TUGAS AKHIR
Dikerjakan oleh:
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Gambar 2. 1 Desain Rumah Penggunaan Fasad Beton Non Struktural ................ 11
Gambar 2. 2 Desain Dinding Rumah Penggunaan Beton Ekspos, Beton Non
Struktural ............................................................................................................... 12
Gambar 2. 3 Grafik persentase pasir atas kadar total agregat yang direkomendasikan
untuk butiran masksimal 40 mm Sumber: SNI 03-2834-2000, (2000)................. 16
Gambar 3. 1 FLowchart ........................................................................................ 24
Gambar 3. 2 Benda Uji dan Perletakannya Sumber :ASTM C-496, (2011) ......... 27
Gambar 3. 3 Benda uji dalam alat uji kuat tarik belah (Sumber :ASTM C-496,
(2011) .................................................................................................................... 28
Gambar 4. 1 Pengisian Cetakan Berat Volume Semen ......................................... 30
Gambar 4. 2 Hasil pengujian berat Volume Semen\ ............................................. 30
Gambar 4. 3 Batas gradasi agregat halus ............................................................. 32
Gambar 4. 4 Pengujian Analisa Saringan Pasir ................................................... 32
Gambar 4. 5 Hasil Uji Analisa Saringan Pasir ...................................................... 32
Gambar 4. 6 Uji Berat Volume Agregat Halus ..................................................... 33
Gambar 4. 7 Hasil Uji Berat Volume Agregat Halus............................................ 34
Gambar 4. 8 Uji berat jenis agregat halus ............................................................. 35
Gambar 4. 9 Uji kelembaban pasir ........................................................................ 36
Gambar 4. 10 Hasil Pengujian Kelembapan Pasir ................................................ 36
Gambar 4. 11 Uji Air Resapan Pasir ..................................................................... 37
Gambar 4. 12 Batas Gradasi Kecil Ukuran 20mm ................................................ 39
Gambar 4. 13 Uji Analisa Saringan Agregat Kasar .............................................. 39
Gambar 4. 14 Uji berat volume agregat kasar...................................................... 40
Gambar 4. 15 Proses uji berat jenis agregat kasar ............................................... 41
Gambar 4. 16 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar.................................... 41
Gambar 4. 17 Uji Kelembaban kerikil ................................................................. 42
Gambar 4. 18 Hasil Dari Pengujian Kelembaban Agregat Kasar ......................... 42
Gambar 4. 19 Proses uji air resapan agregat kasar................................................ 43
Gambar 4. 20 Hasil Pengujian Air Resapan Pada Agregat Kasar......................... 44
Gambar 4. 21 Batas Gradasi Cangkang Kerang.................................................... 45
Gambar 4. 22 Analisa Saringan Cangkang Kerang .............................................. 46
Gambar 4. 23 Proses Uji Berat Volume Cangkang Kerang Sebagai Agregat Kasar
............................................................................................................................... 47
Gambar 4. 24 Pengujian Berat Jenis Cangkang Kerang Sebagai Agregat Kasar . 47
Gambar 4. 25 Hasil Pengujian Berat Jenis Cangkang Kerang .............................. 48
vi
DAFTAR GAMBAR
Tabel 2. 1 Jenis Beton ............................................................................................. 9
Tabel 2. 2 Batas Gradasi ....................................................................................... 12
Tabel 2. 3 Kandungan Kimia Serbuk Cangkang Kerang ...................................... 14
Tabel 2. 4 Nilai Deviasi Standar ........................................................................... 15
Tabel 2. 5 Interpretasi Nilai R ............................................................................... 18
Tabel 3. 1 Jumlah Benda Uji Untuk Kuat Tekan .................................................. 25
Tabel 3. 2 Jumlah Benda Uji Kuat Tarik .............................................................. 25
Tabel 4. 1 Berat Volume Semen ........................................................................... 29
