Oleh:
BAB I .................................................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................ 6
i
2.13 Uji Tarik Belah SNI 03-2491-2002................................................................. 36
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton muncul sebagai bahan konstruksi yang paling banyak digunakan di
seluruh dunia setelah penemuan semen Portland pada awal abad ke-19. Semen
adalah komponen pengikat dalam campuran beton, bersama dengan air dan agregat
kasar, dan pasir (Bagga et al., 2022). Beton dipilih sebagai bahan konstruksi yang
paling efisien karena tahan lama, karena dapat menahan tegangan tekan yang tinggi,
serta lebih murah daripada kebanyakan bahan konstruksi dan dapat dicetak dalam
berbagai bentuk. Akan tetapi beton juga memiliki kekurangan, menurut (Qureshi &
Al-Tabbaa, 2020) beton kelemahannya pada tegangan tarik, susut, pembebanan
lelah, dan pengaruh kondisi lingkungan sehingga menyebabkan beton menjadi
retak. Retakan mikro ini dapat mengurangi ketangguhan beton, meningkatkan
permeabilitas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan integritas
struktural, daya tahan, dan masa pakai beton. Perawatan pada beton umum
menggunakan teknik grouting. Bahan grouting yang paling sering digunakan
adalah semen Portland, seringkali dengan berbagai aditif lainnya (Harrison, 2013).
Hal ini membuat penggunaan semen portland semakin meningkat dan banyak
seiring dengan pesatnya pembangunan menggunakan bahan semen. Seperti yang
dijelaskan (IEA, 2018.), produksi beton global diperkirakan meningkat hingga 23%
pada tahun 2050. Karena bangunan beton sebagai kontributor penting emisi gas
rumah kaca global, dan bertanggung jawab hingga 8% dari total emisi CO2
antropogenik karena penggunaan semen. Dalam hal ini, Dalam hal ini, produksi
satu ton semen Portland melepaskan ~0,86 ton CO2 ke atmosfer, di mana ~40%
dari emisi ini dapat dikaitkan dengan pembakaran bahan bakar fosil dan ~60%
dengan kalsinasi batu kapur untuk menghasilkan kalsium oksida (Bagga et al.,
2022).
Berbagai macam upaya rekayasa dilakukan untuk mengurangi penggunaan
semen agar ramah lingkungan, berteknologi berkelanjutan, mengurangi biaya
perbaikan beton, dan juga mendapatkan struktur yang lebih ringan, namun tidak
kalah dari segi kekuatan. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan
1
menggunakan beton yang bisa menyembuhkan diri dengan bantuan
mikroorganisme atau disebut dengan self-healing concrete. Self-healing concrete
pertama kali dikembangkan oleh Prof. Victor Li dan timnya dari University of
Michigan pada tahun 2009 dengan menguji beton yang dapat menutup keretakan
akibat beban dan faktor lain dengan sendirinya. Menurut (Kamran, 2022), cara kerja
self-healing concrete dengan bantuan bakteri adalah bakteri yang ditambahkan ke
beton saat pencampuran. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk berkembang biak
saat terkena air, kelembapan, bahkan udara. Ketika retakan terjadi, bakteri ini
berkembang dan memproduksi zat sejenis batu gamping (kalsium karbonat) untuk
menutup retakan dan menghindari perluasan retakan lebih lanjut. (Safiuddin et al.,
2022) dalam penelitannya menguji beton self-healing dengan membuat campuran
beton mutu M20 dan menambahkan bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia Coli
dicampur secara terpisah dalam persentase 2%, 3%, 4% dan 6% berat semen dan
kombinasi kedua bakteri masing-masing. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa Dosis optimum untuk self healing beton adalah 3% Bacillus
Subtilis dengan peningkatan kuat tekan beton sebesar 35,15 MPa daripada beton
biasa sebesar 27,83 MPa dan bakteri dapat menutup keretakan beton dalam waktu
32 jam.
Beton normal pada umumnya memiliki massa jenis yang cukup berat yaitu
2400 kg/cm2 (SNI-1727-2020) yang menyebabkan konstruksi dengan bahan beton
memiliki beban yang sangat berat. Hal ini meenyebabkan ilmu teknologi beton
semakin berkembang salah satunya teknologi beton ringan (light weight concrete)
menggunakan busa (foam concrete). Beton busa (foam concrete) adalah campuran
pasta semen atau mortar, diklasifikasikan sebagai beton ringan, di mana rongga
udara terperangkap dalam mortar dengan bahan pembusa yang sesuai. Beton busa
dapat diperoleh untuk aplikasi pada struktur, partisi, insulasi, dan pengisi (filler)
(Ramamurthy et al., 2009). (Mugahed Amran et al., 2020) dalam penelitiannya
mengembangkan beton struktural dengan serat dan berbusa (structural fibered
foamed concrete/ SFFC) dengan kuat tekan 10 – 70 MPa dan berat jenis 1000 –
1900 kg/m3. Dengan bahan tambahan silica fume, polyprophlene fiber, foam agent.
Hasil penelitian menunjukkan penambahan polyprophlene fiber dan silice fume
meningkatkan kekuatan beton berbusa ke tingkat 20%–50% lebih besar daripada
2
beton referensi yang sesuai dan campuran beton SFFC, polyprophlene fiber secara
instan meningkatkan kekuatan tarik sebesar 50% dari beton biasa dan penambahan
silica fume berpengaruh pada susut kering.
Dengan pemaparan diatas, teknologi beton self-healing concrete dan beton
ringan (lightweight concrete) dinilai memiliki manfaat dalam meningkatkan
ketahanan, umur pakai bangunan, dan mengurangi penggunaan semen secara
berlebihan. Akan tetapi masih ada beberapa tantangan yang harus diatasi sebelum
teknologi ini dapat digunakan secara luas dalam konstruksi. Oleh karena itu,
penelitian ini akan mengevaluasi efektivitas dari berbagai bahan yang digunakan
dalam “Beton Ringan Bakteria yang Bisa Menyembuhkan Diri” sebagai kajian
bahan dan struktur.
3
peraturan SNI 4431-2011 terhadap balok beton ringan bakteri setelah
sampai retak dan 28 hari setelah proses self-healing oleh beton?
1.5 Manfaat
Dalam penelitian ini, penulis dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak. Adapun manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut:
1. Pengembangan ilmu teknik sipil khususnya bahan dan material
2. Menambah pengetahuan mengenai pemanfaatan mikroorganisme (bakteri)
untuk teknologi bahan dan bangunan.
3. Membantu pelaku industri konstruksi dalam mempertimbangkan
penggunaan mikroorganisme (bakteri) dalam pemanfaatan campuran beton
dalam produk dan pelaksanaannya.
4. Menambah perkembangan ilmu pengetahuan di bidang bahan dan struktur
dengan penelitan beton ringan bakteri dan kajian dalam bahan dan struktur.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
(Nasser et al., 2022) melakukan penelitian yaitu mengenai pengembangan
beton self-healing berbasis biologi yang bertujuan untuk meminimalkan masalah
durabilitas terkait retak. Bacillus pasteurii (BP) dan Bacillus sphaericus (BS)
ditambahkan ke dalam campuran mortar dengan berat semen 0,25% dan 0,5%.
Dengan hasil semua sampel yang diberi perlakuan menunjukkan peningkatan
kekuatan tekan yang signifikan sebesar 28 – 50%, setelah 28 hari perawatan dan
pada umur 120 hari, kekuatan lentur semua sampel yang diberi perlakuan
meningkat secara signifikan sebesar 19,29 – 65,94%.
Gambar 2. 4 (a) Hasil uji kuat tekan, (b) Hasil uji kaut lentur
Sumber: (Nasser et al., 2022)
Gambar 2. 5 Grafik hubungan kuat tekan dan berat jenis trial mix
Sumber: (Rochman et al., 2021)
10
Gambar 2. 7 (a) Pola pembebanan terhadap beban siklus, (b) Pola simpangan lateral
terhadap beban siklis
Sumber: (Rochman et al., 2021)
11
No Nama Peneliti Variabel/ Metode Hasil dan Kesimpulan
3. (Soundari et al., Bacillus subtilis - Presentase kuat tekan beton berkisar antara
2015) Metode: 12,32% sampai 30,05% pada umur yang
MICP (Microbial berbeda.
Incuded Calcite - Presentase peningkatan kuat tarik belah berkisar
Precipitation) antara 13,80% sampai 18,45 % pada umur yang
berbeda.
- Presentase peningkatan kekuatan tarik lentur
berkisar antara 13,19% sampai 15,56% pada
umur yang berbeda.
- Biaya beton bakteri meningkat 15% dari beton
konvensional.
4. (Shashank et al., Bacillus subtilis, - penggunaan bakteri dalam beton layak dan juga
2022) bacillus akan mengubah parameter fraktur dan lendutan
sphaericus, sillica balok beton bertulang. Karena daya dukung
fume, fly ash beban MICP, lendutan pada beban ultimate,
kapasitas penyerapan energi, faktor daktilitas
dan momen tahanan ultimat dari semua balok
dengan dan tanpa campuran mineral dilakukan
dengan baik.
- perilaku fraktur beton self-healing, penggunaan
bakteri meningkatkan perilaku fraktur beton
normal.
- beton terkontrol pada beban ultimit ditemukan
retakan yang lebih lebar dengan jumlah retakan
yang lebih sedikit. Namun pada kasus beton
bakteri, retakan ditemukan dalam jumlah yang
besar namun lebar retakan tersebut sangat kecil
dibandingkan dengan beton terkontrol.
- beton bakteri mengambil lebih banyak beban dan
defleksi diamati dan ini mungkin karena
pengajuan retakan mikro oleh presipitasi
Kalsium Karbonat oleh spesies bakteri.
5. (Sudharsanan Bacillus - Sifat-sifat semen relatif mirip dengan flyash dan
& Professor, megaterium, GGBS.
2020) GGBS (ground - Flyash dan GGBS juga dapat digunakan untuk
granulated blasst penggantian sebagian semen.
furnace slag) - Umumnya ada tiga jenis uji kekuatan yang
Metode: MICP dilakukan di laboratorium. Ini pengujian kita
(Microbial mengetahui parameter kekuatan benda uji beton
Incuded Calcite standar. Nilai kuat tekan, tarik, dan lentur berada
Precipitation) dalam batas yang ada untuk benda uji beton
standar.
6. (Mote & Bakteri - Biaya agen penyembuhan kalsium laktat cukup
Ghodke, karbonoklastik tinggi sehingga membuat beton self-healing
2018) Metode: MICP lebih mahal daripada beton konvensional.
