Anda di halaman 1dari 18

ELEMEN STRUKTUR BAJA (ESB)

“SAMBUNGAN SEMI KAKU BAJA”


DOSEN PENGAMPU : MAYA SARIDEWI PASCANAWATY ST.,MT

Disusun Oleh :
1. INDRA ISWANDI (2021D1B127)
2. KAMARUL HUDA (2021D1B128)
3. KHALIK AHMAD IBUN (2021D1B129)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

i
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan ini guna memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Elemen Struktur Baja (ESB) yang berjudul” Sambungan Semi
Kaku Baja “.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan tugas ini hingga selesai. Harapan
kami semoga apa yang telah kami susun dan sampaikan bisa bermanfaat bagi pembaca dan
seluruh masyarakat Indonesia.

Kami sadar bahwa tentunya kami tidak lepas dari segala macam kekurangan semua
ini murni didasari oleh keterbatasan dan kekurangan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk
meningkatkan kualitas dikemudian hari.

Mataram, Juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ........................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 1
C. TUJUAN MASALAH ........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2

A. BATA BERTULANG STYROFOAM .................................................. 2


B. KARAKTERISTIK DAN SISTEM BATA STYROFOAM ............... 3
C. ANALISIS SATUAN HARGA ............................................................. 7
D. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN ........................................ 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 9

KESIMPULAN .................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Struktur baja merupakan salah satu pilihan yang umum digunakan oleh industri
konstruksi. Hal ini dikarenakan penggunaan komponen baja memiliki beberapa
keuntungan seperti efisiensi waktu pelaksanaan, tingkat ketelitian disain dan pelaksanaan
yang baik, serta memiliki kuat tarik yang tinggi. Efisiensi waktu dan tingkat ketelitian
dari penggunaan komponen baja dapat dicapai dikarenakan pembuatan komponen
struktur baja dilakukan melalui proses fabrikasi di pabrik, yang tentunya membuat
pelaksanaan di lapangan juga lebih cepat jika dibandingkan struktur beton yang
membutuhkan waktu untuk penataan bekisting yang presisi serta waktu untuk mencapai
kapasitas optimalnya.

Disamping kelebihan-kelebihannya, penggunaan komponen struktur baja juga


memiliki kendala. Kendala yang utama dari penggunaan komponen baja adalah
bentangnya yang sangat terbatas. Namun hal ini dapat diatasi dengan menyambung
komponen-komponen struktur baja tersebut. Komponen struktur baja dan jenis
sambungannya yang bervariasi menuntut perencanaan yang rinci dan matang.

Berdasarkan SNI 1729:2015, sambungan diklasifikasikan menjadi sambungan kaku


(rigid), sambungan semi kaku (semi rigid), dan sambungan sendi (fleksibel). Berdasarkan
alat penyambungnya sambungan terdiri dari sambungan las dan baut. Pada sambungan
baut beberapa gaya yang dapat diperhitungkan yaitu gaya geser, gaya tarik, gaya tumpu,
dan kombinasi gaya lainnya. Pada umumnya sambungan kaku (rigid) memiliki berbagai
jenis sambungan seperti Extended End-Plate Moment Connection, Welded Beam to
Column Moment Connection, Bolted and Welded Splices. Sedangkan, sambungan sendi
(fleksibel) memiliki jenis sambungan badan Side Plate, Flexible End-Plate, Angle Cleat,
Stiffened Seat Angle, dan Unstiffened Seat Angle.

Banyaknya macamnya sambungan yang dapat diperhitungkan dan juga memakan


banyak waktu, perhitungan manual akan memberi kesulitan karena harus melakukan trial
and error dalam menentukan konfigurasi sambungan dan jumlah sambungan (jumlah baut

iv
atau tebal dan panjang las), memeriksa kesesuaian setiap konfigurasi dengan peraturan,
hingga pengecekan kapasitas konfigurasi sambungan yang diharapkan lebih kuat dari
kapasitas beban sambungan.

