Disusun Oleh :
Kelompok : 3 (Tiga)
Anggota Kelompok : 1. Tegar Anugerah (G1C021006)
2. Aldi Simangunsong (G1C021018)
3. Raihan Shallu Nuralif (G1C021036)
4. Ferdinan Aprijoyo Simanjuntak (G1C021042)
5. Rio Arian Saputra (G1C021048)
6. Rio Chaniago (G1C021052)
7. Tezar Wira guna (G1C021064)
8. Alif Rahman Peldiansah. I (G1C021072)
LABORATORIUM MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL................................................................................................. vi
2.2.2 Baja Yang Mendapat Perlakuan Panas Dan Sifat Kekerasan ............ 15
METODOLOGI .................................................................................................. 16
ii
3.2 Persiapan Alat dan Bahan ........................................................................ 16
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Gambar 3.15 Quenching ………………………………………………………..26
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini sebagai berikut:
1. Spesimen yang digunakan yaitu baja karbon rendah.
2. Metode yang digunakan yaitu metode Rockwell.
3. Alat uji yang digunakan yaitu hardness tester.
4. Perlakuan panas yang digunakan adalah Quenching,Annealing dan Tanpa
perlakuan.
1.3 Tujuan
Tujuan praktikum uji kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pengujian kekerasan dengan metode Rockwell B (HRB).
2. Menetukan nilai kekerasan pada material.
3. Menentukan pengaruh perlakuan panas pada nilai kekerasan material.
1.4 Manfaat
Manfaat pada praktikum uji kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Dapat melakukan pengujian kekerasan dengan metode Rockwell B (HRB).
2. Dapat menetukan nilai kekerasan pada material.
3. Dapat mengetahui pengaruh perlakuan panas pada nilai kekerasan material.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini sebagai berikut: BAB I Pendahuluan. Bab ini
menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, manfaat, batasan masalah dan
sistematika. BAB II Tinjauan pustaka. Bab ini menjelaskan tentang material,
perlakuan panas dan pengujian tarik. BAB III Metodologi. Bab ini menjelaskan
tentang diagram alir, bahan dan alat, prosedur, persiapan praktikum dan pelaksanaan
praktikum. BAB IV Hasil dan Pembahasan. Bab ini menjelaskan tentang hasil dan
pembahasan. BAB V Penutup. Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka. Lampiran
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji kekerasan merupakan salah satu sifat mekanik yang sering digunakan
sebagai parameter dalam pemilihan bahan untuk pembuatan komponen mesin
.untuk mengetahui nilai kekersan suatu bahan dulakukan uji kekersan terhadap
bahan tersebut dengan menggunakan suatu metode yang sesuai. Dengan adanya
kurva tegangan regangan kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh,
keuletan, modulus elastisitas, ketangguhan, dan lain-lain.
3
2.1.2 Sifat Mekanik
1. Sifat mekanik : Sifat yang telah ada pada material yang timbul terhadap
pembebanan
a. Keuletan
Besarnya regangan maksimum plastic yang dapat di tahan sampai material
itu patah. Adapun grafik keuletan dapat dilhat pada Gambar 2.1
Y
F
b. Kekuatan
Ketahanan material terhadap deformasi total di seluruh permukaan
Adapun grafik kekuatan dapat dilihat pada Gambar 2.2
Y F
c. Kelentingan
Kemampuan material untuk kembali ke keadaan semula jika beban
dihilangkan. Adapun grafik kelentingan dapat dilihat pada Gambar 2.3
4
V
Y
F
d. Ketangguhan
Besar energi yang mampu diserap material sampai material itu patah.
Adapun grafik ketangguhan dapat dilihat pada Gambar 2.4
V
Y
e. Kekerasan
Kemampuan material untuk menahan deformasi plastis local Adapun
grafik kekerasan dapat dilihat pada Gambar 2.5
5
2.1.3 Alat Uji Kekerasan
Sifat mekanik adalah sifat logam yang di kaitkan dengan kelakuan logam
tersebut jika dibebani dengan beban mekanik.Penggunaan bahan-bahan teknik
secara tepat dan efisien membutuhkan pengetahuan yang luas akan sifat-sifat
mekanisnya. Diantara sifat ini yang penting adalah kekuatan,elastisitas, dan
kekakuan.Sifat-sifat lainnya adalah keliatan, kemamputempaan (malleability),
kekerasan, daya lenting, keuletan, mulur dan kemampumesinan (machinability).
