Anda di halaman 1dari 54

PENGARUH KEPEMIMPINAN LURAH DAN KESADARAN WAJIB

PAJAK TERHADAP KEPATUHAN DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI


DAN BANGUNAN DI KECAMATAN PALU TIMUR

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat melakukan penelitian pada Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tadulako

Oleh :

FIRMAN
C 301 16 267

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................. 6
1.5 Sistematika Penulisan............................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penelitian Terdahulu.............................................................. 8
2.2 Kepemimpinan Lurah............................................................ 11
2.2.1 Pengertian Kepemimpinan........................................... 11
2.2.2 Pengertian Lurah.......................................................... 11
2.2.3 Pengertian Kepemimpinan Lurah................................ 12
2.3 Pajak Bumi dan Bangunan..................................................... 13
2.3.1 Pengertian Pajak........................................................... 13
2.3.2 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan ........................ 13
2.3.3 Sanksi Pajak Bumi dan Bangunan............................... 14
2.3.4 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan.................................. 16
2.4 Kesadaran Wajib Pajak.......................................................... 17
2.4.1 Pengertian Kesadaran................................................... 17
2.4.2 Pengertian Kesadaran Wajib Pajak.............................. 17
2.5 Kepatuhan Wajib Pajak.......................................................... 17
2.6 Kerangka Pemikiran............................................................... 19
2.7 Hipotesis................................................................................ 21

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Objek Penelitian..................................................................... 24
3.2 Jenis Penelitian....................................................................... 24
3.3 Jenis dan Sumber Data........................................................... 24
3.3.1 Jenis Data................................................................... 24
3.3.2 Sumber Data............................................................... 25
3.4 Teknik Pengumpulan Data..................................................... 25
3.5 Populasi dan Sampel.............................................................. 26
3.5.1 Populasi...................................................................... 26
3.5.2 Sampel........................................................................ 26

iv
3.6 Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel.................... 28
3.6.1 Variabel Independen.................................................. 28
3.6.2 Variable Dependen..................................................... 29
3.6.3 Pengukuran Variabel.................................................. 31
3.7 Teknik Pengujian Instrumen.................................................. 32
3.7.1 Uji Validitas............................................................... 32
3.7.2 Uji Reliabilitas........................................................... 32
3.8 Uji Asumsi Klasik.................................................................. 33
3.8.1 Uji Normalitas............................................................ 33
3.8.2 Uji Multikoliniearitas................................................. 34
3.8.3 Uji Heteroskedastisitas............................................... 34
3.9 Metode Analisis..................................................................... 35
3.9.1 Deskriptif Variabel.................................................... 35
3.9.2 Analisis Regresi Linear Berganda............................. 36
3.10 Pengujian Hipotesis............................................................... 38
3.10.1 Uji F........................................................................... 38
3.10.2 Uji t............................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 40

LAMPIRAN............................................................................................... 42

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Realisasi Penerimaan PBB di Kecamatan Palu Timur ....................... 3


2.1 Penelitian Terdahulu............................................................................ 10
3.1 Penentuan Sampel Per Kelurahan Kecamatan Palu Timur.................. 27
3.2 Matriks Operasional Variabel.............................................................. 30
3.3 Skor Jawaban Pernyataan Menurut Skala Likert................................. 31
3.4 Tabulasi Frekuensi............................................................................... 35

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran............................................................................. 21

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang digunakan

untuk kepentingan umum negara. Pajak yang diperoleh pemerintah, salah satunya

berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang merupakan jenis pajak pusat

dan seluruh realisasi penerimaan pajaknya diserahkan kepada pemerintah daerah

baik Provinsi maupun Kabupaten. Pajak Bumi dan Bangunan diatur dalam UU

Nomor 12 Tahun 1994 yang merupakan landasan hukum dalam pengenaan pajak

atas bumi dan bangunan untuk memperoleh manfaat atas bumi dan/atau bangunan.

Pentingnya pendapatan dari pajak bumi dan bangunan mendorong

pemerintah untuk melakukan berbagai kebijakan baru guna meningkatkan

pendapatan negara. Salah satu upaya pemerintah untuk memperoleh dana dari

pajak bumi dan bangunan dalam jangka waktu yang singkat yaitu Tax Amnesty

atau Pengampunan Pajak yang didasarkan pada Undang-undang Nomor 11 Tahun

2016 tentang Pengampunan Pajak. Berlakunya Tax Amnesty pada tahun 2016

karena masih kurangnya kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan

harta bendanya melalui Surat Pemberitahuan Tahunan (Ispriyarso, 2019).

Pemerintah daerah melalui Kelurahan mendistribusikan Surat

Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) untuk diberikan kepada Wajib Pajak yang

memiliki kewajiban untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan setiap tahunnya.

Pembayaran pajak khususnya PBB dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui

Offline seperti kantor Pos, petugas pemungut pajak di Kelurahan atau kantor Desa
terkait dan melalui Bank yang telah ditunjuk berdasarkan kebijakan pemerintah

daerah setempat. Dapat juga dilakukan melalui pembayaran Online seperti

internet banking, melalui aplikasi resmi yang telah diluncurkan pemerintah dan

melalui aplikasi lainnya yang telah bekerja sama dengan pemerintah untuk

memudahkan Wajib Pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.

Kebijakan tersebut diberlakukan pemerintah agar memudahkan

masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan serta dapat

mengefisienkan waktu dan tenaga sehingga target penerimaan negara yang berasal

dari Pajak Bumi dan Bangunan dapat terealisasi. Tetapi pada kenyataannya, di

Kota Palu masih banyak masyarakat yang belum patuh membayar pajak. Salah

satunya di Kecamatan Palu Timur yang menjadi lokasi peneliti untuk mengetahui

tingkat kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, realisasi penerimaan Pajak Bumi

dan Bangunan di Kecamatan Palu Timur pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan PBB di Kecamatan Palu Timur
Tahun 2019
Jumlah Pencapaian
No. Kelurahan Target Realisasi
SPPT (%)
1 Besusu Barat 1.955 689.332.337 379.909.920 55,11
2 Besusu Tengah 1.305 613.839.339 324.009.426 52,78
3 Besusu Timur 1.380 633.448.523 409.515.233 64,65
4 Lolu Utara 2.325 942.941.389 599.515.233 63,54
5 Lolu Selatan 1.823 1.576.520.215 1.022.027.903 64,83
Jumlah 8.788 4.456.081.806 2.734.612.526 61,37
Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kota Palu, 2020
Berdasarkan tabel diatas, ditemukan data realisasi penerimaan PBB

khususnya Kecamatan Palu Timur pada tahun 2019 masih belum maksimal

dengan jumlah SPPT yang terdaftar sebanyak 8.788. Cakupan data dari target

2
yang telah ditentukan yaitu 4.456.081.806 namun kenyataannya penerimaan yang

telah terealisasi hanya sebesar 2.734.612.526 dan tentunya masih belum mencapai

target yang telah ditentukan. Dari data tersebut, didapatkan presentasi pencapaian

sebesar 61,37%. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat kepatuhan dalam

membayar pajak, kurangnya perhatian dari kepemimpinan lurah terhadap

pendapatan pajak dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.