(Microbial - Beton bakteri adalah beton pintar yang
Incuded Calcite menunjukkan karakteristik penyembuhan diri
Precipitation), seperti manusia yang meningkatkan kekuatan
enskapsulasi struktur, terutama di bawah tegangan.
bakteri - Remediasi retak yang efektif dengan
impermeabilitas kelembaban maksimum adalah
salah satu aset mencolok dari beton yang dapat
menyembuhkan diri sendiri.
12
No Nama Peneliti Variabel/ Metode Hasil dan Kesimpulan
7. (Karthik & Bakteri - Eksperimen menunjukkan bahwa konsentrasi sel
Mohan RaoP, karbonoklastik 1juta sel/ml air dalam pasta semen dan spesimen
2016) (bacillus mortar memiliki peningkatan kuat tekan yang
pasteurii, bacillus lebih tinggi hingga 39,8% , 33,07% dan 50% ,
subtilis) 28,2%.
Metode: MICP - Kuat tekan yang diamati selama 91 hari
(Microbial memberikan hasil yang memuaskan
Incuded Calcite dibandingkan dengan kuat tekan yang diamati
Precipitation), selama 28 hari untuk konsentrasi bakteri 10 5
enskapsulasi sel/ml.
bakteri - Perlakuan biologis dari komposit semen
menghasilkan penyegelan retakan dan
penurunan permeabilitas air.
8. (Nair et al., Bacillus subtilis, - media dan enkapsulasi nutrisi yang tepat, dan
2022) bacillus pasteurii, masalah lingkungan (pH, suhu) mempengaruhi
bacillus teknologi biomineralisasi.
sphaericus, - pengendapan CaCO3melalui aktivitas mikroba
bacillus cohnii meningkatkan sifat mekanik dan daya tahan
Metode: MICP beton self-healing.
(Microbial - Pengendapan bakteri CaCO3 dengan
Incuded Calcite memanfaatkan hidrolisis urea merupakan
Precipitation), teknologi yang paling menjanjikan
enskapsulasi dibandingkan dengan metode lainnya.
bakteri - bakteri pada beton meningkatkan sifat mekanik
dan durabilitas serta penyembuhan retak.
9. (Qureshi & Autogenus self- - Penyembuhan otonom dalam beton, berbeda
Al-Tabbaa, healing (bahan dengan penyembuhan autogenous,
2020) kimia), autonomic membutuhkan pelepasan agen pemicu
self-healing penyembuhan diri dari enkapsulasi cadangan
(mikroorganisme) atau jaringan suplai berkelanjutan. Ini untuk
lebih meningkatkan efisiensi penyembuhan diri
beton dibandingkan dengan proses
penyembuhan autogenous.
- Sistem penyembuhan mandiri otonom yang
populer adalah mikroenkapsulasi,
mikrovaskular, dan pelet dengan berbagai agen
penyembuhan otonom seperti epoksi,
sianoakrilat, metil metakrilat, larutan alkali-
silika, mineral, dan mikroorganisme.
10. (Jonkers & Bacillus cohnii, - Aditif organik untuk campuran pasta dapat
Schlangen, bacillus mengakibatkan hilangnya kekuatan yang tidak
2008) halodurans, diinginkan, efek bakteri dan senyawa organik
bacillus (prekursor bio-mineral potensial) pada kekuatan
pseudofirmus tekan atau tarik belah.
- Penggabungan sejumlah besar spora bakteri
dalam pasta (6 × 108cm−3) menghasilkan
penurunan kekuatan tekan sekitar 10% sebagai
nilai sebesar (dibandingkan dengan kontrol)
menjadi 91, 92 dan 93% setelah 3, 7 dan 28 hari
perawatan.
11. (Karimi & Bacillus subtilis, - perlakuan biologis permukaan beton
Mostofinejad, barchip, mengurangi transfer muatan dalam spesimen
2020) polypropylene, karena pembentukan lapisan kalsium karbonat
steel fibers pada permukaan beton yang menghambat
penetrasi ion ke dalam beton.
13
No Nama Peneliti Variabel/ Metode Hasil dan Kesimpulan
Metode: MICP - Kehadiran serat dalam matriks beton diamati
(Microbial untuk mencegah penetrasi CO2 sampai batas
Incuded Calcite tertentu dan untuk mengurangi kedalaman
Precipitation). karbonasi. Kedalaman karbonasi ini lebih sedikit
pada spesimen yang diawetkan selama 56 hari
sementara itu meningkat pada spesimen yang
diawetkan dalam larutan kalsium karbonat-urea
selama 28 dan 56 hari; ini disebabkan
meningkatnya keasaman beton sebagai akibat
dari adanya kalsium laktat.
- Penggunaan bakteri baik dalam campuran beton
dan gel perawatan permukaan dengan adanya
sumber kalsium menyebabkan pembentukan
endapan kalsit dan, dengan demikian,
mengurangi kedalaman karbonasi. Diamati
bahwa penggunaan bakteri dalam campuran
beton memiliki dampak yang lebih besar pada
peningkatan parameter ini daripada
penggabungannya dalam gel perawatan.
Pengurangan terbesar dalam kedalaman
karbonasi karena penggunaan bakteri yang
diamati pada spesimen yang diperkuat dengan
barchip.
12. (Yatish Reddy Bacillus subtilis, - Bacillus Subtilis dengan konsentrasi sel 105-
et al., 2020) bacillus sel/ml menunjukkan peningkatan sifat mekanik
sphaericus, yang baik. Pada PH Beton, bakteri Terpilih harus
bacillus pasteurii, melawan, dan memetabolisme kalsium
bacillus asetat/laktat menjadi kalsium karbonat.
megaterium. - Penelitian lebih lanjut diperlukan dalam metode
Metode: direct enkapsulasi, dimana enkapsulasi melindungi
method, spora bakteri. Di masa depan, self-healing beton
enskapsulasi dapat digunakan secara luas dalam industri
baktreri konstruksi.
13. (Bagga et al., Alkalihalobacillus - Penyembuhan diri material secara biologis telah
2022) pseudofirmus, membawa banyak optimisme, tetapi kemajuan
bacillus cereus, teknik yang terbatas dibuat di bidang ini.
bacillus cohnii, - Jika kita ingin memahami dan memprediksi
bacillus subtitlis, batas sebenarnya dari proses ini, kita
dan bakteri memerlukan model yang efektif, andal, dan
karbonoklastik terperinci untuk melengkapi eksperimen dan
lainnya. praktik pada skala yang lebih besar.
Metode: MICP - Model skala makro BBSHC saat ini
(Microbial diinformasikan pada tingkat konstitutif dengan
Incuded Calcite model sederhana, biasanya pada tingkat celah
Precipitation). tunggal, yang terlalu menyederhanakan proses
MICP.
- diperlukan baik di sisi mineral maupun di sisi
simulasi biologis untuk mengatasi kompleksitas
proses yang sedang dimainkan.
14. (Nodehi et al., Bacllus - Proses penyembuhan retak beton bakteri
2022) sphaericus, tergantung pada ketersediaan nutrisi dan
sporosarcina/ kelangsungan hidup bakteri. Proses ini,
bacillus pasteurii, meskipun telah dilakukan dalam banyak
bacillus subtilis penelitian, membutuhkan adaptasi teknik
tertentu untuk melestarikan organisme hidup
14
No Nama Peneliti Variabel/ Metode Hasil dan Kesimpulan
Metode: MICP yang merupakan tantangan besar bagi penerapan
(Microbial bio-beton self-healing skala besar.
Incuded Calcite - Salah satu tantangan utama melestarikan bakteri
Precipitation). dalam media beton adalah tingkat pH beton yang
tinggi. Dalam hal itu, hanya strain bakteri
tertentu (misalnya, strain bakteri alkaliphile)
yang saat ini digunakan. Di antara strain bakteri
alkaliphile, penggunaan Bacillus Sphaericus,
Bacillus Pasteurii dan Bacillus Subtilis dalam
produksi beton bakteri adalah yang paling cocok
untuk aplikasi self-healing.
- Metode penerapan yang paling umum dari
penambahan bakteri ke beton adalah
penyemprotan ke permukaan beton,
penambahan ke dalam campuran, dan
enkapsulasi dalam campuran agar tetap tidak
aktif sampai terbentuk retakan, dimana bakteri
menjadi aktif dan memulai proses
biomineralisasi.
- menerapkan bakteri melalui penambahannya ke
dalam campuran, penerapan penyemprotan
dapat menjadi praktik yang lebih cocok karena
bakteri dijauhkan dari media campuran beton
yang sangat basa.
15. (Kamran, Bakteri - Seperti disebutkan sebelumnya, beton self-
2022) karbonoklastik healing juga dapat digunakan pada struktur beton
(bacillus subtilis, yang ada. Perusahaan memproduksi tiga jenis
bacillus produk yang secara terpisah dapat digunakan
megaterium, dll) dalam struktur beton eksisting dan konstruksi
Metode: MICP beton yang sedang berlangsung. Produk pertama
(Microbial adalah Basilisk Healing Agent yang dapat
Incuded Calcite dicampur dengan beton biasa. Produk kedua
Precipitation), adalah self-healing repair Mortar MR3 yang
enkapsulasi disebut juga semen self-healing past. MR3
bakteri. digunakan untuk retak beton yang ada. Produk
ketiga adalah sistem perbaikan cair ER7 yang
merupakan beton self-healing untuk retakan
kecil yang ada dalam bentuk cair.
16. (Durga et al., Bacillus subtilis - campuran beton bio setelah 28 hari perawatan
2020) Metode: MICP mencapai peningkatan kuat tekan 22%, kuat
(Microbial tarik belah 16% dan kuat lentur 11%
Incuded Calcite dibandingkan dengan beton konvensional. Sifat
Precipitation). padat beton telah diperiksa dengan nilai
pulsevelocity ultrasonik. Tes sorpitivitas dan
penyerapan air menilai sifat daya tahan dari
sampel beton konvensional dan bakteri, dimana
keberadaan bakteri memperkaya sifat daya tahan
spesimen beton berbasis bakteri.
17. (Manzur et al., Brick aggregate, - Microbiologically Induced Calcite Precipitation
2019) bakteri bacillus (MICP) menggunakan bakteri urease positif asli
pasteurii inkubasi yang dikumpulkan dari tanah dengan dua
24 jam dan 48 jam periode inkubasi 24 jam dan 48 jam
Metode: MICP dipertimbangkan untuk kultur bakteri.
