Proposal Skripsi
Program Studi Teknik Mesin
Diajukan oleh
SULTAN MAULANA ABDUL WAHID
1910641008
Kepada
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2023
i
DAFTAR ISI
COVER JUDUL.......................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................5
1.4 Batasan Penelitian..........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI................................6
2.1 Pengelasan......................................................................................................6
2.2 Pengelasan SMAW.........................................................................................6
2.3 Mesin Las SMAW..........................................................................................7
2.4 Elektroda...................................................................................................8
2.5 Elektroda E6013........................................................................................9
2.6 Gerakan Elektroda...................................................................................10
2.7 Besar Arus Pengelasan.................................................................................11
2.8 Posisi Pengelasan.........................................................................................12
2.9 Baja...............................................................................................................13
2.9.1 Jenis Baja Karbon..................................................................................14
2.10 Baja ST42...................................................................................................14
2.11 Kampuh Las...............................................................................................15
2.12 Uji Bending...............................................................................................19
2.13 Uji Mikro Struktur......................................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................26
3.1 Metode Penelitian.........................................................................................26
3.2 Alat dan Bahan Penelitian............................................................................26
3.2.1 Alat Penelitian.......................................................................................26
ii
3.2.2 Bahan Penelitian....................................................................................26
3.3 Tempat Penelitian.........................................................................................27
3.4 Variable Penelitian.......................................................................................27
3.4.1 Variable Terikat.....................................................................................27
3.4.2 Variable Terkontrol...............................................................................28
3.4.3 Variable Bebas.......................................................................................28
3.5 Prosedur Penelitian.......................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini penggunaan las di dalam dunia industry semakin maju
dan berkembang. Perkembangan teknologi yang semakin canggih pada bidang
konstruksi mesin sangat membutuhkan teknik penyambungan antar bagian yang
saling berhubungan pada konstruksi mesin tersebut. Teknik penyambungan
yang sering digunakan adalah pengelasan dengan metode busur menyala
logam terlindung atau disebut pengelasan (SMAW) shielded metal arc welding
(Afrianto Rabbi et all., 2018). Pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding)
adalah pengelasan busur listrik nyala terlindung, pengelasan dengan menggunakan
busur nyala listrik sebagai sumber panas cair logam. Logam induk dalam
pengelasan ini mengalami pencairan, yang diakibatkan pencairan yang timbul
antara ujung elektroda dengan permukaan benda kerja. Busur listrik dibangkitkan
oleh suatu busur las. Elektroda yang digunakan berupa kawat dibungkus
1
2
2.1 Pengelasan
6
7
Mesin las SMAW menurut arusnya dibedakan menjadi tiga yaitu mesin
las arus searah atau Direct Current (DC), mesin las arus bolak-balik atau
Alternating Current (AC) dan mesin las arus ganda yang merupakan mesin las
yang dapat digunakan untuk pengelasan dengan arus searah (DC) dan pengelasan
dengan arus bolak-balik (AC). Mesin las arus DC dapat digunakan dengan dua
8
cara yaitu polaritas lurus dan polaritas terbalik. Mesin las DC polaritas lurus (DC-
) digunakan apabila titik cair bahan induk tinggi dan kapasitas besar, untuk
pemegang elektrodanya dihubungkan dengan kutub negatif dan logam induk
dihubungkan dengan kutub positif, sedangkan untuk mesin las DC polaritas
terbalik (DC+) digunakan bila titik cair bahan induk rendah dan kapasitas kecil,
untuk pemegang elektrodanya dihubungkan dengan kutup positif dan logam induk
dihubungkan dengan kutub negative (Trinova Budi Santoso et all., 2015).
2.4 Elektroda
Elektroda merupakan bahan pengisi (filler) atau bahan tambah dan
merupakan bahan untuk membentuk deposit logam las yang berfungsi mengisi
celah pada sambungan. Elektroda terdiri dari kawat inti dan salutan (Lunardy
Riswansyah dkk., 2020). Kawat inti dibuat secara khusus oleh pabrik dari bahan –
bahan yang menyerupai dengan keadaan logam induk atau logam benda kerja. Ini
dibuat agar logam las yang dibentuk tingkat kekerasannya, keuletannya sesuai
dengan yang dikehendaki.