Untuk menyederhanakan perencanaan sambungan, dalam laporan ini akan


ditabulasikan ukuran profil beserta konfigurasi alat penyambung yang diterapkan, serta
kapasitas sambungan tersebut dalam menahan gaya. Tabulasi yang dibuat lebih
ditekankan pada besar kapasitas komponen sambungan yang dihasilkan untuk konfigurasi
yang ditentukan, sehingga perencana atau pemakai tabel dapat menyesuaikan sendiri
proporsi antara kapasitas sambungan yang digunakan terhadap gaya dalam sebenarnya
yang terjadi pada sambungan. Pada tugas akhir ini dibuat tabel sambungan tipe kaku yang
meliputi sambungan Extended End-Plate Connection (EEPC) dan Bolted Single Cover
Plate Beam Splices Connection (BSC). Alasan pemilihan jenis sambungan tersebut
dikarenakan kedua sambungan tersebut adalah sambungan kaku yang sering dijumpai
selain sambungan fleksibel yang telah diteliti sebelumnya. Dalam mentabulasikan
kapasitas sambungan kaku ini disajikan beberapa ukuran diameter baut, jumlah baut, dan
variasi ukuran profil IWF dan H-Beam. Dengan adanya tabel ini tidak diperlukan trial and
error dalam mendesain sambungan, cukup mengetahui ukuran profil yang akan
disambung dengan memperhatikan proporsi kapasitas sambungan dengan gaya dalam
rencana. Penyajian tabel dibuat perhitungannya berdasarkan SNI 1729:2015.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah beton bertulang styrofoam tahan akan gaya tekan
2. Bagaimana sifat mekanis bata styrofoam

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui sifat mekanis
2. Mengetahui kekuatan beton bertulang styrofoam

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. SAMBUNGAN

Sambungan didefinisikan sebagai segala yang menyatukan batang-batang, dan harus dapat
memindahkan beban-beban yang ditentukan tanpa menimbulkan bahaya. Dalam bangunan
baja, sam bungan merupakan unsur yang sangat penting. Sambungan yang tidak
direncanakan dengan baik dapat menyebabkan sifat sifat suatu struktur menjadi tidak sesuai
dengan apa yang telah direncanakan. Untuk bangunan baja bertingkat tinggi yang berbentuk
rectangular, filsafat capacity Design mengharuskan terbentuk nya sendi sendi plastis sebagian
besar pada ujung balok-balok nya dan tidak boleh terjadi Column Sway Mechanism diantara
dua tingkat. Untuk bangunan bangunan bertingkat rendah dan pada beberapa bagian dari
bangunan bertingkat tinggi (Gravity Loaded Domina ted Frame), sendi-sendi plastis boleh
terjadi pada ujung - ujung kolom. Untuk bangunan bangunan bertingkat rendah pelelehan
yang terjadi pada komponen komponen sambungannya dapat diterima. Penyelidikan menurut
Prof. Popov memperlihatkan bahwa energi dapat dipencarkan melalui kelelehan geser (shear
yield ing) pada panel zone, tetapi bagaimanapun juga setiap perubah an bentuk dari
sambungan (joint deformation) akan memperbesar fleksibilitas dari struktur dan akibat alasan
inilah untuk bangunan bertingkat tinggi yang bergoyang disarankan urtuk mem punyai
sambungan yang kaku (rigid). Untuk sambungan dengan menggunakan baut mutu tinggi
sebaiknya dipratekan penuh (Fully Tightened Prestress). Dalam pembahasan ini tidak
dibicarakan tentang keleleh an geser (shear yielding) pada panel zone atau pada konponen
komponen sambungan yang lain, meskipun hal ini diperbolehkan untuk struktur struktur yang
tidak lebih tinggi dari 10 m di mana tidak diperlukan Member Displacement Ductility yarg
lebih dari 4. Supaya kelelehan tidak terjadi pada sambungannya maka untuk perencanaan
sambungan sebaiknya direncanakan bahv\a sendi plastis pada balok terjadi diujung balok dan
tidak pada sambungannya. Untuk mendapatkan keadaan ini maka momen plastis balok harus
dikalikan faktor over strength untuk merenca nakan sambungannya