Dalam hal meningkatkan kesadaran wajib pajak, perlu diterapkannya

kedisiplinan dan motivasi kepemimpinan, khususnya Lurah yang juga menjadi

salah satu faktor kurangnya respon masyarakat dalam membayar PBB.

Kepemimpinan Lurah yang belum bisa memberikan peringatan dan sikap yang

tegas dalam menyikapi pemungutan pajak bumi dan bangunan tentu akan

berpengaruh pada pendapatan yang masih belum maksimal, ditambah lagi dengan

tidak diterapkannya sanksi kepada aparat daerah yang lalai dalam melakukan

tugasnya sehingga banyak yang bermalas-malasan dalam melakukan pemungutan

pajak bumi dan bangunan. Baik pemimpin Pusat hingga tingkat Daerah tidak lagi

merupakan sosok yang hanya dapat memberi perintah saja, namun dituntut juga

untuk tampil sebagai pemberi pelayanan, menjadi panutan, menjadi fasilitator

maupun sebagai mitra kerja. Untuk itulah peranan kepala Lurah sangat dituntut

keaktifannya dalam memotivasi dan meningkatkan kesadaran masyarakatnya

untuk selalu taat dalam membayar pajak sehingga dapat memenuhi target yang

telah ditetapkan.

Selain itu, sikap masyarakat yang belum sepenuhnya memiliki kesadaran

lebih mengenai kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan masih terbilang

3
rendah, tentunya ini di dasarkan pada masyarakat yang memang masih belum

memahami dengan baik adanya kewajiban terhadap pembayaran pajak bumi dan

bangunan dengan beberapa anggapan bahwa mereka tidak merasakan mengenai

dampak langsung dari pembayaran pajak yang telah dilakukan, sehingga

kebanyakan masyarakat memang masih kurang merespon dalam hal kepatuhan

untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Kurangnya tingkat kepatuhan sebagian besar masyarakat di Kecamatan

Palu Timur yang selalu acuh tak acuh dalam hal membayar pajak bumi dan

bangunan masih rendah walaupun sudah berlandaskan hukum yang kuat. Untuk

itu diperlukannya peran serta kedisiplinan kepemimpinan lurah sebagai kepala

kelurahan yang terdepan untuk dapat memotivasi, membimbing dan memberikan

pengetahuan yang lebih baik terhadap masyarakat dalam menjalankan

kewajibannya membayar pajak bumi dan bangunan.

Berdasarkan data tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Kepemimpinan Lurah dan Kesadaran Wajib

Pajak Terhadap Kepatuhan Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di

Kecamatan Palu Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

4
a. Apakah kepemimpinan Lurah dan kesadaran wajib pajak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan di kecamatan Palu

Timur?

b. Apakah kepemimpinan Lurah berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak bumi dan bangunan di kecamatan Palu Timur?

c. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak bumi dan bangunan di kecamatan Palu Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan Lurah dan kesadaran wajib

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan di kecamatan

Palu Timur

b. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan Lurah terhadap kepatuhan

wajib pajak bumi dan bangunan di kecamatan Palu Timur

c. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak bumi dan bangunan di kecamatan Palu Timur

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi:

a. Bagi Pemerintah Kelurahan Palu Timur

5
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tambahan dalam

mengambil kebijakan untuk meningkatkan penerimaan pajak bumi dan

bangunan.

b. Bagi Wajib Pajak

Penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan kesadaran maupun

kepatuhan dalam membayar pajak bumi dan bangunan

c. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

penelitian selanjutnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan proposal ini diharapkan untuk memperjelas pengetahuan

penelitian secara menyeluruh, maka akan diuraikan sistematika penulisan ke

dalam beberapa sub bagian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan penelitian, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab dua ini akan diuraikan landasan teoritis menjelaskan teori-teori

yang mendukung perumusan hipotesis, yang didukung dengan penelitian

terdahulu. Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan permasalahan yang akan

diteliti yaitu tentang apa yang seharusnya sehingga timbul adanya hipotesis

6
(dugaan awal penelitian). Jadi, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

masalah yang diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi deskripsi tentang bagaimana penelitian akan dilaksanakan

secara operasional yang menguraikan variabel penelitian dan definisi operasional,

penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode

analisis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan deskripsi objek penelitian yang secara deskriptif

dibahas variabel-variabel yang berkaitan dengan masalah penelitian. Analisis data

dilakukan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca

dan diinterpretasikan. Setelah data dianalisis, dalam pembahasan dijelaskan

implikasi dari hasil analisis data dan interpretasi yang dibuat dalam penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan atas hasil penelitian dan saran atas dasar hasil

penelitian tersebut.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

(A. A. Putri et al., 2017), meneliti tentang Pengaruh Sosialisasi Pemerintah

dan Kepemimpinan Lurah Terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar Pajak

Bumi dan Bangunan di Kota Dumai. Jenis penelitian adalah metode penelitian

kuantitatif dengan data menggunakan data primer dengan metode kuesioner.

Untuk populasi dalam penelitian ini merupakan masyarakat di Kota Dumai.

Teknik pengumpulan data yaitu purposive sampling. Berdasarkan hasil analisis

data dan hasil pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi

Pemerintah dan pimpinan pimpinan berpengaruh positif secara signifikan terhadap

tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dan bangunan.

(Tax et al., 2016) meneliti tentang pengaruh kesadaran wajib pajak dan

pelayanan pegawai pajak terhadap kesadaran wajib pajak. Teknik pengumpulan

data yaitu kuesioner yang telah disusun. Populasi dalam penelitian ini adalah

Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kabupaten Temanggung ..

Sampel dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang melaporkan Surat

Pemberitahuan Tahunan sampai bulan Maret 2016. Penelitian ini bersifat kausal

komparatif dengan pendekatan kuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah data

primer. Hasil Penelitian dari 101 responden, menunjukkan bahwa Kesadaran

Wajib Pajak dan Pelayanan Pegawai Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Kabupaten Temanggung tahun 2015 berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak.
(Yanuar, 2017) melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan

kepala desa dan kesadaran terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak bumi dan bangunan di Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen, Kab. Klaten.

Populasi dalam penelitiannya yaitu wajib pajak di desa candirejo pada tahun 2017

sebanyak 1.890 orang. Sedangkan sampel menggunakan simple ramdom sampling

sehingga diperoleh sebanyak 95 orang. Analisis data dalam penelitian ini yaitu

analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda dengan bantuan SPSS.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif dan metode survey.

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dan kuesioner.

Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu kepemimpinan kepada desa

berpengaruh terhadap kepatuhan dengan presentase 7,7% sedangkan kesadaran

wajib pajak memperoleh presentase 21,6%. Terdapat pengaruh positif antara

kepemimpinan kepala desa dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan, dengan presentase

pengaruhnya sebesar 25,1% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di

luar penelitian.

(Susyanti & Utami, 2018), melakukan penelitian tentang peran

kepemimpinan, kualitas pelayanan petugas pemungut pajak, dan motivasi wajib

pajak dalam kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan. Metode

pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini wajib pajak warga desa Candirejo, Kecamatan Ngawen.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Hasil penelitian yaitu

peran kepemimpinan, kualitas pelayanan petugas pemungut pajak, dan motivasi

9
wajib pajak secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan

wajib pajak bumi dan bangunan di Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen.