Kawat inti dibalut oleh bahan pembalut yang terdiri dari silikon, mangan,
kalium, serbuk besi, phospor dan lain – lain dalam presentase tertentu yang
dicampur menjadi bahan pembalut atau salutan. Dalam pembuatannya elektroda
dibuat beberapa macam. Baik ukuran dan jenisnya. Ukuran elektroda menunjukan
ukuran diameter kawat elektroda. Sedangkan nomor atau kode elektroda
menunjukan jenis bahan salutan. Cara pembuatan elektroda terutama bagian
salutan dibuat dengan cara disemprot, dicelup, dan dipress atau ditekan. Untuk
menjaga kualiatas, elektroda biasanya disimpan dalam ruang pemanas atau oven
agar tidak lembab.
9
Gambar 2. 2 Elektroda
C Mn Si S P Ni Cr Mo V
Diameter Amps
2,4mm 60-90 A
3,2mm 90-130 A
4,0mm 145-190
Pada hal ini variasi kuat arus pengelasan sangat berpengaruh pada
kekuatan tarik dan kekuatan impact suatu material. Dimulai dari rapuh, yakni pada
kuat arus yang sangat rendah. Pada tahap ini, akibat kuat arus yang sangat rendah
mengakibatkan ukuran butir mengecil sehingga jarak antar butir semakin
menjauh, ikatan akan melemah, dan rapuh. Dengan demikian material akan
mudah patah, sehingga energi yang dibutuhkan untuk menarik dan
mematahkannya sangat kecil. Selanjutnya dengan bertambahnya kuat arus
pengelasan, maka ukuran butir akan semakin membesar sehingga jaraknya
semakin mendekat dan ikatannya akan menguat serta kekuatan tarik dan
ketangguhannya meningkat, namun masih getas (Trinova Budi Santoso dkk.,
2015)
benda kerja biasanya berdiri tegak atau agak miring sedikit dari arah
gerak elektroda las.
3. 3G (posisi pengelasan vertical)
Posisi ini biasanya benda kerja berdiri tegak atau agak miring sedikit
searah dengan gerak elektroda las, yaitu naik atau turun. Posisi
pengelasan ini sering digunakan untuk pengelasan benda-benda yang
berdiri tegak.
4. 4G (posisi pengelasan overhead)
Posisi pengelasan ini lebih sulit di bandingkan posisi-posisi pengelasan
yang lain. Posisi pengelasan ini biasanya dilakukan pengelasan pada
permukaan yang datar atau permukaan yang agak miring akan tetapi
posisinya berada diatas kepala, yaitu letak elektroda berada dibawah benda
kerja.
2.9 Baja
Baja merupakan paduan Fe-C (kandungan karbon maksimum sekitar
2%) yang mengandung elemen paduan lainnya, sesuai dengan aplikasinya.
Bahkan variasi rendah dalam komposisi tersebut dapat menyebabkan perbedaan
besar dalam sifat mekanik, karena struktur akhir dapat berubah sesuai dengan
pengolahan manufaktur dan juga siklus perlakuan panas yang diterapkan. (Sari,
2017).
Baja merupakan suatu campuran dari besi (Fe) dan karbon (C), dimana
unsur karbon (C) menjadi dasar. Disamping unsur Fe Dan C, baja juga
mengandung unsur campuran lain seperti sulfur (S), fosfor (P), silikon (Si), dan
mangan (Mn) akan tetapi jumlahnya dibatasi. Baja karbon sedang dan tinggi
mengandung banyak karbon dan unsur lain yang dapat memperkeras baja, oleh
karena itu HAZ pada baja ini mudah menjadi keras bila dibanding dengan baja
karbon rendah. Sifatnya yang mudah menjadi keras ditambah dengan adanya
hydrogen difusi mengakibatkan baja ini sangat peka terhadap retak daerah lasan.
Disamping itu pengelasan dengan menggunakan elektroda yang sama kuat dengan
logam lasnya, dengan pemanasan mula dan suhu pemanasan tergantung dari kadar
1
karbon. Baja karbon adalah baja yang mengandung karbon antara 0,1% - 1,7%.