Tabel 4. 2 Batas Gradasi Agregat Halus ............................................................... 31
Tabel 4. 3 Hasil analisis saringan agregat halus ................................................... 31
Tabel 4. 4 Berat Volume Agregat Halus ............................................................... 33
Tabel 4. 5 Hasil Berat Jenis Agregat Halus .......................................................... 34
Tabel 4. 6 Hasil kelembaban agregat halus ........................................................... 35
Tabel 4. 7 Hasil air resapan agregat halus............................................................. 37
Tabel 4. 8 Batas Gradasi Agregat Kasar ............................................................... 38
Tabel 4. 9 Hasil Analisa Saringan Kerikil ............................................................ 38
Tabel 4. 10 Hasil pengujian berat volume agregat kasar ..................................... 40
Tabel 4. 11 Hasil uji berat jenis ............................................................................ 41
Tabel 4. 12 Hasil kelembaban agregat kasar ......................................................... 42
Tabel 4. 13 Hasil air resapan agregat kasar (Kerikil)............................................ 43
Tabel 4. 14 Hasil Saringan Cangkang Kerang ...................................................... 45
Tabel 4. 15 Hasil berat Volume Cangkang Kerang Sebagai Agregat Kasar ........ 46
Tabel 4. 16 Hasil berat Volume Cangkang Kerang Sebagai Agregat Kasar ........ 47
Tabel 4. 17 Mix Design ......................................................................................... 49
Tabel 4. 18 Proporsi Campuran per m² ................................................................. 50
Tabel 4. 19 Proporsi Campuran Beton Normal Per Silinder 15x30 cm ................ 50
6
BAB 1. PENDAHULUAN
Beton ramah lingkungan ( green concrete ) adalah beton yang tersusun dari material
yang tidak merusak lingkungan dimana ada pergantian dari material pembuatan beton pada
umumnya seperti agregat yang tidak akan merusak lingkungan. Kerusakan lingkungan
akan terus terjadi dan tidak bisa dihambat jika kita tetap mengandalkan penambangan batu
guna memperoleh material umum dalam pembuatan beton ini, dikuti dari Suharwanto
Meningkatnya kebutuhan material beton memicu penambangan batu, salah satu material
penyusun beton sebagai agregat kasar, secara besar-besaran yang menyebabkan turunnya
jumlah sumber alam yang tersedia untuk keperluan pembetonan (Ismail dkk., 2017).
Agregat kasar merupakan bahan penyusun beton yang paling dominan. Dimana Cangkang
Kerang bisa salah satu material substitusi yang memenuhi kriteria dimana zat kapur yang
sudah sesuai sehingga dapat dijadikan bahan agregat kasar pada beton
Indonesia merupakan negara kepulauan, memiliki sekitar 17.500 pulau dengan garis
pantai sepanjang 81.000 km. Sekitar 62 % luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan
yaitu sekitar 6.320.000 kmᵌ, Indonesia memiliki potensi besar dalam hal pengelelolaan laut
salah satunya adalah kerang.
untuk bahan kerajinan, sedangkan yang tidak termanfaatkan ini menimbulkan serangkaian
masalah lain terutama kebersihan lingkungan sehingga mengganggu kesehatan masyarakat
di sekitarnya.
Seperti limbah cangkang kerang yang berada pada daerah Muara Angke, Kelurahan
Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, limbah cangkang kerang di daerah tersebut sudah bisa
menutupi lahan tanah di pesisir. Dimana hal tersebut merupakan bukti konkrit bahwa
limbah cangkang kerang di daerah tersebut bisa membuat kerusakan vegetasi alam pada
daerah yang terkena imbas limbah itu sendiri.
Oleh karena permasalahan diatas, saya sebagai peneliti ingin melakukan pengujian
terhadap beton non-struktural dimana peneliti ingin melakukan 3 pengujian yaitu: uji kuat
tekan, uji kuat tarik belah dan modulus elastisitas. Dimana pada penelitian tersebut dimulai
dengan pencarian studi literatur terkait, melakukan persiapan bahan pembuat beton
terutrama Cangkang Kerang, melakukan pengujian terhadap bahan diatas, melakukan mix
design & tes slump lalu melakukan pengujian. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui
tentang subtitusi limbah cangkang kerang sebagai pengganti agregat kasar terhadap sifat
mekanis dari beton non struktural
BAB I Pendahuluan
Merupakan bab yang menyajikan data – data hasil penelitian di laboratorium, analisis
data, hasil analisis data dan pembahasannya.
