Anda di halaman 1dari 20

BANGUNAN BERTINGKAT DENGAN MODEL RIGID

FRAME DAN DINDING GESER

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

SKU III

MAKALAH

SEMESTER 3

OLEH:

YUSUF ADITYA SIHOMBING

213020502029

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

saya sangat berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, 21 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
1.3 Manfaat dan Tujuan..................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Sistem Struktur Bangunan Tingkat Tinggi..........................................................2
2.1.1 Rangka Kaku (Rigid Frame)..............................................................................................2
a) Prinsip Rangka Kaku..............................................................................................................3
b) Beban Vertikal.........................................................................................................................3
c) Beban Horizontal.....................................................................................................................4
d) Kekakuan Relatif Balok dan Kolom..........................................................................................5
d) Goyangan (Sideways)..............................................................................................................5
e) Penurunan Tumpuan (Suppoty Settlement)............................................................................5
f) Efek Kondisi pembebanan Sebagian......................................................................................6
g) Rangka Bertingkat Banyak....................................................................................................6
h) Rangka Vierendeel...................................................................................................................7
2.1.2 Dinding Geser (Shear Wall)....................................................................................................8
a) Fungsi Dinding Geser..............................................................................................................8
b) Dinding Geser Berdasarkan Bentuk dan Letak....................................................................9
c) Jenis-jenis Dinding Geser......................................................................................................10
2. 2 Tinjauan Umum tentang Sistem Struktur Dual System (Kombinasi Sistem Struktur Rigid
Frame dan Shear Wall)......................................................................................................................11
2.2.1 Perilaku Sistem Struktur Rangka Kaku (Rigid Frame).....................................................11
2.2.2 Perilaku Sistem Struktur Dinding Geser (Shear Wall)......................................................13
2.2.3 Perilaku Sistem Struktur Rangka – Dinding Geser (Dual System)...................................14
BAB III...............................................................................................................................................16
KESIMPULAN..................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang kita tahu bahwa sekarang ini kota kota besar termasuk di Indonesia
membangun gedung bertingkat tinggi untuk keperluan pembangunan. Oleh karena itu metode
rancang bangunan secara vertikal menjadi pilihan tepat yang dilakukan untuk
mengoptimalkan penggunaan lahan yang efisien. Sebagai contoh perancangan bangunan
seperti apartemen, hotel, dan perkantoran umumnya telah menggunakan metode rancang
bangunan secara vertikal dengan jumlah lantai yang banyak atau juga sering disebut dengan
high rise building.
Sistem struktur high rise building memerlukan kriteria perancangan yang baik dan
matang agar sesuai umur perencanaan bangunan. Hal ini disebabkan bangunan harus
bertahan terhadap perubahan beban yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Seperti mampu
memikul beban angin dan goncangan akibat gempa bumi. Oleh karena itu untuk mencapai
stabilitas dan datktilitas yang optimum terhadap pembebanan tersebut yang sesuai dengan
karakteristik desain arsitektural yang telah dibuat oleh penulis, maka penulis mencoba
memaparkan sistem struktur gabungan atau disebut Dual System. Sistem struktur Dual
System merupakan kombinasi dari sistem struktur Rigid Frame (sistem rangka pemikul
momen) dan sistem struktur Shear Wall (dinding geser).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa peran Rigid Frame dan Dinding Geser pada bangunan bertingkat tinggi?
2. Bagaimana cara penerapan sistem struktur Rigid Frame dan Dinding Geser pada
bangunan bertingkat tinggi?

1.3 Manfaat dan Tujuan


1. Manfaat makalah, yaitu:
a. Bagi bidang ilmu Arsitektur yaitu memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu
Arsitektur khususnya terkait struktur bangunan tinggi.
b. Bagi masyarakat dan pemerintah yaitu referensi yang memberikan informasi baru
tentang sistem struktur bangunan tinggi yaitu Dual System (gabungan Rigid Frame
dan Shear Wall), khususnya bangunan hunian apartemen dan hotel yang mampu
menjamin kestabilan dan keamanan bangunan secara struktural.
2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini yaitu: Memberikan informasi dan cara
penerapan sistem struktur Rigid Frame dan Shear Wall.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Struktur Bangunan Tingkat Tinggi


