ARENCO BINATAMA
engineering consultant
DAFTAR ISI
1.2.1 Maksud.......................................................................................................................... 2
ii
2.3 Kelurahan Dompak .............................................................................................................. 16
iii
4.6 Rencana Kerja Selanjutnya .................................................................................................. 63
4.6.1 Pembuatan Skema Pola Operasi Embung dengan Software WEAP ............................. 63
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2-2 Jumlah penduduk Tanjungpinang saat ini dan Proyeksi pertambahan penduduk 5 tahun ke
depan .................................................................................................................................................. 11
Tabel 2-3 Jumlah sarana perekonomian menurut jenis dan kelurahan .............................................. 16
Tabel 4-4 Perhitungan Curah Hujan Rancangan Dengan Menggunakan Distribusi Gumbel Tipe I ...... 39
Tabel 4-6 Perhitungan Kurva Distribusi Log Pearson Tipe III ............................................................... 41
Tabel 4-10 Hasil Perhitungan Curah Hujan Maksimum Rencana (mm/jam). ...................................... 44
Tabel 4-13 Uji Smirnov-Kolmogorof Untuk Distribusi Log Normal 2 Parameter ................................ 48
Tabel 4-14 Uji Smirnov-Kolmogorof Untuk Distribusi Log Pearson Tipe III ........................................ 49
v
Tabel 4-16 Besar Peluang dan Nilai Batas Kelas untuk Distribusi Gumbel Tipe I ................................ 51
Tabel 4-11 Perhitungan Uji Chi-Kuadrat Untuk Distribusi Gumbel Tipe I ........................................... 51
Tabel 4-18 Besar Peluang dan Nilai Batas Kelas untuk Distribusi Log Normal 2 ParameterI .............. 52
Tabel 4-19 Perhitungan Uji Chi-Kuadrat Untuk Distribusi Log Normal 2 Parameter .......................... 52
Tabel 4-20 Besar Peluang dan Nilai Batas Kelas untuk Distribusi Log Pearson Tipe III ....................... 53
Tabel 4-21 Perhitungan Uji Chi-Kuadrat Untuk Distribusi Log Pearson Tipe III .................................. 53
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-3 Persentase penyebaran penduduk di Kecamatan Bukit Bestari Tahun 2016 .................. 14
Gambar 3-3 Survey Lokasi Embung melalui Foto Udara (2) ................................................................ 22
Gambar 4-3 Bagan alir perhitungan dan penaksiran perilaku pasang surut laut ................................ 33
Gambar 4-8 Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu Embung Dompak ......................................... 60
vii
Gambar 4-10 Kurva luas vs volume tampungan waduk ...................................................................... 63
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Berbagai insentif di kawasan bebas ini diharapkan menjadi magnet bagi investor.
Aglomerasi ekonomi menjadikan Batam sebagai salah satu yang termasuk kawasan
bebas (free trade zone). Letaknya yang 15 km dari Singapura menjadikan Batam kawasan
andalan Indonesia, sebagai kawasan industri maupun lalu lintas perdagangan
internasional.
Berkembangnya suatu daerah selain perlu adanya infrastruktur yang memadai, juga
diperlukan dukungan Energi Listrik dan Air. Air dan energi listrik sangat dibutuhkan
untuk berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh manusia.
1
Sebagai kawasan FTZ, diharapkan daerah FTZ Dompak ini memliliki cadangan air bersih
sehingga tidak semuanya berharap pasokan air baku dari luar. Dalam hal ini, sebelum
membuat waduk/embung untuk cadangan air, sebaiknya dilakukan kajian, sehingga
diharapkan dapat memberikan manfaat yang maksimal dan dampak negative yang
sekecil-kecilnya.
1.2.1 Maksud
Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di Kawasan FTZ Dompak
dimaksudkan untuk :
1.2.2 Tujuan
Sedangkan tujuan Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di Kawasan
FTZ Dompak adalah untuk membuat kajian kapasitas air waduk dan referensi
pelaksanaan pembuatan Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di
Kawasan FTZ Dompak, sehingga dapat menjadi sumber / cadangan air baku untuk
menunjang kegiatan di Kawasan FTZ Dompak.
2
1.3 Sasaran
Sasaran dari Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di Kawasan
FTZ Dompak ini antara lain :
Lokasi pekerjaan Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di Kawasan
FTZ Dompak adalah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
Ruang Lingkup Kegiatan Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di
Kawasan FTZ Dompak ini meliputi :
1. Umum
a. Analisis kondisi topografi untuk tapak rencana Kajian Embung untuk
Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di Kawasan FTZ Dompak, jalan akses, quarry
dan borrow area, penyimpanan material, tempat pembuangan galian, dan
daerah genangan;
b. Analisis geologi yang berkaitan dengan tapak rencana Kajian Embung untuk
Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di Kawasan FTZ Dompak, lokasi material
bahan bendungan dan daerah genangan;
c. Analisis hidrologi daerah tangkapan air;
d. Analisis kependudukan di daerah tapak Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk
Sumber Air Baku di Kawasan FTZ Dompak dan rencana genangan serta daerah
penerima manfaat embung;
3
e. Analisis sosial, ekonomi, dan budaya pada daerah tapak Kajian Embung untuk
Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di Kawasan FTZ Dompak;
f. Analisis kelayakan teknis dan umur layan Kajian Embung untuk Infrastruktur
untuk Sumber Air Baku di Kawasan FTZ Dompak;
g. Pra-desain Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di Kawasan
FTZ Dompak; dan
h. Rencana penggunaan sumber daya air.
2. Pengumpulan data dan survey
3. Peninjauan lapangan
4. Survey dan Pengukuran topografi/bathimetri
5. Analisa hidrologi dan neraca air
6. Analisa hidrolika dan pra desain embung
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang kegiatan, maksud, tujuan dan sasaran,
ruang lingkup kegiatan, dan sistematika penulisan laporan.
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum Kota Tanjungpinang yang menjadi
lokasi perencanaan.
Pada bab ini berisi tentang hasil survey dan pengumpulan data yang akan
digunakan dalam Kegiatan Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber Air
Baku di Kawasan FTZ Dompak
4
BAB 4 ANALISIS AWAL DAN RENCANA KERJA SELANJUTNYA
Pada bab ini berisi tentang analisa awal yang meliputi analisa bathimetri, pasang
surut dan hidrologi serta rencana kerja selanjutnya untuk Kegiatan Kajian
Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di Kawasan FTZ Dompak.
5
BAB 2
GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
Posisi Kota Tanjungpinang sangat strategis, disamping berdekatan dengan Kota Batam
sebagai kawasan perdagangan bebas, dan Negara Singapura sebagai pusat perdagangan
dunia, Kota Tanjungpinang juga terletak pada posisi silang perdagangan dan pelayaran
dunia, antara timur dan barat, yakni di antara Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan.