vi
B. JENIS – JENIS ALAT SAMBUNG
1. PAKU KELING
Paku keling adalah suatu alat sambung konstruksi baja yang terbuat dari batang baja
berpenampang bulat dengan bentuk sebagai berikut:
Dinding styrofoam atau dikenal sepagai M panel . Teknik pemasangan M panel
dijelaskan lebih cepat dibandingkan dengan material konvensional dan secara
struktur dapat menahan dan memiliki insulasi suhu dan suarayang baik dan material
ini aman untuk kesehatan , mencegah tumbuhnya jamur dan mikroorganisme.

Pada dasarnya sistem ini menggunakan styrofoam khusus sebagai bahan pengisi yang
diklaim tidak dapat meneruskan api dan lebih kuat dari pada styrofoam biasa , serta
digunakan wiremes ( rangkaian kawat ) untuk dicor dengan beton . wiremes tersebut
merupakan galvanized steel yang merupakan material tahan karat sehingga bila dicor tidak
akan berkarat didalam. Pengecoran dilakukan dibagian luar dnding yang akan membuat
komposit beton bertulang.

Dari banyaknnya keunggulannya M Panel ini , beton bertulang styrofoam inipun


mempunyai kekurangan tersendiri , dari pengujian diperoleh kuat bata beton tanpa styrofoam
sebesar 8,4 Mpa . sedangkan kuat tekan bata beton ringan menggunakan styrofoam sebagai
pengganti pasir serta penambahan zat additive sikament sebsar 1 % dari dari jumlah
campuran adukan yang ditunjukkan bahwa kuat tekan tertinggi diproleh pada penggunaan
styrofoam 30 % yaitu sebesar 6,1 Mpa dan menggunakan styrofoam 50 % yaitu sebesar 5,5
Mpa sedangkan penggunaan styrofoam 80 % yaitu sebesar 3,8 Mpa .

Sistem M panel menyiapkan panel-panel modular siap pakai untuk pemasangan yang
lebih cepat dibandingkan dengan sistem konvensional . sistem M Panel memenuhi fungsi
struktural dan fungsi daya tahan beban , menawarkan daya tahan yang tinggi terhadap suhu
dan kebisingan dan serta menyediakan berbagai jenis bentuk dan model untuk memberikan
flksibilitas dalam penentuan desain.

2. BAUT HITAM
Baut hitam adalah tipe baut yang digunakan pada konstruksi ringan hingga
sedang seperti konstruksi gedung. Baut ini terbuat dari bahan baja lunak (St-34)
dengan ukuran kelonggaran 1 mm antara diameter lubang sambungan dan

vii
diameter batang baut. Baut ini tergolong baut mutu normal dimana
berspefisikasi ASTM A307 dan terbuat dari baja karbon mutu rendah. Baut hitam
memiliki spesifikasi ASTM A307 yang membuat baut ini tergolong baut normal.
Baut normal ini biasa digunakan pada konstruksi ringan dengan beban statis
seperti kuda-kuda kayu, gording kayu, rangka batang dan rusuk dinding. Pada
baut hitam terdiri dari bagian-bagian baut sebagai berikut : 20 1. Kepala baut
(hex head), bagian penampang atas baut yang umumnya berbentuk segi enam,
segi empat maupun lingkatan yang terletak pada bagian atas sambungan baut 2.
Badan/batang baut (shank), adalah bagian silinder utama baut yang tidak
terdapat ulir. 3. Ulir (threads) adalah bagian badan baut yang memiliki alur spiral
tempat dipasangnya mur. 4. Ring (washer) merupakan bagian pelengkap baut
yang berupa pelat tipis berlubang yang fungsinya adalah untuk menyalurkan
beban pengikat berulir seperti mur yang ada pada baut. 5. Mur (hex nut) adalah
pengikat baut berbentuk penampang segi enam berlubang tengahnya dan
memiliki ulir didalamnya.