Secara umum dalam kajian analisis, sistem strutkur dibedakan pada dua kategori dasar
sistem, yaitu Struktur Kerangka (Portal) dan Struktur Kontinum. Sistem Struktur Kerangka
merupakan rakitan beberapa elemen struktur, yang terdiri dari elemen balok, kolom, atau
dinding geser membentuk kerangka yang disebut portal. Sedangkan sistem struktur yang
tidak dapat dibedakan unsur elemennnya, seperti pelat, cangkang, atau tangki dinamakan
Sistem Struktur Kontinum.
2.1.1 Rangka Kaku (Rigid Frame)
Struktur rangka kaku (rigid frame) adalah struktur yang terdiri atas elemen-elemen
linier, umumnya balok dan kolom, yang saling dihubungkan pada ujung-ujungnya oleh
joints (titik hubung) yang dapat mencegah rotasi relatif di antara elemen struktur yang
dihubungkannya. Dengan demikian, elemen struktur itu menerus pada titik hubung
tersebut. Seperti halnya balok menerus, struktur rangka kaku adalah struktur statis tak
tentu.
Menurut W. Schueller dalam bukunya High Rise Building 1997 menyatakan bahwa,
sistem struktur ini terdiri dari kolom dan balok yang bekerja saling mengikat satu dengan
yang lainnya. Kolom sebagai unsur vertikal yang bertugas menerima beban dan gaya,
sedangkan balok sebagai unsur horizontal media pembagi beban dan gaya. Sistem ini
biasanya berbentuk pola grid persegi, organisasi grid serupa juga di gunakan untuk bidang
horizontal yang terdiri atas balok dan gelagar. Dengan keterpaduan rangka spasial yang
bergantung pada kekuatan kolom dan balok, maka tinggi lantai ke lantai dan jarak antara
kolom menjadi penentu pertimbangan rancangan.

Gambar 1.1. Rigid Frame


Sumber: High Rise Building, 1997

Banyak struktur rangka kaku yang tampaknya sama dengan sistem post and beam,
tetapi pada kenyataannya struktur rangka ini mempunyai perilaku yang sangat berbeda
dengan struktur post and beam. Hal ini karena adanya titik-titik hubung pada rangka kaku.

2
Titik hubung dapat cukup kaku sehingga memungkinkan kemampuan untuk memikul
beban lateral pada rangka, dimana beban demikian tidak dapat bekerja pada struktur
rangka yang memperoleh kestabilan dan hubungan kaku antara kaki dengan papan
horizontalnya.
a) Prinsip Rangka Kaku
Cara yang paling tepat untuk memahami perilaku struktur rangka sederhana
adalah dengan membandingkan perilakunya terhadap beban dengan struktur post
and beam. Perilaku kedua macam struktur ini berbeda dalam hal titik hubung,
dimana titik hubung ini bersifat kaku pada rangka dan tidak kaku pada struktur post
and beam.

Gambar 1.2. Perbandingan Perilaku Struktur ‘Post and Beam’ dan Rangka Kaku
Sumber: Schodek, 1999

b) Beban Vertikal
Pada struktur post and beam, struktur akan memikul beban beban vertikal dan
selanjutnya beban diteruskan ke tanah. Pada struktur jenis ini, balok terletak bebas
di atas kolom. Sehingga pada saat beban menyebabkan momen padabalok, ujung-
ujung balok berotasi di ujung atas kolom. Jadi, sudut yang dibentuk antara ujung
balok dan ujung atas kolom berubah. Kolom tidak mempunyai kemampuan untuk
menahan rotasi ujung balok. Ini berarti tidak ada momen yang dapat diteruskan ke
kolom, sehingga kolom memikul gaya aksial.
Apabila suatu struktur rangka kaku mengalami beban vertikal seperti di atas,
beban tersebut juga dipikul oleh balok, diteruskan ke kolom dan akhirnya diterima
oleh tanah. Beban itu menyebabkan balok cenderung berotasi. Akan tetapi pada
struktur rangka kaku akan terjadi rotasi bebas pada ujung yang mencegah rotasi
bebas balok. Hal ini dikarenakan ujung atas kolom dan balok berhubungan secara
kaku. Hal penting yang terjadi adalah balok tersebut lebih bersifat mendekati balok
berujung jepit, bukan terletak secara sederhana. Akibat lain dari hubungan kaku
tersebut adalah bahwa kolom menerima juga momen lentur serta gaya aksial akibat