Secara geografis Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan dengan posisi berada pada
51° sampai dengan 59° lintang Utara dan 104,23° sampai dengan 104,34° bujur Timur
dengan luas wilayah 239,50 km2.
6
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten
Kepulauan Riau
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Galang, Kota Batam
Daftar luas wilayah 7 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri
dari 5 kabupaten dan 2 kota pada tahun 2017 berdasarkan data yang dipublikasikan
oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
Dari data di atas, maka kabupaten dengan luas wilayah terbesar adalah Kabupaten
Lingga dan kabupaten dengan luas wilayah terkecil adalah Kabupaten Kepulauan
Anambas, sedangkan kota dengan luas wilayah terbesar adalah Kota Batam dan kota
dengan luas wilayah terkecil adalah Kota Tanjung Pinang.
7
Gambar 2-1 Peta Administrasi Kepulauan Riau
Kota Tanjungpinang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang pada umumnya
merupakan daerah dengan dataran landai di bagian pantai, memiliki topografi yang
bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0 – 2 % hingga 40
% pada wilayah pegunungan. Sedangkan ketinggian wilayah pada pulau-pulau yang
terdapat di Kota Tanjungpinang berkisar antara 0 - 50 meter di atas permukaan laut
hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan laut. Secara keseluruhan
kemiringan lereng di Kota Tanjungpinang relatif datar, umumnya didominasi kelerengan
yang berkisar antara 0 – 2 % dengan luas wilayah mencapai 75,30 Km², dan kemiringan
lereng 2 – 15 % mempunyai luas sekitar 51,15 Km². Sedangkan kemiriringan lereng 15 –
40 % memiliki luas wilayah paling sedikit yaitu 5,09 Km².
Pada umumnya wilayah Kota Tanjungpinang beriklim tropis basah, dengan temperatur
berkisar antara 18 – 30oC. Rata-rata kelembaban udara sekitar 86 %, sedangkan yang
tertinggi dapat mencapai tingkat kelembaban 99 % dan yang terendah di persentase 58
8
%. Gugusan kepulauan di Kota Tanjungpinang mempunyai curah hujan cukup dengan
iklim basah, berkisar antara 2000 - 2500 mm/th. Rata-rata curah hujan per hari ± 17,0
milimeter, dengan jumlah hari hujan sebanyak ± 16,8 hari per bulan. Curah hujan rata –
rata adalah berkisar pada angka 324,4 mm. Temperatur rata-rata terendah 22,5oC
dengan kelembaban udara 83 - 89%.
Jenis tanah tergolong kurang baik untuk pertanian dan perkebunan karena merupakan
tanah psedolik kuning merah. Curah hujan rata-rata 636-3050 mm per tahun, karena
merupakan bagian dari daerah iklim tropika basah yang berubah setiap setengah tahun.
9
2.1.3 Demografi
Sebagai modal dasar pembangunan, penduduk dapat dikatakan sebagai aset penting
dalam
menggerakkan roda pembangunan suatu daerah. Bukan hanya dengan jumlah yang
besar saja, akan tetapi tetapi kualitas yang baik jauh lebih berguna dan bermanfaat
dalam meningkatkan mutu kehidupan & kesejahteraan masyarakat secara umum.
Dari kepadatan penduduk setiap kecamatan terlihat bahwa penduduk terpadat berada
di Kecamatan Tanjungpinang Barat, dengan jumlah penduduk sebanyak 61.493 jiwa dan
luas wilayah 34,5 km2. Hal ini dapat diartikan bahwa di setiap Km 2 wilayah Kecamatan
Tanjungpinang Barat terdapat penduduk sebanyak 1.782 jiwa. Selanjutnya diikuti oleh
Kecamatan Tanjungpinang Timur, dengan 975 jiwa/Km 2 dan Kecamatan Bukit Bestari
serta Kecamatan Tanjungpinang Kota masing‐masing dengan 925 jiwa/Km 2 dan 450
jiwa/Km2.
10
Sementara untuk perkiraan/proyeksi pertambahan kepadatan penduduk di masing-
masing kecamatan yang terdapat di Kota Tanjungpinang ditunjukkan pada tabel berikut
ini.
Tabel 2-2 Jumlah penduduk Tanjungpinang saat ini dan Proyeksi pertambahan penduduk 5 tahun ke depan
Proyeksi total jumlah penduduk Kota Tanjungpinang hingga tahun 2017 adalan
mencapai 287973 jiwa dengan Jumlah Total KK sebesar 71993 KK dan tingkat kepadatan
penduduk perhektar 278 Jiwa/Ha.
Luas wilayah Kecamatan Bukit Bestari sekitar 46,51 km2. Kelurahan Dompak merupakan
yang terluas di antara kelurahan yang lain, yaitu sekitar 37,44 km 2. Sedangkan Kelurahan
Tanjung Unggat merupakan wilayah dengan luas terkecil, yaitu sekitar 1,28 km2.
Kelurahan Tanjungpinang Timur memiliki hutan lindung yang dikelola dan dijaga oleh
Dinas Sumber Daya Alam Kota Tanjungpinang. Luas hutan lindung ini lebih kurang sekitar
54 ha.
11
Kecamatan Bukit Bestari terdiri dari 5 (lima) Kelurahan yaitu : Kelurahan Dompak,
Kelurahan Tanjungpinang Timur, Kelurahan Tanjung Ayun Sakti, Kelurahan Sei Jang, dan
Kelurahan Tanjung Unggat.
Kecamatan Bukit Bestari terletak di antara : 3o59’56’’ Lintang Utara serta 108o12’20’’
Bujur Timur. Batas-batas Kecamatan Bukit Bestari :
Kelurahan Dompak adalah satu dari Kelurahan di Kecamatan Bukit Bestari yang
mempunyai wilayah pulau terpisah dari pulau Bintan. Pulau Dompak direncanakan
sebagai pusat perkantoran Provinsi Kepulauan Riau dan diikuti oleh kantor
instansi/Dinas lainnya.
Ketinggian permukaan laut Kecamatan Bukit Bestari antara 1 s/d 30 meter, yang
terendah terdapat di kantor Camat Bukit Bestari 1 meter sedangkan yang tertinggi
terletak di Kelurahan Tanjungpinang Timur dan Kelurahan Sei Jang setinggi 30 meter.
Terbentuknya Kecamatan Bukit Bestari adalah sebagai institusi eksekutif yang akan
menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan kemasyarakatan serta menjadi
harapan untuk dapat menjawab setiap permasalahan maupun tantangan yang muncul
sesuai dengan perkembangan social ekonomi, social budaya, politik dan lainnya dalam
masyarakat.
