,204 × 2,5 3

2,5 2
× (3 − ( ) )
3

= 14,870 𝑘𝑁/𝑚
c. Beban dinding batu bata = 2,5 × 3,5 = 8,75 kN/m Total beban merata =
1,68 + 14,870 + 8,75 = 25,3 kN/m

A. Beban Terpusat yang Bekerja Pada Portal

1. Beban P1

Beban yang bekerja pada P1

• Beban atap = 16,47 kN


• Berat sendiri balok = 0,20 × 0,35 × 2,4 = 1,68 kN/m
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 12,6 𝑘𝑁
• Total Beban P1 = 16,47 + 12,6 = 29,07 kN

2. Beban P2
Beban yang bekerja pada P2

38
• Beban atap = 16,47 kN
• Berat sendiri balok = 0,20 × 0,35 × 2,4 = 1,68 kN/m
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦
𝑉 = 2 × (( )+( )+( )+( ))
2 2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( )

+( ))
𝑉 = 17,475 𝑘𝑁
• Total Beban P2 = 16,47 + 17,475 = 33,942 kN
3. Beban P3
Beban yang bekerja pada P3

• Beban atap = 16,47 kN


• Berat sendiri balok = 0,20 × 0,35 × 2,4 = 1,68 kN/m
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞×𝑙
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 12,432 𝑘𝑁
• Total Beban P3 = 16,47 + 12,432 = 28,902 kN
4. Beban P4
Beban yang bekerja pada P4

• Beban P1 = 29,07 kN
• Berat sendiri kolom = 0,4 × 0,4 × 3,5 × 2,4 = 13,44 kN/m  Berat sendiri
balok = 0,20 × 0,35 × 2,4 = 1,68 kN/m
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 12,432 𝑘𝑁
• Beban dinding batu bata = 2,5 × 3,5 = 8,75 kN
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
39
2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 65,625 𝑘𝑁
• Total beban P4 = 29,07+13,44+12,432+65,625 = 120,565 kN
5. Beban P5
Beban yang bekerja pada P5

• Beban P2 = 33,942 kN
• Berat sendiri kolom = 0,4 × 0,4 × 3,5 × 2,4 = 13,44 kN/m  Berat sendiri
balok = 0,20 × 0,35 × 2,4 = 1,68 kN/m
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦
𝑉 = 2 × (( )+( )+( )+( ))
2 2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( )

+( ))
𝑉 = 17,472 𝑘𝑁
• Beban dinding batu bata = 2,5 × 3,5 = 8,75 kN
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦
𝑉 = 2 × (( )+( )+( )+( ))
2 2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( )

+( ))
𝑉 = 91 𝑘𝑁
• Total beban P5 = 33.942+13.44+17.472+91 = 155.854 kN
6. Beban P6
Beban yang bekerja pada P6

• Beban P3 = 28,902 kN
• Berat sendiri kolom = 0,4 × 0,4 × 3,5 × 2,4 = 13,44 kN/m  Berat sendiri
balok = 0,20 × 0,35 × 2,4 = 1,68 kN/m
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
2 2 2

40
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 12,432 𝑘𝑁
 Beban dinding batu bata = 2,5 × 3,5 = 8,75 kN
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 64,75 𝑘𝑁
 Total beban P6 = 28,902+13,44+12,432+64,75 = 109,524 kN
7. Beban P7
Beban yang bekerja pada P7

• Beban P4 = 120,565 kN
• Berat sendiri kolom = 0,4 × 0,4 × 3,5 × 2,4 = 13,44 kN/m
• Berat sendiri balok = 0,20 × 0,35 × 2,4 = 1,68 kN/m

𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 12,432 𝑘𝑁
 Beban dinding batu bata = 2,5 × 3,5 = 8,75 kN
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 65,625 𝑘𝑁
Total beban P7 = 120,565+13,44+12,432+65,625 = 212,062 kN
8. Beban P8
Beban yang bekerja pada P8

• Beban P5 = 155,854 kN
• Berat sendiri kolom = 0,4 × 0,4 × 3,5 × 2,4 = 13,44 kN/m

41
• Berat sendiri balok = 0,20 × 0,35 × 2,4 = 1,68 kN/m
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦
𝑉 = 2 × (( )+( )+( )+( ))
2 2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( )

+( ))
𝑉 = 17,472 𝑘𝑁
• Beban dinding batu bata = 2,5 × 3,5 = 8,75 kN
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦
𝑉 = 2 × (( )+( )+( )+( ))
2 2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( )

+( ))
𝑉 = 91 𝑘𝑁
• Total beban P8 = 155,854+13.44+17.472+91 = 277,766 kN
9. Beban P9
Beban yang bekerja pada P9
 Beban P6 = 109,524 kN
 Berat sendiri kolom = 0,4 × 0,4 × 3,5 × 2,4 = 13,44 kN/m

 Berat sendiri balok = 0,20 × 0,35 × 2,4 = 1,68 kN/m


𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 12,432 𝑘𝑁
• Beban dinding batu bata = 2,5 × 3,5 = 8,75 kN
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 64,75 𝑘𝑁
• Total beban P9 = 109,524+13,44+12,432+64,75 = 200,146 kN
42
10. Beban P10
Beban yang bekerja pada P10
 Beban P7 = 212,062 kN
 Berat sendiri kolom = 0,4 × 0,4 × 3,5 × 2,4 = 13,44 kN/m