3
ujung kolom cenderung memberikan tahanan rotiasionalnya. Ini berarti desain
kolom menjadi relative lebih rumit.
Titik hubung kaku berfungsi sebagai satu kesatuan. Artinya bila titik ujung itu
berotasi, maka sudut relative antara elemen-elemen yang dihubungkan tidak
berubah. Besar rotasi titik hubung tergantung pada kekakuan relatif antara balok dan
kolom. Bila kolom semakin realtif kaku terhadap balok, maka kolom lebih
mendekati sifat jepit terhadap ujung balok, sehingga rotasi titik hubung semakin
kecil. Bagaimanapun rotasi selalu terjadi walaupun besarannya realtif kecil. Jadi
kondisi ujung balok pada struktur rangka kaku terletak di antara kondisi ujung jepit
(tidak ada rotasi sama sekali) dan kondisi ujung sendi-sendi (bebas berotasi).
Secara umum berarti bahwa balok pada sistem rangka kaku yang memikul
beban vertikal dapat didesain lebih kecil daripada balok pada sistem post and beam.
Sedangkan kolom pada struktur rangka kaku harus didesain lebih besar dibandingkan
dengan kolom pada struktur post and beam. Perbedaan lain antara struktur rangka
kaku dan struktur post and beam sebagai respon terhadap beban vertikal adalah
adanya reaksi horizontal pada struktur rangka kaku. Sementara pada struktur post
and beam tidak ada.
Pondasi untuk rangka harus didesain untuk memikul gaya dorong horizontal
yang ditimbulkan oleh beban vertikal. Pada struktur post and beam yang dibebani
vertikal, jadi tidak ada reaksi horizontal. Dengan demikian, pondasi struktur post and
beam relatif lebih sederhana dari pada pondasi untuk struktur rangka.
c) Beban Horizontal
Perilaku struktur post and beam dan struktur rangka terhadap beban horizontal
sangat berbeda. Struktur post and beam dapat dikatakan hamper tidak mempunyai
kemampuan sama sekali untuk memikul beban horizontal. Adanya sedikit
kemampuan, pada umunya hanyalah karena berat sendiri dari tiang / kolom (post),
atau adanya kontribusi elemen lain, misalnya dinding penutup yang berfungsi
sebagai bracing. Tetapi perlu diingat bahwa kemampuan memikul beban horizontal
pada struktur post and beam ini sangat kecil. Sehingga struktur post and beam tidak
dapat digunakan untuk memikul beban horizontal seperti beban gempa dan angin.
Sebaliknya, pada struktur rangka timbul lentur, gaya geser dan gaya aksial pada
semua elemen, balok maupun kolom. Momen lentur yang diakibatkan oleh beban
lateral (angin dan gempa) seringkali mencapai maksimum pada penampang dekat
titik hubung. Sehingga, ukuran elemen struktur di bagian yang dekat dengan titik
hubung pada umumnya dibuat besar atau diperkuat bila gaya lateralnya cukup besar.
Secara umum, semakin tinggi gedung, maka akan semakin besar pula momen
dan gaya-gaya pada setiap elemen struktur. Kolom terbawah pada gedung bertingkat
banyak pada umumnya memikul gaya aksial dan momen lentur terbesar. Bila beban
lateral itu sudah sangat besar, maka umumnya diperlukan kontribusi elemen struktur
lainnya untuk memikul, misalnya dengan menggunakan pengekang (bracing) atau
dinding geser (shear walls).