Adapun persamaan dan perbedaan peneliti dengan penelitian sebelumnya

dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti
(A. A. Pengaruh Sosialisasi a) Variabel X1 a) Variabel X2
Putri et al., Pemerintah dan Kepemimpina Sosialisasi
2017) Kepemimpinan Lurah n Lurah Pemerintah
Terhadap Kesadaran b) Variabel Y b) Objek penelitian
Masyarakat Membayar Kesadaran
Pajak Bumi Dan Membayar
Bangunan di Kota Dumai PPB
(Tax et al., Pengaruh Kesadaran a) Variabel X a) Variabel Y
2016) Wajib Pajak Dan Kesadaran Pelayanan
Pelayanan Pegawai Pajak Wajib Pajak Pegawai Pajak
Terhadap Kesadaran b) Objek penelitian
Wajib Pajak
(Yanuar, Pengaruh Kepemimpinan a) Variabel X2 a) Variabel X1
2017) Kepala Desa Dan Kesadaran Kepemimpinan
Kesadaran Wajib Pajak Wajib Pajak Kepala Desa
Terhadap Kepatuhan b) Variabel Y b) Objek
Wajib Pajak Dalam Kepatuhan penelitian
Membayar Pajak Bumi Membayar
Dan Bangunan Di Desa Pajak Bumi
Candirejo, Kecamatan dan
Ngawen, Kabupaten Bangunan
Klaten
(Susyanti Peran Kepemimpinan, a) Variabel Y a) Variabel X1
& Utami, Kualitas Pelayanan Kepatuhan Kualitas
2018) Petugas Pemungut Pajak Membayar Pelayanan
dan Motivasi Wajib Pajak Bumi Petugas
Pajak Dalam Kepatuhan dan Pemungut Pajak
Membayar Pajak Bumi Bangunan. b) Variabel X2
dan Bangunan. Motivasi Wajib
Pajak
c) Objek penelitian
Sumber : Data diolah penelitian (2020)

10
2.2 Kepemimpinan Lurah

2.2.1 Pengertian Kepemimpinan

Pada kenyataannya seseorang pasti memerlukan bantuan orang lain, hal ini

mengacu pada pemimpin ataupun pimpinan. Menurut Rivai (2003: 2),

kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan

tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu kapasitas yang mempunyai

kemampuan atau hak untuk mengarahkan, membimbing, atau mendorong

seseorang untuk melakukan segala sesuatu yang merupakan kebijaksanaan atau

perintah untuk tujuan tertentu (Bagariang, 2014)

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan merupakan sesuatu proses yang sedang dijalankan atau dipimpin

dalam suatu organisasi oleh seorang pemimpin untuk mencapai sebuah tujuan

maupun sasaran yang telah direncanakan.

2.2.2 Pengertian Lurah

Lurah adalah Kepala Kelurahan yang merupakan perangkat Kecamatan

yang membantu sebagian tugas Camat seperti yang tercantum dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005. Solihin (2002: 74), mengemukakan bahwa

kelurahan adalah wilyah kerja Lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan

daerah kota dibawah kecamatan.

11
Ciri utama kepala kelurahan yaitu sebagai pegawai negeri dan tidak

dipilih. Oleh karena itu, Lurah mempunyai peranan yang sangat vital dalam

mengelola Kelurahan dan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

2.2.3 Pengertian Kepemimpinan Lurah

Kepemimpinan lurah merupakan kepemimpinan yang berorientasi sesuai

dengan kewenangan lurah, kewenangan tersebut merupakan kekuasaan legitimasi.

Artinya kekuasaan yang melekat pada jabatan tersebut untuk meyakinkan bahwa

individu yang berada dalam jabatan dibawahnya telah memenuhi persyaratan yang

telah ditetapkan dalam peraturan yang ada (Bagariang, 2014)

Aries Djaenuri (2015: 24), menyatakan bahwa Pemimpin pemerintahan

merupakan figur yang paling menentukan keefektifan dalam mencapai tujuan

organisasi pemerintahan. Dengan kata lain, pencapaian tujuan organisasi

pemerintahan ditentukan oleh kemampuan, kompetensi dan kapabilitas setiap

pemimpin pemerintahan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya maupun

mengarahkan bawahannya.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999

Tentang Pemerintahan Daerah, terdapat pengambilan keputusan yang diambil

pada tatanan kebijakan antara pemimpin eksekutif dan legislatif, serta keputusan

administrasi yaitu keputusan yang diambil oleh pejabat eksekutif dalam hal ini

adalah bisa presiden, menteri, gubernur, bupati, walikota, camat, kepala desa,

lurah.

12
2.3 Pajak Bumi dan Bangunan

2.3.1 Pengertian Pajak

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro dalam Resmi (2009:1), pajak

merupakan iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor

partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sumber

pajak berasal dari hasil pungutan wajib pajak sehingga anggaran pajak merupakan

sumber pendapatan negara yang terbesar dan terpenting karena perannya dalam

membangun negara dalam hal infrastruktur untuk kepentingan umum menjadi

lebih baik dari tahun ke tahun demi kesejahteraan masyarakatnya.

Berdasarkan definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pajak

merupakan pungutan wajib dan bersifat memaksa yang berasal dari sebagian

kekayaan rakyat dalam bentuk uang yang selanjutnya masuk dalam pendapatan

negara tanpa adanya imbalan yang diberikan secara khusus dari pemerintah guna

dikelola kembali untuk keperluan mensejahterahkan masyarakat.

2.3.2 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu pajak pusat yang

wewenangnya akan dilimpahkan kepada daerah dengan diberlakukannya Undang-

Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PBB

sektor perdesaan dan perkotaan dialihkan menjadi pajak daerah. Dengan

dijadikannya PBB perdesaan dan perkotaan menjadi pajak daerah, maka

13
penerimaan jenis pajak ini akan diperhitungkan sebagai pendapatan asli daerah

(PAD) yang menambah sumber pendapatan asli daerah dan meningkatkan

kemampuan daerah membiayai kebutuhan daerahnya sendiri (Sapriadi, 2013).

Menurut Erly Suandy (2005: 61) PBB adalah pajak yang bersifat

kebendaan, yaitu besaran pajak terutang ditentukan dari keadaan objek yaitu

bumi/tanah dan/atau bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak

negara yang dikenakan terhadap Bumi dan Bangunan yang didasarkan oleh

Undang-undang yang telah berlaku dengan tujuan untuk kepentingan umum,

pembangunan berskala nasional dan mensejahterakan rakyat. Jadi jika seseorang

mempunyai tanah atau bangunan, maka orang tersebut wajib membayar pajak atas

tanah atau bangunannya tersebut.

2.3.3 Sanksi Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut Waluyo (2011: 207-210), terdapat dua sanksi Pajak Bumi dan

Bangunan yaitu:

a. Sanksi Administrasi

1) Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak

(SPOP) walaupun telah ditegur secara tertulis, tetap akan dikenakan sanksi

administrasi berupa denda sebesar 25% (dua puluh lima persen) dihitung

dari pokok pajak.

2) Wajib Pajak yang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain

ternyata jumlah pajak yang terutang tersebut ditambah/dikenakan sanksi

14
administrasi berupa denda sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari selisih

pajak yang terutang.

