Anda di halaman 1dari 32

TUGAS BESAR

STRUKTUR BETON BERTULANG III


Analisis dan Desain Struktur Pada Perencanaan Perpustakaan 3 Lantai Di
Kota Padang

Dosen Pembimbing :
Ir. Sugiharti, MT.

Disusun Oleh :
1. Desma Samosir (1931310010)
2. Rahma Dani (1931310027)

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Analisis dan Desain Struktur Pada Perencanaan
Gedung Perpustakaan 3 Lantai Di Kota Padang”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah
satu mata kuliah Struktur Beton Bertulang.

Kami menyadari bahwa selama penulisan laporan ini banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Ir. Sugiharti, M.T selaku dosen ke-1 mata kuliah Struktur Beton Bertulang III yang
telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk meyelesaikan tugas ini.
2. Bapak Bobby Asukmajaya Raharjo, S,ST., M.T selaku dosen ke-2 mata kuliah Struktur
Beton Bertulang III yang telah memebrikan kepercayaan kepada penulis untuk
meyelesaikan tugas ini.
3. Teman satu kelompok yang sudah berusaha keras dalam mengerjakan laporan tugas besar
ini.
4. Teman satu kelas yang saling memotivasi dan membantu untuk menyelesaikan laporan
ini sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

Laporan ini bukanlah hasil yang sempurna karena masih banyak kekurangan, baik dalam hal
isi maupun sistematika dan teknik penulisan lapoeran ini. oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran terkait laporan ini untuk membangun demi kesempurnaan
laporan ini.

Malang. 10 September 2021

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan yang berjudul “Analisis dan Desain Struktur Pada Perencanaan Gedung
Perpustakaan 3 Lantai Di Kota Padang” disusun sebagai tugas besar mata kuliah Struktur
Beton Bertulang III sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah ini.

Malang, 10 September 2021

Mengetahui Mengetahui

Penyusun Penyusun

Desma Samosir Rahma Dani


NIM. 1931310010 NIM. 1931310027

Menyetujui,

Dosen Penanggung Jawab

Ir. Sugiharti, M.T.

NIP. 195709291986032002
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I
KONSEP DASAR PERENCANAAN STRUKTUR
1. Deskripsi Struktur

Struktur bangunan adalah bagian-bagian dari sebuah bangunan yang membentuk


bangunan tersebut. Bagian struktur bangunan tersebut mulai dari pondasi, balok,
kerangka, pelengkung, dinding dan lain-lainnya. Struktur-struktur ini berfungsi untuk
mendukung elemen-elemen konstruksi lain seperti interior dan arsitektur bangunan.
Elemen-elemen struktur rangka bangunan memang memiliki fungsi berbeda, tetapi
tujuannya tetap sama. Struktur rangka bangunan memiliki peran yang penting dalam
dunia konstruksi. Keselamatan orang sangat tergantung oleh kekuatannya. Kelemahan
atau kerusakan bisa menyebabkan cedera atau pun kematian. Karena itu, struktur itu tidak
boleh sembarangan dibangun.

Kegunaan lain dari struktur bangunan yaitu meneruskan beban bangunan dari
bagian bangunan atas menuju bagian bangunan bawah, lalu menyebarkannya ke tanah.
Perancangan struktur harus memastikan bahwa bagian-bagian sistem struktur ini sanggup
mengizinkan atau menanggung gaya gravitasi dan beban bangunan, kemudian
menyokong dan menyalurkannya ke tanah dengan aman.

Struktur rangka bangunan bisa dibagi menjadi dua jenis yaitu struktur bawah dan
struktur atas. Namun, ada juga yang membaginya menjadi tiga klasifikasi, di antaranya
struktur atas, struktur tengah dan struktur bawah. Berikut penjelasannya

1. Struktur bawah bangunan (substruktur)

Struktur bawah adalah bagian-bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan


tanah. Contohnya adalah pondasi, basement, dan sloof.

2. Struktur tengah bangunan

Bagian struktur tengah berada di antara tanah dan atap. Ini termasuk dinding, kolom
dan lain-lainnya.
3. Struktur atas bangunan (superstruktur)

Untuk bagian struktur yang paling atas berfungsi sebagai penopang atap yang
berbentuk memanjang ke atas. Contohnya seperti pondasi, kerangka dan lain-lain.