4
d) Kekakuan Relatif Balok dan Kolom
Pada setiap struktur statis tak tentu, termasuk juga rangka (frame), besar momen
dan gaya internal tergantung pada karakteristik relatif antara elemen-elemen
strukturnya. reaksi horizontal yang sama besar tidak dapat digunakan sebagai asumsi.
Momen yang lebih besar akan timbul pada kolom yang mekikul beban horizontal
lebih besar (kolom yang lebih kaku).
Semakin kaku kolom, maka momen yang timbul akan lebih besar daripada
kolom yang relatif kurang kaku terhadap balok. Untuk struktur kolomnya relatif
lebih kaku terhadap balok, momen negatif pada ujung balok yang bertemu dengan
kolom kaku akan membasar sementara momen positifnya berkurang.

Gambar 1.3. Efek Variasi kekakuan relatif balok dan kolom terhadap momen dan gaya
internal pada struktur rangka kaku
Sumber: Schodek, 1999

e) Goyangan (Sideways)
Pada rangka yang memikul beban vertikal, ada fenomena yang disebut
goyangan (sidesway). Bila suatu rangka tidak berbentuk simetris, atau tidak dibebani
simetris, struktur akan mengalami goyangan (translasi horizontal) ke salah satu sisi.

f) Penurunan Tumpuan (Suppoty Settlement)


Seperti halnya pada balok menerus, rangka kaku sangat peka terhadap turunnya
tumpuan (Gambar 1.4). berbagai jenis tumpuan (vertikal, horizontal, rotasional) dapat
menimbulkan momen. Semakin besar differential settlement, akan semakin besar pula
momen yang ditimbulkan. Bila gerakan tumpuan ini tidak diantisipasi sebelumnya,

5
momen tersebut dapat menyebabkan keruntuhan pada rangka. Oleh karena itu perlu
diperhatikan desain pondasi struktur rangka kaku untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya gerakan tumpuan.

Gambar 1.4. Efek turunnya tumpuan (support settlement) pada struktur Rangka
Kaku
Sumber: Schodek, 1999

g) Efek Kondisi pembebanan Sebagian


Seperti yang terjadi pada balok menerus, momen maksimum yang terjadi pada
struktur rangka bukan terjadi pada saat rangka itu dibebani penuh. Melainkan pada
saat dibebani sebagian. Hal ini sangat menyulitkan proses analisisnya. Masalah
utamanya adalah masalah prediksi kondisi beban yang bagaimanakah yang
menghasilkan momen kritis.
h) Rangka Bertingkat Banyak
Beberapa metode yang digunakan untuk melakukan analisis rangka bertingkat
banyak yang mengalami beban lateral. Salah satunya adalah Metode Kantilever
(Gambar 1.5), yang mulai digunakan pada tahun 1908. Metode ini menggunakan
banyak asumsi, yaitu antara lain:

 Ada titik belok di tengah bentang setiap balok


 Ada titik belok di tengah tinggi setiap kolom
 Besar gaya aksial yang terjadi di setiap kolom pada suatu tingkat sebanding
dengan jarak horizontal kolom tersebut ke pusat berat semua kolom di tingkat
tersebut.
Metode analisis lain yang lebih eksak adalah menggunakan perhitungan
berbantuan komputer. Walaupun dianggap kurang eksak, metode kantilever sampai
saat ini masih digunakan, terutama untuk memperlajari perilaku struktur bertingkat
banyak.

6
Gambar 1.5. Rangka Kaku Bertingkat Banyak
Sumber: Schodek, 1999

i) Rangka Vierendeel
Struktur Vierendeel seperti pada Gambar 1.5, adalah struktur rangka kaku yang
digunakan secara horizontal. Struktur inin tampak seperti rangka batang yang abtang
diagonalnya dihilangkan. Perlu diingat bahwa struktur ini adalah rangka, bukan
rangka batang. Jadi titik hubunganya kaku. Struktur demikian digunakan pada gedung
karena alasan fungsional, dimana tidak diperlukan elemen diagonal. Struktur
Vierendeel ini pada umumnya lebih efisien daripada struktur rangka batang.