3. BAUT MUTU TINGGI {High Tension Bolt/ Higt Strenght Bolt}

Baut pass merupakan baut yang kegunaannya untuk penyambung konstruksi berat. Baja ini
termasuk kedalam baut mutu tinggi dengan St lebih dari 420. Baut ini diambung dengan
kelonggaran lubang pelat sambungan dan diameter baut yang kecil, 21 kurang dari 0,1 mm.
baut ini biasa digunakan dalam penyambung konstruksi seperti jembatan yang juga
berfungsi sebagai jalan raya. Menurut SNI 1729:2020, baut dalam standarnya dibagi menjadi
3 golongan, diantaranya : a. Golongan A yaitu meliputi ASTM F3125/ F3125M dengan grade
A325, A325M, F1852 dan ASTM354 grade BC b. Golongan B yaitu meliputi ASTM F3125/
F3125M dengan grade A490, A490M, F2280 dan ASTM354 grade BD c. Golongan C yaitu
meliputi ASTM F3043 dan F3111 Dari ketiga golongan baut tersebut, masing-masing
memiliki kekuatan nominal pengencang berbeda. Berikut nilai kekuatan nominal
pengencang baut menurut SNI 1729-2020 dalam satuan MPa : Tabel 3.1 Tabel Nilai
Kekuatan Nominal Pengencang Baut Doiskripsi Pengencang Kekuatan Tarik Nominal Fnt, ksi
(MPa) [a] Kekuatan Geser Nominal pada Sambungan Tipe Tumpu Fnv, ksi (MPa) [b] Baut

viii
A307 45 (310) [c] 27 (186) [c][d] Baut kelompok A (misal, A325), apabila ulir ada di bidang
geser 90 (620) 54 (372) Baut kelompok A (misal, A325), apabila ulir ada di luar bidang geser
90 (620) 68 (469) Baut kelompok B (misal, A490), apabila ulir ada di bidang geser 113 (780)
68 (469) Baut kelompok B (misal, A490), 113 (780) 84 (579) 22 apabila ulir ada di luar bidang
geser Rakitan baut kelompok C (misal, F3043), apabila ulir dan daerah transisi batang baut
ada di bidang geser 150 (1040) 90 (620) Rakitan baut kelompok C (misal, F3043), apabila ulir
dan daerah transisi batang baut ada di luar bidang geser 150 (1040) 113 (779) Bagian berulir
yang memiliki prasyarat Pasal A3.4, apabila terdapat ulir di bidang geser 0,75 Fu 0,450 Fu
Bagian berulir yang memiliki prasyarat Pasal A3.4, apabila terdapat ulir di luar bidang geser
0,75 Fu 0,563 Fu [a] untuk baut kekuatan tinggi yang memikul beban fatik tarik, lihat
Lampiran 3 [b] untuk ujung sambungan yang dibebani dengan panjang pola pengencang
lebih besar dari 38 in. (950 mm), Fnv harus direduksi sampai 83,3 % dari nilai pada tabel.
Panjang pola pengencangan merupakan jarak maksimum sejajar dengan garis gaya antara
sumbu baut yang menyambungkan dua bagian dengan satu permukaan faying [c] untuk
baut A307, nilai yang ditabulasikan harus direduksi sebesar 1% untuk setiap 1/16 in. (2 mm)
diatas 5d dari panjang pada pegangan tersebut. [d] ulir diperbolehkan pada bidang geser

4. LAS {Weld}
Las adalah penyambungan (besi dan sebagainya) dengan cara
membakar. Lebih lanjut, pengelasan adalah salah satu proses fabrikasi
logam, termoplastik, atau semacamnya yang berupa penggabungan dua
benda dari bahan-bahan tersebut dengan cara melelehkan ujung kedua
benda bersama-sama menggunakan panas tinggi dan kemudian
membiarkannya menjadi dingin sehingga kedua ujung tersebut menyatu.
Pengelasan berbeda dengan teknik penyambungan logam bersuhu lebih
rendah seperti pematrian dan penyolderan, yang harus menggunakan
logam tambahan yang mudah meleleh dan tidak melelehkan logam dasar.
Tergantung penerapannya, las boleh menggunakan logam pengisi pada
sambungannya.

