Anda di halaman 1dari 82

STUDI EKSKURSI

TINJAUAN PUSTAKA TENTANG STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


BANGUNAN

NO. NAMA NIM KELAS


1. SANG AYU PUTU ANISTYA PINAKESTY 1504205001
2. I GST NGR AGUNG PRABU NARENDRA 1504205005
3. A.A. AYU BUDHI ICWARI 1504205013
4. GDE HANDIKA EKA PUTRA 1504205018
5. A.A. GEDE A. DALEM BHAJRA GAUTAMA 1504205020
6. PUTU PAVITA SARI 1504205021
7. I PUTU ADITYA PRATAMA 1504205025
8. I KADEK SATRIA ARIWIBAWA 1504205027
9. SANG AYU KOMPIANG LINDIANI 1504205029
10. I GEDE MAYASA PUTRA 1504205039
11. I PUTU ESA SETIAWAN 1504205048
12. I MADE BAGUS BASKARA ADI PUTRA 1504205059

UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017

Struktur dan Konstruksi | 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Whidi Wasa
atau Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya lah penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah mengenai Tinjauan Pustaka Tentang Struktur
dan Konstruksi Bangunan
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah meluangkan watunya, oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir Ida Bagus Gde Primayatna,MErg.
2. Orang Tua yang selalu memberikan dukungan moril maupun material
yang tidak terhingga nilainya.
3. Teman teman mahasiswa di jurusan teknik Arsitektur, Universitas
Udayana yang telah sharing dan saling bertukar dalam penyusunan
tugas makalah mengenai sistem struktur pada bangunan.
Serta pihak pihak tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa materi yang disajikan masih memerlukan
pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang kontrukstif dari para pembaca agar nantinya dapat diperoleh hasil
yang lebih maksimal. Akhir kata dengan segala kerendahan hati semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terimakasih.

Jimbaran, 4Agustus 2017

Penulis

Struktur dan Konstruksi | 2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar...i
Daftar Isi.ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan .. 2
1.4 Manfaat..2
1.5 Metode Penulisan .2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1. Pondasi
1.1 Dasar Pertimbangan Perhitungan Pondasi 3
1.2 Jenis-jenis Pondasi 4
1.3 Langkah Kerja Pelaksanaan Pondasi8
2. Kolom
2.1 Jenis Kolom..
2.2 Dasar pertimbangan perencanaan dimensi kolom43
2.3 Jenis beton dan cara pelaksanaannya45
2.4 Mutu beton
2.5 Pengecoran dengan beton50
2.6 Pemeliharaan Beton.....
3. Balok
3.1 Jenis-jenis balok 59
3.2 Bekisting atau Formwork.59
4. Corewall..59
5. Dilatasi 62
5.1 Dilatasi pada bangunan.
5.2 Fungsi Dilatasi.64
5.3 Jenis Dilatasi.65
5.4 Contoh gambar Desain Dilatasi

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran ..

DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN

Struktur dan Konstruksi | 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Struktur bangunan merupakan komponen utama yang menunjang
berdirinya suatu bangunan. Struktur bangunan gedung terdiri dari komponen-
komponen di atas tanah dan komponen-komponen di bawah yang direncanakan
sedemikian rupa sehingga dapat menyalurkan beban ke tanah dasar. Konstruksi
dari sebuah bangunan merupakan kebutuhan dasar manusia, dimana tingkat
kebutuhan tersebut terus meningkat sejalan dengan perkembangan dan kemajuan
teknologi. Konstruksi bangunan pada saat ini merupakan suatu objek yang
kompleks, dimana didalam bangunan tersebut diperlukan perhitungan dan analisa
yang cermat serta pertimbangan tertentu yang akan menghasilkan suatu bangunan
yang memenuhi syarat kokoh, ekonomis maupun estetika.
Kemajuan di bidang pembangunan dapat dilihat majunya teknologi
dan pengetahuan dalam mendesain struktur untuk mendapatkan bangunan yang
memiliki fungsi bangunan dengan baik maka diperlukan desain struktur yang
baik. Desain struktur merupakan salah satu bagian dari seluruh proses
perencanaan pembangunan. Proses desain sendiri dapat di artikan sebagai
gabungan antara unsur seni dan ilmu pengetahuan yang membutuhkan
keterampilan dan pengetahuan dalam mengolahnya. Adapun tujuan utama dari
desain struktur adalah untuk mendapatkans truktur yang aman terhadap beban
atau efek beban yang bekerja selama masa penggunaan
bangunan. Pada intinya sasaran desain struktur meliputi daya layak, kekuatan
yang cukup, fungsi, estetika, dan ekonomi. Tidak dipungkiri bahwa sebagian
bangunan di Indonesia di desain dan dibangun dengan campuran beton yang pada
umumnya dipadu dengan baja. Kombinasi tersebut biasa disebut beton betulang.
Beton kuat tehadap tekan dan lemah terhadap tarik, kira-kira 10-15% dari
kekuatan tariknya. Oleh karena itu perlutulangan untuk menahan gaya tarik untuk
memikul beban beban yang bekerja pada beton tersebut. Sistem
sistem beton tersebut dibentuk dari berbagai elemen struktur beton dan yang
kemudian bila dipadukan menghasilkan suatu sistem menyeluruh. Salah satunya

Struktur dan Konstruksi | 4


adalah balok. Balok adalah komponen struktur yang menyalurkan beban beban
tributary dari slab lantai ke kolom lantai yang vertikal. Berdasarkan hal tersebut
maka struktur dari suatu bangunan harus diperhatikan secara cermat agar tidak
menimbulkan dampak negatif mengenai bangunan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana sistem struktur Pondasi, Kolom dan Balok pada bangunan
tinggi dan bangunan bentang lebar ?
1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan Corewall?
1.2.3 Bagaimana Struktur Dilatasi pada bangunan tinggi dan bangunan
bentang lebar ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui sistem struktur Pondasi, Kolom dan Balok pada
bangunan tinggi dan bangunan bentang lebar.
1.3.2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Corewall.
1.3.3 Untuk mengetahui sistem struktur dilatasi pada bangunan tinggi dan
bangunan bentang lebar.

1.4 Manfaat
Agar sebagai mahasiswa arsitektur dapat mengetahui bagaimana kerja
sistem struktur pada bangunan tinggi dan bangunan bentang lebar, dengan
mengetahui sistem struktur maka dalam proses perancangana mahasiswa dalam
desain bangunan juga dapat memperhitungkan logika struktur secara dasar.
Dengan mengetahui teori struktur maka akan memudahkan mahasiswa untuk
mencermati struktur bangunan pada lapangan yang akan dilaksanankan pada studi
ekskursi.

1.5 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini yaitu dengan
metode studi pustaka. Studi pustaka merupakan suatu metode penulisan yang
sumber tulisannya bersumber dari literatur literatur, buku maupun internet.

Struktur dan Konstruksi | 5


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi
untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari
struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya
differential settlement pada sistem strukturnya.

1.1 Dasar Pertimbangan Perhitungan Pondasi


Jenis-jenis pondasi biasanya ditentukan setelah kita tahu berapa besar beban yang
akan dilimpahkan oleh upper struktur. Namun, kondisi tanah dan biaya
merupakan faktor yang paling berperan dalam penentuan jenis pondasi. Hal yang
paling menonjol adalah pemilihan kondisi tanah, tanah seperti apa yang akan
menahan bangunan tersebut. Untuk itu, ada suatu pertimbangan pemilihan pondasi
berdasarkan daya dukung tanah, antara lain:
a. Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi dangkal.Semisal
pondasi menerus atau pondasi strauss.
b. Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang minipile,
pondasi sumuran atau pondasibored pile.
c. Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang atau
pondasibored pile.
Selain faktor kondisi tanah, adapula faktor lain yang memengaruhi pemilihan
pondasi, antara lain:
a) Waktu dan Tempat Pekerjaan
Waktu dan tempat pengerjaan pondasi juga harus dipikirkan agar nantinya
tidak mengganggu kepentingan umum, misalnya penggunaan pondasi tiang
pancang yang membutuhkan alat berat dan dikerjakan di daerah dengan traffic

Struktur dan Konstruksi | 6


yang padat. Jika tidak dipikirkan maka nantinya akan menimbulkan kemacetan
yang parah.

b) Biaya Pekerjaan
Pemilihan pondasi juga harus dipertimbangkan berdasarkan anggaran biaya
yang ada, namun harus tetap memerhatikan faktor kekuatan dan keamanan baik
untuk bangunan maupun civitas di dalamnya.Misalnya saat kita membangun
pondasi di kondisi tanah yang kuat dan bagus, cukup menggunakan pondasi
telapak daripada pondasi tiang pancang yang lebih membutuhkan biaya besar.
Lalu terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan
pondasi, yakni:
a) Pondasi harus ditempatkan dengan tepat sehingga tidak longsor akibar
pengaruh luar
b) Pondasi haruslah aman dari kelongsoran daya dukung
c) Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.

1.2 Jenis-jenis Pondasi


1.2.1 Pondasi Dangkal
Pondasi Dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah,
umumnya kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai
dengan kedalaman kurang dari 3m.Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika
tanah permukaan yang cukup kuat dan kaku untuk mendukung beban yang
dikenakan dimana jenis struktur yang didukungnya tidak terlalu berat dan juga
tidak terlalu tinggi, pondasi dangkal umumnya tidak cocok dalam tanah
kompresif yang lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug dengan kepadatan
yang buruk, pondasi dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah gambut, lapisan
tanah muda dan jenis tanah deposito aluvial, dll
a. Pondasi Tapak
Pondasi tapak (pad foundation) digunakan untuk mendukung beban titik
individual seperti kolom struktural. Pondasi tapak ini dapat dibuat dalam
bentuk bukatan (melingkar), persegi atau rectangular. Jenis pondasi ini biasanya
terdiri dari lapisan beton bertulang dengan ketebalan yang seragam,

Struktur dan Konstruksi | 7


tetapi pondasi tapak dapat juga dibuat dalam bentuk bertingkat atau haunched
jika pondasi ini dibutuhkan untuk menyebarkan beban dari kolom
berat. Pondasi tapak disamping diterapkan dalam pondasi dangkal dapat juga
digunakan untuk pondasi dalam.

Gambar 1.1 Pondasi Tapak


Sumber : http://ilmukonstruksitekniksipil.blogspot.co.id

b. Pondasi Menerus
Pondasi Menerus atau Pondasi Memanjang adalah jenis pondasi
yangdigunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk
mendukung beban dinding atau beban kolom dimana penempatan kolom dalam
jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban
berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi
memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan
persegi ataupun trapesium.Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun
kolom praktis.Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah,
batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu
bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural.

Struktur dan Konstruksi | 8


Gambar 1.2 Pondasi Menerus
Sumber : http://ilmukonstruksitekniksipil.blogspot.co.id

c. Pondasi Plat Beton Lajur


Pondasi plat beton lajur adalah pondasi yang digunakan untuk mendukung
sederetan kolom Pondasi plat beton lajur sangat kuat, sebab seluruhnya terdiri dari
beton bertulang dan harganya lebih murah dibandingkan dengan pondasi batu kali.
Ukuran lebar pondasi lajur ini sama dengan lebar bawah dari pondasi batu kali,
yaitu 70 Cm. Sebab fungsi pondasi plat beton lajur adalah pengganti pondasi batu
kali. berjarak dekat dengan telapak, sisinya berhimpit satu sama lain.

Gambar 1.3 Pondasi Plat Beton Lajur


Sumber : http://ilmukonstruksitekniksipil.blogspot.co.id

Struktur dan Konstruksi | 9


d. Pondasi/Konstruksi Cakar Ayam
Pondasi Cakar Ayam adalah sebutan sebuah konstruksi bangunan dasar
bangunan yang kalau dilihat dari bentuknya menyerupai Cakar Ayam.Konsep
teknologi pondasi Tapak Kaki Ayam ditemukan oleh tokoh arsitektur kebanggaan
Indonesia yaitu Prof Dr Ir Sedijatmo tahun 1961. Yang lebih membanggakan
bahwa Sistem Pondasi Cakar Ayam ini telah pula dikenal di banyak negara dan
bahkan telah mendapat pengakuan paten internasional di 11 negara, yaitu:
Indonesia, Jerman Timur, Inggris, Prancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika
Serikat, Jerman Barat, Belanda dan Denmark.
Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis yang
didukung oleh buis-buis beton bertulang yang dipasang vertikal dan disatukan
secara monolit dengan plat beton pada jarak 200250 cm. Tebal pelat beton
berkisar antara 1020 cm, sedang pipa-buis beton bertulang berdiameter 120 cm,
tebal 8 cm dan panjang berkisar 150250 cm. Buis-buis beton ini gunanya untuk
pengaku pelat. Dalam mendukung beban bangunan, pelat buis beton dan tanah
yang terkurung di dalam pondasi bekerja sama, sehingga menciptakan suatu
sistem komposit yang di dalam cara bekerjanya secara keseluruhan akan identik
dengan pondasi rakit ralft foundation.

Gambar 1.4 Pondasi Foot Plat


Sumber : http://duniatekniksipil.web.id

Struktur dan Konstruksi | 10


1.2.2 Pondasi Dalam
Pondasi Dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan tanah dengan
kedalam tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban
struktural dan kondisi permukaan tanah, pondasi dalam biasanya dipasang pada
kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi permukaan tanah. Pondasi
dalam dapat dijumpai dalam bentuk pondasi tiang pancang, dinding pancang dan
caissons atau pondasi kompensasi. Pondasi Dalam dapat digunakan untuk
mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam untuk mencapai kedalam
yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban strutur
bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat
dihindari. Apabila lapisan atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah yang
keras yang dalam maka dibuat pondasi tiang pancang yang dimasukkan ke dalam
sehingga mencapai tanah kerasDf/B>10m), tiang-tiang tersebut disatukan oleh
poer/pile cap.
a. Pondasi Tiang Pancang
Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan
langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang. Karena ujung tiang
pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang tidak memerlukan
proses pengeboran. Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah
lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil,
kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan untuk
pondasi tiang pancang adalah : bamboo, kayu besi/ kayu ulin, baja, dan beton
bertulang.

Gambar 1.5 Pondasi Tiang Pancang

Struktur dan Konstruksi | 11


Sumber : http://ilmukonstruksitekniksipil.blogspot.co.id

b. Pondasi Sumuran (Bor Pile)


Pondasi bor pile adalah bentuk pondasi dalam yang dibangun di dalam
permukaan tanah, pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan
dengan cara membuat lobang dengan sistim pengeboran atau pengerukan tanah.
Setelah kedalaman sudah didapatkan kemudian pondasi pile dilakukan dengan
pengecoran beton bertulang terhadap lobang yang sudah di bor. Sisitim
pengeboran dapat dialakukan dalam berbagai jenis baik sistim maual maupun
sistim hidrolik. Besar diameter dan kedalaman galian dan juga sistim penulangan
beton bertulang didesain berdasarkan daya dukung tanah dan beban yang akan
dipikul. Fungsional pondasi ini juga hampir sama pondasi pile yang mana juga
ditujukan untuk menahan beban struktur melawan gaya angkat dan juga
membantu struktur dalam melawan kekuatan gaya lateral dan gaya guling.

