Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 7 / 3TS4
Puji syukur kami panjatkan kahadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “ Analisis dan Desain
Struktur Pada Perencanaan Gedung Perkuliahan 3 Lantai Di Kota Padang“ .
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Struktur Beton
Bertulang.
Kami menyadari bahwa selama penulisan laporan ini kami banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak . Oleh sebab itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Sugiharti, MT., selaku dosen ke-1 mata kuliah Struktur Beton Bertulang
III yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas
ini.
2. Bapak Bobby Asukmajaya Raharjo, S.ST., MT selaku dosen ke-2 mata kuliah
Struktur Beton Bertulang III yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis
untuk menangani tugas ini.
3. Teman satu kelompok yang sudah membantu saya dalam penyusunan laporan
tugas besar ini.
4. Rekan-rekan satu kelas yang saling memotivasi untuk menyelesaikan laporan ini
sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Laporan ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk membangun demi
kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini yang berjudul “Analisis dan Desain Struktur Pada Perencanaan
Gedung Perkuliahann 3 Lantai di Kota Padang” disusun sebagai tugas besar mata kuliah
Struktur Beton Bertulang III sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah ini.
Mengetahui, Mengetahui,
Penyusun Penyusun
Menyetujui,
Dosen Penanggung Jawab
Ir.Sugiharti, MT
NIP. 19930426019031011
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
Pada perencanaan kali ini kami merancang sebuah Gedung Perkuliah 3 Lantai
yang berlokasi di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat.Kondisi Tanah di Kota
Padang merupakan tanah berpasir. Bangunan Perkuliahan ini juga memiliki ukuran 30
x 32,5 m2 dengan tinggi bangunan total 12 m .
1
Denah Bangunan :
1. Denah Lantai Basement
Pada basement, pintu masuk untuk kendaaraan roda empat berada disebelah
barat, dan pintu keluar berada disebalah timur.Pertama kali masuk kita akan melihat
pos satpam dan tempat medical checkup. Kemudian terdapat tempat parkir untuk
kita dapat memarkir kendaraan.Terdapat 2 lift yang digunakan untuk naik kelantai
atas yaitu 2 lift disebelah utara, dan 2 lift disebelah selatan bangunan.Dipojok utara
sebelah barat terdapat toilet atau kamar mandi yang bersebelahan dengan locker
dimana didepan locker terdapat ruang pompa dan ruang genset dan dipojok utara
sebelah timur kita dapat menemukan gudang dan ruang kontrol.Selain itu juga
terdapat tangga yang dapat digunakan untuk mempercepat mobilitas saat lift sedang
penuh, tangga pada basement ini terletak disamping lift (bagian utara).
2
2. Denah Lantai 1
Pada Lantai 1 ketika kita masuk melalui pintu utama kita akan melihat terdapat
2 lift dibagian selatan dan utara bangunan, 2 Ruang bengkel dibagian pojok timur
selatan dan pojok timur utara, 1 Toilet Pria disebelah timur tangga masuk, 1 toilet
wanita disebelah utara depan bengkel, 3 Ruang laboratorium yang posisinya terda
pat ditengah ruang, 2 ruang komputer dibagian pojok utara dan pojok selatan
sebelah barat, serta 6 ruang kuliah dibagian sisi sebelah timur dan barat bangunan.
3
3. Denah Lantai 2
Pada Lantai 2 ketika kita masuk melalui pintu utama kita akan melihat terdapat
2 lift dibagian selatan dan utara bangunan, 2 tangga untuk naik dan turun antar
lantai yang posisinya disebelah lift bagian utara, 2 Toilet Pria atau wanita dipojok
utara sebelah timur, 1 musholla dan 1 kanting dipojok selatan sebelah timur, 1
ruang administrasi di pojok utara sebelah barat, dan 3 ruang dosen dibagian
tengah bangunan, serta 7 ruang kuliah dibagian sisi sebelah timur dan barat
bangunan.