Proses pengelasan

ix
Proses pengelasan berkaitan dengan lempengan baja yang dibuat dari kristal besi
dan karbon sesuai struktur mikronya, dengan bentuk dan arah tertentu. Lalu
sebagian dari lempengan logam tersebut dipanaskan hingga meleleh. Kalau tepi
lempengan logam itu disatukan, terbentuklah sambungan. Umumnya, pada proses
pengelasan juga ditambahkan dengan bahan penyambung seperti kawat atau
batang las. Kalau campuran tersebut sudah dingin, molekul kawat las yang semula
merupakan bagian lain kini menyatu.
Proses pengelasan tidak sama dengan menyolder di mana untuk menyolder bahan
dasar tidak meleleh. Sambungan terjadi dengan melelehkan logam lunak
misalnya timah, yang meresap ke pori-pori di permukaan bahan yang akan
disambung. Setelah timah solder dingin maka terjadilah sambungan. Perbedaan
antara solder keras dan lunak adalah pada suhu kerjanya di mana batas kedua
proses tersebut ialah pada suhu 450 derajat Celcius. Pada pengelasan, suhu yang
digunakan jauh lebih tinggi, antara 1500 hingga 1600 derajat Celcius.

C.SAMBUNGAN DIPERLUKAN JIKA


• Batang standar kurang Panjang (menyambung batang mencapai Panjang
tertentu)
• Untuk meneruskan gaya dari elemen satu ke elemen yang lain
• Sambungan truss (menyusun batang-batang penyusun rangka batang)
• Sambungan sebagai sendi gerber (hubungan antar balok secara memanjang
yang dibuat sendi)
• Untuk membentuk batang tersusun (kesatuan batang yang disusun
membentuk satu kesatuan batang)
• Terdapat perubahan tampang (tampang batang berubah pada suatu elemen
struktur).

D. SYARAT SAMBUNGAN BAJA

Dalam pelaksanaan penyambungan baja perlu untuk dilakukan dengan memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
a. Ekonomis, kuat dan aman. Dalam struktur bangunan, bangunan dinyatakan aman adalah
bangunan yang dapat berdiri stabil. Stabil disini adalah mampu menahan gaya yang datang,
baik dari dalam struktur maupun dari luar struktur.
b. Pembuatan sambungan dilakukan serapi mungkin agar terlihat estetis. Estetis yang
dimaksud disini adalah nyaman ketika dipandang mata.
c. Tidak menyulitkan pekerja dalam pembuatan maupun penyambungannya.
d. Direncanakan dalam satu alat sambung dalam satu bagian sambungan. Hal ini bertujuan
untuk membuat sambungan dengan kekakuan yang sama.

x
E. TIPE KEGAGALAN SAMBUNGAN

• Kegagalan geser baut, baut patah


• Kegagalan geser pelat, retak pada pelat muka atau peat antara dua lubang
baut
• Kegagalan tumpu baut, hancurnya permukaan selimut baut yang menumpu
pada pelat
• Kegagalan tumpu pelat, hancurnya bidang penumpu pada pelat
• Kegagalan Tarik baut, baut patah akibat gaya tarik
• Kegagalan lentur baut,baut mengalami lenturan yang berlebihan (bengkok)
• Kegagalan Tarik pelat, pelat mengalami retak pada lubang baut.