Merupakan bab yang berisi kesimpulan penulisan dan penelitian disertai dengan saran
9
Beton non struktural ini secara komposisi atau campuran memiliki mutu tersendiri, dan
ini dapat dipastikan pada penggunaan ready mix, berikut ini adalah mutu beton non
struktural berikut campuran-campuran atau komposisi pada setiap masing-masing
mutunya. Mutu beton Non Struktural berada pada range mutu (KB0-KB200)
Selain itu beton non structural juga sering digunakan untuk memperindah bagunan atau
biasa disebut dari segi arsitektural. Berikut merupakan pemanfaatan beton non structural
yang dilihat dari segi arsitektural
2.2.1 Fasade
Seiring berkembangnya tren dalam dunia interior dan arsitektur, pemilihan material
natural dan mentah tidak luput untuk diaplikasikan. Salah satu contohnya adalah material
10
beton. Material beton yang tidak dilakukan tahap finishing, sehingga masih memiliki
tekstur asli, menjadi salah satu favorit bagi banyak orang untuk mengaplikasikannya pada
fasad bangunan ataupun sebagai dinding dalam ruangan. Pemilihan material beton yang
mentah tanpa adanya finishing sering dikenal sebagai gaya Brutalism yang merupakan gaya
arsitektur pada tahun 1950-an, yang memanfaatkan material natural dengan tetap
mempertahankan tekstur material tersebut. Material beton dengan raw finishing sangat
bersahabat bagi pengguna bangunan tersebut karena tidak ada chemical finishing sehingga
membuat pengguna bebas dari polusi dan gangguan kimia yang ada. Selain itu, material
beton memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
1. Praktis
Penggunaan beton dengan raw finishing sebagai dinding baik untuk fasad bangunan
dan dinding ruangan sangat praktis diaplikasikan karena tidak perlu menambahkan
finishing lainnya. Hal ini tentunya juga dapat memotong biaya finishing fasad atau
dinding ruangan.
2. Perawatan Mudah
Material beton ini tidak memerlukan perawatan khusus. Dengan ketahanannya
terhadap segala cuaca, beton menjadi salah satu alternatif bagi penggunanya yang
tidak mau susah dalam merawat bangunan tersebut.
3. Estetika
Material beton sangat cocok untuk menambah estetika bangunan dengan konsep
natural atau memiliki brutalism style. Dengan penggunaan beton pada bagian fasad
ataupun dinding ruangan menambah suasana natural dan warnanya yang netral
dapat mengekspos material alam lain yang digunakan seperti kayu, batu, ataupun
tanaman.
4. Menahan Panas
Material beton bersifat dingin atau sering dikenal adem. Material ini mampu
meredam suhu panas dari luar sehingga dapat menurunkan suhu dalam ruangan.
Penggunaan material ini pada fasad bangunan, membuat udara dalam ruangan
menjadi sejuk dan dapat menghantar panas dari udara luar.
11
Gambar 2. 2 Desain Dinding Rumah Penggunaan Beton Ekspos, Beton Non Struktural
2.4 Limbah
Limbah adalah zat yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Limbah dapat berupa sampah, air kakus (black water), dan air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang sering kali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah
ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi
dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan
terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik limbah.
2.5 Kerang
Kerang merupakan salah satu hewan air yang termasuk hewan bertubuh lunak
(moluska). Semua kerang memiliki sepasang Cangkang (bisa disebut cangkok dan katup)
yang biasanya simetri antar satu sama lain seperti cermin yang terhubung oleh suatu
ligament (jaringan ikat).