12
Pemerintah Kecamatan Bukit Bestari dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53
Tahun 1999 yang merupakan salah satu hasil pemekaran dari Kecamatan Tanjungpinang
Timur yang berkedudukan setingkat dengan Kecamatan lainnya di Kota Tanjungpinang
yang langsung bertanggung jawab kepada walikota.
1. Kelurahan Dompak
2. Kelurahan Tanjungpinang Timur
3. Kelurahan Tanjung Ayun Sakti
4. Kelurahan Sei Jang
5. Kelurahan Tanjung Unggat
13
2.2.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Bukit Bestari sebanyak 59.811 jiwa yang terdiri dari 30.100
jiwa laki-laki dan 29.711 jiwa perempuan. Rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 101
yang berarti di antara 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki
Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Sei Jang yaitu sebesar 18.348 jiwa di
antaranya laki-laki 9.398 jiwa dan perempuan 8.950 jiwa. Terbanyak kedua adalah
Kelurahan Tanjung Unggat sebesar 14.796 jiwa, Kelurahan Tanjung Ayun Sakti sebesar
13.248 jiwa, dan Kelurahan Tanjungpinang Timur sebesar 11.009 jiwa. Sedangkan
jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kelurahan Dompak, yaitu hanya 2.410
jiwa.
Kelurahan yang paling padat penduduknya terdapat pada Kelurahan Tanjung Unggat,
yaitu sebesar 11.559 jiwa per km2. Sedangkan Kelurahan yang paling jarang
penduduknya adalah Kelurahan Dompak yaitu 64 jiwa per km 2.
Gambar 2-3 Persentase penyebaran penduduk di Kecamatan Bukit Bestari Tahun 2016
14
2.2.4 Sosial
2.2.4.1 Pendidikan
Jumlah murid SD/MI Negeri sebanyak 5671 sedangkan Swasta 1428 murid. Jumlah siswa
SLTA/MA Negeri 3317 dan Swasta 356 siswa.
Perguruan Tinggi yang ada di Kecamatan Bukit Bestari sebanyak 5 buah yaitu Stisipol,
Universitas Maritim Raja Ali Haji, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pembangunan, Stikes
Tanjungpinag dan Sekolah Tinggi Teknologi Indonesia (STIE)
2.2.4.2 Kesehatan
Salah satu indicator bagi kesejahteraan rakyat di suatu daerah adalah kondisi tingkat
kesehatan masyarakat suatu daerah, maka bisa dikatakan semakin tinggi pula tingkat
kesejahteraan rakyatnya.
Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Bukit Bestari antara lain : dua unit
Puskesmas yaitu di Kelurahan Sei Jang dan Kelurahan Tanjung Unggat, Puskesmas
pembantu 4 buah. Untuk Tenaga Medis yang membuka praktek di Kecamatan Bukit
Bestari atau yang berdomisili sebanyak 9 orang dokter dan 3 orang bidan.
2.2.4.3 Agama
15
2.2.5 Industri
Kelurahan
No Jenis Sarana Perekonomian
Dompak Tanjungpinang Timur Tanjung Ayun Sakti Sei Jang Tanjung Unggat
1 Bank - - 2 1 -
2 Pabrik/Industri 3 2 - 3 2
3 Pangkalan Minyak Tanah/Elpiji 2 9 6 9 8
4 Pasar Swalayan - 2 1 2 -
5 Pelabuhan Laut 1 - - 2 2
6 Hotel - - - 1 1
7 Pompa Bensin - 1 - - 1
8 Kantor Pos - 1 - - -
Dompak adalah kelurahan di kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjung Pinang, Kepulauan
Riau, Indonesia. Kelurahan Dompak meliputi seluruh Pulau Dompak dan wilayah
Dompak Daratan. Pulau Dompak merupakan pusat pemerintahan provinsi Kepulauan
Riau. Dengan akan dibangunnya Pulau Dompak menjadi pusat pemerintahan, perairan
Dompak menjadi kawasan aktivitas anthropogenik yang komplek akibat aktivitas
pelayaran, industri tambang bauksit, pemukiman, pelabuhan kapal, dan kegiatan
lainnya yang berpotensi menghasilkan limbah. Pulau Dompak memiliki luas 957 hektar
berada di selatan Tanjung Pinang, dengan kondisi infrastruktur yang baru dibangun.
Batas-batas wilayah kelurahan Dompak sepert pada gambar, adalah sebagai berikut :
16
Gambar 2-4 Kelurahan Dompak
17
2.4 Lokasi Rencana Embung
Lokasi rencana embung berada di Kelurahan Dompak, Kecamatan Bukit Bestari, Kota
Tanjungpinag, Provinsi Kepulauan Riau. Embung Dompak, secara geografis terletak pada
posisi koordinat 0°50'32.39“-0°50'40.22“ Lintang Utara dan 104°30'1.27“-104°30'11.06“
Bujur Timur. Lokasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2-5
18
BAB 3
HASIL PENGUMPULAN DATA
Data sekunder adalah data yang bersumber dari studi atau penelitian yang telah
dilakukan sebelumya. Data-data sekunder dalam pekerjaan ini baik dari hasil studi
terdahulu yang relevan maupun hasil survei pendahuluan serta data penunjang lainnya
antara lain :
Peta
Peta administratif Desa/ Kecamatan/ Kabupaten
Peta/ Layout lokasi rencana Embung
Data hidrologi
Data Hujan
Data hujan yang digunakan yaitu data hujan stasiun meteorologi kijang-Tanjungpinang.
Stasiun meteorologi kijang berada pada koordinat 0°55'17.90" Lintang Utara dan
104°31'35.89" Bujur Timur. Data hujan yang digunakan yaitu dari tahun 2007-2016.