 Berat sendiri balok = 0,20 × 0,35 × 2,4 = 1,68 kN/m


𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 12,432 𝑘𝑁
• Beban dinding batu bata = 2,5 × 3,5 = 8,75 kN
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 65,625 𝑘𝑁
Total beban P10 = 212,062+13,44+12,432+65,625 = 303,559 kN
11. Beban P11
Beban yang bekerja pada P11
 Beban P8 = 277,766 kN
 Berat sendiri kolom = 0,4 × 0,4 × 3,5 × 2,4 = 13,44 kN/m

 Berat sendiri balok = 0,20 × 0,35 × 2,4 = 1,68 kN/m


𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦
𝑉 = 2 × (( )+( )+( )+( ))
2 2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( )

+( ))
𝑉 = 17,472 𝑘𝑁
• Beban dinding batu bata = 2,5 × 3,5 = 8,75 kN
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦
𝑉 = 2 × (( )+( )+( )+( ))
2 2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( )
43
+( ))
𝑉 = 91 𝑘𝑁
 Total beban P11 = 277,766+13.44+17.472+91 = 399,678 kN
12. Beban P12
Beban yang bekerja pada P12
 Beban P9 = 200,146 kN
 Berat sendiri kolom = 0,4 × 0,4 × 3,5 × 2,4 = 13,44 kN/m

 Berat sendiri balok = 0,20 × 0,35 × 2,4 = 1,68 kN/m


𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 12,432 𝑘𝑁
 Beban dinding batu bata = 2,5 × 3,5 = 8,75 kN
𝑞 × 𝑙𝑥 𝑞 × 𝑙𝑦 𝑞 × 𝑙𝑥
𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
2 2 2

𝑉 = 2 × (( )+( )+( ))
𝑉 = 64,75 𝑘𝑁
 Total beban P12 = 200,146+13,44+12,432+64,75 = 290,768 kN
B. Perhitungan Cross Pada Portal

a. Momen Inersia

• Ring Balok (15/25)

𝐼= × 𝑏 × ℎ3

𝐼= × 0,15 × 0,253 = 1,953 × 10−4


• Balok Induk (20/35)

𝐼= × 𝑏 × ℎ3

𝐼= × 0,2 × 0,353 = 7,146 × 10−4


• Kolom K1 (40/60)

44
𝐼= × 𝑏 × ℎ3

𝐼= × 0,4 × 0,63 = 72 × 10−4


• Kolom K2 (40/40)

𝐼= × 𝑏 × ℎ3

𝐼= × 0,4 × 0,43 = 21 × 10−4


b. Modulus Elastisitas Beton (𝐸𝑐)
Menurut SKSNI T15-1991-03 Pasal 3.3.1-5 :

𝐸𝑐 = 4700√𝑓𝑐′

𝐸𝑐
𝐸𝑐 = 24870 𝑀𝑃𝑎 = 2,487 × 105 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

= 2,487 × 109 𝑘𝑔/𝑚2

𝐸𝑐 = 2,487 × 107 𝑘𝑁/𝑚2

• Ring Balok (15/25)


𝐸𝐼 248,7 × 105 × 1,953 × 10−4
= = 1619,037 𝑘𝑁𝑚
𝐿 3
• Balok (20/35)
𝐸𝐼 248,7 × 105 × 7,146 × 10−4
== 5924,034
𝐿 3
• Kolom K1 (40/60)
𝐸𝐼 248,7 × 105 × 72 × 10−4
== 59688
𝐿 3,5
• Kolom K2 (40/40)
𝐸𝐼 248,7 × 105 × 21 × 10−4
== 17409
𝐿 3,5

c. Faktor Distribusi (DF)


• Titik M

45
𝐸𝐼
𝐿
𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = (𝑀𝑁)
𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝑀𝑁) + 𝐿 (𝑀𝐽)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,085
𝐸𝐼
𝐿
𝐷𝐹 (𝑀𝐽) = (𝑀𝐽)
𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝑀𝑁) + 𝐿 (𝑀𝐽)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,914

 Titik N
𝐸𝐼
𝐷𝐹 (𝑁𝑀) = 𝐿 (𝑁𝑀)
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝑁𝑀) + 𝐿 (𝑁𝐾) + 𝐿 (𝑁𝑂)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,078
𝐸𝐼
𝐿
𝐷𝐹 (𝑁𝐾) = (𝑁𝐾)
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
(𝑁𝑀) + (𝑁𝐾) + (𝑁𝑂)
𝐿 𝐿 𝐿

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,843
𝐸𝐼
𝐿
𝐷𝐹 (𝑁𝑂) = (𝑁𝑂)
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
(𝑁𝑀) + (𝑁𝐾) + (𝑁𝑂)
𝐿 𝐿 𝐿

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,078

46
 Titik O
𝐸𝐼
(𝑂𝑁)
𝐿
𝐷𝐹 (𝑂𝑁) =
𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝑂𝑁) + 𝐿 (𝑂𝐿)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,085