Kekuatan (Strenght) adalah kemampuan bahan untuk menahan tegangan tanpa
kerusakan atau kemampuan suatu material dalam menerima beban, semakin
besar beban yang mampu diterima oleh material maka benda tersebut dapat
dikatakan memiliki kekuatan yang tinggi. Dalam kurva stress-strain kekuatan
(strength) dapat dilihat dari sumbu-y (stress), semakin tinggi nilai stress-nya
maka material tersebut lebih kuat.
6
B. Kekakuan (Stiffness) adalah sifat yang didasarkan pada sejauh mana bahan
mampu menahan perubahan bentuk. Ukuran kekakuan suatu bahan adalah
modulus elastisitasnya, yang diperoleh dengan membagi tegangan satuan
dengan perubahan bentuk satuan-satuan yang disebabkan oleh tegangan
tersebut.
C. Keliatan (Ductility) adalah sifat dari suatu bahan yang memungkinkannya
bisa dibentuk secara permanen melalui perubahan bentuk yang besar tanpa
kerusakan, Misalnya seperti tembaga yang dibentuk menjadi kawat.
Tembaga, alluminium, dan besi tempa termasuk logam-logam yang ulet.
Ukuran keliatan adalah presentase pertambahan panjang suatu spesium uji
patah. Keliatan diperlukan pada batang atau bagian yang mungkin
mengalami beban yang besar secara tiba-tiba, karena perubahan bentuk
yang berlebihan akan memberikan tanda-tanda ancaman kerusakan.
D. Kemamputempaan (Malleability) adalah sifat suatu bahan yang bentuknya
bisa diubah dengan memberikan tegangan-tegangan tekan kerusakan,
seperti misalnya tembaga, alluminium, atau besi tempa yang dipukul
menjadi berbagai bentuk atau baja yang dirol menjadi bentuk struktur atau
lembaran.
E. Kekerasan (Hardness) adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan
tekik atau kikisan atau Kekerasan dapat diartikan ketahan suatu material
terhadap deformasi lokal, misalkan ketahanan terhadap goresan. Bila suatu
material digores maka yang akan menerima beban adalah bagian
permukaannya saja bukan keseluruhannya, itulah mengapa goresan
dikatakan hanya menghasilkan deformasi lokal. Kekerasan umumnya
diukur dengan uji Brinell di mana suatu bola baja yang dikeraskan dengan
diameter 10 mm ditekan pada permukaan datar suatu spesimen uji dengan
gaya 29.420 N.
F. Daya lenting (Resilience) merupakan sifat bahan yang mampu menyerap
energi yang terjadi akibat beban benturan atau pukulan secara tiba-tiba
tanpa menyebabkan perubahan bentuk yang permanen. Sifat ini pada baja
digunakan pada pegas, seperti pegas mobil, kereta api, jam dan sebagainya
dimana energi harus cepat diserap tanpa menyebabkan perubahan bentuk
7
permanen. Daya lenting kadang-kadang disebut sebagai “keuletan elastis”,
mengingat energi harus diserap tanpa menegangkan bahan diluar batas
elastisitasnya. Ukuran daya lenting adalah jumlah energi di mana volume
satuan dari bahan telah menyerap tegangan sampai batas elastisnya.
G. Keuletan (Toughness) adalah sifat dari suatu bahan yang memungkinkan
menyerap energi pada tegangan yang tinggi tanpa patah, yang biasanya di
atas batas elastis. Karena di atas batas elastis, tegangan tersebut akan
menyebabkan perubahan bentuk permanen. Besi tempa, misalnya, adalah
ulet, oleh karena itu dapat dibengkokkan tanpa mengalami kerusakan.
Ukuran keuletan adalah jumlah energi yang dapat diserap untuk setiap
satuan volume bahan, setelah mengalami tegangan hingga titik patah.
H. Kemuluran (Creep) Adalah sifat yang menyebabkan beberapa bahan pada
tegangan konstan mengalami perubahan bentuk dengan perlahan, tetapi
makin lama bertambah dalam suatu selang waktu. Kemuluran terjadi
akibat dari perubahan waktu.
Beban standar 500 dan 300 kg dengan peningkatan beban 500kg selama
pembebanan,beban ditekan 10-30 detik.pemilihan beban tergantung dari
kekerasan material maka beban yang diterapakn juga semakin besar.
8
Rumus angka kekerasan Brinell
∂p
𝐻𝐵 = ........................................................................(2.4 )
πD(D−√D2− d2)
P =Beban
a b
a b
9
Indentor bola mempunyai ukuran diameter masing-masing 1,588,3,175,6,350
dan 12,70 mm.dan 150 kg.Angka kekerasan Rockwell di simbolkan dengan
4R.Contoh:804RB, Melambangkan angka kekerasan 80 pada B.