Gambar 1.6. Rangka Khusus : Struktur Vierendeel


Sumber: Schodek, 1999

7
2.1.2 Dinding Geser (Shear Wall)

Gaya horizontal yang bekerja pada konstruksi gedung seperti gaya-gaya yang
disebabkan oleh angin ataupun gempa bumi dapat diatasi dengan bebrbagai cara. Dalam
berbagai cara, daya pikul rangka kaku dari struktur ditambah dengan kekuatan yang
diberikan oleh dinding pasangan bata serta partisi-partisi yang biasa dapat memikul beban
angin. Namun demikian, apabila gaya horizontal pada tiap elemen struktur gedung
bertingkat yang bekerja karena suatu lubang atau lorong vertikal yang menerus yang
berfungsi sebagai jalur lift dibutuhkan suatu perencanaan struktur yang khusus untuk
mennahan beban lateral tersebut, selanjutnya dinding geser berfungsi sebagai gelagar-
gelagar kantilever yng terjepit di dasarnya untuk menyalurkan beban-beban ke bawah
hingga pondasi. Dinding geser adalah slab beton bertulang yang dipasang dalam posisi
vertikal pada sisi gedung tertentu yang berfungsi menambah kekakuan struktur dan
menyerap gaya geser yang besar seiring dengan semakin tingginya struktur. Fungsi
dinding geser dalam suatu struktur bertingkat juga penting untuk menopang lantai pada
struktur dan memastikannya tidak runtuh ketika terjadi gaya lateral akibat gempa. Gedung
yang diperkaku dengan dinding geser dianggap lebih efektif daripada gedung dengan
rangka kaku, dengan mempertimbangkan pembatasan kehancuran, keamanan secara
keseluruhan dan keandalan struktur. Hal ini berdasarkan fakta bahwa dinding geser
dianggap lebih kaku daripada elemen rangka biasa sehingga dapat menahan beban lateral
yang lebih besar akibat gempa, dan di saat yang bersamaan dapat membatasi simpangan
antar lantai.

a) Fungsi Dinding Geser


Dinding geser harus memberikan kekuatan lateral yang dibutuhkan untuk
menahangaya gempa horizontal. Apabila dinding geser cukup kuat, ia akan
memindahkan gaya-gaya horizontal ini pada elemen berikutnya pada bagian muatan
dibawahnya.
Komponen-komponen lain pada muatan ini boleh jadi selain dinding geser, lantai,
pondasi dinding, dan pelat. Dinding geser juga memberikan kekakuan lateral untuk
mencegah atap dan lantai atas dari goyangan ke samping yang berlebihan. Jika dinding
geser cukup kaku, ia akan mencegah lantai dan rangka atap dari gerakan
pendukungnya. Menurut Smith dan Coull (1991), dinding geser mempunyai kekakuan
yang baik karena mampu meredam deformasi akibat gempa. Sehingga kerusakan
struktur dapat dihindari.
Fungsi dinding geser ada dua, yaitu kekuatan dan kekakuan, artinya:
a. Kekuatan
 Dinding geser harus memberikan kekuatan lateral yang diperlukan untuk
melawan kekuatan gempa horizontal.
 Ketika dinding geser cukup kuat, mereka akan mentransfer gaya horizontal ini
ke elemen berikutnya dalam jalur beban di bawah mereka, seperti dinding geser
lainnya, lantai, pondasi dinding, lembaran atau footings.

8
b. Kekakuan
 Dinding geser juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah atap atau
lantai di atas dari sisi-goyangan yang berlebihan.
 Ketika dinding geser cukup kaku, mereka akan mencegah membingkai lantai
dan atap anggota dari bergerak dari mendukung mereka.
 Bangunan yang cukup kaku biasanya akan menderita kerusakan kurang
nonstruktural.

b) Dinding Geser Berdasarkan Bentuk dan Letak


Sistem dinding geser dapat dibagi menjadi system terbuka dan tertutup. Sistem
terbuka terdiri dari unsure linear tunggal atau gabungan unsure yang tidak lengkap,
melingkupi ruang asimetris. Contohnya L,X,T,V,Y atau H. Sedang system tertutup
melingkupi ruang geometris, bentuk-bentuk yang sering di jumpai adalah bujur
sangkar, segitiga, persegi panjang dan bulat. Bentuk dan penempatan dinding geser
mempunyai akibat yang besar terhadap perilaku structural apabila dibebani secara
lateral. Dinding geser yang diletakkan asimetris terhadap bentuk bangunan harus
memikul torsi selain lentur dan geser langsung.