Tahun
Bulan
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jan 152.1 135.9 34.0 33.5 75.4 191.0 233.4 0.0 11.2 193.8
Feb 217.2 98.6 123.2 4.6 20.1 243.3 358.9 0.0 25.9 255.5
Mar 142.2 422.1 293.6 299.0 301.2 168.9 72.4 0.0 94.5 90.9
Apr 279.7 246.9 122.7 211.1 421.1 288.3 492.3 5.1 347.2 207.5
Mei 166.4 127.0 108.5 448.1 352.8 120.4 0.0 169.7 156.0 323.6
Jun 142.0 125.5 105.2 337.6 222.5 117.3 0.0 148.6 221.7 328.9
Jul 155.2 177.8 170.2 365.5 196.6 144.0 0.0 101.3 128.5 246.4
Ags 271.3 387.1 194.8 273.8 244.1 122.7 0.0 150.6 108.0 75.9
Sept 81.0 116.3 264.9 414.5 131.6 258.3 0.0 96.5 31.0 161.5
Okt 140.5 327.4 292.9 136.1 192.5 279.9 2.0 176.5 98.6 199.6
Nov 140.5 235.5 322.3 366.8 358.9 508.3 0.0 445.5 540.5 369.8
Des 433.8 86.9 327.2 124.0 349.0 506.0 0.0 355.6 265.4 160.0
19
3.3 Dokumentasi Survey Lapangan
Pelaksanaan kegiatan survey lapangan dilakukan pada bulan September 2017, dengan
mengikut sertakan dinas FTZ Dompak serta tim pengawas pekerjaan. Kegiatan survey
lapangan menelusuri wilayah yang akan dijadikan lahan dalam perencanaan kajian
embung ini. Berikut hasil dokumentasi kegiatan survei lapangan yang telah dilakukan :
20
Gambar 3-2 Survey Lokasi Embung melalui Foto Udara
21
Gambar 3-3 Survey Lokasi Embung melalui Foto Udara (2)
22
disebut kontur kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi
tambahan berupa informasi navigasi permukaan.
23
Kegiatan pemeruman dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Menyiapkan sarana dan instalasi peralatan yang akan digunakan dalam
pemeruman.
2) Melakukan percobaan pemeruman untuk memastikan seluruh peralatan survey
siap digunakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
3) Melaksanakan pemeruman setelah semua peralatan dan sarana dinyatakan
siap.
4) Melakukan barcheck sebelum dan sesudah pemeruman.
5) Melaksanakan pemeruman sesuai dengan lembar kerja dan mengisi log-book
untuk mencatat seluruh kejadian serta hal-hal penting yang ditemui dilapangan
6) Untuk mendapatkan garis nol kedalaman dilakukan pemeruman terpisah.
7) Penentuan Posisi dilakukan dengan metoda DGPS, dengan penyimpangan posisi
dari rute rencana tidak lebih dari 10 m.
8) Fix Point Position diambil tiap 10 m.
9) Kecepatan kapal pada saat bekerja tidak lebih dari 6 knot dan pergerakan kapal
pada saat bekerja diusahakan konstan
10) Objek penting seperti sarana dan prasarana navigasi, fishing trap yang
diketemukan pada saat survey, di rekam pada log book dan echogram.
11) Data bathymetri direduksi ke Chart Datum.
12) Survey bathymetri dilakukan dengan tingkat kedalaman informasi yang sesuai
untuk pembuatan peta bathymetri skala 1: 2.000.
24
Gambar 3-5 Survey Batimetri Embung Dompak
25
Gambar 3-6 Survey Batimetri Embung Dompak (2)
26
BAB 4
ANALISIS AWAL DAN RENCANA KERJA SELANJUTNYA
Sistem pengukuran kedalaman dengan perum gema pada prinsipnya adalah dengan
mengukur waktu yang diperlukan untuk suatu gelombang suara merambat dari
transduser ke dasar perairan dan dipantulkan kembali ke echogram, sehingga diperoleh
profil kedalaman.
Sistem Komputer Navigasi yang digunakan memberikan informasi mengenai data satelit
GPS (Nomor, PDOP dan HDOP), koordinat dan grafik track lintasan pada lajur survey, dan
kecepatan kapal secara real time dan elevation mask satelit akan diset pada ketinggian
10 derajat. Rekaman data pada posisi fix akan diset pada interval jarak 5 m dan/ atau
pada interval waktu 3-5 detik dengan kecepatan kapal akan diatur rata rata 4-6 knot
atau sekitar 7-10 Km/jam.
Selain data real time untuk keperluan manuvering kapal survey dan data QC
dimunculkan pada monitor komputer, rekaman log data dengan interval tertentu pada
hard disk, juga data penting lainnya sebagai back up data, yang terdiri dari data:
a. Date/Time,
b. Fix Number,
c. Absolute coordinates in the positioning fixes in Geogrphic Grid,
d. Relative coordinates of the positioning fixes in UTM,
e. Differential mode correction, dan
f. Offset distances from the planned survey line measured depths.
27
444300 444400 444500 444600 444700 444800
93500
93400
-10-0
08 2
-16 -0 -1-0
5-0
55
8
-04 -05
-04
-04 -04
03
-07
09 -02 -07
12 -0074 02
11 01 02
0911 08 07 03 04
11 10 05
12 -0
-048
09 05
06
93300
-1 3
-16 -12 -18 07
-10 04 01 06
-09 -07 06 07 05 03 -16 -12 -1 3 -16
-12 -12 05 11
-11
02
-15-11 05
-13 -02 09
-12 -11
-19 -1 4
-11 -11 -12 -03 12
-09-08-06-07 -03 -14 -14 03
-13 -02
-12-2 -07
-146 -10 3 -07
-06
-16 -08 -05
-15 -13
-15 -03
-12 -1
-14 -14 -14 5
-15 -14 -14 -1-1
4
3 -1-10
0
-15 06
-13 -1 0 -10
93200
-10 -1 -17 -07
5
-16
-18
-1 8 -04
00
-04 -15 -12 -01
-07
-15 -03
-14
-12 -0 9
-16
-11
-15
93100
PETA BATHYMETRI
1 : 2000 (A3)
28
Gambar 4-2 Hasil Pengukuran Batimetri dengan Background Citra
Pasang surut air merupakan variasi periodik permukaan air karena adanya pengaruh
gaya-gaya astronomis, sebagai akibat pengaruh kejadian geodinamis dan geotermis di
dalam perut bumi, pengaruh mekanis dan fisika kimiawi yang ditimbulkan oleh radiasi
matahari dan kerja atmosfer, dan pengaruh kosmis atau benda-benda angkasa yang
menyebabkan terjadinya gaya pembangkit pasang surut. Data pasang surut bersifat
sebagai gelombang yang berulang, nilai amplitudo dan periode dapat menentukan
karakteristik pasang surut yang dicerminkan dari konstanta-konstanta harmonisnya.
Perhitungan konstanta harmonis pasang surut pada survei hidrografi ini menggunakan
metoda admiralty atau perataan kuadrat terkecil (least square adjustment).
29
(t) = S0 SS0 + i=1 Hi cos ( i t - pi )
N
dimana :
S0 = paras duduk tengah (mean sea level= MSL) terhadap suatu Bench Mark
t = waktu
Dengan mengabaikan suku yang dipengaruhi oleh faktor meteorologis, dapat dituliskan
dalam bentuk lain seperti berikut :
Dengan pengetahuan sifat harmonik di atas, maka analisis dapat dilakukan untuk
mendapatkan konstanta harmonik masing-masing komponen pasut yaitu amplitudo (A)
dan beda fase (g) serta memberikan ketinggian muka air penting. Perhitungan
konstanta harmonis pasang surut pada survei hidrografi ini menggunakan metoda
admiralty atau perataan kuadrat terkecil (least square adjustment).