(Microbial - Metode absorptiometrik digunakan untuk
Incuded Calcite mengamati pertumbuhan populasi bakteri akibat
15
No Nama Peneliti Variabel/ Metode Hasil dan Kesimpulan
Precipitation), variasi periode inkubasi dengan hasil ditemukan
compressive bahwa inkubasi 48 jam lebih efektif daripada
strength test, inkubasi 24 jam.
RCPT (Rapid - Semakin lama inkubasi menghasilkan
Chloride pengurangan hampir dua kali lipat dalam uji
Penetration Test), penyerapan agregat. Kuat Tekan, RCPT dan
RMT (rapid RMT beton agregat bata hasil inkubasi 48 jam
migration test) masing-masing menunjukkan peningkatan 14%,
27% dan 43% dibandingkan beton bata tanpa
perlakuan.
18. (Nasser et al., Bacillus pasteurii, - Semua sampel yang diberi perlakuan
2022) bacillus menunjukkan peningkatan kekuatan tekan yang
sphaericus signifikan sebesar 28 – 50%, setelah 28 hari
Metode: MICP perawatan dan pada umur 120 hari.
(Microbial - Kekuatan lentur semua sampel yang diberi
Incuded Calcite perlakuan meningkat secara signifikan sebesar
Precipitation), 19,29 – 65,94%.
compressive test, - Penyembuhan diri mikrobial adalah pendekatan
fleural strength inovatif untuk perbaikan terus-menerus retakan
test mikro pada beton, meningkatkan daya tahannya,
sehingga dapat mengurangi biaya perawatan.
19. (Zhang et al., Bakteri bacillus - Perlakuan MICP mengendapkan kristal CaCO3
2022) pasteurii, steel pada permukaan serat baja tanpa kerusakan
fiber, UHPC parah pada permukaan serat. Lapisan CaCO3
(Ultra-High meningkatkan kekuatan ikatan serat/matriks dan
Performance energi penarikan serat dalam UHPC. Perlakuan
Concrete) MICP moderat menghasilkan ~0,18 g/g(serat)
Metode: MICP lapisan CaCO3 menunjukkan kinerja terbaik
(Microbial dalam meningkatkan sifat ikatan.
Incuded Calcite - Lapisan CaCO3 meningkatkan kekasaran dan
Precipitation), hidrofilisitas permukaan serat baja, sehingga
compressive test, meningkatkan kinerja ikatan serat/matriks di
UHPC.
- Dengan peningkatan sifat ikatan, kekuatan tekan
dan kekuatan lentur UHPC dapat meningkat
secara signifikan masing-masing ~16% dan
~50%, dengan perlakuan MICP pada serat baja.
Studi ini menunjukkan efektivitas penggunaan
perlakuan MICP untuk meningkatkan ikatan
antara serat baja dan matriks UHPC.
Beton Ringan (lightweight concrete)
No Nama Peneliti Variabel/ Metode Hasil dan Kesimpulan
20. (Rochman et Fiberglass, - kandungan fiberglass maka densitas semakin
al., 2021) foamagent kecil, tetapi semakin besar konsentrasi foam
Metode: taguchi, agent terhadap air maka densitas spesimen akan
SNI 03-1974- semakin besar.
1990 untuk - Dari hasil pengujian kuat tekan diketahui bahwa
pengujian kuat semakin besar rasio air-semen dan kandungan
tekan, ASTM fiberglass maka kuat tekannya akan semakin
E2126-2011 kuat kecil, sebaliknya semakin besar konsentrasi
geser dinding foamagent terhadap air maka nilai kuat tekan
yang diperoleh akan semakin besar.
- Dari hasil uji kuat geser dinding pasangan bata
ringan interlocking (dikelilingi oleh rangka
beton bertulang) dengan berat jenis 782 kg/m3
16
No Nama Peneliti Variabel/ Metode Hasil dan Kesimpulan
dan kuat tekan 31,7 kg/cm2, diperoleh kuat geser
struktur dinding pasangan bata interlocking
sebesar 35,71 kN/mm, artinya lebar masing-
masing sebesar 1 mm dinding dapat menahan
beban sebesar 35,71 kN. Kekakuan elastis
sebesar 2,55 kN/mm, perpindahan leleh sebesar
14,96 mm, beban 'hasil' sekitar 38,25 kN dan
daktilitasnya sebesar 2,61. Dari uji geser sistem
dinding dapat disimpulkan bahwa semakin
banyak dinding yang rusak atau retak maka
kekakuan struktur akan semakin berkurang.
21. (Hashim & Foaming agent - Bahan pembusa berbasis protein memiliki
Tantray, 2021) berbasis sintetik kekuatan dan stabilitas yang lebih tinggi
dan foaming dibandingkan dengan bahan pembusa sintetik.
agent berbasis - Jenis foaming agent yang digunakan
protein mempengaruhi sifat mekanik dan fisik beton
Metode: foam. kuat tekan busa beton berbahan dasar
compressive protein lebih besar daripada beton busa berbahan
strength, SEM dasar sintetik pada semua kepadatan yang
analysis dipertimbangkan dalam penelitian ini.
- nilai penyusutan pengeringan pada beton
berbusa lebih rendah pada kepadatan rendah,
karena pada dasarnya tergantung pada
kandungan pasta dalam campuran.
- dari analisis struktur mikro, beton berbusa
berbasis protein memiliki ukuran pori yang lebih
halus, spektrum ukuran pori yang lebih sempit,
dan konektivitas pori yang berkurang dengan
batas yang ditentukan yang menghasilkan
kinerja yang lebih baik.
- hubungan ditetapkan antara dosis busa dan
kerapatan kering. Persamaan yang diturunkan
akan membantu untuk memahami jumlah
volume busa yang akan digunakan untuk
mendapatkan kerapatan kering yang diinginkan.
22. (Liu et al., Foam agent, - Keberadaan foam stabilizer memberikan efek
2019) polypropylene positif pada kinerja insulasi panas dan kekuatan
(PPF) mekanik karena perbaikan struktur pori. Selain
itu, kekuatan lentur dan tekan spesimen berbusa
ditingkatkan melalui penambahan PPF. Namun,
kelebihan serat memiliki efek sebaliknya pada
sifat mekanik karena agregasi PPF di dalam
matriks komposit.
23. (Hou et al., Foam agent - Interaksi antara foaming agent dan semen
2021) memainkan peran yang lebih besar dalam proses
pembentukan beton busa.
- Sifat antarmuka gas-cair beton busa merupakan
faktor yang paling penting untuk kinerja beton
busa, yang menentukan stabilitas beton busa
segar, struktur pori dan produk pada dinding pori
beton busa yang mengeras.
24. (Panesar, Foam agent - Rongga udara yang kurang terhubung
2013) berbasis protein menghasilkan penurunan kekuatan tekan yang
dan sintetik lebih rendah, beberapa penelitian telah
17
No Nama Peneliti Variabel/ Metode Hasil dan Kesimpulan
melaporkan karakterisasi rinci dari struktur
mikro beton ringan.
- Beton ringan memiliki potensi yang baik untuk
digunakan untuk aplikasi struktural ringan
karena evolusi sifat mekanik, sifat transportasi
dan ketahanan termal, tetapi sangat sensitif
terhadap jenis bahan pembusa yang digunakan.
- Jenis foaming agent memiliki efek nyata pada
resistansi termal dan koefisien sorptivitas tetapi
kurang berpengaruh pada sifat mekanik.
25. (Mugahed PP fiber, fiber, - Dimasukkannya serat polipropilena dan asap
Amran et al., foam agent, silica silika meningkatkan kekuatan beton berbusa ke
2020) fume tingkat 20%–50% lebih besar daripada beton
Metode: referensi yang sesuai.
compressive test, - Dalam campuran beton berbusa yang dirancang
flexural test. serupa, serat polipropilen secara instan
Splitting tensile meningkatkan kekuatan tarik, yang mencapai ½
strengths kali sampel kontrol yang identik.
- Penambahan silica fume sedikit berpengaruh
pada susut kering.
- Campuran beton berbusa yang sama dengan
serat polipropilen meningkatkan sifat ketahanan
susut, dimana nilainya berkisar antara 900.106
sampai 1300.106 pada 150 hari.
Sumber: dokumen pribadi
18
Sumber: Tjokrodimulyo, 2007
Menurut SNI-03-2847-2002, beton ringan adalah beton yang mengandung
agregat ringan dan mempunyai berat jenis tidak lebih dari 1900 kg/m3. Oleh karena
itu, berdasarkan (Tjokrodimulyo, 2007) cara mendapatkan beton ringan dapat
dibedakan menjadi 3 jenis dasar sebagai berikut:
1. Beton agregat ringan
2. Beton busa
3. Beton tanpa agregat halus (non-pasir)
Penggolongan kelas beton ringan berat jenis beton dan kuat tekan yang
harus dipenuhi syarat tertentu dibagi menjadi 3 jenis sebagai berikut:
1. Beton ringan dengan berat jenis rendah (Low Density Concrete) untuk non-
strukutral dengan berat jenis beton 300 – 800 kg/m3 dan kuat tekan beton antara
0,35 – 7 MPa yang umumnya digunakan digunakan seperti untuk dinding
pemisah atau dinding isolasi.
2. Beton ringan dengan kekuatan menengah (Moderate Strength Concrete) untuk
struktur ringan dengan berat jenis 800 – 1350 kg.m3 dan kuat tekan beton antara
7 – 17 MPa (Ovri & Okereke, 2020) yang digunakan seperti dinding yang juga
memikul beban.
3. Beton ringan struktural (Structural Lightweight Concrete) untuk struktur
dengan berat jenis 1350 – 1900 kg/m3 dan kuat tekan > 17 MPa (Ovri & Okereke,
2020) yang dapat digunakan sebagaimana beton normal.
19
dalam keadaan Saturated Surface Dry (SSD)/ jenuh kering pada permukaan. Jenuh
kering pada permukaan adalah keadaan dimana permukaan agregat tidak ada
airnya, tetapi bagian dalanya terisi oleh air. Agergat beton dibedakan menjadi dua
jenis yaitu agregat kasar dan agregat halus sebagai berikut:
1. Agregat Kasar
Agregat adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 5 mm – 40 mm (Nasional, 2002.). Agregat kasar adalah agregat
yang tertahan di saringan no.4. Menurut (Nasional, 2000.) syarat gradasi untuk
agregat kasar ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 2. 6 Gradasi pada Agregat Kasar
20
Gambar 2. 9 Grafik Gradasi Agregat Kasar Maks 20 mm
Sumber: (SNI 03-2834-2000)
2. Agregat Halus
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disitegrasi alami batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm (Nasional, 2000.). syarat gradasi untuk agregat halus (pasir) dibagi
menjadi empat kelompok menurut gradasinya yang ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 2. 7 Gradasi pada Agregat Halus
21
4,8 No.4 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100
2,4 No.8 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100
1,2 No.16 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100
0,6 No.30 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100
0,3 No.50 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50
0,15 No.100 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15
Sumber: (SNI 03-2834-2000)
22
Gambar 2. 13 Gradasi Agregat Halus No.3
Sumber: (SNI 03-2834-2000)
24
dunia. Namun kehadiran retakan mengurangi durabilitas beton struktur beton
(Sudharsanan & Professor, 2020).