Gambar 1.7. Tata Letak Dinding Geser

Gambar 1.8. Bentuk Dinding Geser


Dimana :

 Lingkaran yang terdapat pada tiap denah adalah CR (Center of Rigidity) atau
pusat kekakuan.

 Garis yang tebal menunjukan dinding geser

9
 Garis yang tipis menunjukan garis denah gedung

c) Jenis-jenis Dinding Geser


Dinding geser adalah struktural vertikal yang digunakan pada bangunan tingkat
tinggi. Fungsi utama dari dinding geser adalah menahan beban lateral seperti gaya
gempa dan angin. Berdasarkan geomterinya dinding geser dapat diklasifikasikan
dalam beberapa jenis yaitu :

1) Dinding Geser kantilever (free standing shearwall)


Adalah suatu dinding geser tanpa lubang-lubang yang membawa pengaruh
penting terhadap perilaku dari struktur gedung yang bersangkutan. Dinding geser
kantilever ada dua macam, yaitu dinding geser kantilever daktail dan dinding
geser kantilever dengan daktilitas terbatas.

Gambar 1.9. Dinding Geser Kantilever


(Free Standing Shear Wall) Menurut Kiyoshi Muto “Aseismic design analysis of
buildings” 1963:27 yaitu:
Karakteristik daya tahan dinding untuk tujuan perancangan adalah:
 Dinding geser sebaiknya menerus ke atas
 Untuk memperoleh dinding geser yang kuat, balok keliling dan balok
pondasi sebaiknya diperkuat.
 Bila dinding atas dan bawah tidak menerus (berseling) gaya gempa yang
ditahan oleh dinding harus disalurkan melalui lantai

2) Dinding Geser dengan bukaan (Openning Shear Wall)


Pada banyak keaadaan, dinding geser tidak mungkin digunakan tanpa
beberapa bukaan di dalamnya untuk jendela, pintu, dan saluran-saluran mekanikal
dan elektrikal. Meskipun demikian, kita dapat menempatkan bukaanbukaan pada
tempat di mana bukaan-bukaan tersebut tidak banyak mempengaruhi kekakuan
atau tegangan pada dinding. Jika bukaan-bukaan tersebut kecil, pengaruh
keseluruhannya sangat kecil tetapi tidak demikian halnya bila bukaan-bukaan
yang berukuran besar. Bukaan sedikit mengganggu pada geser dukung struktur.

10
Perlawanan lentur struktur penopang bagian dasar kritis secara drastis dikurangi
dengan perubahan tiba-tiba dari bagian dinding ke kolom.

Gambar 2.0. Dinding geser dengan bukaan


3) Dinding geser berangkai (coupled shear wall)
Dinding geser berangkai terdiri dari dua atau lebih dinding kantilever yang
mempunyai kemampuan untuk membentuk suatu mekanisme peletakan lentur
alasnya. Antara dinding geser kantilever tersebut saling dirangkaikan oleh balok-
balok perangkai yang mempunyai kekuatan cukup sehingga mampu memindahkan
gaya dari satu dinding ke dinding yang lain.

Gambar 2.1. Dinding geser berangkai

2. 2 Tinjauan Umum tentang Sistem Struktur Dual System (Kombinasi Sistem Struktur
Rigid Frame dan Shear Wall)

2.2.1 Perilaku Sistem Struktur Rangka Kaku (Rigid Frame)


Sistem rangka kaku atau rigid frame biasanya berbentuk rangka segi empat teratur
yang terdiri dari balok horizontal dan kolom vertikal yang terhubung pada suatu bidang
secara kaku (rigid), sehingga pertemuan antara kolom dan balok dapat menahan momen.
Karena sifat hubungan yang kontinuitas antara kolom dan balok, maka mekanisme rangka
kaku dalam menahan beban lateral merupakan suatu respons Bersama dari balok dan

11
kolom, terutama respons melalui lentur dari kedua jenis elemen tersebut, seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2.2. Respons Lenturan Balok dan Kolom