47
𝐷𝐹 =
𝐸𝐼
(𝑂𝐿) 𝐿 (𝑂𝐿)
𝐸𝐼 𝐸𝐼
(𝑂𝑁) + (𝑂𝐿)
𝐿 𝐿

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,914
 Titik J
𝐸𝐼
𝐿
𝐷𝐹 (𝐽𝑀) = (𝐽𝑀)
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐽𝑀) + 𝐿 (𝐽𝐾) + 𝐿 (𝐽𝐺)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,209
𝐸𝐼
(𝐽𝐾)
𝐿
𝐷𝐹 (𝐽𝐾) =
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐽𝑀) + 𝐿 (𝐽𝐾) + 𝐿 (𝐽𝐺)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,071
𝐸𝐼
(𝐽𝐺)
𝐿
𝐷𝐹 (𝐽𝐺) =
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐽𝑀) + 𝐿 (𝐽𝐾) + 𝐿 (𝐽𝐺)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,718
 Titik K
𝐸𝐼
𝐿
𝐷𝐹 (𝐾𝐽) = (𝐾𝐽)

48
𝐷𝐹 =
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐾𝐽) + 𝐿 (𝐾𝑁) + 𝐿 (𝐾𝐿) + 𝐿 (𝐾𝐻)

𝐷 (𝑀𝑁) = = 0,07
𝐸𝐼
𝐿
𝐷𝐹 (𝐾𝑁) = (𝐾𝑁)

𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐾𝐽) + 𝐿 (𝐾𝑁) + 𝐿 (𝐾𝐿) + 𝐿 (𝐾𝐻)

𝐷 (𝑀𝑁) =
= 0,209
𝐸𝐼
(𝐾𝐿) 𝐿 (𝐾𝐿)

𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
(𝐾𝐽) + (𝐾𝑁) + (𝐾𝐿) + (𝐾𝐻)
𝐿 𝐿 𝐿 𝐿

𝐷 (𝑀𝑁) =
= 0,066
𝐸𝐼
𝐿
𝐷𝐹 (𝐾𝐻) = (𝐾𝐻)

𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐾𝐽) + 𝐿 (𝐾𝑁) + 𝐿 (𝐾𝐿) + 𝐿 (𝐾𝐻)

𝐷 (𝑀𝑁) =
= 0,671

 Titik L
𝐸𝐼
𝐷𝐹 (𝐿𝐾) = 𝐿 (𝐿𝐾)

49
𝐷𝐹 =
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐿𝐾) + 𝐿 (𝐿𝑂) + 𝐿 (𝐿𝐼)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,071
𝐸𝐼
𝐿
𝐷𝐹 (𝐿𝑂) = (𝐿𝑂)
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐿𝐾) + 𝐿 (𝐿𝑂) + 𝐿 (𝐿𝐼)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,209
𝐸𝐼
𝐷𝐹 (𝐿𝐼) = 𝐿 (𝐿𝐼)
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐿𝐾) + 𝐿 (𝐿𝑂) + 𝐿 (𝐿𝐼)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,718
 Titik G
𝐸𝐼
𝐷𝐹 (𝐺𝐽) = 𝐿 (𝐺𝐽)
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
(𝐺𝐽) + (𝐺𝐻) + (𝐺𝐷)
𝐿 𝐿 𝐿

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,476
𝐸𝐼
(𝐺𝐻) 𝐿 (𝐺𝐻)
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
(𝐺𝐽) + (𝐺𝐻) + (𝐺𝐷)
𝐿 𝐿 𝐿

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,047

50
𝐷𝐹 =
𝐸𝐼
𝐿
𝐷𝐹 (𝐺𝐷) = (𝐺𝐷)
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
(𝐺𝐽) + (𝐺𝐻) + (𝐺𝐷)
𝐿 𝐿 𝐿

𝐷𝐹(𝑀𝑁) = = 0,476
 Titik H
𝐸𝐼
(𝐻𝐺)
𝐿
𝐷𝐹 (𝐻𝐺) =
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
(
𝐿 𝐻𝐺) + 𝐿 (𝐻𝐾) + 𝐿 (𝐻𝐼) + 𝐿 (𝐻𝐸)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,045
𝐸𝐼
(𝐻𝐾)
𝐿
𝐷𝐹 (𝐻𝐾) =

𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐻𝐺) + 𝐿 (𝐻𝐾) + 𝐿 (𝐻𝐼) + 𝐿 (𝐻𝐸)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,454
𝐸𝐼
(𝐻𝐼)
𝐿
𝐷𝐹 (𝐻𝐼) =
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐻𝐺) + 𝐿 (𝐻𝐾) + 𝐿 (𝐻𝐼) + 𝐿 (𝐻𝐸)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,045

51
𝐷𝐹 =
𝐸𝐼
𝐿
𝐷𝐹 (𝐻𝐸) = (𝐻𝐸)

𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐻𝐺) + 𝐿 (𝐻𝐾) + 𝐿 (𝐻𝐼) + 𝐿 (𝐻𝐸)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,454
 Titik I
𝐸𝐼
𝐷𝐹 (𝐼𝐻) = 𝐿 (𝐼𝐻)
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐼𝐻) + 𝐿 (𝐼𝐿) + 𝐿 (𝐼𝐹)