4
4. Denah Rooftop
Berbeda dengan lantai lainya, lantai ini tidak terdapat ruang sama sekali akan
tetapi dilantai ini terdapat area yang dapat digunakan untuk bersantai atau
mengerjakan tugas yang sudah dilengkapi fasilitas pendukungnya seperti meja,
kursi dan gazebo.Dilantai ini tidak terdapat lift untuk akses mobilisasi antar lantai
akan tetapi terdapat 1 tangga untuk menuju kelantai bawahnya.Area ini juga
dilengkapi dengan area bebas rokok
5
5. Potongan A-A & Potongan B-B
6
1.2 Dasar-Dasar Peraturan Perencanaan
Dalam perencanaan struktur harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dan standar
spesifikasi teknis. Peraturan yang digunakan didasarkan pada pedoman perencanaan
sebagai berikut:
Dalam perencanaan konstruksi harus memenuhi Syarat dan Ketentuan umum, yaitu :
a) Konstruksi harus aman, kokoh, kuat, baik terhadap pengaruh cuaca, iklim maupun
terhadap pengaruh lainnya.
c) Ditinjau dari segi biaya, bangunan harus ekonomis dengan catatan tidak boleh
mengurangi kekuatan konstruksi, sehingga tidak membahayakan bangunan dan
keselamatan pengguna bangunan.
Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang membuatnya
memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai (customers). Definisi lain
untuk mutu yang sering diasosiasikan dengan proyek adalah fitness for use.
7
Istilah ini disamping memiliki arti seperti yang diuraikan diatas, juga
memperhatikan masalah tersedianya produk, keandalan, dan masalah
pemeliharaan.Menurut SNI pembagian kualitas beton menjasi tiga kelas,
yakni:
Mutu beton kelas menengah yang sering digunakan dalam berbagai jenis
pekerjaan struktural secara umum.Sesuai dengan penggunaanya, mutu
beton ini dibedakan dengan kandungan penulangan besi dalam proses
pengadukan campuran cor. Beberapa kategori yang masuk dalam kelas ini
yaitu K-225, K-259, dan K-275.
Mutu beton kelas tinggi terdapat dikelas III dengan penerapan pada
pekerjaan-pekerjaan struktural yang lebih tinggi dari K-225.Kelas III ini
meliputi K-325, K-350, K-375, K-450, dan K-500 yang biasanya
diterapkan untuk area parkir kendaarn berat seperti truk tronton, saluran
drainase, sampai landasan pesawat.
Data – data mutu bahan yang digunakan pada perencaan ini diantaranya:
a. Mutu beton (Fc’) = 35 Mpa
b. Mutu Tulangan Utama = BJTS 520 MPa
c. Mutu Tulangan Sengkang = BJTS 280 MPa
8
1.4 Sistem Pembebanan
LRFD (Load And Resistance Factor Design) adalah suatu metode dalam perencanaan
bangunan gedung yang memperhitungkan faktor beban dan faktor ketahanan material.
Konsep desain ini pada prinsipnya tegangan yang terjadi dalam setiap elemen struktur harus
lebih kecil dari tegangan yang di ijinkan. Dengan pengertian lain, beban yang bekerja harus
lebih kecil dari kapasitas kekuatan elemen dibagi dengan suatu faktor keamanan safety
factor. Sistem pembebanan yang akan diperhitungkan untuk memikul beban-beban dalam
perencanaan berdasarkan SNI 1727-2019 sebagai berikut:
Merupakan berat dari semua unsur atau bagian gedung yang bersifat tetap
dan segala unsur tambahan, serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari gedung. Beban terdapat 2 jenis yaitu :
2. DL2 = beban mati tambahan seperti spesi, keramik, plafon, MEP, dinding bata.
9
b. Beban Hidup (Life Load)
Semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung,
termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat
berpindah-pindah, peralatan yang merupakan bagian dari gedung dan dapat
diganti posisi, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan pada
gedung. Khusus pada bagian atas bagunan yaitu atap, beban hidup yang termasuk
berasal dari air hujan dan tekanan jatuh (energi kinetik). Berikut beban hidup pada
kategori gedung sebagai Gedung Perpustakaan yang meliputi:
10
c. Reduksi Beban Hidup Merata (L)
Rumus :
( )
√
Dengan syarat :
L≥ 0,4 Lo untuk komponen mendukung 2 atau lebih lantai KLL faktor elemen
beban hidup
Dimana :
At = Luas Tributary L0 ≥ 4,79 kN/m2 tidak boleh di reduksi Beban hidup garasi
dan, Pertemuan tidak boleh di reduksi.