2. Retak miring karena geser terjadi pada bagian balok beton bertulang baik
retak bebas atau perpanjangan retak lentur. Hal ini terjadi pada penampang
dengan flens yang besar dan tipis. Retak miring dapat dilihat pada gambar
25
1. Hidrolisis urea menjadi karbonat
2. Memanfaatkan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh respirasi bakteri.
Jalur pertama terjadi melalui hidrolisis urea. Selama reaksi yang
ditunjukkan di bawah, dinding sel bakteri bermuatan negatif, menyebabkan kation
tertarik dari sekitarnya (Karthik & Mohan RaoP, 2016). Di lingkungan yang kaya
kalsium, ion kalsium (Ca2+) disimpan di permukaan sel. Hal ini menyebabkan
reaksi selanjutnya antara karbonat dan ion kalsium, menghasilkan pengendapan
batu kapur di permukaan sel (Karthik & Mohan RaoP, 2016). Sayangnya, setelah
retakan terisi, permukaan bakteri dilapisi dengan batu kapur, mengakibatkan
kematian mikroorganisme (Mote & Ghodke, 2018). Persamaan awal dan akhir untuk
jalur pertama adalah sebagai berikut (Karthik & Mohan RaoP, 2016).
Sistem persamaan:
CO(NH2)2 + H2O → NH2COOH + NH3 (2.1)
NH2COOH + H2O → NH3 + H2CO3 (2.2)
2NH3 + 2H2O → 2NH4+ + 2OH- (2.3)
H2CO3 + H2O → HCO3- + H3O+ (2.4)
HCO3- + H2O → CO32- + H3O+ (2.5)
2H3O+ + 2OH- → 4H2O (2.6)
Reaksi bersih:
CO(NH2)2 + 2H2O → CO32- + 2NH4+ (2.7)
Hasil akhir reaksi:
Ca2+ + CO32- → CaCO3 (2.8)
Dari reaksi jalur pertama munculnya amonium (NH4) sebagai produk
sampingan dalam persamaan di atas mungkin memiliki efek negatif pada beton,
sehingga jalur kedua dapat digunakan.
Disebutkan oleh (Karthik & Mohan RaoP, 2016) Jalur kedua melibatkan
penggunaan karbon dioksida yang dihasilkan akibat respirasi bakteri. Proses ini
membutuhkan lingkungan yang kaya kalsium dan pH tinggi. Perlunya lingkungan
yang sangat basa adalah menyediakan ion hidroksida tingkat tinggi yang
bertanggung jawab untuk menjaga spontanitas reaksi. Persamaan untuk jalur kedua
adalah sebagai berikut:
CO2(g) ↔ CO2(aq) (2.9)
26
CO2(aq) + H2O ↔ H2CO3 (2.10)
H2CO3 + H2O ↔ HCO3- + H3O+ (2.11)
HCO3- + H2O ↔ CO32- + H3O+ (2.12)
Ca2+ + CO32- → CaCO3 (2.13)
Seperti disebutkan sebelumnya, kalsium laktat adalah sumber makanan kaya
nutrisi yang tersedia bagi bakteri di dalam beton. Prosesnya melibatkan konversi
metabolisme kalsium laktat untuk menghasilkan kalsium karbonat oleh bakteri.
Persamaan pertama untuk pembentukan batu kapur adalah sebagai berikut (Karthik
& Mohan RaoP, 2016).
Ca(C3H4O3)2 + 6O2 → CaCO3 + 5CO2 + 5H2O (2.14)
Dalam persamaan diatas, bakteri memanfaatkan oksigen, kelembaban dan
kalsium laktat untuk melakukan akitivitas metabolisme yang menghasilkan
pembentukan kalsium karbonat. CO2 yang dihasilkan dari respirasi bakteri dapat
bereaksi dengan portlandit (Ca(OH)2) yang ada dalam semen, menghasilkan lebih
banyak lagi batu kapur (Karthik & Mohan RaoP, 2016). Peesamaan untuk
pembentukan batu gamping sebagai berikut (Karthik & Mohan RaoP, 2016):
5CO2 + 5Ca(OH)2 → 5CaCO3 + 5H2O (2.15)
Jadi, dari persamaan di atas cukup jelas bahwa 1 mol kalsium karbonat
mampu menghasilkan 1 mol kalsium karbonat dan reaksi 5 mol karbon dioksida
dengan 5 mol portlandite (Ca(OH)2) menghasilkan pembentukan 5 lainnya. mol
batugamping. Terbukti bahwa sejumlah besar batu kapur dapat diproduksi melalui
proses ini yang cukup efektif untuk menutup retakan pada beton.
2.7 Bakteri
Bakteri adalah kelompok mikroogranisme bersel satu yang diklasifikasikan
pada tingkat domain, bakteri digolongkan sebagai prokariota (Porter, 1976). Bakteri
adalah salah satu dari kelompok organisme prokariotik (tidak berselubung). Bakteri
adalah organisme yang memiliki informasi genetik berupa DNA, tetapi tidak
memiliki lokasi spesifik (inti) dan tidak memiliki membran inti. Bentuk DNA
bakteri berbentuk lingkaran, memanjang, dan sering disebut nukleolus. Bakteri
DNA tidak memiliki intron dan hanya terdiri dari akson. Bakteri juga memiliki
DNA ekstrachromosomal yang dihubungkan oleh untuk membentuk plasmid
27
sirkular kecil (Jawetz et al., 2005).
28
Family : bacillaceae
Genus : bacillus
Spesies : bacillus subtilis
30
Gambar 2. 20 Proses pembuatan spora bakteri
Sumber: (Kanwal et al., 2022)
33
suplai berkelanjutan. Ini untuk lebih meningkatkan efisiensi penyembuhan diri
beton dibandingkan dengan proses penyembuhan autogenous. Sistem
penyembuhan mandiri otonom yang populer adalah mikroenkapsulasi,
mikrovaskular, dan pelet dengan berbagai agen penyembuhan otonom seperti
epoksi, sianoakrilat, metil metakrilat, larutan alkali-silika, mineral, dan
mikroorganisme. Pembagian sistem self-healing concrete dijelaskan pada gambar
berikut.
34
secara otomatis tanpa keterlibatan manusia seperti yang ditunjukkan pada Gambar
35
Gambar 2. 25 Ilustrasi Uji Tekan
Sumber: SNI-03-6825-2022
Keterangan:
P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang (cm2)
Bila tidak ada ketentuan lain konversi kuat tekan beton dari bentuk kubus
ke bentuk silinder, maka digunakan angka perbandingan kuat tekan seperti berikut:
Tabel 2. 9 Daftar Konversi Uji Kuat Tekan Beton
Keterangan:
Fct = kuat tarik belah dalam MPa
P = beban uji maksimum (beban belah/hancur) dalam (N) yang ditunjukkan
mesin tekan
L = panjang benda uji dalam mm menurut sub pasal 5.3
D = diameter benda uji dalam mm menurut sub pasal 5.3
Catatan:
1.) Satuan menurut sistem internasional (SI) untuk tegangan ekivaken dengan 10 -5 kgf/cm2 dan
ditulis dengan notasi Pa
2.) Nilai = 106 Pa ~ dengan 10 kgf/cm2 dan ditulis dengan notasi MPa
3.) Satuan menurut sistem internasional (SI) untuk gaya ~ dengan 0,1 kgf dan ditulis dengan notasi
N
4.) 103 N ~ dengan 102 kgf dan ditulis dengan notasi kN.
37
Gambar 2. 27 Benda uji, perletakan, dan pembebanan pada uji lentur beton
Sumber: SNI 4431-2011
Untuk pengujian dimana bidang patah terletak di daerah pusat (daerah 1/3
jarak titik perletakan bagian tengah), maka kuat lentur beton dihitung menurut
persamaan sebagai berikut.
Keterangan:
𝜎1 = kuat lentur benda uji dalam satuan MPa
P = beban tertinggi yang terbaca pada mesin uji (pembacaan dalam ton sampai
3 angka di belakang koma)
L = jarak (bentang) antara dua garis perletakan dalam satuan mm
b = lebar tampang lintang patah arah horizontal dalam satuan mm
h = lebar tampang lintang patah arah vertikal dalam satuan mm
a = jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar yang terde-
kat, diukur pada 4 tempat pada sudut dari bentang dalam satuan mm
38
Untuk perngujian dimana patahnya benda uji ada diluar pusat (daerah 1/3
jarak titik perletakan bagian tengah), dan jarak antara titik pusat dan titik patah
kurang dari 5% dari jarak antara titik perletakan maka kuat lentur beton dihitung
menurut persamaan sebagai berikut:
Gambar 2. 29 Patah di luar 1/3 bentang tengah dan garis patah pada <5% dari bentang
Sumber: SNI 4431-2011
𝑃.𝑎
𝜎1 = 𝑏ℎ2 (2.19)
Keterangan:
𝜎1 = kuat lentur benda uji dalam satuan MPa
P = beban tertinggi yang terbaca pada mesin uji (pembacaan dalam ton sampai
3 angka di belakang koma)
L = jarak (bentang) antara dua garis perletakan dalam satuan mm
b = lebar tampang lintang patah arah horizontal dalam satuan mm
h = lebar tampang lintang patah arah vertikal dalam satuan mm
a = jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar yang terde-
kat, diukur pada 4 tempat pada sudut dari bentang dalam satuan mm
Catatan:
1.) Satuan menurut sistem internasional (SI) untuk tegangan ekivaken dengan 10 -5 kgf/cm2 dan
ditulis dengan notasi Pa
2.) Nilai = 106 Pa ~ dengan 10 kgf/cm2 dan ditulis dengan notasi MPa
3.) Satuan menurut sistem internasional (SI) untuk gaya ~ dengan 0,1 kgf dan ditulis dengan notasi
N
4.) 103 N ~ dengan 102 kgf dan ditulis dengan notasi kN.