30
1. Metode Admiralty
Analisis dengan metode Admiralty dengan bantuan tabel dan skema perhitungan
tertentu digunakan untuk mendapatkan konstanta harmonik dari sembilan komponen
pasut utama, yaitu M2, S2, K2, N2, O1, K1, P1, MS4 dan MS4. Setelah diperoleh
kesembilan komponen pasangsurut ini maka dilakukan peramalan elevasi muka air
terhadap suatu selang waktu yang lebih panjang dari selang waktu pengamatan
pasangsurut untuk mendapatkan elevasi muka air acuan. Perhitungan dengan metode
ini dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan bantuan komputer.
M4 : konstanta harrnonik yang dipengaruhi oleh bulan sebanyak dua kali (2 x M2)
31
2. Metode Least Square
Analisis dengan metode Least Square didasarkan pada metode statistik dimana
diminimumkan kuadrat dari perbedaan antara data dan fungsi teoritis sedemikian
sehingga masalahnya dapat diformulasikan dengan sistem persamaan linier (SPL).
Solusinya diperoleh dengan menyelesaikan SPL dengan bantuan komputer. Output yang
dihasilkan juga seperti pada metode Admiralty di atas, namun dapat diperluas hingga
sekitar 60 komponen pasut dengan memperhatikan panjang data pengamatan.
Dalam analisis pasut umumnya, kedua metoda tersebut digunakan untuk saling
memperbandingkan akurasi hasilnya.
K1 + O1
F=
M2 + S2
0,25 < F < 1,5 : Pola pasut campuran yang cenderung semi diurnal
1,5 < F < 3,0 : Pola pasut campuran yang cenderung diurnal
Pola pasut semi diurnal (harian ganda) adalah pola dimana terjadi dua kali pasang tinggi
dan dua kali surut rendah dalam waktu sehari semalam (sekitar 24 jam), sedangkan pola
pasut diurnal (harian tunggal) adalah pola dimana terjadi sekali pasang tinggi dan sekali
surut rendah dalam waktu sekitar 24 jam.
32
Gambar 4-3 Bagan alir perhitungan dan penaksiran perilaku pasang surut laut
33
Tabel 4-2 Komponen Amplitudo Pasang Surut Embung Dompak
F 0.362
34
4.3 Analisis Hidrologi
Metoda perhitungan yang umum dipakai dalam analisa debit banjir dari curah hujan
maksimum harian dan selanjutnya dengan analisa frekuensi dapat dihitung besarnya
curah hujan harian maksimum rencana. Data curah hujan yang diperlukan adalah data
hujan harian maksimum pada tiap tahun, sekurang-kurangnya selama 10 tahun
berturut-turut. Curah hujan rencana tersebut selanjutnya didistribusikan dalam selang
waktu tertentu.
Untuk melakukan analisis hidrologi dari suatu daerah, maka terlebih dahulu dilakukan
penentuan batas-batas daerah yang akan dianalisis yang dikenal dengan daerah
tangkapan air. Daerah tangkapan air, menurut Departemen Pekerjaan Umum, sendiri
adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pembatas topografi berupa punggung-punggung
bukit atau gunung yang menampung air hujan yang jatuh di atasnya dan kemudian
mengalirkannya.
Pada rencana Embung Dompak, daerah tangkapan air diasumsikan seluas embung
dompak yaitu 46417.03 M2.
Metoda yang umum dipakai dalam melakukan analisa debit banjir adalah merancang
curah hujan maksimum harian rencana dengan periode ulang tertentu dari data curah
hujan harian maksimum di lokasi pekerjaan melalui analisa frekuensi. Perhitungan
curah hujan rancangan akan dilakukan terhadap data curah hujan harian maksimum
tahunan dan akan dihitung dengan kala ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 tahun. Untuk
mendapatkan curah hujan harian maksimum kita menggunakan metode rerata aljabar
terhadap stasiun yang berpengaruh. Data curah hujan maksimum yang digunakan
untuk keperluan analisa pada pekerjaan ini yaitu periode selama 10 tahun dari tahun
2007 s.d. 2016 seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4-3.
35
Tabel 4-3 Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan Terurut
X
No. Tahun
(mm)
1 2007 92.96
2 2008 105.92
3 2009 109.98
4 2010 114.05
5 2011 124.21
6 2012 124.97
7 2013 139.19
8 2014 140.97
9 2015 148.08
10 2016 175.01
Jumlah 1275.33
Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar tahunan yang terjadi pada periode
ulang tertentu. Hasil analisa hujan rancangan akan digunakan dalam analisa debit banjir
rancangan dengan berbagai periode ulang.
X
i =1
i
X=
n
dimana :
X = nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
n = banyaknya data
36
Standar Deviasi
X
n
2
i -X
i=l
Sd =
n -1
dimana :
Sd = standar deviasi
X = nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
n = banyaknya data
Koefisien Skewness
(X - X)
n 3
i
(n - 1)(n - 2) i=l
Cs =
Sd3
dimana :
Cs = Koefisien Skewness
Sd = Standar Deviasi
X = Nilai Rata-Rata
Xi = Nilai Varian ke i
n = Banyaknya Data
Koefisien Kurtosis
X - X
n
4
n2 i
i=l
Ck =
(n - 1) (n - 2) (n - 3) Sd 4
37
dimana :
Ck = Koeffisien Kurtosis
Sd = Standar Deviasi
X = Nilai Rata-Rata
Xi = Nilai Varian ke i
n = Banyaknya Data
Untuk menentukan metode yang sesuai, maka terlebih dahulu harus dihitung besarnya
parameter statistik yaitu koefisien kepencengan (skewness) atau Cs, dan koefisien
kepuncakan (kurtosis) atau Ck.
Distribusi Normal
Memiliki sifat khas yaitu nilai asimetrisnya (skewness) hampir sama dengan nol (Cs 0
atau -0.05 < Cs < 0.05) dengan nilai kurtosis (Ck) = 2.7 < Cs < 3.0.
Distribusi Gumbel
Memiliki sifat khas yaitu nilai asimetisnya (skewness) Cs 1,1396 dan nilai kurtosisnya
Ck 5,4002.
Tidak mempunyai sifat khas yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan jenis
distribusi ini.