Pada perencanaan kali ini kami merancang sebuah Gedung Perpustakaan 3 lantai
yang berlokasi di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. Bangunan ini memiliki
ukuran 30 m2 x 30 m2 dengan tinggi bangunan 12 m2. Kondisi tanah pada daerah kota
Padang ini bersifat batuan.

.
1.2 Dasar – Dasar Peraturan Perencanaan

Dalam perencanaan struktur harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dan standard
teknis. Di Indonesia, peraturan atau pedoman standar yang mengatur perencanaan dan
pelaksanaan bangunan beton bertulang telah beberapa kali mengalami perubahan dan
pembaharuan, sejak Peraturan Beton Indonesia 1995 (PBI 1955) kemudian PBI 1971,
kemudian Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton SK SNI T , dan diperbaharui
dengan Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SK-SNI.

Peraturan yang digunakan didasarkan pada pedoman perencanaan sebagai berikut :

1. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung Berdasarkan SNI-2847-2019

2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung Berdasarkan SNI
1726:2019

3. Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain Berdasarkan
SNI 1727:2019

4. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung Berdasarkan SNI 1727:2013

Peraturan struktur bangunan harus menetapkan syarat minimum yang berhubungan


dengan segi keamanan. Konstruksi harus aman, kokoh, kuat, baik terhadap pengaruh cuaca,
iklim maupun terhadap pengaruh lainnya.

Dengan demikian perlu disadari bahwa suatu peraturan bangunan bukanlah hanya
diperlukan sebagai petunjuk praktis yang disarankan untuk dilaksanakan,tetapi dengan
merencanakan bangunan ini, diusahakan jangan sampai membahayakan atau merugikan
lingkungan, baik ketika masih dalam taraf pengerjaan maupun setelah bangunan itu
digunakan atau selesai dikerjakan.

Peraturan yang berlaku juga bukan hanya merupakan buku pegangan pelaksanaan,
bukan pula dimaksudkan untuk menggantikan pengetahuan, pertimbangan teknik, serta
pengalaman-pengalaman di masa lalu. Suatu peraturan bangunan tidak membebaskan
tanggung jawab pihak perencana untuk menghasilkan struktur bangunan yang ekonomis dan
yang lebih penting, adalah keamanan.
1.3 Mutu Bahan

Mutu atau kualitas sering disebut sebagai tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat
sesuatu. Istilah ini banyak digunakan dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam
kaitannya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa.

Data – data mutu bahan yang digunakan pada Perencanaan Gedung Pepustakaan di Kota
Padang ini adalah :

a. Mutu beton (Fc’) = 35 Mpa

b. Mutu Tulangan Utama = BJTS 520 MPa

c. Mutu Tulangan Sengkang = BJTS 280 MPa

1.4 Sistem Pembebanan

Pembebanan merupakan faktor penting dalam merancang stuktur bangunan. Untuk itu,
dalam merancang struktur perlu mengidentifikasikan beban-beban yang bekerja pada sistem
struktur. Beban-beban yang bekerja pada suatu struktur ditimbulkan secara langsung oleh
gaya-gaya alamiah dan buatan manusia . Secara umum, struktur bangunan dikatakan aman
dan stabil apabila mampu menahan beban gravitasi (beban mati dan beban hidup) dan beban
gempa yang bekerja pada bangunan tersebut. Beban yang bekerja harus lebih kecil dari
kapasitas kekuatan elemen dibagi dengan suatu faktor keamanan safety factor. Sistem
pembebanan yang akan diperhitungkan untuk memikul beban-beban dalam perencanaan
berdasarkan SNI 1727-2019 sebagai berikut:

1.4.1 Beban Gravitasi

1) Beban Mati (Dead Load)

Beban mati merupakan berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang,
termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, kladding
gedung dan komponen arsitektural dan struktural lainnya serta peralatan layan terpasang lain
termasuk berat keran (SNI 1727:2013 pasal 3.1)

Beban mati terdapat 2 jenis yaitu :

1. DL 1 = beban struktur sendiri yang otomatis terhitung dengan software RSAP

2. DL2 = beban mati tambahan seperti spesi, keramik, plafon, MEP, dinding bata.
Adapun besaran DL2 gedung perpustakaan adalah sebagai berikut :

Beban mati pada lantai :