11
Semua komponen struktur yang tidak disebut diatas :
Balok-balok tepi dengan pelat-pelat kantilever
Balok-balok kantilever
1
Pelat-pelat satu arah
Pelat-pelat dua arah
Komponen struktur tanpa ketentuan-ketentuan untuk
penyaluran
Geser menerus tegak lurus terhadap bentangnya
1 = Untuk Ar ≤ 18,58m2
R1= 1,2 – 0,011 = Untuk 18,58 m2 < Ar < 55,74 m2
Dengan syarat :
Ar = luas tributary dalam ft2 (m2) yang di dukung oleh setiap komponen struktural
1 = Untuk F ≤ 4
0,6 = Untuk F ≥ 12
Dimana :
F = Jumlah peninggian dalam inci per foot (dalam SI: F = 0,12 x kemiringan
(slope), dengan kemiringan dinyatakan dalam presentase ), dan untuk atap
lengkung atau kubah,
R = rasio tinggi terhadap bentang dikalikan dengan 32.
= 0,0098 (ds + dh )
= 0,0098 x 50
= 0,49 kN/m2
Karena beban air hujan lebih kecil dari beban hidup atap (R < Lr) maka beban
yang diperhitungkan pada atap adalah beban hidup atap (Lr) = 0,72 kN/m2
12
e. Beban Angin
Beban yang timbul sebagai akibat adanya tekanan dari gerakan angin. Beban
angin sangat ditentukan oleh lokasi dan ketinggian dari struktur bangunan mati
(Agus Setiawan, 2019). Dalam perencanaan ini beban angin yang digunakan
berdasarkan lokasi bangunan gedung yang terletak di Kota Samarinda . Beban
angin pada desain minimum menurut SNI 1727:2013 adalah 0.77 kN/m2, rumus
untuk perhitungan beban angin adalah sebagi berikut :
Kecepatan angin di samarinda = 3,7 m/s data terbesar pada tahun 2014, kurun
waktu 2011-2017. Sumber BPS kota samarinda.
13
1.4.2 Beban Gempa (SNI 1726-2019)
14
c. Klasifikasi Situs
15
Gambar 1. 8 Peta Parameter Percepatan S1
1) Koefisien Fa
SF SS(a)
16
2) Koefisien Fv
Catatan :
Tabel 1.9 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan Pada
Periode pendek
Nilai SDS Kategori Resiko
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,50 C D
0,50 ≤ SDS D D
17
Tabel 1.10 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan Pada
Periode 1 Detik
18
C. Sistem Rangka Pemikul
Momen
Berdasarkan peraturan yang berlaku pada SNI 1727 – 2013 tentang beban
minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lainnya, digunakan
kombinasi dasar pembebanan metode desain kekuatan sebagai berikut:
1. 1.4D
19
4. 1.2D + 1.0W + L + 0.5 (Lr atau R)
5. 1.2D + 1.0E + L
6. 0.9D + 1.0W
7. 0.9D + 1.0E
Faktor beban untuk L pada kombinasi c,d, dan e dapat diambil sama dengan 0,5
kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan, dan semua ruangyang beban
hidupnya lebih dari 500 kg/m2. Pengaruh beban gempa (E) harus dihitung sesuai
dengan ketentuan yang berlaku pada SNI 03-2847:2019 tentang “Perancangan
Struktur Beton Bertulang “ dan SNI 1726:2012 tentang “Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung”, sehingga bentuk kombinasi
pembebanan seperti berikut:
1. 1.4 DL
2. 1.2 DL +1.6 LL
Dengan :
DL = Beban mati
ρ = Faktor redundansi
(dapat diambil sebesar 1,00 untuk KDS A,B, dan C, dan sebesar1,30 untuk KDS
D,E, dan F. Nilai ρ tidak perlu >1,30)
20
1.4.4 Faktor Reduksi Kekuatan
a) Dimensi balok
- h = (1/10 – 1/15) L
- b = (1/2 – 2/3) h
21
a) Sistem Pembebanan Gravitasi
7. Detail gambar
Ø (Kuat Nominal) ≥ U
Kuat rencana adalah kuat nominal yang berada pada struktur tersebut yang telah
dikalikan dengan faktor reduksi (Ø), kuat nominal diperoleh melalui perhitungan analis
kekuatan suatu komponen struktur penampang yang telah distandarkan oleh peraturan.