14
Kerang darah hidup dalam pantai pasir berlumpur. Kerang darah mempunyai kulit
cangkang yang lebih tebal sehingga dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan menjadi
bahan tambah beton. Menurut Lesbani (2013) Pola difraksi kalsium hidroksida adalah 2ϴ
28.6°, 47.1° dan 50.8°. Cangkang kerang memiliki dekomposisi memiliki kandungan
kalsium hidroksida pada berbagai tempratur, Pada temperatur 900-1100ºC mempunyai
puncak yaitu 2ϴ 18,2º , 18,1º dan 18,0º yang merupakan puncak kalsium silikat. Hal ini
dikarenakan selain kalsium karbonat, silikat merupakan salah satu komponen cangkang
kerang darah. Menurut Setyaningrum (2009), Vitalis (2016) dalam Pratomo (2021) dalam
kulit kerang adalah bahan mineral hewan laut yang mempunyai kandungan kimia karbonat
tinggi
4. Nilai tambah dapat dihitung menurut rumus pada SNI 03-2834-2000, (2000):
M = 1,64 x sr …….. (2.1)
Dengan: M : nilai tambah
1,64 : tetapan pada persentase kegagalan pengujian 5%
Sr : deviasi standar rencana
Gambar 2. 3 Grafik persentase pasir atas kadar total agregat yang direkomendasikan untuk butiran
masksimal 40 mm Sumber: SNI 03-2834-2000, (2000)
𝑝 𝑘
Bj campuran = 100 𝑥 𝑏𝑗 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 + 100 𝑥 𝑏𝑗 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟 ….. (2.2)
Keterangan :
A. Kuat tekan pada beton didapat dari rumus beban yang tertera pada mesin
Compressive Test dibagi dengan luasan permukaan benda uji rumus dalam bentuk
matematis seperti berikut ini :
17
𝐹
𝑓 ′ 𝑐 = 𝐴………………..(2.3)
Keterangan :
𝑓 ′𝑐 : Kuat Tekan Beton (N/mm²)
F : Gaya Tekan (N)
A : Luasan Permukaan (mm²)
Keterangan :
Ʃ𝑓𝑐 ′ : Jumlah Kuat Tekan
𝑛 : Jumlah Benda Uji
𝐸𝑒 = 4700√𝑓𝑐′ ……………………………(2.5)
2𝑝
𝑓𝑐 ′ 𝑡 =
𝜋. 𝑙. 𝑑
18
√Ʃ(𝑥−𝜇)2
𝜎= ……………(2.6)
𝑁
A. Korelasi Pearson
19
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋……………(2.9)
Keterangan :
Y : Variabel terikat
X : Variabel bebas
a : Intersep
b : Slop
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋 + 𝑐𝑋²…………….(2.10)
Keterangan :
Y : Variabel Terikat
X : Variabel Bebas
A,b,c : Konstanta
Pada penelitian Rejeki dan Karolina, (2013) mengatakan subtitusi abu cangkang kerang
terhadap semen sejumlah 0%, 5%, 10%, 15% serta 20%. Uji slump mengalami kenaikan
karena pengaruh absorbs pada cangkang kerang. Hasil kuat tekan mengalami penurunan
sejumlah 89,18%, 74,09%, 67,87% serta 64,92% dari beton normal. Hasil kuat tarik belah
sejumlah 95,96%, 92,3%, 81,7% serta 75,8% dari beton normal.
Pada Penilitian Afiandra Robinur tentang pengaruh limbah cangkang kerang darah
sebagai filler dan substitusi agregat kasar terhadap sifat mekanik beton normal (2021)
mengatakan Pada umur 28 hari terjadi perbedaan kuat tekan yang dipengaruhi oleh
penambahan bahan campuran limbah cangkang kerang darah. Beton dengan 1% filler dan
1,5% subtitusi agregat kasarsebesar 37,37 MPa dengan kenaikan 14,45% dari beton normal
dan beton dengan campuran 9% filler dan 3,5% subtitusi agregat kasar sebesar 28,35 MPa
turun sebesar 13,38% dari beton normal. Penggunaan limbah cangkang kerang darah yang
optimum akan mendukung kuat tekan beton. Dari proses analisis menggunakan regresi
didapat bahwa penggunaan subtitusi agregat kasar dengan cangkang kerang mempunyai
tingkat pengaruh yang kuat dilihat dari nilai R square 0,676.