Mortar 25 mm + keramik 19 mm =1000 kNm2


Floor fill (cinder concrete 19 mm) =0,323kNm2
Accoustical fiberboard =0,050kNm2
Rangka plafond steel =0,100kNm2
MEP =1,773 kNm2
Dinding bata =9,00 kNm2
Tabel 1.1 Beban Mati Pada Lantai

Beban mati pada atap :


Cinder Concrete =0,510 kNm2
Waterproffing (Single-ply sheet) =0,030 kNm2
Accoustical fiberboard =0.050 kNm2
Rangka plafond steel =0,100 kNm2
MEP =0,200 kNm2
Dinding bata =3,750 kNm2
Tabel 1.2 Beban mati 1.2

2) Beban Hidup
Beban hidup merupakan beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni
bangunan gedung atau struktur lain. (SNI 1727:2013 pasal 4.1). Beban hidup selalu
berubah-ubah dan sulit diperkirakan. Perubahan tersebut terjadi sepanjang waktu, baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang (Schueler, 2010). Beban hidup atap
merupakan beban yang diakibatkan pelaksanaan pemeliharaan oleh pekerja, peralatan,
dan material. Selain itu juga beban selama masa layan struktur yang diakibatkan oleh
benda bergerak, seperti tanaman atau benda dekorasi kecil yang tidak berhubungan
dengan penghunian (SNI 1727:2013 pasal 4.1).
Khusus pada bagian atas bagunan yaitu atap, beban hidup yang termasuk berasal dari air
hujan dan tekanan jatuh (energi kinetik).
Berikut beban hidup pada kategori gedung sebagai Gedung Perpustakaan yang meliputi:
No Kegunaan Merata Terpusat
(kN/m2) (kN)
1 Lobby 4,79
2 Kantor 4,79
3 Ruang rapat 4,79
4 Ruang info center 4,79
5 Lift
6 Tangga pengunjung 1,33
7 Tangga darurat 1,33
8 Gudang 7,18
9 Ruang kepala perpustakaan 2,40
10 Ruang refrensi 6,0
11 Ruang internet/computer 4,79
12 Toilet pria 1,92
13 Toilet wanita 1,92
14 Ruang koleksi anak-anak 4,79
15 Ruang fotokopi 4,79
16 Toko 4,79
17 Ruang koleksi umum 4,79
18 Ruang koleksi khusus 4,79
19 Ruang baca 2,87
20 Ruang komik dan novel 4,79
21 Aula 4,79
22 Ruang diskusi 2,87
23 Ruang baca lesehan 2,87
24 Mushola 1,92
25 Ruang koran dan majalah 4,79
26 Ruang koleksi multimedia 4,79
Tabel 1.3 Beban hidup
3) Beban Angin (Wind Load)
Beban Angin (Wind Load) Menurut Agus Setiawan (2016: 6), beban angin
merupakan beban yang timbul sebagai akibat adanya tekanan dari gerakan angin. Beban
angin ini sangat ditentukan oleh lokasi dan ketinggian dari struktur bangunan. Dalam
perencanaan ini, beban angin yang digunakan untuk konstruksi gedung perpustakaan di
Kota Padang. Beban angin pada desain minimum menurut SNI 1727:2013 adalah 0.77
kN/m2 dengan rumus untuk perhitungan beban angin adalah sebagai berikut:
WL = Tinggi bangunan x Lebar bangunan (terbesar) x 0.77 kN/m2 (1.2)
WL = 12 x 30 x 0.77 = 277,20 kN
Kecepatan angin di Padang = 5,56 m/s data terbesar pada tahun 2017, kurun
waktu 2015-2021. Sumber BPS Kota Padang.

1.4.2 Beban Gempa (Earthquake Load)

Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja ada bangunan atau
bagian bangunan yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu
(Juwana, 2005:28). Ketika pengaruh gempa pada struktur bangunan ditentukan
berdasarkan suatu analisa dinamik, maka beban gempa di sini merupakan gaya-gaya di
dalam stuktur yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu. Setiap struktur
bangunan, menurut Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Nongedung (SNI 1726:2019), harus direncanakan untuk menahan suatu
beban geser akibat gempa (v) dalam arah-arah yang ditentukan menurut rumus:

𝐶. 𝐼. 𝑊𝑡
𝑣=
𝑅

Keterangan:

C = koefisien gempa dasar

I = faktor keutamaan

R =faktor reduksi gempa

𝑊𝑡=kombinasi dari beban mati dan beban hidup

𝑊𝑡 = 1,05 (𝐷 + 0,3 𝐿)
a. Kategori Resiko Struktur

Jenis Kategori

Pemafataan Resiko
Gedung dan non Gedung yang memiliki resiko rendahterhadap jiwa I
manusia :
Fasilitas sementara,Gudang penyimpanan dan Rumah jaga dan
struktur kecillainnya
Semua Gedung dan struktur lain kecuali termasukdalam kategori II
I,III, dan IV :
Perumaha, Ruko, Pasar,Perkantoran, Apartemen, Mall,
Bank, Industri, Pabrik
Gedung dan non Gedung yang memiliki resiko tinggiterhadap jiwa III
manusia :
Bioskop,Gedung Pertemuan, Stadion, Fasiltas
Kesehatan,Penitipan Anak, Penjara
Gedung dan non Gedung yang dikategorikan sebagaifasilitas penting IV
:
Bangunan Monumental, Rumah Sakit, Rumah Ibadah,
Fasilitas Pemadam Kebakaran Dll.
Kategori resiko struktur (G.Perpustakan) II
Tabel 1.4 Kategori resiko struktur

b. Faktor Keutamaan Gempa


Faktor keutamaan
Kategori Resiko
gempa
Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Tabel 1.5 Faktor keutamaan gempa
c. Klasifikasi Situs

Kelas Situs V s (m/detik) N atau SN


Nck (kPa)
SA (batuan keras)  1500 N/A N/A

SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A

SC (tanah keras,sangatpadat dan


batuan lunak) 350 sampai 750  50

SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 sampai


50 100
SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari
3m tanahdengan karkteristik sebagai berikut :
1. Indeks plastisitas, PI>20
2. Kadar air, w 40 %
3. Kuat geser niralir su < 25 kPa
SF (tanah khusus, yang
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah
membutuhkan investigasi
satu atau lebihdari karakteristik berikut :
geoteknikspesifik dan analisis
- Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh
respons spesifik-situs
akibat bebangempa seperti mudah
yang mengikuti 0)
likuifksi, lempung sangat sensitive, tanah
bersemtasi lemah
- Lempung sangat organic dan/gambut
(ketebalan H >
Tabel 1.6 klasifikasi situs
d. Parameter Percepatan Spektral Desain

1) Koefisien Fa

Fa adalah fakor amplifikasi getaran terkait percepatan pada


getaran peiodependek.

Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa


Situs maksimumyang dipertimbangkan resiko – resiko
tertarget (MCER) terpetakan pada periode pendek ,
T = 0,2 detik, SS
Ss ≤ 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss = Ss
1,25 ≥
1,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

SB 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9

SC 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2

SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0 1,0

SE 2,4 1,7 1,3 1,1 0,9 0,8

SF SS(a)

Tabel 1.7 Parameter Percepatan Sprektal Desain berdasarkan koefiien Fa

Catatan :
SS (a) = Situs yanga memerlukan investigasi geoteknis
spesifikasi dananalisi respons situs-spesifik.
2) Koefisien Fv

Fv adalah faktor amplifikasi getaran terkait percepatan


pada getaranperiode 1 detik.

Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum


Situs yang dipertimbangkan resiko – resiko tertarget (MCER)terpetakan pada
periode pendek , T = 1 detik, S1
Ss ≤ 0,1 Ss = 0,2 Ss = 0,3 Ss = 0,3 Ss = 0,5 Ss ≥ 0,6
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SC 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,4
SD 2,4 2,2 2,0 1,9 1,8 1,7
SE 4,2 3,3 2,8 2,4 2,2 2,0
SF SS(a)

Tabel 1.8 Parameter Percepatan Sprektal Desain berdasarkan koefiien Fv

Catatan :
SS (a) = Situs yanga memerlukan investigasi geoteknik
spesifikasi dananalisi respons situs-spesifik.
3) Kategori Desain Seismic

Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan Pada


Periode pendek.
Nilai SDS Kategori Resiko
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,50 C D
0,50 ≤ SDS D D

Tabel 1.9 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Resiko


Percepatan Pada Periode pendek.