39
BAB III
METODOLOGI
40
11.) Pengujian Kuat Lentur
Benda Uji Balok
c. Penulisan Laporan Penelitian
3.2 Data
Data-data yang digunakan pada penelitian beton ringan bakteria yang bisa
menyembuhkan diri sebagai berikut:
3.2.1. Data Primer
Data primer yang digunakan pada penelitian beton ringan bakteria sebagai
berikut:
1. Desain Sampel Penelitian
Sampel awal dalam penelitian ini adalah trial mix design menggunakan benda
uji kubus untuk uji kuat tekan dengan dimensi 15 cm, lebar 15 cm, tinggi 15 cm
setelah berumur 28 hari berjumlah 16 buah. Berdasarkan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh (Rochman et al., 2021) rincian presentase fiberglass terhadap
komposisi campuran adalah 1%; 1,5%; 2%; 2,5% dari berat semen. Dari penelitian
itu didapatkan hasil dengan penambahan fiberglass 1% dan kosentrasi foam 1:10
dengan nilai FAS 0,6 merupakan campuran paling optimum. (Rochman et al., 2021)
menggunakan metode Taguchi untuk menyusun variasi campuran yang akan diuji.
Berikut adalah variasi campuran faktor air semen, konsentrasi foam agent terhadap
air, dan prosentasi fiberglass terhadap berat semen untuk pengujian benda uji kubus
yang ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 3. 2 Rincian Perbandingan Komposisi Beton Ringan
Control and Level
Jumlah
Run Faktor Air Konsentrasi foam Presentase fiberglass
Sampel
Semen agent terhadap air terhadap berat semen
1 0,50 1:20 1% 1 buah
2 0,50 1:15 1,5% 1 buah
3 0,50 1:12,5 2% 1 buah
4 0,50 1:10 2,5% 1 buah
5 0,55 1:20 2% 1 buah
6 0,55 1:20 2,5% 1 buah
41
7 0,55 1:12,5 1% 1 buah
8 0,55 1:20 1,5% 1 buah
9 0,60 1:15 2,5% 1 buah
10 0,60 1:15 1% 1 buah
11 0,60 1:12,5 1,5% 1 buah
12 0,60 1:10 2% 1 buah
13 0,65 1:20 1,5% 1 buah
14 0,65 1:15 2% 1 buah
15 0,65 1:12,5 2,5% 1 buah
16 0,65 1:10 1% 1 buah
Total Sampel 16 buah
Sumber: (Rochman et al., 2021)
42
Gambar 3. 2 Benda Uji Tarik Belah Silinder
Sumber: dokumentasi pribadi
43
4P8 P6-125
2. Mutu Sampel
Mutu beton : mengikuti referensi (Safiuddin et al., 2022) menggunakan
beton M20
Foam agent : Foam Agent GF 1420
3.2.2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan pada penelitian beton ringan bakteria yang
bisa menyembuhkan diri ini sebagai berikut:
1. Referensi dari jurnal, buku-buku, dan peraturan yang berlaku yang bersifat
menunjang dan berkaitan dengan skripsi tentang perencanaan beton.
2. Jurnal “STUDI PENYEMPURNAAN MODEL BATA RINGAN BERKAIT
DAN PENGUJIAN STRUKTUR DINDING AKIBAT GESER BIDANG” oleh
Aditya (2020) sebagai acuan komposisi campuran fiberglass dan foam agent
3. Jurnal “A STUDY ON SELF-HEALING CONCRETE” oleh (Safiuddin et al.,
2022) sebagai acuan komposisi beton dan bakteri.
4. Jurnal “AN EXPERIMENTAL STUDY ON STRENGTHENING OF
CONCRETE BY USING BACTERIAL MINERAL PRECIPITATION” oleh
(Soundari et al., 2015) sebagai acuan metode pembuatan cairan bakteri untuk
beton.
44
3.3 Alur Penelitian (flowchart)
Alur pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada gambar diagram alir
dibawah ini, dan untuk penjelasan dari tiap tahap pekerjaan dapat dilihat pada sub-
sub bab yang ada di bawahnya. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, tahap I terdiri dari
studi literatur pemasalahan sampai persiapan alat dan bahan material yang
diperlukan, tahap II terdiri dari perancangan komposisi spesimen kubus dan silinder
hingga pengujian masing-masing spesimen, dan tahap III terdiri dari penentuan
komposisi optimum menurut hasil pengujian hingga kesimpulan dan saran.
Mulai
Tahap I
Studi literatur
ya ya
Tahap III
Komposisi mortar
bakteria paling optimum
menurut hasil pengujian
45
A
Selesai
f.) Foam agent, bahan utama dalam penelitian karena penambahan bahan ini
bertujuan untuk membuat gelembung atau busa pada campuran beton
ringan. Foam agent pada penelitian ini berbentuk cairan kenatl berwarna
bening, yang pada penggunaannya dicampurkan dengan air dan dimasukkan
ke alat foam generator untuk menghasilkan busa.
g.) Tulangan untuk balok polos diameter 8mm dan diameter 6mm
h.) Kawat bendrat untuk mengikat tulangan
i.) Bakteri Bacillus Subtilis yang dikultur dan dikembangbiakkan di media air
dari Laboratorium Biologi, Fakultas MIPA Univertas Negeri Malang.
47
a.) Mesin pengaduk material beton (mixer).
b.) Bor listrik dan mata bor pengaduk cat untuk mengaduk beton ringan pada
saat trial mix.
c.) Foam generator yang didalamnya terdapat kompresor dan komponen lain
yang dirakit untuk membuat foam agent menjadi busa atau foam.
d.) Cetakan kubus 15cm x 15cm x 15cm untuk pembuatan benda uji kuat tekan
kubus dan kunci pas
e.) Cetakan silinder 15cm x 30cm untuk pembuatan bendad uji kuat tekan
silinder dan kunci pas
48
f.) Bekisting balok 1 m untuk spesimen uji kuat lentur
49
m.) Neraca analitik dengan ketelitian mencapai 0,01 gram untuk menimbang
berat fiberglass
n.) Gelas ukur kapasitas 1000 ml untuk kebutuhan air dan gelas ukur kapasitas
100 ml untuk untuk kebutuhan volume foam agent pada proses
pencampuran benda uji.
bekisiting kubus 15cm x 15cm x 15cm, bekisitng silinder 10cm x 20cm, alat
pencampur beton, neraca analitik, kunci pas, sendok spesi, spatula, bor, palu karet
Alat untuk Pengujian, Pada pengujian penelitian ini menggunakan 2 alat
sebagai berikut:
50
a.) Mesin uji kuat tekan (Compression Testing Machine)
Kuat tekan beton didapatkan dari beban yang diterima beton per satuan luas,
yang menyebabkan benda uji beton hancur dan retak apabila dibebani
dengan gaya tekan yang dihasilkan dari mesin uji kuat tekan.
51
3.3.3. Rancangan Komposisi Spesimen
Spesimen Kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm, Desain rencana spesimen kubus sebagai berikut:
1. Berat jenis rencana : 1850 – 1900 kg/m3
2. Ukuran fiberglass : 1 mm – 10 mm
Berikut adalah 16 rencana variasi komposisi yang didapat dari rencana komposisi pada tabel 3.4
Tabel 3. 4 Rencana Campuran Komposisi Benda Uji Tekan Kubus
Foam Kalsium
Semen Pasir Kerikil Fiberglass Air untuk Air untuk Bakteri
Run Air (ml) agent laktat
(gram) (gram) (gram) (gram) Pasta (ml) foam (ml) 3% (ml)
(ml) (ml)
1 1024,8 1882,1 3336,8 512,4 10,2 341,6 170,8 8,5 30,7 51,2
2 1024,8 1882,1 3336,8 512,4 15,4 341,6 170,8 11,4 30,7 51,2
3 1024,8 1882,1 3336,8 512,4 20,5 341,6 170,8 13,7 30,7 51,2
4 1024,8 1882,1 3336,8 512,4 25,6 341,6 170,8 17,1 30,7 51,2
5 1024,8 1882,1 3336,8 563,6 20,5 375,8 187,9 9,4 30,7 51,2
6 1024,8 1882,1 3336,8 563,6 25,6 375,8 187,9 12,5 30,7 51,2
7 1024,8 1882,1 3336,8 563,6 10,2 375,8 187,9 15,0 30,7 51,2
8 1024,8 1882,1 3336,8 563,6 15,4 375,8 187,9 18,8 30,7 51,2
9 1024,8 1882,1 3336,8 614,9 25,6 409,9 205,0 10,2 - -
10 1024,8 1882,1 3336,8 614,9 10,2 409,9 205,0 13,7 - -
52
Foam Kalsium
Semen Pasir Kerikil Fiberglass Air untuk Air untuk Bakteri
Run Air (ml) agent laktat
(gram) (gram) (gram) (gram) Pasta (ml) foam (ml) 3% (ml)
(ml) (ml)
11 1024,8 1882,1 3336,8 614,9 15,4 409,9 205,0 16,4 - -
12 1024,8 1882,1 3336,8 614,9 20,5 409,9 205,0 20,5 - -
13 1024,8 1882,1 3336,8 666,1 15,4 444,1 222,0 11,1 - -
14 1024,8 1882,1 3336,8 614,9 20,5 444,1 222,0 14,8 - -
15 1024,8 1882,1 3336,8 614,9 25,6 444,1 222,0 17,8 - -
16 1024,8 1882,1 3336,8 614,9 10,2 444,1 222,0 22,2 - -
Sumber: hasil analisa
Mengacu pada campuran (Rochman et al., 2021) untuk komposisi fiberglass dan foam agent, direncanakan untuk massa jenis beton
tidak melebihi 1900 kg/m3. Proporsi air tidak seluruhnya dibuat untuk foam agent, akan tetapi dibagi 1/3 volume untuk foam agent dan
2/3 volume untuk pasta semen. Untuk bakteri bacillus subtilis dengan konsentrasi 106 sel/ml dituangkan ke campuran RUN 1-8 dan RUN
9-16 dibiarkan tanpa campuran bakteri.
