Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH PASANGAN BATA DALAM PERKUATAN

STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG


“Assessment Stone and Mansory Structure”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelas mata kuliah Evaluasi Struktur
Bangunan.

Disusun oleh:

SURYO UTOMO PRASETYO 5160811061


ROSHIDA SARINASTITI 5160811065
OKIAWAN WISNU WIDODO 5160811067
HAMZAH FAHTONI 5160811080
DANIEL KURNIAWAN W. 5160811099
VERA ALFIONA 5160811100
TITO EKO FEBRIANTO 5160811195

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah evaluasi struktur bangunan ini dapat diselasaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini di susun guna memenuhi persyaratan Program
Studi Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Teknologi
Yogyakarta dari mata kuliah Evaluasi Struktur Bangunan.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah membantu. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Ibu Adwiyah Asyifah, S.T.,M.Eng., selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Teknologi Yogyakarta.
2. Ibu Ratna Septi Hendrasari, S.T., M. Eng., selaku dosen wali.
3. Bapak Maris Setyo Nugroho, M.Eng., selaku dosen pengampu Evaluasi
Struktur Bangunan.
4. Rekan – rekan Jurusan Teknik Sipil Universitas Teknologi Yogyakarta.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak
bisa penyusun sebutkan satu persatu.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki


penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan guna peningkatan kedepannya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak sebagaimana


mestinya.

Yogyakarta, Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembahasan .............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian ............................................................................................. 4
2.1.1 Definisi ..................................................................................... 4
2.1.2 XXXXXX ................................................................................. 4
2.1.3 XXXXXXXX ........................................................................... 7
2.2 XXXXXX ............................................................................................ 8
2.3 XXXXX ............................................................................................... 13
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Metode xxxxx ...................................................................................... 22
3.2 contoh xxxxxx ...................................................................................... 22
3.3 xxxxxx
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 25

4.2 Saran ..................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dinding adalah salah satu bagian bangunan nonstruktural yang umumnya
dikategorikan sebagai beban pada suatu bangunan. Penetapan dinding sebagai
bagian nonstruktural pada Standar Nasional Indonesia (SNI) membuat dinding
tidak diperhitungkan sebagai komponen struktur dalam perencanaan. Kinerja
dinding nonstruktural juga tidak diperhitungkan berkontribusi sebagai ketahanan
lateral struktur dan secara umum akan membebani bangunan struktural.
Komponen struktur yang menerima beban dinding umumnya memiliki
dimensi yang lebih besar daripada bangunan struktural tanpa dinding. Dinding
memiliki banyak kegunaan diantaranya dinding digunakan untuk penyekat ruangan
dan penutup suatu bangunan. Biasanya penyekat ruangan (dinding) umumnya
dilakukan secara bertahap atau dilakukan setelah bangunan struktur utama selesai
dilaksanakan. Dalam perencanaannya dinding sering diasumsikan sebagai beban
yang merata tanpa melibatkannya sebagai bagian struktur bangunan. Bahan jenis
penyusun dinding pengisi yang bervariasi membuat kinerja bangunan struktur
secara menyeluruh juga berbeda-beda. Kenyataan di lapangan sangat bertolak
belakang dengan proses perencanaannya. Perencanaan struktur menganggap
dinding hanya sebuah beban merata yang tidak memberi efek apapun terhadap
bangunan struktur. Padahal dinding yang memiliki luas yang besar akan memiliki
nilai inersia yang cukup besar sehingga membuatnya lebih kaku. Keberadaan
dinding memberikan efek kekakuan dan kekuatan dalam pembangunan struktur
bangunan. Efek kekakuan yang diberikan dinding akan membuat kinerja bangunan
struktural lebih ringan. Meskipun tidak membantu secara signifikan dibandingkan
dengan tipe perkuatan lainnya (dinding geser, bressing dan pembesaran dimensi)
tapi kinerja dinding sangat membantu untuk mengurangi atau memperlambat proses
keruntuhan akibat beban-beban gravitasi maupun lateral.

Dinding pengisi memiliki perilaku untuk membuat struktur menjadi lebih


kaku dan menambahkan kekuatan. Perilaku dinding pengisi sering diasumsikan
sebagai gaya tekan dinding. Gaya tekan yang ditimbulkan dinding akan diterima
oleh struktur utama sehingga membantu kerja struktur menerima beban. Perilaku
dinding pengisi umumnya akan membuat struktur baja maupun beton bertulang
lebih kaku daripada struktur rangka terbuka. Kinerja struktur perlu diketahui dan
bermanfaat bagi perencana dan pemilik bangunan untuk dapat mengetahui
ketahanan terhadap beban-beban yang bekerja. Kinerja struktur dinding pengisi
dapat kita ketahui dengan menggunakan software dengan metode analisis pushover.
Analisis pushover adalah analisis yang dilakukan pada struktur dengan
menambahkan beban horizontal secara bertahap hingga struktur mengalami
kegagalan struktur dan mencapai simpangan yang telah ditentukan. Data yang
dihasilkan dari analisa memberikan informasi tentang gaya dan simpangan yang
menunjukan perilaku struktur secara menyeluruh, sebagai gambaran perilaku
bangunan saat terjadi gaya horizontal yang disebabakn oleh gempa.
Pemilihan material sangat diperlukan untuk menjaga bangunan tetap
seimbang dan tidak mengalami kerusakan dengan cepat. Namun didalam dunia
teknik dinding terbagi menjadi dua bangian yaitu dinding struktural dan dinding
non struktural.
Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong atap dan
langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca.
Dinding pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding
kota. Dinding jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar. Dinding penahan
berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan, atau air dan dapat berupa
bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan.
Dinding Struktural adalah dinding yang berperan penting sebagai penyusun
konstruksi bangunan atas, artinya selain pondasi, kolom dan rangka, dinding juga
berperan untuk menopang beban bangunan atas lalu menyalurkannya kedalam
tanah agar gaya dapat di redam. Dalam membuat dinding struktural harus
merancanakan dan menggunakan material yang baik, dikarenakan fungsi dari
dinding ini juga ikut menopang beban. Secara keseluruhan jarak antara kolom satu
dengan kolom kedua memiliki jarak dan peranan dinding untuk menopang beban
sangat dibutuhkan. Dinding harus bisa menopang beban terpusat, merata ataupun
gabungan. Sedangkan dinding non struktural adalah dinding yang tidak berperan
menopang beban bangunan atas, dinding Non struktural hanya memikul beban
sendiri tanpa harus memikul beban dari bangunan di atasnya. Dinding ini tidak
menjadi element penting dalam konstruksi bangunan melainkan hanya menjadi
pembatas atau partisi di dalam ruangan. Dinding non struktural dibuat dari material
gipsum,kaca, kayu untuk memberikan kesan estetika.
Umumnya penggunaan dinding struktural permanen dapat dikombinasikan
dengan pemasangan setengah batu bata lalu dipasangkan kaca atau gipsum untuk
menjadi partisi non struktural. Cara ini terbilang lebih efisien dan lebih menghemat
biaya pemasangan

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apakah dinding bisa menjadi komponen struktur?
1.2.2. Apa saja metode yang digunakan untuk evaluasi dinding?
1.2.3. Bagaimana mengevaluasi ketahanan seismik dan kinerja struktur pasangan
bata dengan berbagai teknik penguatan?