Nilai SDt Kategori Resiko


I atau II atau III IV
SDt < 0,067 A A
0,067 ≤ SDt < 0,133 B C
0,133 ≤ SDt < 0,20 C D
0,20 ≤ SDt D D

Tabel 1.10 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Resiko


Percepatan Pada Periode 1 detik.
4) Koefisien Modifikasi Respons (R)
Faktor R, Cd, Ω0 untuk Sistem Pemikul Gaya Seismik.

Batasan system
Koefisie struktur dan batasan
n Faktor Faktor
Sistem Pemikul gaya seismik kuat tinggi struktur, hn
Modifik pembesara (m)d
ai lebih ndefleksi
system, Kategori desain
respons, Cdc seismik
Ω 0b
R2 B C De Ee Ff
19. Dinding geser batu bata
polosdidetail 2 2½ 2 TB TI TI TI TI
20. Dinding geser batu
1½ 2½ 1¼ TB TI TI TI TI
batapolosbiasa

21. Dinding geser batu 1¾ TB TI TI TI TI


bataprategan 1½ 2½
22. Dinding rangka ringan
(kayu)yang dilapisi dengan panel 4½ TB TB 22 22 22
struktur 7 2½
kayu yang dimaksudkan
untuktahanan geser
23. Dinding rangka ringn (baja
canai dingin) yang dilapisi dengn
panel struktur kayu yang TB TB 10 TB TB
dimaksudkan untuk tahanan 7 2½ 4½
geser,
atau dengan llembarran baja
24. Dinding rangka ringan dengn
panel geser dari semua material 2½ TB TB 48 48 30

lainnya 2½

25. Rangka bajaa dengan bresing


5 TB TB 48 48 30
terkekang terhadap tekuk 8 2½

26. Dinding geser plat baja khusus 48 TB 48


7 2 6 48 30
C. Sistem Rangka
Pemikul Momen

1. Rangka baja
5½ TB TB TB TB TB
pemikul momen 8 3
khusus

2. Rangka batang baja


5½ TB TB 48 30 TI
pemikulmomen 7 3
khusus

3. Rangka baja
4½ 4 TB TB
pemikul momen 3 10 TI TI
menengah

4. Rangka baja
3½ 3 TB TB
pemikul momenbiasa 3 T1 T1 T1

5. Rangka beton
5½ TB TB TB TB TB
bertulang 8 3
pemikul momen
khusus

6. Rangka beton
TB TB
bertulang pemikul 5 3 4½ T1 T1 T1
momen menengah
7.Rangka beton 2½
3 3 TB TI T1 T1 T1
bertulang pemikuul
momen biasa
8. Rangka baja dan
beton komposist TB TB TB TB TB
pemikul momen 8 3 5½
khusus
9. Rangka baja dan beton
komposit TB TB
pemikul momen 5 3 4½ T1 T1 T1
menengah
10. Rangka baja dan beton
komposit terkekang parsial
6 3 5½ 48 30 TI TI
48
1.4.3 Kombinasi Beban
Berdasarkan peraturan yang berlaku pada SNI 1727 – 2013 tentang beban minimum
untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lainnya, digunakan kombinasi dasar
pembebanan metode desain kekuatan sebagai berikut:

1. 1.4D

2. 1.2D + 1.6L + 0.5 ( Lr atau R)

3. 1.2D + 1.6 (Lr atau R) + (L atau 0.5W)

4 . 1.2D + 1.0W + L + 0.5 (Lr atau R)


5. 1.2D + 1.0E + L
6. 0.9D + 1.0W
7. 0.9D + 1.0E

Faktor beban untuk L pada kombinasi c,d, dan e dapat diambil sama dengan 0,5kecuali
untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan, dan semua ruangyang beban hidupnya lebih dari
500 kg/m2. Pengaruh beban gempa (E) harus dihitung sesuai dengan ketentuan yang berlaku
pada SNI 03-2847:2019 tentang “Perancangan Struktur Beton Bertulang “ dan SNI
1726:2012 tentang “Tata Cara PerencanaanKetahanan Gempa untuk Bangunan Gedung”,
sehingga bentuk kombinasi pembebanan seperti berikut:

1. 1.4 DL
2. 1.2 DL +1.6 LL
3. (1.2+0.2 SDS)DL+LL ± ρ (1.0 QEX) ± ρ (0.3 QEY)
4. (1.2+0.2 SDS)DL+LL ± ρ (0.3 QEX) ± ρ (1.0 QEY)
5. (0.9-0.2 SDS)DL ± ρ (1.0 QEX) ± ρ (0.3 QEY)
6. (0.9-0.2 SDS)DL ± ρ (0.3 QEX) ± ρ (1.0 QEY)

Dengan :

DL = Beban mati
LL= Beban hidup
QEY = Beban gempa arah Y
QEX = Beban gempa arah X
ρ = Faktor redundansi
(dapat diambil sebesar 1,00 untuk KDS A,B, dan C, dan sebesar1,30 untuk KDS D,E, dan
F. Nilai ρ tidak perlu >1,30)
SDS = Parameter percepatan spektrum respons desain pada periode pendek (Percepatan
permukaan tanah maksimum).
1. Faktor Reduksi Kekuatan

Kekuatan desain yang disediakan oleh suatu komponen struktur, sambungannyadengan


komponen struktur yang lain dan penampangnya sehubungan denganlentur, beban
normal, geser, dan torsi, harus diambil sebesar kekuatan nominal yang dihitung sesuai
dengan persyaratan dan asumsiberdasarkan SNI 03-2847- 2019, yang dikalikan dengan
faktor reduksi kekuatan Ø sebagai berikut :

a. Untuk penampang kendali tarik Ø = 0.9

b. Untuk penampang kendali tekan Komponen


-struktur dengan tulangan spiral Ø = 0.75

-Komponen struktur bertulang lainnya Ø = 0.65

c. Geser dan Torsi Ø =0.75

1.5 Prosedur Analisis

Berikut ini adalah prosedur analisis perencanaan gedung bertingkat :


1. Siapkan data perencanaan sebagai berikut:
a) Peraturan dan Standar perencanaan yang digunakan

b) Sistem Struktur SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus)

c) Mutu Material Beton

d) Mutu Material Tulangan (Tulangan Utama dan Sengkang)

e) Data Lokasi, Tanah dan Fungsi Bangunan

2. Preliminary desain elemen Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus


(SRPMK), dengan menggunakan analisa perhitungan desain menurut standar
perencanaan yang berlaku atau dengan perkiraan dimensi elemen struktur
menurut Vis dan Gideon (1997)

a) Dimensi balok
- h = (1/10 – 1/15) L
- b = (1/2 – 2/3) h
b) Dimensi kolom = luas total kolom = 1% dari luas tapak gedung
3. Permodelan struktur 3D/2D
4. Sistem Pembebanan, meliputi :
a. Sistem Pembebanan Gravitasi
b.Pengecekan Respon Dinamis Bangunan (Opsional)
c.Pengecekan Efek P-Delta (Opsional)
5. Perhitungan beban gempa static
a) Sistem Pembebanan Gempa Statis
b) Pengecekan efek P-Delta (Opsional)
6. Desain struktur RC (Rainforce Concrete)
7. Detail gambar

1.6 Desain Elemen Struktur Betong Bertulang

Proses desain suatu struktur secara garis besar menurut Agus Setiawan, 2019
dilakukan melalui dua tahap sebagai berikut:
1. Menentukan gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur tersebut dengan
menggunakan metode-metode analisis struktur yang tepat.
2. Menentukan dimensi atau ukuran dari tiap elemen struktur secara ekonomis
dengan mempertimbangkan faktor keamanan, stabilitas, kemampulayanan, serta
fungsi dari struktur tersebut.
Negara Indonesia melalui “Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung(SNI
03-2847-2019)” telah mengatur bagaimana struktur beton bertulang didesain. Konsep
perencanaan yang dianut oleh SNI 03-2847-2019 adalah berbasis kekuatan, atau yang lebih
sering dikenal sebagai metode LRFD ( Load and Resistance Factor Design). Maka konsep
dasar yang harus dipenuhi ialah.

Kuat Rencana ≥ Kuat PerluØ

(Kuat Nominal) ≥ U

Kuat rencana adalah kuat nominal yang berada pada struktur tersebut yang telah
dikalikan dengan faktor reduksi (Ø), kuat nominal diperoleh melalui perhitungan analis
kekuatan suatu komponen struktur penampang yang telah distandarkan oleh peraturan.
Sedangkan kuat perlu (U) dihitung dengan mempertimbangkan faktor beban
sesuai jenis beban yang bekerja pada sebuah struktur.