Pada Penilitian Daslin Solim Juanda Lumban Tobing tentang Analisa pengaruh limbah
kulit kerang sebagai subtitusi pasir dan abu ampas tebu sebagai subtitusi semen pada
campuran beton mutu K-175 (2017) mengatakan Sejalan campuran beton abu ampas tebu
sebagai substitusi semen dan kulit kerang sebagai substitusi pasir pada sampel yang
21
masing-masing 10 sampel tiap variasi dengan persentase 0%+0%, 2%+3%, 4%+5%, dan
6%+7% dimana kuat tekan tertinggi terletak pada campuran abu ampas tebu dan kulit
kerang dengan kadar 6%-7% yaitu 191,02 kg/cm3 . sedangkan kuat tekan terendah terletak
pada campuran abu ampas tebu dan kulit kerang dengan kadar 2%+3%
22
Metodologi yang dilakukan pada penelitian ini ialah studi eksperimental, yaitu melakukan
langsung trial and error dengan penelitian sebelumnya menjadi acuan. Penelitian ini memiliki
tujuan dengan maksud dan guna melakukan analisis terhadap kuat tekan, modulus elastisitas,
serta kuat Tarik belah dengan pemakaian cangkang kerang dara (Anadara Granosa) sebagai
penganti (Substitusi) agregat kasar pada beton.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas yang dipakai ialah cangkang kerang yang menjadi subtitusi agregat
kasar, proses curing, tipe semen, faktor air semen, kuat tekan rencana 15 MPa, umur
benda uji dan bekisting.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat yang dipakai ialah kuat tekan, modulus elastisitas serta kuat tarik
belah.
23
3.3 Flowchart
24
Gambar 3. 1 FLowchart
Keterangan :
1. Slump test beton adalah pengujian kekentalan beton segar agar beton yang
diproduksi dapat mencapai kekuatan mutu beton dan mendapatkan nilai slump
beton yang baik.
2. Beton yang diproduksi di Batching Plant akan sesuai dengan rencana kerja dari
sebuah bangunan yang dibangun
Pada penelitian ini direncanakan bahwa test slump dilakukan dengan 10 ± 2 cm dengan
mutu beton sebesar fc’ 15 MPa (SNI 1972, 2008)
4. Memulai pengujian pada benda uji hingga benda uji retak serta melakukan
pencatatan terhadap beban yang diterima benda uji.
5. Membersihkan sisa pengujian kuat tekan dan hitung kuat tekan pada rumus (2.3)
dan (2.4)
1. Menandai garis diametral disetiap ujung benda uji menggunakan perangkat yang
cocok dan tepat di bidang aksial yang sama
2. Menentukan posisi menggunakan garis diametral yang ditandai yaitu berada di
tengah satu dari strip lapis di sepanjang tengah bantalan bawah blok
Gambar 3. 3 Benda uji dalam alat uji kuat tarik belah (Sumber :ASTM C-496, (2011)
Hasil serta pembahasan pada penelitian pengaruh limbah cangkang kerang sebagai
pengganti agregat kasar terhadap sifat mekanik beton didapatkan dari pengujian di
laboratorium Teknik Sipil, Universitas Jember yang kemudian dilaksanakan peneglolaan
data untuk menganalisa hasil pengujian.
Hasil dari berat volume semen tanpa rojokan sejumlah 1.15 g/cm³ serta berat volume
dengan rojokan sejumlahh 1.16 g/cm³
PASIR ZONA 2
100
90
80
70
%Lolos
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Ukuran Mata Ayakan (mm)
Berdasarkan hasil uji Analisa saringan agregat halus gradasi yang didapat memasiki
zona 2 dimana zona 2 adalah jenis pasir yang agak kasar. Dari analisa saringan agregat
halus dapat diketahui fineness modulus sebesar 3,34% dimana nilai modulus kehalusan ini
memenuhi SNI 03-2968-1990 dalam (Pratomo, 2021)
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai berat volume pasir Lumajang tanpa
rojokan mendapatkan nilai rata rata 1,22 g/cm³ atau sekitar 1220 kg/m³ dan berat volume
pasir Lumajang dengan rojokan mendapatkan nilai rata-rata 1,27 g/cm³ atau sekitar 1270
kg/m³, dimana memenuhi standar (Badan Standardisasi Nasional, 1998) sebesar minimum
1200 kg/m
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat Picnometer + Pasir + Air (W2) 162,9 163 154,1
Berat Pasir SSD (W1) 50 50 50
Berat Picnometer + Air (W3) 133,1 133,8 125
Berat Jenis Pasir (BJ) 2,48 2,40 2,39
Rata-Rata 2,42
35
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan berat jenis pasir Lumajang memiliki rata-rata nilai
2.42 g/cm³. Menurut SNI-1969-2008, (2008) berat jenis pasir Lumajang memenuhi standar.