Gambar 1.6 Pondasi Sumuran


Sumber : http://ilmukonstruksitekniksipil.blogspot.co.id

1.3 Langkah Kerja Pelaksanaan Pondasi


Berikut adalah uraian tugas Pelaksana Lapangan Pekerjaan:
1. Mempelajari penugasan sebagai seorang pelaksana lapangan pekerjaan
bangunan
2. Mempelajari dokumen kontrak pelaksanaan kegiatan dibidangnya

Struktur dan Konstruksi | 12


3. Membuat rencana pelaksanaan pekerjaan
4. Mempelajari gambar kerja (shop drawing)
5. Melakukan persiapan pelaksanaan pekerjaan
6. Mengatur pelaksanaan operasional pekerjaan
7. Mengawasi memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan sub
kontraktor
8. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan dilapangan agar berjalan dengan
efisien
9. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan dibidangnya sesuai spesifikasi
teknis yang dipersyaratkan dan manajemen mutu yang diharapkan
10. Mengukur hasil pekerjaan dilapangan meliputi kualitas kuantitas dan
waktu
11. Menyiapkan data untuk menyiapkan gambar yang telah dilaksanakan (as
built drawing)
12. Membuat laporan pelaksanaan pekerjaan secara berkala

1.3.1 Menentukan Sifat Tanah


1. Penentuan Sifat Fisika Tanah
a) Penentuan Horizon Tanah
- Bersihkan permukaan tanah dari tanaman dan benda-benda lain
menggunakan cangkul.
- Gali tanah dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm.
- Amati penampang tegak tanah berdasarkan warna dan tekstur tanah
untuk mengetahui horizon tanah.
- Gunakan pita meter untuk mengukur lebar/tinggi horizon tanah atas
(top soil).
- Hasil : ultisol dan andosol
b) Penentuan warna tanah top soil dan sub soil
- Ambil gumpalan tanah kecil (sebesar kelereng) dari bagian top soil
dan sub soil.
- Gumpalan tanah harus lembab dan terlindung dari sinar matahari
langsung.

Struktur dan Konstruksi | 13


- Penentuan warna tanah dilakukan dengan cara membandingkan
gumpalan tanah dengan warna baku pada Munsell Soil Colour
Chart.
- Hasil : topsoil dan sub soil

2. Penentuan Sifat Kimia Tanah


a) Kapasitas Tukar Kation (KTK)
- Campur 5gr tanah dan 100 ml aquadest.
- Kemudian masukkan kedalam tabung reaksi.
- Kocok dan biarkan.
- Hasil: Tanah mengendap (terflokulasi) : KTK tinggi dan Tanah
tidak mengendap (terdeptasi) : KTK rendah
b) Bahan Organik
- Basahi 5gr tanah dengan 10 ml H2 O2 3%
- Diamkan beberapa saat
- Amati
Hasil :
- Banyak buih : kandungan bahan organik tinggi
- Buih sedikit/tidak berbuih : kandungan bahan organik sedikit
c) PH
- Masukkan 5gr tanah kering angin dalam tabung reaksi
- Tambahkan 15ml aquades
- Kocok selama 10 menit kemudian diamkan
- Celupkan lakmus pada cairan bening diatas lumpur tanah
- Sesuaikan warna lakmus dengan chart warna di kotak lakmus
- Hasil : nilai pH

1.3.2 Pengecekan Kedalaman Beton


Metode yang biasa dilakukan dalam melakukan pengecekan kedalaman
beton pada sebuah bangunan ada dua macam, yaitu :
1. Metode pemeriksaan tanpa merusak (Non Destructive Test/NDT)
2. Metode pemeriksaan dengan merusak (Destructive Test)

Struktur dan Konstruksi | 14


Metode pemeriksaan dengan cara tidak merusak adalah suatu metode
pengujian terhadap konstruksi beton (atau konstruksi baja) dengan tidak
melakukan perusakan baik secara struktural maupun nonstruktural untuk
pengambilan sampel uji atau pengujian langsung di lapangan. Sedangkan untuk
pemeriksaan dengan cara merusak adalah suatu pengujian terhadap kontruksi
beton (konstruksi baja) dengan melakukan perusakan baik secara struktural
maupun nonstruktural. Untuk metode dengan cara merusak ini pihak peneliti atau
pihak pemilik bangunan kurang begitu menyukai untuk dilakukan. Selain
biayanya yang lebih mahal juga pelaksanaan pengujiannya sukar dan lama karena
harus diuji lagi di laboratorium.
Dalam melakukan pemeriksaan pada bangunan kontruksi beton dilakukan
beberapa pemeriksaan/pengujian secara tak merusak dan merusak seperti :
1. Pengujian untuk mengukur laju korosi pada tulangan beton dengan alat
Potential Meter.
2. Pengujian untuk mengukur tingkst karbonasi dengan alat uji karbonasi
3. Pengujian untuk mengukur tegangan karakteristik beton dengan alat
Schmidt Hammer Test (NDT)/BS 1881-202;ASTM C805
4. Pengujian utnuk mengukur kepadatan beton, kedalaman retakan dengan
alat Ultrasonic Tests/UVP (NDT)/BS 1881-203;ASTM C597
5. Pengujian untuk mengukur tegangan karakteristik beton dengan alat
Windsor Probe Tests (NDT)
6. Pengujian untuk mengambil sampel dengan alat Core Drilled Test (DT)
yang akan diukur tegangan karakteristik beton.

1.3.3 Proses pelaksanaan test pile/pengetesan loading test (test tekan)


Uji pembebanan tiang (pile loading test) adalah suatu metode yang
digunakan dalam Pemeriksaan terhadap sejumlah beban yang dapat didukung oleh
suatu struktur dalam hal ini adalah pondasi. Pile loading test diperlukan untuk
membuktikan akurasi perhitungan desain kapasitas daya dukung tiang di lapangan
Ada 2 jenis pile load test :
- Static load test : compression, tension dan lateral
- Dynamic load test : Pile Driving Analysis

Struktur dan Konstruksi | 15


Pile load test biasanya dilakukan dgn 2 alternatif :
- Test/unused Pile, failure test (dilakukan hingga tiang mengalami
keruntuhan)
- Test on a working pile (used pile), 200% design capacity
Tiang yang diuji dipilih dilokasi yang terdekat dengan penyelidikan tanah
Hasil dari pengujian beban ini berupa:
- Indikasi dari daya dukung batas yang terjadi
- Indikasi dari penurunan yang terjadi.

Contoh Test Pile


- Kentledge (Kubus Beton)

Gambar 1.7 Test Pile


Sumber : http://kampuzsipil.blogspot.co.id/2012/01/pile-loading-test.html

1.3.4 Pengetesan Tensiont Test (Test Tarik)


Tension test adalah suatu pengukuran terhadap suatu bahan untuk
mengetahui ketangguhan suatu bahan terhadap tegangan tertentu serta
pertambahan panjang yang dialami oleh benda tersebut. Test ini dimaksudkan
untuk mengetahui kekuatan dari suatu bahan logam yang diberikan beban tarik,
sehingga dalam proses uji Tarik tersebut akan terjadi regangan akibat dari
tegangan yang terjadi pada bahan tersebut.
Adapun langkah langkah dari tension test yaitu sebagai berikut ;

Struktur dan Konstruksi | 16


- Kepala tiang harus disiapkan dengan stran muncul dari tiang dan tidak
boleh dipotong
- Stran di jepit dengan barrel load dan dihubungkan dengan casing
- Casing di persiapkan untuk diberi tekanan oleh pompa hidrolik
- Pompa hidrolik diletakan diatas balok utama
- Pemasangan alat pembacaan penurunan (dial gauge) minimal 4 buah yang
telah dikalibrasi.
- Pelaksanaan pembacaan sesuai dengan standar ASTM D3689-90
(Reapproved 1995)

Gambar 1.8 Tensiont Test


Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

1.3.5 Pengetesan PIT Test (File Integrity Test) Tiang dipukul dengan palu
pit
Sebuah test integrity PIT ( juga dikenal sebagai uji rendah ketegangan
dinamis , uji gema sonik, dan uji integritas strain rendah ) merupakan salah satu
metode untuk menilai kondisi poros. Biaya efektif dan tidak terlalu memakan
waktu .Tes ini didasarkan pada teori perambatan gelombang . Nama "low strain
dynamic test" berasal dari kenyataan bahwa ketika impact diterapkan untuk
tumpukan menghasilkan strain rendah . Dampaknya menghasilkan gelombang
kompresi yang bergerak ke bawah tumpukan pada kecepatan gelombang konstan (
mirip dengan apa yang terjadi dalam pengujian dinamis regangan tinggi ) .

Struktur dan Konstruksi | 17


Prosedur ini dilakukan dengan tangan memegang palu untuk menghasilkan
dampak, accelerometer atau geophone diletakkan di atas tumpukan yang akan
diuji untuk mengukur respon terhadap dampak palu , dan akuisisi data dan
interpretasi alat elektronik .Tes bekerja dengan baik dalam pondasi beton atau
kayu yang tidak terlalu ramping . Biasanya metode ini diterapkan untuk tumpukan
baru dibangun yang belum terhubung ke struktur .Namun, metode ini juga
digunakan untuk menguji integritas dan untuk menentukan panjang tiang tertanam
dalam struktur . Banyak digunakan di Australia namun sekarang sudah banyak
yang penyedikan test ini di Indonesia. baik di Jakarta, Medan, dan Surabaya.

Kerusakan Struktur
Pile Integrity Tester (PDI) Testing Terdeteksi
Gambar 1.9 PIT Test
Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

1.3.6 Pengetesan Lateral Test. Untuk mengetahui daya lateral beton


Suatu perencanaan pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan
oleh pondasi ke tanah tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan.Uji
beban lateral (horizontal) biasanya digunakan untuk mengetahui kelakuan defleksi
tiang pada waktu beban telah bekerja. Beban lateral yang diijinkan dapat
ditentukan dari nilai beban pada defleksi tiang tertentu (misalnya 0,025 inchi)
yang dibagi dengan faktor aman (McNulty, 1956).
Pengujian lapangan dilaksanakan untuk menguji objek yang akan diteliti,
pengujian pembebanan statis (static loading test) pada pondasi tiang pancang
berdasarkan ASTM D3966-90, yaitu Cyclic Loading (Pembebanan Siklik).
Pengujian dilakukan sebanyak 4 siklus pembebanan dimana beban puncak terjadi
pada siklus ke-4 sebesar 200% dari beban rencana. 4.3 Peralatan Pengujian
Peralatan yang diperlukan pada uji pembebanan ini adalah sebagai berikut:

Struktur dan Konstruksi | 18


1. Hydraulic Jack, Untuk yang 2. Pressure Gauge, Untuk 3. Dial Gauge Terdiri dari 4

lateral diletakkan tepat mengukur besarnya (empat) unit dengan

disamping permukaan tiang beban yang diberikan ketelitian pembacaan

uji pada tiang uji paling sedikit sampai


dengan 0.01 mm, untuk
mengukur besarnya
pergerakan yang terjadi.
Gambar 1.10 Peralatan untuk uji lateral
Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

1.3.7 Pengetesan PDA Test (Pile Driving Analyzer)


Tujuan pengujian tiang dengan Pile Driving Analyzer ( PDA ) adalah
untuk mendapatkan data tentang :
1. Daya dukung aksial tiang.
Penentuan daya dukung aksial tiang didasarkan pada karakteristik
dari pantulan gelombang yang diberikan oleh reaksi tanah ( lengketan dan
tahanan ujung ).
Korelasi yang baik antara daya dukung tiang yang diberikan dari hasil
PDA dengan cara statis yang konvensional telah diakui, yang membawa
pada pengakuan PDA sebagai metode yang sah dalam ASTM D-4945-1996.
Meski demikian, harus dicatat korelasi yang ditujukan dalam grafik
didasar-kan pada hasil pengujian jika daya dukung batas ( ultimate ) dicapai
baik dengan PDA maupun dengan pengujian statis yang konvensional.

2. Keutuhan / integritas tiang.


Kerusakan pada pondasi tiang dapat terjadi karena beberapa hal
antara lain pada saat pengangkatan tiang atau selama pemancangan tiang.

Struktur dan Konstruksi | 19


Untuk tiang bor, pengecilan penampang dan longsornya tanah adalah
kerusakan yang paling umum dijumpai. Kerusakan ini dapat dideteksi
dengan PDA.
Berdasarkan F ( gaya ) dan V ( kecepatan ) yang terekam dari
gelombang selama perambatannya sepanjang tiang, lokasi dari kerusakan
dapat dideteksi dan luas penampang sisa dari tiang dapat diperkirakan.
Jika hanya keutuhan tiang saja yang dibutuhkan, sebuah sub-sistem
dari PDA yang disebut Pile Integrity Tester lebih ekonomis untuk
digunakan dari pada PDA.

3. Efisiensi energi yang ditransfer.


PDA mengukur enerji pemancangan actual yang ditranfer selama
pengujian. Karena berat palu pancang dan tinggi jatuh palu pancang
dapat dike-tahui, maka efisiensi enerji yang ditransfer dapat dihitung.
Jenis pondasi tiang yang dapat diuji dengan PDA tidak terbatas
pada tiangpancang saja. PDA juga dapat digunakan untuk tiang yang dicor
di tempat seperti tiang bor, tiang franki dan jenis pondasi tiang lainnya.
1.3.8 Pekerjaan Galian Tanah
a) Sistem Bottom Up
Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan
galian selesai mencapai galian elevasi rencana (sistemkonvensional). Pelat
basement paling bawah dicor terlebih dahulusehingga menjadi Raft foundation
dengan metode papan catur, kemudian basement diselesaikan dari bawah keatas,
dengan menggunakan scaffolding. Kolom, balok dan slab dicor ditempat (cast in
place). Pada sistem ini galian tanah dapat berupa open cut, sering tidak
menggunakan dewateringcut off, tetapi menggunakan dewatering sistem
predrainage dan struktur dinding penahan tanahnya menggunakan steel sheet pile
yang bisa sementara maupun permanen dengan perkuatan strutting, ground
anchor atau free cantilever. Dalam hal ini pekerjaan dewatering akan
diberhentikan, harus dihitung lebih dahulu apakah struktur basement yang telah
selesai dibangun mampu menahan tekanan ke atas dari air tanah yang ada, agar
terjadi deformasi dari bangunan yang dapat menyebabkan keretakan struktur.

Struktur dan Konstruksi | 20


b) Sistem Top Down
Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan bersamaan dengan
pekerjaan galian basement, urutan penyelesaian balok dan pelat lantainya dimulai
dimulai dari atas kebawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur plat dan balok
tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut King Post (yang dipasang
bersamaan dengan bored pile). Sedangkan dinding basement dicor lebih dulu
dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall berfungsi sebagai
cut off dewatering.

Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Bottom Up (Konvensional)


Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan
konstruksi basement dengan metode bottom up ialah sebagai berikut:
1. Mobilisasi peralatan.
2. Pelaksaanaan pondasi tiang.
3. Pelaksanaan dinding penahan tanah (sheet pile).
4. Penggalian dan pembuangan tanah.
5. Dewatering.
6. Poer pondasi.
7. Waterproofing.
8. Tie beam dan pondasi rakit.
9. Dinding basement dan struktur bertahap keatas.
10. Lantai basement bertahap keatas.
Secara umum, kegiatan-kegiatan pekerjaan tersebut diatas adalah item
pekerjaan utama yang hampir dapat selalu ditemukan dalam suatu pelaksanaan
pekerjaan basement dengan metode bottom up. Berikut adalah gambaran
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan urutan pekerjaan yang mana harus dimulai
dari lantai dasar basement.