Sistem Struktur beton bertulang, pada prinsipnya, wajib memperhatikan


perhitungan yang berhubungan dengan gaya luar atau beban-beban yang bekerja
pada struktur. Perhitungan gaya luar melibatkan dasar keamanan berupa faktor
beban sehingga dapat diketahui kuat perlu (U). Sementara pada gaya dalam
berupa gaya aksial, momen lentur, gaya geser, dan momen puntir perlu
disertakan dasar keamanan berupa faktor reduksi sehingga diperoleh kuat
rencana yang nilainya minimal sama dengan kuat perlu.

Struktur beton bertulang merupakan perpaduan dari beberapa komponen


yang satudan yang lainnya saling berkaitan dalam memikul beban-beban yang
ada. Masing- masing komponen harus didesain secara teliti, mengikuti peraturan
yang berlaku, agar tercipta suatu struktur bangunan yang mampu layan, aman,
nyaman, ekonomis, serta fungsional. Pada umumnya, struktur beton bertulang
terdiri dari beberapa komponen berupa :

a. Pelat lantai

b. Balok

c. Kolom

d. Rangka

e. Dinding

f. Pondasi

1.6.1 Plat Lantai

Pelat beton bertulang adalah struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang
dengan bidang yang arahnya horizontal, beban yang bekerja tegak lurus pada bidang
struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan
dengan bentang panjang/lebar bidangnya. Pelat beton bertulang ini sangat kaku dan
arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai
diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung
ketegaran balok portal.

1) Plat Satu Arah

Pelat satu arah adalah pelat dengan tulangan pokok satu arah yang akan
dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berjumpa momen
lentur pada bentang satu arah saja.
Tebal minimum balok nonprategang atau pelat satu arah bila lendutan tidak
dihitung:
Tabel 1. Tebal Minimum Balok Nonprategang

Catatan:

a) Panjang bentang dalam mm.

b) Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur


dengan beton normal dan tulangan tulangan Mutu 240 MPa. Untuk kondisi lain,
nilai di atas harus dimodifikasi sebagai berikut:

- Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (equilibrium density), Wc,
di antara 1440 sampai 1840 kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan (1,65-
0,0003Wc) tetapi tidak kurang dari 1,09.
- Untuk fy selain 240 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).

2) Plat Dua Arah

Ketentuan SNI 2847:2002 berlaku untuk Pelat dua arah dengan


tulangan pokok dua arah yang akan dijumpai jika pelat beton menahan beban
yang berupa momen lentur pada bentang dua arah.

Untuk konstuksi monolit, atau komposit penuh, suatu balok


mencakup bagian slab pada setiap sisi balok yang membentang dengan jarak
yang sama dengan proyeksi balok di atas atau di bawah slab tersebut, yang
mana yang lebih besar, tetapi tidak lebih besar dari empat kali tebal slab.

Luas tulangan slab dalam masing-masing arah untuk sistem slab dua
arah harus ditentukan dari momen-momen pada penampang kritis, tetapi
tidak boleh kurang dari yang disyaratkan.

Pelat lantai yang dirancang adalah pelat lantai dua arah yang
didukung pada keempat sisinya. Untuk memudahkan perancangan akan
digunakan tabel dari grafik dan hitungan beton bertulang berdasarkan SNI –
2847 – 2002. Syarat tebal pelat minimum menurut SNI – 2847 – 2002 adalah
sebagai berikut:

a) Untuk αm < 0,2 ketebalan pelat minimum adalah sebagai berikut ini:

- pelat tanpa penebalan : 125 mm

- pelat dengan penebalan : 100 mm

b) Untuk 0,2 ≤ αm ≤ 2,0 ketebalan pelat minimum harus memenuhi persamaan


sebagai berikut ini: h = (ℷn [0,8 + fy/1500]) / (36 + 5.β. (αm - 0,2)) dan tidak
boleh kurang dari 120 mm.
c) Untuk αm ≤ 0,2 ketebalan pelat minimum harus memenuhi persamaan
sebagai berikut ini: h = (ℷn [0,8 + fy/1500]) / (36 + 5.β.(αm - 0,2)) Dan tidak
boleh kurang dari 90 mm.