22
Sedangkan kuat perlu (U) dihitung dengan mempertimbangkan faktor beban sesuai
jenis beban yang bekerja pada sebuah struktur.
Struktur beton bertulang merupakan perpaduan dari beberapa komponen yang satu
dan yang lainnya saling berkaitan dalam memikul beban-beban yang ada. Masing-
masing komponen harus didesain secara teliti, mengikuti peraturan yang berlaku, agar
tercipta suatu struktur bangunan yang mampu layan, aman, nyaman, ekonomis, serta
fungsional. Pada umumnya, struktur beton bertulang terdiri dari beberapa komponen
berupa :
1. Pelat lantai
2. Balok
3. Kolom
4. Rangka
5. Dinding
6. Pondasi
23
1) Pelat Satu Arah
Pelat satu arah adalah pelat dengan tulangan pokok satu arah yang akan
dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berjumpa
momen lentur pada bentang satu arah saja.
Tebal minimum, h
Tertumpu Satu ujung Kedua ujung
Kantiliver
Komponen sederhana menerus menerus
struktur Komponen struktur tidak menumpu atau tidak dihubungkan dengan
partisi atau konstruksi lainnya yang mungkin rusak oleh lendutan besar
Pelat masif satu
L/20 L/24 L/28 L/10
arah
Balok atau pelat
L/16 L/18,5 L/21 L/8
rusuk satu arah
Catatan :
Panjang bentang dalam mm
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan beton
normal dan tulangan tulangan Mutu 420 Mpa. Untuk kondisi lain, nilai di atas harus
dimodifikasi sebagai berikut :
a) Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis wc diantara 1440 sampai 1840
kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan (1,65-0,0003wc) tetapi kurang dari 1.09
b) Untuk fy selain 420 Mpa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700)
Dalam SNI 2847:2012 Bila lendutan harus dihitung, maka lendutan yang
terjadi seketika sesuadah bekerjanya beban harus dihitung dengan metoda
atau formula standar untuk lendutan elastis, dengan memperhitungan
pengaruh retak dan tulangan terhadap kekakuan komponen struktur.
Ketentuan SNI 2847:2002 berlaku untuk Pelat dua arah dengan tulangan
pokok dua arah yang akan dijumpai jika pelat beton menahan beban yang
berupa momen lentur pada bentang dua arah. Untuk konstuksi monolit, atau
komposit penuh, suatu balok mencakup bagian slab pada setiap sisi balok
yang membentang dengan jarak yang sama dengan proyeksi balok di atas atau
di bawah slab tersebut, yang mana yang lebih besar, tetapi tidak lebih besar
dari empat kali tebal slab. Luas tulangan slab dalam masing-masing arah
untuk sistem slab dua arah harus ditentukan dari momen-momen pada
24
penampang kritis, tetapi tidak boleh kurang dari yang disyaratkan. Pelat lantai
yang dirancang adalah pelat lantai dua arah yang didukung pada keempat
sisinya. Ketebalan pelat lantai telah diatur sedimikian rupa dalam SNI 03-
2847:2019.