Struktur dan Konstruksi | 21


Gambar 1.10 Pelaksanaan Pekerjaan
Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

Kemungkinan lain dapat saja terjadi, tetapi pada umumnya tata cara
pelaksanaan metode basementbottom up akan mengikuti pola demikian. Beberapa
hal yang dapat disebut merupakan ciri-ciri pelaksanaan basement dengan metode
bottom up yang lazim dilakasanakan dari jabaran di atas adalah:
1. Metode bottom up tidak memerlukan tata cara manajemen proyek secara
khusus, karena umumnya sudah menjadi hal yang biasa dilaksanakan.
2. Diperlukan pengendalian muka air tanah sekeliling secara intensif.
3. Dinding penahan tanah dapat tetap atau sementara, tetapi yang pasti untuk
pelakasanaannya tidak dapat dilakukan simultan dengan pekerjaan lain,
dinding penahan tanah adalah awal dari pekerjaan basement yang mutlak
dilakukan sebelum pekerjaan lainnya dimulai kecuali tiang pondasi.
4. Setiap usaha mempercepat waktu pelaksanaan, pada umumnya
menyebabkan penambahan sumber daya baik manusia maupun peralatan
yang tidak sebanding dengan produksinya.
5. Semakin dalam (semakin banyak jumlah basement) metode pelaksanaan
ini akan semakin sulit.
6. Diperlukan luas lahan yang cukup untuk mengendalikan transportasi
galian tanah vertikal.

Struktur dan Konstruksi | 22


7. Akibat proses penggalian dan kebutuhan akan konstruksi samentara yang
banyak, maka kondisi lingkungan proyek akan padat dan kotor.
8. Kemungkinan melakukan kombinasi pelaksanaan secara simultan dengan
kegiatan lainnya amat minim karena metode konstruksi memberikan
urutan kegiatan demikian.
9. Biaya pelaksanaan sampai dengan kedalaman tertentu relatif lebih murah.

Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Top Down


Pada metode konstruksi Top Down, stuktur basement dilaksanakan
bersamaan dengan pekerjaan galian basement, urutan penyelesaian balok dan plat
lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur plat
dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut King Post (yang
dipasang bersamaan dengan bored pile). Sedang dinding basement dicor lebih
dulu dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall tersebut.
Biasanya untuk penggalian basement digunakan alat khusus, seperti
excavator ukuran kecil. Bila jumlah lantai basement banyak, misal lima lantai,
maka untuk kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk dua lantai
sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses penggalian. Lantai
yang dilalui, nantinya dilaksanakan dengan cara biasa, menggunakan scaffolding
(seperti pada sistem bottom up biasa).
Bila struktur basement telah selesai, maka tiang king post dicor beton dan
bila diperlukan dapat ditambah penulangannya. Lubang lubang lantai basement
yang dipergunakan untuk pegankutan tanah galian, ditutup kembali. Pengecoran
struktur atas, dilaksanakan seperti biasa, yaitu dari bawah ke atas (lantai satu, dua,
dan seterusnya).
Untuk pelaksanaan lantai yang dilalui agar space galian cukup longgar.
Maka lantai yang bersangkutan dicor dengan sistem scaffolding biasa. Bila
struktur king post cukup kuat. Maka pada saat menyelesaikan basement, dapat
dibarengi dengan struktur atas (sering disebut dengan sistem up and down).
Pada prinsipnya metode Top down dapat disebut sebagai cara membangun
terbalik, yaitu membangun dari atas ke bawah . secara teknis, metode ini sudah
bukan menjadi masalah lagi di Indonesia, tetapi mengingat bahwa metode baru

Struktur dan Konstruksi | 23


pada akhir-akhir ini dicoba, maka permasalahan yang timbul adalah kapan
digunakan metode ini serta bagaimana teknik manajemennya agar tercapai tujuan
utama proyek tsb.
Berikut ini tahapan dalam pelaksanaan metode konstruksi top down:
1. Pengecoran bored pile dan pemasangan king post
2. Pengecoran diaphragm wall.
3. Lantai basement 1, dicor di atas tanah dengan lantai kerja
4. Galian basement 1, dilaksanakan setelah lantai basement 1 cukup
strenghtmya menggunakan excavator kecil). Disediakan lubang lantai dan
ramp sementara untuk pembuangan tanah galian.
5. Lantai basement 2, dicor diatas tanah dengan lantai kerja.
6. Galian basement 2, dilaksanakan seperti galian basement 1, begitu
seterusnya.
7. Terakhir mengecor raft foundation.
8. King post dicor, sebagai kolom struktur.
9. Bila diperlukan, pelaksanaan basement, dapat dimulai struktur atas, sesuai
dengan kemampuan dari king post yang ada (sistem up & down)

Gambar 1.11 Pemasangan bore pile dan king


Gambar 1.12 Pengecoran lantai basement 1
post
dan 2

Struktur dan Konstruksi | 24


Gambar 1.13 Pengecoran lantai basement 1, 2 Gambar 1.14 Galian Raft Foundation
dan 3
Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

Biasanya untuk penggalian basement digunakan alat khusus, seperti


excavator ukuran kecil. Bila jumlah lantai basement banyak, misal lima lantai,
maka untuk kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk dua lantai
sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses penggalian. Lantai
yang dilalui, nantinya dilaksanakan dengan cara biasa, menggunakan scaffolding
(seperti pada sistem bottom up biasa).
Bila struktur basement telah selesai, maka tiang king post dicor beton dan
bila diperlukan dapat ditambah penulangannya. Lubang-lubang lantai basement
yang dipergunakan untuk pengangkutan tanah galian, ditutup kembali.
Pengecoran struktur atas, dilaksanakan seperti biasa, yaitu dari bawah ke atas
(lantai satu, dua, dan seterusnya) .
Untuk pelaksanaan yang dilalui agar space galian cukup longgar, maka
lantai yang bersangkutan dicor dengan sistem scaffolding biasa. Bila struktur king
post cukup kuat. Maka pada saat menyelesaikan basement, dapat dibarengi
dengan struktur atas (sering disebut dengan up and down).

Struktur dan Konstruksi | 25


Gambar 1.15 Struktur BasementTop Down
Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

Salah satu detail king post, dapat dijelaskan sebagai berukut:


a. Lantai pertama dan sebagian kolom dicor, dengan memasang starter
bar untuk kolom.

Gambar 1.16 Penulangan lantai basement


Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

b. Lantai berikutnya juga dicor dengan cara yang sama. Kemudian


starter bar kolom bawah dan atasnya disambung. Kemudian kolom
yang bersangkutan. dicor.

Struktur dan Konstruksi | 26


Gambar 1.17 Penulangan tiang king post
Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

Kekurangan dan Kelebihan Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem


Bottom Up dan Sistem Top Down
A. Metode Konstruksi Bottom Up
Kekurangan metode konstruksi Bottom Up ini diantaranya ialah:
a) Transportasi vertikal membutuhkan lahan yang luasnya
sebanding dengan kedalamannya.
b) Pelaksanaan dewatering perlu lebih intensif.
c) Penggunaan konstruksi sementara sangat banyak.
d) Hampir dapat dipastikan diperlukan ground anchor.
e) Waste material tiang pancang pada saat penggalian.
f) Tidak memungkinkan pelaksanaan dengan superstruktural
secara efisien.
Sedangkan kelebihan metode konstruksi Bottom Up ini diantaranya
ialah sebagai berikut:
a) Biaya peralatan lebih murah.
b) Sumber daya manusia yang terlatih sudah banyak memadai.
c) Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang umum
digunakan misalnya: Backhoe, Shovel Loader dan lainnya,
tidak diperlukan peralatan khusus.

Struktur dan Konstruksi | 27


d) Tidak memerlukan teknologi yang tinggi.
e) Biaya dinding penahan tanah yang digunakan relatif lebih
murah dibanding dengan diapraghm wall yang umum
digunakan untuk metode Top down.
f) Teknik pengendalian pelaksanaan konstruksi sudah dikuasai
karena sudah banyak proyek bangunan basement yang sudah
dikerjakan sehingga pengalaman dan contoh cukup
mendukung (project documentation).

B. Metode Konstruksi Top Down


Kekurangan metode konstruksi Top Down ini diantaranya ialah:
a) Diperlukan peralatan berat yang khusus.
b) Diperlukan ketelitian dan ketepatan lebih.
c) Sumber daya manusia terbatas.
d) Diperlukan pengetahuan spesifik untuk mengendalikan proyek.
e) Biaya dinding penahan tanah yang digunakan lebih mahal
dibanding dengan sheet pile yang umum digunakan untuk
metode Bottom Up.
Sedangkan kelebihan metode konstruksi Top Down ini diantaranya
ialah sebagai berikut:
a) Relatif tidak mengganggu lingkungan.
b) Jadwal pelaksanaan dapat dipercepat.
c) Memungkinkan pekerjaan simultan.
d) Area lahan proyek lebih luas.
e) Resiko teknis lebih kecil.
f) Mutu dinding penahan tanah dapat lebih dikontrol.

2. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu
kolommerupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse)

Struktur dan Konstruksi | 28


lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur
(Sudarmoko, 1996).
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalahkomponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggiyang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral
terkecil.Fungsi kolom adalah sebagai penerus bebanseluruh bangunan ke
pondasi.Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang
memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk
meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti bebanhidup (manusia dan
barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting,
agar bangunantidak mudah roboh.Beban sebuah bangunan dimulai dari atap.
Beban atap akan meneruskan beban yangditerimanya ke kolom. Seluruh beban
yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di
bawahnya.Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar
dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus
benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolommenerima beban
dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama
untuk konstruksirumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar
bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudahroboh. Struktur dalam kolom
dibuat dari besi dan beton.Keduanya merupakan gabungan antara material yang
tahantarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan
beton adalah material yang tahan tekanan.sloof dan balok bisa menahan gaya
tekan dan gaya tarik pada bangunan.

2.1 Jenis Kolom


Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:
a. Kolom Ikat (Tie Column)
Kolom ikat (tie column) merupakan kolom yang memakai pengikat berupa
sengkang lateral.Kolom ini dibuat dengan memasang tulang pada kolom
menggunakan batang tulangan yang berbentuk pokok memanjang.Pada jarak
tertentu, kolom-kolom ini diikat memakai pengikat sengkang ke arah lateral.Perlu

Struktur dan Konstruksi | 29


diketahui, pemasangan tulangan ini berguna untuk mengikat tulangan pokok
sehingga strukturnya lebih kokoh.
b. Kolom Spiral (Spiral Column)
Kolom spiral (spiral column) ialah kolom bangunan yang memanfaatkan
pengikat berupa spiral. Secara teknis, wujud kolom spiral ini mirip sekali dengan
kolom ikat. Tulangan berbentuk spiral dililitkan di sepanjang kolom
menggunakan pola heliks. Pengikat berupa tulangan spiral ini dinilai lebih efektif
karena akan membuat kolom sanggup menyerap deformasi yang cukup besar. Hal
ini memungkinkan kolom spiral dapat mencegah bangunan mengalami runtuh
keseluruhan.
c. Kolom Komposit (Composite Column)
Kolom komposit (composite column) adalah kolom yang diperkokoh
menggunakan pipa atau gelagar baja profil secara memanjang. Pembangunan
kolom komposit bisa dibuat dengan menambahkan tulangan pokok memanjang
atau tanpa diberi batangan sama sekali. Kolom komposit diklaim memiliki tingkat
kekuatan yang lebih kokoh dibandingkan dengan kolom tali dan kolom spiral.

Gambar 2.1 Jenis-jenis kolom


Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

Untuk kolom pada bangunan sederhan bentuk kolom ada dua jenis yaitu
kolom utama dan kolom praktis.
a. Kolom Utama

Struktur dan Konstruksi | 30


Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang beradadiatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan
jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompanglantai
tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5
meter, maka struktur bangunanharus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama
untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran20/20, dengan
tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi
beton diameter 12mm8 buah, 8 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak
10 cm).
b. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarakkolom maksimum 3,5 meter, atau pada
pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15dengan
tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal
harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai lantai atas,artinya letak
kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan
menghilangkan sifatkekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus
dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiaplapis lantai.
Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan
yang didukungnyamakin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom
harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajurkolom mempunyai
kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok
portal merangkaikolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh
beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan
balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat
menahanmomen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan
balok, di bagian pangkal pada pertemuandengan kolom, boleh ditambah tebalnya.
1. Dasar- dasar Perhitungan
Menurut SNI-03-2847-2002 ada empat ketentuen terkait perhitungan kolom
- Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang
bekerja pada semua lantai atau atap danmomen maksimum yang berasal
dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang

Struktur dan Konstruksi | 31


ditinjau.Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari
momen terhadap beban aksial juga harusdiperhitungkan.
- Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari adanya beban
tak seimbang pada lantai atau atapterhadap kolom luar atau dalam harus
diperhitungkan. Demilkian pula pengaruh dari beban eksentris karena
sebablainnya juga harus diperhitungkan.
Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada kolom,
ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-ujung tersebut
menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya.Momen-momen yang
bekerja pada setiap level lantai atau atap harus didistribusikan pada kolom di atas
dan di bawah lantai tersebut berdasarkan kekakuan relative kolom dengan juga
memperhatikan kondisi kekekangan pada ujung kolom.Adapun dasar-dasar
perhitungannya yaitu Kuat perlu dan Kuat rancang.