4.2.4 Kelembaban
Uji kelembaban untuk mengetahui kondisi pasir lapanngan sangat kering ataupun
sangat basah. Berikut hasil uji dari kelembaban pasir disajikan pada tabel berikut ini
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat Pair Asli (W1) 250 250 250
Berat Pair Oven (W2) 240,6 241,1 240,5
Kelembapan Pasir (%) 3,91 3,69 3,95
Rata-Rata (%) 3,85
Kelembaban pasir lumajang dari 3 kali percobaan didapatkan rata-rata nilai 3,85%,
dimana memenuhi standar kelembaban pasir berdasarkan ASTM C 566-89 dalam
(Pratomo, 2021) sebesar 1-5%
36
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat Pasir (W1) 100 100 100
Berat Pasir Oven (W2) 98,3 97,6 97,5
Kadar Resapan (%) 1,73 2,46 2,56
Rata-Rata (%) 2,25
Berdasarkan tabel 4.7 pasir lumajang mempunyai kadar rata rata resapan air sebesar
2.25%, dimana angka ini memenuhi standar resapan air menurut ASTM C128, (2015)
Berdasarkan hasil dari analisis saringan agregat kasar dan grafik saringan ukuran 10mm
maka agregat kasar yang digunakan sesuai dengan batasan masalah yang telah dicantumkan
yaitu ukuran maksimum 10 mm dan mendapatkan fineness modulus sebesar 6,95%.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan didapatkan berat volume kerikil tanpa
rojokan sejumlah 1,4 g/cm3 atau 1400 kg/m3 dan dengan rojokan sejumlah 1,47 g/cm3
atau 1470 kg/m3
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat di Udara (gr) 3000 3000 3000
Berat di Air (gr) 1909 1865,5 1862
Berat Jenis 2,75 2,64 2,64
Rata-Rata 2,68
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui hasil dari uji berat jenis agregat kasar sejumlah 2,68
gr/cm3 dimana nilai tersebut memenuhi persyaratan SNI-1969-2008, (2008)mengenai cara
pengujian berat jenis serta penyerapan air agregat kasar.
4.3.4 Kelembaban
Uji kelembaban untuk mengetahui kondisi kerikil lapangan saat sangat kering atau saat
basah. Hasil uji kelembaban agregat kasar dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
42
Percobaan Nomor 1 2 3
W1 500 500 500
W2 499,7 499,5 498,9
Kelembapan Kerikil 0,06 0,10 0,22
Rata-Rata (%) 0,13
Hasil kelembaban agregat kasar dapat diketahui dari tabel 4.12 dengan rata-rata
kelembaban agregat kasar sebesar 0,13% dimana nilai tersebut memenuhi standar sebesar
0-3%.