1.3. Tujuan Pembahasan


Tujuan dari makalah ini adalah :
1.3.1. Mengetahui apakah dinding bisa menjadi komponen struktur.
1.3.2. Mengetahui metode untuk evaluasi dinding.
1.3.3. Mengetahui cara mengevaluasi ketahan seismik dan kinerja struktur
pasangan bata dengan berbagai teknik penguatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ACI
Spesifikasi ini mencakup persyaratan untuk bahan dan konstruksi
struktur pasangan bata. SI nilai yang ditunjukkan dalam tanda kurung
disediakan untuk informasi hanya dan bukan bagian dari spesifikasi ini.
Ketentuan dalam Spesifikasi ini mengatur kecuali ketentuan yang
berbeda ditentukan.
2.1.1 Melengkapi dan membangun pasangan bata sesuai dengan persyaratan
Dokumen Kontrak. Ini artikel mencakup perabotan dan konstruksi pasangan
bata termasuk yang berikut ini:
a. Furnishing dan menempatkan unit batu, nat, mortar, ambang pintu batu,
kusen, coping, melalui dinding berkedip, dan konektor.
b. Perabotan, pemasangan dan pemeliharaan bracing, membentuk, perancah,
tali temali, dan menopang.
c. Perabotan dan pemasangan peralatan lain untuk membangun pasangan
bata.
d. Membersihkan pasangan bata dan menghilangkan kelebihan material dan
limbah.
e. Menginstal ambang, paku blok, sisipan, jendela dan kusen pintu, konektor,
dan item konstruksi untuk dibangun ke dalam batu, dan bangunan di
lubang angin pipa, saluran dan barang - barang lainnya yang dilengkapi
dan terletak oleh perdagangan lain.
2.1.2 Definisi
a. Dapat diterima, diterima - Dapat diterima atau diterima oleh Arsitek /
Insinyur.
b. Arsitek / Insinyur - Arsitek, insinyur, firma arsitektur, firma teknik, atau
arsitektur dan perusahaan rekayasa, mengeluarkan Gambar dan Spesifikasi,
atau mengelola Pekerjaan berdasarkan Spesifikasi Kontrak dan Gambar
Proyek, atau keduanya.
c. Area, cross-sectional bruto - Area yang digambarkan oleh dimensi out-to-
out dari pasangan bata di pesawat Dalam pertimbangan.
d. Area, net cross-sectional - Area pasangan bata unit, nat, dan mortir dilintasi
oleh pesawat di bawah pertimbangan berdasarkan dimensi out-to-out.
e. Tendon prategang terikat – prategang tendon yang dienkapsulasi oleh grout
pratekan dalam a saluran bergelombang yang terikat ke sekitarnya pasangan
bata melalui grouting.
f. Sambungan kerah - Ruang memanjang vertikal antara dengan pasangan bata
atau antara pasangan bata dan konstruksi cadangan, yang diizinkan untuk
diisi mortar atau nat.
g. Kekuatan tekan pasangan bata – Maksimum gaya tekan melawan per unit
net cross-sectional bidang batu, ditentukan dengan menguji prisma batu;
atau fungsi dari unit pasangan bata, mortar dan nat sesuai dengan ketentuan
ini Spesifikasi.
h. Dokumen Kontrak - Dokumen yang didirikan Pekerjaan yang disyaratkan,
dan termasuk khususnya, Proyek Gambar dan Spesifikasi Proyek.
i. Kontraktor - Orang, perusahaan, atau perusahaan dengan siapa Pemilik
mengadakan perjanjian untuk konstruksi Pekerjaan.
j. Dimensi, nominal - Dimensi nominal adalah sama dengan dimensi yang
ditentukan ditambah penyisihan untuk sambungan dengan mana unit harus
diletakkan. Nominal dimensi biasanya dinyatakan dalam bilangan bulat.
Ketebalan diberikan pertama, diikuti oleh tinggi lalu panjangnya.
k. Dimensi, ditentukan - Dimensi ditentukan untuk pembuatan atau konstruksi
unit, sambungan, atau elemen.
l. Unit kaca pasangan bata - pasangan bata tanpa beban terdiri dari unit kaca
yang diikat dengan mortar.
m. Grout lift - Peningkatan ketinggian nat dalam a tuangkan nat total. Tuang
nat terdiri dari satu atau lebih lift nat.
n. Grout pour - Tinggi total batu bata menjadi grouting sebelum pemasangan
pasangan bata tambahan. Nat tuangkan terdiri dari satu atau lebih lift nat.
o. Suhu rata-rata harian - Rata-rata harian Temperatur suhu ekstrem diprediksi
oleh lokal biro cuaca selama 24 jam ke depan.
p. Suhu harian minimum – Rendah suhu diperkirakan oleh biro cuaca lokal
akan terjadi dalam 24 jam ke depan.
q. Minimum / maksimum (tidak kurang dari ... tidak lebih than) - Nilai
minimum atau maksimum yang diberikan dalam hal ini Spesifikasi mutlak.
Jangan menafsirkan toleransi itu memungkinkan menurunkan minimum
atau meningkatkan maksimum.
r. Jika tidak diperlukan - Ditentukan berbeda dalam persyaratan tambahan
untuk Spesifikasi ini.
s. Pemilik - Badan publik atau otoritas, korporasi, asosiasi, kemitraan, atau
individu untuk siapa Karya disediakan.
t. Partition wall - Dinding interior tanpa struktur fungsi.
u. Post-tensioning - Metode pratekan di mana tendon prategang dikencangkan
setelah pasangan bata melakukannya telah ditempatkan.
v. Batu pratekan - Masonry di mana internal telah diperkenalkan untuk
menangkal stres di pasangan bata yang dihasilkan dari beban yang
diberikan.
w. Pretensioning - Metode pratekan di mana tendon prategang ditekan sebelum
transfer stres ke dalam batu.
x. Grout pratekan - Campuran semen yang digunakan untuk merangkum
tendon prategang terikat.
SPESIFIKASI UNTUK STRUKTUR PERMINTAAN S-7
y. Tendon pratekan - Elemen baja seperti kawat,bar, atau untai, atau bundel
elemen seperti itu, dulu memberikan prestress kepada pasangan bata.
z. Gambar Proyek - Gambar itu, bersama dengan Spesifikasi Proyek, lengkapi
deskriptif informasi untuk membangun Pekerjaan yang diperlukan atau
sebagaimana dimaksud dalam Dokumen Kontrak.
Spesifikasi Proyek - Dokumen tertulis yang menentukan persyaratan
untuk suatu proyek sesuai dengan parameter layanan dan kriteria spesifik lainnya
didirikan oleh Pemilik atau agennya.
Jaminan kualitas - Administrasi dan persyaratan prosedural yang
ditetapkan oleh Kontrak Dokumen untuk memastikan bahwa pasangan bata yang
dibangun ada di kepatuhan dengan Dokumen Kontrak.
Penguatan - Baja tanpa tekanan penguatan. Running bond - Penempatan
unit batu sedemikian rupa sehingga kepala bersama dalam kursus berturut-turut
adalah mengimbangi secara horizontal setidaknya seperempat panjang unit.
Kekuatan tekan tertentu dari pasangan bata, f ′ m - Kekuatan tekan
minimum, dinyatakan sebagai gaya per unit luas penampang jaring, diperlukan dari
pasangan bata digunakan dalam konstruksi oleh dokumen proyek, dan seterusnya
yang menjadi dasar desain proyek.
Stack bond - Untuk keperluan ini Spesifikasi, tumpukan ikatan selain
menjalankan ikatan. Biasanya penempatan unit pasangan bata sedemikian rupa
sehingga kepala sendi dalam kursus berturut-turut selaras secara vertikal.
Pasangan batu - Masonry terdiri dari bidang, digali, atau melemparkan
unit batu yang diikat dengan mortar.
a. Batu batu, ashlar - Batu terdiri dari batu unit persegi panjang yang telah
digergaji, berpakaian, atau kuadrat permukaan tempat tidur dan diikat oleh
mortar.
b. Batu bata, puing - Batu terdiri unit berbentuk tidak teratur terikat oleh
mortar. AH. Kirim, dikirim - Kirim, dikirim ke Arsitek / Insinyur untuk
ditinjau. AI. Tendon anchorage - Dalam post-tensioning, sebuah perangkat
digunakan untuk jangkar tendon prategang ke batu atau anggota konkret; di
pretensioning, perangkat yang digunakan untuk jangkar tendon prategang
selama pengerasan mortar batu, grout, grout prategang, atau beton. AJ.
Tendon coupler - Perangkat untuk menghubungkan dua tendon berakhir,
dengan demikian mentransfer kekuatan prategang dari ujung ke ujung. AK.
Tendon jacking force - Kekuatan sementara diberikan oleh perangkat yang
memperkenalkan ketegangan ke dalam pratekan tendon.
Tendon prategang tak terikat – Pratekan tendon yang tidak terikat dengan pasangan
bata.
Dinding - Unsur vertikal dengan horizontal rasio panjang terhadap
ketebalan lebih besar dari 3, digunakan untuk melampirkan ruang.
Dinding, pemikul beban - Dinding yang membawa vertikal memuat lebih
besar dari 200 lb per kaki lineal (2919 N / m) di Selain beratnya sendiri.
a. Dinding, pasangan bata berikat - A multiwythe dinding dibangun dengan
unit batu diatur untuk memberikan udara ruang antara Wythes dan dengan
Wythes terikat bersama dengan unit batu. Bila diperlukan - Ditentukan
dalam persyaratan tambahan untuk Spesifikasi ini.
b. Pekerjaan - Penyempurnaan dan kinerja semua peralatan, layanan, tenaga
kerja, dan bahan yang dibutuhkan oleh Dokumen Kontrak untuk
pembangunan pasangan bata untuk proyek atau bagian dari proyek yang
dipertimbangkan. SEBAGAI. Wythe - Setiap bagian vertikal terus menerus
dari a dinding, satu unit batu dengan ketebalan.