X = X SK
38
Keterangan :
YT Yn
K = Faktor frekuensi = Sn
YT = Reduced mean atau nilai reduksi data dari variabel yang diharapkan terjadi
T x 1
Ln Ln r
Tr x
pada periode ulang tertentu =
Yn = Nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah data (n)
Sn = Reduced Standar Deviation yang nilainya tergantung dari jumlah data (n)
X
i 1
i X 2
S = Simpangan baku = n 1
n = Jumlah data
CS = Koefisien kepencengan
CK = Koefisien kurtosis
Tabel 4-4 Perhitungan Curah Hujan Rancangan Dengan Menggunakan Distribusi Gumbel Tipe I
39
Perhitungan :
n = 10.0000
X rerata = 127.5334
Sd = 23.9496
Sn = 0.9496
Yn = 0.4952
T YT Sd Yn Sn K X (mm)
2 0.3665 23.9496 0.4952 0.9496 -0.1355 124.2878
5 1.4999 23.9496 0.4952 0.9496 1.0581 152.8736
10 2.2504 23.9496 0.4952 0.9496 1.8483 171.8000
20 2.9702 23.9496 0.4952 0.9496 2.6064 189.9545
25 3.1985 23.9496 0.4952 0.9496 2.8468 195.7134
50 3.9019 23.9496 0.4952 0.9496 3.5876 213.4537
100 4.6001 23.9496 0.4952 0.9496 4.3228 231.0631
Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil transformasi dari distribusi Pearson Tipe
III dengan menggantikan data menjadi nilai logaritmik. Persamaan distribusi Log Pearson
Tipe III dapat ditulis sebagai berikut :
Log Xt = Log X G S
Keterangan :
Log X
t 1
t Log X 2
= n 1
CS = koefisien kepencengan
40
n. logX logX 3
CK = koefisien kurtosis
n 2 logX logX 4
= n 1 n 2 n 3 S log X 4
No. Xi Log Xi (Log Xi - rerata Log X) (Log Xi - rerata Log X) 2 (Log Xi - rerata Log X) 3 (Log Xi - rerata Log X) 4
1 92.9640 1.9683 -0.1306 0.0171 -0.0022 0.0003
2 105.9180 2.0250 -0.0739 0.0055 -0.0004 0.0000
3 109.9820 2.0413 -0.0576 0.0033 -0.0002 0.0000
4 114.0460 2.0571 -0.0418 0.0017 -0.0001 0.0000
5 124.2060 2.0941 -0.0047 0.0000 0.0000 0.0000
6 124.9680 2.0968 -0.0021 0.0000 0.0000 0.0000
7 139.1920 2.1436 0.0447 0.0020 0.0001 0.0000
8 140.9700 2.1491 0.0502 0.0025 0.0001 0.0000
9 148.0820 2.1705 0.0716 0.0051 0.0004 0.0000
10 175.0060 2.2431 0.1442 0.0208 0.0030 0.0004
TOTAL 1275.3340 20.9889 0.0000 0.0580 0.0007 0.0008
41
4.3.3.3 Metode Log Normal 2 Parameter
Keterangan :
K = Faktor frekuensi, sebagai fungsi dari koefisien variasi (Cv) dengan periode ulang
t. Nilai k dapat diperoleh dari tabel yang merupakan fungsi peluang kumulatif dan
periode ulang.
Log X
t 1
t Log X 2
= n 1
CK = koefisien kurtosis
CV = koefisien variasi
σ
= μ
σ = deviasi standar populasi ln X atau log X
μ = rata-rata hitung populasi ln X atau log X
42
Tabel 4-8 Perhitungan Kurva Distribusi Log-Normal Dua Parameter
No. Xi Log Xi (Log Xi - rerata Log X) (Log Xi - rerata Log X) 2 (Log Xi - rerata Log X) 3 (Log Xi - rerata Log X) 4
1 92.964 1.9683 -0.13058 0.01705 -0.00223 0.00029
2 105.918 2.0250 -0.07392 0.00546 -0.00040 0.00003
3 109.982 2.0413 -0.05757 0.00331 -0.00019 0.00001
4 114.046 2.0571 -0.04181 0.00175 -0.00007 0.00000
5 124.206 2.0941 -0.00475 0.00002 0.00000 0.00000
6 124.968 2.0968 -0.00209 0.00000 0.00000 0.00000
7 139.192 2.1436 0.04472 0.00200 0.00009 0.00000
8 140.970 2.1491 0.05023 0.00252 0.00013 0.00001
9 148.082 2.1705 0.07161 0.00513 0.00037 0.00003
10 175.006 2.2431 0.14416 0.02078 0.00300 0.00043
TOTAL 1275.334 20.9889 0.00000 0.05804 0.00069 0.00080
T P k Log X X (mm)
2 0.5000 -0.0192 2.0973 125.1263
5 0.2000 0.8360 2.1660 146.5645
10 0.1000 1.2938 2.2028 159.5120
20 0.0500 1.6773 2.2336 171.2320
25 0.0400 1.7503 2.2395 173.5605
50 0.0200 2.1156 2.2688 185.6869
100 0.0100 2.4354 2.2945 197.0000
43
Tabel 4-10 Hasil Perhitungan Curah Hujan Maksimum Rencana (mm/jam).
Analisa frekuensi data curah hujan rencana dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa distribusi probabilitas yang banyak digunakan dalam Hidrologi, yaitu :
Distribusi Gumbel Tipe I, Log Normal 2 Parameter dan Distribusi Log Pearson III.
Untuk mengetahui jenis sebaran data curah hujan yang ada dan distribusi frekuensi yang
sesuai maka perlu dilakukan uji distribusi frekuensi. Untuk pengujian jenis distribusi atau
44
sebaran data, perlu dihitung harga-harga koefisien varian (CV), koefisien skewness (Cs)
dan koefisien kurtosis (Ck) dengan rumus sebagai berikut:
n
X Xi / n
i 1
Xi X
n
2
S i 1
n 1
S
Cv
X
n
n Xi X
3
Cs i 1
n 1 n 2 S 3
n
n 2 Xi X
4
Ck i 1
n 1 n 2 n 3 S 4
Dimana :
X = Rata-rata hitung
n = Banyaknya data
S = Deviasi standar
Cv = Koefisien variasi
Ck = Koefisien kurtosis
45
Untuk menentukan distribusi frekuensi yang sesuai maka perlu dilakukan perhitungan
parameter statistik yang diperlukan. Data hujan maksimum yang digunakan adalah data
hujan yang paling maksimum yang terjadi, seperti pada tabel berikut.
1. Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan atau
y1q ang diperoleh secara teoritis.
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov, sering juga disebut uji kecocokan non parametrik
(non parametrik test), karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi
tertentu, maka uji ini dapat digunakan pada daerah studi.
46
Prosedurnya adalah :
a. Data diurutkan dari besar ke kecil dan juga ditentukan masing-masing peluangnya.