53
Spesimen Silinder 15 x 30 cm, Desain rencana spesimen silinder ukuran 15 cm x 30 cm untuk uji kuat tarik belah sebagai berikut:
1. Berat jenis rencana : 1850 – 1900 kg/m3
2. Ukuran fiberglass : 1 mm – 10 mm
Berikut adalah 16 rencana variasi komposisi yang didapat dari rencana komposisi pada tabel 3.5
Tabel 3. 5 Rencana Campuran Benda Uji Tarik-belah Silinder
Foam Kalsium
Semen Pasir Kerikil Fiberglass Air untuk Air untuk Bakteri
Run Air (ml) agent laktat
(gram) (gram) (gram) (gram) Pasta (ml) foam (ml) 3% (ml)
(ml) (ml)
1 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 16,1 536,6 268,3 13,4 48,3 80,5
2 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 24,1 536,6 268,3 17,9 48,3 80,5
3 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 32,2 536,6 268,3 21,5 48,3 80,5
4 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 40,2 536,6 268,3 26,8 48,3 80,5
5 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 32,2 590,2 295,1 14,8 48,3 80,5
6 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 40,2 590,2 295,1 19,7 48,3 80,5
7 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 16,1 590,2 295,1 23,6 48,3 80,5
8 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 24,1 590,2 295,1 29,5 48,3 80,5
9 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 40,2 643,9 321,9 16,1 - -
10 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 16,1 643,9 321,9 21,5 - -
11 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 24,1 643,9 321,9 25,8 - -
54
Foam Kalsium
Semen Pasir Kerikil Fiberglass Air untuk Air untuk Bakteri
Run Air (ml) agent laktat
(gram) (gram) (gram) (gram) Pasta (ml) foam (ml) 3% (ml)
(ml) (ml)
12 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 32,2 643,9 321,9 32,2 - -
13 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 24,1 697,6 348,8 17,4 - -
14 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 32,2 697,6 348,8 23,3 - -
15 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 40,2 697,6 348,8 27,9 - -
16 1609,7 2956,4 5241,5 804,9 16,1 697,6 348,8 34,9 - -
Sumber: hasil analisa
Mengacu pada campuran (Rochman et al., 2021) untuk komposisi fiberglass dan foam agent, direncanakan untuk massa jenis beton
tidak melebihi 1900 kg/m3. Proporsi air tidak seluruhnya dibuat untuk foam agent, akan tetapi dibagi 1/3 volume untuk foam agent dan
2/3 volume untuk pasta semen. Untuk bakteri bacillus subtilis dengan konsentrasi 106 sel/ml dituangkan ke campuran RUN 1-8 dan RUN
9-16 dibiarkan tanpa campuran bakteri.
55
Spesimen Balok 1 meter, Desain rencana spesimen balok 1 meter untuk uji kuat lentur sebagai berikut:
1. Berat jenis rencana : 1850 – 1900 kg/m3
2. Ukuran fiberglass : 1 mm – 10 mm
Spesimen balok diambil sejumlah 4 buah balok. Kesimpulan dari penelitian oleh (Rochman et al., 2021), yaitu berdasarkan analisis
data trial mix menggunakan metode Taguchi, jika rancangan spesimen dengan FAS 0,6, konsentrasi foam 1:10, dan fiber 1% dari berat
semen. Maka campuran benda uji diambil masing dengan FAS 0,5; 0,55; 0,6; 0,65 dan campuran fiber 1%; 1,5%; 2%; 2,5% dari berat
semen. Benda uji RUN 1 dan 2 diberi cairan bakteri, sedangkan benda uji RUN 3 dan 4 tidak diberi.
Tabel 3. 6 Campuran Benda Uji Balok Lentur
Foam Kalsium
Semen Pasir Kerikil Fiberglass Air untuk Air untuk Bakteri
Run Air (ml) agent laktat
(gram) (gram) (gram) (gram) Pasta (ml) foam (ml) 3% (ml)
(ml) (ml)
1 3742,2 6872,9 12184,9 1871,1 93,6 1247,4 623,7 62,4 112,3 187,1
2 3742,2 6872,9 12184,9 2058,2 56,1 1372,1 686,1 68,6 112,3 187,1
3 3742,2 6872,9 12184,9 2245,3 74,8 1496,9 748,4 74,8 - -
4 3742,2 6872,9 12184,9 2432,4 37,4 1621,6 810,8 81,1 - -
Sumber: hasil analisa
56
3.3.4. Pembuatan Cairan Bakteri (yang sudah dikembangbiakkan)
Pembuatan cairan bakteri yaitu mengembangbiakkan serta mengkultur
bakteri bacillus subtilis yang berbentuk isolat gel menjadi cairan yang dapat
langsung dicampur ke beton.
A.) Prosedur pembuatan
1. Menyiapkan bakteri bacillus subtilis dan dikembangbiakkan dari bentuk
isolat gel di tabung reaksi ke media tanam yang disebut nutrient broth
2. Nutrient broth dan bahan kimia lainnya dicampur dengan air yang
dibutuhkan. Campuran untuk nutrient broth dan bahan kimia lainnya
disebutkan pada tabel berikut
Komponen Gram per liter
Nutrient broth 2,10 gram
NaHCO3 1,50 gram
NH4Cl 7,00 gram
Urea 7,00 gram
CaCl2 5,00 gram
Sumber: (Soundari et al., 2015)
3. Setelah itu air campuran direbus untuk proses autoklaf. Air rebusan harus
berwarna kemerahan karena nutrient broth dan bahan kimia lainnya.
4. Memasukkan bakteri bacillus subtilis ke dalam campuran nutrient broth
agar bakteri terus berkembangbiak dengan cara membelah diri menjadi 2
bagian.
5. Menutup cairan bakteri dengan alumunium foil dan diinkubasi pada suhu ±
30oC selama 36 – 48 jam sambil diaduk perlahan oleh alat pengaduk
6. Setelah masa inkubasi, cairan bakteri berwarna lebih pekat dari sebelumnya
karena menunjukkan pertambahan jumlah bakteri yang pesat.
7. Cairan bakteri dites konsentrasi bakteri sebelum dicampurkan ke dalam
beton.
3.3.5. Spesimen Kubus 15 x 15 x 15 cm
Pembuatan spesimen uji tekan berbentuk kubus ukuran 15 cm x 15 cm x 15
cm dijelaskan sebagai berikut:
A.) Peralatan
57
1. Cetakan kubus ukuran 15 cm 6. Bor listrik
x 15 cm x 15 cm 7. Foam generator
2. Pemotong untuk fiberglass 8. Palu karet
3. Timbangan kapasitas 100 kg 9. Gelas ukur kapasitas 1000 ml
4. Neraca analitik dan 100 ml
5. Ember plastik 10. Sendok spesi dan cetok
11. Mixer beton
B.) Bahan
1. Semen 5. Fiberglass
2. Pasir 6. Foam agent
3. Kerikil 7. Air bakteri
4. Air
C.) Prosedur pembuatan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan benda
uji, seperti memotong fiberglass menjadi ukuran 1 mm – 10 mm dengan
alat pemotong.
2. Menimbang bahan material seperti semen, pasir, kerikil, foam agent,
fiberglass, dan air sesuai kebutuhan.
3. Membuat busa atau foam dari foam agent menggunakan mesin produksi
busa atau foam generator.
4. Memasukkan semen, kerikil, dan pasir secara berturut-turut ke dalam mesin
pengaduk beton (mixer).
5. Memasukkan busa ke dalam adonan mixer sampai foam generator tidak
mengeluarkan busa lagi.
6. Memasukkan fiberglass pada adonan beton, dan dilanjutkan mengaduk
sampai tercampur rata.
7. Memasukkan bakteri yang sudah dikultur dan kembangbiakkan dalam
media air ke campuran beton sesuai proporsi yang ditentukan.
8. Menyiapkan cetakan kubus dan dioleskan oli secara merata pada bagian
dalam cetakan agar beton tidak lengket.
9. Menuangkan campuran beton ringan kedalam cetakan kubus dan
dipadatkan dengan palu karet, dan lalu diratakan bagian kelebihan
58
campuran di cetakan.
10. Setelah … hari, benda uji kubus dilepas dari cetakan kubus
11. Menimbang berat benda uji pada timbangan kapasitas 100 kg.
12. Curing beton untuk menjaga kualitas beton
3.3.6. Spesimen Silinder 15 x 30 cm
Pembuatan spesimen uji tarik belah berbentuk silinder ukuran 15 cm x 30
cm dijelaskan sebagai berikut:
A.) Peralatan
1. Cetakan silinder ukuran 15 x 6. Bor listrik
30 cm 7. Foam generator
2. Pemotong untuk fiberglass 8. Palu karet
3. Timbangan kapasitas 100 kg 9. Gelas ukur kapasitas 1000 ml
4. Neraca analitik dan 100 ml
5. Ember plastik 10. Sendok spesi dan cetok
11. Mixer beton
B.) Bahan
1. Semen 5. Fiberglass
2. Pasir 6. Foam agent
3. Kerikil 7. Air bakteri
4. Air
C.) Prosedur Pembuatan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan benda
uji, seperti memotong fiberglass menjadi ukuran 1 mm – 10 mm dengan
alat pemotong.
2. Menimbang bahan material seperti semen, pasir, kerikil, foam agent,
fiberglass, dan air sesuai kebutuhan.
3. Membuat busa atau foam dari foam agent menggunakan mesin produksi
busa atau foam generator.
4. Memasukkan semen, kerikil, dan pasir secara berturut-turut ke dalam mesin
pengaduk beton (mixer).
5. Memasukkan busa ke dalam adonan mixer sampai foam generator tidak
mengeluarkan busa lagi.
59
6. Memasukkan fiberglass pada adonan beton, dan dilanjutkan mengaduk
sampai tercampur rata.
7. Memasukkan bakteri yang sudah dikultur dan kembangbiakkan dalam
media air ke campuran beton sesuai proporsi yang ditentukan.
8. Menyiapkan cetakan silinder dan dioleskan oli secara merata pada bagian
dalam cetakan agar beton tidak lengket.
9. Menuangkan campuran beton ringan kedalam cetakan silinder dan
dipadatkan dengan palu karet, dan lalu diratakan bagian kelebihan
campuran di cetakan.
10. Setelah … hari, benda uji kubus dilepas dari cetakan kubus
11. Menimbang berat benda uji pada timbangan kapasitas 100 kg.
12. Curing beton untuk menjaga kualitas beton.
3.3.7. Spesimen Balok 1 meter
Pembuatan spesimen uji lentur berbentuk balok beton bertulang panjang 1
meter dijelaskan sebagai berikut:
A.) Peralatan
1. Pemotong untuk fiberglass dan 100 ml
2. Timbangan kapasitas 100 kg 9. Sendok spesi dan cetok
3. Neraca analitik 10. Tang potong untuk mengikat
4. Ember plastik kawat pada tulangan
5. Bor listrik 11. Bar cutter
6. Foam generator 12. Bar bender
7. Palu karet 13. Palu dan paku
8. Gelas ukur kapasitas 1000 ml
B.) Bahan
1. Beksiting untuk balok dari 6. Fiberglass
kayu 7. Foam agent
2. Semen 8. Air bakteri
3. Pasir 9. Besi tulangan 8 mm dan 6
4. Kerikil mm
5. Air 10. Kawat bendrat
C.) Prosedur
60
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan benda
uji, seperti memotong fiberglass menjadi ukuran 1 mm – 10 mm dengan
alat pemotong.