2.2 SNI
Dinding merupakan suatu komponen bangunan yang berbentuk bidang
vertikal yang berguna untuk membagi atau membatasi suatu ruang dengan ruang
lain. Dinding dapat hanya berfungsi sebagai pembatas atau partisi saja dan dapat
pula berfungsi sebagai komponen struktural, yaitu selain pembatas ruang juga
sebagi peredam suara dan pengaman rumah, berfungsi pula sebagai penerima beban
komponen bangunan diatasnya. Pada bangunan non engineered, fungsi dinding bata
hanya sebagai komponen non-struktural dalam peraturan tingkat Nasional (SNI 03-
2847 2002) mengakibatkan pengaruh kekuatan dan kekakuan dinding bata sering
tidak diperhitungkan dalam perencanaan suatu bangunan.
Bahan Pembentuk Pasangan Dinding Bata
1. Batu bata
Batu bata biasa digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan dinding
rumah. Sebagai fungsi struktural, batu bata dipakai sebagai penyangga atau pemikul
beban yang ada diatasnya seperti pada konstruksi rumah sederhana dan pondasi.
Sedangkan pada bangunan konstruksi tingkat tinggi/gedung, batu bata berfungsi
sebagai non-stuktural yang dimanfaatkan untuk dinding pembatas dan estetika
tanpa memikul beban yang ada diatasnya.
2. Mortar
Mortar merupakan campuran dari bahan perekat, air dan agregat. Fungsi
mortar sebagai pengikat antara satu bata dengan bata yang lain, sehingga aksi
komposit antar keduanya dapat terbentuk. Dengan demikian maka mortar ini harus
dibuat dalam suatu adukan dengan perbandingan tertentu. Untuk pemasangan
dinding bata, mortar yang digunakan umumnya mortar yang diolah secara manual
atau disebut mortar konvensional. Campuran antara semen dan agregat ini
menggunakan perbandingan tertentu sehingga daya tahan mortar terhadap tekanan
maupun tarikan akan semakin tinggi. Campuran mortar konvensional untuk dinding
bata misalnya 1 : 5, artinya 1 takaran semen dicampur 5 takaran pasir.
Dalam pemasangan dinding bata memerlukan persyaratan antara lain :
a. Komposisi campuran mortar menggunakan perbandingan semen dan pasir
yaitu 1 semen : 4 pasir.
b. Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan
sloof sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai dasar, dinding di
daerah basah, serta semua dinding yang menggunakan simbol aduk
trasraam/ kedap air digunakan komposisi campuran mortar yaitu 1 semen :
3 pasir.
c. Sebelum dipasang, batu bata harus direndam dalam air terlebih dahulu
minimal 10 menit.
d. Menghindari penggunaan batu bata yang ukurannya kurang dari setengah
batu bata utuh.
e. Tidak boleh ada siar tegak yang segaris lurus untuk dua lapisan berturut-
turut atau lebih.
f. Seluruh siar terisi penuh adukan.
g. Tebal siar minimum 8 mm, maksimum 15 mm, dengan ketebalan siar yang
ideal berkisar 10 mm.
h. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap berdiri
maksimum 1,5m setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis dan
selanjutnya pada malam hari dinding bata tersebut bagian atasnya harus
ditutup dengan kertas bekas kantong semen, plastik atau sejenisnya.
i. Bidang dinding setengah batu yang luasnya lebih besar dari 9 m2
ditambahkan kolom praktis dengan ukuran minimum 12 x 12 cm, dengan
tulangan pokok 4 diameter 10 mm, beuguel diameter 6 mm jarak 15 cm.
j. Pasangan batu bata untuk dinding setengah batu harus menghasilkan
dinding finish lebih kurang setebal 15 cm dengan pelaksanaan harus cermat,
rapi dan benar-benar tegak lurus
k. Dinding bata yang baru dipasang harus dibasahi dengan air terus menerus
selama paling sedikit 7 hari.
l. Antara sambungan dinding dengan kolom, pondasi dan balok harus
dipasang angkur besi beton dengan diameter 8 panjang 40 cm tiap 6 lapis
bata dan beton yang berhubungan langsung dengan dinding bata harus
diketrik rata atau dikasarkan dulu agar pasangan tembok dapat merekat
dengan baik.
m. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus di basahi dengan air
terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.