52
𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,047
𝐸𝐼
𝐿
𝐷𝐹 (𝐼𝐿) = (𝐼𝐿)
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝐿 (𝐼𝐻) + 𝐿 (𝐼𝐿) + 𝐿 (𝐼𝐹)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,476
𝐸𝐼
𝐿
𝐷𝐹 (𝐼𝐹) = (𝐼𝐹)
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
(
𝐿 𝐼𝐻) + 𝐿 (𝐼𝐿) + 𝐿 (𝐼𝐹)

𝐷𝐹 (𝑀𝑁) = = 0,476

53
4.4.3 Perhitungan Free Body Portal
TITIK KUMPUL G H I J

BATANG GJ GH GD HG HK HI HE IH IL IF JM JK JG
PANJANG 3.5 3 3.5 3 3.5 2.9 3.5 2.9 3.5 3.5 3.5 3 3.5
EI 59688 5924.34 59688 5924.34 59688 5924.34 59688 59688 5924.34 59688 17409 5924.34 59688
KEKAKUAN 17053.71 1974.78 17053.71 1974.78 17053.71 2042.88 17053.71 20582.07 1692.67 17053.71 4974.00 1974.78 17053.71
FAKTOR
DISTRIBUSI 0.473 0.055 0.473 0.052 0.447 0.054 0.447 0.523 0.043 0.434 0.207 0.082 0.710
KONTROL 1.000 1.000 1.000 1.000

MOMEN PRIMER 15.180 11.153 15.180 11.153 15.180 10.421 15.180 10.421 15.180 15.180 15.180 11.153 15.180
MOMEN
DISTRIBUSI -19.620 -2.272 -19.620 -2.690 -23.230 -2.783 -23.230 -21.342 -1.755 -17.684 -8.602 -3.415 -29.494
MOMEN UJUNG -4.440 8.881 -4.440 8.462 -8.051 7.639 -8.051 -10.921 13.425 -2.504 6.577 7.737 -14.314

K L M N O

KJ KN KL KH LK LO LI MN MJ NM NO NK ON OL
3 3.5 2.9 3.5 2.9 3.5 3.5 3 3.5 3 2.9 3.5 2.9 3.5
5924.34 17409 5924.34 59688 5924.34 17409 59688 1619.037 17409 1619.037 17409 1619.037 1619.037 17409
1974.78 4974.00 2042.88 17053.71 2042.88 4974.00 17053.71 539.68 4974.00 539.68 6003.10 462.58 558.29 4974.00
0.076 0.191 0.078 0.655 0.085 0.207 0.708 0.098 0.902 0.077 0.857 0.066 0.101 0.899
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

11.153 15.180 10.421 15.180 10.421 15.180 15.180 11.153 15.180 11.153 10.421 15.180 10.421 15.180
-3.938 -9.918 -4.073 -34.004 -3.461 -8.427 -28.893 -2.577 -23.755 -2.831 -31.495 -2.427 -2.584 -23.018
7.215 5.262 6.348 -18.825 6.960 6.753 -13.713 8.575 -8.575 8.321 -21.074 12.753 7.838 -7.838
A. Reaksi Perletakan
a. Free Body MN