2. Menimbang bahan material seperti semen, pasir, kerikil, foam agent,
fiberglass, dan air sesuai kebutuhan.
3. Membuat busa atau foam dari foam agent menggunakan mesin produksi
busa atau foam generator.
4. Memasukkan semen, kerikil, dan pasir secara berturut-turut ke dalam mesin
pengaduk beton (mixer).
5. Memasukkan busa ke dalam adonan mixer sampai foam generator tidak
mengeluarkan busa lagi.
6. Memasukkan fiberglass pada adonan beton, dan dilanjutkan mengaduk
sampai tercampur rata.
7. Memasukkan bakteri yang sudah dikultur dan kembangbiakkan dalam
media air ke campuran beton sesuai proporsi yang ditentukan.
8. Perakitan tulangan balok dengan tulangan 4P10 dan sengkang P6-125.
9. Menyiapkan bekisting yang sudah dirangkai dan dioleskan oli secara
merata pada bagian dalam cetakan agar beton tidak lengket.
10. Menuangkan campuran beton ringan kedalam cetakan beksiting balok dan
dipadatkan dengan palu karet, dan lalu diratakan bagian kelebihan
campuran di cetakan.
11. Setelah … hari, benda uji kubus dilepas dari cetakan kubus
12. Menimbang berat benda uji pada timbangan kapasitas 100 kg.
13. Curing beton untuk menjaga kualitas beton
3.3.8. Pengujian Kuat Tekan Kubus
Metode pengujian dan perhitungan kuat tekon beton pada pengujian ini
berdasarkan SNI 03-1974-1990.
a. Tujuan pengujian: memperoleh nilai kuat tekan pada benda uji beton ringan
b. Alat dan bahan:
1.) Mesin uji tekan (CTM)
2.) Benda uji beton berbentuk kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm
c. Prosedur pengujian:
61
1.) Mengambil benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari
perendam/pematangan (curing), dan dibersihkan dari kotoran yang
menempel pada beton
2.) Menimbang berat dan ukuran benda uji
3.) Memberik kode atau tanda pada masing-masing benda uji.
4.) Meletakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris dengan titik beban
5.) Menjalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 2 sampai 4 kg/cm2 per detik
6.) Melakukan pembebanan sampai sampel uji menjadi retak dan mencatat
beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
7.) Mematikan mesin lalu mengeluarkan benda uji dari mesin tekan.
8.) Mecatat hasil dari kuat tekan yang sudah diperoleh, lalu menghitung kuat
tekan benda uji dengan rumus sesuai SNI 03-1974-1990.
9.) Mengulangi langkah diatas pada setiap variasi (RUN) campuran hingga
selesai
Untuk pengujian tekan beton yang diberi bakteri saat pengadukan campuran
dilakukan pada umur 7 hari lalu dibiarkan proses self-healing dengan cara
memercikan air pada celah retakan beton dan diuji lagi setelah 7, 14, 28 hari. Untuk
beton tanpa bakteri dilakukan pengujian pada umur 7 hari lalu disuntikkan cairan
bakteri pada celah retakan beton dan diuji lagi setelah 7, 14, 28 hari. Hal ini untuk
mengetahui perbandingan proses penyembuhan diri antara beton yang diberi bakteri
sejak awal pencampuran dan beton yang diberi cairan bakteri setelah pengujian.
3.3.9. Pengujian Kuat Tarik Belah Silinder
Metode pengujian dan perhitungan kuat tarik belah beton pada pengujian ini
berdasarkan SNI 03-2491-2002.
a. Tujuan pengujian: mengetahui ketahanan geser dari kompoen struktur yang
terbuat dari beton ringan
b. Alat dan Bahan:
1.) Mesin uji tekan (CTM)
2.) Pelat atau penekan tambahan
Pelat atau batang penekan tambahan diperlukan bila diameter atau panjang
benda uji lebih besa dari ukuran permukaan tekan dari mesin uji yang
62
digunakan dan dipasangkan pada bagian bawah dan bagian atas dari mesin
uji tekan. Pelat atau batang penekan tambahan tersebut harus digunakan
sedimikan rupa hingga beban tekan diberikan pada pad seluruh panjang
benda uji.
3.) Bantalan bantu pembebanan
4.) Benda uji silinder ukuran 15 cm x 30 cm
c. Prosedur pengujian:
1.) Pemberian tanda pada benda uji.
2.) Bagian alas diberi alur yang sesuai dengan tebal kedue flens baja kanal dan
celah persegi empat untuk perletakan batang tegaknya.
3.) Titik tengah pelat penekan tambahan dan titik tengah benda uji pada posisi
uji harus berada tepat dibawah titik tengah penekan bagian atas.
4.) Pemberian beban dilakukan secara menerus tanpa sentakkan dengan
kecepatan pembebanan konstan yang berkisar anatar 0,7 hingga 1,4 MPa per
penit sampai benda uji hancur. Kecepatan pembebanan untuk benda ui
berbentuk silinder dengan ukuran panjang 300 mm dan diameter 150 mm
berkisar antara 50 sampai 100 kN per menit
5.) Prosedur perhitungan sesuai SNI 03-2491-2002 seperti pada rumus
6.) Mengulangi langkah diatas pada setiap variasi (RUN) campuran hingga
selesai.
3.3.10. Pengujian Kuat Lentur Balok
Pengujian lentur pada benda uji balok dilaksanakan pada portal uji sesuai
dengan sistem dua titik pembebanan menurut (SNI-4431-2011.)
a. Tujuan pengujian: untuk mengetahui kuat lentur dari strukur beton.
b. Peralatan dan bahan:
1.) Portal uji lentur
2.) Hydraulic jack
3.) Hydraulic pump
4.) Dial gauge
5.) Benda uji balok ukuran 1 meter
c. Prosedur pengujian:
1.) Mengambil benda uji setelah dilepas dari cetakan (bekisting) untuk
63
selanjutnya diukur dimensi menggunakan meteran.
2.) Beri kode atau tanda pada masing-masing benda uji
3.) Letakkan benda uji pada portal dan atur tumpuan pada portal, lalu diukur
bentang benda uji.
4.) Hubungkan hydraulid jack ke hydraulic pump.
5.) Mengatur dial gauge pada bagian bawah dan samping benda uji (balok).
6.) Pastikan seluruh instrumen terpasang dengan benar.
7.) Memulai penambahan beban dari hydraulic pump.
8.) Memberi beban pada benda uji hingga dial gauge mencapai 0,25mm atau
satu siklis. Lalu lepas beban pada hydraulic pump dan ukur lendutan
kembali dari dial gauge. Selanjutnya lakukan pembebanan hingga siklis ke-
3 untuk membaca lendutan atau sampai ke-4 hingga benda uji hancur.
9.) Setelah hancur dan retak, cek kerusakan pada benda uji.
64
DAFTAR PUSTAKA
Achal, V., Mukherjee, A., Basu, P. C., & Reddy, M. (2009). Lactose mother liquor as an alternative
nutrient source for microbial concrete production by Sporosarcina pasteurii. Journal of
Industrial Microbiology & Biotechnology, 36, 433–438. https://doi.org/10.1007/s10295-008-
0514-7
Anbu, P., Kang, C.-H., Shin, Y.-J., & So, J.-S. (2016). Formations of calcium carbonate minerals by
bacteria and its multiple applications. SpringerPlus, 5. https://doi.org/10.1186/s40064-016-
1869-2
Bagga, M., Hamley-Bennett, C., Alex, A., Freeman, B. L., Justo-Reinoso, I., Mihai, I. C., Gebhard,
S., Paine, K., Jefferson, A. D., Masoero, E., & Ofiţeru, I. D. (2022). Advancements in bacteria
based self-healing concrete and the promise of modelling. In Construction and Building
Materials (Vol. 358). Elsevier Ltd. https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2022.129412
Berlanga, M. (2010). Brock Biology of Microorganisms (11th edn). Michael T. Madigan, John M.
Martinko (eds). International Microbiology; Vol. 8, Núm. 2 (2005); 149-150.
BİRHANLI, E., BORAN, F., YEŞİLADA, Ö., & ÖZDEMİR, S. (2020). Termofilik ve Mezofilik
Bacillus Türlerini Kullanarak Farklı Foron Boyalarının Renginin Giderimi Üzerine Bir
Çalışma. İnönü Üniversitesi Sağlık Hizmetleri Meslek Yüksek Okulu Dergisi.
https://doi.org/10.33715/inonusaglik.699626
Cara, T., Struktur, P., Untuk, B., & Gedung, B. (2002). STANDAR NASIONAL INDONESIA.
Chu, J., Stabnikov, V., & Ivanov, V. (2012). Microbially Induced Calcium Carbonate Precipitation
on Surface or in the Bulk of Soil. Geomicrobiology Journal, 29(6), 544–549.
https://doi.org/10.1080/01490451.2011.592929
Djaenuddin, N., & Muis, A. (2015). KARAKTERISTIK BAKTERI ANTAGONIS Bacillus subtilis
DAN POTENSINYA SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI PENYAKIT
TANAMAN Nurasiah Djaenuddin dan Amran Muis. In Prosiding Seminar Nasional Serealia.
Durga, C. S. S., Ruben, N., Chand, M. S. R., & Venkatesh, C. (2020). Performance studies on rate
of self healing in bio concrete. Materials Today: Proceedings, 27, 158–162.
Ekinci, E., Türkmen, İ., & Birhanli, E. (2022). Performance of self-healing geopolymer paste
produced using Bacillus subtilis. Construction and Building Materials, 325.
https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2022.126837
Grabiec, A. M., Klama, J., Zawal, D., & Krupa, D. (2012). Modification of recycled concrete
aggregate by calcium carbonate biodeposition. Construction and Building Materials, 34, 145–
150. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2012.02.027
Graumann, P. L. (2007). Bacillus : cellular and molecular biology.
Harrison, D. M. (2013). in The Grouting Handbook.
Hashim, M., & Tantray, M. (2021). Comparative study on the performance of protein and synthetic-
based foaming agents used in foamed concrete. Case Studies in Construction Materials, 14.
https://doi.org/10.1016/j.cscm.2021.e00524
Hou, L., Li, J., Lu, Z., & Niu, Y. (2021). Influence of foaming agent on cement and foam concrete.
Construction and Building Materials, 280, 122399.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2021.122399
Jawetz, E., Melnick, J. L., & Adelberg, E. A. (2005). Mikrobiologi Kedokteran diterjemahkan oleh
Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., Alimsardjono, L.