2.2 Dasar pertimbangan perencanaan dimensi kolom


1. Prinsip Desain Kolom
Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara panjang
dan dimensi penampang melintangnya relatif kecil disebut kolom pendek.
Kapasitas pikul-beban kolom pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan
bila mengalami beban berlebihan, maka kolom pendek pada umumnya akan gagal
karena hancurnya material. Dengan demikian, kapasitas pikul-beban batas
tergantung pada kekuatan material yang digunakan. Semakin panjang suatu
elemen tekan, proporsi relatif elemen akan berubah hingga mencapai keadaan
yang disebut elemen langsing. Perilaku elemen langsing sangat berbeda dengan
elemen tekan pendek.Perilaku elemen tekan panjang terhadap beban tekan adalah
apabila bebannya kecil, elemen masih dapat mempertahankan bentuk liniernya,
begitu pula apabila bebannya bertambah.
Pada saat beban mencapai nilai tertentu, elemen tersebut tiba-tiba tidak stabil,
dan berubah bentuk menjadi seperti tergambar.Hal inilah yang dibuat fenomena
tekuk (buckling) apabila suatu elemen struktur (dalam hal ini adalah kolom) telah
menekuk, maka kolom tersebut tidak mempunyai kemampuan lagi untuk
menerima beban tambahan. Sedikit saja penambahan beban akan menyebabkan

Struktur dan Konstruksi | 32


elemen struktur tersebut runtuh. Dengan demikian, kapasitas pikul-beban untuk
elemen struktur kolom itu adalah besar beban yang menyebabkan kolom tersebut
mengalami tekuk awal.Struktur yang sudah mengalami tekuk tidak mempunyai
kemampuan layan lagi.Fenomena tekuk adalah suatu ragam kegagalan yang
diakibatkan oleh ketidakstabilan suatu elemen struktur yang dipengaruhi oleh aksi
beban.Kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan dapat terjadi pada
berbagai material. Pada saat tekuk terjadi, taraf gaya internal bisa sangat rendah.
Fenomena tekuk berkaitan dengan kekakuan elemen struktur Suatu elemen yang
mempunyai kekakukan kecil lebih mudah mengalami tekuk dibandingkan dengan
yang mempunyai kekakuan besar.Semakin panjang suatu elemen struktur,
semakin kecil kekakuannya.
Apabila suatu elemen struktur mulai tidak stabil, seperti halnya kolom yang
mengalami beban tekuk, maka elemen tersebut tidak dapat memberikan gaya
tahanan internal lagi untuk mempertahankan bentuk liniernya. Gaya tahanannya
lebih kecil daripada beban tekuk. Kolom yang tepat berada dalam kondisi
mengalami beban tekuk sama saja dengan sistem yang berada dalam kondisi
keseimbangan netral. Sistem dalam kondisi demikian mempunyai kecenderungan
mempertahankan konfigurasi semula.Banyak faktor yang mempengaruhi beban
tekuk (Pcr) pada suatu elemen struktur tekan panjang. Faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Panjang Kolom
Pada umumnya, kapasitas pikul-beban kolom berbanding terbalik dengan
kuadrat panjang elemennya. Selain itu, faktor lain yang menentukan besar beban
tekuk adalah yang berhubungan dengan karakteristik kekakuan elemen struktur
(jenis material, bentuk, dan ukuran penampang).
2) Kekakuan
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya material dan
distribusinya. Pada elemen struktur persegi panjang, elemen struktur akan selalu
menekuk pada arah seperti yang diilustrasikan pada di bawah bagian (a). Namun
bentuk berpenampang simetris (misalnya bujursangkar atau lingkaran) tidak
mempunyai arah tekuk khusus seperti penampang segiempat.Ukuran distribusi

Struktur dan Konstruksi | 33


material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada umumnya dapat
dinyatakan dengan momen inersia (I).
3) Kondisi ujung elemen struktur
Apabila ujung-ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai
kemampuan pikul-beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang
ujung-ujungnya dijepit. Adanya tahanan ujung menambah kekakuan sehingga
juga meningkatkan kestabilan yang mencegah tekuk.Mengekang
(menggunakan bracing) suatu kolom pada suatu arah juga meningkatkan
kekakuan.Fenomena tekuk pada umumnya menyebabkan terjadinya pengurangan
kapasitas pikul-beban elemen tekan.Beban maksimum yang dapat dipikul kolom
pendek ditentukan oleh hancurnya material, bukan tekuk. Beban ini dinyatakan
dalam persamaan:
Py =AFy (4.4)
dimana: A = luas penampang melintang kolom
Fy = tegangan leleh material

Sebaliknya, pada kolom panjang atau langsing, kegagalan yang terjadi


disebabkan oleh beban yang lebih kecil daripada beban yang menyebabkan
hancurnya material. Ini berarti bahwa tegangan aktual yang ada apabila tekuk
terjadi pada kolom panjang (tegangan tekuk kritis) selalu lebih kecil daripada
tegangan leleh, yaitu dinyatakan sebagai berikut :
fcr = Pcr / A (fleleh)
Kegagalan pada kolom panjang adalah yang disebabkan oleh tekuk, jadi
tegangan yang terjadi pada saat gagal lebih kecil daripada tegangan leleh material
kolom tersebut.

2. Desain Kolom
1) Prinsip-prinsip Desain Umum
Tujuan desain kolom secara umum adalah untuk memikul beban rencana
dengan menggunakan material seminimum mungkin, atau dengan mencari
alternatif desain yang memberikan kapasitas pikul-beban sebesar mungkin untuk
sejumlah material yang ditentukan. Ada beberapa faktor yang menjadi

Struktur dan Konstruksi | 34


pertimbangan dasar atau prinsip-prinsip dalam desain elemen struktur tekan secara
umum, yaitu sebagai berikut :
Penampang
Penentuan bentuk penampang melintang yang diperlukan untuk memikul
beban, secara konseptual merupakan sesuatu yang mudah. Tujuannya adalah
untuk memperoleh penampang melintang yang memberikan
nilai rx dan ry yang diperlukan dengan material yang seminimum mungkin.
Beberapa bentuk penampang dapat dilihat pada Gambar 4.18.
Kolom pada Konteks Gedung
Pada umumnya, akan lebih menguntungkan bila menggunakan bracing pada
titik-titik yang tidak terlalu banyak disertai kolom yang agak besar,
dibandingkan dengan banyak bracing dan kolom kecil.

Gambar 2.2 Bentuk-bentuk Penampang Kolom


Sumber: Schodek, 1999
2) Ukuran Kolom
Prosedur desain untuk mengestimasi ukuran kolom cukup rumit karena harga
tegangan ijinnya belum diketahui sebelum menentukan ukuran
kolom.Prosedur desain yang biasa digunakan adalah dengan mengestimasi
tegangan ijin, ukuran kolom, dengan menggunakan dimensinya untuk
menentukan tegangan ijinnya, lalu kemudian memeriksa apakah kolom
tersebut mempunyai ukuran yang memadai.Tegangan aktual yang ada
dibandingkan dengan tegangan ijin yang dihitung. Bila tegangan aktual
melampaui tegangan yang diijinkan, maka proses diulangi lagi sampai
tegangan aktual lebih kecil daripada yang diijinkan.

Struktur dan Konstruksi | 35


2.3 Jenis beton dan cara pelaksanaannya
Beton Prategang
1. Pengertian Beton Prategang
Pengertian beton prategang menurut beberapa peraturan adalah
sebagai berikut:
a. Menurut PBI 1971
Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah ditimbulkan
tegangan-tegangan intern dengan nilai dan pembagian yang
sedemikian rupa hingga tegangan-tegangan akibat beton-beton dapat
dinetralkan sampai suatu taraf yang diinginkan.
b. Menurut Draft Konsensus Pedoman Beton 1998
Beton prategang adalah beton bertulang yang dimana telah
diberikan tegangan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial
dalam beton akibat pemberian beban yang bekerja.
c. Menurut ACI
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal
dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat
mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibat
beban eksternal.
2. Prinsip dan Cara Kerja Beton Prategng
Untuk memberikan memberikan gaya konsentris pada beton
prategang bisa dilakukan dengan dua cara yaitu :
Pre-tensioned Prestressed Concrete (pratarik), ialah konstruksi dimana
tendon ditegangkan dengan pertolongan alat pembantu sebelum beton
mengeras dan gaya konsentris dipertahankan sampai beton cukup
keras.
Post-tensioned Prestressed Concrete (pasca tarik), adalah konstruksi
dimana setelah betonnya cukup keras, barulah dberikan gaya
konsentris dengan menarik kabel tendon.

a. Pre-Tensioning ( Pra Tarik)

Struktur dan Konstruksi | 36


Metode ini baja prategang diberi gaya prategang dulu sebelum
beton dicor, oleh karena itu disebut pretension method. Adapun
prinsip dari Pratarik ini secara singkat adalah sebagai berikut :
Tahap 1: Siapkan bekisting (formwork) yang telah lengkap dengan
lubang untuk kabel tendon (tendon duct) yang dipasang melengkung
sesuai bicang momen balok, seltelah itu beton di cor (Gambar A)
Tahap 2 : Setelah beton di cor dan sudah bisa memikul berat sendiri,
tendon atau kabel prategang dimasukkan ke dalam Lubang Tendong
(tendon duct), selanjutnya ditarik untuk mendapatkan gaya prategang.
Metode pemberian gaya prategang adalah dengan cara mengikat salah
satu angker, kemudian ujung angker lainnya ditarik ( ditarik dari satu
sisi ). tetapi ada pula yang ditarik dikedua sisinya kemudiang diangker
secara bersamaan. Setelah diangkur kemudiang dilakukan grouting
pada lubang angker tadi (Gambar B ).
Tahap 3 : Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya
konsentris telah ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang
melengkung, maka akibat gaya konsentris tendon memberikan beban
merata kebalok yang arahnya keatas, akibatnya bentuk balok
melungkung keatas ( Gambar C ).Untuk memudahkan transportasi
dari pabrik ke site, maka biasanya beton prategang dibuat dengan
sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental ( balok dibagi-
bagi menjadi beberapa bagian, misalnya perbagian dibuat dengan
panjang 1 sampai dengan 3 m ).

Struktur dan Konstruksi | 37


Gambar 2.3 Pre-Tensioning
Sumber : indinyursipil.blogspot.com

3. Tahap Pembebanan
Tidak seperti beton konvensioanl, beton prategang mengalami
beberapa tahap pembebanan.Pada setiap tahap pembebanan harus
dilakukan pengecekan atas kondisi serat tekan dan serat tarik dari setiap
penampang.Pada tahap tersebut berlaku tegangan ijin yang berbeda-beda
sesuai kondisi beton dan tendon.Ada dua tahap pembebanan pada beton
prategang, yaitu transfer dan service.
a. Tahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah mulai
mengering dan dilakukan penarikan kabel prategang. Pada saat ini
biasanya yang bekerja hanya beban mati struktur, yaitu berat
sendiri struktur ditambah beban pekerja dan alat. Pada saat ini
beban hidup belum bekerja sehingga momen yang bekerja adalah
minimum, sementara gaya yang bekerja adalah maksimum karena
belum ada kehilangan gaya prategang.
b. Kondisi service (servis) adalah kondisi pada saat beton prategang
digunakan sebagai komponen struktur. Kondisi ini dicapai setelah
semua kehilangan gaya prategang dipertimbangkan. Pada saat ini
beban luar pada kondisi yang maksimum sedangkan gaya
pratekan mendekati harga minimum.

Struktur dan Konstruksi | 38


4. Material Beton Prategang
a. Beton : hasil dari pencampuran beberapa material berupa semen,
air dan agregat. dengan perbandingan berat campuran agregat
kasar 44%, agregat halus 31%, semen 18%, dan air 7%. setelah 28
hari beton akan mencapai kekuatan yang ideal yang disebuta kuat
tekan karakteristik. Kuat tekan karakteristik adalah tegangan yang
telah melampaui 95% dari pengukuran kuat tekan uniaksial yang
diambil dari tes penekanan standar, yaitu dengan kubus ukuran
15x15 cm, atau siliner dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Beton yang digunakan untuk beton prategang adalah beton yang
mempunyai kekuatan tekan yang tinggi dengan nilai fc minimal
30 Mpa.
b. Baja : material baja yang biasa digunakan dalam pembuatan
beton prategang adalah sebagai berikut K
PC Wire, biasanya digunakan untuk baja prategang pada
beton prategang dengan sistem pratarik.
PC Strand, biasanya digunakan untuk baja prategang
untuk beton prategang dengan sistem pascatarik.
PC BAR, biasanya digunakan untuk baja prategang pada
beton prategang dengan sistem pratarik.
Tulangan biasa, yaitu tulangan yang bisa dipakai untuk
beton konvensional seperti besi polos dan besi ulir
5. Keunggulan Beton Prategang
Beton Prategang ( Prestressed concrete ) mempunyai beberapa
keunggulan bila dibandingkan dengan beton konvensional biasa, antara
lain:
a. Kelebihan dari segi teknis :
Terhindarnya retak terbuka didaerah tarik, sehingga beton
prategang akan lebih tahan terhadap korosi.
Kedap air, bagus digunakan untuk proyek yang dekat
dengan perairan.

Struktur dan Konstruksi | 39


Karena terbentuknya lawan lendut akibat gaya prategang
sebelum beban rencana bekerja, maka lendutan akhir
setelah beban rencana bekerja, akan lebih kecil dari pada
beton bertulang biasa.
Efisien karena dimensi penampang struktur akan lebih
kecil atau langsing, sebab seluruh luas penampang
dipergunakan secara efektif.
Jumlah penggunaan baja jauh lebih sedikit dari pada
jumlah berat besi penulangan pada konstruksi beton
konvensional biasa.
Ketahanan terhadap geser dan ketahanan terhadap
puntirnya meningkat.
Kelebihan dari segi teknis ini akan mempengaruhi biaya
untuk memproduksi beton prategang itu sendiri, dan dari segi
ekonomis beton prategang juga memiliki beberapa kelebihan
antara lain :
Volume beton yang digunakan untuk produksi beton
prategang lebih sedikit
Jumlah baja/besi yang digunakan untuk produksi beton
prategang sedikit.
Beton prategang akan lebih menguntungkan jika dibuat
dalam jumlah besar
beton prategang hampir tidak memerlukan biaya
pemeliharan, lebih tahan lama karena, dapat membuat
balok dengan bentang yang lebih panjang.
Dengan menggunakan beton prategang bisa menghemat
waktu pelaksanaan konstruksi.

2.4 Mutu beton


Beton merupakan salah satu bahan material dan bagian dari suatu konstruksi
yang dibuat dengan cara mencampur beberapa material seperti batu belah, pasir,
semen dan air menjadi satu, sehingga mutu yang dihasilkanpun akan banyak

Struktur dan Konstruksi | 40


tergantung pada kondisi material pembentuknya maupun pada proses
pembuatannya. Mutu Beton menyatakan kekuatan tekan luas bidang permukaan,
pada umumnya dinyatakan dengan dua satuan yaitu fc dan K.

Mutu Beton fc'


Beton dengan mufu fc' 25 menyatakan kekuatan tekan minimum adalah 25
MPa pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan silinder beton diameter 15
cm, tinggi 30 cm. Mengacu pada standar SNI 03-2847-2002 yang merujuk pada
ACI (American Concrete Institute). 1 MPa = 10 kg/cm2.

Mutu Beton Karakteristik


Beton dengan mutu K-250 menyatakan kekuatan tekan karakteristik
minimum adalah 250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan
kubus beton ukuran 15x15x15 cm. Mengacu pada PBI 71 yang merujuk pada
standar eropa lama.

Kekuatan tekan karakteristik ialah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah


besar hasil-hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan
yang kurang dari itu terbatas sampai 5% saja. Yang diartikan dengan kekuatan
tekan beton senantiasa ialah kekuatan tekan yang diperoleh dari pemeriksaan
benda uji kubus yang bersisi 15 (+0,06) cm pada umur 28 hari. Sedangkan fc
adalah kuat tekan beton yang disyaratkan (dalam Mpa), didapat berdasarkan pada
hasil pengujian benda uji silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Penentuan
nilai fc boleh juga didasarkan pada hasil pengujian pada nilai fck yang didapat
dari hasil uji tekan benda uji kubus bersisi 150 mm. Dalam hal ini fc didapat dari
perhitungan konversi berikut ini. Fc=(0,76+0,2 log fck/15) fck, dimana fck
adalah kuat tekan beton (dalam MPa), didapat dari benda uji kubus bersisi 150
mm. Atau perbandingan kedua benda uji ini, untuk kebutuhan praktis bisa
diambil berkisar 0,83.