3) Wajib Pajak yang tidak membayar atau kurang membayar pajak yang

terutang pada saat jatuh tempo pembayaran, dikenakan sanksi administrasi

berupa bunga sebesar 2% sebulan yang dihitung dari saat jatuh tempo

sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan.

b. Sanksi Pidana

1) Barang siapa karena kealpaannya:

a) Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak kepada

Direktorat Jenderal Pajak

b) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak tapi melampirkan

keterangan yang isinya tidak benar.

Mengakibatkan kerugian pada Negara, akan dipidana dengan pidana kurungan

selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya sebesar 2 kali

pajak terutang.

2) Barang siapa dengan sengaja:

a) Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak kepada

Direktorat Jenderal Pajak

b) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak tapi melampirkan

keterangan yang isinya tidak benar

c) Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen lain yang

palsu atau dipalsukan yang seolah-olah benar

d) Tidak memperlihatkan surat atau dokumen lainnya

15
e) Tidak menunjukkan data keterangan yang diperlukan

Mengakibatkan kerugian pada Negara, dipidana dengan penjara selama-

lamanya 2 (dua) tahun ataudendasetinggi-tingginyasebesar 5 (lima) kali pajak

yang terutang.

3) Terhadap kategori bukan Wajib Pajak yang bersangkutan melakukan

tindakan sebagaimana dimaksud pada angka 2huruf d dan e, dipidana

dengan Pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda setinggi-

tingginya sebanyak Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).

2.3.4 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan

Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan telah dicantumkan dalam Undang-

undang Nomor 28 Tahun 2009 mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang

secara praktis pemerintah daerah telah memiliki kewenangan sejak berlakunya

UU tersebut tahun 2009. Dengan demikian tarif Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan yang ditetapkan di wilayah Kota Palu berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah yang

mengalami perubahan kedua pada tarif Pajak Bumi dan Bangunan yaitu Peraturan

Daerah Kota Palu Nomor 3 Tahun 2014 pada Pasal 80 (jdih.palukota.go.id) adalah

sebagai berikut:

a. Tarif 0,11% untuk Nilai Jual Objek Pajak tanah dan/atau bangunan kurang

dari Rp. 2.000.000.000 (dua milyar rupiah);

b. Tarif 0,2% untuk Nilai Jual Objek Pajak tanah dan/atau bangunan

Rp.2.000.000.000 (dua milyar rupiah) atau lebih.

16
2.4 Kesadaran Wajib Pajak

2.4.1 Pengertian Kesadaran

Kesadaran merupakan unsur dalam diri manusia untuk memahami realita

dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Kesadaran

merupakan proses belajar dari pengalaman maupun dari pengumpulan informasi

yang diterima untuk mendapatkan keyakinan diri yang mendorong dilakukannya

suatu tindakan. (N. R. Putri & Saleh, 2018).

2.4.2 Pengertian Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak

mengetahui, memahami, menghargai, dan menaati dan/atau melaksanakan

ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan

untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib

pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik

sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (Muliari & Setiawan, 2011). Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak merupakan langkah

terpenting agar terciptanya kewajiban dalam membayar pajak yang dilakukan oleh

wajib pajak.

2.5 Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan berarti patuh dan taat pada peraturan yang telah berlaku.

Kepatuhan wajib pajak yaitu suatu ketaatan wajib pajak untuk melakukan

peraturan-peraturan perpajakan yang diwajibkan untuk dilaksanakan berdasarkan

17
undang-undang perpajakan (Permatasari & S., 2012) . Ada dua macam kepatuhan

(Rahayu, 2013: 138-139), yaitu:

a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi

kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dlam UU perpajakan.

b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara

hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai

isi dan jiwa undang-undang perpajakan.

(Muliari & Setiawan, 2011) menjelaskan bahwa kriteria wajib pajak patuh

menurut Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK.02/2000 wajib pajak patuh

adalah sebagai berikut:

a. Tepat waktu menyampaikan SPT semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah

memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak

c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir

d. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 28 UU KUP, dan dalam hal terhadap wajib pajak

pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir

untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling banyak 5%

e. Wajib pajak yang laporan keuangannya dua tahun terakhir diaudit oleh

akuntan public dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat

dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiscal.

18
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan

merupakan kewajiban orang pribadi dalam melaksanakan tugasnya sebagai wajib

pajak dengan tepat waktu tanpa menunda pembayaran pajaknya. Dengan taat dan

patuh pada peraturan yang berlaku dalam hal perpajakan, maka kepatuhan yang

diharapkan oleh pemerintah dalam membayar pajak terealisasi.

2.6 Kerangka Pemikiran

(Sapriadi, 2013) Secara umum pajak dipungut berdasarkan undang-

undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan dan secara

garis besar diperuntukkan untuk pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam hal

pembangunan nasional yang merata di seluruh Indonesia agar terciptanya

kemajuan khususnya sektor ekonomi dan sektor lainnya sehingga dapat

mensejahterakan masyarakat. Demi terwujudnya kelancaran pembangunan

nasional diperlukan pembiayaan yang sebagian besar berasal dari pajak.

Kewenangan dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan telah

diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah/kota berdasarkan Undang-Undang No.

28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pada kenyataanya

membayar pajak PBB merupakan hal yang paling lambat dilakukan oleh Wajib

Pajak dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang tidak patuh dalam

membayar pajak.

Banyak cara yang dilakukan pemerintah agar sebagian masyarakatnya

patuh dalam membayar pajak, salah satunya melalui Pemerintah Daerah

khususnya tingkat Lurah melalui kepemimpinannya yang dapat mengarahkan

19
maupun memotivasi masyarakat setempat sehingga patuh dan taat dalam

membayar pajak bumi dan bangungan.

Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain

agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan

diartikan sebagai kemampuan menggerakkan atau memotivasi sejumlah orang

agar secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada pencapaian

tujuannya. Kepemimpinan juga merupakan proses menggerakkan grup atau

kelompok dalam arah yang sama tanpa paksaan (Kalalo et al., 2015).

System pemungutan pajak yang berlaku saat ini yaitu self assessment

system, dimana segala pemenuhan kebutuhan perpajakan dilakukan sepenuhnnya

oleh wajib pajak, sedangkan pemerintah (fiskus) hanya melakukan pengawasan

melalui prosedur pemeriksaan (Mardiasmo, 2006: 7). Dengan system ini,

kesadaran masyarakat dalam membayar pajak sangat diperlukan.

(Prayoga, 2017) Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib

pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan

benar dan sukarela. Pengetahuan dan pemahaman tentang perpajakan sangat

penting karena dapat membantu wajib pajak dalam mematuhi aturan perpajakan.

Wajib pajak harus melaksanakan aturan itu dengan benar dan sukarela. Jadi,

kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui,

mengakui, menghargai dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta

memiliki kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi kewajiban pajaknya.

Semakin tinggi kesadaran dalam membayar pajak maka akan meningkatkan

kepatuhan wajib pajak.