A Diamond 60
B 1 100
in. ball
8
C Diamond 150
D Diamond 100
E 1 100
in. ball
8
F 1 60
in. ball
8
G 1 150
in. ball
8
H 1 60
in. ball
8
I 1 150
in. ball
8
J 1 60
in. ball
8
K 1 150
in. ball
8
Penyimpangan pada pengujian ini muncul bila specimen uji terlalu tipis atau
indentor terlalu dekat dengan tepi specimen.kekerasan permukaan specimen uji
sangat menentukan keakuratan hasil pengujian.
10
3. Pengujian kekerasan Knoop dan Vikers
Kedua pengujian ini mengggunakan indentor intan yang cukup kecil dan
mempunyai bentuk geometri berbentuk pyramid, sepertipada Gambar 2.9
HV=1,854 P/ 𝑑 2 ..........................................................(2.5 )
Keterangan:
P =Beban
11
Kekerasan knoop dan vikers di lambangkan dengan HK dan HV.kedua
jenis pengujian ini cocok untuk pengujian dengan material yang nilai
kekerasannya rendah.knoop biasanya digunakan untuk mengukur material
yang getas seperti keramik.
Indentor atau “penetrator” dapat berupa bola baja atau kerucut intan
dengan ujung yang agak membulat (biasa disebut “brale”). Diameter bola baja
umumnya 1 /16 inchi, tetapi terdapat juga indentor dengan diameter lebih besar,
yaitu 1 /8, 1 /4, atau 1 /2 inchi untuk bahan-bahan yang lunak. Pengujian
dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan beban minor 10 kg, dan
kemudian beban mayor diaplikasikan. Beban mayor biasanya 60 atau 100 kg
untuk indentor bola baja dan 150 kg untuk indentor brale. Mesikpun demikian,
dapat digunakan beban dan indentor sesuai kondisi pengujian. Karena pada
pengujian rockwell, angka kekerasan yang ditunjukkan merupakan kombinasi
12
antara beban dan indentor yang dipakai, maka perlu diberikan awalan huruf pada
angka kekerasan yang menunjukkan kombinasi beban dan penumbuk tertentu
untuk skala beban yang digunakan.
Pada umumnya baja memiliki dua sifat yang sangat penting untuk diketahui dan
dipelajari yaitu sifat mekanik dan fisik. Untuk penjelasan tentang sifat mekanik dan
fisik dari baja sebagai berikut:
13
2.2.1 Baja Dan Metode Perlakuan Panas Kepadanya
1. Tempering
Tempering didefinisikan sebagai proses pemanasan logam setelah dikeraskan
pada temperatur tempering (di bawah suhu kritis), yang kemudian dilanjutkan
dengan proses pendinginan. Logam yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak
cocok untuk digunakan, melalui perlakuan ini kekerasan dan kerapuhan dapat
diturunkan sampai memenuhi persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan
tarik akan turun pula sedangkan keuletan dan ketangguhan logam akan meningkat.
2. Normalizing
Normalizing adalah jenis perlakuan panas yang umum diterapkan pada
hamper semua produk cor, over-heated forgings dan produk-produk tempa yang
besar. Proses perlakuan panas pada logam ini terjadi di sekitar 40°C diatas batas
kritis logam, kemudian ditahan pada temperatur tersebut untuk masa waktu yang
cukup dan dilanjutkan dengan pendinginnan pada udara terbuka, yang ditujukan
untuk memperhalus butir, memperbaiki mampu mesin, menghilangkan tegangan
sisa dan juga memperbaiki sifat mekanik baja karbon struktural dan baja paduan
rendah [22]. Untuk lebih jelas membahas proses normalizing, berikut ini
merupakan diagram temperatur yang diperuntukan pada proses normalizing
tersebut.
3. Quenching
Proses quenching melibatkan beberapa faktor yang saling berhubungan.
Pertama yaitu jenis media pendingin dan kondisi proses yang digunakan, yang
kedua adalah komposisi kimia dan hardenbility dari logam tersebut. Hardenbility
merupakan fungsi dari komposisi kimia dan ukuran butir pada temperatur tertentu.