X1 P(X1)
X2 P(X2)
Xm P(Xm)
Xn P(Xn)
X1 P'(X1)
X2 P'(X2)
Xm P'(Xm)
Xn P'(Xn)
e. Apabila Δmaks < Δkritis distribusi teoritis diterima. Δmaks > Δkritis distribusi teoritis
ditolak.
D
No. Tahun X m S n (X) YT Tr Pr Px (X)
I PX (X) - S n (X)
1 2007 92.9640 1 0.0909 -0.8755 1.0998 0.9093 0.0907 0.0002
2 2008 105.9180 2 0.1818 -0.3618 1.3121 0.7621 0.2379 0.0561
3 2009 109.9820 3 0.2727 -0.2007 1.4176 0.7054 0.2946 0.0218
4 2010 114.0460 4 0.3636 -0.0396 1.5464 0.6467 0.3533 0.0103
5 2011 124.2060 5 0.4545 0.3633 1.9955 0.5011 0.4989 0.0443
6 2012 124.9680 6 0.5455 0.3935 2.0379 0.4907 0.5093 0.0361
7 2013 139.1920 7 0.6364 0.9575 3.1370 0.3188 0.6812 0.0449
8 2014 140.9700 8 0.7273 1.0280 3.3251 0.3007 0.6993 0.0280
9 2015 148.0820 9 0.8182 1.3100 4.2285 0.2365 0.7635 0.0547
10 2016 175.0060 10 0.9091 2.3775 11.2855 0.0886 0.9114 0.0023
D Maks. 0.0561
47
Rerata X = 127.533
Standar Deviasi (S) = 23.950
D Maks. = 0.0561
N (jumlah data) = 10
a (derajat kepercayaan) = 5%
D Kritis = 0.4090
Karena : D Maks. < D Kritis Maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan
persamaan distribusi dapat diterima
D
Tahun X Log X K m S n (X) Px (X)
I PX (X) - S n (X) I
2007 92.96 1.9683 -1.6260 1.00 0.0909 -0.0636 0.1545
2008 105.92 2.0250 -0.9205 2.00 0.1818 -0.0093 0.1911
2009 109.98 2.0413 -0.7169 3.00 0.2727 0.2553 0.0175
2010 114.05 2.0571 -0.5207 4.00 0.3636 0.3241 0.0395
2011 124.21 2.0941 -0.0591 5.00 0.4545 0.4860 0.0315
2012 124.97 2.0968 -0.0261 6.00 0.5455 0.4976 0.0479
2013 139.19 2.1436 0.5569 7.00 0.6364 0.7021 0.0657
2014 140.97 2.1491 0.6256 8.00 0.7273 0.7262 0.0011
2015 148.08 2.1705 0.8917 9.00 0.8182 0.8195 0.0014
2016 175.01 2.2431 1.7952 10.00 0.9091 1.1364 0.2274
D Maks. 0.2274
48
Tabel 4-14 Uji Smirnov-Kolmogorof Untuk Distribusi Log Pearson Tipe III
D
Tahun X Log X G m S n (X) Pr Px (X)
I PX (X) - S n (X)
2007 92.964 1.968 -1.626 1.000 0.091 0.952 0.048 0.043
2008 105.918 2.025 -0.921 2.000 0.182 0.826 0.174 0.008
2009 109.982 2.041 -0.717 3.000 0.273 0.751 0.249 0.024
2010 114.046 2.057 -0.521 4.000 0.364 0.680 0.320 0.043
2011 124.206 2.094 -0.059 5.000 0.455 0.511 0.489 0.035
2012 124.968 2.097 -0.026 6.000 0.545 0.498 0.502 0.044
2013 139.192 2.144 0.557 7.000 0.636 0.295 0.705 0.068
2014 140.970 2.149 0.626 8.000 0.727 0.272 0.728 0.001
2015 148.082 2.171 0.892 9.000 0.818 0.179 0.821 0.003
2016 175.006 2.243 1.795 10.000 0.909 0.042 0.958 0.049
D Maks. 0.0682
Uji chi kuadrat digunakan untuk menguji simpangan secara vertikal apakah distribusi
pengamatan dapat diterima oleh distribusi teoritis.
K
(EF OF)2
(X 2 )Hit
i 1 EF
n
EF
k
K = 1 + 3,22 log n
49
dimana :
n = banyaknya data
Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, maka harga X 2 < X2cr. Harga X2cr
dapat diperoleh dengan menentukan taraf signifikasi dengan derajat kebebasannya
(level of significant) seperti yang disajikan pada Tabel.
50
1. Distribusi Gumbel Tipe 1
Pembagian Kelas:
N (Jumlah Data) = 10
K (Jumlah Kelas) = 1 + 3,322 log N = 4.3220 5 Kelas
Peluang batas kelas:
P = 1 / kelas = 1 / 5 = 0.20 = 20%
Tabel 4-16 Besar Peluang dan Nilai Batas Kelas untuk Distribusi Gumbel Tipe I
P(%) T YT Sd Yn Sn K X (mm)
20 5.0000 1.4999 23.9496 0.4952 0.9496 1.0581 152.8736
40 2.5000 0.6717 23.9496 0.4952 0.9496 0.1859 131.9855
60 1.6667 0.0874 23.9496 0.4952 0.9496 -0.4294 117.2489
80 1.2500 -0.4759 23.9496 0.4952 0.9496 -1.0226 103.0420
Sehingga:
Sub kelas 1 : X < 103.0420
Sub kelas 2 : 103.0420 < X < 117.2489
Sub kelas 3 : 117.2489 < X < 131.9855
Sub kelas 4 : 131.9855 < X < 152.8736
Sub kelas 5 : X > 152.8736
c2hitung = 2.000
DK = K - (P + 1)
K (jumlah kelas) = 5
P (parameter yang terikat dalam agihan frekuensi) = 2
Untuk : DK = 2 dan = 5% ----> c2cr = 5.991
Ternyata c2hitung < c2cr ----> Distribusi Frekuensi Dapat Diterima
51
2. Distribusi Log Normal 2 arameter
Pembagian Kelas:
N = 11
K = 1 + 3,322 log N = 4.4595 5 Kelas
Peluang batas kelas:
= 1 / kelas = 1 / 5 = 0.2 = 20%
Tabel 4-18 Besar Peluang dan Nilai Batas Kelas untuk Distribusi Log Normal 2 ParameterI
Sehingga:
Sub kelas 1 X < 106.824
Sub kelas 2 106.824 < X < 118.701
Sub kelas 3 118.701 < X < 131.899
Sub kelas 4 131.899 < X < 146.565
Sub kelas 5 X > 146.565
Tabel 4-19 Perhitungan Uji Chi-Kuadrat Untuk Distribusi Log Normal 2 Parameter
c2hitung = 0.0909
DK = K - (P + 1)
K ( jumlah kelas ) = 5
P ( parameter yang terikat dalam agihan frekuensi ) = 2
Untuk : DK = 2 dan = 5% ----> c2cr = 5.991
Ternyata c2hitung < c2cr ----> Distribusi Frekuensi Dapat Diterima
52
3. Distribusi Log Pearon Tipe III
Pembagian Kelas:
N = 10
K = 1 + 3,322 log N = 4.3220 = 5 Kelas
Peluang batas kelas:
= 1 / kelas = 1 / 5 = 0.2 = 20%
Tabel 4-20 Besar Peluang dan Nilai Batas Kelas untuk Distribusi Log Pearson Tipe III
Sehingga:
Sub kelas 1 X < 107.321
Sub kelas 2 107.321 < X < 118.722