20
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan meneliti tentang pengaruh

kepemimpinan lurah dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan dalam

membayar pajak bumi dan bangunan dengan paradigma konseptual dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kepemimpinan Lurah
(X1)
Kepatuhan Wajib Pajak
dalam Membayar PBB
(Y)
Kesadaran Wajib Pajak
(X2)

Keterangan:
Simultan
Parsial
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

2.7 Hipotesis

Hipotesis berasal dari dua kata yaitu hypo (belum tentu benar) dan tesis

(kesimpulan). Sekaran (2005) mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang

diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variable yang diungkapkan

dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Berdasarkan latar belakang, rumusan

masalah, landasan teori dan kerangka pemikiran, maka rumusan hipotesis adalah

sebagai berikut:

21
2.7.1 Pengaruh Kepemimpinan Lurah dan Kesadaran Wajib Pajak

terhadap Kepatuhan Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di

Kecamatan Palu Timur

Kepatuhan wajib pajak dapat ditingkatkan dengan meningkatkan

kesadaran wajib pajak (Susilawati, 2013). Apabila kesadaran akan pajak semakin

tinggi maka pelaksanaan kewajiban membayar pajak semakin baik sehingga dapat

meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Kepemimpinan lurah juga dituntut aktif

dalam memberi arahan kepada masyarakat agar kepatuhan dalam membayar pajak

semakin baik. Penelitian yang dilakukan oleh (Yanuar, 2017), menemukan bahwa

kepemimpinan kepala desa dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif pada

kepatuhan pelaporan wajib pajak sebesar 25,1%. Berdasarkan uraian yang telah

dipaparkan maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Kepemimpinan lurah dan kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap

kepatuhan dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Palu

Timur

2.7.2 Pengaruh Kepemimpinan Lurah terhadap Kepatuhan Dalam

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Palu Timur

Kepemimpinan lurah merupakan kewenangan kepemimpinan yang

didapatkan dari jabatan sebagai lurah. Lurah merupakan kepala kelurahan yang

merupakan perangkat kecamatan yang membantu sebagian tugas camat seperti

yang tercantum dalam Peraturan Pemerintahan UU No. 73 pasal 4 dan 5 Tahun

2005. Peranan kepemimpinan lurah sangat diperlukan dalam memotivasi dan

22
meningkatkan kesadaran masyarakatnya untuk selalu taat dalam membayar pajak.

(Bagariang, 2014) melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan lurah

terhadap peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan

bangunan (PBB) di sebelas kelurahan di Kota Padang. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pengaruh kepemimpinan lurah berpengaruh positif terhadap

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB sebesar 27,7%.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

H2 : Kepemimpinan lurah berpengaruh terhadap kepatuhan dalam membayar

pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Palu Timur

2.7.3 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Dalam

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Palu Timur

Kesadaran wajib pajak adalah kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk

rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan

cara membayar kewajiban pajaknya. Penelitian yang dilakukan oleh (Muliari &

Setiawan, 2011), menemukan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif

dan signifikan pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur. Berdasarkan uraian yang telah

dipaparkan maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3 : Kesadaran Wajib Pajak bepengaruh terhadap kepatuhan dalam membayar

pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Palu Timur

23
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Palu Timur. Sedangkan objek

dalam penelitian ini adalah Kepemimpinan Lurah (X1) dan Kesadaran Wajib

Pajak (X2) sebagai variabel independen dan Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (Y) sebagai variabel dependen penelitian.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survei. Kerlinger dalam

(Sugiyono 2014: 08), penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada

populasi besar maupun kecil, dan mengambil data dari populasi tersebut. Metode

ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan subyek

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Pada umumnya penelitian

survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk uraian

b. Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang disajikan berupa angka-angka.


3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu data primer dan

data sekunder (Sugiyono, 2017:137), yaitu sebagai berikut:

a. Data primer merupakan sumber data yang langsung diberikan kepada

pengumpul data. Data primer diperoleh langsung dari tanggapan

responden melalui hasil wawancara atau hasil kuesioner.

b. Data sekunder adalah data yang berupa data-data yang sudah tersedia dan

dapat diperoleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau

mendengarkan. Data sekunder dalam penelitian ini melalui media internet,

buku, skripsi, jurnal ataupun artikel yang berkaitan dengan penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013: 193), pengumpulan data dapat dilakukan dengan

berbagai sumber dan cara. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

kuesioner (angket), wawancara (interview), observasi (pengamatan) dan gabungan

ketiganya. Data yang digunakan dalam penelitian ini , sebagai berikut:

a. Kuesioner (angket), merupakan pengumpulan data dengan memberikan

atau menyebarkan daftar pertanyaan tertulis kepada para responden dengan

harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.

b. Wawancara, yaitu metode pengambilan data dengan cara tanya jawab

secara langsung dengan responden untuk melengkapi jawaban kuesioner.

c. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap nasabah

yang dijadikan sampel penelitian ini.

25
3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek dan obyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 115). Populasi

yang menjadi objek penelitian ini adalah Wajib Pajak yang dikenakan atas Pajak

Bumi dan Bangunan. Tercatat jumlah SPPT Wajib Pajak pada populasi di

Kecamatan Palu Timur sebanyak 8.788 pada tahun 2019.

3.5.2 Sampel

Menurut Martono (2012: 74), sampel didefinisikan sebagai anggota

populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga dapat

mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin.

Rumus Slovin merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan

jumlah sampel (Siregar 2011: 149). Ukuran sampel dengan rumus Slovin:

N
n =
1+ N ( e )2
Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = batas kesalahan maksimal ditolelir sampel adalah 10%

Berdasarkan data yang telah dihimpun peneliti, jumlah SPPT di

Kecamatan Palu Timur sebanyak 8.788 Wajib Pajak tahun 2019. Maka jumlah

sampel untuk penelitian ini berdasarakan rumus di atas adalah:

26
8788
n =
1+ 8.788 ( 0,1 )2

8 . 788
n =
1+8788 (0,01)
8788
n =
1+8 7,88
8 788
n =
88,88
n = 98,8 7 dibulatkan menjadi 99 sampel

Berdasarkan teknik Slovin yang digunakan untuk menentukan ukuran

sampel dengan tingkat kesalahan 10%, maka dapat disimpulkan sampel berjumlah

99 responden. Pengambilan sampel berdasarkan random sampling dengan metode

simple random sampling, dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang

yang sama untuk dipilih menjadi sampel sedangkan unit analisis dalam penelitian

ini Wajib Pajak Bumi dan Bangunan. Pembagian sampel ditentukan per kelurahan

berdasarkan jumlah wajib pajak pada tahun 2019 sebagai berikut:

Tabel 3.1
Penentuan Sampel Per Kelurahan Kecamatan Palu Timur Tahun 2019

Jumlah Jumlah
No. Kelurahan Proporsional
SPPT Sampel
1 Besusu Barat 1.955 (1.955/8.788) x 99 22
2 Besusu Tengah 1.305 (1.305/8.788) x 99 15
3 Besusu Timur 1.380 (1.380/8.788) x 99 16
4 Lolu Utara 2.325 (2.325/8.788) x 99 26
5 Lolu Selatan 1.823 (1.823/8.788) x 99 20
Jumlah 8.788 99
Sumber: Data diolah 2020

3.6 Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

3.6.1 Variabel Independen (X1) & (X2)

27
Variabel Independen atau disebut sebagai variabel bebas adalah variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2014: 59). Dalam penelitian ini, penjelasan

mengenai operasional masing variabel yaitu:

a. Kepemimpinan Lurah (X1)