F. KLASIFIKASI SAMBUNGAN

Berdasarkan kemampuan batang-batang sambungan untuk berotasi:


 Sambungan Kaku
 Sambungan Semi Kaku
 Sambungan Sederhana

G.SAMBUNGAN SEMI KAKU

Adalah sambungan yang memiliki kekakuan yang cukup mempertahankan sudut-


sudut yang disambung. Namun harus dianggap memiliki kapasitas yang cukup untuk
memberikan kekangan
yang dapat diukur terhadap perubahan sudut-sudut tersebut.
Pada sambungan semi kaku, perhitungan kekakuan, penyebaran gaya, dan
deformasinya harus menggunakan analisis mekanika yang hasilnya didukung oleh
percobaan eksperimental

xi
]

xii
Adapun karakteristik produk dari M-System.

1. single panel
Merupakan produk dasar dari M-System . Dapat berfungsi sebagai dinding partisi ,
dinding luar,lantai , atap, sampai dengan ketinggian 4 lantai . produk ini merupakan
produk M-system yang suda diterapkan , adapun beberapa jenis single panel
 PST
Panel PST digunakan untuk struktur dnding partisi, dinding pelindung luar dan
dinding kedap suara
 Jarak kawat baja dengan eps =0,5 cm
 Tebal plasteran adalah 2,0 cm dari kawat baja terluar
 Tebal EPS =4 cm- 24 cm ( tergantung dari fungsi dan kegunannya
 Dimensi kotakan kawat baja = 7,5 cm × 7,5 cm
 Diameter baja selimut = 2,5 mm
 Diamaeter kawat baja konektor =3,0 mm
 PSM
Merupakan dinding panel struktur yang terbuat dari lapisan EPS ( expandet
polystrene ) yang diselimuti oleh jawat dan dihubungkan oleh konektor kawa
baja . panel PSM digunakan untuk struktur dinding luar ( fasade) dan dinding
struktur
 Jarak kawat baja dengan EPS = 1 cm
 Tebal plasteran 2.5 cm dari kawat baja luar
 Tebal EPS = 4 cm-20 cm (tergantung kegunaan )
 Dimensi kotak kawat = 7,5 cm × 7,5 cm
 Diameter kawa baja selimut = 2,5
 Diameter kawat baja konektor = 3,0 mm
 Lebar modul lembaran panel =1,2o m
 Panjang modul lembaran panel = maksimal 9,00 m sesuai permintaan
kebutuhan)
2. Doubel panel

xiii
Dobel panel digunakan sebagai dinding struktur bangunan , pengganti dinding
penahan dan struktur bnagunan lebih dari 4 lantai . pada bagian tengah diisi dengan
beton sehingga dapat menyangga bean sehingga 16 lantai .
 Diameter wiremesh selimut 2,5 mm
 Diameter konektor 3,0 mm
 Kepadatan/density 15 kg/m3 , tebal 50 mm
 Tebal plasteran 2,5 cm
 Lebar ruang internal 80-50 mm
 Tebal total panel 230-300 mm
 Berat total panel 310,45-475,13 kg/m2

Sistem ini bisa diaplikasikan untuk dinding penahan struktur atas ( tanpa memakai
kolom ) plat lantai tangga , partisi, komponen M . Sistem terdiri dari tiga bahan yaitu
:

1. Wiremes , besi yang terjalin seperti anyaman dengan diameter 2,5-5 mm


2. .Polysterin , bahan yang terbuat dari karbon hidrogen dan 98 persen udara ,
ketebalan dan kerapatan panel polystrene tergantung kebutuhan . minimum
kerapan = 15 kg/m3
3. Beton hanya untuk menyeelimuti polystrene (selimut beton) , volumenya bukan
setebal dinding dengan kekuatan 25 Mpa dan ketebalan > 2,5 mm

Bata bertulang ini dipasarkan dalam bentuk panel , sekaligus dengan pemasangannya , mulai
dari pemasangan stek besi , kemudian pemasangan bata bertulang berbentuk panel dengan
tulangan.