Berdasarkan tingkatan kadar karbonnya, baja karbon dibedakan menjadi tiga
tingkatan yaitu Baja karbon rendah, Baja karbon sedang, Baja karbon tinggi.
(Istiqlaliyah & Rhohman, 2016).
a) Baja karbon rendah adalah baja paduan yang mempunyai kadar karbon
sama dengan baja lunak, akan tetapi ditambah dengan sedikit unsur-unsur
paduan lain. Penambahan unsur ini dapat meningkatkan kekuatan baja
tanpa mengurangi keuletannya, baja karbon rendah sering digunakan
untuk kapal, jembatan, roda kereta api, ketel uap, tangki-tangki dan dalam
permesinan.
b) Baja karbon sedang memiliki kandungan karbon diatas 0,25% C – 0,6%
C ditambah dengan unsur paduan tertentu biasanya digunakan untuk rel
kereta api dan sejumlah peralatan mesin contohnya roda gigi otomotif,
poros bubutan, poros engkol, sikrup dan alat angkat presisi.
c) Baja karbon tinggi memiliki kandungan karbon diatas 0,6% C – 1,4% C
dibuat dengan roll panas. Baja karbon tinggi biasa digunakan untuk
pembuatan perkakas seperti pisau, gurdi, tap dan bagian-bagian yang
tahan gesekan. Apabila baja ini digunakan untuk bahan khusus, maka
harus dikerjakan dalam keadaan panas dan digunakan untuk perlatan
mesin-mesin berat, batang-batang pengontrolan, alat tangan seperti palu,
obeng, tang, dan lain-lain. (Manurung & Napitupulu, 2014).
sebesar 36-24 % . Makna dari penamaan St.42 sendiri adalah dari St memiliki arti
baja (Stahl), angka 42 dalam baja ini menunjukkan bahwa minimum ketangguhan
putus-tarik adalah 42 kg/mm². Ketangguhan tarik juga dibatasi keatas yaitu
umumnya St42 ≤ 50kg/mm² (Prastiyo Nugroho dkk., 2019).
pada saat melakukan uji bending. Rangka harus memiliki kekuatan lebih besar
dari kekuatan alat tekan, agar tidak terjadi kerusakan pada rangka pada saat
melakukan pengujian. Alat tekan berfungsi sebagai alat yang memberikan gaya
tekan pada benda uji pada saat melakukan pengujian. Alat penekan harus
memiliki kekuatan lebih besar dari benda yang akan di uji (ditekan). Point
bending berfungsi sebagai tumpuan benda uji dan juga sebagai penerus gaya tekan
yang dikeluarkan oleh alat tekan. Panjang pendek tumpuan point bending
berpengaruh terhadap hasil pengujian. Alat ukur adalah suatu alat yang yang
menunjukan besarnya kekuatan tekan yang terjadi pada benda uji.
Uji bending adalah suatu proses pengujian material dengan cara di tekan
untuk mendapatkan hasil berupa data tentang kekuatan lengkung (bending) suatu
material yang di uji. Proses pengujian bending memiliki 2 macam pengujian, yaitu
3 point bending dan 4 point bending.
Untuk melakukan uji bending ada factor dan aspek yang
harus dipertimbangkan dan dimengerti yaitu :
a. Tekanan (p) adalah perbandingan antara gaya yang terjadi dengan luasan
benda yang dikenai gaya. Besarnya tekanan yang terjadi dipengaruhi oleh
dimensi benda yang di uji. Dimensi mempengaruhi tekanan yang terjadi
karena semakin besar dimensi benda uji yang digunakan maka semakin
besar pula gaya yang terjadi. Selain itu alat penekan juga mempengaruhi
besarnya tekanan yang terjadi. Alat penekan yang digunakan
menggunakan system hidrolik. Hal lain yang mempengaruhi besar
tekanan adalah luas penampang dari torak yang digunakan. Maka daya
pompa harus lebih besar dari daya yang dibutuhkan. Dan motor harus
bias melebihi daya pompa, perhitungan tekanan:
p = F/A.
b. Benda uji adalah suatu benda yang di uji kekuatan lengkungnya dengan
menggunakan alat uji bending. Jenis material benda uji yang digunakan
sebagai benda uji sangatlah berpengaruh dalam pengujian bending.