(Prayoga, 2017) Kepemimpinan merupakan kemampuan dan kepribadiaan

seseorang dalam mempengaaruhi serta membujuk pihak lain agar

melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan

demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses

kelompok. Lurah sebagai kepala Kelurahan harus menggunakan

kewenangannya dalam memimpin daerah agar dapat memengaruhi

masyarakat untuk patuh dan sadar sebagai seorang wajib pajak dalam

membayar pajak khususnya pajak bumi dan bangunan. Indikator dari

kepemimpinannya adalah:

1) Memberikan motivasi kepada masyarakat, yaitu untuk mendapatkan

hasil yang baik secara optimal;

2) Tanggung jawab sebagai seorang pemimpin terhadap setiap keputusan;

3) Keaktifan pemimpin dalam berpartisipasi dan memberi perhatian timbal

balik dengan masyarakat;

4) Komunikasi, terdiri dari memberikan infomasi, stabilisator, fasilitator.

b. Kesadaran Wajib Pajak (X2)

28
Kesadaran wajib pajak merupakan kemauan wajib pajak untuk melakukan

kewajiban perpajakannya, untuk mengukur kesadaran wajib pajak dapat

digunakan indikator (Muliari & Setiawan, 2011) yaitu sebagai berikut:

1) Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan pajak;

2) Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan Negara;

3) Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku;

4) Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan Negara;

5) Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka rela;

6) Menghitung, membayar, melaporkan dengan benar.

3.6.2 Variabel Dependen (Y)


Variabel dependen disebut dengan variabel terikat yang dipengaruhi atau

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2014: 59). Pada

penelitian ini, variabel dependen (variabel terikat) adalah Kepatuhan Wajib Pajak.

(Permatasari & S., 2012) Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu

kewajiban mengenai peraturan tentang perpajakan yang diwajibkan untuk

dilaksanakan berdasarkan undang-undang yang berlaku. Indikator dari kepatuhan

wajib pajak sebagai berikut:

1) Membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat pada waktunya;


2) Melaporkan setiap perubahan tanah/rumah sendiri kepada aparat PBB;

3) Mengurus dan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)


dengan benar;
4) Menyerahkan SPOP yang sudah terisi kepada Kepala Pelayanan PBB

Secara rinci, operasional variabel dilihat pada ringkasan Matriks berikut:

29
Tabel 3.2
Matriks Operasional Variabel

Skala
No Variabel Indikator
Pengukuran
Kepemi 1) Memberikan motivasi kepada masyarakat,
mpinan yaitu untuk mendapatkan hasil yang baik
Lurah secara optimal;
(X1) 2) Tanggung jawab sebagai seorang pemimpin
(Yanuar, terhadap setiap keputusan yang diambil;
1 Likert
2017) 3) Keaktifan pemimpin dalam menolong
berpartisipasi dan memberi perhatian timbal
balik dengan masyarakat;
4) Komunikasi, yaitu terdiri dari memberikan
infomasi, stabilisator, fasilitator.
Kesadara 1) Mengetahui adanya undang-undang dan
n Wajib ketentuan pajak;
Pajak 2) Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan
(X2) Negara;
(Muliari 3) Memahami bahwa kewajiban perpajakan
& harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
2 Setiawan yang berlaku; Likert
, 2011) 4) Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan
Negara;
5) Menghitung, membayar, melaporkan pajak
dengan suka rela;
6) Menghitung, membayar, melaporkan
dengan benar.
3 Kepatuh 1) Membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat
an Wajib pada waktunya;
Pajak 2) Melaporkan setiap perubahan (renovasi)
(Y) tanah/rumah sendiri kepada aparat Pajak
(Supadm Bumi dan Bangunan;
Likert
i& 3) Mengurus dan mengisi Surat Pemberitahuan
Akuntan Objek Pajak (SPOP) dengan benar;
si, 2009) 4) Menyerahkan SPOP yang sudah terisi
kepada Kepala Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan
Sumber: Data diolah peneliti 2020

30
3.6.3 Pengukuran Variabel

Pada penelitian ini, pengukuran untuk variabel independen (X) dan

variabel dependen (Y) menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono (2014: 107),

dengan skala Likert maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Skala likert secara umum menggunakan lima jawaban atau angka

penilaian atas jawaban pada kuesioner yaitu:

Tabel 3.3
Skor Jawaban Pernyataan Menurut Skala Likert

No. Pilihan (Options) Bobot (Skor)


1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Ragu-ragu 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sanga Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono (2014: 107)

3.7 Teknik Pengujian Instrumen

3.7.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur penyataan yang telah ada didalam

kuesioner. Pernyataan dianggap valid jika pernyataan tersebut mampu untuk

mengungkapkan apa yang diungkapkan atau apa yang ingin diukur. Sugiyono

(2014: 121) mengungkapkan bahwa suatu instrument akan dianggap valid, jika

alat itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing item

pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Menurut Sugiyono

(2014: 179) bila mana koefisien korelasi antar skor suatu indikator dengan skor

total seluruh indicator adalah positif dan lebih dari besar 0,3 (r > 0,3) maka

31
instrument tersebut dianggap valid. Jadi kalau korelasi antar butir dengan skor

total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.

Validitas sangat berkaitan dengan ketepatan hasil pengukuran suatu alat ukur.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menyangkut masalahh ketetapan alat ukur dengan dinilai

menggunakan analisa statistic untuk mengetahui kesalahan ukur. Reliabilitas lebih

mudah dimengerti dengan memperhatikan aspek pemantapan, ketepatan dan

homogenitas. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban

responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung Cronbach Alpha masing-masing

instrument dalam satu variabel. Suatu variabel dikatakan reliable (handal) jika

memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6 Nunnally dalam (Ghozali, 2006: 46).

3.8 Uji Asumsi Klasik

Ghozali (2013: 96), uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah

penggunaan model regresi yang dibuat telah memenuhi asumsi klasik. Pengujian

ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.

3.9.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi,

dependen dan independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi

yang baik adalah yang mendekati normal (Umar, 2008: 79). Menurut Ghozali

(2006: 108), deteksi normalitas dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik)

32
pada sumbu diagonal dari grafik. Pengambilan keputusan dalam uji normalitas

yaitu:

a. Jika data menunjukkan titik tersebut yang menyebar disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis tersebut, maka model regresi

mempunyai distribusi data yang normal.

b. Jika data menunjukkan titik tersebut menyebar jauh dari garis diagonal

atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresinya tidak

memenuhi asumsi normalitas.

Dalam pengujian normalitas, dapat juga dengan melakukan uji One-

Sample Kolmogorov-Smirnov. Uji tersebut dilakukan dengan membandingkan

probabilitas yang diperoleh dengan ketentuan:

a. Nilai signifikan atau nilai probabilitas < 0,05, distribusinya tidak normal

b. Nilai signifikan atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusinya normal.