Sumber: Schueller, 1989

Dari gambar tersebut menjelaskan bahwa lendutan lateral yang terjadi pada balok dan
kolom struktur rangka disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a. Lendutan disebabkan oleh lentur kantilever.Lenturan ini dikenal sebagai chord
drift, yaitu dimana saat menahan momen guling (overturning moment) akibat
beban lateral, struktur rangka beraksi sebagai suatu balok kantilever vertikal yang
melentur dalam bentuk deformasi aksial dari kolom-kolom penyusunnya. Lentur
kantilever ini kira-kira menyumbangkan 20% dari total simpangan struktur.
b. Deflasi (penurunan) disebabkan oleh lentur balok dan kolom.Perilaku struktur
akibat lentur balok dan kolom dikenal sebagai shear lag atau frame wracking.
Adanya gaya geser yang terjadi pada kolom dan balok akan menimbulkan momen
lentur pada kedua elemen tersebut. Lenturan pada kolom dan balok menyebabkan
terjadi distorsi secara keseluruhan pada rangka gedung. Tipe deformasi ini
menyebabkan ±80% dari total simpangan struktur yang terdiri dari 65% akibat
lenturan balok dan 15% akibat lenturan kolom.

Gambar 2.3. Simpangan pada Struktur Rangka Kaku (Rigid Frame)


Sumber: Schueller, 1989
Dari gambar tersebut menjelaskan bahwa kombinasi simpangan yang diakibatkan oleh
lentur kantilever sebesar 20% dari total keseluruhan simpangan, dan lentur balok dan

12
kolom sebesar 80% dari total keseluruhan simpangan merupakan suatu struktur rangka
kaku yang menerima gaya lateral akan mengalami simpangan ke arah beban yang bekerja
(Schueller, 1989).

2.2.2 Perilaku Sistem Struktur Dinding Geser (Shear Wall)


Dinding geser atau shear wall adalah struktur vertikal yang digunakan pada bangunan
tingkat tinggi. Dinding geser merupakan elemen struktur yang berbentuk dinding beton
bertulang, dengan fungsi utama dari dinding geser adalah untuk menahan gaya geser,
beban lateral akibat gempa bumi atau gaya lainnya pada gedung bertingkat dan bangunan
tinggi seperti beban angin. Berdasarkan letak dan fungsinya, dinding geserdapat
diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu:
a. Bearing Wall adalah jenis dinding geser yang mempunyai fungsi lain sebagai
penahan beban gravitasi. Dindig ini biasanya digunakan untuk dinding partisi
antar apartemen yang berdekatan.
b. Frame Wall adalah dinding geser yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral,
geser dan pengaku pada sisi luar bangunan. Dinding ini terletak di antara dua
kolom struktur.
c. Core Wall adalah jenis dinding geser yang terletak di pusat-pusat massa bangunan
yang berfungsi sebagai pengaku bangunan gedung. Biasanya core wall diletakkan
pada lubang lift yang berfungsi sebagai dinding lift sekaligus.

Gambar 2.4. (a) Bearing Walls (b) Frame Walls (c) Core Walls
Sumber: Schueller, 1989

Dinding geser harus didesain untuk mampu menahan gaya lateral yang mungkin terjadi
akibat beban gempa, dimana berdasarkan SNI 03-2847-2013 pasal 14.5.3.1, tebal
minimum dinding geser (td) tidak boleh kurang dari 100 mm.
Gaya lateral yang terjadi pada suatu gedung, baik diakibatkan oleh beban gempa
maupun angin akan disebar melalui struktur lantai yang berfungsi sebagai diafragma
horizontal yang kemudian akan ditahan oleh dinding geser karena memiliki kekakuan yang
besar untuk menahan gaya lateral (Schueller, 1989). Kemampuan dinding geser dalam
menahan gaya lateral, torsi, dan momen guling tergantung dari konfigurasi geometri,
orientasi, dan lokasi dinding geser pada suatu bangunan.

13
2.2.3 Perilaku Sistem Struktur Rangka – Dinding Geser (Dual System)
Kerja sama antara sistem rangka penahan momen dan dinding geser merupakan suatu
keadaan khusus, dimana dua struktur yang berbeda sifat dan perilakunya digabungkan
sehingga diperoleh struktur yang lebih ekonomis. untuk meningkatkan kekakuan dan
kekuatan struktur terhadap gaya lateral dapat digunakan kombinasi antara sistem rangka
kaku dengan dinding geser (Dual System).