2.3 FEMA
Menurut LSP, gaya lateral statis diterapkan struktur untuk mendapatkan
perpindahan dan gaya desain. Dua asumsi penting terlibat. Pertama, itu tersirat
bahwa tindakan tindakan desain yang memadai dapat diperoleh dengan
menggunakan analisis statis, meskipun demikian mengakui bahwa respons gempa
bersifat dinamis. Bagian 2.9 memberikan kriteria untuk menentukan kapan ini
penyederhanaan tidak memuaskan, dan ketika dinamis analisis diperlukan sebagai
alternatif. Kedua, benar tersirat bahwa tindakan tindakan desain yang memadai
dapat diperoleh dengan menggunakan model linear-elastis, bahkan meskipun
respons nonlinier terhadap goncangan tanah yang kuat dapat diantisipasi. Bagian
2.9 memberikan kriteria untuk menentukan kapan asumsi ini tidak memuaskan, dan
ketika prosedur nonlinear diperlukan sebagai alternatif. Secara umum, para penulis
Pedoman Mengakui bahwa peningkatan estimasi tanggapan kuantitas dapat
diperoleh dengan menggunakan analisis dinamis, dan perbaikan lebih lanjut dapat
diperoleh dengan menggunakan nonlinier analisis respons di mana respons
nonlinier berada diantisipasi. Penggunaan pendekatan ini sangat dianjurkan.
Panduan mengadopsi filosofi yang diterima secara luas yang memungkinkan
respons nonlinier suatu bangunan saat mengalami gerakan tanah yang mewakili
pemuatan gempa desain.
Untuk beberapa struktur, deformasi total yang diijinkan mungkin
beberapa kali lebih tinggi dari pada deformasi hasil. Ukuran utama kinerja
bangunan "menghasilkan" terletak pada tingkat deformasi yang dikenakan pada
komponen individu dan elemen, dibandingkan dengan deformasi yang andal
kapasitas. Stres, gaya, dan amplitudo momen adalah dari kepentingan sekunder
untuk komponen ulet dan elemen, seperti yang diterima bahwa bahan ulet akan
mencapai kapasitas stres mereka, dan menjadi cacat di luar titik hasil. Stres, gaya,
dan amplitudo momen mungkin sangat penting untuk rapuh (terkendali) komponen
dan elemen yang mungkin gagal ketika tuntutan kekuatan mencapai kapasitas
kekuatan. Idealnya, evaluasi bangunan "menghasilkan" harus dilakukan dengan
menggunakan prosedur nonlinier yang secara eksplisit akun untuk deformasi
nonlinear dalam menghasilkan komponen. Sebagai alternatif, Pedoman ini
mengizinkan evaluasi dilakukan dengan menggunakan prosedur linier. Di sebuah
prosedur linier, ada hubungan langsung antara kekuatan internal dan deformasi
internal untuk apa pun yang diberikan memuat pola. Karena itu, lebih mudah saat
menggunakan prosedur linier untuk menyatakan penerimaan dalam hal kekuatan
internal daripada deformasi internal. Ini adalah pendekatan yang diadopsi dengan
LSP.
Gambar C3-8 mengilustrasikan maksud LSP. Solid kurva pada gambar
mewakili penempatan beban tulang punggung hubungan bangunan seperti yang
dideformasi untuk perpindahan maksimum oleh desain pemuatan gempa. LSP
mewakili gedung oleh kekakuan linear-elastis yang kira-kira sesuai dengan
kekakuan beban lateral efektif untuk memuat di bawah titik hasil efektif bangunan.
Untuk mencapai perpindahan maksimum,, gunakanmodel linear-elastis, model
harus dimuat oleh beban lateral pseudo V yang didefinisikan oleh Persamaan 3-6.
Ini pseudo lateral load mungkin beberapa kali lebih besar dari
kapasitas geser dasar bangunan, dan sesuai kekuatan komponen internal mungkin
juga beberapa kali kapasitas komponen kekuatan. Penerimaan prosedur Bagian 3.4
mempertimbangkan aspek ini, memungkinkan tingkat komponen tekanan berlebih
yang bervariasi dengan kapasitas deformasi nonlinier yang diharapkan dari
komponen individual.
Gambar C3-8 Dasar untuk Prosedur Statis Linier
Di bangunan dinding beton dan batu, ada dua sistem dasar melalui mana
beban vertikal berada ditransmisikan dari atap dan lantai ke fondasi: dinding
bantalan dan rangka pengisi (lihat Gambar 2-2). Dinding penyangga dapat
menopang sebagian vertikal yang berdekatan memuat, serta beratnya sendiri. Di
beberapa area a bantalan dinding bangunan, bingkai tambahan, kolom, dan / atau
pelat datar dapat mendukung bagian vertikal beban. Dindingnya sendiri bisa dibuat
dari diperkuat atau beton bertulang atau pasangan bata. Bingkai yang diisi berbeda
dari dinding bantalan di dalamnya selalu menyertakan bingkai pembawa beban
vertikal balok dan kolom beton atau baja. Panel dinding adalah ditempatkan di
dalam bingkai. Isi dapat diperkuat atau beton bertulang atau pasangan bata.
Agar efektif di menahan beban lateral dalam bidang, isi harus dalam
kontak dengan bingkai di sekitarnya. Secara mendasar konfigurasi (mis., distribusi
elemen dalam bangunan, luasnya bukaan pada dinding), dinding bantalan dan
bangunan berbingkai sering tampak serupa. Dinding beton atau batu bertulang
dapat memiliki elemen batas yang lebih lebar dari tembok itu sendiri yang
menyerupai balok atau kolom bingkai. Mereka rincian konstruksi dan perilaku
dinding bantalan dan bingkai yang terisi di bawah beban lateral, bisa agak berbeda.
Komponen dasar dari dinding bantalan dan bangunan bingkai yang diisi juga
berbeda dari satu yang lain, sebagaimana dirinci lebih lanjut dalam Bab 5, 6, 7, dan
8.
Gambar 2-1 Struktur Global, Elemen yang Menentang Kekuatan Lateral, dan
Komponen.