Dengan tebal minimum pelat tanpa balok tidak boleh kurang dari 120 mm (untuk pelat
tanpa penebalan panel) dan tidak boleh kurang dari 100 mm (untuk pelat dengan
penebalan panel).
Untuk 0,2 < fm < 2,0
𝑓𝑦
𝐿(0,8+ )
1400
h= Namun tidak kurang dari 125 mm
36+5(fm− )
Dimana :
25
h = ketebalan minimum pelat tanpa balok (Tabel 8.3.1.1 SNI 2847:2019)
𝒍𝒏 = Panjang bentang bersih dalam arah memanjang dari konstruksi dua
arah,diukur dari muka tumpuan pada pelat tanpa balok, dan muka ke muka
balok atau tumpuan lain pada kasus lainnya (mm)
𝖰 = Rasio bentang bersih dalam arah panjang terhadap arah pendek dari
pelatdua arah
𝑎𝒇𝒎 = Nilai rata-rata 𝛼𝑓 untuk semua balok pada tepi-tepi dari suatu
pelat
𝑎𝒇 = Rasio kekakuan lentur penampang balok (𝐸𝑐𝑏𝑙𝑏) terhadap kekakuan
lentur pelat (𝐸𝑐𝑠𝑙𝑠), yang dibatasi secara lateral oleh garis-garis sumbu
tengah dari pelat-pelat yang bersebelahan pada tiap sisi balok
𝒍𝒃 = momen inersia bruto dari penampang balok terhadap sumbu berat
𝒍𝒔 = momen inersia bruto dari penampang pelat
Dalam perhitungan penulangan pelat jika Ln/Sn<2 lihat (PBI 1971 tab)
1.6.2 Balok
Balok beton bertulang merupakan salah satu dari komponen struktur yang
berfungsi menyalurkan beban-beban dari pelat ke kolom yang pada akhirnya oleh
kolom disalurkan ke pondasi. Pada umumnya balok beton bertulang dicor secara
monolit dengan pelat dan secara struktural ditulangi tunggal atau ganda. Akibat
dicor secara monolit dengan pelat, maka balok memiliki penampang persegi, T,
dan L. Desain dimensi awal dan penulangan lentur pada komponen struktur balok
adalah sebagai berikut:
sebagai balok persegi sudah didapatkan, maka balok lainnya yang merupakan
balok T dan L dapat ditentukan lebar flens/sayap-nya. Penentuan lebar sayap
26
efektif (be) pada balok T dan L ditentukan berdasarkan Pasal 8.12
SNI2847:2013 yang dijabarkan sebagai berikut:
Dimana :
Apabila a>hf maka termasuk dalam jenis penampang balok T/L dan
sebaliknya. Untuk mendesain penulangan balok digunakan digunakan
persamaan- persamaan rumus berikut ini:
27
Mn = Mu/ϕ (Pers. 1.7)
Rn = 𝑀𝑛 (Pers. 1.9)
𝑏.𝑑
− −√ − ) (Pers. 1.10)
𝛽 ) (Pers. 1.11)
𝐴𝑠.𝑓𝑦
As = (Pers. 1.13)
0,85.𝑓′𝑐.𝑏
c = α
(Pers. 1.14)
𝛽1
𝑑−𝑐
ℇt =( )0,003 (Pers. 1.15)
𝑐
𝒃𝒘−𝟐.𝒅𝒆𝒄𝒌𝒊𝒏𝒈−𝟐∅𝒕𝒖𝒍.𝒔𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏𝒈−𝒏.𝒕𝒖𝒍.𝒖𝒕𝒂𝒎𝒂
Smin = ≥25mm (Pers. 1.16)
𝒏−𝟏
Keterangan:
β1 = 0,85 untuk besar f’c berada diantara 17MPa sampai dengan 28MPa,
untuk nilai f’c>28MPa maka harus dibagi dengan 0,05 setiap pertambahan
kelipatan 7MPa dan nilai β1 tidak boleh diambil kurang dari 0,65)
28
As= luas tulangan longitudinal komponen nonprategang
(mm2)
a = tinggi blok tegangan persegi ekivalen (mm)
c = jarak dari serat tekan terjauh ke sumbu netral
(mm)
d = jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan
(mm)
ɛt = regangan tulangan
s = spasi antar tulangan (mm)
1.6.3 Kolom
Kolom merupakan bagian dari elemen atau komponen struktur suatu bangunan
gedung yang berfungsi sebagai penyalur beban yang berasal dari beban diatas
pelat, berat sendiri pelat, dan balok yang kemudian disalurkan ke pondasi. Desain
dimensi awal dan penulangan struktur adalah sebagai berikut:
dimana nilai Ast kolom tidak boleh kurang dari 0,01Ag atau lebih dari 0,08Ag.