14
2.2.2 Baja Yang Mendapat Perlakuan Panas Dan Sifat Kekerasan
Setelah solution heat treatment dan quenching tahap selanjutnya dalam proses
age hardening adalah aging atau penuaan. Perubahan sifat-sifat dengan berjalannya
waktu pada umumnya dinamakan aging atau penuaan. Aging atau penuaan pada
paduan aluminium dibedakan menjadi dua, yaitu penuaan alami (natural aging) dan
penuaan buatan (artificial aging), adapun penjelasan dari keduanya adalah sebagai
berikut ini.
a) Natural
b) Artificial
15
BAB III
METODOLOGI
MULAI
STUDY LITERATUR
PERSIAPAN ALAT
DAN BAHAN
PERLAKUAN PANAS
UJI KEKERASAN
PENGAMBILAN
DATA
ANALISA DAN
PEMBAHASAN
SELESAI
16
3.2 Persiapan Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian kekerasan antara lain:
1. Oven Pemanas
Oven pemanas merupakan alat yang digunakan untuk heat treatment
material, yang dapat memanaskan material berkisar antara 500 oc sampai dengan
900oc. Adapun oven dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Spesifikasi :
1. Merk : Nobertherm
2. Type : 5/12/13170
3. No : 195749
4. Volt : 230 volt
5. Date : 2007
6. T max : 1200oc
7. Ampere : 10,4 A
8. Daya : 2,4 Kw
17
2. Hardness Tester (Mesin UJi Kekerasan)
Mesin ini digunakan untuk mengetahui nilai kekerasan dari suatu material.
Mesin uji kekerasan dapat dilihat pada Gambar 3.3
2 4
Spesifikasi :
1. Merk : AFRI
2. Mode : 206Fx
3. Spinel : 4812
4. Volt : 230 volt
5. Weight : 54 kg
Keterangan Gambar :
1. Load
2. Tuas start/ pull
3. Indentor
4. Dudukan specimen
5. Roda tangan up/down
18
3. Mistar
Mistar digunakan untuk mengukur specimen yang akan diuji. Mistar dapat
dilihat pada Gambar 3.4
4. Tipe - x
Tipe – x digunakan untuk menandai titik yang akan dilakukan pengujian
kekerasan. Tipe - x dapat dilihat pada Gambar 3.5
19
5. Penjepit
Penjepit digunakan untuk mengambil benda kerja yang telah dipanaskan
didalam oven. Penjepit dapat dilihat pada Gambar 3.6
6. Amplas
Amplas digunakan untuk memperhalus baja dari kerak – kerak yang ada
pada permukaan baja akibat perlakuan panas. Amplas dapat dilihat pada Gambar
3.7
7. Kikir
Kikir digunakan untuk menghaluskan permukaan pada specimen. Kikir
dapat dilihat pada Gambar 3.8
20
Gambar 3.8 Kikir
8. Kunci L
Kunci l digunakan untuk mengatur pembebanan pada alat uji kekerasan.
Kunci l dapat dilihat pada Gambar 3.9
21
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada pengujian uji kekerasan diantaranya:
1. Baja
Baja yang digunakan merupakan baja karbon sedang sebagai spesimen
pengujian kekerasan. Baja dapat dilihat pada Gambar 3.10
2. Media Pendingin
Media pendingin di gunakan untuk mendinginkan benda kerja yang di
berikan perlakuan panas dan dapat dilihat pada Gambar 3.11
22
3.3. Pelaporan Percobaan
23
Normalizing digunakan untuk menyuling struktur butir dan menciptakan suatu
austenite yang lebih homogen ketika baja dipanaskan kembali.
2. Holding
1. Anealing
24
2. Normalizing
Normalizing adalah perlakuan panas logam di sekitar 40̊ C di atas batas kritis
logam, kemudian di tahan pada temperatur tersebut untuk masa waktu yang cukup
dan dilanjutkan dengan pendinginnan pada udara terbuka. Pada proses
pendinginan ini temperatur logam terjaga untuk sementara waktu sekitar 2 menit
per mm dari ketebalan-nya hingga temperatur spesimen sama dengan temperatur
ruangan, dan struktur yang diperoleh dalam proses ini diantaranya
perlit(eutectoid), perlit brownferrite(hypoeutectoid) atau perlit brown
cementite(hypereutectoid).Normalizing dapat dilihat pada Gambar 3.14
3. Queching
25
Gambar 3.15 Quenching
26
3.4 Tahapan Pengujian
Tahapan pengujian kekerasan ini sebagai berikut.
1. Pastikan lingkungan steril
2. Untuk menghidupkan alat uji kekerasan maka dilakukan penyambungan listrik
dari kabel ke stop kontak. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 3.17
3. Melakukan penandaan terhadap specimen diberi lima titik dengan jarak antara
titik sama yaitu 1 cm .Dapat dilihat pada Gambar 3.18
27
4. Spesimen diletakkan didudukan. .Dapat dilihat pada Gambar 3.19
28
7. Tuas penguji didorong hingga proses berjalan hingga 5 menit.. Dapat dilihat
pada Gambar 322
29
BAB IV
HASIL DAN PERHITUNGAN
Dari tabel diatas dapat menentukan kekerasan atau besar kekrasan sebuah
material dengan mencari rata-rata hasil pengujian.
