OLEH
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga setelah melalui proses akhirnya
penyusunan bahan ajar Perancangan Struktur Baja 1 untuk perguruan tinggi ini
dapat terselesaikan.
(SAP) di Universitas Gunadarma. Bahan ajar ini nantinya akan digunakan sebagai
Meskipun bahan ajar ini telah diselesaikan, penulis menyadari bahwa bahan
ajar ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan teguran,
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata penulis berharap
semoga bahan ajar ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak dan penulis
mendo’akan kepada pihak – pihak yang telah membantu, semoga Allah SWT
Allah swt.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 3 TAHAPAN PERENCANAAN STRUKTUR BAJA
3.2.1 Beban.............................................................................. 12
iv
BAB 1
STRUKTUR BAJA
TIU:
1. Mahasiswa memahami karakteristik/ perilaku baja sebagai bahan struktur
2. Mahasiswa mengetahui berbagai tipe struktur baja
3. Mahasiswa memahami tahapan -tahapan yang harus dipertimbangkan
dalam perencanaan struktur baja
4. Mahasiswa mengetahui beban -beban yang bekerja pada struktur
TIK:
1. Karakteristik bahan dan struktur baja, sifat fisik dan mekanik baja structural
2. Tipe struktur baja:
a) Baja rangka batang
b) Portal baja
c) Baja komposit
3. Tahapan perencanaan struktur baja
4. Pembebanan pada struktur
1
1. Perlu pemeliharaan secara rutin, misalnya dengan di cat
2. Lemah pada temperatur tinggi (bila terjadi kebakaran struktur bisa runtuh
meskipun tegangan yang terjadi masih rendah)
3. Bahaya tekuk mudah terjadi pada batang yang lansing
2
3. Cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung boleh
berbeda dari ketentuan selama persyaratan gaya tarik minimum alat sambung
dipenuhi dan prosedur penarikannya dapat diperiksa.
Material pengelasan dan logam las harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semua penghubung geser jenis paku yang dilas harus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Baut angker harus memenuhi ketentuan Butir atau dibuat dari batang yang
memenuhi ketentuan selama ulirnya memenuhi ketentuan yang berlaku.
3
BAB 2
TIPE STRUKTUR BAJA
4
2.1.2 Konstruksi Rangka Batang Ganda
Konstruksi rangka batang ganda Setiap batang atau setiap segitiga
penyusunnya setingkat kedudukannya. akan tetapi konstruksi terdiri atas dua buah
kesatuan konstruksi yang setara.
5
Jenis sambungan kolom-balok yang dapat dipakai di rangka SMF harus
didukung data empiris hasil uji laboratorium, yang membuktikan bahwa jenis
sambungan tadi mempunyai kemampuan daktilitas yang cukup, yaitu dapat
bertahan sampai perputaran sudut interstory-driJt minimum sebesar 0.04 radian
(AISC 200Sa). Beberapa jenis sambungan yang telah distandardisasi dan terbukti
oleh hasil pengujian adalah sebagai berikut.
6
Intermediate Moment Frames (lMF)
Jenis rangka ini mirip SMF, yaitu mampu berperilaku inelastic tetapi
terbatas. Cocok dipakai untuk sistem struktur dengan gempa yang relatif sedang,
misal bangunan bertingkat rendah. Sistem sambungan kolom-balok mirip SMF
hanya saja tingkat daktilitasnya terbatas, yaitu perputaran sudut interstory-drift
minimum 0.02 radian (Section 10.2a AISC 200Sa).
Ordinary Moment Frames (OMF)
Ini adalah jenis rangka yang didesain untuk bekerja seeara elastis saja. Oleh karena
itu hanya coeok dipakai untuk sistem struktur dengan beban gravitasi yang
dominan, misalnya bangunan tidak bertingkat yang memiliki bentang panjang.
Sistem sambungan balok-kolom yang digunakan dapat berupa sambungan momen
penuh atau full restrained (FR), tetapi dapat juga semi rigid atau partially restrained
(PR).
7
BAB 3
TAHAPAN PERENCANAAN STRUKTUR BAJA
8
3.1 SYARAT PERENCANAAN STRUKTUR BAJA
Perencanaan struktur baja harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku.
2. Analisis dengan komputer, harus memberitahukan prinsip cara kerja program
dan harus ditunjukan dengan jelas data masukan serta penjelasan data keluaran.
9
3. Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis
teoritis.
4. Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang
mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat
bahan dan kekakuan unsur-unsurnya.
Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, maka harus mengikuti
persyaratan sebagai berikut:
1. Struktur yang dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan dan atau
percobaan yang cukup aman.
2. Tanggung jawab atas penyimpangan, dipikul oleh perencana dan pelaksana
yang bersangkutan.
3. Perhitungan dan atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang ditunjuk
oleh pengawas bangunan, yang terdiri dari ahli-ahli yang diberi wewenang
menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut.
4. Nama penanggung jawab hasil perhitungan harus ditulis dan dibubuhi tanda
tangan serta tanggal yang jelas.
Suatu struktur disebut stabil bila ia tidak mudah terguling, miring, atau
tergeser, selama umur bangunan yang direncanakan. Suatu struktur disebut cukup
kuat dan mampu-layan bila kemungkinan terjadinya kegagalan-struktur dan
kehilangan kemampuan layan selama masa hidup yang direncanakan adalah kecil
dan dalam batas yang dapat diterima. Suatu struktur disebut awet bila struktur
tersebut dapat menerima keausan dan kerusakan yang diharapkan terjadi selama
umur bangunan yang direncanakan tanpa pemeliharaan yang berlebihan.