Keterangan:
2. Penulangan Kolom
29
dinyatakan sebagai kolom pendek apabila memenuhi persyaratan Pasal 10.10.1
SNI2847:2013 (untuk elemen struktur yang tidak dibresing terhadap goyangan
menyamping yaitu:
Rangka adalah gabungan dari beberapa elemen struktur beton bertulang, rangka
penahan gempa yang dibahas berikut ini adalah Struktur RangkaPemikul Momen
Khusus (SRPMK) sesuai syarat minimal dengan zona gempa bangunan yang
didesain. Pada SNI 03-2847-2019 telah ditetapkan beberapa ketentuan masing-
masing elemen maupun tulangannya untuk SRPMK.
30
Sebuah komponen lentur bagian dari SRPMK, harus memenuhi kriteria
yang ditetapkan di dalam SNI 2847:2019 pasal 21.5.1.1hingga 21.5.1.4
sebagai berikut :
- Gaya tekan aksial terfaktor (Pu), tidak lebih dari Ag f’c /10 (Pu< Ag
f’c/10)
- Panjang bentang bersih ( ), harus lebih besar dari 4 kali tinggi efektif.
(𝒍𝒏 ≥ 4d)
- Lebar penampang (bw), tidak kurang dari 0,3 kali tinggi penampang
namun tidak boleh diambil kurang dari 250 mm (bw≥ 0,3h atau 250
mm)
- Dalam joint
31
- Dalam jarak dua kali tinggi komponen struktur dari muka joint. Bila
analisis menunjukkan pelelehan lentur diakibatkan oleh
perpindahan lateral inelastis rangka
a) Sengkang tertutup harus disediakan pada daerah hingga dua kali tinggi
balok diukur dari muka tumpuan pada kedua ujung komponen struktur
lentur
b) Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak lebih dari 50 mmdari muka
tumpuan. Jarak antar sengkang tertutup tidak boleh melebihi dari nilai
terkecil antara :
- d/4
- 150 mm
32
Gambar 1. 13 Detail Sengkang pada SRPMK (Setiawan, 2019)
1.6.4 Dinding
Dinding mengenai ketentuannya telah diatur dalam pasal 14 SNI 03-2847-2019.
Dinding adalah elemen vertikal yang berfungsi untuk menyangga bebangravitasi.
Dinding juga didesain untuk menyangga beban lateral seperti yang terletak pada
33
lantai basement, dinding juga bisa didesain untuk menahan bebanlateral gempa atau
yang jamak disebut dinding geser (shear wall).
Pasal 14.2.1 mensyaratkan dinding harus didesain untuk beban eksentris dan
beban lateral atau lainnya yang bekerja pada dinding tersebut.
Pasal 11.9.1 Desain untuk gaya geser yang tegak lurus terhadap muka dinding
harus sesuai dengan ketentuan slab dalam pasal 11.11. Desain untuk gaya geser
dalam bidang horisontal pada dinding harus sesuaidengan 11.9.2 sampai 11.9.9.
Sebagai alternatif, dinding boleh didesain dengan tinggi tidak melebihi dua kali
panjang dinding untuk gaya geser horisontal sesuai dengan Lampiran A dan
11.9.9.2 sampai 11.9.9.5
1.6.5 Pondasi
Pondasi adalah struktur bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah
dan berfungsi untuk menyalurkan beban-beban yang diterima dari struktur atas ke
lapisan tanah (Agus Setiawan, 2019).