P1 P2 qRB = 1619,037 kN/m

𝑀𝑀𝑁 = 8,575 𝑘𝑁𝑚

𝑀𝑁𝑀 = 8,321 𝑘𝑁𝑚


MMN QRB𝑃1 MNM
= 29,07
M N kN
300
𝑃2 = 33,942 kN

𝑄𝑅𝐵 = 𝑞𝑅𝐵 × 𝐿 = 1619,037 × 3 = 4857,111

⅀𝑀𝑀 = 0

𝑅𝑁𝑉. 𝐿 − 𝑄𝑅𝐵. 12 . 𝐿 − 𝑀𝑁𝑀 + 𝑀𝑀𝑁 − 𝑃1. 𝐿 = 0

𝑅𝑁𝑉. 3 − 4857,111 . .3 − 8,321 + 8,575 − 29,07 . 3 = 0


𝑅𝑁𝑉. 3 − 7372,622 = 0 𝑅𝑁𝑉 = 2457,54 𝑘𝑁

⅀𝑀𝑁 = 0

𝑅𝑀𝑉. 𝐿 − 𝑄𝑅𝐵. 12 . 𝐿 + 𝑀𝑀𝑁 − 𝑀𝑁𝑀 − 𝑃2. 𝐿 = 0

𝑅𝑁𝑉. 3 − 4857,111 . .3 + 8,321 − 8,575 − 33,942 .3 = 0


𝑅𝑁𝑉. 3 − 7387,746 = 0

𝑅𝑁𝑉 = 2462,582 𝑘𝑁
b. Free Body NO qRB = 1619,037 kN/m

P2 P3 𝑀𝑁𝑂 = −21,074 𝑘𝑁𝑚

𝑀𝑂𝑁 = 7,838 𝑘𝑁𝑚

𝑃2 = 33,942 kN
MNO QRB MON
N
290
O 𝑃3 = 28,903 kN

𝑄𝑅𝐵 = 𝑞𝑅𝐵 × 𝐿 = 1619,037 ×


2,9 = 4695,207

⅀𝑀𝑁 = 0

𝑅𝑂𝑉. 𝐿 − 𝑄𝑅𝐵. 12 . 𝐿 + 𝑀𝑁0 − 𝑀𝑂𝑁 − 𝑃2. 𝐿 = 0

𝑅𝑂𝑉. 2,9 − 4695,207 . .2,9 − 21,074 + 7,838 − 29,07 .2,9 = 0


𝑅𝑂𝑉. 2,9 − 6905,589 = 0

𝑅𝑂𝑉 = 2381,237 𝑘𝑁
⅀𝑀𝑂 = 0

𝑅𝑁𝑉. 𝐿 − 𝑄𝑅𝐵. 12 . 𝐿 + 𝑀𝑁𝑂 − 𝑀𝑂𝑁 − 𝑃3. 𝐿 = 0

𝑅𝑁𝑉. 2,9 − 4695,207 . .2,9 + 8,321 − 8,575 − 28,903 .2,9 = 0


𝑅𝑁𝑉. 2,9 − 6892,123 = 0

𝑅𝑁𝑉 = 2376,594 𝑘𝑁
c. Free Body JK

P4 P5 qB = 5924,34 kN/m

𝑀𝐽𝐾 = 7,737 𝑘𝑁𝑚

𝑀𝐾𝐽 = 7,215 𝑘𝑁𝑚


MJK QRB MKJ
J K 𝑃4 = 120,565 kN
300
𝑃5 = 155,854 kN

𝑄𝐵 = 𝑞𝐵 × 𝐿 = 5924,34 × 3 = 17773,02

⅀𝑀𝐽 = 0

𝑅𝐾𝑉. 𝐿 − 𝑄𝑅𝐵. 12 . 𝐿 + 𝑀𝐽𝐾 − 𝑀𝐾𝐽 − 𝑃4. 𝐿 = 0

𝑅𝐾𝑉. 3 − 17773,02 . .3 − 7,737 + 7,215 − 120,565 . 3 = 0


𝑅𝐾𝑉. 3 − 27036,177 = 0

𝑅𝐾𝑉 = 9012,059 𝑘𝑁

⅀𝑀𝐾 = 0

𝑅𝐽𝑉. 𝐿 − 𝑄𝑅𝐵. 12 . 𝐿 + 𝑀𝐽𝐾 − 𝑀𝐾𝐽 − 𝑃5. 𝐿 = 0

𝑅𝐽𝑉. 3 − 17773,02 . .3 + 8,321 − 8,575 − 155,854 . 3 = 0


𝑅𝐽𝑉. 3 − 27127,346 = 0

𝑅𝐽𝑉 = 9042,448 𝑘𝑁

d. Free Body KL

57
P5 P6 qB = 5924,34 kN/m

𝑀𝐾𝐿 = 6.348 𝑘𝑁𝑚

𝑀𝐿𝐾 = 6.960 𝑘𝑁𝑚


MKL QRB MLK
K L 𝑃5 = 155,854 kN
290
𝑃6 = 109,524 kN

𝑄𝐵 = 𝑞𝐵 × 𝐿 = 5924,34 × 2,9 = 17180,586

⅀𝑀𝐾 = 0

𝑅𝐿𝑉. 𝐿 − 𝑄𝑅𝐵. 12 . 𝐿 + 𝑀𝐾𝐿 − 𝑀𝐿𝐾 − 𝑃6. 𝐿 = 0

𝑅𝐿𝑉. 2,9 − 17180,586 . .2,9 − 6,348 + 6,960 − 109,524 .2,9


=0
𝑅𝐿𝑉. 2,9 − 25228,857 = 0

𝑅𝐿𝑉 = 8699,606 𝑘𝑁

⅀𝑀𝐿 = 0

𝑅𝐾𝑉. 𝐿 − 𝑄𝑅𝐵. 12 . 𝐿 + 𝑀𝐾𝐿 − 𝑀𝐿𝐾 − 𝑃5. 𝐿 = 0

𝑅𝐾𝑉. 2,9 − 17180,586 . .2,9 + 6,348 − 6,960 − 155,854 . 2,9


=0
𝑅𝐾𝑉. 2,9 − 25363,214 = 0

𝑅𝐾𝑉 = 8745,936 𝑘𝑁

e. Free Body GH

P7 P8 qB = 5924,34
kN/m

𝑀𝐺𝐻 = 8,881 𝑘𝑁𝑚


MGH QRB MHG 𝑀𝐻𝐺 = 8,462 𝑘𝑁𝑚
G H
300
𝑃7 = 212,062 kN

𝑃8 = 277,766 kN

58
𝑄𝐵 = 𝑞𝐵 × 𝐿 = 5924,34 × 3 = 17773,02

⅀𝑀𝐺 = 0

𝑅𝐻𝑉. 𝐿 − 𝑄𝑅𝐵. 12 . 𝐿 + 𝑀𝐺𝐻 − 𝑀𝐻𝐺 − 𝑃8. 𝐿 = 0