Persyaratan pencampuran beton yang baik sesuai dengan standar (SNI 03-
2834-2000)

Struktur dan Konstruksi | 41


1. Membuat 1 m3 beton mutu fc = 7,4 MPa (K 100), slump (12 2) cm, w/c
= 0,87
Kebutuhan Satuan Indeks
PC Kg 247,000
PB Kg 869
Bahan
KR (maksimum 30mm) Kg 999
Air Liter 215
Pekerja OH 1,650
Tukang Batu OH 0,275
Tenaga Kerja
Kepala Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083

2. Membuat 1 m3 beton mutu fc = 9,8 MPa (K 125), slump (12 2) cm, w/c
= 0,78
Kebutuhan Satuan Indeks
PC Kg 276,000
PB Kg 828
Bahan
KR (maksimum 30mm) Kg 1012
Air Liter 215
Pekerja OH 1,650
Tukang Batu OH 0,275
Tenaga Kerja
Kepala Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083

3. Membuat 1 m3 beton mutu fc = 12,2 MPa (K 150), slump (12 2) cm,


w/c = 0,72
Kebutuhan Satuan Indeks
PC Kg 299,000
PB Kg 799
Bahan
KR (maksimum 30mm) Kg 1017
Air Liter 215

Struktur dan Konstruksi | 42


Pekerja OH 1,650
Tukang Batu OH 0,275
Tenaga Kerja
Kepala Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083

4. Membuat 1 m3 lantai kerja beton mutu fc = 7,4 MPa (K 100), slump (3-6)
cm, w/c = 0,87
Kebutuhan Satuan Indeks
PC Kg 230,000
PB Kg 893
Bahan
KR (maksimum 30mm) Kg 1027
Air Liter 215
Pekerja OH 1,650
Tukang Batu OH 0,275
Tenaga Kerja
Kepala Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083

5. Membuat 1 m3 beton mutu fc = 14,5 MPa (K 175), slump (12 2) cm,


w/c = 0,66
Kebutuhan Satuan Indeks
PC Kg 326,000
PB Kg 760
Bahan
KR (maksimum 30mm) Kg 1029
Air Liter 215
Pekerja OH 1,650
Tukang Batu OH 0,275
Tenaga Kerja
Kepala Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083

6. Membuat 1 m3 beton mutu fc = 16,9 MPa (K 200), slump (12 2) cm,


w/c = 0,61

Struktur dan Konstruksi | 43


Kebutuhan Satuan Indeks
PC Kg 352,000
PB Kg 731
Bahan
KR (maksimum 30mm) Kg 1031
Air Liter 215
Pekerja OH 1,650
Tukang Batu OH 0,275
Tenaga Kerja
Kepala Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083

7. Membuat 1 m3 beton mutu fc = 19,3 MPa (K 225), slump (12 2) cm,


w/c = 0,58
Kebutuhan Satuan Indeks
PC Kg 371,000
PB Kg 698
Bahan
KR (maksimum 30mm) Kg 1047
Air Liter 215
Pekerja OH 1,650
Tukang Batu OH 0,275
Tenaga Kerja
Kepala Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083

8. Membuat 1 m3 beton mutu fc = 21,7 MPa (K 250), slump (12 2) cm,


w/c = 0,56
Kebutuhan Satuan Indeks
PC Kg 384,000
PB Kg 692
Bahan
KR (maksimum 30mm) Kg 1039
Air Liter 215
Pekerja OH 1,650
Tenaga Kerja
Tukang Batu OH 0,275

Struktur dan Konstruksi | 44


Kepala Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083

9. Membuat 1 m3 beton mutu fc = 24,0 MPa (K 275), slump (12 2) cm,


w/c = 0,53
Kebutuhan Satuan Indeks
PC Kg 406,000
PB Kg 684
Bahan
KR (maksimum 30mm) Kg 1026
Air Liter 215
Pekerja OH 1,650
Tukang Batu OH 0,275
Tenaga Kerja
Kepala Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083

10. Membuat 1 m3 beton mutu fc = 26,4 MPa (K 300), slump (12 2) cm,
w/c = 0,52
Kebutuhan Satuan Indeks
PC Kg 413,000
PB Kg 681
Bahan
KR (maksimum 30mm) Kg 1021
Air Liter 215
Pekerja OH 1,650
Tukang Batu OH 0,275
Tenaga Kerja
Kepala Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083

11. Membuat 1 m3 beton mutu fc = 28,8 MPa (K 325), slump (12 2) cm,
w/c = 0,49
Kebutuhan Satuan Indeks
Bahan PC Kg 439,000

Struktur dan Konstruksi | 45


PB Kg 670
KR (maksimum 30mm) Kg 1006
Air Liter 215
Pekerja OH 1,650
Tukang Batu OH 0,275
Tenaga Kerja
Kepala Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083

12. Membuat 1 m3 beton mutu fc = 31,2 MPa (K 350), slump (12 2) cm,
w/c = 0,48
Kebutuhan Satuan Indeks
PC Kg 448,000
PB Kg 667
Bahan
KR (maksimum 30mm) Kg 1000
Air Liter 215
Pekerja OH 1,650
Tukang Batu OH 0,275
Tenaga Kerja
Kepala Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083

Komposisi campuran beton dengan berbagai variasi kekuatan beton (SNI 03-
2834-2000)

KUAT
KOMPOSISI CAMPURAN BETON
BETON
NO RENCANA
BAHAN BERAT JENIS VOLUME PERB. VOL
SEMEN 448 Kg 3150 Kg/m3 0,1422 m3 1
31,2 Mpa
PASIR 667 Kg 1400 Kg/m3 0,4764 m3 3,350
1 (K350)
KERIKIL 1000 Kg 1350 Kg/m3 0,7407 m3 5,208
W/C=0,48
AIR 215 Liter 1000 Kg/m3 0,215 m3 1,512

Struktur dan Konstruksi | 46


SEMEN 439 Kg 3150 Kg/m3 0,1394 m3 1
28,4 Mpa
PASIR 670 Kg 1400 Kg/m3 0,4786 m3 3,365
2 (K325)
KERIKIL 1006 Kg 1350 Kg/m3 0,7452 m3 5,240
W/C=0,49
AIR 215 Liter 1000 Kg/m3 0,215 m3 1,512
SEMEN 413 Kg 3150 Kg/m3 0,1311 m3 1
26,4 Mpa
PASIR 681 Kg 1400 Kg/m3 0,4864 m3 3,420
3 (K300)
KERIKIL 1021 Kg 1350 Kg/m3 0,7563 m3 5,318
W/C=0,52
AIR 215 Liter 1000 Kg/m3 0,215 m3 1,512
SEMEN 406 Kg 3150 Kg/m3 0,1289 m3 1
24 Mpa
PASIR 684 Kg 1400 Kg/m3 0,4886 m3 3,435
4 (K275)
KERIKIL 1026 Kg 1350 Kg/m3 0,76 m3 5,344
W/C=0,53
AIR 215 Liter 1000 Kg/m3 0,215 m3 1,512
SEMEN 406 Kg 3150 Kg/m3 0,1289 m3 1
21,7 Mpa
PASIR 684 Kg 1400 Kg/m3 0,4886 m3 3,435
5 (K250)
KERIKIL 1026 Kg 1350 Kg/m3 0,76 m3 5,344
W/C=0,56
AIR 215 Liter 1000 Kg/m3 0,215 m3 1,512
SEMEN 371 Kg 3150 Kg/m3 0,1178 m3 1
19,3 Mpa
PASIR 689 Kg 1400 Kg/m3 0,4921 m3 3,460
6 (K225)
KERIKIL 1047 Kg 1350 Kg/m3 0,7756 m3 5,453
W/C=0,58
AIR 215 Liter 1000 Kg/m3 0,215 m3 1,512
SEMEN 352 Kg 3150 Kg/m3 0,1117 m3 1
16,9 Mpa
PASIR 731 Kg 1400 Kg/m3 0,5221 m3 3,671
7 (K200)
KERIKIL 1031 Kg 1350 Kg/m3 0,7637 m3 5,370
W/C=0,61
AIR 215 Liter 1000 Kg/m3 0,215 m3 1,512
SEMEN 326 Kg 3150 Kg/m3 0,1035 m3 1
14,5 Mpa
PASIR 760 Kg 1400 Kg/m3 0,5429 m3 3,817
8 (K175)
KERIKIL 1029 Kg 1350 Kg/m3 0,7622 m3 5,359
W/C=0,66
AIR 215 Liter 1000 Kg/m3 0,215 m3 1,512
7,4 Mpa SEMEN 230 Kg 3150 Kg/m3 0,073 m3 1
9
(K100) PASIR 893 Kg 1400 Kg/m3 0,6379 m3 4,485

Struktur dan Konstruksi | 47


W/C=0,87 KERIKIL 1027 Kg 1350 Kg/m3 0,7607 m3 5,349
AIR 200 Liter 1000 Kg/m3 0,2 m3 1,406

2.5 Pengecoran dengan beton.


Peralatan Beton
1. Concrete Pump Truck
Concrete Pump adalah sebuah mesin/alat yang digunakan untuk menyalurkan
adonan beton segar dari bawah ke tempat pengecoran atau tempat pengecoran
yang letaknya sulit dijangkau oleh truck mixer. Struktur beton bertulang banyak
dipilih untuk bangunan tingkat tinggi, maka diperlukan alat-alat konstruksi yang
dapat menunjang proses pembangunan tersebut. Concrete
pump jenis mobile berupa alat pompa beton yang menjadi satu kesatuan dengan
truk sehingga lebih mudah untuk berpindah tempat. Sedangkan concrete
pump jenis fixed berupa alat pompa beton yang biasanya dalam posisi menetap.
Berikut beberapa keuntungan menggunakan concrete pump,
Untuk saluran pipa hanya membutuhkan tempat yang kecil.
Beton bias dipompa secra terus menerus.
Pompa dapat bergerak secara vertical dan horizontal.
Mobil concrete pump bisa ditempatkan dalam proyek besar atau kecil.
Concrete pump boom dapat mencapai bangunan konstruksi yang tinggi.
Memerlukan waktu yang cukup singkat dalam penggunaan dan
pelaksanaannya.

2. Concrete Mixer Truck


Truk mixer atau biasa juga disebut dengan truk molen memiliki beragam jenis
dengan fungsi sama, yaitu mengangkut beton dari pabrik semen ke lokasi
kontruksi sambil menjaga konsistensi beton agar tetap cair dan tidak mengeras
dalam perjalanan. Truk jenis ini adalah Alat transportasi khusus untuk beton cor
curah siap pakai (Ready mix concrete) yang dirancang untuk mengangkut
campuran beton curah siap pakai (Ready mix concrete) dari Batching Plant
(Pabrik Olahan Beton) ke lokasi pengecoran. Biasanya truk ini digunakan dalam
sebuah proyek besar.

Struktur dan Konstruksi | 48


Didalam Truk Molen diisi dengan bahan Material kering dan air yang proses
pengadukan (pencampuran) bahan material tersebut terjadi selama waktu
transportasi ke lokasi pengecoran. Untuk mempertahankan stabilitas kekentalan
Beton cor yang berada di dalam truk mixer ini melalui proses agitasi atau
memutar drum (Tangki yang berada diatas truk mixer) yang bagian dalam drum
tersebut dilengkapi dengan spiral pisau satu arah rotasi putaran, sebagai pengaduk
material beton cor selama waktu transportasi ke lokasi pengecoran. Jika Truk
Mixer Pengangkut Beton Cor atau Truk Molen tidak bisa menjangkau area
pengecoran, beton cor dapat disalurkan melalui pipa pompa beton (concrete
pump) yang dapat diperpanjang beberapa meter (biasanya sepuluh meter atau
lebih). Dengan mesin pompa beton ini proses pemindahan beton cor ke area
pengeceroran menjadi lebih cepat dan tepat.
Truk Mixer Pengangkut Beton Cor atau Truk Molen umumnya tidak
melakukan perjalanan lebih dari 2 jam. Banyak kontraktor mengharuskan Truk
mixer berada di lokasi pengecoran dalam waktu 90 menit setelah pemuatan
Material yang dimaksudkan untuk menghindari beton cor di dalam truk mengeras.
Mayoritas Truk Mixer Pengangkut Beton Cor atau Truk Molen mempunyai
kecepatan jalan terbatas, yaitu antara 56 mil per jam (90 km / h).

3. Concrete Vibrator
Concrete vibrator adalah alat yang berfungsi untuk menggetarkan beton pada
saat pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan dan tidak terdapat
rongga rongga udara diantara beton yang dapat membuat beton keropos. Concrete
vibrattor digerakan oleh mesin listrik dan mempunyai lengan sepanjang beberapa
meter untuk dapat menggetarkan beton di tempat yang agak jauh.
Alat ini digunakan sebagai pemadat pada saat pengecoran yang sedang
berlangsung, baik pada kolom, core wall pelat lantai maupun balok dengan cara
menggetarkannya. Hal ini untuk menghindari adanya gelembung-gelembung
udara yang terjadi pada saat pengecoran yang dapat menyebabkan pengeroposan
pada beton sehingga mengurangi kekuatan struktur beton itu sendiri. Terutama
untuk volume pengecoran yang besar, alat ini sangat penting. Penggunaanya tidak

Struktur dan Konstruksi | 49


boleh miring dan terlalu lama pada satu tempat saja serta tidak boleh mengenai
tulangan yang akan menyebabkan bergesernya letak tulangan.

4. Waterpass
Waterpass merupakan alat survey yang lebih simpel dibandingkan dengan
theodolite. Selain instrument ini lebih kecil dan ringan. bagian-bagian di
dalamnya pun lebih sedikit sehingga fungsi dan kegunaan di lapangan juga
terbatas. Fungsi waterpass di lapangan di antaranya digunakan untuk mengukur
elevasi atau ketinggian tanah. Biasa digunakan pada proyek perataan tanah,
pembuatan lapangan bola, cross dan long section pada jalan atau sungai, untuk
marking elevasi pada bowplank atau patok, penentuan elevasi bantu pada kolom
bangunan dan sebagainya. Kekurangan dari waterpass ini tidak bisa untuk
mengukur dengan sudut horizontal maupun vertikal. Sehingga alat ini tidak bisa
digunakan untuk menentukan koordinat suatu titik. hanya elevasi yang mampu
dibaca. Sedangkan kelebihan alat ini lebih simpel, kecil, ringan, dan cepat untuk
setting alatnya karena pada instrument ini tidak terdapat nivo tabung. hanya ada
nivo kotak saja.

5. Batching Plant
Batching plant adalah sebuah lokasi yang didalamnya terdapat alat alat yang
dipakai untuk mencampur atau membuat adukan beton ready mix dalam skala
yang besar. Selain untuk memproduksi beton juga berfungsi sebagai tempat untuk
mengendalikan produksi beton agar mutu, slump, nilai strength dari beton itu
sendiri terjaga.

2.6 Pemeliharaan Beton


Sebelumnya, terdapat pekerjaan finishing beton yang dimaksudkan untuk
mendapatkan permukaan beton yang rata dan halus dan biasanya dikerjakan
sebelum beton mencapai final setting,karena pada saat ini beton masih dapat
dibentuk. Pekerjaan lainnya yakni perawatan beton atau yang biasa disebut
Curingyang bertujuan untuk menjaga supaya beton tidak terlalu cepat
kehilangan air, atau s ebagai tindakan menjaga kelembaban dan suhu beton.