Gambar 2-2 Karakteristik Dinding Konfigurasi Dinding Beton dan


Bantalan dan Bingkai Berisi Tembok

Gambar 2-3 Tiga Kategori Umum


Gambar 2-4 Contoh Mekanisme dan Komponen Dinding
2.3.1 Efek Dasar
Fleksibilitas dan deformasi fondasi memengaruhi tanggap gempa banyak
beton dan batu bangunan dinding. Efek foundation cenderung mengurangi
permintaan kekuatan pada lateral-force-resisting primer elemen seperti dinding
geser. Pada waktu bersamaan, Namun, fleksibilitas rotasi dari dasar dinding geser
sering menghasilkan perpindahan lateral yang lebih besar dari seluruh struktur.
Drift yang lebih besar dapat menyebabkan kerusakan pada balok, kolom, atau
lempengan. Ada bukti jenis kerusakan dari gempa bumi masa lalu. Teknik analisis
fixed-base tidak cukup memodelkan efek ini. FEMA 273/274 (ATC, 1997a, b) dan
ATC- 40 (ATC, 1996) berisi rekomendasi untuk pemodelan elemen dan komponen
pondasi mirip dengan lainnya komponen struktural.
2.3.2 Elemen Horisontal
Elemen horisontal (diafragma) biasanya interkoneksi elemen vertikal di
lantai dan atap di bangunan dinding beton dan batu. Diperkuat lempengan beton
dan framing terkait terdiri diafragma yang relatif kaku. Diafragma kaku ini adalah
karakteristik banyak dinding beton dan batu bangunan. Untuk keperluan analisis,
fleksibilitas ini diafragma sering diabaikan, dan elemen vertikal diasumsikan secara
kaku dihubungkan pada lantai dan tingkat atap. Sementara asumsi ini dapat
ditoleransi untuk sebagian besar bangunan, diafragma beton tidak selalu kaku dan
bisa diamati, dan perbaikan mungkin diperlukan dalam beberapa kasus. Banyak
pasangan bata dan pracetak yang tidak diperkuat (tilt-up) bangunan dinding
bantalan beton bertulang memiliki fleksibel Diafragma dari selubung kayu. Dinding
menahan pesawat beban lateral yang didistribusikan berdasarkan anak sungai
daerah. Koneksi antara diafragma fleksibel dan dinding sering merupakan tautan
lemah pada beban lateral jalur bangunan, untuk kekuatan paralel dan tegak lurus
ke dinding. Koneksi ini tidak ditangani secara khusus dalam dokumen ini, tetapi
kerusakan evaluasi harus mempertimbangkan potensi ini lokasi. Bimbingan dapat
ditemukan di FEMA 273/274.

2.4 NEHRP
Ketentuan yang Dianjurkan NEHRP Desain Masonry
● Dasar-Dasar Masonry

Unit Masonry
● Unit pasangan bata beton (CMU):
- Ditentukan oleh ASTM C 90
- Minimum tekan yang ditentukan kekuatan (luas bersih) 1900 psi (rata-rata)
- Luas bersih sekitar 55% dari luas kotor (bervariasi sesuai ukuran)
- Nominal versus yang ditentukan versus dimensi aktual
- Penunjukan Tipe I dan Tipe II no ada lagi

● Unit pasangan tanah liat: - Ditentukan oleh ASTM C 62 atau C 216


- Biasanya padat, dengan lubang inti kecil untuk tujuan manufaktur
- Jika core menempati ≤ 25% dari luas bersih, unit dapat dianggap 100% solid
- Unit Hollow mirip dengan CMU - bisa jadi diperkuat

Perilaku Masonry
● Pada tingkat lokal, perilaku pasangan bata bersifat non-isotropik, tidak homogen,
dan tidak linear.
● Namun, di tingkat global, perilaku pasangan bata bisa diidealkan sebagai
isotropik dan homogen. Nonlinier dalam kompresi ditangani menggunakan blok
tegangan persegi panjang yang setara seperti di diperkuat desain beton.
● Titik awal untuk perilaku pasangan bata adalah memvisualisasikan itu sangat
mirip dengan beton bertulang. Masonry kapasitas dinyatakan dalam hal yang
ditentukan kekuatan tekan, fm ′, Yang analog dengan fc
BAB III