𝑅𝐻𝑉. 3 − 17773,02 . .3 + 8,881 − 8,462 − 277,766 . 3 = 0


𝑅𝐻𝑉. 3 − 27492,409 = 0

𝑅𝐻𝑉 = −9164,136 𝑘𝑁

⅀𝑀𝐻 = 0

𝑅𝐺𝑉. 𝐿 − 𝑄𝑅𝐵. 12 . 𝐿 + 𝑀𝐺𝐻 − 𝑀𝐻𝐺 − 𝑃5. 𝐿 = 0

𝑅𝐺𝑉. 3 − 17773,02 . .3 + 8,881 − 8,462 − 212,062 .3 = 0


𝑅𝐺𝑉. 3 − 27295.267 = 0

𝑅𝐺𝑉 = 9098,422 𝑘𝑁
f. Free Body HI

P8 P9 qB = 5924,34 kN/m

𝑀𝐻𝐼 = 7,639 𝑘𝑁𝑚

𝑀𝐼𝐻 = −10,921 𝑘𝑁𝑚


MHI QRB MIH
H
290
I 𝑃8 = 277,766 kN

𝑃9 = 200,146 kN

𝑄𝐵 = 𝑞𝐵 × 𝐿 = 5924,34 × 2,9 = 17180,586

⅀𝑀𝐻 = 0

𝑅𝐼𝑉. 𝐿 − 𝑄𝑅𝐵. 12 . 𝐿 + 𝑀𝐻𝐼 − 𝑀𝐼𝐻 − 𝑃9. 𝐿 = 0

𝑅𝐼𝑉. 2,9 − 17180,586 . .2,9 + 7,639 + 10,921 − 200,146 .2,9


=0
𝑅𝐼𝑉. 2,9 − 25488,991 = 0 𝑅𝐼𝑉 = 8789,307 𝑘𝑁

⅀𝑀𝐼 = 0

59
𝑅𝐾𝑉. 𝐿 − 𝑄𝑅𝐵. 12 . 𝐿 + 𝑀𝐻𝐼 − 𝑀𝐼𝐻 − 𝑃8. 𝐿 = 0

𝑅𝐾𝑉. 2,9 − 17180,586 . .2,9 + 6,348 − 6,960 − 277,766 . 2,9


=0
𝑅𝐾𝑉. 2,9 − 25714,089 = 0

𝑅𝐾𝑉 = 8866,089 𝑘𝑁
g. Free Body MJ
M

MNJ 𝑀𝑀𝐽 = −8,575 𝑘𝑁𝑚


350

𝑀𝐽𝑀 = 6,577 𝑘𝑁𝑚


MJM

⅀𝑀𝑀 = 0

𝑅𝐽𝐻. 𝐿 + 𝑀𝑀𝐽 + 𝑀𝐽𝑀 = 0

𝑅𝐽𝐻. 3,5 − 8,575 + 6,577 = 0

𝑅𝐽𝐻. 3,5 − 1,998 = 0 𝑅𝐽𝐻 = 0,571 𝑘𝑁

⅀𝑀𝐽 = 0

𝑅𝑀𝐻. 𝐿 + 𝑀𝑀𝐽 + 𝑀𝐽𝑀 = 0

𝑅𝑀𝐻. 3,5 − 8,575 + 6,577 = 0

𝑅𝑀𝐻. 3,5 − 1,998 = 0

𝑅𝑀𝐻 = 0,571 𝑘𝑁
h. Free Body NK
N

MNK
𝑀𝑁𝐾 = 12,753 𝑘𝑁𝑚
350

𝑀𝐾𝑁 = 5,262 𝑘𝑁𝑚


MKN

⅀𝑀𝑁 = 0

𝑅𝐾𝐻. 𝐿 + 𝑀𝑁𝐾 + 𝑀𝐾𝑁 = 0

𝑅𝐾𝐻. 3,5 + 12,753 + 5,626 = 0

𝑅𝐾𝐻. 3,5 + 18,379 = 0


𝑅𝐾𝐻 = −5,251 𝑘𝑁
60
⅀𝑀𝐾 = 0

𝑅𝑁𝐻. 𝐿 + 𝑀𝑁𝐾 + 𝑀𝐾𝑁 = 0

𝑅𝑁𝐻. 3,5 + 12,753 + 5,626 = 0

𝑅𝑁𝐻. 3,5 + 18,379 = 0

𝑅𝑁𝐻 = −5,251 𝑘𝑁
i. Free Body OL
O

𝑀𝑂𝐿 = −7,838 𝑘𝑁𝑚


MOL
350

𝑀𝐿𝑂 = 6,753 𝑘𝑁𝑚


MLO

⅀𝑀𝑂 = 0

𝑅𝐿𝐻. 𝐿 + 𝑀𝑂𝐿 + 𝑀𝐿𝑂 = 0

𝑅𝐿𝐻. 3,5 − 7,838 + 6,753 = 0

𝑅𝐿𝐻. 3,5 − 1,085 = 0

𝑅𝐿𝐻 = 0,31 𝑘𝑁

⅀𝑀𝐿 = 0

𝑅𝑂𝐻. 𝐿 + 𝑀𝑂𝐿 + 𝑀𝐿𝑂 = 0

𝑅𝑂𝐻. 3,5 − 7,838 + 6,753 = 0

𝑅𝑂𝐻. 3,5 − 1,085 = 0

𝑅𝑂𝐻 = 0,31 𝑘𝑁

4.4.4 Perhitungan Tulangan


A. Perhitungan Tulangan Balok

a. Ring Balok
 Tinggi Balok = 250 mm
 Lebar Balok = 150 mm

 Ø tul. Utama = 13 mm

 Ø tul. Sengkang = 8 mm

61
 Tebal selimut beton = 40 mm

 fc' = 28 MPa

 fy = 380 MPa

𝑑 𝑒𝑓𝑓 = ℎ − 𝑝 − . Ø tul.Utama − Ø tul. Sengkang

𝑑 𝑒𝑓𝑓 = 250 − 40 − . 13 − 8
𝑑 𝑒𝑓𝑓 = 195,5 𝑚𝑚

𝑀𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 7,614 𝑘𝑁𝑚

𝑀𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = 0,372 𝑘𝑁𝑚

o Tulangan Tumpuan

𝑀𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = 0,372 𝑘𝑁𝑚

𝑘=𝑏 𝑀𝑢. 𝑑2 = 0,15.00,37,19552 =