Karena tiap jenis material memiliki kekuatan lengkung yang berbeda,
yang nantinya berpengaruh terhadap hasil uji bending itu sendiri.
c. Point Bending adalah suatu sistem atau cara dalam melakukan pengujian
lengkung (bending). Point bending ini memiliki 2 tipe, yaitu: three point
bending dan four point bending. Perbedaan dari kedua cara pengujian ini
terletak dari bentuk dan jumlah point yang digunakan, three point
bending menggunakan 2 point pada bagian bawah yang berfungsi sebagai
tumpuan dan 1 point pada bagian atas yang berfungsi sebagai penekan
sedangkan four point bending menggunakan 2 point pada bagian bawah
yang berfungsi sebagai tumpuan dan 2 point (penekan) pada bagian atas
yang berfungsi sebagai penekan. Selain itu juga terdapat beberapa
kelebihan dan kelemahan dari cara pengujian three point dan four point.
2
Tabel 2. 4Kelebihan dan Kekurangan Metode Uji Three Point Bending dan Four
Point Bending
Kekurangan
- Kesulitan menentukan titik tengah - Pembuatan point lebih rumit
persis, karena jika posisi tidak di - 2 point atas harus bersamaan
tengah persis penggunaan rumus menekan benda uji. Jika salah
berubah satu point lebih dulu menekan
- Kemungkinan terjadi pergeseran, benda uji maka terjadi three
sehingga benda yang diuji point bending, sehingga rumus
pecah/patah tidak tepat di tengah yang digunakan berbeda.
maka rumus yang digunakan
kombinasi tegangan lengkung
dengan tegangan geser
Dimana:
σ = Tegangan Normal (MPa)
ditinjau
Dimana :
σ = Tegangan bending
(N)
3. Rangka
Rangka berfungsi sebagai penahan kekuatan balik dari gaya tekan
yang dihasilkan oleh alat penekan pada saat proses pengujian. Selain
itu rangka berfungsi sebagai dudukan komponen-komponen lain,
2
Alat ukur befungsi sebagai pembaca data hasil pengukuran pada saat
pengujian berlangsung. Angka-angka yang di tunjukkan oleh alat
ukur nantinya di olah lagi dalam perhitungan untuk mendapatkan data
yang inginkan. Pada umunya alat ukur yang digunakan adalah alat
pengukur tekanan.
mengamati lebih dalam struktur mikro yang lebih dalam mikroskop ini tidak
mampu karena butiran tersebut terlalu kecil, seperti adanya dislokasi butiran,
macam-macam partikel fasa kedua, struktur spinodal dan struktur martensit yang
terdapat di dalam material akan sulit untuk di ketahui karena terlalu kecil bagi
mikroskop cahaya. (ASM Metal Handbook Vol : 9, 2004). Contoh dari
mikrostruktur dapat dilihat di gambar.
Gambar 2.15
Gambar 2.15.Struktur Mikro dari SS AISI 316 yang sudah di anil dan di
sensitisasi dan di etsa menggunakan waterless Kalling’s reagent untuk
memperlihatkan ikatan butiran karbida 𝑀23𝐶6. (Sumber : ASM Metal Handbook
Vol : 9, 2004)
BAB III
METODE PENELITIAN
4. Elektroda E6013
5. Ragum
6. Gerinda duduk
7. Gerinda tangan
8. Jangka sorong
26
2
60°
10mm
0,3mm 0,3mm
4cm
4c
10mm
15cm
2
MULAI
Studi Literatur
Pengujian Spesimen
Pengujian Bending
Pengujian Mikrostruktur
Analisis Data
Selesai
3
I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa dkk. (2008). Pengaruh posisi pengelasan dan
gerakan elektroda terhadap kekerasan hasil las baja JIS SSC 41. Teknik
Mesin. https://ojs.unud.ac.id/index.php/jem/article/view/2272/1480
31
3