Struktur dan Konstruksi | 50


Pelaksanaan curing/perawatan beton dilakukan segera setelah beton
mengalami atau memasuki fase hardening (untuk permukaan beton yang terbuka)
atau setelah pembukaan cetakan/acuan/bekisting, selama durasi tertentu yang
dimaksudkan untuk memastikan terjaganya kondisi yang diperlukan untuk proses
reaksi senyawa kimia yang terkandung dalam campuran beton. Jika hal ini terjasi,
beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat.

Gambar 2.4 teknologi curing pada beton


Sumber: http://kampus-sipil.blogspot.co.id/2013/03/cara-perawatan-beton-
terbaru

Curing dilakukan guna mencapai tujuan seperti:


1. Memastikan reaksi hidrasi senyawa semen supaya dapat berlangsung secara
optimal sehingga mutu beton yang diharapkan dapat tercapai
2. Menjaga supaya tidak terjadi susutyang biasanya dapat menyebabkan retak
3. menghindari perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar
4. menghindari kehilangan air di hari-hari pertama
5. menghindari kehilangan air-semen yang banyak pada saat setting time
concrete.

Metoda dan lama pelaksanaan curing tergantung dari :


1. jenis atau tipe semen dan beton yang digunakan, termasuk bahan tambahan
atau pengganti yang dipakai
2. jenis/tipe dan luasan elemen struktur yang dilaksanakan
3. kondisi cuaca, suhu dan kelembaban di area atau lokasi pekerjaan
4. penetapan nilai dan waktu yang digunakan untuk kuat tekan karakteristik
beton (28 hari atau selain 28 hari, tergantung dari spesifikasi yang ditentukan
oleh Konsultan Perencana/Desain)

Struktur dan Konstruksi | 51


Kualitas dan durasi/lama pelaksanaan curing/perawatan beton berpengaruh pada :
1. mutu/kekuatan beton (strength)
2. keawetan struktur beton (durability)
3. kekedapan air beton (water-tightness)
4. ketahanan permukaan beton, misal terhadap keausan (wear resistance)
5. kestabilan volume, yang berhubungan dengan susut atau pengembangan
(volume stability : shrinkage and expansion)
Beberapa peraturan menetapkan acuan pelaksanaan curing/perawatan beton, yang
sama-sama bertujuan untuk menjaga dan menjamin mutu pelaksanaan
pembetonan.
- SNI 03-2847-2002 mensyaratkan curing selama 7 (tujuh) hari untuk beton
normal, dan 3 (tiga) hari untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi.
- ACI 318 mensyaratkan curing dilakukan sampai tercapai min 70% kuat
tekan beton yang disyaratkan (fc)
- ASTM C-150 mensyaratkan :
semen tipe I, waktu minimum curing 7 hari
semen tipe II, waktu minimum curing 10 hari
semen tipe III, waktu minimum curing 3 hari
semen tipe IV atau V minimum curing 14 hari

METODA PERAWATAN BETON


Beberapa metoda yang mudah digunakan untuk curing/perawatan beton di
lapangan, antara lain :
1. Perawatan dengan Pembasahan
membasahi permukaan beton secara berkala dengan air supaya selalu
lembab selama perawatan (bisa dengan sistem sprinkler supaya
praktis)merendam beton dengan air (dengan penggenangan permukaan
beton)
menutup permukaan beton dengan bahan yang dapat mengurangi
penguapan air dan dibasahi secara berkala (misal dengan plastik berpori
atau non woven geotekstile dan disiram secara berkala selama perawatan)
Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab

Struktur dan Konstruksi | 52


Menaruh beton dalam genangan air
Menyelimuti permulkaan beton dengan karung basah
menggunakan material khusus untuk perawatan beton (curing compound)
sesuai dengan ASTM C.309 yang biasa dilakukan pada daerah vertical
juga daerah yang bertemperature tinggi :
- Tipe I, curing compound tanpa DYE, terdiri dari paraffin sebagai
selaput lilin yang dicampur dengan air.
- Tipe I-D, curing compound dengan fugitive DYE (warna yang akan
hilang selama beberapa minggu)
- Tipe II, curing compound dengan zat berwarna putih.
2. Perawatan dengan Penguapan
Terdapat dua jenis perawatan beton dengan penguapan, yaitu perawatan
tekanan rendah dan tekanan tinggi. Perawatan tekanan rendah dilakukan selama
10-12 jam pada suhu 40o 550o C. Sebelum perawatan dengan penguapan
dilakukan, beton harus dipertahankan pada suhu 10o 30o C selama beberapa
jam.

Gambar 2.5 Perawatan beton dengan penguapan


Sumber :http://kampus-sipil.blogspot.co.id/2013/03/cara-perawatan-beton-
terbaru

3. Perawatan beton dengan membran


Membrane yang digunakan merupakan penghalang fisik untuk mengurangi
enguapan air. Bahan yang digunakan harus kering dalam waktu 24 jam dan

Struktur dan Konstruksi | 53


membentuk selembar film yang kontinyu, melekat, tidak bergabung, tidak
beracun, tidak selip, bebas dari lubang, dan tidak membahayakan beton. Cara ini
harus dilakukan sesegera mungkin ssetelah waktu pengikatan beton, dan dapat
dilakukan setelah atau sebelum perawatan dengan pembasahan.
4. Perawatan dengan cara lain
Perawatan beton lainnya untuk mempercepat penguapan air dapat dilakukan
dengan penyinar inframerah selama 2 sampai 4 jam dengan suhu 90o C pada
beton mutu tinggi. Perawtaan lainnya yaitu dengan hidrotemal (memanaskan
cetakan untuk beton pra-cetak selama 4 jam pada suhu 65o C). Beberapa metoda
lain seperti perawatan dengan uap air panas, selimut (heating blanket) digunakan
di daerah dingin atau yang mengalami musim dingin.membungkus beton dengan
bahan yang dapat menahan penguapan air (misal plastik, dsb)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan Curing beton:
1. Pelaksanaan curing yang tidak tepat justri akan merugikan dan mengurangi
mutu beton, misalnya pembasahan yang tidak kontinyu mengakibatkan terjadi
basah-kering yang meningkatkan potensi retak dan penurunan kuat tekan.
2. Penjagaan suhu dan kelembaban beton selama proses curing, karena reksi
hidrasi dan lanjutannya hanya dapat berlangsung dengan baik pada
kelembaban yang sukup dan suhu normal. Penjagaan suhu pada kisaran :
minimal 10oC atau 15oF, maksimal 28oC atau 80oF.

3. Balok
Balok adalah bagian dari struktural sebuah bangunan yang kaku dan
dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen
kolom penopang. Selain itu ring balok juga berfungsi sebagai pengikat kolom-
kolom agar apabila terjadi pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu
mempertahankan bentuk dan posisinya semula. Balok mempunyai karakteristik
utama yaitu lentur. Dengan sifat tersebut, balok merupakan elemen bangunan
yang dapat diandalkan untuk menangani gaya geser dan momen lentur. Pendirian
konstruksi balok pada bangunan umumnya mengadopsi konstruksi balok beton
bertulang.

Struktur dan Konstruksi | 54


3.1 Jenis-jenis balok
Beberapa jenis balok antara lain :
1. Balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya, dengan satu ujung
bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis
lainnya, nilai dari semua reaksi,pergeseran dan momen untuk balok sederhana
adalah tidak tergantung bentuk penampang dan materialnya.
2. Kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya
didukung hanya pada satu ujung tetap
3. Balok teritisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah satu
kolom tumpuannya.
4. Balok dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) menahan translasi dan
rotasi
5. Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan
dari dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
6. Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom
tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang
lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan panjang dan beban
yang sama.
Balok terbagi dari beberapa macam berdasarkan material, yaitu :
1. Balok kayu
Balok kayu menopang papan atau dek struktural. Balok dapat
ditopang oleh balok induk, tiang, atau dinding penopang beban. Dalam
pemilihan balok kayu, faktor berikut harus dipertimbangkan : jenis kayu,
kualitas struktural, modulus elastisitas, nilai tegangan tekuk,nilai tegangan
geser yang diizinkan dan defleksi minimal yang diizinkan untuk
penggunaan tertentu. Sebagai tambahan, perhatikan kondisi pembebanan
yang akurat dan jenis koneksi yang digunakan.
Balok kayu laminasi lem
Kayu laminasi lem dibuat dengan melaminasi kayu kualitas tegang
( stress grade ) dengan bahan adhesive di bawah kondisi yang
terkontrol, biasanya parallel terhadap urat kayu semua lembaran.
Kelebihan kayu laminasi lem dibandingkan kayu utuh secara umum

Struktur dan Konstruksi | 55


yaitu batas tegangan yang lebih besar, penampilan yang lebih menarik
dan ketersediaan bentuk penampang yang beragam. Kayu laminasi
lem dapat disatukan ujung-ujungnya dengan sambungan scarf dan
finger sesuai panjang yang diinginkan, atau dilem ujung-ujungnya
untuk lebar atau kedalaman yang lebih besar.

Balok kayu berserat parallel


Kayu berserat parallel atau disebut Parallel Strand Lumber (
PSL ) adalah kayu structural yang dibuat dengan mengikat serat-serat
panjang kayu bersama dibawah panas dan tekanan dengan
menggunakan adhesive kedap air. PSL adalah produk hak milik di
bawah merek dagang Parallam, digunakan sebagai balok dan kolom
pada konstruksi kolom-balok dan balok, header, serta lintel pada
konstruksi rangka ringan.
Balok kayu veneer berlaminasi
Kayu veneer berlaminasi atau Laminated Veneer Lumber (
LVL ) adalah produk kayu yang dibuat dengan mengikat lapisan
tripleks secara bersama dibawah panas dan tekanan menggunakan
bahan adhesive kedap air. Mempunyai urat serat kayu arah
longitudinal yang seragam menghasilkan produk yang kuat ketika
ujungnya dibebani sebagai balok atau permukaannya dibebani sebagai
papan.LVL digunakan sebagai header dan balok .
2. Balok baja
Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok
dapat ditopang oleh balok induk ( girder ), kolom, atau dinding penopang
beban. Balok induk, balok, kolom baja struktural digunakan untuk
membangun rangka bermacam-macam struktur mencakup bangunan satu
lantai sampai gedung pencakar langit. Karena baja structural sulit
dikerjakan lokasi ( on-site ) maka biasanya dipotong, dibentuk, dan
dilubangi dalam pabrik sesuai spesifikasi disain. Hasilnya berupa
konstruksi rangka struktural yang relatif cepat dan akurat. Baja struktural
dapat dibiarkan terekspos pada konstruksi tahan api yang tidak terlindungi,

Struktur dan Konstruksi | 56


tapi karena baja dapat kehilangan kekuatan secara drastis karena api,
pelapis anti api dibutuhkan untuk memenuhi kualifikasi sebagai konstruksi
tahan api.Balok baja berbentuk wide-flange ( W ) yang lebih efisien secara
structural telah menggantikan bentuk klasik I-beam ( S ). Balok juga dapat
berbentuk channel ( C ), tube structural,
3. Balok beton
Pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut bentangan dan
bentuk cetakannya.

3.2 Bekisting atau Formwork


Formwork atau bekisting merupakan sarana untuk mencetak beton baik
ukuran atau bentuknya sesuai dengan yang direncanakan. Bekisting harus mampu
berfungsi memikul berat sendiri, beton basah, beban hidup dan peralatan kerja.
Formwork atau bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk
menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang
diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan
dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang
cukup, Stephens (1985).

3.2.1 Jenis-jenis Bekisting


1. Bekisting Konvensional (Bekisting Tradisional)
Bekisting konvesional adalah bekisting yang menggunakan kayu ini dalam
proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan
dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas bagian-bagian
bekisting satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi
bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan,
namun jika material kayu masih memungkinan untuk dipakai maka dapat
digunakan kembali untuk bekisting pada elemen struktur yang lain.
Kekurangan bekisting konvensional:
1. Material kayu tidak awet untuk dipakai berulang-ulang kali;
2. Waktu untuk pasang dan bongkar bekisting menjadi lebih lama;

Struktur dan Konstruksi | 57


3. Banyak menghasilkan sampah kayu dan paku, sehingga lokasi menjadi
kotor;
4. Bentuknya tidak presisi.
Berikut contoh penggunaan bekisting konvensional :

Gambar 3.1 Contoh penggunaan bekisting konvensional


Sumber : http://sukamabar.blogspot.co.id/2014/08/pekerjaan-bekisting.html

2. Bekisting Knock Down


Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional tersebut maka
direncanakanlah sistem bekisting knock down yang terbuat dari plat baja dan besi
hollow. Untuk 1 unit bekisting knock down ini memang biayanya jauh lebih
mahal jika dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting ini lebih awet
dan tahan lama, sehingga dapat digunakan seterusnya sampai pekerjaan selesai,
jadi jika ditotal sampai selesai pelaksanaan, bekisting knock down ini menjadi
jauh lebih murah.

Gambar 3.2 Bekisting knock down pada pekerjaan pile cap (kiri),
Bekisting knock down pada pekerjaan Tie Beam (kanan)
Sumber:http://sukamabar.blogspot.co.id/2014/08/pekerjaan-bekisting.html

Struktur dan Konstruksi | 58


Gambar 3.3 Bekisting knock down pada pekerjaan Balok
Sumber:http://sukamabar.blogspot.co.id/2014/08/pekerjaan-bekisting.html

Gambar 3.4 Bekisting knock down pada pekerjaan kolo


Sumber:http://sukamabar.blogspot.co.id/2014/08/pekerjaan-bekisting.html

3. Bekisting Fiberglass
Material fiber untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide brillian.
Hal ini disebabkan karena fiber memiliki keunggulan yang lebih baik daripada
kayu, disamping untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Berikut ini adalah
keunggulan bekisting fiber:
1. Bebas kelembaban dan tidak mengalami perubahan dimensi atau
bentuk;
2. Pemasangan lebih mudah dan tanpa perlu minyak bekisting;
3. Mempercepat waktu pelaksanaan bekisting;
4. Tidak berkarat;

Struktur dan Konstruksi | 59


5. Tidak gampang rusak oleh air sehingga cocok untuk konstruksi bawah
tanah dan lingkungan berair;
6. Efisien secara biaya;
7. Kualitas hasil yang lebih baik;
8. Gampang dipasang dan dilepas sehingga mengurangi biaya upah;
9. Daya tahan lama, dapat digunakan 40-70 kali. Ada produk yang dapat
digunakan hingga 1000 kali;
10. Tahan panas;
11. Ringan, kuat dan kaku, bending modulus yang tinggi;
12. Ketahanan permukaan yang baik, tahan terhadap benturan dan abrasi;
13. Dapat dibor, dipaku, diketam, dan diproses seperti gergaji;
14. Stabilitas yang tinggi terhadap sinar ultraviolet, tidak rapuh dan
gampang retak, gampang untuk dibersihkan;
15. Tidak membutuhkan syarat khusus dalam penyimpanan karena sifatnya
yang tahan cuaca;
16. Sampah sisa material bekisting fiber ini dapat diolah kembali
seluruhnya dan sangat ramah lingkungan.

Terlihat bekisting fiber banyak keunggulan dibanding dengan bekisting


kayu baik dari sisi mutu, biaya, dan waktu. Bagi Owner dan Perencana, bekisting
fiber akan menurunkan biaya proyek. Sedangkan bagi kontraktor, bekisting fiber
akan mempercepat pelaksanaan. Bagi pemerintah dan masyarakt luas, bekisting
fiber akan mengurangi penggunaan kayu secara signifikan sehingga sangat
membantu dalam pelestarian lingkungan.