64,54 𝑘𝑁/𝑚2

= 0,0645 𝑀𝑃𝑎 Dari


tabel A-10 diadpat :
k = 1,3463 Mpa ρ min = 0,0058 k = 7,5643
Mpa ρ maks =0,0403 maka, dipakai ρ min
= 0,0058 𝐴𝑠 = ρ . b . d
𝐴𝑠 = 0,0058 .150 . 195,5
𝐴𝑠 = 170,085 𝑚𝑚2
Dipakai tulangan 2 D 13 o
Tulangan Lapangan

62
𝑀𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = 7,614 𝑘𝑁𝑚

𝑘=𝑏 𝑀𝑢. 𝑑2 = 0,157.,0614,19552 =


1328,1 𝑘𝑁/𝑚2

= 1,3281 𝑀𝑃𝑎 Dari


tabel A-10 diadpat :
k = 1,3463 Mpa ρ min = 0,0058 k = 7,5643
Mpa ρ maks =0,0403 maka, dipakai ρ min
= 0,0058 𝐴𝑠 = ρ . b . d
𝐴𝑠 = 0,0058 .150 . 195,5
𝐴𝑠 = 170,085 𝑚𝑚2
Dipakai tulangan 2 D 13 o
Tulangan Geser

𝑉𝑢 = . 𝑊𝑢 . 𝑙 = . 8,204 . 3 = 12,306 𝑘𝑁 = 12306 𝑁


𝑉𝑢 12306
𝑣𝑢 = = = 0,419 𝑀𝑃𝑎
𝑏𝑑 150.195,5

Ø𝑣𝑐

= 25,862𝑘𝑁 = 0,25862 𝑀𝑃𝑎


𝐾𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑉𝑢 > ∅ 𝑉𝑐 = 0,419 𝑀𝑃𝑎 > 0,258 𝑀𝑃𝑎 maka tidak
memerlukan tulangan geser.

𝐶ℎ𝑒𝑐𝑘 ∅ 𝑉𝑠 ≤ ∅ 𝑉𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠

∅ 𝑉𝑠 = 𝑉𝑢 − ∅ 𝑉𝑐 = 0,419 − 0,258

= 0,161 𝑀𝑃𝑎 < 2,00 𝑀𝑃𝑎

𝐴𝑣 𝑏. 𝑠150.195,5 𝑚𝑚2

Av = luasan penampang sengkang diambil Ø 8

𝐴𝑣. 𝑑. 𝑓𝑦. 10−3 (100,6 . 195,5 . 380)10−3


𝑆= =
𝑉𝑠 0,161
= 4641,97 𝑚𝑚2
63
Digunakan sengkang Ø 8 – 150 mm

Menentukan spasi maksimum yang dibutuhkan

𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3 𝐴𝑣𝑓𝑦 = 3.100,6.380 = 764,56


𝑚𝑚2
𝑏𝑤 150
Digunakan sengkang Ø 8 – 200 mm

Gambar Tulangan Tumpuan dan Lapangan

Ring balok (M-N = N-O)


b. Balok Induk
 Tinggi Balok = 350 mm
 Lebar Balok = 200 mm

 Ø tul. Utama = 13 mm

 Ø tul. Sengkang = 8 mm

 Tebal selimut beton = 40 mm

 fc' = 28 MPa

 fy = 380 MPa

64
𝑑 𝑒𝑓𝑓 = ℎ − 𝑝 − . Ø tul.Utama − Ø tul. Sengkang

𝑑 𝑒𝑓𝑓 = 350 − 40 − . 13 − 8
𝑑 𝑒𝑓𝑓 = 295.5 𝑚𝑚

𝑀𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 12,172 𝑘𝑁𝑚

𝑀𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = 3,097 𝑘𝑁𝑚

o Tulangan Tumpuan

𝑀𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = 3,097 𝑘𝑁𝑚

𝑘=𝑏 𝑀𝑢. 𝑑2 = 0,203.,0097,29552 =


177,3 𝑘𝑁/𝑚2 = 0,177 𝑀𝑃𝑎

Dari tabel A-10 didapat :

k = 1,3463 Mpa ρ min = 0,0058 k = 7,5643


Mpa ρ maks =0,0403
maka, dipakai ρ min = 0,0058

𝐴𝑠 = ρ . b . d
𝐴𝑠 = 0,0058 .200 . 295,5
𝐴𝑠 = 342,78 𝑚𝑚2
Dipakai tulangan 3 D 13 o
Tulangan Lapangan