30
Pada spesimen dilakukan lima kali pengujian uji kekerasan. Data hasil kekerasan
dapat dilihat pada Tabel 4.2
75,2+76,3+78,1+74,2+73,8
Rata-rata =
5
= 75.52 HRB
2. Tanpa perlakuan
Pada specimen ini dilakukan lima kali pengujian uji kekerasan. Data hasil
kekerasan dapat dilihat pada Tabel 4.3
72,2+76,3+75,3+77,2+77,1
Rata-rata =
5
= 75,62 HRB
31
3. Quenching
Pada pengujian spesimen dilakukan lima kali pengujian uji kekerasan. Data hasil
kekerasan dapat dilihat pada Tabel 4.4
91,3+92,8+87,9+86,9+87,2
Rata-rata =
5
= 89,22 HRB
4.2 Pembahasan
32
yang memiliki struktur FCC (Face Centered Cubic) berusaha mengeluarkan atom
karbon, namun karena waktu yang sangat singkat atom karbon tersebut
terperangkap dan membentuk struktur baru, yaitu BCT [4]. Pada pendinginan oli
hampir sama membentuk martensit, tetapi masih terbentuk fasa lain yaitu austenit
(FCC). Austenit ini adalah austenit sisa yang terbentuk karena pada saat
pendinginan.Pendinginan dengan larutan polimer tak menampakkan peak yang
menunjukkan adanya martensit yang terbentuk, dan yang terbentuk adalah struktur
kristal BCC dengan rumus senyawa Fe.
• Annealing nilai kekerasan lebih rendah
Data dari hasil pengujian tanpa perlakuan menunjukkan nilai kekerasan tanpa
perlakuan pada 5 kali percobaan dengan spesimen tersebut,didalam percobaan
tersebut didapatkan nilai pada percobaan ke 1 adalah 76,5 ,pada percobaan ke 2
didapatkan nilai 76,3 , pada percobaan ke 3 didapatkan nilai 78,1 , pada percobaan
ke 4 didapatkan nilai 73,8 , pada percobaan ke 5 didapatkan nilai 77,1 didapatkan
pada hasil percobaan tersebut untuk nilai rata ratanya adalah 75.52 HRB
• Tanpa perlakuan
Data dari hasil pengujian tanpa perlakuan menunjukkan nilai kekerasan tanpa
perlakuan pada 5 kali percobaan dengan spesimen tersebut,didalam percobaan
tersebut didapatkan nilai pada percobaan ke 1 adalah 72,2 ,pada percobaan ke 2
didapatkan nilai 75,5 , pada percobaan ke 3 didapatkan nilai 75,3 , pada percobaan
ke 4 didapatkan nilai 77,2 , pada percobaan ke 5 didapatkan nilai 77,1 didapatkan
pada hasil percobaan tersebut untuk nilai rata ratanya adalah 75,62 HRB
33
• Grafik data dari hasil pengujian
80 75,52 75,62
75
70
65
annealing tanpa perlakuan quenching
Media Pendingin
Dari grafik diatas dapat dilihat pada pengujian kekerasan hasil perhitungan dari 3
spesimen yaitu Annealing dengan nilai kekerasan 75,52, tanpa perlakuan dengan
nilai kekerasan 75,62,Quenching dengan nilai kekerasan 89,22 , dari uji kekerasan
terhadap specimen yang ada terhadap specimen tersebut.
Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa semakin cepat pendinginan
maka nilai kekerasan lebih tinggi sedangkan pada pengujian yang tidak mudah
mendapatkan pendinginan maka nilai kekerasannya rendah.
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengujian kekerasan yang di lakukan di dapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
a. Pengujian yang di lakukan menggunakan metode rockwell dan indentor
bola baja.
b. Spesimen dengan perlakuan panas quenching 89,22 HRB, Annealing 75,52
HRB, dan tanpa perlakuan 75,62 HRB maka nilai kekerasan specimen
tertinggi kerendah yaitu quenching,annealing dan tanpa perlakuan
c. Pada perlakuan panas memiliki pengaruh terhadap nilai material,semakin
cepat proses pendinginan,maka semakin keras material.
5.2 Saran
Saran praktikum selanjutnya adalah sebagai berikut :
a. Dapat menggunakan metode metode yang skalanya divariasikan
b. Bentuk indentor dapat divariasikan agar lebih mudah untuk melakukan pada
pengujian.
35
DAFTAR PUSTAKA