Dengan:

h = Tebal pelat minimum (cm) fy = Tulangan leleh baja tulangan (Mpa) α


= Rasio kekakuan lentur penampang balok terhadap kuat lentur pelat dengan
lebar yang dibatasi lateral oleh garis sumbu tengah dari panel-panel yang
bersebelahan bila ada pada tiap sisi balok.
Αm = nilai rata-rata α untuk semua balok pada tepi-tepi dari suatu
panel.
Β = rasio bentang bersih dalam suatu arah memanjang terhadap
arah memendek dari pelat dua arah.
ℷn = panjang bentang bersih dalam arah memanjang dari
kontruksi dua arah, diukur dari muka ke muka tumpuan pada
pelat tanpa balok dan muka ke muka balok atau tumpuan lain
pada kasus lainya.

Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai rasio
kekakuan α tidak kurang dari 0,8 atau sebagai alternatif ketebalan minimum
yang ditentukan persamaan harus dinaikan paling tidak 10% pada panel
dengan tepi yang tidak menerus.

α = (Ecb. lb) / (Ecp. lp)

Dengan:

Ecb = modulus elastisitas balok beton

Ecp = modulus elastisitas pelat beton

Lb = momen inersia terhadap sumbu pusat penampang bruto balok

Lp = momen inersia terhadap sumbu pusat penampang bruto pelat


Menghitung beban-beban yang dipikul pelat dengan persamaan sebagai
berikut ini:

Wu = 1,2 WD + 1,6 WL

Dengan:

Wu = beban ultimit

WD = beban mati

WL = beban hidup K = Mn /
b.d2 = Mu / .b.d2
Dengan: k = koefisien
tahanan M = momen
yang ditinjau b =
lebar permeter pelat d =
tinggi efektif pelat

Menghitung tulangan dengan syarat ρmin < ρ ≤ ρmax apabila ρ > ρmax
maka perlu menentukan kembali tebal pelat kemudian memilih tulangan
dengan: ρ = As / Ad

Dimana:

As = luas tulangan

Ad = rasio tulangan

1.6.2 Kolom

Kolom merupakan bagian dari elemen atau komponen struktur suatu bangunan
gedung yang berfungsi sebagai penyalur beban yang berasal dari beban diatas pelat,
berat sendiri pelat, dan balok yang kemudian disalurkan ke pondasi.
1.6.3 Rangka

1.6.4 Dinding

Dinding mengenai ketentuannya telah diatur dalam pasal 14 SNI 03-


2847-2019. Dinding adalah elemen vertikal yang berfungsi untuk menyangga
bebangravitasi. Dinding juga didesain untuk menyangga beban lateral seperti yang terletak
pada 33 lantai basement, dinding juga bisa didesain untukmenahan bebanlateral gempa
atau yang jamak disebut dinding geser (shear wall).

1.6.5 Pondasi

Pondasi adalah struktur bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan
berfungsi untuk menyalurkan beban-beban yang diterima dari struktur atas ke lapisan
tanah (Agus Setiawan, 2019).

Proses desain struktur pondasi memerlukan analisis yang cukup lengkap, meliputi
kondisi atau jenis struktur atas, beban-beban kerja pada struktur, profil dari lapisan tanah
tempat bangunan atau struktur tersebut berada, serta kemungkinan terjadinya penurunan
(settlement).

Pondasi dari suatu struktur pada umumnya terdiri dari satu atau lebih elemenelemen
pondasi (elemen transisi antara tanah atau batuan denganstruktur atas). Proses desain
suatu struktur pondasi umumnya terdapat beberapa langkah sebagai berikut:

1. Penetuan Beban Rencana

2. Penyelidikan Tanah

3. Pemilihan Jenis Pondasi

4. Penentuan Dimensi Pondasi


BAB II

ANALISIS STRUKTUR

2.1 Preliminary Design

Dalam perencanaan struktur harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
standar spesifikasi teknis. Peraturan yang digunakan adalah SNI 2847-2019. Dalam tahap
ini akan di lakukan preliminary design untuk struktur balok, pelat lantai, dan kolom.

2.1.1 Preliminary Dimensi Balok


a. Mutu Beton : 35Mpa
b. Tulangan Utama : BJTS 520 MPa
c. Tulangan Sengkang : BJTS 280 Mpa

Anda mungkin juga menyukai