PEMBAHASAN

Sebagian besar bangunan tempat tinggal dan bersejarah di dunia terbuat dari
pasangan bata tanpa perkuatan. Struktur ini terdiri dari sejumlah besar rumah sakit
dan sekolah,yang kehancurannya akibat gempa bumi telah mengakibatkan
kematian besar-besaran orang. Gempa bumi baru-baru ini telah menunjukkan
kerentanan yang parah dari jenis struktur ini terhadap muatan seismik. Ini
menunjukkan kebutuhan mendesak untuk memperkuat struktur ini. Selama tahun-
tahun terakhir sejumlah besar dana telah dibentuk dan upaya yang ekstensif telah
mulai memperbaiki perilaku seismik struktur batu menggunakan metode penguatan
yang berbeda. Meskipun berbagai teknik digunakan untuk memperkuat bangunan
pasangan bata dan kelebihan dan kekurangannya telah dibahas dalam literatur
teknis, informasi dan pedoman teknis yang dapat membantu seorang insinyur untuk
menilai manfaat relatif dari metode ini, jarang terjadi. Upaya ekstensif telah
dicurahkan untuk mengusulkan metode analitik untuk mengevaluasi ketahanan
seismik dan kinerja struktur pasangan bata yang diperkuat dengan berbagai teknik
penguatan dalam beberapa tahun terakhir, lihat misalnya Abrams et al. 2007; Alok
Madan et al. 2008. Melapisi dinding dengan lapisan beton bertulang adalah metode
penguatan paling populer untuk struktur pasangan bata di dunia. Dalam metode ini,
sebuah mesh dari tulangan pertama-tama ditempatkan di permukaan dinding dan
kemudian ditutup dengan lapisan beton. Lapisan ini dapat ditempatkan di salah satu
atau kedua sisi dinding. Untuk memastikan konsistensi dari deformasi dinding dan
lapisan beton,beton dan tulangan harus ditambatkan dengan tepat ke
dinding. Karena kurangnya informasi eksperimental dan analitis tentang metode
ini, desain dan prosedur rehabilitasi selalu didasarkan pada penilaian empiris atau
mengasumsikan dinding yang diperkuat bertindak sebagai kombinasi daripasangan
bata tanpa perkuatan dan lapisan beton bertulang. Dalam prosedur ini kekuatan dari
dinding yang diperkuat dihitung dengan penjumlahan dari kekuatan geser dari
masing-masing atau beberapa komponen dinding yang diperkuat (dinding pasangan
bata, tulangan penguat, dan lapisan beton). Pendekatan-pendekatan ini telah
menghasilkan detail penguatan yang tidak ekonomis dan masif dan akibatnya
proyek rehabilitasi mahal karena mengabaikan fakta-fakta berikut:
1. Perilaku dinding pasangan bata yang diperkuat berbeda dari pasangan bata
tanpa perkuatan dan akibatnya mekanisme retak, kekuatan, dan keuletan
dinding berubah setelahpenguatan.
2. Menggunakan hubungan desain yang tersedia dari pasangan bata tanpa
perkuatan tidak sesuai untukmenghitung kapasitas dinding pasangan bata
yang diperkuat.
3. Dinding pasangan bata yang diperkuat mungkin gagal pada mode kegagalan
yang berbeda dibandingkan dengan pasangan bata tanpa perkuatan. Selain
itu, detail penguatan yang berbeda dapat menghasilkan mode kegagalan
pengaturan yang berbeda pada dinding yang diperkuat. Oleh karena itu,
mempertimbangkan kegagalan geser sebagai perilaku pemerintahan dalam
dinding yang diperkuat, seperti yang diasumsikan biasanya, mungkin tidak
benar untuk semua kasus.

Mengapa tetap sulit untuk menentukan keamanan struktur pasangan bata di


daerah seismik? Pertama, sebagian besar struktur ini tidak mendapat manfaat dari
desain teknik modern, tetapi sebaliknya dihasilkan dari keahlian empiris.
Akibatnya, metode penilaian pasangan bata secara alami tertinggal jauh di belakang
metode penilaian untuk struktur baja dan beton modern. Kedua, keberadaan lama
dari banyak bangunan batu menghasilkan beberapa hal yang tidak diketahui. Di
sebagian besar kasus, geometri sulit untuk ditentukan karena gambar konstruksi
tidak ada, dan faktor lingkungan telah mengakibatkan degradasi material,
perpindahan pendukung, dan kerusakan selama acara ekstrim. Ketiga, sifat dasar
batu tetap sulit untuk dimodelkan. Pemodelan Elemen Hingga (FEM), alat analisis
struktural yang paling luas, dirancang untuk struktur kontinu yang relatif tetap
terhubung selama kegagalan elasto-plastik di bawah statis dan dinamis pemuatan.
Masonry, di sisi lain, sifatnya terputus-putus. Kegagalan rapuh dan individual unit
(mis. batu, bata) sering bebas untuk dipisahkan, terutama selama pemuatan dinamis.
Sementara kemajuan telah dibuat untuk memodelkan perilaku ini menggunakan
FEM, metode alternatif menarik tetapi kurang berkembang.

Akhirnya, para peneliti dan insinyur tetap terbagi dalam penekanan mereka
pada apa yang penting kekuatan atau stabilitas. Tentu saja, jawabannya adalah
kombinasi keduanya, dan sebagian besar tergantung pada sifat struktur spesifik.
Namun, metode penilaian diterapkan pada struktur ini umumnya menekankan
kekuatan, sementara mengabaikan stabilitas (Boothby 2001). Perlu integrasi kedua
konsep ini, dan pemahaman untuk apa yang sangat penting. Kesulitan-kesulitan ini
telah menghasilkan kesalahpahaman tentang perilaku struktural pasangan bata. Di
pada gilirannya, ini telah menyebabkan intervensi yang tidak perlu, dan bahkan
intervensi destruktif, yang harus dilakukan dan dicegah di masa depan. Ini juga
membuat sulit untuk mengidentifikasi bangunan mana yang berisiko jatuh.

3.1. Metode – Metode Evaluasi Kinerja Struktur Pasangan Bata

Teknik dasar yang diuraikan di bawah ini digunakan untuk penyelidikan


awal dan penilaian sebagian besar struktur pasangan bata. Lebih lanjut, teknik
penilaian yang lebih canggih mungkin juga berguna, tetapi ketika penilaian adalah
dari bangunan , sebuah rumah bertema milik pribadi atau properti komersial kecil,
dana yang tersedia mungkin hanya cukup untuk teknik dasar.

3.1.1 Metode Intrutive

a. Penilaian Bersejarah

Penelitian bersejarah Menilai tanggal struktur adalah tempat yang


masuk akal untuk memulai karena ini akan memberikan petunjuk tentang
kemungkinan pembangunan pasangan bata. Sebagai contoh, batu bata abad
pertengahan cenderung sangat tebal tetapi dapat terdiri dari dua kulit bata
potongan yang dibangun dengan baik atau puing-puing acak dengan puing-
puing dan inti mortar. Inti dinding mungkin dibangun dengan baik tetapi,
mengutip arsitek Romawi Marcus Vitruvius Pollio, itu lebih cenderung untuk
memasukkan 'banyak batu pecah dan mortir yang dilemparkan dengan cara apa
pun.