Struktur dan Konstruksi | 60


Gambar 3.5 Penggunaan Bekisting Fiberglass
Sumber:http://sukamabar.blogspot.co.id/2014/08/pekerjaan-bekisting.html

Gambar 3.6 Penggunaan Bekisting Fiberglass


Sumber : http://sukamabar.blogspot.co.id/2014/08/pekerjaan-bekisting.html

3.2.2 Persyaratan bekisting


Persyaratan bekisting:
1. Syarat Kekuatan.
2. Syarat Kekakuan
3. Syarat Stabilitas,
4. Hemat
5. Kemudahan dalam pemasangan dan bongkar

Struktur dan Konstruksi | 61


6. Tidak bocor
Menurut Blake (1975), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada
pemakaian bekisting dalam suatu pekerjaan konstruksi beton. Aspek tersebut
adalah :
1. Aspek pertama adalah kualitas bekisting yang akan digunakan harus tepat
dan layak serta sesuai dengan bentuk pekerjaan struktur yang akan
dikerjakan. Permukaan bekisting yang akan digunakan harus rata sehingga
hasil permukaan beton baik.
2. Aspek kedua adalah keamanan bagi pekerja konstruksi tersebut, maka
bekisting harus cukup kuat menahan beton agar beton tidak runtuh dan
mendatangkan bahaya bagi pekerja sekitarnya.
3. Aspek yang ketiga adalah biaya pemakaian bekisting yang harus
direncanakan seekonomis mungkin.

Adapun fungsi bekisting adalah sebagai berikut :


1. Bekisting menentukan bentuk dari beton yang akan dibuat.
2. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan
oleh spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran.
3. Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas, dan
dipindahkan.

Ada 3 tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan


merancang bekisting, yaitu :
1. Kualitas
Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan(stiffness) dan
keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi, dan penyelesaian dari
pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan.

2. Keselamatan
Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor
keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan atau menyangga

Struktur dan Konstruksi | 62


seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya
bagi pekerja dan konstruksi beton.

3. Ekonomis
Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan
biaya dalam proses pelaksanaan dan jadwal demi keuntungan kontraktor
dan owner (pemilik).

3.2.3 Tata cara pelaksanaan Begisting


Seperti pada gambar di atas bahwa sebelum pemasangan bekisting
dilanjutkan, dipastikan terlebih dahulu pembesian kolom sudah selesai. Berikut
langkah-langkah dalam memasang bekisting pada kolom struktur
1. Menyiapkan sepatu kolommenggunakan besi stek yang dibor pada lantai,
agar bekisting tepat berada pada titik koordinatnya sesuai dengan gambar
perencanaan
2. Memasang bekisting kolom seperti pada gambar di atas. Jangan lupa beton
decking atau tahu beton sudah di dalamnya. Tujuan beton decking ini
untuk menjaga jarak selimut beton agar tidak berubah selama proses
pengecoran.
3. Memasang sabuk balok pada bekisting kolom untuk memperkuat. Ukuran
balok yang digunakan biasanya 6/12 atau 8/12 kayu kruing. Untuk
mengunci balok tersebut harus menggunakan tie rod. Tie rod bisa buat
sendiri atau membeli jadi. Jika ingin membuat sendiri menggunakan as
drat ukuran 10 mm, besi ulir 10 mm dan plat besi tebal 3-5 mm. Jarak
balok sangat tergantung dari tinggi kolom. Apabila tinggi kolom sekitar 3-
4 m maka jumlah sabuk balok 4 dengan jarak dibagi rata. Namun jika
tinggi kolom lebih dari 4 m maka menyesuaikan dengan prinsip semakin
ke bawah jarak sabuk semakin pendek karena bebannya lebih besar di
bawah.
4. Memasang pipa support Untuk menjaga vertikaliti dari kolom. Untuk
mendapatkan kolom struktur yang sempurna, bekisting tidak boleh miring
ataupun goyang saat pengecoran Oleh karena itu pemasangan pipa support

Struktur dan Konstruksi | 63


dinilai sangat penting. Lalu bagaimana cara agar kolom benar-benar tegak
vertikal? baca selengkapnya di artikel Cara membuat kolom tegak
vertikal.

Gambar 3.7 Pemasangan bekisting konvensional


Sumber:http://sukamabar.blogspot.co.id/2014/08/pekerjaan-bekisting.html

4. Corewall
Core Wall merupakan sistem dinding pendukung linear yang cukup sesuai
untuk bangunan tinggi yang kebutuhan fungsi dan utilitasnya tetap yang juga
berfungsi untuk memenuhi kekakuan linear yang diperlukan oleh struktur
bangunan. Dan dalam aplikasi konstruksi dilapangan kita dapat mengenal struktur
corewall ini sebagai struktur ruang lift. Sihalf atau service duct. Struktur core wall
ini juga biasanya ditempatkan memanjang searah tinggi bangunan.
Sebagai gambarannya, core wall dapat dibayangkan sebagai penahan lateral
yang miring dengan balok besar yang terkantilever dari tanah. Oleh sebab itu
tegangan geser dan lentur yang bekerja pada dinding inti menyerupai balok
berpenampang persegi. Dengan anggapan bahwa struktur itu akan sanggup
menahan gaya-gaya yang bekerja padanya dan tidak akan runtuh. Karena inti ini
juga memikul beban gravitasi. Keutungannya adalah timbul pratekan oleh gaya-
gaya induksi sehingga inti tersebut tidak perlu dirancang untuk menahan tegangan
tarik oleh lentur yang diakibatkan oleh beban lateral (hal ini nyata sangat berlaku
pada struktur inti beton yang besar).

Struktur dan Konstruksi | 64


Dalam aplikasi desain konstruksi dewasa ini penggunaan core wall
dipertimbangkan sebagai suatu bagian dari sistem konstruksi bangunan tinggi
yang bisa memikul gaya puntir (torsi), yang dapat terjadi akibat adanya
eksentrisitas beban atau eksentrisitas struktur. Selain itu, struktur ini juga dapat
dibuat secara asimetris dan disematkan didalam ataupun diluar bangunan.
Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan tinggi
dewasa ini ada bermaam-macam. Antara lain adalah bentuk segiempat, segitiga,
lingkaran, atau core wall dua celldengan pengaku di tengahnya. Dari masing-
masing bentuk core wall ini, mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam
memberikan fleksibelitas dan efektivitas pada struktur bangunan. Bangunan tinggi
yang mempunyai struktur core wall, dibuat dengan salah satu pertimbangan
adalah fleksibelitas untuk pengaturan posisi (tata letak) yang akan memberikan
penghematan dan efisiensi maksimum pada bangunan secara keseluruhan.
Dari segi konstruksi pembuatannya core wall tersebut dapat dibuat berupa
struktur konstruksi baja, konstruksi beton bertulang ataupun juga komposit. Dari
konstruksi bahan tersebut, struktur core wall dapat bersifat massif. Namun
terjadinya pelemahan struktur core wall itu juga terkadang tak dapat dihindari
dalam pelaksanaan konstruksi bangunan, seperti pelubangan struktur core wall
untuk ruang pintu. Kisi udara dan lain-lain.
Tetapi dalam proses perencanaan dan perancangan suatu bangunan, adanya
pelemahan struktur core wall tersebut sudah diperhitungkan tidak akan
menimbulkan masalah dengan memberikan solusi teknik yang tepat dan sesuai.
Penggunaan material beton bertulang dalam pembuatan core wall akan
memberikan keuntungan berupa kekakuan lateral yang diperoleh cukup tinggi.
Oleh karena konstruksi beton bertulang mempunyai karakteristik kuat tekan yang
tinggi. Oleh sebab itu core wall dengan konstruksi beton bertulang ini akan sesuai
untuk diaplikasikan pada struktur-struktur gantung.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, penempatan struktur
core wall ini dalam aplikasi konstruks bangunan dapat ditempatkan pada posisi
tengah bangunan dapat juga diposisi pinggir bangunan atau bahkan diluar
bangunan yang direncanakan sebagai bagian struktur bangunan yang berguna
untuk mendukung fungsi utilitas bangunan (ruang lift, ruang shaft).

Struktur dan Konstruksi | 65


METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL
Core Wall merupakan unsur yang harus dimiliki oleh gedung bertingkat
banyak sebagai struktur yang digunakan untuk pemasangan fasilitas lift. Proses
pekerjaan core wall harus diperhatikan dan direncanakan dengan matang, kenapa
peerjaan area core wall sangat rumit dan mempengaruhi cycle time pengecoran
floor to floor dalam sebuah proyek konstruksi dan berdampak pada jadwal
pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Karena biasanya pengecoran core wall
lebih lama dari pengecoran kolom. Terdapat dua metode pelaksanaan pekerjaan
core wall, yaitu :
a. Dengan menggunakan climbing form/ jumping form, yaitu dinding core
lift di cor 2 lantai diatas level plat lantai.
b. Dengan memperlakaukan core lift sebagai kolom dengan metode ini
dinding core lift di core mengikuti pengecoran kolom, sehingga
pelaksanaan pengecoran core lift bersamaan dengan pengecoran kolom.
Alasan menggunakan metode perlakuan core sebagai kolom adalah :
1. Tidak boleh ada stek lipat pada area core.
2. Tidak boleh ada block out pada dinding core.
3. Jadwal pelaksanaan yang ketat.
4. Dapat meminimalisasikan waste besi.
c. Dengan menggunakan metode coupler, metode ini hampir sama dengan
metode climbing form/ jumping form, bedanya kalau climbing form
menggunakan block out untuk penyambungan blocknya, tetapi kalau
metode coupler penyambungan besi menggunakan alat coupler.
Pada proyek Hotel Grand Everbright pekerjaan core wall menggunakan
metode yang kedua dimana pengecoran core mengikuti pengecoran kolom.
Metode pelaksanaan pekerjaan core wall sebagai berikut :
1. Dimulai dengan pembuatan gambar rencana penulangan dan struktur
yang disebut shop drawing atau gambar kerja, dengan persetujuan/
control oleh konsultan pengawas dimana gambar tersebut mengacu
pada gambar for construction yang dikeluarkan oleh konsultan
perencana.

Struktur dan Konstruksi | 66


2. Mengacu pada shop drawing yang telah disetujui, dilakukan
perhitungan pembesian dengan metode bar bending schedule (BBS).
Dari hasil perhitungan BBS, dilakukan fabrikasi dan pemotongan besi
dengan bar cutter dan dilanjutkan dengan pembentukan dan perakitan.
Besi yang telah dirakit sesuai perencanaan kemudian diangkat ke
lokasi yang akan dipasang dengan bantuan tower crane. Masih dengan
bantuan tower crane, besi tulangan disambung ke besi over lap dinding
core wall sebelumnya (yang sbelumnya dilaukan pembersihan diarea
stek dinding).

Gambar 4.1 Pemasangan Besi


Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

3. Setelah penyambungan selesai, dilakukan pemasangan beton deking


disetiap sisi dari core wall untuk menjaga selimut beton pada saat
pengecoran, pemasangan bekisting dilakukan setelah pekerjaan besi
selesai. Bekisting dinding core wall tersebut difabrikasi sesua ukuran
yang didesain. Lalu dilakukan pemasangan bekisting dengan bantuan
tower crane baik itu bekisting bagian dalam maupun bekisting bagian
luar.

Struktur dan Konstruksi | 67


Gambar 4.2Pemasangan Beton Deking
Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

Gambar 4.3 Pemasangan Bekisting Core Wall


Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

4. Setelah itu dilakukan perkuatan oleh pemasangan penyangga


(adjuster) bekisting core wall disetiap sisi core wall agar mampu
menahan beban dari beton pada saat pengecoran berbarengan dengan
pemasangan adjuster beksting dilakuan pemasangan perkuatan pada
ovening core wall dibagian pintu dengan pemasangan besi diagonal
disudut-sudut pintu core wall.

Struktur dan Konstruksi | 68


Gambar 4.4 Penyangga (Adjuster) Bekisting
Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

Gambar 4.5 Gambar perkuatan ovening core wall


Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

5. Langkah terakhir dari pekerjaan bekisting dinding core wall adalah


memeriksa ketegakan bekisting dinding core wall dengan
menggunakan benang dengan pemberat (unting-unting) dan
menyesuaikan adjuster yang terdapat pada besi penyangga bekisting.
Bekisting core wall menggunakan multipleks dengan ketebalan 18mm,
usia pemakaian sampai dengan 6 kali pemakaian.
6. Setelah selesai pemasangan bekisting, maka dilanjutkan dengan
pengecoran. Beton redy mix untuk ddinding core wall sebelumnya
dilakukan tes slump sesuai nilai yang telah ditentukan. Dari hasil tes
slump yang telah diijinkan kemudian dilanjutkan pengangkutan beton
dengan menggunakan mobil truck ke loasi pengecoran. Pengecoran
beton dilakukan dengan dibantu oleh tower crane yang dituangkan

Struktur dan Konstruksi | 69


melalui bucket, kemudian dilakukan vibrating dari dalam dengan alat
vibrator.

Gambar 4.6 Pengecoran Core Wall


Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

7. Pembogkaran bekisting dinding core wall beton dilaksanaan setelah 7


hari dari pengecoran. Curring (curring compound) langsung dilakukan
setelah pembongkaran bekisting.

Gambar 4.7 Pembongkaran Bekisting


Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

Karakterisitik Bentuk dan Letak Core Wall


Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan
tinggi dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah bentuk , , O, atau
core wall dua cell dengan pengaku di tengahnya berbentuk . Dari masing-
masing bentuk core wall ini, mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam
memberikan fleksibilitas dan efektivitas pada struktur bangunan. Bangunan tinggi
yang mempunyai struktur core wall, dibuat dengan salah satu pertimbangan
adalah fleksibilitas untuk pengaturan posisi (tata letak) yang akan memberikan
penghematan dan efisiensi maksimum pada bangunan secara keseluruhan.Dari
segi konstruksi pembuatannya, core wall tersebut dapat dibuat berupa struktur

Struktur dan Konstruksi | 70


konstruksi baja, konstruksi beton bertulang ataupun juga komposit. Dari
konstruksi bahan tersebut, struktur core wall dapat bersifat massif. Namun
terjadinya pelemahan struktur core wall itu juga terkadang tak dapat dihindari
dalam pelaksanaan konstruksi bangunan, seperti pelubangan struktur core wall
untuk ruang pintu, kisi udara, dan lain-lain.
Tetapi dalam proses perencanaan dan perancangan suatu bangunan,
adanya pelemahan struktur core wall tersebut sudah diperhitungkan tidak akan
menimbulkan masalah, dengan memberikan solusi teknik yang tepat dan sesuai.
Penggunaan material beton bertulang dalam pembuatan core wall akan
memberikan keuntungan berupa kekakuan lateral yang diperoleh cukup tinggi,
oleh karena konstruksi beton bertulang mempunyai karakteristik kuat tekan yang
tinggi. Oleh sebab itu core wall dengan konstruksi beton bertulang ini akan sesuai
untuk diaplikasikan pada struktur-struktur gantung.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, penempatan
struktur core wall ini dalam aplikasi konstruksi bangunan, dapat ditempatkan pada
posisi tengah bangunan, dapat juga di posisi pinggir bangunan, atau bahkan di luar
bangunan yang direncanakan sebagai bagian struktur bangunan yang berguna
untuk mendukung fungsi utilitas bangunan (ruang lift, ruang shaft).