Jonkers, H. M., & Schlangen, E. (2008). Development of a bacteria-based self healing concrete.
Proceedings of the International FIB Symposium 2008 - Tailor Made Concrete Structures:
New Solutions for Our Society, 109. https://doi.org/10.1201/9781439828410.ch72
Joseph, C., Jefferson, A. D., Isaacs, B., Lark, R., & Gardner, D. (2010). Experimental investigation
of adhesive-based self-healing of cementitious materials. Magazine of Concrete Research,
62(11), 831–843. https://doi.org/10.1680/macr.2010.62.11.831
Kamran, S. (2022). Self Healing Concrete. https://www.researchgate.net/publication/357974973
Kanwal, M., Khushnood, R. A., Khaliq, W., Wattoo, A. G., & Shahid, T. (2022). Synthesis of
pyrolytic carbonized bagasse to immobilize Bacillus subtilis; application in healing micro-
cracks and fracture properties of concrete. Cement and Concrete Composites, 126.
https://doi.org/10.1016/j.cemconcomp.2021.104334
Karimi, N., & Mostofinejad, D. (2020). Bacillus subtilis bacteria used in fiber reinforced concrete
and their effects on concrete penetrability. Construction and Building Materials, 230.
https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2019.117051
Karthik, C., & Mohan RaoP, R. (2016). Properties of Bacterial-based Self-healing Concrete-A
review.
Liu, T., Shi, G., Li, G., & Wang, Z. (2019). Lightweight foamed concrete with foam agent addition.
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 490(3).
https://doi.org/10.1088/1757-899X/490/3/032033
Manojkumar, Ch., Ramesh, B., & Ramesh Kumar, G. B. (2022). Study on the compressive strength
of glass fibre reinforced M20 grade self-healing concrete using a novel technique microbial
induced calcite precipitation. Materials Today: Proceedings.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.matpr.2022.08.288
Manzur, T., Shams Huq, R., Hasan Efaz, I., Afroz, S., Rahman, F., & Hossain, K. (2019).
Performance enhancement of brick aggregate concrete using microbiologically induced calcite
precipitation. Case Studies in Construction Materials, 11.
https://doi.org/10.1016/j.cscm.2019.e00248
Mote, S., & Ghodke, P. (2018). THE SELF-HEALING CONCRETE-A REVIEW Anaerobic
Digestion of MSW leachate View project THE SELF-HEALING CONCRETE-A REVIEW.
In International Journal of Advances in Engineering & Technology (Vol. 11).
https://www.researchgate.net/publication/328094234
Mugahed Amran, Y. H., Alyousef, R., Alabduljabbar, H., Khudhair, M. H. R., Hejazi, F., Alaskar,
A., Alrshoudi, F., & Siddika, A. (2020). Performance properties of structural fibred-foamed
concrete. Results in Engineering, 5. https://doi.org/10.1016/j.rineng.2019.100092
Naibaho, A., Sugiarto, A., Dewi, P., Jurusan, D., Sipil, T., & Malang, P. N. (2020). PROKONS:
Jurnal Teknik Sipil STUDI KELAYAKAN MATERIAL GUNUNG DAERAH ALIRAN SUNGAI
ARAH MALANG-KOTA BATU DALAM PENGGUNAANNYA SEBAGAI SALAH SATU
MATERIAL BETON.
Nair, P. S., Gupta, R., & Agrawal, V. (2022). Self-healing concrete: A promising innovation for
sustainability- a review. Materials Today: Proceedings, 65, 1410–1417.
https://doi.org/10.1016/j.matpr.2022.04.393
Nakano, M. M., Hoffmann, T., Zhu, Y. I., And, †, & Jahn, D. (1998). Nitrogen and Oxygen
Regulation of Bacillus subtilis nasDEF Encoding NADH-Dependent Nitrite Reductase by
TnrA and ResDE. In JOURNAL OF BACTERIOLOGY (Vol. 180, Issue 20).
Nasional. (2012). Standar Nasional Indonesia. www.bsn.go.id
Nasser, A. A., Sorour, N. M., Saafan, M. A., & Abbas, R. N. (2022). Microbially-Induced-Calcite-
Precipitation (MICP): A biotechnological approach to enhance the durability of concrete using
Bacillus pasteurii and Bacillus sphaericus. Heliyon, 8(7).
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2022.e09879
Nawy. (1990). 17_beton-bertulang-edward.
Nodehi, M., Ozbakkaloglu, T., & Gholampour, A. (2022). A systematic review of bacteria-based
self-healing concrete: Biomineralization, mechanical, and durability properties. In Journal of
Building Engineering (Vol. 49). Elsevier Ltd. https://doi.org/10.1016/j.jobe.2022.104038
Ovri, J., & Okereke, E. O. (2020). The Compressive Strength of Light Weight Concrete.
International Journal of Engineering Sciences, 12. https://doi.org/10.36224/ijes.120403
Panesar, D. (2013). Cellular concrete properties and the effect of synthetic and protein foaming
agents. Construction and Building Materials, 44, 575–584.
https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2013.03.024
Porter, J. R. (1976). Antony van Leeuwenhoek: tercentenary of his discovery of bacteria.
Bacteriological Reviews, 40(2), 260–269. https://doi.org/10.1128/br.40.2.260-269.1976
Qureshi, T., & Al-Tabbaa, A. (2020). Self-Healing Concrete and Cementitious Materials. In
Advanced Functional Materials. IntechOpen. https://doi.org/10.5772/intechopen.92349
Ramamurthy, K., Kunhanandan Nambiar, E. K., & Indu Siva Ranjani, G. (2009). A classification of
studies on properties of foam concrete. Cement and Concrete Composites, 31(6), 388–396.
https://doi.org/10.1016/j.cemconcomp.2009.04.006
Rao, M. V. S., Reddy, V. S., & Sasikala, Ch. (2017). Performance of Microbial Concrete Developed
Using Bacillus Subtilus JC3. Journal of The Institution of Engineers (India): Series A, 98(4),
501–510. https://doi.org/10.1007/s40030-017-0227-x
Rochman, T., Rasidi, N., & Aditya, Y. (2021). The development of interlocking models of
lightweight bricks and shear failure assessment of its wall structures. IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering, 1073(1), 012021. https://doi.org/10.1088/1757-
899x/1073/1/012021
Safiuddin, M., Ihtheshaam, S., Kareem, R. A., & Shalam. (2022). A study on self-healing concrete.
Materials Today: Proceedings, 52, 1175–1181. https://doi.org/10.1016/j.matpr.2021.11.023
Seifan, M., Sarmah, A. K., Samani, A. K., Ebrahiminezhad, A., Ghasemi, Y., & Berenjian, A.
(2018). Mechanical properties of bio self-healing concrete containing immobilized bacteria
with iron oxide nanoparticles. Applied Microbiology and Biotechnology, 102(10), 4489–4498.
https://doi.org/10.1007/s00253-018-8913-9
Shashank, B. S., Kumar.K, P., & Nagaraja, P. S. (2022). Fracture behavior study of self-healing
bacterial concrete. Materials Today: Proceedings, 60, 267–274.
https://doi.org/10.1016/j.matpr.2021.12.520
Sitorus, Z., & Dahar, E. (2012). Perbaikan sifat fisis dan mekanis resin akrilik polimerisasi panas
dengan penambahan serat kaca.
SNI-03-1974-1990. (1990). SNI-03-1974-1990 Metode pengujian kuat tekan beton.
SNI-03-2491-2002. (2002). sni-03-2491-2002 Metode pengujian tarik belah beton.
SNI-1727-2020. (2020). “ Beban desain minimum dan kriteria terkait untuk bangunan gedung.”
www.bsn.go.id
SNI-4431-2011. (2011). SNI-4431-2011, Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik
pembebanan. www.bsn.go.id
Soundari, L., Maneesh Kumar, C. S., Anthoniraj, S., & Karthikeyan, E. (2015). An experimental
study on strengthening of concrete by using bacterial mineral precipitation. Cierre.
Standardisasi, B., & Bsn, N. (2000). Standar Nasional Indonesia Tata cara pembuatan rencana
campuran beton normal.
Subandi, Yatnikasari, S., Damaiyanti, M., Azzahra, R., & Vebrian. (2019). Effect of additional
fiberglass fiber on concrete performance. Annales de Chimie: Science Des Materiaux, 43(5),
287–292. https://doi.org/10.18280/acsm.430502
Sudharsanan, M. M., & Professor, A. (2020). Strength Aspect Of Bacterial Concrete With Partial
Cement Replacement By Flyash And GGBS. http://www.ijser.org
Timoshenko, S. (1983). History of strength of materials : with a brief account of the history of theory
of elasticity and theory of structures. Dover Publications.
Yatish Reddy, P. v., Ramesh, B., & Prem Kumar, L. (2020). Influence of bacteria in self healing of
concrete - a review. Materials Today: Proceedings, 33, 4212–4218.
https://doi.org/10.1016/j.matpr.2020.07.233
Yi, S.-T., Hyun, T.-Y., & Kim, J.-K. (2011). The effects of hydraulic pressure and crack width on
water permeability of penetration crack-induced concrete. Construction and Building
Materials - CONSTR BUILD MATER, 25, 2576–2583.
https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2010.11.107
Zhang, D., Shahin, M. A., Yang, Y., Liu, H., & Cheng, L. (2022). Effect of microbially induced
calcite precipitation treatment on the bonding properties of steel fiber in ultra-high
performance concrete. Journal of Building Engineering, 50.
https://doi.org/10.1016/j.jobe.2022.104132
H. Jonkers. “Self-Healing Concrete with the use of Bacteria.” Fifth International Symposium on Life
-Cycle Civil Engineering. 10.16.2016. http://www.ialcce2016.org/self-healing-concrete-with-
the-use-of-bacteria/
H. M. Jonkers, V Wiktor. “Bacteria-Based Concrete: From Concept to Market.” IOP Science. 7.16
2016
IEA (2018), Technology Roadmap - Low-Carbon Transition in the Cement Industry, IEA, Paris
https://www.iea.org/reports/technology-roadmap-low-carbon-transition-in-the-cement-
industry, License: CC BY 4.0
SAGEL,R.(1993). Pedoman pengerjaan beton/R. Sagel; P. Kole; Gideon Kusuma.-- Seri beton 2 (-
.). Jakarta: Erlangga.
Tjokrodimulyo, Kardiyono. (1996). Teknologi Beton. Yogyakarta. Biro Penerbit Keluarga
Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Gajah Mada