Dinding Georgia dan Victoria mungkin tidak dibangun dengan baik


seperti yang mungkin pertama kali muncul karena mereka mungkin
mengandung 'snap header' (batu bata dengan wajah pendek terlihat seolah-olah
mengikat daun bagian dalam dan luar, tetapi yang sebenarnya setengah
bata). Ini adalah langkah pemotongan biaya yang memungkinkan batu bata
yang lebih murah untuk digunakan untuk seluruh daun bagian dalam, dengan
mengorbankan mengurangi efektivitas ikatan antara wajah dan tubuh utama
pasangan bata. Jika bangunan tersebut adalah bangunan substansial yang
dibangun sekitar tahun 1800, bangunan itu mungkin mengandung kayu
pengikat, yang cenderung membusuk.

b. Inspeksi Visual

Ini akan melibatkan mencari celah, tanda-tanda pemukiman, bersandar


dan distorsi lainnya serta memeriksa kondisi masing-masing batu yang
membentuk dinding atau kolom. Penting untuk melihat dan sepanjang wajah
dinding mencari tanda-tanda membungkuk atau menggembung. Ini mungkin
mengindikasikan pergerakan tubuh seluruh dinding atau, lebih mungkin,
'pemisahan wajah' di mana bagian kulit luar menyatu dengan inti, yang sering
dikenal sebagai delaminasi.

Gambar 2a (kiri atas) : batu yang membusuk, belum menyebabkan


masalah struktural. Gambar 2b (kanan atas): batu-batu yang diganti dalam
perbaikan ini merusak jalan di atas.

c. Inspeksi Palu

Mengetuk (tidak memukul) wajah struktur dengan palu benjolan


atau alat serupa dapat mengungkapkan bukti kerusakan. Jika temboknya
bagus harus ada 'cincin' yang bagus tapi bunyi yang tumpul bisa
menandakan delaminasi. Namun, seperti banyak hal dalam konservasi, tes
semacam ini bergantung pada pengalaman. Suara palu yang menabrak
dinding juga bisa tergantung pada keadaan mortar dan ukuran masing-
masing elemen batu bata atau batu. Ini khususnya memengaruhi suara
dinding batu, di mana ada rasio mortar terhadap batu yang jauh lebih tinggi
daripada di dinding batu bata atau batu. Menjadi bahan yang sangat keras
diatur dalam mortar lunak kadang-kadang mungkin untuk secara tidak
sengaja mendorong batu ke dinding. Dinding yang ditunjukkan pada
Gambar 5 tampak sangat bagus dan inspeksi palu mengkonfirmasi hal ini
tetapi pengalaman dan adanya tonjolan menunjukkan sebaliknya.

d. Pemantauan

Di mana ada patah tulang dan tanda-tanda gerakan, sangat penting


untuk memastikan apakah ini adalah gerakan aktif dan berkelanjutan atau
hanya indikasi masalah historis yang menetap sejak lama dan hanya
membutuhkan beberapa penunjuk lokal. Struktur mungkin perlu dipantau
oleh insinyur struktural yang berpengalaman dalam konservasi untuk
akhirnya menentukan apakah itu bergerak atau tidak. Gambar 4
menunjukkan contoh klasik dari pergerakan bersejarah. Dinding pelana dari
batu bata ini milik rumah orang Georgia, tetapi retakan besar tidak melewati
cornice Victoria, menunjukkan bahwa retakan itu ada sebelum langit-langit
dipasang dan belum bergerak sejak saat itu.

e. Penggalian

Penghapusan elemen-elemen kecil dinding memungkinkan penilai


untuk mempertimbangkan dengan benar kondisi inti dinding. Ini mungkin
hanya melibatkan memotong beberapa sendi tempat tidur di sana-sini
(menggunakan pahat menunjuk atau kekhasan) atau mungkin dengan hati-
hati menghapus batu bata atau batu sesekali. Penting untuk diingat bahwa
inspeksi intrusif semacam ini mungkin memerlukan izin bangunan terdaftar.

f. Inspeksi Boroscope

Pertimbangkan untuk menggunakan borescope (endoskop) untuk


memeriksa inti dinding. Instrumen ini, yang datang dalam berbagai panjang
dan mungkin kaku atau fleksibel, dapat dimasukkan ke dalam retakan yang
ada di dinding atau mungkin diperlukan untuk mengebor lubang kecil.
3.1.2 Metode Non-Destruktif

Ada berbagai metode yang lebih canggih (dan karena itu lebih mahal dan
memakan waktu) untuk menyelidiki struktur pasangan bata. Metode-metode ini
tidak diperiksa secara terperinci di sini karena sangat teknis dan hasil survei apa
pun yang menggunakannya dapat bergantung pada jenis struktur yang
diselidiki. Penting untuk mencari informasi lebih lanjut, pada awalnya dengan
mencari di internet (lihat Informasi Lebih Lanjut di bawah) dan kemudian, yang
paling penting, dengan mendiskusikan pekerjaan dengan praktisi berpengalaman
sebelum memulai prosedur yang mahal dan mungkin sia-sia. Akankah metode yang
diusulkan bekerja pada jenis struktur yang bersangkutan? Apakah ada metode yang
lebih baik tersedia? Akses apa yang dibutuhkan? Berapa biayanya? Pertanyaan-
pertanyaan ini perlu dijawab dan mungkin ada masalah lain yang harus diatasi yang
spesifik untuk setiap teknik.

Meskipun demikian, hasil pengujian non-destruktif yang baik bisa sangat


berguna. Sebagai contoh, Seringkali berguna untuk memastikan apakah ada logam
dalam struktur baik dalam bentuk kram (ini biasanya akan melepaskan diri dengan
mematahkan sudut batu karena ekspansi karat) atau ikatan logam yang terkubur
(lihat gambar 6). Yang terakhir dapat hadir sebagai cincin besi tempa di sekitar
menara dan kubah untuk menahan dorong ke luar atau sebagai hoop iron yang
digunakan sebagai penguat sambungan bed.