Karakterisitik Beban Core Wall


Dalam fungsinya sebagai sistem struktur, bagian vertikal dan horizontal
dari struktur core wall tersebut secara statis saling tergantung satu sama lainnya
dalam mendukung beban. Bisa saja bagian-bagian tersebut secara bersamaan
sebagai sistem struktur bekerja menahan beban vertikal dan horizontal. Oleh
sebab itu, dalam proses perancangannya ketergantungan masing-masing bagian
tersebut harus dipertimbangkan secara teliti untuk menghindari kegagalan sistem
struktur core wall yang dibuat.
Secara umum, ada beberapa sistem dasar core wall yang dapat dijelaskan untuk
aplikasi struktur bangunan tinggi, yaitu (gambar 2.1):
a. Core wall dan kolom, yang dapat disebut dengan sistem kolom.

Struktur dan Konstruksi | 71


b. Core wall dengan struktur lantai kantilever, yang dapat disebut sebagai
struktur bebas pada lantai, dan pelat lantai dihubungkan pada struktur
core wall sebagai kesatuan struktur yang menyatu.
d. Core wall dengan kolom-kolom yang didukung di atas satu struktur grid
sebagai alasnya, dimana di atas struktur pondasi hanya ada struktur
vertikal saja.
e. Sistem struktur core wall yang digabungkan dengan struktur pelat lantai
yang digantung pada suatu struktur grid di atasnya.
f. Sistem core wall kombinasi yang dihubungkan dengan struktur kolom
pada grid atasnya, yang bertujuan untuk membuat suatu sistem struktur
yang statis.
Dari uraian berbagai sistem core wall tersebut di atas, masing-masing
sistem mempunyai kelebihan dan keterbatasannya sendiri untuk diaplikasikan
dalam suatu sistem struktur bangunan tinggi. Dan dalam bagian pembatasan
masalah telah ditentukan bahwa dalam pembahasan tesis ini kita akan fokus pada
permasalahan analisa bentuk core wall 2 cell persegi yang dipengaruhi oleh gaya
angin sebagai gaya lateral yang dimodifikasi menimbulkan torsi pada pelat core
wall 2 cell tersebut.
Struktur core wall pada dasarnya adalah sistem struktur yang dibuat untuk mampu
menahan gaya-gaya lateral yang timbul akibat gaya angin atau gempa yang
merupakan beban dinamis. Untuk proses analisis mekanikanya, pengaruh gaya-
gaya akibat beban angin dan gempa tersebut (yang merupakan beban dinamis)
diperlakukan sebagai beban statis dan mengabaikan sifat dinamisnya.
Untuk menganalisa tekanan angin yang menimbulkan torsi yang bekerja pada
struktur core wall, perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Perhitungkan umur rencana sistem struktur core wall yang
direncanakan terhadap periode ulang tekanan angin maksimum yang
pernah terjadi di lokasi perencanaan.
b. Perhitungkan lamanya waktu dan besarnya tekanan angin maksimum.
c. Perhitungkan jenis-jenis kecepatan hembusan dan sudut arah
datangnya angina terhadap rencana ketinggian struktur.

Struktur dan Konstruksi | 72


Gambar 4.8Penyaluran Beban Angin
Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html
Untuk keperluan analisis dalam proses perencanaan sistem stuktur core wall
sering dibuat asumsi-asumsi yang diperlukan yaitu struktur core wall dianggap
sebagai balok kantiliver dan pelat yang mana hubungan antara struktur tersebut
sering direncanakan sebagai tumpuan sederhana, sedangkan bagian alas struktur
core wall didesaian sebagai perletakan kaku. Oleh karena arah hembusan angin
selalu berubah-ubah, maka analisis beban angin pada struktur core wall dibagi
dalam dua arah, yaitu gaya angin pada arah x dan pada y, yang diperhitungkan
sebagai gaya geser yang didistribusikan menyebar dan seragam. Dengan demikian
sistem struktur core wall harus kaku di semua bagian strukturnya, demikian juga
pada bagian pondasi bawahnya.

Gambar 4.9 Berbagai Gaya Bangunan Tinggi


Sumber : http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

Struktur dan Konstruksi | 73


Dan yang paling penting adalah bahwa sistem struktur core wall ini didesain
untuk dapat manahan gaya torsi yang timbul akibat tekanan angin yang
eksentrisitas dan seragam pada pusat geser struktur core wall. Kondisi
eksentrisitas tekanan angina tersebut secara teknis dapat terjadi antara lain adalah
karena :
a. Posisi struktur core wall yang ditempatkan di dalam bangunan.
Penempatan struktur core wall yang dekat kepada pusat bangunan akan
memberikaneksentrisitas tekanan angin yang berkurang, yang juga akan
memperkecil pengaruh gaya torsi yang terjadi. Namun secara praktis untuk
membuat pengaruh gaya torsi tidak ada (nol) sama sekali dalam konstruksi
bangunan di lapangan adalah mustahil, dikarenakan gaya angin yang
terjadi tidak pernah seragam dan simetris.
b. Sudut datang gaya angin itu sendiri merupakan faktor penentu sebagai
komponen yang mempunyai nilai berbeda untuk setiap sudut datang yang
berbeda, yang sudah tentu akan menghasilkan torsi yang berbeda pula.
c. Selain itu, yang pasti bentuk bangunan dan lubang-lubang pada struktur
core wall juga dapat mempengaruhi nilai torsi yang timbul.

5. Dilatasi
Dilatasi adalah sebuah sambungan/garis pada sebuah bangunan yang
karena sesuatu hal memiliki sistim struktur berbeda.Dilatasi umumnya merupakan
pemisahan elemen struktur yang bekerja pada arah horizontal seperti pada bagian
balok, plat lantai, sistem pondasi, sloof lantai basemen, dan dinding basemen

5.1 Dilatasi pada bangunan


Dilatasi dilakukan pada :
3. Bangunan yang mempunyai tinggi berbeda. ( pertemuan antara bangunan
yang rendah dengan yang tinggi ).
4. Pemisah bangunan induk dengan bangunan sayap.
5. Bangunan yang memiliki kelemahan geometris.
6. Bangunan yang memiliki panjang >30m.
7. Bangunan yang berdiri diatas tanah yang kurang rata.

Struktur dan Konstruksi | 74


8. Bangunan yang ada didaerah gempa.
9. Bangunan yang mempunyai bentuk denah bangunan L, T, Z, O, H, dan
U.

Gambar 5.1 Contoh bentuk massa bangunan


Sumber:http://muchlisryanbekti.blogspot.co.id/2012/04/sistem-dilatasi-bangunan

5.2 Fungsi Dilatasi


Kegunaan dilakukannya dilatasi :
1. Untuk mengantisipasi pergerakan massa bangunan pada arah horizontal
maupun vertical yang memicu keretakan.
2. Memisahkan beban bangunan yang memiliki berat berbeda.

5.3 Jenis Dilatasi


Macam-macam dilatasi:
1. Dilatasi dengan 2 kolom
Dilatasi dengan 2 kolom biasanya digunakan untuk bangunan yang
bentuknya memanjang ( linier ). Dengan adanya dilatasi maka jarak kolom akan
menjadi pendek.

Struktur dan Konstruksi | 75


Gambar 5.2 Dilatasi dengan 2 kolom
Sumber: http://muchlisryanbekti.blogspot.co.id/2012/04/sistem-dilatasi-bangunan

2. Dilatasi dengan balok kantilever


- Dilatasi juga bisa dilakukan dengan struktur balok kantilever.
- Bentang balok kantilever maksimal 1/3 dari bentang balok induk
- Pada lokasi dilatasi bentang kolom dirubah ( diperkecil ) menjadi 2/3
bentang kolom yang lain.

Gambar 5.3 Dilatasi dengan balok kantilever


Sumber: http://muchlisryanbekti.blogspot.co.id/2012/04/sistem-dilatasi-bangunan

Struktur dan Konstruksi | 76


3. Dilatasi dengan balok gerber
Sistem ini dipergunakan apabila diinginkan jarak kolom tetap sama.
Sistem ini memiliki kelemahan apabila ada beban horizontal yang cukup
besar ( akibat gempa bumi ) akan berakibat fatal ( lepas dan jatuh ).

Gambar 5.4 Dilatasi dengan balok gerber


Sumber: http://muchlisryanbekti.blogspot.co.id/2012/04/sistem-dilatasi-bangunan

4. Dilatasi dengan konsol


Dengan system ini jarak kolom dapat dipertahankan sama
Umumnya dipergunakan pada bangunan yang menggunakan material
prefabrikasi.

Gambar 5.5 Dilatasi dengan konsol


Sumber: http://muchlisryanbekti.blogspot.co.id/2012/04/sistem-dilatasi-bangunan

Struktur dan Konstruksi | 77


5.4 Contoh gambar Desain Dilatasi.

Gambar 5.6 Contoh sketsa bangunan yang menggunakan dilatasi


Sumber:http://muchlisryanbekti.blogspot.co.id/2012/04/sistem-dilatasi-
bangunan
Gambar sketsa bangunan diatas merupakan salah satu contoh bangunan
yang harus memakai system dilatasi. Bangunan tersebut berada di daerah sekitar
danau yang memiliki kondisi tanah kurang baik. Memilki kemungkinan yang
besar tanah itu mengalami pergerakan.Selain itu bangunan disekitar danau
tersebut termasuk bangunan tinggi, yang memiliki tinggi bangunan yang berbeda
beda.Untuk menahan gaya vertical dan gaya horizontal yang timbul perlu dibuat
system dilatasi.

Gambar 5.7 Setsa layout bangunan


Sumber:http://muchlisryanbekti.blogspot.co.id/2012/04/sistem-dilatasi-
bangunan

Struktur dan Konstruksi | 78


Sistem dilatasi digunakan pada pertemuan antar bangunan yang memiliki
tinggi yang berbeda. Hal ini dikarenakan beban gaya yang diterima bangunan
berbeda beda antara bangunan yang tinggi dengan bangunan yang lebih
rendah.Bangunan di atas bisa menggunakan system dilatasi kolom, kantilever,
gerber, maupun konsol.Tetapi biasanya system dilatasi yang sering digunakan
adalah system dilatasi kolom. Sistem ini digunakan untuk bangunan bangunan
yang panjang. Sistem ini juga mempunyai kelebihan yaitu mampu menahan gaya
horizontal yang timbul ( gempa bumi ).Selain itu juga relative aman, dan apabila
ada kerusakan kerusakan tidak terlalu fatal.

Struktur dan Konstruksi | 79


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah (lower
structure)dan struktur atas (upper structure). Suatu bangunan gedung jika tidak
direncanakan dengan baik akan rawan terhadap keruntuhan.
Hal penting agar suatu struktur tidak akan rawan dari keruntuhan adalah
pertimbangan dan perencanaan yang baik dari struktur tersebut, yaitu pemilihan
jenis struktur yang sesuai dengan bangunan yang direncanakan. Dan dasar
pertimbangan dimensi yang dipergunakan. Sebagai contoh berdasarkan uraian
uraian mengenai struktur diatas yaitu, pondasi. Jenis-jenis pondasi biasanya
ditentukan setelah kita tahu berapa besar beban yang akan dilimpahkan oleh upper
struktur. Namun, kondisi tanah dan biaya merupakan faktor yang paling berperan
dalam penentuan jenis pondasi. Hal yang paling menonjol adalah pemilihan
kondisi tanah, tanah seperti apa yang akan menahan bangunan tersebut.
Waktu dan tempat pengerjaan juga harus dipikirkan agar nantinya tidak
mengganggu kepentingan umum, misalnya penggunaan pondasi tiang pancang
yang membutuhkan alat berat dan dikerjakan di daerah dengan traffic yang padat.
Jika tidak dipikirkan maka nantinya akan menimbulkan kemacetan yang parah.
Pemilihan bahan perencanaan harus dipertimbangkan berdasarkan
anggaran biaya yang ada, namun harus tetap memerhatikan faktor kekuatan dan
keamanan baik untuk bangunan maupun civitas di dalamnya.
Jadi, dari semua hal tersebut merupakaan hal penting dalam
merencanakan suatu gedung/bangunan yang dimana bila hal hal tersebut tidak
dilaksanakan sesuai uraian uraian diatas akan mungkin bangunan / atau gedung
yang dibangunan mengalami keruntuhan.

Struktur dan Konstruksi | 80


3.2 Saran
Berdasarkan uraian-uraian mengenai Struktur dan Konstruksi Suatu
Bangunan, penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
3.2.1 Kepada mahasiswa, hendaknya mempertimbangkan keseluruhan aspek
dalam merencanakan Struktur dalam sebuah bangunan agar Jenis yang
dipilih mampu memberikan kenyamanan dan keamanan bagi yang
mempergunakan.
3.2.2 Kepada Pemerintah dan pihak-pihak yang berwenang diharapkan untuk
memantau secara ketat dan tegas dalam pantauan mengenai Struktur
dalam bangunan maupun yang baru bersifat perencanaan. Karena tidak
semua orang dapat melaksanakan struktur dan kontruksi bangunan yang
baik sehingga pemerintah dapat membantu untuk mencari solusi yang
tepat demi terbentuknya lingkungan yang berkelanjutan.

Struktur dan Konstruksi | 81


DAFTAR PUSTAKA

http://ilmukonstruksitekniksipil.blogspot.co.id/2016/01/macam-macam-
pondasi.html
https://khedanta.wordpress.com/2011/08/04/jenis-pondasi/
http://arafuru.com/sipil/apa-itu-struktur-dan-konstruksi-bangunan.html
http://duniatekniksipil.web.id
http://www.uraiantugas.com/2015/07/uraian-tugas-pelaksana-lapangan-
pekerjaan-bangunan-perumahan-dan-gedung.html
http://heryantos.blogspot.co.id/2013/03/teknik-penentuan-sifat-sifat-tanah-di.html
http://pu.bantulkab.go.id/berita/99-cara-pemeriksaan-beton-pada-bangunan-publik
http://kampuzsipil.blogspot.co.id/2012/01/pile-loading-test.html
http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/JMHMS/article/view/3713/3721
http://solusisipil1.blogspot.co.id/2013/11/pit-pile-integrity-test.html
http://insinyursipil.blogspot.co.id/2015/01/apa-itu-beton-prategang.html
http://ronny.blog.upi.edu/desain-balok/
http://arafuru.com/properti/macam-macam-kolom-pada-bangunan-dan
pembuatannya.html
http://www.academia.edu/5897205/KOLOM
Komposisi dan Pencampuran Beton Berdasarkan Mutu Beton.
http://kampuzsipil.blogspot.co.id/2011/11/komposisi-dan-pencampuran-
beton.html diakses pada 26 Agustus 2016.
Perencanaan Campuran Beton atau Komposisi Beton.
http://rumahdangriya.blogspot.co.id/2011/07/perencanaan-campuran-beton-
atau.html diakses pada 26 Agustus 2016.
Metode dan Peralatan Konstruksi. http://dokumen.tips/documents/metode-dan-
peralatan-konstruksi.html diakses pada 26 Agustus 2016.
http://buku-x.blogspot.co.id/2015/02/pda-test.html

Struktur dan Konstruksi | 82

Anda mungkin juga menyukai