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat Kerikil SSD (W1) 500 500 500
Berat Kerikil Oven (W2) 492 493,1 494,9
Kadar Air Resapan 1,63 1,40 1,03
Rata-Rata (%) 1,35
Berdasarkan tabel 4.13 agregat kasar yang digunakan mempunyai kadar resapan
air rata rata senilai 1,35% dimana angka ini memenuhi standar resapan air menurut
ASTM C 127-88, (2012)
Kemudian persiapan bahan untuk campuran beton normal, cangkang kerang darah yang
digunakan sebagai subtitusi agregat kasar diayak terlebih dahulu untuk mendapatkan
ukuran yang diinginkan. Ukuran cangkang kerang yang digunakan sebagai subtitusi agregat
kasar adalah ukuran maksimum 10 mm. Saringan yang digunakan untuk mendapatkan
ukuran maksimum 10 mm mulai dari saringan nomor 3/2, 3/4, 3/8, 4, 8 dan pan
Dari hasil tabel 4.14 didapatkan ukuran maksimum cangkang kerang sebagai subtitusi
agregat kasar sebesar 10 mm dan didapat data fineness modulus sebesar 2,62%
Gambar 4. 23 Proses Uji Berat Volume Cangkang Kerang Sebagai Agregat Kasar
Berdasarkan tabel 4.15 didapatkan berat cangkang kerang sebagai Agregat Kasar tanpa
rojokan sejumlah 0,47 g/cm3 serta berat volume serbuk cangkang kerang darah dengan
rojokan sejumlah 0,57 g/cm3
Percobaan Nomor 1 2 3
Berat di Udara (gr) 1000 1000 1000
Berat di Air (gr) 623 626 624,5
Berat Jenis 2,65 2,67 2,66
Rata-Rata 2,66
Berdasarkan tabel 4.16 diketahui hasil dari uji berat jenis agregat kasar sejumlah
2,66 gr/cm3 dimana nilai tersebut memenuhi persyaratan SNI-1969-2008,
(2008)mengenai cara pengujian berat jenis serta penyerapan air agregat kasar.
Jumlah Satuan
Bahan
CK 1 T CK 2 T CK 3 T CK 4 T CK 5 T kg
Semen 3,24 3,24 3,24 3,24 3,24 kg
Air 1,55 1,55 1,55 1,55 1,55 L
Pasir Lumajang 5,34 5,34 5,34 5,34 5,34 kg
Kerikil 3,76 3,76 3,76 3,76 3,76 kg
Cangkang Kerang 0,07 0,08 0,08 0,09 0,10 kg
51
DAFTAR PUSTAKA
(Gere dan Timoshenko). 2000. Modulus elastisitas beton
[KemenPUPR] Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2016. Surat Edaran
Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor: 07/SE/M/2016 Tentang
Pedoman Tata Cata Penentuan Campuran Beton Normal Dengan Semen OPC, PPC Dan
PCC
ASTM C-496. 2011. Standard test method for splitting tensile strength of cylindrical concrete
specimens astm c-496. ASTM International. (March 1996):1–5.
ASTM C 127-88. 2012. Specific gravity and absorption of coarse aggregate aashto t-85-10.
10(January):8–9.
ASTM C128. 2015. Standard test method for relative density (specific gravity) and absorption
of fine aggregates, astm international, west conshohocken, pa, 2015. ASTM Internasional.
i:15–20.
Badan Standardisasi Nasional. 1998. Sni 03-4804-1998. Metode Pengujian Bobot Isi Dan
Rongga Udara Dalam Agregat.
Badan Standardisasi Nasional. 2011. SNI 1974-2011 Cara Uji Kuat Tekan Beton Dengan
Benda Uji Silinder. Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
Badan Standardisasi Nasional. 2019. SNI 2847:2019 persyaratan beton struktural untuk
bangunan gedung. Standar Nasional Indonesia (SNI). (8):720.
DKP. 2010. FUNGSIONALISASI cangkang kerang hijau (perna viridis) sebagai peningkat
kadar kalsium susu fermentasi. 240900(2008)
SNI-1969-2008. 2008. Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar. Badan Standar
52
SNI 03-2491-2014. 2014. Metode uji kekuatan tarik belah spesimen beton silinder standard
test method for splitting tensile strength of. Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 1–
17.
SNI 03-2834-2000. 2000. SNI 03-2834-2000: Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal. Sni 03-2834-2000.
SNI 1972. 2008. SNI 1972:2008 Cara Uji Slump Beton. Badan Standar Nasional.
Sugiyono. 2019. Pengaruh harga dan kualitas produk terhadap kepuasan konsumen pada pt.
asia teknik kreasindo. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents. 12–26.