Gambar 3.
Sebuah kolom terancam oleh ekspansi korosi dari kram besi: tidak ada
kerusakan pasangan batu yang serius tetapi lebih dari cukup untuk mengancam
stabilitas kolom dan, pada gilirannya, bahwa sebagian besar struktur.
a. Metode Radar

Suatu metode bunyi gema yang menggunakan radar (gelombang radio)


untuk mendeteksi rongga atau logam yang terkubur, radar penembus tanah
(GPR) menawarkan penetrasi yang lebih besar daripada detektor logam
tetapi lebih mahal. GPR juga dapat menentukan tingkat korosi, sedangkan
detektor logam tidak akan berhasil merespons tumpukan produk korosi
mungkin semua yang tersisa dari logam yang terkubur.

b. Metode Ultrasonik

Metode yang terdengar gema yang menggunakan ultrasonografi,


teknologi ini juga digunakan untuk mencari rongga di dalam pasangan bata.

c. Metode Pencitraan termal

Penggunaan kamera pencitraan termal dapat menyoroti delaminasi dan


penetrasi kelembaban karena variasi suhu permukaan yang halus, dan dapat
dilakukan dari jarak jauh.

d. Metode Survei

Survei video Berbagai layanan pengambilan video tersedia untuk


inspeksi jarak jauh dan survei terperinci, dari survei drainase hingga
inspeksi udara. Kamera survei video telah dipasang di atas balon dan
helikopter, robot beroda dan tiang teleskopik, dan kamera genggam dapat
digunakan oleh orang yang bersandar di jalan dan kaki gunung untuk
merekam wajah bangunan yang tidak dapat diakses.

3.2 Pengaruh Pasangan Bata dalam perkuatan struktur bangunan


Untuk mengevaluasi konstribusi pengisi bata ada bukaan (lobang) terhadap
kekuatan lateral struktur rangka beton bertulang, dibuat 4 (empat) benda uji struktur
dengan material yang sama yaitu struktur rangka beton bertulang tanpa dinding
(BF), struktur rangka dengan dinding bata penuh (IFSW), struktur rangka dengan
dinding bata ada lobang di tengah seluas 40% (IFOW-1), dan struktur rangka
dengan dinding bata 2 (dua) lobang seluas 25% dari luas dinding (IFOW-2).
Dinding bata dilapisi plaster dari mortar setebal 5 mm pada ke dua sisi permukaan
dinding. Resume parameter dan variabel benda uji ditunjukan dalam Tabel 1.
Gambar 1 memperlihatkan sketsa tipikal struktur benda uji berupa struktur rangka
tunggal beton bertulang tanpa dinding pengisi. Sketsa struktur benda uji struktur
rangka dengan dinding bata penuh, dinding bata dengan satu bukaan di tengah dan
dinding bata dengan 2 (dua) bukaan ditunjukan dalam Gambar 2, 3 dan 4 secara
berturut-turut.

Gambar 1. Detail penulangan struktur rangka beton bertulang

Gambar 2. Detail penulangan struktur rangka dengan dinding bata


penuh
Gambar 3. Detail penulangan struktur rangka dengan dinding bata dengan
bukaan ditengah

Gambar 4. Detail penulangan struktur rangka dengan dinding bata dengan


dua bukaan

3.2.1 Metoda Pengujian Struktur


Benda uji ditempatkan pada loading frame dimana balok bawah pada benda
uji dijepitkan ke loading frame menggunakan mur dan baut. Beban berupa gaya
lateral diberikan pada permukaan sisi kiri balok atas. Pada permukaan bagian atas
balok atas ditempatkan pelat baja dan batangan baja bulat untuk memodelkan
perilaku rol pada permukaan atas balok atas tersebut ketika dibebani secara lateral.
Balok atas direncanakan hanya dapat bergerak secara lateral searah dengan arah
beban lateral yang diberikan. Perangkat LVDT ditempatkan pada dudukan rangka
baja sederhana pada ujung kiri benda uji. Dudukan LVDT ini dibuat untuk
menjamin bahwa perpindahan lateral yang diukur oleh LVDT merupakan
perpindahan lateral balok atas relatif terhadap balok bawah. Pengujian dilakukan
dengan memberikan beban lateral hingga benda uji mengalami keruntuhan
(pushover). Besarnya beban lateral yang diberikan, besarnya perpindahan lateral
yang terjadi serta adanya retak dan pola keruntuhan yang terjadi, direkam dan
diamati selama pengujian berlangsung.

3.2.2 Hasil Pengujian


Hasil pengujian ini menunjukan bahwa keberadaan dinding bata, baik
dinding penuh maupun dinding ada bukaan akan merobah mekanisme keruntuhan
struktur

seperti ditunjukan dalam Gambar 6. Pada struktur rangka dengan dinding penuh
dan dinding ada bukaan, keruntuhan diawali dengan keruntuhan geser dinding dan
selanjutnya keruntuhan geser pada kolom. Pada kondisi dimana struktur beton
bertulang jauh lebih kuat dibandingkan dengan dinding pengisi, maka retak
horizontal yang diakibatkan oleh gaya geser, akan terjadi pada dinding pengisi.
3.2.3 Ketahanan lateral struktur rangka dengan dinding bata
Hasil pengujian struktur dengan dinding bata penuh dan dinding bata ada
bukaan juga memperlihatkan fenomena yang hampir sama, yakni pada awal
pembebanan hingga mencapai ketahanan lateral maksimumnya, transfer beban
lateral sebagian besar diterima oleh struktur rangka dan dinding pengisi secara
bersama-sama. Setelah keruntuhan dinding terjadi, maka ketahanan letaral akan
berkurang dan terus menurun ketika plesteran mulai terkelupas. Pada saat tersebut,
sebagian besar beban lateral diterima oleh struktur rangka beton bertulang. Hasil
serangkaian pengujian ini memberi gambaran yang jelas tentang bagaimana dinding
pengisi baik dinding penuh maupun dinding ada bukaan berkontribusi terhadap
ketahanan lateral struktur beton bertulang.

3.2.4 Ketahanan lateral dinding bata


Katahanan lateral dinding bata penuh dan dinding bata ada bukaan (lobang)
dievaluasi dengan cara mengurangi kekuatan lateral struktur rangka dengan dinding
terhadap kekuatan lateral struktur rangka tanpa dinding pada perpindahan lateral
yang sama. Sebagai hasilnya, Gambar 7 menunjukan besarnya konstribusi
kekuatan lateral dinding bata pada struktur rangka beton bertulang. Walaupun
bukaan pada dinding akan mengurangi kekuatan dan kekakuan lateral, namun
kekuatan dan kekakuan lateral struktur rangka dengan dinding bata ada bukaan
lebih besar dari struktur rangka tanpa dinding.

Anda mungkin juga menyukai