Sub kelas 3 118.722 < X < 131.677
Sub kelas 4 131.677 < X < 146.428
Sub kelas 5 X > 146.428
Tabel 4-21 Perhitungan Uji Chi-Kuadrat Untuk Distribusi Log Pearson Tipe III
c2hitung = 0.000
DK = K - (P + 1)
K ( jumlah kelas ) = 5
P ( parameter yang terikat dalam agihan frekuensi ) = 2
Untuk: DK = 2 dan = 5% ----> c2cr = 5.991
Ternyata c2hitung < c2cr ----> Distribusi Frekuensi Dapat Diterima
53
Tabel 4-22 Pemilihan Metode Distribusi Frekuensi Embung Dompak
Uji Smirnov-Kolmogorof
2
R24 t 3
RT = t * T
dimana :
54
4.3.8 Hujan Netto Jam-Jaman
Hujan netto adalah bagian hujan total yang menghasilkan limpasan langsung (direct run-
off). Dengan asumsi bahwa proses transformasi hujan menjadi limpasan langsung
mengikuti proses linier dan tidak berubah oleh waktu (linear and time invariant process),
maka hujan netto (Rn) dapat dinyatakan sebagai perkalian antara Koefisen Limpasan (C)
dengan Intensitas Curah Hujan (R).
Hasil dari perhitungan sebaran Hujan Netto Jam-jaman disajikan pada tabel berikut:
55
Tabel 4-23 Hujan Netto Jam Jaman Pada Embung Dompak
A.R0
Qp
3,6.(0,3.T p T0,3 )
56
Dengan :
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak sampai 30%
dari debit puncak
Tp = tg + 0,8 tr
T0,3 = tg
Tr = 0,5 tg sampai tg
tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam). tg
dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
Dengan :
= 1,5 => Pada bagian naik hydrograf lambat, dan turun cepat
57
= 3 => Pada bagian naik hidrograf cepat, turun lambat
i tr
t
0.8 tr tg
O
Lengkung Naik Lengkung Turun
Qp
0.32 Qp
0.3 Q
Dimana :
t = Waktu (jam)
( t Tp )
Q(t ) Q p .0,3
T0 , 3
( t Tp 0, 5.T0 , 3 )
Q(t ) Q p .0,3
1, 5.T0 , 3
58
c. Selang nilai : t > (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)
( t Tp 0, 5.T0 , 3 )
Q(t ) Q p .0,3
2, 0.T0 , 3
n
Qk U
i 1
i . Pn (i 1)
Dimana :
59
Gambar 4-8 Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu Embung Dompak
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air,
angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil
pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan
sedimen.
Hasil pengambilan sampel sedimen, baik sedimen layang maupun sedimen dasar
selanjutnya dilakukan test laboratorium, terutama mengenai konsentrasi sedimen
60
layang dan analisa saringan untuk sedimen dasar untuk mendapatkan gradasi butiran
dari masing-masing titik lokasi pengambilan sampel.
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa lokasi embung dompak tidak dialiri oleh aliran
sungai sehingga tidak diperlukan analisis sedimen transport. Air pada tampungan
embung direncanakan hanya bersumber dari air hujan.
61
4.5 Analisis Tampungan Embung Eksisting
Untuk menentukan atau memilih kapasitas tampung desain suatu tampungan air (Vd)
harus membandingkan ketiga hal, yaitu:
Dari ketiga besaran tersebut yaitu : Vn, Vh, dan Vp dipilih yang terkecil sebagai volume
atau kapasitas tamping desain suatu lumbung air (Vd). Bilamana Vh / Vp yang
menentukan, maka kemampuan lumbung air melayani penduduk akan berkurang
yaitu tidak sebesar yang diperlukan (Vn).
62
Gambar 4-10 Kurva luas vs volume tampungan waduk
Water Evaluation and Planning (WEAP) didirikan tahun 1988, dengan tujuan untuk
menjadi fleksibel, terintegrasi, dan transparan perencanaan alat untuk mengevaluasi
keberlanjutan kebutuhan air saat ini dan pola pasokan dan mengeksplorasi alternatif
skenario jangka panjang. Beroperasi dengan prinsip dasar water balance, WEAP dapat
diaplikasikan untuk merencanakan sistem pengairan pada wilayah pertanian dan
perkotaan, sebuah daerah tangkapan air, dan sungai yang melewati beberapa batas
wilayah yang rumit. Lebih dari itu, WEAP dapat memetakan permasalahan yang luas,
seperti analisa kebutuhan sektoral, konservasi air, prioritas neraca air, simulasi
63
streamflow dan ground water, pengoperasian waduk, pembangkit tenaga air, jalur
polusi, keadaan ekosistem yang seharusnya, penilaian terhadap kondisi kritis, dan
merancang analisa keuangan dari usulan rekayasa yang direncanakan, seperti yang
ditunjukan pada gambar-gambar dibawah ini.
Dengan menggunakan software WEAP, akan dilakukan analisis pola operasi Embung
Dompak. Pola operasi Embung Dompak akan dianalisis dengan mengasumsikan air yang
ditampung dalam Embung digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri-industri
yang berada di sekitar Embung Dompak secara kontinyu.
Data yang diperlukan untuk menjalankan program WEAP terdiri atas empat buah
kelompok data yaitu data sistem tata air, kebijaksanaan alokasi air, data kebutuhan air,
dan data ketersediaan air.
1) Data sistem tata air, meliputi komponen embung, industri, pengambilan air, dan
keterkaitannya dalam suatu jaringan sistem tata air
64
2) Kebijaksanaan alokasi air, menyatakan kondisi ideal dari setiap komponen.
3) Data kebutuhan air
4) Data hujan minimal 10 tahun terakhir
65