3.9.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Menurut Ghozali (2012: 105),

model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen. Uji multikolinearitas mengukur keeratan hubungan antar variabel

bebas melalui besaran koefisien relasi (r). Untuk mengetahui adanya

multikolinearitas dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai

toleran yang lebih kecil dari 0,10 atau nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi

multikolinearitas. Rumus VIF adalah:

33
1
VIF =
1- R2

Keterangan:

VIF = Variance Inflation Factor

1 – R2 = Tolerance

R2 = Koefisien determinasi (kuadrat dari koefisien korelasi)

3.9.3 Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2013: 139), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji ini untuk mengetahui apakah variabel

pengganggu (disturbance error) mempunyai varians konstan. Jika varians dari

residu pengamatan lain berbeda berarti ada gejala heteroskedastisitas dari model

regresi tersebut. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Untuk menguji asumsi ini, dilakukan dengan melihat grafik scatterplot

antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan variabel bebas (SRESID)

dengan residualnya (Ghozali, 2013: 139). Dasar pengambilan keputusannya yaitu:

a. Jika titik-titik memiliki pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titiknya menyebar diatas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3.9 Metode Analisis

3.10.1 Deskriptif Variabel

34
Menurut Sugiyono (2017: 147), statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan ataupun

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Kriteria penilaian dalam

Tabulasi Frekuensi dibagi dalam 5 (lima) tingkatan (Sudjana, 2005: 47) yaitu:

Tabel 3.4
Tabulasi Frekuensi
Tingkat Hubungan Interval Frekuensi
Sangat Setuju 4,20-5,00
Setuju 3,40-4,19
Ragu-Ragu 2,60-3,39
Tidak Setuju 1,80-2,59
Sangat Tidak Setuju 1,00-1,79
Sumber: Sudjana 2005

3.10.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear

berganda. Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti

bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen

(kriterium), bila dua atau lebih variabel dependen sebagai factor predictor

dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi hasil analisis regresi ganda akan

dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2 (Sugiyono, 2014: 275).

Regresi linear berganda merupakan alat yang membutuhkan data yang terdiri dari

beberapa kelompok hasil observasi atau pengukuran.

Model umum persamaan regresi linear berganda dapat digambarkan

sebagai berikut: (Sugiyono, 2014: 277)

Y = α + β1 X1 + β 2 X2 + β n Xn + e

35
Keterangan:

Y = Variabel Dependen

α = Intersep

β1 - β n = Koefisien Regresi

X1 - Xn = Variabel Independen

e = Error.

Jika formulasi matematis Regresi Linear Berganda tersebut diaplikasikan

dalam penelitian ini dengan pengolahan data menggunakan alat bantu aplikasi

software Statistical Product and Service Solution (SPSS) For Windows, maka

diperoleh bentuk persamaan sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + e

Keterangan:

Y = Kepatuhan Wajib Pajak

α = Konstanta

β1 - β2 = Koefisien Regresi

X1 = Kepemimpinan Lurah

X2 = Kesadaran Wajb Pajak

e = Error

Dari hasil perhitungan regresi linear berganda akan diperoleh koefisien

korelasi yang digunakan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari model

36
regresi yang digunakan. (Sugiyono 2017: 216) secara umum besarnya koefisien

korelasi antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria sebagai berikut:

a) R2 < 0.2, maka model regresi linear berganda dikatakan sangat lemah.

b) 0.2 < R2 <, maka model regresi linear berganda dikatakan lemah.

c) 0.4 < R2 < 0.6, maka model regresi linear berganda dikatakan cukup lemah.

d) 0.6 < R2 < 0.8, maka model regresi linear berganda dikatakan kuat.

e) 0.8 < R2, maka model regresi linear berganda dikatakan sangat kuat.

3.10 Pengujian Hipotesis

3.11.1 Uji F (Uji Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen

(X) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen (Y). Untuk menguji variabel independennya secara simultan terhadap

variabel dependen, digunakan Uji F dengan formulasi sebagai berikut: (Sugiyono,

2014: 256)

R 2 /(k-1)
F=
(1-R 2 )/(n-k)

Dimana:

F = Diperoleh dari table distribusi F

R2 = Koefisien Determinasi ganda

K = Jumlah variabel independen

n = Jumlah sampel

Untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen, dilakukan perbandingan antara Fhitung dengan Ftabel

37
pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan pedoman yang dilakukan yaitu

sebagai berikut:

a. Apabila Fhitung> Ftabel dan p < 0,05 maka terbukti semua variabel bebas yang

diamati secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat

b. Apabila Fhitung> Ftabel dan p >0,05 maka terbukti semua variabel bebas yang

diamati secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat.

Nilai Fhitung diperoleh dari hasil perhitungan statistik (SPSS) dalam table

ANOVA. Sedangkan F table diperoleh dengan melihat table F (sesuai dengan

tingkat kepercayaan yang ditentukan) dengan cara melihat df1 dan df2. Nilai df1

adalah jumlah dari variabel independen sedangkan nilai df2 adalah (N – K – 1),

dimana N = jumlah sampel, K =jumlah variabel independen. Nilai df1 dan df2

dapat juga dilihat dari hasil perhitungan statistik (SPSS) dalam table Model

Summary.

3.11.2 Uji t (Uji Parsial)

Uji t tujuannya untuk menguji apakah variabel independen (X)

berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) secara parsial (Ghozali, 2013: 98).

Uji t ini untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara

parsial (individu) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen. Adapun caranya dengan menggunakan formulasi Uji-t sebagai berikut:

bi
th =
Sbi

Dimana:

38
th = Nilai t-hitung

bi = Parameter estimasi

Sbi = Standar error.

Dengan kaidah pengambilan keputusan hasil uji parsial adalah:

a) Jika thitung> ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), maka terbukti

secara parsial variabel independen (X) berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen (Y)

b) Jika thitung< ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), maka terbukti

secara parsial variabel independen (X) tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen (Y)

Nilai thitung diperoleh dari hasil perhitungan statistik (SPSS) dalam table

ANOVA. Sedangkan ttabel diperoleh dengan caradf (degree of freedom). Nilai df =

N – K, dimana N = jumlah populasi dan K = jumlah variabel penelitian karena uji

t bersifat dua sisi maka nilai α dibagi (α/2). Jadi nilai t merupakan nilai dari (α/2).

DAFTAR PUSTAKA

Bagariang, R. E. (2014). “Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan


Kesadaran Masyarakat dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
di Sebelas Kelurahan di Kota Padang.” Padang: Universitas Andalas, 28.

Djaenuri, Aries. 2015. Kepemimpinan, Etika dan Kebijakan Pemerintahan.


Bogor: Ghalia Indonesia.

39
Erly, Suandy. 2005. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS


(Edisi Ke 4). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

, 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ispriyarso, B. (2019). Keberhasilan Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax


Amnesty) di Indonesia. Administrative Law and Governance Journal, 2(1),
47–59. https://doi.org/10.14710/alj.v2i1.47-59

Kalalo, F., Tulusan, F., & Ruru, J. (2015). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa
Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi
Dan Bangunan Di Desa Kaayuran Bawah Kecamatan Langowan Selatan
Kabupaten Minahasa. Jurnal Administrasi Publik UNSRAT, 2(30), 1348.

Mardiasmo. 2006. Perpajakan. (Edisi Revisi). Yogyakarta: CV Andi Offset.

Martono, Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Muliari, N. K., & Setiawan, P. E. (2011). Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi


Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib
Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur.
Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 6(1), 1–23.

permatasari, aprillia, & S., P. (2012). Pengaruh Kesadaran Wp Dan Sanksi


Perpajakan Pada Kepatuhan Wp Dalam Membayar Pbb. E-Jurnal Akuntansi,
1(2), 1–15.