Pondasi dari suatu struktur pada umumnya terdiri dari satu atau lebih elemen-
elemen pondasi (elemen transisi antara tanah atau batuan denganstruktur atas).
Proses desain suatu struktur pondasi umumnya terdapat beberapa langkah sebagai
berikut:
2. Penyelidikan Tanah
34
daya dukung untuk mengetahui kapasitas pondasi yang akan dipilih, dan letak
kedalaman tanah untuk mengetahui jenis pondasi apa yang akan digunakan.
Perhitungan momen lentur dan gaya geser pada pile cap didasarkan pada
asumsi bahwa reaksi dari masing-masing tiang pancang terpusat pada pusat
berat penampang tiang pancang (SNI 03-2847- 2019 Pasal 15.2.3). Ketebalan
minimum dari sebuah pile cap ditentukan sebesar300 mm sesuai dengan SNI
03-2847- 2019 Pasal 15.7. Jarak antar tiang pancang dibatasi minimal sebesar
3 kali diameter tiang pancang.
35
BAB II
ANALISIS STRUKTUR
Kantilever L/8
Balok dengan mutu baja (fy) > 420 MPa, persamaan tersebut harus
dikalikan dengan (0,4 + fy / 700)
Untuk struktur Gedung yang direncanakan ini, dimensi balok bisa dihitung
dengan cara sebagai berikut : h[1]
Diketahui :
36
a. Balok Induk Melintang bentang L = 500 cm
Menerus satu sisi ( h ) = L/18,5(kondisi perletakan menerus 1 sisi)
= L/18,5 x (0,4+fy/700)
= L/18,5 x (0,4+fy/700)
Kesimpulan :
Demi Kemudahan pelaksaan dilapangan, maka dimensi balok Induk melintang, dan
memanjang bentang di samakan dengan mengambil nilai dimensi tersebesar dikeduanya yaitu
20/40 cm sehingga balok induk arah melintang, dan
memanjang bentang memiliki dimensi yang sama.
37
Denah Struktur Balok Induk dan Balok Anak :
SNI 287:2019 pasal menentukan ketebalan minimun pelat dua arah untuk
mencegah terjadinya lendutan berlebih. Karena perhitungan lendutan dari pelat
dua arah cukup rumit, dan untuk mencegah lendutan yang besar, maka ketebalan
pelat dapat ditentukan menggunakan rumus empiris sebagai berikut :
38
Karena persyaratan tebal pelat dihitung dari persamaan 1 atau 2, sehingga
nilai afm, harus dihitung terlebih dahulu. oleh karena itu nilai Ib, Is, dan af, untuk
balok dan pelat dalam arah Panjang maupun pendek harus ditentukan lebih
dahulu. dengan asumsi awal 200mm.
h Balok = 400 mm
b Balok = 200 mm
𝑏𝑤
Gambar 2. 2 Penampang Balok
maka be = 600 mm
Maka akan diperoleh gambar sepeti disamping (gambar balok T), kemudian kita
akan menghitung Ib dengan langkah sebagai berikut :
39
Luas sayap = 600 x 200 = 120000 mm2
120000(100)+40000(300)
ya/yc = = 250 𝑚𝑚
160000
Ib =[1 600 2003 + (120000 502)] + [
1
200 2003(40000 1502)]
12 12
40
Denah Pelat Lantai :
Dengan :
41
Perhitungan dimensi sementara untuk kolom interior dan eksterior pada bangunan
ini adalah sebagai berikut :
KOLOM
INTERIOR
KOLOM
EKSTERIOR
Total DL = 1773,36 kN
42
𝑝
Ag = 0,2 𝑓𝑐′
Total DL = 1141, 56 kN
1. Pelat = 18 cm
43
Elemen di atas yang akan di gunakan untuk pemodelan dalam software RSAP
sebagai acua
44