C . ANALISIS SATUAN HARGA

Panel menggunakan material EPS (EXPANDED POLYSTYRENE ) dan kawat baja


telah digunakan dalam pembuatan rangka atap, partisi, tangga, plat lantai , hingga dinding .
terdapat 4 tipe panel dengan total anel yang diamati sejumlah 28 panel dengan populasi 30
panel yang diamati selama di proyek, yaitu 8 panel tipe A ( 1,2 m × 3,05 m ) , 8 panel tipe B (
,2 m × 3,5 m ) , 8 panel tipe C ( 1,2 m × 3,05 m ) dan panel tipe D ( 0,9 m × 3,5 m ) .
perbedaan tipe panel terletak pada demensi panel yang berbeda-beda . Tipe panel yang
digunakan pada proyek adalah panel dengan tebal 10 cm . Analisis dilakukan dengan metode
analisis harga satuan pekerjaa untuk biaya pekerjaan langsungnnya dan dengan metode monte
xiv
carlo dan disimulasikan dengan menggunakan software . Terdapat beberapa poin hasil
analisis . yang pertama , biaya upah untuk setiap pemasangan untuk tipe panel A
RP.5.438/m2 , tipe B RP.7.529/m2 , tipe C RP.5.768 / m2 dan tipe D RP.5.275 / m2 . Biaya
material untuk setiap pemasangan panel tipe A RP.298.22 / m2 , tipe B RP.298.9 / m2 , tipe C
RP. 298.583/m2 , dan tipe D RP.298.874 /m2 . Maka total biaya langsung pemasangan
dinding penel tipe A RP,303.659/m2 , tipe B RP.305.648/ m2 , tipe C RP.304.353/m2 dan
tipe D RP.304.149/m2 .Sedangkan untuk biaya tak langsung masing-masing tipe panel
didapat panel tipe A RP.57.092/m2 , tipe B RP.55.410/m2 , tipe C RP.57.577/m2 , tipe D
RP.5.512/m2 . Maka didapat total harga satuan pekerjaan dinding panel untuk panl tipe A
RP.360.751/m2 , Tipe B RP.361.058/m2 , tipe C RP.361.930/m2 dan tipe D RP.359.661/m2

D.METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dalam pengerjaan pemasangan M-panel ini dikategorikan cukup mudah dan cepat
dalam pengaplikasiaannya . panel styrofoam ini dipotong dalam sesuai kebutuhan dan ukuran
yang di inginkan . pemasangan dimulai dari pemasangan stek besi , kemudian pemasangan
bata bertulang yang berbentuk panel dengan tulangan . Apabila semua panel telah terpasang
dan diikat dengan menggunakan kawat baja dan pastikan setiap sedut terikat pada panel yang
memberikan pengutan , tahap akhir ialah pelapisan dengan campuran beton dengan
menggunakan dua cara yaitu , dapat menggunakan cara tradisional atupun dengan alat
teknologi modern

xv
xvi
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

M-Panel styrofoam adalah inovasi bahan bangunan terbaru yang tebuat dari golongan
busa tipe F sudah teruji akan ketahanan api, meredam suara dan ramah lingkungan . Dan
pada pengujian M-Sistem ketahanan kuat tekanan styrofoam , berat beton akan semakin
berkurang seiring dengan peningkatan penggunaan styrofoam sebagai pengganti pasir . kuat
tekan bata beton styrofoam 30% dari jumlah pasir dengan penambahan 1% zat additive
sikament dari jumlah campuran adukan pada beton . penggunaan styrofoam sampai 50%
sebagai pengganti pasir masih dapat mencapai standar kuat tekan minumum bata merah
mencapai standar kuat tekan minimum bata merah pejal untuk pasangan dinding . Jadi pada
styrofoam ini daya tahan tekannya lebih rendah dari bata betob konvesional

xvii
DAFTAR PUSTAKA

Sutarto , 2019 , konstruksi Beton Bertulang Indonesia ,NI 2 bandung , departemen pekerjaan
umum, jurnal penelitian darmono

DPU ,2012 tata cara perencanaan ketahanan gempa untk struktur bangunan gedung dan non
gedung LPMB , Bandung

CANDRA , P,D., 2017 Analisis kuat tekan dan modulus elastisitas bata beton
ringan ,proyek akhir ,UNP .

xviii

Anda mungkin juga menyukai