Perpajakan, S., & Akuntabilitas, D. A. N. (2013). Pengaruh Kesadaran Wajib


Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Akuntabilitas Pelayanan
Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. E-Jurnal
Akuntansi, 4(2), 345–357.

Prayoga, D. S. (2017). Wujud kepemimpinan kepala desa dalam meningkatkan


kesadaran dan kepatuhan pembayaran pajak bumi dan bangunan 628.
Ekonomi Akuntansi, 3(3), 628–645.

Putri, A. A., Sari, R., & Azmi, Z. (2017). The Influence of Goverment
Socialization and Lurah Leadership On Public Awareness of Paying The

40
Land and building tax In Dumai Pengaruh Sosialisasi Pemerintah Dan
Kepemimpinan Lurah Terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar Pajak
Bumi Dan Bangunan Di Kota Du.

Putri, N. R., & Saleh, M. (2018). Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Pelayanan


Fiskus, Sanksi Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banda Aceh Tahun 2012-2015). Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), 3(3), 416–430.

Rahayu, Siti Kurnia. 2013. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspel Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Resmi, Siti. 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba
Empat.

Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. (Edisi Kedua).


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sapriadi, D. (2013). Pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi pajak dan


kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
PBB (Pada Kecamatan Selupu Rejang). Jurnal Akuntansi, 1(1).

Sekaran, Uma. 2005. Research Methods For Bussines (Metodologi Penelitian


Untuk Bisnis). Jakarta: Salemba Empat

Siregar.2011. Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkaspi Perhitungan


Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17.0. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Solihin, Dadang. 2001. Kamus Istilah Otonomi Daerah. Jakarta: ISMEE

Sudjana. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitiann Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

. 2014. Metode Penelitiann Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Supadmi, N. I. L. U. H., & Akuntansi, J. (2009). Meningkatkan Kepatuhan Wajib


Pajak Melalui Kualitas Pelayanan. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 4(2),
1–14.

41
Susyanti, S., & Utami, T. (2018). Peran Kepemimpinan, Kualitas Pelayanan
Petugas Pemungut Pajak, dan Motivasi Wajib Pajak Dalam Kepatuhan
Membayar Pajak Bumi. 6(4), 1–27. https://doi.org/10.31227/osf.io/4tes5

Tax, I., Awareness, P., Tax, S., & Of, O. (2016). Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak Dan Influence Tax Payer Awareness and Service Tax Official of. 1–13.

Umar, Husen. 2008. Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

YANUAR, K. N. (2017). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Dan Kesadaran


Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak
Bumi Dan Bangunan Di Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten
Klaten. Kiat Bisnis, 6(5), 461–469.

42
LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

43
Kuesioner Penelitian

Pengaruh Kepemimpinan Lurah Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap


Kepatuhan dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
di Kecamatan Palu Timur

PENGANTAR

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Saudara/i Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Firman

Stambuk : C 301 16 267

Pekerjaan : Mahasiswa

Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi

Saya mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako yang saat ini

sedang melakukan penyusunan proposal/skripsi. Sebagai bahan penelitian ini,

saya memilih Bapak/Ibu/Saudara/i sebagai salah satu responden penelitian,

guna mengumpulkan data yang berkaitan dengana judul penelitian.

Saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk dapat

mengisi kuesioner penelitian yang terlampir. Tidak ada unsur lain dalam

penelitian ini karena semata-mata hanya bertujuan untuk pengembangan ilmu,

khususnya ilmu akuntansi dan sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di

44
Universitas Tadulako.

Atas kesediaan waktu dan partisipasinya dalam mengisi kuesioner ini,

saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya

Firman

IDENTITAS RESPONDEN

Petunjuk Pengisian: Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang paling sesuai
dengan keadaan Bapak/ Ibu/ Sdr/ I untuk pertanyaan dibawah ini

1. Nama :
2. Alamat : Jln …………………………………………………….

45
Kel………………….. Kec………………………….
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Jenjang Pendidikan Terakhir :
SD SMP SMA D3 S1 S2 S3
5. Bagaimana status tempat tinggal Bapak/Ibu saat ini :
Kontrak Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Milik
Lainnya

Petunjuk Pengisian:
1. Pengisian Kuesioner ini semata-mata untuk tujuan ilmiah dan
pengembangan ilmu pengetahuan, semua pilihan jawaban dan pendapat
Saudara/i akan dirahasiakan oleh peneliti.
2. Setiap pernyataan telah disediakan lima buah jawaban. Pilihlah salah satu
jawaban yang memenuhi persepsi Saudara/i dengan cara memberi tanda
silang (X).
3. Bila terjadi kesalahan dan ingin merubah pilihan jawaban, maka beri tanda
sama dengan (=) pada jawaban yang salah dan beri tanda silang (X) pada
jawaban yang baru.

Kriteria untuk seluruh penyataan adalah sebagai berikut:


5 = Sangat Setuju (SS)
4 = Setuju (S)
3 = Ragu-ragu (R)
2 = Tidak Setuju (TS)
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
I. Kepemimpinan Lurah (X1)
No
Pernyataan SS S R TS STS
.
1 Lurah memiliki nilai-nilai kepemimpinan
yang dapat memotivasi masyarakat untuk
memiliki kemauan dalam membayar pajak
bumi dan bangunan
2 Lurah memiliki sikap kepemimpinan yang

46
memberikan dorongan dan memberikan
contoh dalam kewajiban membayar pajak
bumi dan bangunan
3 Lurah memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk memberi masukan
mengenai pembayaran pajak bumi dan
bangunan
4 Lurah melibatkan partisipasi petugas pajak
dalam proses pembayaran pajak bumi dan
bangunan
5 Lurah bertindak tegas terhadap masyarakat
yang tidak patuh dalam membayar pajak
bumi dan bangunan

II. Kesadaran Wajib Pajak (X2)


No
Pernyataan SS S R TS STS
.
1 Pajak ditetapkan dengan Undang-Undang
(UU) dan dapat dipaksakan

47
2 Membayar pajak merupakan bentuk
partisipasi dalam menunjang pembangunan
negara
3 Pembayaran pajak yang tidak sesuai akan
berakibat pada kerugian yang ditanggung
Negara
4 Mengetahui fungsi dan manfaat pajak yang
digunakan untuk membiayai pembangunan
negara dan sarana umum bagi masyarakat
5 Mengetahui bahwa dalam Undang
perpajakan, bagi Wajib Pajak yang
terlambat atu tidak membayar pajak dapat
diberikan sanksi administrasi dan sanksi
pidana

III. Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
(Y)
No
Pernyataan SS S R TS STS
.
1 Saya selalu melaporkan SPT yang telah diisi
dengan tepat waktu
2 Saya selalu mengisi SPT (Surat
pemberitahuan) sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan
3 Saya selalu menghitung pajak penghasilan
yang terutang dengan benar dan apa adanya
4 Saya selalu membayar pajak penghasilan
yang terutang dengan tepat waktu
5 Saya selalu membayar kekurangan pajak
penghasilan yang ada sebelum dilakukan
pemeriksaan

48

Anda mungkin juga menyukai