Gambar 2.5. Perilaku Penggabungan Elemen Rigid Frame dan Shear Wall
Sumber: Schueller, 1989

Pada struktur kombinasi ini, dinding geser dan kolom-kolom struktur akan
dihubungkan secara kaku (rigid) oleh balok-balok pada setiap lantai bangunan. Dengan
adanya hubungan yang rigid akan memungkinkan terjadinya interaksi antara struktur
rangka dan dinding geser yang secara menyeluruh akan bekerja Bersama-sama dalama
menahan beban yang bekerja baik itu beban gravitasi maupun beban lateral.
a. Deformasi mode geser untuk rangka kaku. Pada struktur rangka kaku, sudut
deformasi (lendutan) paling besar terjadi pada dasar struktur dimana terjadi geser
maksimum.
b. Deformasi mode lentur untuk dinding geser. Pada struktur dinding geser, sudut
deformasi (lendutan) paling besar terjadi pada bagian atas bangunan sehingga
sistem dinding geser memberikan kekakuan paling kecil pada bagian atas
bangunan.
c. Interaksi antara rangka kaku dan dinding geser. Perbedaan sifat defleksi antara
dinding geser dan rangka kaku menyebabkan dinding geser menahan simpangan
rangka kaku pada bagian bawah, sedangkan rangka kaku akan menahan
simpangan dinding geser pada bagian atas. Dengan demikian, geser akibat gaya
lateral akan dipikul oleh rangka pada bagian atas bangunan dan dipikul oleh
dinding geser dibagian bawah bangunan.

Berikut ialah fungsi utama dari penggunaan dinding geser (shear wall), yaitu:
a. Kekuatan. Dinding geser harus memberikan kekuatan lateral yang diperlukan
untuk melawan kekuatan gempa horisontal. Ketika dinding geser cukup kuat,
mereka akan mentransfer gaya horisontal ini ke elemen berikutnya dalam jalur

14
beban di bawah mereka, seperti dinding geser lainnya, lantai, pondasi dinding,
lembaran atau footings.
b. Kekakuan. Dinding geser juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah atap
atau lantai di atas dari sisi goyangan yang berlebihan. Ketika dinding geser cukup
kaku, mereka akan mencegah membingkai lantai dan atap anggota dari bergerak
dari mendukung mereka. Juga, bangunan yang cukup kaku biasanya akan
menderita kerusakan kurang nonstruktural.

15
BAB III

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Rangka Kaku (Rigid Frame) dan Dinding Geser (Shear
Wall) selalu di hubungkan dengan sistem rangka. Kerja sama antara sistem ini merupakan
keadaan khusus, sehingga struktur yang diperoleh akan lebih ekonomis.
Agar dapat meningkatkan kekakuan dan kekuatan struktur terhadap gaya lateral dapat
digunakan kombinasi antara sistem rangka kaku dengan dinding geser (Dual System). Pada
struktur kombinasi ini, dinding geser dan kolom-kolom struktur akan dihubungkan secara
kaku (rigid) oleh balok-balok pada setiap lantai bangunan. Sehingga akan memungkinkan
terjadinya interaksi antara struktur rangka dan dinding geser secara menyeluruh pada
bangunan, dimana struktur rangka dan dinding akan bekerja sama dalam menahan beban
gravitasi maupun beban lateral.

16
DAFTAR PUSTAKA

Destrina, A. A. D. (2021). PERBANDINGAN DISPLACEMENT ANTARA SISTEM


STRUKTUR RIGID FRAME DENGAN SISTEM STRUKTUR DUAL SYSTEM PADA
APARTEMEN 30 LANTAI (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS HASANUDDIN).
Amaral, C. (2016). ALTERNATIF PERENCANAAN DINDING GESER (SHEAR WALL)
DENGAN SISTEM KANTILEVER PADA GEDUNG FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG (Doctoral dissertation, ITN Malang).
Ariestadi, Dian. (2008). TEKNIK STRUKTUR BANGUNAN. JAKARTA: DIREKTORAT
PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

17

Anda mungkin juga menyukai