Batas-batas lendutan harus sesuai dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat
pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung oleh struktur tersebut.
Batas lendutan maksimum sebagai berikut:
10
Sebagai Acuan Dan Persyaratan-Persyaratan Semua baja struktural sebelum
difabrikasi, harus memenuhi ketentuan berikut ini:
• SNI S-05-1989-F : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan
Bangunan dari Besi/baja)
• SNI 07-0358-1989-A : Baja, Peraturan Umum Pemeriksaan
• SNI 07-3014-1992 : Baja untuk Keperluan Rekayasa Umum
• SNI 03-1726-1989 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Rumah dan Gedung.
11
3.2.1 Beban
Perencanaan suatu struktur untuk keadaan-keadaan stabil batas, kekuatan batas, dan
kemampuan-layan batas harus memperhitungkan pengaruh-pengaruh dari aksi
sebagai akibat dari beban-beban berikut ini:
1. beban hidup dan mati seperti disyaratkan pada SNI 03-1727-1989 atau
penggantinya;
2. untuk perencanaan Crain (alat pengangkat), semua beban yang relevan yang
disyaratkan pada SNI 03-1727-1989, atau penggantinya;
3. untuk perencanaan pelataran tetap, lorong pejalan kaki, tangga, semua
beban yang relevan yang disyaratkan pada SNI 03-1727- 1989, atau
penggantinya;
4. untuk perencanaan lift, semua beban yang relevan yang disyaratkan pada
SNI 03-1727-1989, atau penggantinya;
5. pembebanan gempa sesuai dengan SNI 03-1726-1989, atau penggantinya;
6. beban-beban khusus lainnya, sesuai dengan kebutuhan.
12
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.
W adalah beban angin
E adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03–1726–1989, atau
penggantinya.
dengan, L = 0,5 bila L< 5 kPa, dan γ L = 1 bila L≥ 5 kPa. Kekecualian: Faktor beban
untuk L di dalam kombinasi pembebanan harus sama dengan 1,0 untuk garasi
parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan umum, dan semua daerah di mana
beban hidup lebih besar daripada 5 kPa.
13
BAB 4
KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA
TIU:
Mahasiswa mengetahui dan memahami berbagai metode perencanaan struktur baja
serta bisa merencanakan struktur baja yang efisien
TIK:
Metode, karakteristik dan perbedaan:
1. ASDE
2. ASDP
3. LRFD
4.2 FRAME/PORTAL
14
4.3 TIPE PROFIL
15
Luas tampang profil atau momen inersia profil yang dipilih mampu
menahan beban yang bekerja sehingga tegangan yang terjadi tidak melebihi
tegangan ijinnya. Tegangan ijin baja berada pada daerah elastis dan lebih kecil dari
tegangan lelehnya (Fy) Tegangan ijin baja diperoleh dari tegangan leleh atau
tegangan tarik ultimit dibagi faktor aman.
Disebut juga working stress design karena tegangan dihasilkan dari beban
riil yang bekerja atau applied loads. Beban yang bekerja dikenal sebagai service
loads. Tegangan yang dihasilkan dari beban riil yang bekerja tidak melebihi
tegangan ijinnya.
Berdasar pada pertimbangan kondisi gagal (dalam arti colapse atau
berdeformasi besar/ masuk daerah plastis), elemen dipilih menggunakan kriteria
struktur akan gagal oleh beban yang secara substansi lebih dari beban kerja (beban
dikali load factor) Prosedurnya: beban kerja dikalikan load factor untuk
mendapatkan failure load, pilih luas tampang profil yang mampu menahan failure
load tsb. Profil aman pada beban kerja
Hampir sama plastic design, tetapi selain beban dikalikan load factor kekuatan
batang di reduced dengan resistance factor, sedemikian hingga:
Beban x faktor beban < kekuatan x faktor tahanan
Faktor beban > 1, sedang faktor tahanan < 1
Rumus umumnya:
∑ γi Qi ≤ φ Rn
Berikut merubakan pembebanan metode LRFD:
1.4D
1.2D + 1.6L + 0.5 (Lr or S or R)
1.2D + 1.6 (Lr or S or R) + (0.5L or 0.8W)
1.2D + 1.3W + 0.5L + 0.5 (Lr or S or R)
1.2D ± 1.0E + 0.5L + 0.2S
0.9D ± (1.3W or 1.0E)
D: beban mati, L: beban hidup, Lr: beban hidup atap, W: beban angin dan E:
beban gempa, S:Snow, R:Rain (LRFD Steel Design, William T. Segui)
16
rumus umum: ∑ γi Qi ≤ φ Rn
Pada batang tarik: ∑ γi Qi ≤ φt Pn
17
kekuatan nominal leleh: Pn = Fy Ag
18
Kekuatan tarik nominal dihitung sbg:
Pn = As Fu
= 0.75 Ab Fu
dengan: As = stress area = 0.75 Ab
Ab = nominal area
19
20
Panjang tekuk KL, tergantung perletakan ujung kolom
π2 E A
Pcr = -----------
( KL / r )2
21
22
DAFTAR PUSTAKA