𝑀𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = 12,172 𝑘𝑁𝑚


𝑀𝑢 12,172

65
𝑘=𝑏 . 𝑑2 = 0,20. 0,29552 = 696,9
𝑘𝑁/𝑚2 = 0,696 𝑀𝑃𝑎

Dari tabel A-10 diadpat :

k = 1,3463 Mpa ρ min = 0,0058 k = 7,5643


Mpa ρ maks =0,0403 maka, dipakai ρ min =
0,0058
𝐴𝑠 = ρ . b . d
𝐴𝑠 = 0,0058 .200 . 295,5
𝐴𝑠 = 342,78 𝑚𝑚2
Dipakai tulangan 3 D 13 o
Tulangan Geser

𝑉𝑢 𝑁

𝑣𝑢 𝑀𝑃𝑎
𝑏𝑑 200.295,5

Ø𝑣𝑐

= 52,12 𝑘𝑁 = 0,5212 𝑀𝑃𝑎


𝐾𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑉𝑢 > ∅ 𝑉𝑐 = 0,74 𝑀𝑃𝑎 > 0,52 𝑀𝑃𝑎 maka tidak
memerlukan tulangan geser.

𝐶ℎ𝑒𝑐𝑘 ∅ 𝑉𝑠 ≤ ∅ 𝑉𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠

∅ 𝑉𝑠 = 𝑉𝑢 − ∅ 𝑉𝑐 = 0,74 − 0,52

= 0,22 𝑀𝑃𝑎 < 2,00 𝑀𝑃𝑎

𝐴𝑣 𝑏. 𝑠200.295,5 𝑚𝑚2

Av = luasan penampang sengkang diambil Ø 10

𝐴𝑣. 𝑑. 𝑓𝑦. 10−3 (100,6 . 295,5 . 380)10−3


𝑆= =
𝑉𝑠 0,22
= 51347,15 𝑚𝑚2
Digunakan sengkang Ø 8 – 150 mm

Menentukan spasi maksimum yang dibutuhkan


66
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3 𝐴𝑣𝑓𝑦 = 3.100,6.380 = 573,42
𝑚𝑚2
𝑏𝑤 200
Digunakan sengkang Ø 8 – 200 mm

Gambar Tulangan Tumpuan

Gambar Tulangan Tumpuan

B. Perhitungan Tulangan Kolom

67
• Momen dan Gaya Aksial Rencana:
Di ambil beban yang paling tinggi

Nmaks = Pu = 2285,6 kN Mmaks = Mu = 217,11 kNm E =


2,65. (10)3 / 245 mm
=10,8

• Menentukan Penulangan
Ditaksir ukuran kolom 400 mm x 400 mm dengan jumlah
penulangan 1,5 %.
𝑃 = 𝑝’ = 𝐴𝑠 / 𝑏𝑑 = 696 / ( 400 𝑥 400) = 0.00435
𝐴𝑆 = 𝐴𝑆’ = 0.015 𝑥 400 𝑥 400 = 2400 𝑚𝑚2
Dicoba dengan 3D19 pada masing–masing sisi kolom (AS = 2551,75 mm2)
ρ = 2551,75 / 400 x 400 = 0,015

Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang Pub:

𝑑 = 400 – 40 = 360 𝑚𝑚
𝐶𝑏 = (600 𝑥 400 )/ (600𝑥340) = 118 𝑚𝑚
𝑎𝑏 = 1. 𝐶𝑏 = 0,85. (118) = 100 𝑚𝑚


= 𝐶𝑏 − 𝑑′ (0,003) = 118 − 40
(0,003)
𝐸𝑠
𝐶𝑏 118


= 0,002 ˂ 𝑓𝑦
𝐸𝑠
𝐸𝑠
𝑓𝑆’ = 𝐸𝑆. 𝐸𝑆’ = 200000(0,002) = 400 𝑀𝑝𝑎

68
BAB 5 KESIMPULAN
Perencanaan struktur rumah 3 Lantai sesuai dengan Tata Perencanaan Struktur
Beton untuk Rumah dan Gedung. Secara garis besar perencanaan rumah 3 lantai adalah
sebagai berikut :

1. Komponen Non Struktural

Struktur atap, terbuat dari konstruksi baja profil siku dengan sambungan
baut sehingga dapat mencapai bentang yang panjang, penutup menggunakan
genting. Plat lantai direncanakan sistem plat dua arah dengan ketebalan 12 cm
tipikal untuk seluruh tingkat.

2. Struktur utama portal didesain dengan menggunakan beton dengan

fc’= 25 MPa dan mutu baja fy = 240 MPa. Adapun ukuran struktur yang

digunakan:

• Balok Induk = 20 × 35 cm2


• Ring Balok = 15 × 25 cm2
• Kolom I = 40 × 60 cm 2
• Kolom II = 40 × 40 cm 2
• Struktur bawah = Pondasi Tiang Pancang

69
Tampak Depan
BALOK B1
TUMPUAN LAPANGAN

BALOK B1
TUMPUAN LAPANGAN
KOLOM K1

Anda mungkin juga menyukai